Buku Kajian Tahun 2021

Page 1

i


Tim Penyusun Penulis: Tiara Evita Sari Ignasius Oktadewien Tineka Lucia Vania Puspita Ayuningrum Nadya Alya Banafsaj Sherlina Devina Shafira Rizky Ramadhany Ratna Duhita Ayuningrum Galih Patria Sri Roka’afin Minhatun Maula Elsa Rengganis Yahya Adinugraha Mumtaz Camila Putri Zulfa Nabilah M Naufal Noorrachman Mutia Desy Rahmawati Kadek Dhea Amanda Silvia Latifah Penyunting: Yahya Adinugraha Mumtaz Sherlina Devina Tiara Evita Sari Ignasius Oktadewien Tineka Nadya Alya Banafsaj Perancang Sampul: Yahya Adinugraha Mumtaz Departemen Advokasi dan Kajian Strategis BEM KM FKG UGM 2021 iii+138 hlm.

i


Daftar Isi Tim Penyusun

i

Daftar Isi

ii

Kajian Tematik

1

Kajian World Autism Awareness Day

2

Kajian Hari Pendidikan Nasional

6

Kajian Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

11

Kajian Hari Kesehatan Gigi Dan Mulut Nasional

17

Kajian Hari Kesaktian Pancasila

23

Kajian Hari Dokter Nasional

28

Kajian Hari Pahlawan

32

Kajian Hari Sumpah Pemuda

40

Kajian Hari Kesehatan Nasional

46

Kajian Hari AIDS Sedunia

51

Kajian Hari Disabilitas Internasional

55

Kajian Insidental

62

Vaksinasi Terus Digencarkan, Mengapa Kasus COVID-19 di Indonesia Semakin Melonjak?

63

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pelayanan Praktik Kedokteran Gigi pada Masa Pandemi COVID-19

80

Efektivitas Vaksin Booster terhadap COVID-19

95

Implementasi Internsip Kedokteran Gigi di Indonesia, Sudah Siapkah?

104

Kajian Akhir Tahun : Merangkum Aspirasi Mahasiswa FKG UGM Mengenai Pembelajaran Jarak Jauh 2020/2021 Esai FKG Menulis

111 125

Mahasiswa Melawan Berita Hoaks dan Narasi Berlebihan Tentang COVID-19

126

Origami: Perketat 4M pada Vaksin Massal

130

Melawan Pandemi : Peran Mahasiswa sebagai Generasi Muda Intelektual Indonesia

134

ii


"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". - Pramoedya Ananta Toer -

iii


Kajian Tematik

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 1


Kajian World Autism Awareness Day

Gambar 1: Anak dengan Autism

Autism spectrum disorder (ASD) atau biasa dikenal sebagai autis merupakan kumpulan gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kurangnya interaksi sosial, baik pada komunikasi verbal maupun non verbal dalam tiga tahun pertama kehidupan (Park dkk, 2016). Autism juga bukan sekedar kelemahan mental, melainkan gangguan perkembangan mental yang menyebabkan kelambanan dalam kemampuan dan gangguan perkembangan fisik maupun psikis (Asrizal, 2016). ASD ini bermula di masa kanak-kanak, tampak jelas di 5 tahun pertama kehidupan, dan cenderung menetap hingga dewasa (WHO, 2019). Perkembangan otak pada individu dengan ASD bersifat sangat kompleks dan multifaktorial yang disebabkan oleh faktor genetik, faktor non genetik, dan interaksinya. Seseorang dengan autism memiliki perilaku sosial yang khas, yaitu menghindari kontak mata, memiliki masalah terhadap kontrol emosional, dan memiliki minat dan aktivitas yang sangat terbatas (Park dkk, 2016). World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa kondisi ASD ini mengacu pada berbagai kondisi yang ditandai oleh gangguan perilaku sosial, komunikasi dan bahasa, dan kisaran minat serta aktivitas yang sedikit unik (WHO, 2019). Beberapa peneliti menyebutkan bahwa ASD merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor risiko genetik dan lingkungan. Persentase sebesar 10-20% dari individu dengan ASD memiliki penyebab secara genetik, seperti cacat gen dan anomali kromosom. Anomali kromosom ini berkaitan dengan gangguan koneksi saraf, pertumbuhan otak, dan morfologi sinaptik. Di samping itu, penyebab non genetik atau lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu faktor prenatal, perinatal, dan postnatal. Faktor prenatal yang terkait dengan ASD, yaitu paparan teratogen seperti thalidomide, infeksi virus tertentu (sindrom rubella kongenital), dan antikonvulsan, seperti asam valproat. Faktor perinatal terkait dengan penyebab ASD antara lain berat badan lahir rendah, masa kehamilan yang pendek dan tidak normal, serta asfiksia. Faktor postnatal yang dilaporkan terkait dengan ASD, yaitu penyakit Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 2


autoimun, infeksi virus, hipoksia, toksisitas merkuri, dan lain-lain. Dengan memahami interaksi antara faktor genetik dan lingkungan dalam patogenesis ASD akan menghasilkan strategi pengobatan yang optimal (Park dkk, 2016). Pada umumnya, anak dengan autisme mempunyai tiga gangguan, yaitu gangguan sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi (Lisinus dan Sembiring, 2020). Karakteristik anak autis antara lain, yaitu hiperaktif, perilaku melukai diri sendiri, dan perilaku obsesif (Chodidjah dan Kusumasari, 2018). Anak dengan Autism spectrum disorder mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Selain itu anak autis mengalami gangguan perilaku yang sulit diatur. Hal tersebut menyebabkan anak dengan autisme dijauhi dan dikucilkan oleh orangorang di sekitarnya. Seringkali tindakan bullying ditujukan kepada anak dengan autisme. Anak autis sering menjadi bahan olok-olokan teman sepermainannya karena perilakunya yang berbeda. Pada tanggal 21 Januari 2008, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan Pasal 27 Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas memuat “hak penyandang disabilitas untuk bekerja, atas dasar kesetaraan dengan orang lain,” dan atas “lingkungan kerja yang terbuka, inklusif dan dapat diakses oleh penyandang disabilitas.” Tujuan konvensi ini adalah mempromosikan, melindungi, serta memastikan setiap orang memiliki hak asasi manusia termasuk Penyandang Autisme. Pada Sidang Umum PBB (A/RES/62/139) selanjutnya mendeklarasikan 2 April sebagai Hari Kesadaran Autisme Sedunia (WHO, 2021). Di Indonesia, individu penyandang autisme juga telah mendapatkan perlindungan hukum yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Selain itu, anak dengan Autism spectrum disorder juga diatur khusus di dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 4 Tahun 2017 tentang Perlindungan Khusus bagi Anak Penyandang Disabilitas serta UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2016 (UU Perlindungan Anak). Perlindungan hukum tersebut dimaksudkan untuk melindungi dan memenuhi hak-hak mereka sebagaimana manusia pada umumnya. Namun, pada realitanya, hak-hak tersebut belum sepenuhnya mereka dapatkan. Selama setahun lebih, Indonesia mengalami Pandemi COVID-19 yang menyebabkan kesenjangan sosial begitu terasa. Misalnya dalam distribusi pendapatan, akses pelayanan Kesehatan dan pelayanan publik lainnya. Penyandang autisme telah lama dikesampingkan dalam kehidupan masyarakat dan semakin diperparah akibat pandemi yang melanda. Autisme merupakan kondisi seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. Penyandang autisme memiliki cara berinteraksi yang unik sehingga mereka cukup kesulitan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 3


dalam berinteraksi dengan orang sekitarnya. Mereka lebih suka menyendiri dan sering mengulang gerakan atau ucapan. Hal ini yang membuat masyarakat kurang mampu bergaul dan menerima penyandang autisme. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai autisme menjadi salah satu faktor dikesampingkannya penyandang autisme dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa tindakan diskriminasi dan stigma negatif yang ada di masyarakat terhadap penyandang autisme masih terus berkembang dan tentunya hal tersebut perlu ditiadakan demi kebaikan bersama. Oleh karena itu, untuk menyoroti rintangan yang dihadapi dan meningkatkan kesadaran publik tentang penyandang autisme, pada tanggal 2 April setiap tahunnya diperingati sebagai World Autism Awareness Day. Peringatan Hari Peduli Autisme ini digagas dan disahkan oleh PBB sebagai wujud perhatian terhadap masalah kesehatan global dalam meningkatkan edukasi dan dukungan masyarakat terkait autisme, serta memastikan semua penyandang autisme dapat menjalani kehidupan dengan layak, baik itu dalam menyalurkan minat, bakat dan keterampilan para penyandang autisme, mengakses pendidikan dan pekerjaan sesuai dengan kemampuan penyandang autisme. Peringatan tersebut biasanya dilakukan dengan cara menyelenggarakan acara pendidikan dengan materi yang ditujukan bagi orang tua, guru, dan orang-orang profesional di bidang kesehatan. World Autism Awareness Day juga dapat menjadi salah satu kesempatan bagi penyandang autisme untuk menampilkan hasil karya yang telah diciptakannya kepada dunia (Zaky, 2016).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 4


Daftar Pustaka Asrizal, 2016, Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial, Jurnal PKS, 15(1):1-8. Chodidjah, S., & Kusumasari, A. P. (2018). Pengalaman Ibu Merawat Anak Usia Sekolah dengan Autis. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(2), 94-100. Lisinus, R., Sembiring, P., 2020, Sebuah Perspektif Bimbingan dan Konseling Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus, Yayasan Kita Menulis, hal. 184. Park, H.R., Lee, J.M., Moon, H.E., Lee, D.S., Kim, B.N., Kim, J., Kim, D.G., dan Paek, S.H., 2016, A Short Review On The Current Understanding Of Autism Spectrum Disorders, Experimental Neurobiology, 25(1):1-13. World Health Organization, 2019, Autism Spectrum Disorders, diakses 31 Maret 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders. World Health Organization, 2021, World Autism Awareness Day, diakses 31 Maret 2021. https://www.un.org/en/observances/autism-day/background. Zaky, E.A., 2016, Making a Difference; Celebration of World Autism Awareness Day (WAAD) by Ain Shams University Children’s Hospital-Child Psychiatry Team (AUCH-CPT), April 2016, Journal of Child & Adolescent Behavior, 4(2): 1-3.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 5


Kajian Hari Pendidikan Nasional

Gambar 1 : Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan) Pendidikan adalah proses untuk mengeluarkan dan menyalurkan ide-ide universal yang terpendam dalam pikiran setiap orang. Menurut KBBI, pendidikan berasal dari kata “didik” yang memiliki arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sementara itu, pendidikan memiliki pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang berupa proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Sementara itu, menurut Prof. Riches, pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Pendidikan berfungsi untuk memperluas wawasan dari berbagai aspek hingga turut andil dalam pelestarian kebudayaan masyarakat. Menurut UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di negara Indonesia, pendidikan cukup menjadi perhatian penting bagi pemerintah dengan dibuktikan adanya peraturan yang mengatur mengenai pendidikan yaitu Pasal 31 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, sistem pendidikan nasional juga telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 6


2003. Adanya peraturan mengenai pendidikan, membuktikan bahwa pemerintah Indonesia berusaha untuk dapat menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan yang tertuang dalam pembukaan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi negara Indonesia. Hal tersebut didukung dengan adanya peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tiap tanggal 2 Mei pada setiap tahunnya. Tanggal 2 Mei ditetapkan menjadi Hari Pendidikan Nasional karena tanggal tersebut merupakan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara. Penetapan tersebut didasarkan atas penghargaan kepada Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia atas dedikasi serta perjuangannya dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia berawal dari era pra-kolonial nusantara. Model pendidikan terstruktur di Indonesia pertama kali hadir pada masa kerajaan Hindu dan Budha di Nusantara. Kedua kerajaan tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Pada abad-abad terakhir sebelum jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, sistem pendidikan tidak lagi dilakukan secara besar-besaran, tetapi dilakukan oleh para guru akademis kepada sejumlah siswa di pedesaan. Dalam perkembangan selanjutnya pasca runtuhnya kerajaan Hindu dan Budha, lembaga pendidikan Islam kemudian menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat itu, yang dilaksanakan di masjid, langgar, surau, madrasah dan pesantren. Pendidikan pesantren merupakan salah satu sistem pendidikan asli di Indonesia. Selain itu, di beberapa daerah juga terdapat sistem pendidikan lokal yang berorientasi pada pendidikan di bidang agama dan pengetahuan umum. Perkembangan pendidikan Indonesia kemudian berlanjut menjadi pendidikan formal yaitu pada abad ke-17, ketika pemerintah Hindia Belanda menyelenggarakan sistem pendidikan yang ditujukan untuk mendidik tenaga terampil yang dapat dipekerjakan di perusahan-perusahan Hindia Belanda ketika itu. Pendidikan pada masa kolonial terdiri atas pendidikan dasar, sekolah latin, pendidikan teologi, akademi pelayaran dan sekolah Cina. Namun pada penerapannya jenis sekolah dasar tersebut sifatnya masih tertutup untuk golongan pribumi. Melihat sistem pendidikan yang pada saat itu hanya menguntungkan bagi pihak koloni, Ki Hajar Dewantara menyuarakan aspirasi untuk menyetarakan pendidikan bagi kaum pribumi. Ki Hajar Dewantara berasal dari Yogyakarta. Beliau menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) meski tidak ia tamatkan akibat sakit yang dideritanya. Di masa mudanya, beliau dikenal sebagai aktivis

sekaligus

jurnalis

pergerakan

nasional.

Melalui

tulisan-tulisannya,

beliau

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 7


menyampaikan kritik terkait pendidikan di Indonesia yang kala itu hanya boleh dinikmati oleh para keturunan Belanda dan orang kaya saja. Beliau mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta. Taman Siswa merupakan lembaga yang memberikan kesempatan untuk kaum pribumi mendapatkan pendidikan yang setara dengan kaum bangsawan serta kaum koloni. Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia di kabinet pertama di bawah pemerintahan Ir. Soekarno. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun, dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat di Yogyakarta. Pendidikan Orde Lama di bawah kendali Soekarno sudah cukup memberikan ruang bebas bagi pendidikan. Pemerintahan yang berbasis sosialisme menjadi acuan dasar bagaimana pendidikan untuk pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia akan dibentuk dan dilaksanakan di masa depan. Pada masa orde lama, tokoh pendidikan banyak diisi oleh Menteri Pendidikan pada saat itu, beberapa di antaranya seperti Ali Sastroamidjojo, Moh. Yamin, dan sebagainya. Berlanjut ke masa pemerintahan Orde Baru pendidikan Indonesia selanjutnya mengalami peningkatan dalam hal kualitas sarana dan prasarana akibat kenaikan minyak bumi pada tahun 1973, dimana memperoleh biaya yang cukup, bahkan berlebih untuk membangun puluhan ribu sarana dan juga didirikannya Universitas Terbuka. Selanjutnya perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa Reformasi sangat dipengaruhi oleh perubahan konstitusi yang menjadi salah satu agenda reformasi. Lembaga ilmiah, seperti kampus universitas, membebaskan diri dan ikut serta berpengaruh di luar negeri. Kebijakan pendidikan lain di awal masa ini adalah masalah otonomi perguruan tinggi. Sistem pendidikan pada masa reformasi juga tertata lebih baik dari sebelumnya, tidak ada lagi politik yang memasuki sektor pendidikan dasar (SD, SMP, SMA), dan sistem kurikulum terus diperbaiki. Produk kurikulum berbasis kompetensi muncul pada era ini yaitu pada tahun 2004, 2006, dan 2013. Sistem-sistem seperti ujian nasional serentak dan juga ujian masuk perguruan tinggi semakin terintegrasi dengan teknologi. Pada kondisi pandemi seperti saat ini, banyak sekali perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Berbagai instansi pendidikan mau tidak mau mengubah sistem pembelajaran demi mengurangi penyebaran virus corona di Indonesia. Pembelajaran yang dulunya dilakukan secara langsung di sekolah - sekolah harus beralih menjadi pembelajaran secara online melalui berbagai platform yang telah tersedia. Inovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah berupa pembelajaran jarak jauh memicu banyak pengajar di Indonesia untuk lebih memanfaatkan teknologi dan semakin kreatif dalam proses pembelajaran. Sistem pembelajaran online menuai Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 8


banyak kontradiksi dari berbagai pihak, mulai dari para pelajar hingga orang tua. Pembelajaran secara online dirasa kurang efektif karena rendahnya pengawasan dari pengajar terhadap murid dan rendahnya komunikasi dua arah antara pengajar dan murid. Selain itu, tidak semua pelajar memiliki fasilitas untuk mengikuti pembelajaran daring. Para orang tua juga merasa kesulitan apabila harus menggantikan peran guru dalam menyampaikan materi di rumah. Menurut sebuah survei, para orang tua merasa bahwa pembelajaran secara daring dinilai tidak efektif dan membuat anak lebih bosan di rumah. Pelajar yang memerlukan adanya kegiatan praktikum dalam pembelajarannya juga merasa dirugikan dengan adanya pandemi seperti saat ini. Kondisi tersebut yang akhirnya membuat pemerintah mempertimbangkan adanya pembelajaran tatap muka. Pemerintah juga telah melakukan uji coba pada beberapa sekolah dan diharapkan dapat dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat mengingat virus corona masih menyebar di Indonesia. Pemerintah selaku pemangku kepentingan diharapkan dapat memberikan solusi tepat dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Apabila pemerintah mengambil kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka, protokol kesehatan harus dilaksanakan secara ketat dan didukung oleh semua pihak. Pemerintah juga diharapkan agar dapat mempercepat perluasan fasilitas vaksin demi menunjang kegiatan pembelajaran tatap muka.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 9


Daftar Pustaka Guru

Pendidikan,

2021,

Pengertian

Pendidikan,

diakses

22

April

2021

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/ Sabiq, A. F., 2020, Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Tatap Muka pada Era New Normal Pandemi Covid-19, Journal of Islamic Education Research, 1(3):179-189. Salim, A., Harefa, A., Munib, A., Baedhowi, Gaol, H.L., Sutadji, I., Haryadi., S., Suryana, S., Nugroho, Purnomo, D., Fathoni, K., Budiyono, Kusumo., K.H., 2007, Indonesia Belajarlah! (Membangun Pendidikan Indonesia), Tiara Wacana, Yogyakarta, hal. 195-197. Supardan, D., 2008, Menyingkap Perkembangan Pendidikan Sejak Masa Kolonial Hingga Sekarang: Perspektif Pendidikan Kritis, Jurnal Generasi Kampus, 1(2):96-106. Wikipedia Bahasa indonesia, 2021, Hari Pendidikan Nasional, diakses 22 April 2021, https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Pendidikan_Nasional Yudhistira, R., Rifaldi, A.M.R., Satriya, A.A.J., 2020, Pentingnya Perkembangan Pendidikan di Era Modern, Prosding Samasta, 1(1):1-3.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 10


Kajian Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia sudah menjadi tradisi bagi seluruh masyarakat di berbagai daerah Indonesia. Hal ini merupakan bukti kecintaan masyarakat kepada Tanah Air serta penghargaan terhadap jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu tonggak penting bangsa Indonesia karena dengan proklamasi tersebut, Indonesia dapat menyatakan kemerdekaan dirinya sendiri sehingga sejajar dengan bangsa lain. Hal ini menjadi titik terang rangkaian panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan (Rinardi, 2017). Peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pada tanggal 6 Agustus 1945, kota Hiroshima Jepang dijatuhi bom atom pertama oleh Amerika Serikat. Sebuah pesawat Amerika Serikat Enola Gay B-29 menjatuhkan bom atom di Hiroshima tepat pada pukul 08.15 waktu setempat. Ledakan yang menewaskan kurang lebih 140 ribu jiwa dari total penduduk yang berjumlah 350 ribu jiwa ini dikenal dengan sebutan ledakan little boy. Selang 3 hari kemudian, Amerika Serikat kembali menjatuhkan bom atom di Jepang tepatnya di kota Nagasaki pukul 11.02 waktu setempat. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang pun akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Kekalahan Jepang diumumkan oleh Kaisar Jepang Hirohito di stasiun radio nasional. Kekalahan Jepang ini menjadi akhir dari Perang Dunia II. Kekalahan Jepang atas sekutu membuat para pemuda dan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia bergegas untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan digantikan dengan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang memiliki tugas untuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan rencana kemerdekaan termasuk membuat, menyusun, dan mengesahkan UUD 1945. Pada tanggal 16 Agustus 1945, tokoh golongan muda mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan. Namun, golongan tua yakni Soekarno dan Hatta enggan untuk menyatakan kemerdekaan. Tepat pada dini hari, golongan muda menculik Soekarno dan Hatta untuk diamankan ke Rengasdengklok agar Soekarno dan Hatta dijauhkan dari pengaruh Jepang. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno didampingi Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia tepat pada pukul 10.00 waktu setempat. Naskah proklamasi telah disusun di rumah perwira angkatan laut Kekaisaran Jepang, Laksamana Maeda. Naskah ini kemudian dibacakan di kediaman Soekarno, yaitu Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta Pusat. Setelah itu, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 11


menetapkan dan mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai konstitusi Republik Indonesia (Kristina, 2021).

Gambar 1: Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Tim detikcom, 2021) Akan tetapi, masih banyak pertempuran yang terjadi pada periode awal kemerdekaan Indonesia, terutama berhadapan dengan Belanda dan sekutunya yang terus bersikeras untuk menguasai kembali Indonesia melalui Agresi Militer Belanda I serta II. Walaupun kekuatan militer Belanda saat itu jauh lebih dominan dibandingkan Indonesia yang baru merdeka, rakyat dan tentara Indonesia terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai peperangan dengan taktik gerilya. Pertempuran besar pasca kemerdekaan banyak terjadi di berbagai daerah, seperti Pertempuran Medan Area, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Surabaya, Pertempuran di Padang, Peristiwa Bandung Lautan Api, Pertempuran Lima Hari di Palembang, Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta, hingga Serangan Umum Surakarta. Selain harus menghadapi Belanda dan sekutunya, Indonesia juga harus menghadapi pemberontakan, salah satunya yang terjadi di Madiun oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948. Setelah melewati berbagai pertempuran dan perundingan, pada tanggal 23 Agustus 1949, Konferensi Meja Bundar (KMB) digelar di Den Haag dan Belanda menyerahkan kedaulatan sepenuhnya kepada Republik Indonesia pada akhir Desember 1949 (Slamet, 2020).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 12


Gambar 2: Peta Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan (Slamet, 2020) Kemerdekaan merupakan bentukan kata yang memuat arti bebas dan leluasa dari keterikatan penjajah. Dalam menjalankan bentuk negara yang merdeka, Indonesia mendasarkan gerak dan haluannya berdasarkan dasar filosofis negara berupa Pancasila serta UUD 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak serta-merta menjadi titik akhir dari perjuangan Indonesia untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Adapun tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, di antaranya berisi mengenai perlindungan segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bentuk dari never ending goals Indonesia yang perlu diupayakan pencapaiannya secara kontinu selama Indonesia berdiri sebagai suatu negara (Suryosumarto, 2003). Kemerdekaan di era pandemi ini dapat diartikan sebagai terbebasnya masyarakat Indonesia dari belenggu wabah COVID-19 sehingga kehidupan kebangsaan dapat berjalan kembali secara normal. Hal ini akan menjadi titik awal untuk kembali melanjutkan impian membangun bangsa dan negara serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar taraf hidup masyarakat lebih baik. Salah seorang dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Listyono Santoso S.S., M.Hum. menyampaikan kemerdekaan yang memiliki arti bangsa bebas menentukan masa depannya sendiri, juga harus berhadapan dengan kemampuan untuk bisa lepas dari wabah COVID-19. Listyono menambahkan bahwa kemeriahan bukanlah hal yang utama untuk memaknai hari Kemerdekaan Indonesia saat ini karena yang utama adalah bagaimana kita bisa bersama-sama untuk berjuang hidup disiplin Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 13


memenuhi protokol kesehatan dan pola hidup sehat untuk menekan penyebaran COVID-19 (Hikmah, 2020). Perayaan HUT ke-76 Republik Indonesia merupakan kali kedua bangsa ini merayakan hari ulang tahun kemerdekaannya di tengah pandemi yang belum usai. Masalah pandemi tidak hanya terkait pada bidang kesehatan saja, tetapi pada banyak bidang salah satunya bidang sosial. Lingkungan sosial merupakan lingkungan terdekat sebuah individu hidup dan tak jarang juga diterpa masalah sosial. Masalah sosial di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini dapat kita lihat seperti hoax. Menurut Rahadi (2017), hoax adalah upaya untuk menipu penerima informasi untuk mempercayai hal yang disampaikan, meskipun pemberi/pembuat informasi mengetahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Melalui hasil penelitian yang dilakukan Rahadi (2017), menyebutkan bahwa alasan pembuat dan penyebar hoax melakukan tindakan tersebut karena ingin mempengaruhi opini publik, disusul dengan alasan ingin menjadi viral, dan ingin mengubah kebijakan pemerintah yang dirasa tidak sesuai. Selain itu, hasil penelitian Rahadi (2017) menunjukkan bahwa penyebaran hoax dapat dihambat dengan melakukan cross checking terlebih dahulu sebelum disebarkan, memberikan edukasi kepada masyarakat, dan melalui tindakan hukum yang tegas. Upaya pemerintah tentu saja tidak dapat dikatakan ‘nol’, pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang diharapkan dapat menangkal hoax, seperti UU KUHP Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), beberapa UU KUHP lain, serta UU di luar KUHP. Literasi media yang dilakukan juga dapat mendukung berhentinya penyebaran hoax dengan cara membuat masyarakat mampu menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi yang diperoleh. Beberapa platform media sosial juga menentang adanya hoax dengan membuat pengawasan terhadap konten media yang disebarluaskan (Rahadi, 2017). Pada masa pandemi seperti ini, hoax tentang COVID-19 sendiri tentunya merebak pesat. Selain memerangi dengan cara hukum, pemerintah Indonesia juga mengupayakan cara preventif dengan membuat laman “Hoax Buster” pada web Covid19.go.id. Laman tersebut berisi tentang berita-berita bohong yang terus di-update ketika adanya hoax beserta konfirmasi kebenaran berita tersebut. Selain melalui web Covid19.go.id, masyarakat juga dapat melakukan cross check informasi melalui web informasi COVID-19 di daerahnya masingmasing bila ada, seperti yang dijumpai pada web corona.slemankab.go.id. Melalui laman yang diciptakan pemerintah ini, diharapkan masyarakat dapat menganalisis informasi, menangkal hoax, dan menambah wawasan terutama mengenai COVID-19. Apabila web masih dirasa sulit Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 14


dijangkau oleh masyarakat, media penyiaran televisi Indonesia akan selalu melaporkan berita beserta konfirmasi mengenai COVID-19 yang dapat diakses oleh seluruh pemirsa televisi.

Gambar 3: Contoh Hoax COVID-19 (Covid19.go.id, 2021) Percepatan penanganan dan pengendalian pandemi memerlukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat. Demi mencapai kesamaan langkah, diperlukan penyampaian dan penerimaan informasi yang tepat. Celah ini seringkali dimanfaatkan oknum untuk menghambat langkah penanganan pandemi, untuk menyikapi kemungkinan ini pemerintah telah melakukan tindakan pencegahan untuk memerangi berita yang tidak benar. Selain itu, masyarakat juga telah menyadari akan pentingnya cross checking mengenai informasi yang diterima. Hal ini menjadi langkah positif untuk memerangi banyaknya berita yang tidak dapat diakui kebenarannya dan dapat menghambat penanganan dan pengendalian pandemi. Dari langkah yang sudah diambil pemerintah dan langkah positif masyarakat dalam menanggapi hoax yang marak pada saat pandemi menunjukkan masih adanya semangat yang kuat untuk segera bangkit serta keluar dari "jajahan" COVID-19.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 15


Daftar Pustaka Covid19.go.id, 2021, Awas Hoaks: COVID-19 Bermutasi Menjadi Virus Baru yang Lebih Berbahaya dan Vaksinasi Timbulkan Varian Baru Virus COVID-19, Hoax Buster, dilihat pada 13 Agustus 2021, https://covid19.go.id/p/hoax-buster/awas-hoakscovid-19-bermutasi-menjadi-virus-baru-yang-lebih-berbahaya-dan-vaksinasitimbulkan-varian-baru-virus-covid-19 Hikmah, U.M., 2020, Maknai Kemerdekaan UNAIR, Dosen UNAIR: Bersama Lawan Corona Agar Bebas dari Wabah, Unair News, dilihat pada 10 Agustus 2021, http://news.unair.ac.id/2020/08/18/maknai-kemerdekaan-unair-dosen-unairbersama-lawan-corona-agar-bebas-dari-wabah/ Kristina, 2021, 8 Peristiwa Penting Bulan Agustus, dari Bom Hiroshima sampai Kemerdekaan RI,

detikEdu,

dilihat

pada

13

Agustus

2021,

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5664819/8-peristiwa-penting-bulanagustus-dari-bom-hiroshima-sampai-kemerdekaan-ri/2 Rahadi, D.R., 2017, ‘Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial’, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(1):58-70. Rinardi, H., 2017, Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia, Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(1):143-150. Slamet, 2020, Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan, KompasPedia, dilihat pada 13 Agustus

2021,

https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-

tematik/pertempuran-mempertahankan-kemerdekaan Suryosumarto,B., 2003, Pancasila : Landasan Filosofis dan Sumber Pengaturan Kehidupan Nasional, Jurnal Ketahanan Nasional, VIII (2) : 7-14. Tim detikcom, 2021, Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Sejarah, Proses, dan Isi Lengkap,

detikNews,

dilihat

pada

13

Agustus

2021,

https://news.detik.com/berita/d-5678957/teks-proklamasi-kemerdekaanindonesia-sejarah-proses-dan-isi-lengkap

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 16


Kajian Hari Kesehatan Gigi Dan Mulut Nasional

Kesehatan gigi dan mulut merupakan kondisi sehat yang ditemukan pada jaringan keras serta jaringan lunak gigi beserta unsur - unsur yang berkaitan dalam rongga mulut sehingga seseorang tidak mengalami disfungsi pengunyahan, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit. Kondisi kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Indonesia memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional setiap tanggal 12 September . Hal ini pertama kali digagas oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH.,DR PH yang secara resmi disahkan di Lapangan Gasibu, Bandung pada tahun 2011 (ISMKMI, 2020 ; Kemenkes, 2015). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan tubuh secara keseluruhan sehingga menjadi salah satu penunjang kesejahteraan masyarakat. Menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat menjauhkan dari rasa sakit pada gigi dan gusi, gangguan pengunyahan, dan penyakit gigi serta mulut lainnya. Rasa sakit serta perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan dari penyakit gigi dan mulut akan berdampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang. Menurut The Global Burden of Disease Study (2016), masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Dari data tersebut, masyarakat perlu sadar bahwa kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena akan sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Kesehatan gigi dan mulut juga mendapat perhatian penuh dari pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (Sakti, 2019).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 17


(Riskesdas, 2018) Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa masih banyak masalah mengenai kesehatan gigi dan mulut yang terjadi. Kasus dengan prevalensi tertinggi adalah terjadinya gigi rusak/ berlubang/ sakit dengan persentase sebesar 45,3% dan juga masalah bengkak pada gusi dan atau keluar bisul (abses) dengan persentase sebesar 14%. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor kebiasaan masyarakat yang memperparah keadaan gigi dan rongga mulut. Salah satu faktor tersebut adalah mengonsumsi gula berlebih. Kebiasaan dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula secara berlebihan dapat memicu terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan pada gigi dan mulut. Selain itu, masih banyak masyarakat Indonesia yang merokok, padahal merokok dapat menimbulkan noda pada gigi, halitosis (bau mulut), bahkan dapat menyebabkan kehilangan sensitivitas pada indera perasa dan penciuman. Merokok juga akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit pada gusi dan kanker mulut. Kebiasaan buruk lain masyarakat yang dapat menimbulkan risiko kesehatan gigi dan mulut ialah konsumsi Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 18


alkohol. Konsumsi alkohol akan menyebabkan iritasi mulut dan kerongkongan bahkan akan meningkatkan risiko kanker mulut apabila disertai dengan kebiasaan merokok (Sakti, 2019). Kesehatan gigi dan mulut sangat memengaruhi timbulnya penyakit gigi dan mulut yang diderita oleh masyarakat. Meskipun kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut mulai meningkat, prevalensi terjadinya penyakit kesehatan gigi dan mulut masih cukup tinggi. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat menyebabkan kerusakan pada gusi bahkan kanker. Selain itu, akan timbul adanya plak gigi. Timbunan plak yang muncul akan menyebabkan berbagai penyakit seperti gigi berlubang atau karies dan juga penyakit gusi. Karies gigi merupakan proses demineralisasi email dan dentin akibat adanya interaksi dari mikroorganisme, saliva, dan juga sisa - sisa makanan. Karies gigi dapat dipicu oleh berbagai hal salah satunya adalah makanan yang bersifat kariogenik yaitu makanan dengan kandungan karbohidrat yang cukup besar. Selain itu, karies gigi juga dapat dipicu oleh konsumsi minuman isotonik dan soda yang memiliki rasa asam dan manis yang kuat secara berlebihan. Minuman isotonik mengandung beberapa jenis asam yang tinggi dan juga sukrosa yang tinggi. Sementara itu, minuman bersoda mengandung karbohidrat dengan proporsi pemanis berkalori tinggi. Minuman bersoda juga mengandung asam fosfat dan asam sitrat. Kandungan dari minuman tersebut akan mudah mengendap di dalam rongga mulut yang selanjutnya melekat pada permukaan gigi dan membentuk lapisan plak. Keadaan tersebut didukung dengan suasana yang asam sehingga memudahkan terjadinya aktivitas demineralisasi oleh bakteri (Ramayanti and Purnakarya, 2013 ; Santik, 2015). Pandemi Covid-19 saat ini juga memengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Hasil dari suatu survei menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat pada saat pandemi lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Selain itu, kebiasaan masyarakat untuk merawat kesehatan gigi dan mulut mengalami penurunan selama pandemi Covid-19. Hal tersebut tercermin dari kebiasaan masyarakat dalam menyikat gigi yang mana frekuensinya berkurang dibanding sebelum pandemi dan masyarakat lebih fokus mencuci tangan (64%) dibanding menyikat gigi (31%) serta menggunakan hand sanitizer (52%) dibanding menggunakan obat kumur (20%). Adanya penurunan tersebut menimbulkan berbagai masalah terkait gigi dan mulut. Masyarakat lebih sering mengalami bau mulut, mulut kering, gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi atau saat menggunakan benang gigi, nyeri pada gusi atau mulut, dan adanya lubang pada gigi yang baru terbentuk (Kemenkes, 2021). Berbagai upaya dapat dilakukan agar kesehatan gigi dan mulut tiap individu tetap terjaga. Harus timbul kesadaran dalam individu mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Peningkatan mengenai kesehatan gigi dan mulut dapat masyarakat lakukan mulai dari hal – hal kecil seperti Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 19


menggosok gigi secara benar dan periksa ke dokter gigi rutin setiap enam bulan sekali. Pemeriksaan gigi secara rutin bertujuan untuk melakukan pembersihan karang gigi dan deteksi dini kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada area gigi dan rongga mulut. Jika kerusakan – kerusakan gigi dapat terdeteksi secara dini, maka dapat segera dilakukan perawatan yang tepat, sehingga tidak akan berkembang menjadi lebih parah. Masyarakat juga dapat mencegah adanya timbunan plak gigi yang akan menimbulkan dampak negatif lain dengan berbagai cara, seperti mengunyah apel dan menggunakan dental flosser. Mengunyah apel sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut karena apel dapat merangsang aliran air liur alkali yang menetralkan asam yang diproduksi di plak gigi setelah konsumsi karbohidrat. Selain mengunyah apel, masyarakat juga dapat melakukan cara lain yaitu mengunyah permen karet. Hal tersebut didasarkan atas penelitian yang menyebutkan bahwa pengunyahan permen karet dapat menurunkan pembentukan plak gigi karena aliran saliva yang dirangsang oleh pengunyahan permen karet dapat meningkatkan buffer saliva yang dapat menghambat akumulasi plak gigi. Selain upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara individu, pihak – pihak terkait juga diharapkan dapat melakukan upaya promosi mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut agar masyarakat semakin menyadari urgensi dari hal tersebut. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut, semakin besar pula harapan bahwa kualitas hidup masyarakat juga akan semakin membaik (Fatikarini and Handajani, 2011 ; Lubido, et al., 2018, Santik, 2015). Kesehatan gigi dan mulut tidak dapat diremehkan karena pada dasarnya, baik kesehatan gigi dan mulut maupun kesehatan secara umum saling mempengaruhi. Terdapat hubungan antara penyakit gigi dan mulut dengan kesehatan umum yang beragam dan kompleks. Perubahan pada kesehatan mulut dapat berdampak pada kesehatan sistemik. Begitu pula penyakit sistemik juga dapat memengaruhi kesehatan gigi dan mulut, baik secara patologis ataupun melalui perubahan perilaku terkait suatu penyakit atau terapi. Apabila kondisi kesehatan gigi dan mulut yang buruk terus dibiarkan, akan timbul penyakit lain yang berbahaya sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup. Contohnya, pada penyakit gusi dan periodontal dapat menimbulkan berbagai macam efek seperti risiko serangan jantung meningkat sebesar 25%, meningkatkan risiko stroke, memperburuk keparahan diabetes, berpengaruh pada kelahiran prematur serta berat bayi lahir rendah, berkontribusi terhadap penyakit pernapasan, menurunkan kekebalan tubuh terhadap infeksi, dan lain sebagainya. Penyakit yang terus berlanjut dapat menyebabkan kerusakan serius. Jika tidak segera diobati, penyakit gusi dan periodontal dapat merusak struktur tulang rahang, semakin menyebar hingga dapat menjadi tempat berkumpulnya bakteri-bakteri yang merugikan. Seiring berjalannya waktu, infeksi Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 20


bakteri dapat berkembang dan masuk dalam peredaran darah sehingga bakteri dan racun dapat berpindah ke bagian lain tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal, ataupun hati. Maka dari itu, penting untuk menyadari serta menjaga kesehatan gigi dan mulut agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik (Dorfer et al, 2017; Larasati, 2012).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 21


Daftar Pustaka Dörfer,

C., Benz, C., Aida, J. and Campard, G., 2017. The relationship of oral health with general health and NCDs: a brief review. International Dental Journal, 67, pp.1418.

Fatikarini, I. and Handajani, J., 2011, Pengunyahan Permen Karet Gula dan Xylitol Menurunkan Pembentukan Plak Gigi, Majalah Kedokteran Gigi, 18(1):11-14. ISMKMI., 2020, Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional, Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia, URL : https://ismkmi.org/2020/09/12/harikesehatan-gigi-dan-mulut-nasional-2/, diakses 04 September 2021. Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia,

2018,

Riset

Kesehatan

Dasar,

Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 179, 184. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, Survey Menunjukkan Kebiasaan Gosok Gigi

Menurun

Saat

Pandemi

COVID-19,

URL

:

https://www.kemkes.go.id/article/view/21031900002/survey-menunjukkankebiasaan-gosok-gigi-menurun-saat-pandemi-covid-19.html,

diakses

10

September 2021. Larasati, R., 2012, Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. Jurnal Skala Husada, 9(1), pp.97-104. Lubido, S., Garcia - Caballero, L., Abeleira, M. T., Limeres, J., Gracia, M., and Diz, P., 2018, Effect of Chewing an Apple On Dental Plaque Removal and On Salivary Bacterial Viability, Journal Pone, 1(1):1-6. Ramayanti, S. and Purnakarya, I., 2013, Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2):89-93. Sakti, E. S., 2019, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Selatan, pp. 1-9. Santik, Y. D. P., 2015, Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Menunjang Produktivitas Atlet, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 5(1):13-17.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 22


Kajian Hari Kesaktian Pancasila

Gambar 1: Monumen Pancasila Sakti Sejarah perkembangan Pancasila cukup panjang hingga dijadikan sebagai dasar negara. Para pendiri bangsa telah mengadakan berbagai agenda mengenai rancangan dasar negara. Beberapa tokoh dibalik rancangan dasar negara tersebut seperti M. Yamin, dr. Soepomo, Ir. Soekarno, dan banyak tokoh lain telah merumuskannya. Perumusan tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sila dan perbaikannya. Hingga pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno mengusulkan 5 poin dasar negara Indonesia dengan Pancasila yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; Mufakat dan Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perjalanan terbentuknya Pancasila kemudian dilanjutkan dengan pembentukan panitia 9 yang salah satu tugasnya ialah merumuskan dasar negara melalui Piagam Jakarta. Selanjutnya kelima sila tersebut disahkan serta dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 atau UUD 1945 alinea keempat (Bratha dan Wartha, 2017). Kedudukan Pancasila sempat mengalami berbagai tantangan, Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober sangat berkaitan erat dengan peristiwa Gerakan G30S PKI yang menewaskan 6 perwira tinggi dan 1 perwira menengah TNI AD yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan revolusi dan pahlawan nasional RI. Sampai detik ini, insiden tersebut masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Tragedi G30S PKI adalah sebuah sejarah kelam bangsa Indonesia karena tragedi ini merupakan sebuah percobaan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dengan mengubah Indonesia sebagai negara komunis. Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 23


Beberapa pakar juga menyebutkan bahwa insiden G30S merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh PKI untuk mengubah Pancasila menjadi ideologi komunis. Pemikiran tersebut diperkuat dengan kejadian perwira angkatan darat dan sejumlah orang lainnya yang dibunuh oleh oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta atau perebutan kekuasaan. Hingga akhirnya, untuk mengenang peristiwa yang hampir mengancam keberadaan Ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila, pada masa pemerintahan orde baru dikeluarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tanggal 17 September 1966 (Kep 977/9/1966) yang menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila (Yanti, 2017). Makna Hari Kesaktian Pancasila: ●

Sebagai penghormatan terhadap seluruh pahlawan yang berguguran dalam melakukan tugasnya untuk melindungi Pancasila.

Mengingat perjuangan pahlawan sebagai usaha untuk membentengi peranan Pancasila sebagai dasar negara serta sebagai ideologi bangsa

Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang mulai luntur (Zulfikar,2021) Pancasila harus terus diperjuangkan dan harus tetap dipertahankan sebagai ideologi

bangsa Indonesia mengingat fungsi dan kedudukan Pancasila yang amat penting. Fungsi dan kedudukan Pancasila, antara lain Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia, artinya berperan sebagai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia serta sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia. Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Kemudian, Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain, yaitu sikap mental dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang membentuk sikap, watak, perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, artinya mengatur tatanan kehidupan bangsa Indonesia dan negara Indonesia serta mengatur semua pelaksanaan sistem ketatanegaraan Indonesia

Pancasila berfungsi

sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Indonesia. Segala kehidupan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan berlandaskan hukum. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara bahwa Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, dipelihara, dan dilestarikan. Terakhir, Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai landasan pemersatu bangsa. Hal Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 24


tersebut dikarenakan seluruh nilai yang terkandung dalam Pancasila berakar dari tata nilai dan budaya bangsa. Seluruh nilai dalam kelima sila sudah menjadi karakter dan kepribadian bangsa. Itu sebabnya meskipun dalam catatan sejarah terdapat peristiwa-peristiwa penting bahwa terdapat kelompok yang ingin menggeser kedudukan Pancasila dan menggantikannya dengan ideologi lain, Pancasila tetap membuktikan kesaktian dan ketangguhannya (Yanti, 2017). Masa pandemi ini banyak sekali berbagai permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat akibat mulai lunturnya semangat Pancasila. Maraknya penyebaran berita hoaks di masa pandemi, lalainya masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan, terjadinya permasalahan bantuan sosial kepada masyarakat, penyerangan kepada tenaga kesehatan, menjadi segelintir bukti bahwa berbagai elemen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah melupakan sejenak makna nilai Pancasila. Peranan Pancasila sebagai dasar negara saat ini seharusnya sangat dibutuhkan sehingga nilai-nilainya dapat menjadi pedoman masyarakat. Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara kita memiliki pilar-pilar atau penyangga yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, pemerintahan, penegakan hukum, pengaturan perekonomian negara, interaksi masyarakat, dan berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Ketika pilar tersebut diterapkan maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat (Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2021; Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021; Tanjung dan Aranditio, 2021). Contoh penerapan dari nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila seperti pada sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu melalui sikap patuh terhadap kebijakan vaksinasi maka masyarakat turut menjalankan misi kemanusiaan. Kepatuhan untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 dapat membantu pemerintah untuk mengendalikan laju persebaran virus. Selain berguna untuk diri sendiri karena dengan vaksin dapat membentuk kekebalan terhadap virus, juga berguna untuk orang di sekitar kita agar tidak tertular oleh virus Covid-19. Kondisi ini memberikan tantangan bagaimana sila kedua dipraktikkan: memperlakukan manusia secara adil dan beradab. Dengan mengikuti semua aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dilatih untuk bersikap adil kepada orang lain yang akan berimbas positif bagi diri sendiri. Penerapan nilai lain seperti pada sila keempat,yaitu

Kerakyatan

Yang

Dipimpin

Oleh

Hikmat

Kebijaksanaan

Dalam

Permusyawaratan/Perwakilan. Hal tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah beserta jajarannya untuk mewujudkan koordinasi membuat kebijakan atau kesepakatan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 25


terkait program vaksinasi untuk masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah tentu diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang komprehensif, sehingga masyarakat sangat diminta untuk mematuhinya sesuai dengan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan (Setiawan, 2020). Berdasarkan paparan di atas ditunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat dibutuhkan pada kondisi saat ini. Hal tersebut khususnya pada agenda vaksinasi untuk mengurangi laju pertumbuhan virus Covid-19 dan mengendalikan pandemi ini. Melalui peringatan momentum hari kesaktian Pancasila sudah seharusnya masyarakat sadar akan perjuangan pahlawan yang telah mempertahankan ideologi Pancasila agar tidak tergantikan dengan ideologi yang lain. Sehingga hari kesaktian Pancasila bukan hanya dimaknai sebagai peringatan momentum saja melainkan menjadi sebuah pengingat agar masyarakat senantiasa menerapkan nilai-nilai Pancasila. Dalam momentum memperingati hari kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 2021, perlu kembali kita renungkan bersama mengenai Pancasila sebagai landasan pemersatu bangsa, citacita dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memperingati hari kesaktian Pancasila tidak hanya dengan mengadakan kegiatan simbolis saja, namun segenap rakyat Indonesia perlu merenungkan Kembali, memahami makna nilai Pancasila dan mengimplementasikan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Rakyat Indonesia hendaknya memiliki semangat pantang menyerah untuk memulai perubahan-perubahan kecil ke arah yang lebih baik seperti mematuhi protokol kesehatan , untuk Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 26


Daftar Pustaka Brata, I.B. and Wartha, I.B.N., 2017. Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia. Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP), 7(1):120-132. Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2021, PUTUSAN PN JAKARTA PUSAT

8/PID.SUS-TPK/2021/PN

JKT.PST,

Tersedia

di

putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/zaebf4ae317024e0a1b7303535373 335, diakses pada 26 September 2021. Pemerintah Kabupaten Bone, 2020, Pedoman Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Kesaktian

Pancasila

Tahun

2020,

Tersedia

di

https://bone.go.id/wp-

content/uploads/2020/09/Hari-kesaktian-pancasila.png, diakses pada 26 September 2021. Satuan

Tugas

Penanganan

COVID-19,

2021,

Hoax

Buster,

Tersedia

di

https://covid19.go.id/p/hoax-buster, diakses pada 26 September 2021. Setiawan, K.U., 2020, Upaya menerapkan nilai-nilai luhur pancasila selama dan sesudah pandemi Covid-19, Diligentia Journal of Theology and Christian Education, Diligentia, 2(3);78-79. Tanjung, E., Aranditio, S., 2021, Kemenkes Kecam Penyerangan Tempat Vaksinasi Oleh Sekelompok

Warga

di

Aceh,

Tersedia

di

https://www.suara.com/news/2021/09/29/192610/kemenkes-kecam-penyerangantempat-vaksinasi-oleh-sekelompok-warga-di-aceh, diakses pada 26 September 2021. Yanti, F., 2017, Peristiwa G-30-S/PKI di Balik Penetapan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 1965), Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 2(2) : 33-40. Zulfikar, F., 2020, Hari Kesaktian Pancasila Diperingati Setiap Tanggal 1 Oktober, Begini Sejarahnya, Tersedia di Hari Kesaktian Pancasila Diperingati Setiap Tanggal 1 Oktober, Begini Sejarahnya (detik.com) diakses pada 26 September 2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 27


Kajian Hari Dokter Nasional Sejak zaman perjuangan kemerdekaan, para dokter sudah menjadi salah satu pejuang di bidang kemanusiaan. Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, dan Tjipto Mangoenkoesoemo tercatat dalam sejarah berkat perannya dalam memerangi penyakit sekaligus penjajahan di Indonesia oleh kolonialisme. Jika berkaca pada zaman perjuangan kemerdekaan, momentum profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada tanggal 2 Januari 1849 dan berhasil mendapat 12 lulusan namun saat itu mereka hanya dianggap sebagai 'mantri cacar' walaupun memiliki gelar dokter. Lewat perjalanan yang panjang, barulah pada tahun 1898, sekolah pendidikan dokter yang sebenarnya didirikan dengan nama STOVIA. Dari sinilah, terlahir dokter-dokter pejuang kemerdekaan (Kemenkes, 2017). Asal-usul dicetuskannya Hari Dokter Nasional dimulai pada tahun 1911 ketika dilahirkan perhimpunan bernama Vereniging van lndische Artsen yang diketuai oleh dr. J.A.Kayadu. Perkumpulan tersebut kemudian berubah pada tahun 1926 menjadi Vereniging van Indonesische Genesjkundigen (VGI). Dulu, dokter Indonesia sering dibeda-bedakan dengan dokter dari Belanda, dari segi kualitasnya. Menurut Prof. Bahder Djohan, selaku sekretaris VIG selama 11 tahun, tujuan dibentuknya VIG ialah menyuarakan pendapat dokter asli Indonesia. Mereka mengubah kata ‘Indische’ menjadi ‘Indonesische’, yang berarti Indonesia, sebagai bentuk pengakuan para dokter tanah air terhadap persatuan Indonesia. Pada tahun 1943 VIG dibubarkan dan digantikan oleh Ikatan Dokter Indonesia sebagai perkumpulan dokter dan yang disahkan secara hukum pada tanggal 24 Oktober 1950. Sejak itulah, tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional sekaligus hari lahirnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI, 2017). Ikatan Dokter Indonesia atau The Indonesian Medical Association yang kemudian disingkat IDI didirikan sekitar 62 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1950. IDI adalah satu-satunya organisasi profesi bagi dokter di seluruh wilayah Indonesia yang bersifat nasional dan independen seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran No.29 tahun 2004. IDI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, musyawarah, keadilan, kesejawatan, dan profesionalisme yang dijiwai oleh sumpah dokter dan kode etik kedokteran Indonesia. IDI bertujuan untuk memadukan segenap potensi dokter dari seluruh Indonesia, menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan profesi kedokteran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 28


teknologi kedokteran, serta meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan sejahtera (IDI,2017). IDI memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa, selain sebagai agent of treatment, saat ini IDI juga dituntut untuk memiliki peran strategis sebagai agent of development mengingat adanya orang-orang terpelajar atau cendekiawan di dalamya. IDI dan anggotanya diharapkan melebarkan lapangan pengabdiannya dengan berkontribusi seluasluasnya dalam upaya menyehatkan bangsa secara komprehensif dari segi fisik, mental maupun sosial. IDI memiliki peran penting dalam melindungi hak dokter dan pendistribusian dokter secara merata di seluruh wilayah Indonesia agar tercapainya kesehatan secara nasional. Organisasi ini sudah hadir di 32 Wilayah dan 343 Cabang, IDI juga menaungi 35 Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp), 42 Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), 1 Perhimpunan Dokter Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP), 2 Perhimpunan Dokter Penunjang Pengembangan Profesi Kedokteran (PDP3K) dan 1 Perhimpunan Dokter Se-Okupasi (PDsO) (IDI, 2017) Para dokter telah berperan banyak dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Indonesia. Dokter tidak hanya mengobati tetapi juga melayani konsultasi yang dapat memberikan informasi, edukasi, dan dukungan kepada pasiennya. Dokter juga berperan dalam memberikan perawatan medis yang berkelanjutan sehingga pasiennya dapat kembali sehat dan meningkatkan kualitas hidupnya. Profesi sebagai seorang dokter bukanlah hal yang mudah, besar tanggung jawab seorang dokter dalam menjaga kesehatan masyarakat. Terlebih sejak kasus terkonfirmasi Covid-19 yang pertama kali diumumkan pada awal Maret 2020 menyebabkan Indonesia mengalami situasi yang begitu sulit. Angka kasus covid-19 semakin meningkat dengan jumlah pertambahan yang naik turun. Seluruh tenaga kesehatan termasuk di dalamnya dokter bertugas menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19 ini. Bahkan, hingga saat ini pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum usai. Para dokter rela mengorbankan jiwa dan raga untuk mengobati, memulihkan, dan menjaga kesehatan masyarakat Indonesia. Padahal, pada posisi tersebut merekalah yang memiliki risiko paling tinggi tertular virus Covid-19. Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat jumlah dokter yang gugur dalam penanganan pandemi Covid-19 mencapai 730 dokter terhitung hingga bulan September 2021. Kematian tertinggi mencapai 216 orang terjadi pada bulan Juli 2021 saat terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi di tanah air. Dokter yang gugur saat

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 29


bertugas ini merupakan pahlawan bangsa yang tak kenal lelah dan takut dalam menghadapi pandemi Covid-19 (Kuswandi, 2021). Dalam rangka memaknai Hari Dokter Nasional, masyarakat Indonesia dapat dilakukan dengan memberi apresiasi atas perjuangan, pengorbanan, dan gugurnya para dokter. Salah satunya dengan meningkatkan gaya hidup sehat dan menerapkan protokol kesehatan. Melakukan gerakan 5M yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilisasi (Alfarizi, 2021). Kedisiplinan dalam menerapkan hal tersebut dapat mencegah terjadinya penyebaran kasus Covid-19. Selain itu, masyarakat Indonesia diharapkan dapat mendukung program vaksinasi dengan turut serta mengikuti vaksinasi yang ada. Vaksinasi diharapkan dapat membentuk imunitas seseorang sehingga dapat menurunkan angka kasus Covid-19. Dengan demikian, secara tidak langsung masyarakat dapat meringankan tugas para dokter dalam menangani pandemi Covid-19 dan meningkatkan kualitas kesehatan.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 30


Daftar Pustaka Alfarizi,

A.

A.,

2021,

5M

Dimasa

Pandemi

Covid-19

di

Indonesia,

http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2021/02/01/46/5-m-dimasa-pandemicovid-19-di-indonesia.html , diakses 19 Oktober 2021 pukul 19.47. Kemenkes., 2017, Hari Dokter Nasional. https://promkes.kemkes.go.id/?p=8246 diakses 20 Oktober 2021 pukul 16.35. Kuswandi,

2021,

730

Dokter

Gugur

Akibat

Pandemi

Covid-19,

https://www.jawapos.com/nasional/09/09/2021/730-dokter-gugur-akibatpandemi-covid-19/, diakses 20 Oktober 2021 pukul 21.28. IDI., 2017, Sejarah IDI, http://www.idionline.org/about/about-idi/ , diakses 20 Oktober pukul 17.32. IDI., 2017, Visi dan Misi IDI, http://www.idibadung.or.id/index.php/page/3/Visi-danMisi.html , diakses 20 Oktober 18.55. Zaenal, A., 2013. IDI dan Kepemimpinan Bangsa, http://www.idionline.org/kolom/idi-dankepemimpinan-bangsa/ , diakses 20 Oktober 20.03.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 31


Kajian Hari Pahlawan

Gambar 1: Mobil Brigadir Mallaby yang hancur di Surabaya (a) Bung Tomo yang menggelorakan semangat perjuangan (b) (Lelono, 2018) Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November di mana mengacu pada pecahnya pertempuran besar di Surabaya antara pejuang Indonesia dan Sekutu, yaitu tentara Inggris. Peringatan Hari Pahlawan didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Keputusan ini disahkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 16 Desember 1959. Peringatan Hari Pahlawan bertujuan untuk memperingati patriotisme bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran yang diperingati setiap tanggal 10 November ini bukanlah suatu pertempuran yang berlangsung dalam satu hari, melainkan melibatkan rangkaian pertempuran sejak akhir Oktober 1945 hingga akhir November 1945. Pertempuran ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pertempuran pendahuluan, pertempuran 10 November, dan pertempuran akhir. Pertempuran ini diperkirakan melibatkan kurang lebih 20.000 pasukan TKR yang berasal dari berbagai penjuru Jawa Timur dan didukung oleh rakyat pejuang yang berjumlah kurang lebih 140.000 orang (Gitiyarko, 2020). Pada pertengahan September, tentara Inggris mendarat di Jakarta kemudian mereka tiba di Surabaya. Tentara Inggris tergabung di dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yang datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Tentara ini bertugas untuk melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, dan mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan. Hal ini menimbulkan gejolak antara tentara dan milisi pro kemerdekaan Indonesia serta pihak Belanda (Firmansyah, 2020). Keadaan semakin memanas ketika sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan W.V.Ch. Ploegman mengibarkan bendera Belanda di sebelah utara di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan Nomor 65, Surabaya. Pengibaran bendera ini dilakukan tanpa persetujuan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 32


Pemerintah RI Daerah Surabaya sehingga memicu kemarahan warga Surabaya karena mereka menganggap hal tersebut merupakan pelecehan terhadap bendera Merah Putih. Warga Surabaya berkerumun di depan Hotel Yamato meminta agar bendera Belanda diturunkan dan dikibarkan bendera Indonesia. Perwakilan Indonesia melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Akan tetapi, pihak Belanda menolak untuk menurunkan bendera tersebut. Ploegman mengeluarkan pistol dan terjadilah perkelahian di dalam ruang perundingan. Ploegman tewas tercekik oleh Sidik. Keadaan Hotel Yamato sangat ricuh, tetapi Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih (Firmansyah, 2020).

Gambar 2: Reka ulang perobekan bendera Belanda di pucuk tiang menara Hotel Majapahit (Hermawan, 2019) Pada tanggal 29 Oktober 1945, pihak Indonesia dan Inggris sepakat untuk menandatangani gencatan senjata. Akan tetapi, kedua pihak bentrok di keesokan harinya sehingga Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris, tewas tertembak dan mobil yang ditumpanginya diledakkan oleh milisi. Hal ini menyebabkan pemerintah Inggris marah dan melalui Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Mallaby, dikeluarkanlah ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan serta harus menyerahkan diri. Batas ultimatum pada pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Ultimatum ini membuat rakyat Surabaya marah. Di sisi lain, Bung Tomo membakar semangat rakyat melalui radio yang dipancarkan di Jalan Mawar Nomor 4. Radio tersebut menyiarkan penolakan pihak Indonesia terhadap ultimatum Inggris. Radio tersebut juga menyiarkan permintaan bagi para pemuda untuk mempertahankan Surabaya dan memanggil pemuda dari berbagai kota di Surabaya serta Madura untuk datang berjuang membantu Surabaya. Terjadilah pertempuran 10 November yang berlangsung sekitar tiga minggu. Inggris mulai menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara. Pada awalnya, Inggris berhasil melucuti senjata pasukan TKR yang berada di Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 33


gudang Kalimas dan dilanjutkan dengan menyergap pos-pos yang dijaga oleh pasukan TKR. Para pemuda mempertahankan lini pertahanan pertama sampai pukul 18.00. Pada malam harinya, para perempuan sebagai regu penolong mulai mengevakuasi korban-korban. Masingmasing sektor dan lini pertahanan perlahan-lahan berhasil dilumpuhkan oleh tentara Inggris dengan mengerahkan kekuatan darat, udara, dan laut. Pertempuran akhir antara tentara Inggris dan rakyat Surabaya terjadi di lini pertahanan terakhir Surabaya, yaitu daerah Gunung Sari. Pertempuran ini menewaskan ribuan korban, baik dari pihak Indonesia maupun Inggris (Firmansyah, 2020; Gitiyarko, 2020).

Skema 1: Rangkaian pendahuluan pertempuran Surabaya (Gitiyarko, 2020)

Skema 2: Rangkaian pertempuran Surabaya pada tanggal 10-28 November 1945 (Gitiyarko, 2020)

Skema 3: Rangkaian akhir pertempuran Surabaya (Gitayarko, 2020) Akibat peristiwa yang telah dijelaskan di atas, setiap tanggal 10 November sudah sepantasnya kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan demi mempertahankan kemerdekaan patut dikenang oleh seluruh masyarakat Indonesia sepanjang hayat. Namun, mengenang saja tidak cukup. Kita juga harus meneladani sikap dan perbuatan mereka. Momen Hari Pahlawan juga dapat menjadi awal untuk mengasah nilai-nilai kepahlawanan bagi generasi muda Indonesia (Melani, 2019). Peristiwa sejarah yang terjadi saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia memiliki beberapa nilai yang dapat diteladani, seperti nilai perjuangan atau rela berkorban, nilai Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 34


mengutamakan kepentingan negara dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan, dan nilai cinta tanah air. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang masih relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan saat ini (Rosmalia, 2016). Nilai perjuangan rela berkorban adalah sikap bersedia dan ikhlas dalam membantu orang lain. Bukan berarti kita harus melakukan hal yang sama seperti mengorbankan nyawa kita tetapi bagaimana kita rela memberikan hal-hal berharga untuk kepentingan bangsa seperti yang telah dilakukan oleh para pahlawan. Salah satu contoh yang dapat dilakukan yaitu dengan membayar pajak sesuai ketentuan (Adiwardoyo, 2020; Gischa, 2021). Kemudian, nilai cinta tanah air yang dipraktikkan oleh para pahlawanan dapat kita teladani hingga saat ini. Bagaimana dahulu para pahlawan mengungkapkan rasa cinta tanah airnya dengan merobek bendera Belanda yang berkibar di hotel Yamato dan selalu siap sedia berada di garis depan untuk melawan musuh. Sikap cinta tanah air yang dapat dilakukan saat ini adalah memiliki rasa bangga, menghargai, menghormati, dan loyal terhadap negara sendiri (Gischa, 2021). Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi juga salah satu nilai yang dapat diambil dari pertempuran 10 November yang mana para pahlawan tidak takut mati demi mendapatkan kemerdekaan bangsa ini. Sikap tersebut patut kita teladani dalam menjalankan peran kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki perbedaan beragam. Mementingkan kepentingan bersama sangat berpengaruh terhadap persatuan bangsa ini sekaligus mengimplementasikan sila ke-3 Pancasila. Menurut Pedoman Hari Pahlawan Tahun 2021, ketentuan pelaksanaan memperingati Hari Pahlawan tahun ini diselenggarakan dengan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan protokol kesehatan. Hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah tetap menghargai sejarah walaupun dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Nilai-nilai kepahlawanan yang disebutkan sebelumnya dapat juga diimplementasikan pada masa pandemi saat ini. Pada masa pandemi seperti ini, banyak orang di kalangan masyarakat yang mengalami kesulitan. Baik dari kalangan masyarakat bawah maupun atas, semua terkena dampak yang sama. Namun, dibalik kesulitan yang dialami, ada juga orang-orang yang sangat berperan dalam kondisi saat ini. Mulai dari tenaga medis, aparat negara, hingga para relawan, mereka semua rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk melayani sesama (Junaedi, 2021). Para dokter dan tenaga medis lainnya menjadi garda terdepan dalam menyembuhkan masyarakat yang terjangkit COVID-19. Mereka bekerja siang malam tanpa henti menerima dan mengobati para pasien demi menyelamatkan banyak nyawa manusia. Para tenaga medis ini juga harus menerima risiko tertular COVID-19 dari paparan setiap pasien yang ditangani. Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 35


Belum lagi para tenaga medis tidak dapat berkumpul bersama keluarganya karena akan membahayakan anggota keluarganya sendiri. Para aparat negara baik dari jajaran TNI maupun Polri juga harus bekerja ekstra pada masa pandemi ini. Mereka harus terus menjaga ketertiban mulai dari penggunaan masker hingga menjaga mobilisasi warga sebagai bentuk pencegahan penyebaran COVID-19 yang semakin meluas di Indonesia. Para aparat juga mendapatkan risiko yang besar pula untuk terjangkit COVID-19 akibat bersinggungan terhadap banyak orang. Selain itu, para relawan juga terus bekerja untuk membantu sesama yang kesulitan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan. Mereka menjadi harapan banyak orang yang sangat membutuhkan bantuan pada masa ini, baik dari segi logistik, ekonomi, maupun dukungan psikologis. Para relawan selalu semangat bekerja dalam membantu sesama tanpa menuntut balas jasa. Selain beberapa contoh di atas, ada pahlawan lain yang berperan penting dalam mengurangi risiko terjangkitnya virus COVID-19, seperti kurir ekspedisi yang membantu mengantar barang hingga tujuan. Seperti yang telah kita ketahui, efek dari pandemi yang mengharuskan di rumah saja membuat banyak masyarakat yang akhirnya harus menggunakan jasa pemesanan daring untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kurir juga berperan dalam proses pendistribusian alat kesehatan ataupun bantuan sosial yang dilakukan oleh para relawan. Kemudian, kurang rasanya jika guru tidak disebut sebagai pahlawan pada masa pandemi ini. Akibat kebijakan yang mengharuskan semua kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring, hal ini menjadi tantangan bagi para guru untuk dapat menyampaikan materi dengan jelas tanpa bertatap muka langsung dengan para siswa (Nanda, 2020). Mereka menjadi contoh hadirnya pahlawan pada masa pandemi ini. Mereka sangat pantas disebut pahlawan karena mereka tidak mementingkan diri sendiri dan selalu murah hati. Mereka juga tidak ragu untuk memberi sebanyak mungkin dan membantu siapapun. Kepedulian dan perhatian mereka bagi orang lain sangat patut untuk kita hargai (Junaedi, 2021). Sebagai seorang mahasiswa, kita juga bisa menjadi pahlawan dengan cara membantu sesama kita yang membutuhkan. Apapun keahlian dan bantuan kita pasti sangat diperlukan masyarakat Indonesia. Mahasiswa pasti memiliki moral, intelektual, dan jiwa sosial yang dapat digunakan menjadi dasar untuk memberikan bantuan bagi masyarakat (Webmaster, 2021). Mendapatkan sebuah gelar pahlawan pada masa penjajahan sangatlah sulit. Pahlawan dituntut untuk memegang senjata dan rela bertumpah darah bagi bangsa Indonesia. Namun di Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 36


saat pandemi seperti ini, menjadi seorang pahlawan tidak perlu melakukan hal-hal yang berat. Cukup berdiam diri di rumah dan selalu menjaga protokol kesehatan sudah sangat membantu bangsa ini untuk terus memulihkan keadaan dengan mengurangi naiknya kasus COVID-19 (Garjito dan Intan, 2020). Oleh karena itu, marilah kita khususnya generasi penerus bangsa menjadikan momentum Hari Pahlawan ini sebagai ujung tombak agar dapat mengambil bagian sebagai pahlawan-pahlawan kemanusiaan seperti dengan menggelorakan semangat untuk patuh terhadap protokol kesehatan. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus menjaga bangsa ini agar tetap terus berkembang dan menjadi negara yang utuh serta kuat karena kesatuannya.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 37


Daftar Pustaka Adiwardoyo, K., 2020, Nilai-Nilai Kepahlawanan yang Bisa Diteladani, Blog by Klob, dilihat 8 November 2021, <https://blog.klob.id/2020/08/14/nilai-nilai-kepahlawananyang-bisa-diteladani/> Egeham, L., Jubir Covid-19: teladani Semangat Pejuang Kemerdekaan untuk Lawan Corona, Liputan6,

dilihat

8

November

2021,

<https://www.liputan6.com/news/read/4244190/jubir-covid-19-teladanisemangat-pejuang-kemerdekaan-untuk-lawan-corona> Firmansyah, R., 2020, Sejarah Hari Pahlawan yang Diperingati Tiap 10 November: Bermula dari Pertempuran Surabaya, PRFMNEWS, dilihat pada tanggal 31 Oktober 2021, <https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13935808/sejarah-haripahlawan-yang-diperingati-tiap-10-november-bermula-dari-pertempuransurabaya> Garjito, D., dan Intan, R., 2020, Kerja di Rumah Saatnya Jadi Pahlawan Cuma dengan Rebahan,

Suara.com,

dilihat

pada

tanggal

1

November

2021,

<https://www.suara.com/news/2020/03/24/064536/kerja-di-rumah-saatnya-jadipahlawan-cuma-dengan-rebahan?page=all > Gischa, S., 2021, Cara Menghargai Jasa pahlawan dan Meneladani Sikapnya, Kompas.com,

dilihat

8

November

2021,

<https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/19/152304469/cara-menghargaijasa-pahlawan-dan-meneladani-sikapnya> Gitiyarko, V., 2020, Sejarah Hari Pahlawan: Pertempuran Surabaya 10 November 1945, Kompaspedia,

dilihat

pada

tanggal

31

Oktober

2021,

<https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-hari-pahlawanpertempuran-surabaya-10-november-1945> Hermawan, W., 2019, 17 Agustus - Insiden Hotel Yamato, Tribunnewswiki.com, dilihat pada tanggal 31 Oktober 2021, <https://www.tribunnewswiki.com/2019/08/09/17agustus-insiden-hotel-yamato> Junaedi, A., 2021, Pahlawan-pahlawan di Tengah Pandemi, Kompas.com, dilihat pada tanggal 1

November

2021,

<https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/28/101731965/pahlawanpahlawan-di-tengah-pandemi?page=all > Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 38


Lelono, R.S., 2018, Di Balik Dahsyatnya Pertempuran Surabaya 10 November 1945, MalangVoice, dilihat pada tanggal 31 Oktober 2021, <https://malangvoice.com/dibalik-dahsyatnya-pertempuran-surabaya-10-november-1945/> Melani, A., 2019, Hari Pahlawan, Yuk Menagsah Nilai-nilai Kepahlawanan, Liputan 6, dilihat 8 November 2021, < https://surabaya.liputan6.com/read/4106912/hari-pahlawanyuk-mengasah-nilai-nilai-kepahlawanan> Nanda, S., 2020, Selain Dokter, Siapakah Pahlawan di Masa Pandemi COVID19?, Ruangguru, dilihat pada tanggal 6 November 2021, <https://www.ruangguru.com/blog/selaindokter-siapakah-pahlawan-di-masa-pandemi-covid19> Rosmalia, P., Menghayati Nilai Kepahlawanan, Media Indonesia, dilihat 8 November 2021, <https://mediaindonesia.com/humaniora/76876/menghayati-nilai-kepahlawanan> Webmaster, 2021, Peran Mahasiswa dalam Masyarakat di Masa Pandemi,STISP WIDURI, dilihat pada tanggal 1 November 2021, <https://widuri.ac.id/peran-mahasiswadalam-masyarakat-di-masa-pandemi/ >

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 39


Kajian Hari Sumpah Pemuda

Gambar 1. Ilustrasi Kongres Pemuda II Kaum muda memiliki andil yang besar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat, kaum muda menjadi aktor utama, baik itu dalam pertempuran fisik, maupun adu-adu gagasan dalam rangka tercapainya kemerdekaan. Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan perwujudan gagasan besar pemuda yang menjadi salah satu tonggak sejarah nasionalisme Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan bagian dari Kongres Pemuda II yang dilangsungkan pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Sejarawan senior LIPI, Taufik Abdullah, memasukkan peristiwa tersebut sebagai salah satu dari “Tiga Peristiwa Satu Napas” bersamasama dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Peristiwa 10 November 1945. Peristiwa tersebut disejajarkan dengan peristiwa krusial lain dalam sejarah negeri ini sebab pada saat itulah para pemuda mau dan mampu meninggalkan sekat-sekat perbedaan kesukuan, ras, dan agama. Mereka bersama-sama berikrar bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan berbahasa satu bahasa Indonesia. Peristiwa bersejarah ini diperingati sebagai hari peringatan nasional sejak ditetapkannya Keputusan Presiden No. 316 tahun 1959 (Chryshna, 2021; Wahyudi 2016). Gagasan terkait Sumpah Pemuda diinisiasi oleh organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia, yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). PPPI menyelenggarakan tiga kongres yang bertempat di tiga gedung berbeda. Kongres ini dihadiri oleh organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi (Afrilianti, 2021). Rapat Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 1928 terbagi menjadi tiga sesi dengan tempat yang berbeda-beda. 1. Rapat pertama diselenggarakan pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng, membahas lima faktor yang Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 40


bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan; 2. Rapat kedua diselenggarakan pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung OostJava Bioscoop, membahas masalah pendidikan; 3. Rapat ketiga, diselenggarakan di hari yang sama dengan rapat kedua dan bertempat di Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta. Hal yang dibahas yaitu pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. (Afrilianti, 2021) Kongres kemudian ditutup dengan dikumandangkannya lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman, setelah itu diumumkan rumusan dari sumpah setia yang berbunyi sebagai berikut. “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Rumusan tersebut ditulis oleh Mohammad Yamin sebagai salah satu panitia Kongres Pemuda Kedua dan dibacakan langsung oleh Ketua Panitia Kongres Pemuda Kedua, Soegondo Djojopoespito. Teks ini kemudian dikenal sebagai ikrar "Sumpah Pemuda" (Afrilianti, 2021). Peristiwa Sumpah Pemuda membawa dampak yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini mampu menjadi titik awal tumbuhnya jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi karena untuk pertama kalinya sifat-sifat kedaerahan dapat dikesampingkan dan suatu konsensus bersama dapat dilahirkan. Ketika itu juga, simbol-simbol nasionalisme bangsa Indonesia berupa bahasa dan lagu kebangsaan diperkenalkan untuk pertama kalinya. Para pemuda berhasil menunjukkan kepada pemerintah kolonial bahwa mereka mampu bersatu ditengah perbedaan (Hafidz, 2019). Persatuan bangsa Indonesia yang mulai tampak juga menjadikan siasat pemecah belah Belanda ‘Devide et Impera’ tak lagi relevan digunakan di Indonesia. Bangsa Indonesia telah berkehendak untuk bersatu karena menyadari bahwa persatuan dan kesatuan adalah senjata yang paling ampuh untuk bisa keluar dari cengkeraman penjajah. Bangsa Indonesia tidak mudah lagi dihasut oleh tipu muslihat kolonial Belanda karena Bangsa Indonesia tahu bahwa tidak ada untungnya berselisih dengan saudara sendiri (Gischa, 2021).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 41


Rasa nasionalisme dan kehendak untuk bersatu inilah yang menjadi modal bangsa Indonesia dalam membulatkan tekadnya untuk merdeka. Peristiwa Sumpah Pemuda mengilhami peristiwa-peristiwa selanjutnya yang menjadi rangkaian menuju kemerdekaan. Bangsa Indonesia menjadi terbiasa memiliki sifat saling menghargai, toleransi, dan tidak memaksakan kehendak. Struktur sosial masyarakat yang memilih bersatu oleh pelopor para pemuda juga merupakan kekuatan tersendiri yang menjadi energi untuk perjuangan meraih kemerdekaan (Hafidz, 2019). Salah satu ikrar yang diucapkan pada saat Sumpah Pemuda adalah mengenai bahasa kesatuan, yaitu bahasa Indonesia. Sejak peristiwa tersebut, bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam berbagai kegiatan khususnya komunikasi. Adanya bahasa persatuan memiliki dampak yang sangat baik bagi bangsa Indonesia mengingat Indonesia memiliki berbagai macam bahasa berbeda yang berasal dari daerah masing - masing. Relevansi dari ikrar tersebut juga dapat dilihat dengan perkembangan bahasa Indonesia yang cukup pesat. Saat ini, pengantar pendidikan sudah banyak yang menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, sudah banyak pula pemuda yang sadar akan pentingnya bahasa Indonesia. Hal tersebut tercermin dari banyaknya berbagai ajang perlombaan yang diselenggarakan dengan mengangkat tema seputar bahasa Indonesia (Suwarno dan Yanwar, 2019). Selain dari sisi ikrar mengenai bahasa kesatuan, relevansi Sumpah Pemuda yang masih terlihat hingga saat ini adalah nilai persatuan. Persatuan itu hanya bermakna bila ada kesetaraan dan keduanya hanya dapat diperoleh bila ada kemerdekaan. Kesetaraan juga akan mewujudkan keadilan, sesuatu yang masih dicari sampai sekarang. Selain itu, persatuan yang ada diharapkan bukan hanya untuk memperkokoh berdirinya bangsa Indonesia. Namun, nilai persatuan yang dimiliki juga digunakan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang makmur, adil, dan sejahtera. Sumpah Pemuda diharapkan menjadi sebuah ikrar untuk membakar semangat pemuda agar bersatu untuk tujuan bersama. Sumpah Pemuda di masa kini bertujuan untuk melestarikan persatuan di antara pemuda dan masyarakat Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda, masyarakat diharapkan akan selalu kembali teringat bahwa persatuan bukanlah hal yang mudah di masa lalu. Oleh karena itu, secara tidak langsung kita diajak untuk tetap menjaga, merawat, dan melestarikan apa yang sudah dibangun para pemuda di masa lalu melalui peringatan hari Sumpah Pemuda (Djajadiningrat, 2020).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 42


Gambar 2. Ilustrasi Semangat Sumpah Pemuda Tema yang diangkat oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada peringatan hari Sumpah Pemuda 2021 yang ke-93 ialah ‘Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh’. Tema tersebut menggambarkan semangat persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia. Selain itu, peringatan Sumpah Pemuda kali ini diharapkan dapat membangkitkan semangat partisipasi kaum muda untuk bangkit melawan pandemi COVID-19 sehingga mewujudkan pertumbuhan ekonomi melalui semangat kewirausahaan pemuda. Bentuk Logo dalam peringatan hari Sumpah Pemuda 2021 adalah angka 93 sambung tanpa putus yang menunjukkan komitmen pemuda Indonesia untuk bersatu mengatasi pandemi COVID-19. Bentuk yang tegas dalam logo tersebut mencerminkan jiwa semangat kepemudaan yang akan terus berkobar untuk Indonesia bangkit. Kolaborasi warna yang digunakan dalam logo tersebut menunjukkan adanya kolaborasi pemuda Indonesia yang beragam dan bersama sama berkomitmen mewujudkan ekonomi Indonesia yang tumbuh dengan semangat kewirausahaan pemuda (Kemenpora, 2021). Peran Pemuda di masa kini antara lain sebagai berikut, a.

Agent of change Pemuda Indonesia memiliki peran dalam menentukan kemajuan bangsa Indonesia. Pemuda dapat melakukan perubahan - perubahan menuju arah yang lebih baik dalam lingkungan daerah maupun nasional. Hal tersebut yang mendasari bahwa peran pemuda sangat penting karena para generasi muda lah yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia di masa depan melalui berbagai perubahan. Terdapat berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh para generasi muda. Namun, hal tersebut tidak boleh menjadi penghalang bagi generasi muda Indonesia. Pemuda dapat kembali menengok mengenai makna Sumpah Pemuda yang mana mengajarkan bahwa segala tantangan yang ada akan dapat dilalui jika dilakukan secara bersama-sama (Mertayasa, 2020).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 43


b. Agent of development Pelaksanaan berbagai pembangunan dalam berbagai aspek, baik pada pembangunan daerah maupun pembangunan nasional tidak lepas dari peran serta tanggung jawab generasi muda Indonesia. Pemuda Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga eksistensi bangsa Indonesia serta dapat memberikan kesan yang baik di mata dunia. Selain itu, diperlukan adanya upaya dalam rangka pengembangan potensi dan produktivitas yang terdapat pada diri generasi muda demi mencapai tujuan pembangunan bangsa Indonesia baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang (Mertayasa, 2020). c. Membangun pendidikan Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Konsep tersebut harus tertanam pula dalam benak generasi muda Indonesia karena mereka lah yang nantinya akan melakukan perubahan demi kemajuan bangsa Indonesia. Peran pemuda dalam membangun pendidikan di Indonesia tercermin dari banyaknya tenaga pendidik yang masih tergolong muda dan semangat memberikan pendidikan yang bermutu pada generasi penerusnya. Selain itu, banyak kegiatan-kegiatan pemuda Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pada daerah-daerah terpencil di Indonesia (Mertayasa, 2020). d. Memiliki semangat juang yang tinggi Pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki jiwa semangat perjuangan yang tinggi. Semangat perjuangan dalam usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan dengan menyampaikan gagasan - gagasan baru mengenai pembangunan serta aksi nyata dalam pembangunan bangsa Indonesia. Selain itu, semangat yang tinggi juga dapat diraih dengan menerapkan makna Sumpah Pemuda (Mertayasa, 2020). Sumpah Pemuda menjadi sebuah peristiwa bersejarah, khususnya bagi para pemuda Indonesia yang berperan besar dalam menjaga persatuan bangsa. Semangat yang tinggi harus terus ditanamkan dalam jiwa pemuda karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan keutuhan bangsa ini. Di tangan para pemuda inilah bangsa Indonesia bisa bangkit, bersatu, dan tumbuh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 44


Daftar Pustaka Chryshna, M., 2018, Keputusan Presiden Nomor 67 tahun 1961 tentang Perubahan Hari Pendidikan

Nasional,

URL

:

https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/dokumen/keputusan-presiden-nomor67-tahun-1961-tentang-perubahan-hari-pendidikan-nasional, diakses 20 Oktober 2021. Djajadiningrat,

I.,

2020,

Relevansi

Sumpah

Pemuda

di

Masa

Kini,

URL

:

https://www.kompasiana.com/irnanir/5f98ac748ede4852bc4c9dd2/relevansisumpah-pemuda-di-masa-kini, diakses 20 Oktober 2021. Gischa,

S,

2021,

Dampak

Sumpah

Pemuda,

URL

:

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/14/191507569/dampak-sumpahpemuda, diakses 20 Oktober 2021. Hafidz, H., 2019, 4 Dampak Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 Bagi Indonesia, URL : https://sejarahlengkap.com/indonesia/dampak-peristiwa-sumpah-pemuda-1928, diakses 22 Oktober 2021. Kemenpora, 2021, Panduan Penyelenggaraan Hari Sumpah Pemuda Ke-93 Tahun 2021, URL :

https://www.kemenpora.go.id/pengumuman/26/panduan-penyelenggaraan-

peringatan-hsp-ke-93-tahun-2021, diakses 26 Oktober 2021. Mertayasa, G. M., 2020, Peran Pemuda “Potensi, Masalah, Peran, dan Harapan Untuk Bangsa, URL : PEMUDA ”POTENSI, MASALAH, PERAN, DAN HARAPAN UNTUK BANGSA” | Bagian Kesejahteraan Rakyat (bulelengkab.go.id), diakses 18 Oktober 2021. Suwarno, B., Yanwar, C. L., 2019, Kebijakan Bahasa: Kembali ke Semangat Sumpah Pemuda 1928, eJournal Unib, 1(1):192-198. Wahyudi, W.A., 2016, Sumpah Pemuda dan Revitalisasi Nilai Kearifan Lokal, INA-Rxiv, Oct:24, DOI :10.31227/osf.io/eps9q. Afrilianti, D., 2021, Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Makna Sumpah Pemuda, Memperingati Hari Sumpah Pemuda 2021, URL : https://kabarlumajang.pikiranrakyat.com/nasional/pr-422851880/teks-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-danmakna-sumpah-pemuda-memperingati-hari-sumpah-pemuda-2021?page=3, diakses 25 Oktober 2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 45


Kajian Hari Kesehatan Nasional Pada tahun 1950-an, penyakit malaria mewabah di Indonesia dan menimbulkan banyak kematian sehingga pemerintah kemudian melakukan upaya pembasmian malaria pada tahun 1959 dengan membentuk Dinas Pembasmian Malaria. Empat tahun kemudian, pada Januari 1963 Dinas Pembasmian Malaria tersebut mengalami perubahan nama menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pemerintah juga bekerja sama dengan lembaga kesehatan internasional, seperti World Health Organization (WHO) dan juga United States Agency for International Development (USAID) yang merencanakan malaria akan hilang dari Indonesia pada tahun 1970. Pemberantasan dilakukan dengan penyemprotan obat jenis DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) secara massal ke rumah penduduk yang berada di wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Lampung (Pramudho, 2016). Penyemprotan dilakukan pertama kali secara simbolis oleh Presiden Soekarno pada tanggal 12 November 1959 di Desa Kalasan, Yogyakarta. Setelah itu, dilaksanakan penyuluhan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai malaria sehingga masyarakat dapat menjadi lebih waspada. Sekitar lima tahun setelahnya pada tahun 1964, terdapat 63 juta penduduk Indonesia yang telah mendapatkan perlindungan dari penyakit malaria. Oleh karena itu, tanggal 12 November ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang diperingati setiap tahun. Hal tersebut sebagai tanda keberhasilan pemerintah dalam membasmi malaria dan titik awal seluruh elemen untuk peningkatan kesehatan di Indonesia. Hari Kesehatan Nasional yang diperingati setiap tahun bertujuan untuk mengajak masyarakat

untuk

sadar,

mau,

dan

mampu

hidup

sehat

sekaligus

untuk

memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Jalil, 2019; Pramudho, 2016).

Presiden Soekarno menyemprotkan DDT untuk memberantas malaria di rumah penduduk di Desa Kalasan, Sleman (Isnaeni, 2018).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 46


Sejak tahun 2015, Hari Kesehatan Nasional (HKN) diperingati dengan mengadakan berbagai kegiatan, seperti lomba, upacara, dan tabur bunga untuk mengenang jasa para pahlawan (Pramudho, 2016). Pada tahun 2021 sendiri, rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Nasional yang ke-57 dimulai dengan Upacara Peringatan HKN, Bersama Mengenang Pahlawan Kesehatan, Pengabdian Masyarakat, Seminar Ilmiah, Lomba-lomba dan Olahraga, Publikasi dan Penghargaan, dan Acara Puncak berupa pencanangan percepatan vaksinasi COVID-19 dalam rangka pencapaian target nasional dan pemberian penghargaan kepada tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit serta SDM penunjang sekaligus pemberian tanda kehormatan dan santunan bagi ahli waris nakes yang gugur dalam penanganan pandemi COVID-19 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Logo HKN ke-57 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021). Sejak tahun 1973, tema Hari Kesehatan Nasional selalu menyesuaikan dengan tujuan kesehatan yang hendak dicapai pada tahun itu. Pada tahun 2021 sendiri, Hari Kesehatan Nasional yang ke-57 mengangkat tema “Sehat Negeriku, Tumbuh Indonesiaku”. Logo HKN terlihat berbentuk seperti angka 57 sebagai bentuk peringatan 57 Tahun Hari Kesehatan Nasional. Visual logo menggambarkan semangat kerja sama, kolaborasi, dan gotong royong elemen kesehatan dan masyarakat dalam menghadapi COVID-19. Hal itu ditandai dengan adanya kolaborasi oleh elemen kesehatan bersama seluruh masyarakat dan juga pemerintah dalam melawan COVID-19. Selain itu, dengan adanya vaksinasi nasional diharapkan dapat membentuk herd immunity yang merata sehingga dapat mewujudkan Indonesia yang sehat dan lepas dari pandemi COVID-19. Program yang sudah ditetapkan seperti 3M (memakai masker, Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 47


mencuci tangan, dan menjaga jarak) saat ini ditambah dengan menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas untuk mendukung program yang sudah ada. Pada logo terdapat tiga warna, yaitu warna biru turquoise yang melambangkan unsur sehat, kepercayaan, dan integritas. Warna hijau terang yang memberikan efek hangat, ramah, dan semangat dalam melayani. Warna oranye yang melambangkan adaptasi dan semangat pantang menyerah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021). Melalui peringatan Hari Kesehatan Nasional di tengah-tengah pandemi COVID-19, kita diingatkan kembali bahwa perwujudan Indonesia sehat merupakan tanggung jawab semua komponen negara, bukan hanya tenaga kesehatan dan/atau pemerintah, melainkan juga masyarakat. Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan, terlebih di masa pandemi COVID-19, yaitu: 1. Mengonsumsi makanan sehat agar dapat meningkatkan imunitas tubuh. Menurut The National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), pola makan yang sehat menekankan pada konsumsi sayur, buah, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak 2. Melakukan olahraga atau aktivitas fisik setidaknya selama 30 menit/hari. Apabila tidak bisa berolahraga di luar ruangan, melakukan olahraga dengan dipandu video yang ada di media sosial pun bisa menjadi pilihan 3. Jaga jarak pandang mata terhadap layar gawai minimal ≥ 45 cm karena idealnya, yaitu sekitar 50-100 cm 4. Istirahat yang cukup, yaitu selama 6-8 jam. Kebutuhan tidur sesuai usia dapat dilihat pada tabel berikut: Umur

Jumlah Kebutuhan Tidur

0-1 bulan

14-18 jam/hari

1-8 bulan

12-14 jam/hari

18 bulan-3 tahun

11-12 jam/hari

3-6 tahun

11 jam/hari

6-12 tahun

10 jam/hari

12-18 tahun

8,5 jam/hari

18-40 tahun

7-8 jam/hari

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 48


40-60 tahun

7 jam/hari

60 tahun ke atas

6 jam/hari (P2PTM Kemenkes RI, 2018).

5. Kelola stres. Hal ini dilakukan untuk menghindari keluhan fisik yang muncul akibat stres. Apabila seseorang stres, sistem imun dalam tubuh akan melemah sehingga dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit 6. Menerapkan aturan 20-20-20, yaitu setiap bekerja 20 menit di depan gawai, sebaiknya istirahatkan mata selama 20 detik dengan memandang objek yang berjarak sekitar 20 kaki atau sekitar 6 meter (Kartini, dkk., 2021; Lukyani, 2021; Pebrianti dan Armina, 2021).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 49


Daftar Pustaka Isnaeni, H.F., 2018, Hari Kesehatan Nasional dan Pemberantasan Malaria, Historia, diakses tanggal 11 November 2021, https://historia.id/sains/articles/hari-kesehatannasional-dan-pemberantasan-malaria-Dr93w/page/1 Jalil, A., 2019, Sejarah Hari Kesehatan Nasional yang Diperingati Setiap 12 November, DetikHealth, diakses tanggal 4 November 2021, https://health.detik.com/beritadetikhealth/d-4781106/sejarah-hari-kesehatan-nasional-yang-diperingati-setiap12-november Kartini, Amalia, H., Zaina, N.A., Yenny, Anggraeni, C., 2021, PENYULUHAN MENJAGA KESEHATAN MATA ANAK SELAMA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMIK COVID-19, JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera, 2(1): 9-32. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, Buku Panduan HKN ke-57, Jakarta Selatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hal. 12-18. P2PTM Kemenkes RI, 2018, Kebutuhan Tidur Sesuai Usia, diakses tanggal 11 November 2021,

http://p2ptm.kemkes.go.id/infograpic-p2ptm/obesitas/kebutuhan-tidur-

sesuai-usia Lukyani, L., 2021, 5 Tips Menjaga Kesehatan selama WFH di Masa Pandemi Covid-19, Kompas,

diakses

tanggal

4

November

2021,

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/23/100200423/5-tips-menjagakesehatan-selama-wfh-di-masa-pandemi-covid-19?page=all Pebrianti, D.K., Armina, 2021, Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa saat Pandemi Covid-19, Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 3(2): 178-184. Pramudho, K., 2016, Sejarah Hari Kesehatan Nasional, Kanal Kesehatan, diakses tanggal 7 November 2021, https://www.kanal-kesehatan.com/4412-sejarah-hari-kesehatannasional

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 50


Kajian Hari AIDS Sedunia

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang akan menginfeksi sel darah putih sehingga dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh seseorang. Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) ialah gejala-gejala yang ditimbulkan karena turunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh infeksi HIV. Penurunan kekebalan tubuh akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh yang berdampak pada ketidakmampuan sistem untuk menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit dalam tubuh sehingga seseorang yang terpapar HIV lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi (Kemenkes, 2020). Sampai tahun 2020, sebanyak 30-45 juta penduduk dunia mengidap HIV dengan jumlah kasus baru pada tahun 2020 sebanyak 1,5 juta penduduk (UNAIDS, 2021). Peningkatan angka kejadian kasus HIV/AIDS yang terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia ini menyebabkan kekhawatiran masyarakat di dunia. Kekhawatiran tersebut disebabkan karena selain belum ditemukannya obat atau vaksin untuk pencegahannya, penyakit ini juga memiliki fase asimtomatik atau fase tanpa gejala yang cukup panjang sehingga memungkinkan seseorang yang sudah terjangkit penyakit ini tidak menyadari bahwa dirinya sedang sakit (Kemenkes, 2020). Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1981, AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang di dunia. Oleh karena itu dianggap sebagai salah satu pandemik paling destruktif dalam catatan sejarah. Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat yang diduga kuat bahwa penyakit infeksi terjadi melalui hubungan seksual. Pada tahun 1982-1983 mulai diketahui transmisi di luar jalur hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah antara pengguna jarum suntik secara bersama oleh para pengguna narkotika suntik (Kandou & Ratag, 2013). Hari AIDS sedunia yang kemudian diperingati setiap tanggal 1 Desember merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya epidemi global HIV/AIDS. Di samping itu, hari AIDS Sedunia ini menggambarkan bagaimana seluruh penduduk di dunia bersatu menunjukkan dukungan bagi para penderita HIV dan mengenang mereka yang telah meninggal akibat AIDS. Peringatan hari AIDS Sedunia ini pertama kali diperingati pada tahun 1988 guna meningkatkan kesadaran akan infeksi HIV dan memperingati para penderitanya. Di lain sisi, pada saat itu peringatan hari AIDS Sedunia dianggap sebagai sarana memanfaatkan kesenjangan media antara pemilihan presiden

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 51


Amerika Serikat tahun 1988 dan hari Natal. Seorang jurnalis yang menjabat di WHO, James Bunn, meyakini bahwa melalui kesenjangan tersebut dapat membuat para penonton tertarik dengan cerita tersebut setelah hampir satu tahun liputan terkait kampanye dilakukan. Hari AIDS Sedunia yang pertama ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan dampak AIDS pada keluarga, tidak hanya pada kelompok yang distgimatisasi, seperti pria gay, biseksual, dan pengguna narkoba suntik, sehingga pada tahun tersebut hari AIDS Sedunia berfokus pada anak-anak dan remaja (Kandou & Ratag, 2013; Verywell Health, 2020). Peringatan hari AIDS Sedunia dilakukan dengan kampanye mengenai tema-tema khusus yang berkaitan dengan HIV, baik oleh badan-badan PBB, pemerintah, maupun masyarakat. Pada tahun ini, 2021, hari AIDS Sedunia bertemakan end inequalities, end AIDS, end pandemics. Beberapa diantaranya juga menggunakan pita merah sebagai simbol universal dari kesadaran, dukungan, dan solidaritas bagi orang yang hidup dengan HIV (UNAIDS, 2021). Salah satu upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran penularan HIV adalah dengan mengadakan program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT). Menurut Depkes tahun 2008, Program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) atau Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) adalah program yang tujuannya adalah untuk mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Menurut WHO (2009), terjadi peningkatan kasus infeksi HIV pada perempuan dan anak, sehingga diperlukan upaya lebih dalam pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi melalui program PMTCT. Langkah dini paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah mencegah perempuan usia reproduktif tertular HIV, dengan mencegah perempuan muda di usia reproduktif, ibu hamil dan penanganan bumil agar tidak terinfeksi HIV. Langkah pencegahan sejak dini tersebut sesuai dengan sasaran dari program PMTCT, yaitu perempuan usia produktif, diantaranya para remaja pranikah, kelompok yang beresiko, kader PKK dan bidan dengan cara menyebarkan informasi tentang virus HIV/AIDS, meningkatkan kesadaran perempuan agar menghindari penularan HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual, serta menjalaskan manfaat yang akan didapatkan dari konseling dan tes HIV/AIDS. Berbagai kebijakan mengenai HIV/AIDS pada tingkat nasional, diantaranya : a. Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006, tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional b. Grand Strategi dan sasaran Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI, 2007 c. Departemen Kesehatan RI, 2006,Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 52


HIV dianggap sebagai virus yang berbahaya karena tidak bisa sembuh dengan sendirinya dan obat-obatan untuk menghilangkan virus ini masih terus diteliti namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pada dua dekade terakhir telah terjadi banyak terobosan besar dalam dunia ilmu biologi, terutama dalam hal rekayasa genetika makhluk hidup. Contoh dua terobosan besar dalam ranah ini adalah berkembangnya teknologi CRISPR CAS-9 dan lahirnya era DNA buatan. Teknologi CRISPR CAS-9 adalah suatu produk bioteknologi modern yang mampu menjadikan proses rekayasa genetika organisme semakin presisi, mudah dan murah. Namun, teknologi CRISPR CAS-9 ini sebatas untuk memudahkan merubah susunan DNA alami organisme yang hanya terdiri dari empat jenis basa nukleotida (GATC).Teknologi DNA buatan ini diketahui lebih sensitif mendeteksi keberadaan virus HIV yg berada pada kadar sangat rendah di sampel. Alhasil menjadikan deteksi penyakit yang dikarenakan virus bisa dilakukan lebih cepat serta lebih presisi sehingga bisa lekas diberikan penanganan medis.Melalui kemajuan ini diharapkan adanya terobosan-terobosan baru agar penderita AIDS dapat ditangani dengan baik (LIPI, 2020).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 53


Daftar Pustaka Budisuari, M.A., Mirojab, A., 2011, Kebijakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak (Studi Kasus di Korta Surabaya), Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(4) : 411-421. Depkes R, 2008, Modul Pelatihan. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (Prevention Mother to Child Transmission, https://www.indonesian-publichealth.com/tujuandan-strategi-pmtct-pada-ibu-hamil/ (Diakses 26 November 2021) LIPI., 2020, Level Baru Teknologi Rekayasa Genetika Setelah Era CRISPR CAS9,

http://lipi.go.id/berita/level-baru-teknologi-rekayasa-genetika-setelah-era-

crispr-cas-9/22149, ( Diakses 29 November 2021) Tampi, D., Kandou, G.D., Ratag, G.E.A., 2013, Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMA Manado International School, Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropic, 1(4) : 140-145. UNAIDS (2021) Global HIV & AIDS Staticstics - Fact Sheet. Available at: https://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet (Diakses 27 November 2021). UNAIDS

(2021)

What

is

World

AIDS

Day?.

Available

at:

https://www.unaids.org/en/World_AIDS_Day (Diakses 27 November 2021) Verywell Health (2020) Why World AIDS Day is Still Important: 2020 marks the 32nd anniversary

of

the

global

HIV

campaign.

Available

https://www.verywellhealth.com/the-history-of-world-aids-day-48717

at:

(Diakses

27 November 2021). WHO, 2009, Priority Interventions; HIV/AIDS Prevention, Treatment and Care in The HealthSector,https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44418/9789241500 234_eng.pdf;sequence=1 (Diakses 26 November 2021)

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 54


Kajian Hari Disabilitas Internasional

Gambar : Ilustrasi penyandang disabilitas di tengah kondisi pandemi. Tiga Desember ditetapkan oleh PBB melalui UNESCO pada 1992 sebagai peringatan Hari Disabilitas Internasional. Peringatan Hari Disabilitas Internasional dilaksanakan sebagai sarana untuk mempromosikan peningkatan kesejahteraan dan kesamaan hak bagi penyandang disabilitas di seluruh dunia. Selain penetapan Hari Disabilitas Internasional, pada 13 Desember 2006 PBB mengeluarkan Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Tujuan Konvensi ini untuk memajukan, melindungi, dan menjamin kesetaraan HAM dan kebebasan fundamental oleh semua penyandang disabilitas serta meningkatkan penghormatan martabat kepada para penyandang disabilitas. Pada UU Nomor 8 Tahun 2016 dijelaskan mengenai pengertian penyandang disabilitas sebagai orang dengan keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu yang lama dan dapat mengalami hambatan dan kesulitan dalam berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lain berdasarkan kesamaan hak. Pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas berasaskan penghormatan terhadap martabat, otonomi individu, tanpa diskriminasi, partisipasi penuh, keragaman manusia dan kemanusiaan, kesamaan kesempatan, kesetaraan, aksesibilitas, kapasitas, inklusif, serta perlindungan khusus dan perlindungan lebih. Adapun hak penyandang disabilitas diantaranya seperti hak untuk hidup, privasi, keadilan dan perlindungan hukum, pendidikan, bekerja, kesehatan, dan pelayanan publik. Hak kesehatan meliputi hak untuk memperoleh informasi dan komunikasi yang mudah diakses dalam pelayanan kesehatan, kesamaan dan kesempatan akses atas sumberdaya di bidang kesehatan, kesamaan dan kesempatan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, kesamaan dan kesempatan bertanggung jawab dalam menentukan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 55


pelayanan kesehatan yang diperlukan, alat bantu kesehatan berdasarkan kebutuhan, obat yang bermutu dengan efek samping yang rendah, perlindungan dari upaya percobaan medis, dan perlindungan dalam penelitian dan pengembangan kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subjek. Selain itu, Menurut Keputusan Menteri tentang Komite Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 2019 menegaskan bahwa program penanggulangan penyakit gigi dan mulut pada penyandang disabilitas menjadi tugas dari Komite Gigi dan Mulut. Hal ini menunjukkan bahwa jaminan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga mencakup mengenai kesehatan gigi dan mulut. Menurut Permenkes Nomor 89 Tahun 2015 Pasal 19, pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi penyandang disabilitas dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada pendamping, dan perawatan kesehatan gigi dan mulut pada penyandang disabilitas. Keadaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut penyandang disabilitas mayoritas memiliki keadaan yang lebih buruk jika dibandingkan dengan individu normal. Hal ini dapat terjadi karena adanya hambatan ataupun keadaan yang menyulitkan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dan penyakit penyerta lain yang dapat menimbulkan permasalahan gigi dan mulut. Selain itu, penyandang disabilitas belum mendapat perhatian yang cukup mengenai kesehatan gigi dan mulutnya. Dalam menegakkan kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut pada penyandang disabilitas terdapat hambatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup kendala keterbatasan tenaga profesi kesehatan gigi yang terampil, ketersediaan akses ke pelayanan kesehatan gigi, minimnya informasi kesehatan gigi dan mulut bagi penyandang disabilitas. Selain itu, fasilitas kesehatan yang belum memadai seperti belum adanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas atau Rumah Sakit khusus bagi penyandang disabilitas, kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut bagi penyandang disabilitas, dan biaya yang diperlukan untuk perawatan cukup mahal. Oleh karena adanya peran penting kesehatan gigi dan mulut pada kesehatan keseluruhan, pelayanan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut bagi penyandang disabilitas perlu memberikan pelayanan kesehatan dengan pelaksanaan berdasarkan perubahan, penyimpangan, atau keadaan disabilitas yang menghambat gerak dan interaksi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupaya untuk meminimalkan risiko penyakit gigi dan mulut karena adanya disabilitas atau keterbatasan dengan cara penyuluhan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan sehingga taraf hidup penyandang disabilitas meningkat

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 56


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pemerintah Indonesia berkewajiban untuk melindungi dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas serta memberikan pemberdayaan sosial. Sebagai bentuk pelaksanaan peraturan tersebut, diterbitkan regulasi berupa PP Nomor 70 tahun 2019 yang didalamnya mengatur tentang Rencana Induk Penyandang Disabilitas (RIPD). Rencana tersebut menjadi acuan bagi pemerintah dalam melakukan perencanaan hingga evaluasi program dan kegiatan bagi penyandang disabilitas. Pemerintah juga telah melakukan peyusunan Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas 2014-2022 yang mengacu pada Asia Pacific Decade of Persons with Disability (APDDP) Incheon Strategy. Sejauh ini, pemerintah telah meluncurkan berbagai program bagi penyandang disabilitas seperti asistensi sosial penyandang disabilitas berat (ASPDB), usaha ekonomi produktif, bantuan alat bantu disabilitas, rehabilitasi sosial, hingga gerakan stop pemasungan (Kemensos, 2021). Dalam rencana induk tersebut, salah satu sasaran strategis yang ditetapkan pemerintah adalah akses dan pemerataan layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas. Pemerintah pusat, melalui kementerian kesehatan dan kementerian sosial, bersama-sama dengan pemerintah daerah telah menghadirkan berbagai program yang diharapkan dapat mewujudkan sasaran tersebut. Pemerintah menjamin tersedianya akses fasilitas kesehatan yang komprehensif dan bermutu bagi penyandang disabilitas tak terkecuali fasilitas kesehatan gigi dan mulut. Pemerintah juga berupaya mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan fungsional serta disabilitas lanjutan melalui pendekatan promotif dan preventif yang dilakukan di fasilitasfasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat rujukan (Kemenkes, 2016; Kemensos, 2021). Usaha pemerintah tersebut dikuatkan dengan dirilisnya Peta Jalan Layanan Kesehatan Inklusif Disabilitas 2020-2024 oleh Kementerian Kesehatan. Peta jalan ini berfungsi sebagai rujukan kebijakan kesehatan bagi penyandang disabilitas yang diharapkan dapat berdampak secara langsung berupa meningkatnya kualitas hidup manusia Indonesia, meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta mewujudkan hadirnya negara dalam melindungi dan memberi rasa aman bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali penyandang disabilitas. Beberapa strategi dicantumkan dalam peta jalan ini mulai dari peningkatan sumber daya kesehatan yang terampil menangani pasien disabilitas, peningkatan akses informasi kesehatan bagi disabilitas, hingga mewujudkan aksesibilitas fisik pada layanan kesehatan bagi disabilitas (Kemenkes, 2019). Pada tanggal 1 Desember 2021, telah dilantik secara resmi Komisi Nasional Disabilitas yang akan bertugas melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan advokasi pelaksanaan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak disabilitas (Mashabi, 2021).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 57


(Kemenkes, 2019). Pelaksanaan berbagai program pemberdayaan dan inklusi bagi disabilitas mengalami hambatan akibat adanya pandemi COVID-19. Bahkan, perlindungan hak-hak dasar penyandang disabilitas mengalami kemunduran selama merebaknya wabah virus ini. Menurut Rifai dan Humaedi (2020), dalam situasi normal saja, kalangan disabilitas menghadapi marginalisasi dan pengabaian yang cukup tinggi di masyarakat baik itu di bidang kesehatan pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi masyarakat. Kondisi pandemi memperparah keadaan para penyandang disabilitas melalui dampak langsung maupun tidak langsung. Penyandang disabilitas mengalami berbagai kesulitan yang beragam sesuai dengan tingkat keterbatasannya. Penyandang disabilitas yang memerlukan pendampingan secara kontak langsung mengalami dampak yang terbesar akibat adanya pembatasan aktivitas pertemuan antarmanusia. Situasi pandemi juga memperburuk kondisi kesehatan para penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas juga sangat berisiko tertular virus korona akibat sulitnya mendapat akses informasi, sulitnya penerapan protokol kebersihan diri, hingga berkurangnya akses. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat dengan disabilitas juga mengalami penurunan. Berbagai pembatasan membuat para penyandang disabilitas semakin sulit mengakses layanan kesehatan.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 58


Selain itu, kini layanan kesehatan banyak menggunakan fasilitas daring seperti teledentistry. Padahal, masih banyak penyandang disabilitas yang hidup dibawah garis kemiskinan sehingga tidak mampu untuk mengakses layanan tersebut (Phadraig, dkk., 2021). Sebagai tanggapan terhadap kondisi-kondisi tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah merilis sebuah policy brief yang dapat diterapkan oleh pemerintah setiap negara. Utamanya pada bidang kesehatan, PBB menyarankan bahwa informasi kesehatan masyarakat bagi penyandang disabilitas harus mudah diakses. Pemerintah dan masyarakat dapat bersamasama menciptakan sistem informasi kesehatan yang inklusif seperti penggunaan bahasa isyarat dalam setiap video promosi kesehatan. PBB juga menekankan pentingnya penggunaan dan penerapan protokol kesehatan yang maksimal bagi penyandang disabilitas. Orang disekitar penyandang disabilitas perlu terlibat dalam upaya ini. Selain itu, PBB juga mewajibkan setiap fasilitas kesehatan tetap aksesibel bagi penyandang disabilitas di tengah pandemi. PBB memberikan perhatian juga pada kesehatan mental penyandang disabilitas. Pemerintah wajib menyediakan fasilitas yang mendukung hal tersebut. Terakhir, PBB mengharuskan setiap negara memastikan tidak terjadi diskriminasi terhadap ketersediaan sumber daya kesehatan yang terbatas. Pemerintah juga perlu memastikan penyandang disabilitas mendapatkan akses terhadap vaksinasi dengan mudah (PBB, 2020).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 59


Daftar Pustaka Diono, A., 2014, Situasi Penyandang Disabilitas Republik Indonesia, Pusdatin Kemenkes, Jakarta, pp.21-22. Kemenkes, 2019, Peta Jalan Layanan Kesehatan Inklusif Disabilitas 2020-2024, Dirjen P2P Kemenkes, Jakarta, pp. 7, 12, 18-21. Kemenkes, 2016, Pemerintah Terus Tingkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas,

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/fokus-

utama/20161124/5518937/pemerintah-terus-tingkatkan-akses-pelayanankesehatan-penyandang-disabilitas/, diakses 23/11/2021. Kemensos,

2021,

Program

Rehabilitasi

Sosial

Penyandang

https://intelresos.kemensos.go.id/new/?module=Program+Dis,

Disabilitas, diakses

23/11/2021. Mashabi, S, 2021, Mensos : Hari Ini Jokowi Akan Lantik Komisi Nasional Disabilitas, https://nasional.kompas.com/read/2021/12/01/12150871/mensos-hari-ini-jokowiakan-lantik-komisi-nasional-disabilitas, diakses 1/12/2021. Phadraig, C.M.G, Harten, M.T., Diniz-Frietas, M., Posse, J.L., Faulks, D., Dougall, A., Dios, P.D., Daly, B., 2021, The Impact of COVID-19 On Access to Dental Care for People With Disabilities: A Global Survey during The COVID-19 First Wave Lockdown, Medicina Oral Patol. Oral y Cirugia Buccal, 6(6):e770-7. Republik Indonesia, 2011, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011, Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas),Jakarta,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251. Republik Indonesia, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 151. Republik Indonesia, 2019, Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2019, Perencanaan, Penyelenggaraan, terhadap Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 184. Republik Indonesia, 2019, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/189/2019, Komite Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 60


Republik Indonesia, 2016, Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016, Penyandang Disabilitas, Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69. Rifai, A.A., Humaedi, S., 2020, Inklusi Penyandang Disabilitas dalam Situasi Pandemi COVID-19 dalam Perspektif Sustainable Development Goals (SDGs), Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 7(2):449-458. Unesco,

2020,

International

Day

of

Persons

with

https://en.unesco.org/commemorations/personswithdisabilitiesday

Disabilities, ,

diakses

26/11/2021 United Nations, 2020, A Disability-Inclusive Response to COVID-19, Policy Brief, pp. 10-11, tersedia di https://www.un.org/en/file/48561. Daftar Pustaka Gambar The Conversation, 2021, Strategi Penyandang Disabilitas di Sulawesi Selatan Berjuang Melawan Pandemi, tersedia di : https://theconversation.com/strategi-penyandangdisabilitas-di-sulawesi-selatan-berjuang-melawan-pandemi-168388, diakses pada 27/11/202.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 61


Kajian Insidental

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 62


Vaksinasi Terus Digencarkan, Mengapa Kasus COVID-19 di Indonesia Semakin Melonjak? Prevalensi dan Perkembangan COVID-19 Saat Ini di Indonesia Indonesia masih berada di masa pandemi dan masih harus terus berjuang. Pada tanggal 5 Juli 2021, kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia tercatat sebanyak 2.313.829 dengan penambahan kasus yang terbilang tinggi, yaitu 29.745 dalam satu hari. Hal ini mengindikasikan bahwa laju transmisi virus COVID-19 di Indonesia tergolong cepat. Beberapa kasus COVID-19 yang terdeteksi di Indonesia disebabkan oleh varian baru yang juga ditemukan di berbagai negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa varian baru memiliki mutasi pada spike proteinnya sehingga berpengaruh terhadap transmisinya. Virus Corona varian Delta (B.1.617.2) telah mendominasi dan menjadi perbincangan dunia karena memiliki kemampuan lebih menular dengan cepat serta memiliki efek yang lebih mematikan. Varian Delta diindikasi dapat menular melalui kontak dengan durasi 5-10 detik saja. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020, hingga saat ini sudah menyebar di 62 negara. Di Indonesia sendiri, varian Delta telah tersebar di 9 provinsi dan mencapai total 436 kasus. Gejala yang dapat muncul yaitu demam, pilek, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Tingkat penularan varian Delta lebih tinggi 40% dibandingkan varian Alpha. Dua dosis vaksin COVID-19 seperti vaksin Astrazeneca dan vaksin Pfizer sudah cukup untuk melawan COVID-19 varian Delta (Kemenkes,2021;WHO,2021). WHO juga mengklasifikasikan beberapa varian baru COVID-19 sebagai varian yang paling dipantau, antara lain: a.

Varian Lambda (C.37) Varian Lambda telah terdeteksi pada Agustus 2020 di Peru oleh WHO. Varian ini terdeteksi dengan penyebaran yang cepat pada 29 negara lainnya di Amerika, Eropa, dan Oceania. Tujuh negara di antaranya Peru, Ekuador, Chili, dan Argentina. Di Peru, kurang lebih 81% kasus di negara tersebut disebabkan oleh varian Lambda sedangkan di Chili 32% kasus varian Lambda terdeteksi selama 60 hari terakhir. Berdasarkan UK's National Health Service, gejala varian ini seperti gejala COVID-19 pada umumnya yaitu suhu tinggi, kehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa, dan batuk yang terus menerus. Kendati demikian, menurut Public Health England belum ada bukti bahwa varian ini menyebabkan efek penyakit yang lebih parah dan vaksin menjadi kurang efektif (Agn, 2021; FP Staff, 2021; Sewell, 2021; Wink dkk, 2021; WHO, 2021). Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 63


b. Varian Kappa (B.1.617.1) Varian Kappa pertama kali ditemukan di India pada Desember 2020 dan telah menyebar di 27 negara di dunia. Varian ini timbul akibat mutasi ganda yaitu mutasi E484Q dan L452R. Gejala yang ditimbulkan yaitu batuk, pilek, mata merah dan berair, serta terkadang memiliki dampak menyerupai campak. Namun, hingga saat ini WHO belum

meningkatkan

kategori

varian

Kappa

menjadi

varian

virus

yang

mengkhawatirkan. Di Indonesia per tanggal 7 Juli 2021, varian Kappa terdeteksi pada dua kasus, yaitu di DKI Jakarta dan Sumatera Selatan. (Kemenkes 2021, WHO 2021) Alasan Lonjakan Kasus COVID-19 di Indonesia Saat Ini Kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan karena adanya varian baru saja, tetapi juga masyarakat Indonesia yang mulai abai dengan protokol kesehatan. Masyarakat sudah mulai lalai dalam melakukan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas (5M). Kenaikan kasus COVID-19 tidak hanya disebabkan karena kelalaian masyarakat, tetapi hal ini juga disebabkan karena pemerintah yang kurang maksimal dalam menerapkan 3T yaitu testing, tracing, dan treatment. Selain itu, adanya delay data atau keterlambatan verifikasi data di beberapa daerah juga menjadi penyebab tingginya angka kasus COVID-19 akhir-akhir ini (Septiana, 2021). Kasus COVID-19 di Indonesia bahkan terus meningkat pasca vaksinasi. Pasca masuknya vaksin ke Indonesia, meningkatkan kepercayaan masyarakat agar mau menerima vaksinasi menjadi fokus utama pemerintah saat itu. Akan tetapi, banyak hambatan dan dilema di tengah masyarakat seperti munculnya varian baru COVID-19 dan adanya efek samping penerima vaksin. Selain itu, adanya anggapan bahwa setelah vaksin bisa terbebas dari COVID19 mengakibatkan masyarakat lalai terhadap protokol kesehatan yang ada. Hal ini berkorelasi positif terhadap melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia (Aras, 2021). Lonjakan konfirmasi positif COVID-19 juga tak lepas dari adanya momen tertentu yang menyebabkan mobilitas besar-besaran masyarakat. Momen liburan anak sekolah, liburan akhir tahun, hingga liburan hari raya keagamaan selalu menjadi event mobilisasi serta bertemunya banyak orang. Jika dilihat dari data pada situs Satgas Penanganan COVID19, terjadi peningkatan konfirmasi positif sebesar 42,3% pada bulan September 2020 yang disebabkan adanya libur panjang 15-17 dan 20-23 Agustus 2020. Libur Natal dan tahun baru 2021 juga menyebabkan peningkatan konfirmasi positif hingga lebih dari 100% pada bulan Januari 2021 jika dibandingkan dengan bulan Oktober 2020. Kini, akibat libur lebaran bulan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 64


Mei 2021 yang lalu, konfirmasi harian positif COVID-19 melonjak hingga melebihi rekor penambahan sebelumnya.

Gambar 1 Perkembangan kasus COVID-19 (Sumber : Covid19.go.id) Manfaat dan Alasan Mengapa Harus Melaksanakan Vaksinasi COVID-19 Vaksin COVID-19 memberikan banyak manfaat bagi penerimanya. Vaksin terbukti dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi karena dapat mendukung terbentuknya herd immunity sehingga dapat berkontribusi pada perlindungan masyarakat serta mengurangi kemungkinan penularan virus. Vaksin dapat melindungi seseorang untuk terkena penyakit yang parah akibat COVID-19. Penelitian menunjukan bahwa orang yang terinfeksi setelah mendapat vaksinasi memiliki gejala COVID-19 yang ringan hingga sedang dibandingkan dengan orang-orang yang tidak melakukan vaksinasi. Maka dari itu, vaksinasi dapat memperkecil risiko rawat inap dan kematian. Dengan melakukan vaksinasi COVID-19, kita dapat melindungi orang-orang sekitar kita, terutama orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah akibat COVID-19 (CDC, 2021; MU Health Care, 2021). Keamanan vaksin COVID-19 pun tidak perlu diragukan. Terdapat perlindungan ketat untuk memastikan keamanan semua vaksin COVID-19 sebelum diedarkan. Vaksin harus menjalani uji klinis terlebih dahulu untuk membuktikan bahwa vaksin tersebut telah memenuhi

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 65


standar keamanan dan efikasi. Oleh karena itu, penting untuk sesegera mungkin melakukan vaksinasi. (WHO, 2021). Definisi Vaksin Vaksin adalah sebuah suspensi mikroorganisme atau racun yang dilemahkan, terbunuh atau terfragmentasi yang diberikan untuk mencegah penyakit (Brunson, 2020). Vaksinasi menjadi cara sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi orang dari penyakit berbahaya. Vaksin melatih sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi sama dengan ketika kita terpapar penyakit. Namun, karena vaksin hanya mengandung mikroorganisme yang dilemahkan maka vaksin tidak menyebabkan penyakit atau membuat seseorang berisiko mengalami komplikasi. Cara pemberian vaksin kebanyakan adalah melalui suntikan, tetapi ada juga yang melalui mulut atau disemprotkan ke hidung (WHO, 2020). Peraturan Mengenai Vaksin di Indonesia Berdasarkan Permenkes No. 10 Tahun 2021, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dilakukan melalui Vaksinasi Program atau Vaksinasi Gotong Royong. Pada pasal 1 ayat 4 dijelaskan bahwa Vaksinasi Program adalah pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada pemerintah. Sementara pada pasal 1 ayat 5 dijelaskan bahwa Vaksinasi Gotong Royong adalah pelaksanaan vaksinasi kepada karyawan/karyawati, keluarga dan individu lain terkait dalam keluarga yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada badan hukum/badan usaha. Penerima Vaksinasi Program ataupun Vaksinasi Gotong Royong tidak dipungut bayaran/gratis (Kemenkes, 2021). Berikut adalah kelompok prioritas penerima Vaksin COVID-19 di Indonesia: 1. Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 2. Masyarakat lanjut usia dan tenaga/petugas pelayanan publik; 3. Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi; dan 4. Masyarakat lainnya. (Kemenkes, 2021).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 66


Jenis-jenis Vaksin COVID-19

No

Vaksin

Bahan

Dosis

Dasar

Interval

Cara

Minimal

Pemberian

Antar Dosis 1

Sinovac

Inactivated

2 (0,5 ml/dosis)

28 hari

Intramuskular

2 (0,5 ml/dosis)

21 hari

Intramuskular

virus 2

Sinopharm

Inactivated virus

3

Astrazeneca

Viral vector

2 (0,5 ml/dosis)

12 minggu

Intramuskular

4

Novavax

Protein

2 (0,5 ml/dosis)

21 hari

Intramuskular

2 (0,5 ml/dosis)

28 hari

Intramuskular

2 (0,3 ml/dosis)

21-28 hari

Intramuskular

subunit 5

Moderna

RNA-based vaccine

6

Pfizer

RNA-based vaccine

7

Cansino

Viral vector

1 (0,5 ml/dosis)

-

Intramuskular

8

Sputnik V

Viral vector

2 (0,5 ml/dosis)

21 hari

Intramuskular

1. Sinovac Vaksin Coronavac buatan Sinovac Biotech di China merupakan salah satu vaksin yang digunakan di Indonesia (NCT04508075). Vaksin ini berasal dari virus SARS CoV-2 yang dinonaktifkan (inactivated virus) dan menggunakan alumunium hidroksida sebagai adjuvant. Vaksin yang telah disuntikkan akan memicu antigen presenting cell untuk membantu merangsang pengaktifan sel T helper. Selain itu, fragmen virus dari vaksin juga akan mengaktifkan sel B dan sel imun lain untuk memproduksi antibodi. Vaksin Coronavac diberikan secara intramuskular dengan dua kali dosis (0,5 ml per dosis) dengan interval pemberian minimal 28 hari (Kemenkes, 2021; Palacios dkk, 2021; Prub, 2021). Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 67


2. Sinopharm Vaksin

BBIBP-CorV

atau

juga

dikenal

sebagai

vaksin

Sinopharm

dikembangkan oleh Sinopharm‘s Beijing Institute of Biological Products. Vaksin ini berasal dari virus yang dinonaktifkan (inactivated virus). Cara kerja vaksin Sinopharm sama seperti vaksin Sinovac dengan memicu kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi. Vaksin ini diberikan secara intramuskular dengan dua kali dosis (0,5 ml per dosis) dengan interval pemberian minimal 21 hari (Crasto, 2021; Kemenkes, 2021). 3. Astrazeneca Vaksin Astrazeneca (AZD1222) merupakan vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford dan Astra Zeneca di Inggris. Vaksin ini menggunakan vektor virus (non replicating viral vector) yang didasarkan pada adenovirus simpanse dan memiliki ciri respon CD4+ dan CD8+ yang kuat tanpa adanya bahan pembantu. Sel CD4+ dan CD8+ akan memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel imun untuk melawan virus. Hal tersebut akan menjadikan vaksin yang cocok untuk virus patogen yang menimbulkan respon imun seluler yang kuat. Vaksin ini diberikan secara intramuskular dua kali dosis (0,5 ml per dosis) dengan interval pemberian minimal 12 minggu (Kemenkes, 2021; Knoll dan Wonodi, 2021; Prub 2021). 4. Novavax Vaksin NVX-Co2373 merupakan vaksin berbasis protein subunit yang dikembangkan oleh Novavax Amerika Serikat. Selain protein subunit, di dalam vaksin ini terdapat adjuvant Matriks-M yang meningkatkan pembentukan respon imun pada tubuh. Setelah memasuki tubuh, protein ini akan memicu immunogenic atau pembentukan sistem kekebalan tubuh dengan adanya antibodi, respon netralisasi, dan T helper 1 response. Vaksin Novavax diberikan secara intramuskular dalam 2 dosis pemberian (0,5 ml per dosis) dengan interval pemberian minimal 21 hari (Kemenkes, 2021; Prub, 2021). 5. Moderna Vaksin mRNA-1273 merupakan vaksin berbasis RNA atau RNA-based vaccine yang dikembangkan oleh Moderna dan National Institute of Allergy and Infectious (NIAID). mRNA-1273 akan mengkode pembentukan glikoprotein SARS CoV-2 di Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 68


dalam tubuh. Protein ini menginduksi terjadinya immunogenic atau terbentuknya antibodi dan sel T yang memberikan kekebalan tubuh terhadap SARS CoV-2. Vaksin moderna ini diberikan secara intramuskular dalam 2 dosis pemberian (0,5 ml per dosis) dengan interval pemberian minimal 28 hari (Kemenkes, 2021; Prub, 2021). 6. Pfizer-BioNtech Pfizer dari Amerika Serikat bersama dengan BioNtech asal Jerman mengembangkan vaksin berbasis mRNA buatan seperti BNT162b1 dan BNT162b2. BNT162b1 akan mengkode potongan RBD atau receptor binding domain pada spike protein dengan menambahkan T4 fibritin folding domain. Sedangkan pada BNT162b2, mRNA akan mengkode pembentukan membran prefusion stabilized yang berasal dari spike protein utuh. Protein spike merupakan target utama dari antibodi penetral virus. Sehingga, BNT162b1 menghasilkan ikatan antara RBD pada spike protein dengan antibodi IgG dan sel T. BNT162b2 menghasilkan respon imun yang sama tetapi memiliki respon sistemik tubuh yang lebih rendah. Vaksin ini diberikan secara intramuskular dalam 2 dosis pemberian (0,3 ml per dosis) dengan interval pemberian 21-28 hari (Kemenkes, 2021; Prub, 2021). 7. Cansino Vaksin Ad5-nCOV atau vaksin Cansino merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Beijing Institute of Biotechnology dan CanSino Biologics di Cina. Vaksin ini menggunakan viral vector yang berasal dari non-replicating adenovirus tipe-5 (Ad5). Vektor Ad5 membawa delesi pada gen awal E1 dan E3, kemudian mengekspresikan spike glikoprotein dan membawa gen sinyal aktivator plasminogen. Spike protein tersebut akan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi yang dapat melawan COVID-19. Vaksin ini diberikan secara intramuskular dengan dosis tunggal sebanyak 0,5 ml (Kemenkes, 2021; Zhu dkk, 2020; Prub 2021). 8. Sputnik V Vaksin Sputnik V atau yang dikenal dengan Gam-Covid-Vac merupakan vaksin yang dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology yang berbasis Viral vector (non replicating). Vaksin ini berbasis pada human adenovirus vectors rAd26 dan rAd5 yang memuat spike glikoprotein utuh SARS CoV-2. Pemberian vaksin ini akan meningkatkan ikatan dan antibodi penetralisir Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 69


dan terbentuknya respon sel T terhadap Sel CD4+ dan CD8+ (memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel imun untuk melawan virus). Vaksin ini diberikan secara intramuskular dalam 2 dosis pemberian (0,5 ml per dosis) dengan interval pemberian minimal 21 hari (Kemenkes, 2021; Prub, 2021). Efikasi Vaksin COVID-19 Efektivitas vaksin sering disamakan dengan efikasi vaksin, padahal keduanya berbeda dalam pengertian. Efikasi vaksin adalah data berupa persentase yang menunjukan penurunan kemunculan suatu penyakit pada sekelompok orang yang divaksinasi dibanding kelompok yang tidak divaksinasi. Angka efikasi didapatkan sesudah vaksin dilakukan uji klinis tahap 3. Angka efikasi vaksin cenderung tinggi dikarenakan sekelompok orang dalam uji klinis merupakan orang yang terkontrol kesehatannya. Sedangkan efektivitas vaksin adalah perkiraan kebermanfaatan vaksin dalam menurunkan angka kemunculan suatu penyakit pada masyarakat luas atau dalam suatu populasi besar yang sesuai dengan kenyataan di lapangan, dapat diperkirakan bila program vaksinasi telah dilaksanakan. Untuk mengetahui efektivitas vaksin dibutuhkan data efikasi vaksin, yang mana semakin besar efikasi suatu vaksin, maka semakin besar pula kemungkinan angka efektivitasnya. Namun, angka efektivitas vaksin lebih rendah dibanding efikasinya (PAPDI, 2021). Efikasi vaksin Sinovac setelah dilakukan uji klinis tahap ke-3 di Indonesia (pada rentang usia 18-59 tahun) sebesar 65,3%. Efikasi vaksin Astrazeneca sebesar 62,1% dan efikasi vaksin Pfizer 95%. Ketiga vaksin ini memenuhi kriteria minimal efikasi vaksin oleh WHO yaitu sebesar 50% (PAPDI, 2021). Vaksin Sinopharm memiliki efikasi sebesar 78,02% (KPCPEN, 2021). Vaksin Novavax memiliki efikasi sebesar 89,3% (CNN, 2021). Efikasi pada vaksin Moderna sebesar 91,9% (WHO, 2021). Efikasi pada vaksin Sputnik V adalah sebesar 91,6% (CNN, 2021). Hal-hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Melakukan Vaksinasi COVID-19: 1. Hindari begadang Beberapa hari sebelum vaksinasi, hindari begadang dan tidur selama 7-8 jam setiap malam. Ketika tubuh mengalami kelelahan dan kurang istirahat, hal tersebut akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh (Alam, 2021). 2. Konsultasi kepada dokter

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 70


Apabila memiliki penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan infeksi HIV sebaiknya berkonsultasi kepada dokter agar vaksin yang akan diterima aman untuk tubuh (Alam, 2021). 3. Perhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi Hindari mengonsumsi alkohol setidaknya 2 hari sebelum vaksinasi hingga 2 minggu setelahnya agar tidak mengganggu kerja sistem imun tubuh (Alam, 2021). 4. Hindari olahraga berlebihan Olahraga yang berlebihan justru akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh karena tubuh merasa kelelahan dan kurang istirahat. Hindari berolahraga 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi karena akan mempengaruhi tensi (Alam, 2021). 5. Sebaiknya sarapan terlebih dahulu sebelum divaksinasi Melewatkan sarapan sebelum vaksinasi dapat menyebabkan rendahnya gula darah dan berakibat pada penurunan kondisi tubuh (Nugraheny, 2021). 6. Kelola stress Saat hendak vaksinasi, pastikan tubuh dan pikiran dalam keadaan tenang dan jangan terburu-buru. Stres yang berlebihan akan meningkatkan produksi kortisol dan stres oksidatif yang akan berdampak pada penurunan tingkat limfosit yang berfungsi mencegah infeksi pada tubuh. Stress juga dapat memicu beberapa gangguan lainnya, seperti maag (Nugraheny, 2021). Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) COVID-19 Secara umum, vaksin tidak ada yang sepenuhnya aman tanpa risiko. Setiap program vaksinasi dapat terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lidiana, dkk (2021), KIPI hanya terjadi pada sekitar 10% sample. KIPI COVID-19 yang dapat terjadi adalah demam, diare, batuk, dan sesak nafas. KIPI COVID-19 sendiri menurut penelitian umumnya terjadi pada 1-5 hari pasca vaksinasi. KIPI secara lokal dapat terjadi nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lokasi bekas suntikan. Secara sistemik, KIPI lainnya adalah pegal, kemerahan, lemas, demam, mual, dan perubahan nafsu makan. Terdapat studi menurut Hatmal et al (2021) mengenai keparahan efek samping dari beberapa jenis vaksin. Studi tersebut menunjukkan bahwa Sinopharm, Pfizer-BioNTech, dan Astrazeneca merupakan tiga jenis vaksin dengan tingkat keparahan yang tergolong tinggi, yang kemudian diikuti oleh jenis vaksin lain, yaitu Sputnik V, Moderna, Covaxin, dan Johnson&Johnson.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 71


Vaksin COVID-19 Pfizer memiliki efek samping seperti nyeri di tempat injeksi, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, demam, menggigil, dan nyeri sendi. Sedangkan vaksin Sinovac memiliki efek samping lokal seperti nyeri, indurasi, iritasi, bengkak, dan kemerahan. Efek samping sistemik dari vaksin Sinovac seperti nyeri otot, kelelahan, dan demam. Vaksin lainnya seperti Astrazeneca dapat menimbulkan efek samping seperti nyeri, gatal, panas di tempat suntikan, demam, sakit kepala, mual, diare, pilek, batuk, nyeri sendi, dan nyeri otot. Astrazeneca juga dapat menimbulkan efek yang lainnya seperti penurunan nafsu makan, sakit perut, ruam-ruam, keringat berlebih, hingga pembesaran kelenjar getah bening. Sedangkan efek samping yang ditimbulkan dari Sinopharm secara lokal seperti nyeri dan kemerahan, sedangkan efek sistemiknya dapat berupa sakit kepala, nyeri otot, diare, dan batuk (Pinandhita, 2021).

Gambar 2 Grafik Tingkat Keparahan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Sumber : Hatmal dkk, 2021) Pemerataan Vaksin COVID-19 di Indonesia Pengadaan vaksin telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan bekerja sama dengan berbagai pihak. Sebagai wujud pemerataan vaksin di dunia, Indonesia juga berkontribusi melalui CEPI untuk pengadaan vaksin dunia. Sementara itu, pemerataan vaksin di Indonesia telah diupayakan oleh pemerintah dengan berbagai cara. Seratus juta dosis vaksin telah diamankan pemerintah untuk kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut telah dilakukan melalui kesepakatan pembelian di muka antara Bio Farma dengan Astrazeneca sebanyak 50 juta dosis. Pembelian vaksin juga dilakukan antara Indofarma dengan Novavax sebanyak 50 Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 72


juta dosis. Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penyerahan sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari Badan POM ke Bio Farma sebagai pengakuan bahwa fasilitas produksi Bio Farma untuk vaksin COVID-19 sudah siap digunakan untuk produksi vaksin COVID-19 (Kemenkes, 2020). Selain telah mengamankan supply vaksin untuk Indonesia, pemerintah juga mengupayakan adanya produksi vaksin secara massal. Ketua DPR RI Dr. (H. C.) Puan Maharani mendorong Inter-Parliamentary Unit (IPU) aktif mengupayakan pemerataan ketersediaan vaksin di seluruh dunia.Puan menekankan, IPU mesti mendesak negara produsen vaksin untuk meningkatkan produksi secara optimal serta mendorong negara surplus persediaan vaksin untuk membagi stok vaksin yang dimilikinya dengan negara lain. Mengingat, ketimpangan distribusi vaksin menjadi persoalan yang mengkhawatirkan (Pun, 2021). Sementara itu, proses distribusi vaksin COVID-19 dilakukan sejak Januari 2021 dan dilakukan secara bertahap. Menurut Presiden Jokowi, target dari proses distribusi adalah sebanyak 5,8 juta dosis vaksin dan sudah terdistribusi ke berbagai daerah pada akhir Januari 2021. Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa pada Februari 2021 akan didistribusikan jutaan vaksinasi ke daerah-daerah. Pada Maret 2021, vaksin telah terdistribusi dan siap dilaksanakan vaksinasi. Pada tahap pertama, vaksinasi akan diprioritaskan bagi tenaga kesehatan. yakni, dokter dan perawat kemudian juga TNI-Polri, guru, dan masyarakat. Selain soal pendistribusian vaksin, pemerintah juga melakukan berbagai persiapan terkait program vaksinasinya sendiri. Tujuannya jelas, demi menjamin kelancaran program vaksinasi COVID19. Salah satu langkah yang dilakukan adalah memvalidasi data sasaran. Daerah-daerah penerima telah diminta untuk mengecek ulang data tenaga kesehatan mereka yang akan menerima vaksinasi. Pada tahap kedua, sasaran vaksinasi berikutnya adalah kelompok usia lanjut (di atas 60 tahun). Tahap selanjutnya atau Tahap 3 berlangsung pada April 2021-Maret 2022. Pada tahap ketiga, sasaran vaksinasi adalah masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Kemudian untuk tahap keempat atau tahap terakhir, sasaran penerima vaksin adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin (Nuraini, 2021). Tidak dipungkiri bahwa distribusi dan pemerataan vaksin COVID-19 mengalami kendala. Kondisi geografis dan juga sistem cold chain merupakan tantangan terbesar dalam pendistribusian vaksin. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi, mengakui bahwa kondisi geografis Indonesia yang sangat besar menjadi kendala agar distribusi dapat berjalan dengan cepat. Oscar Primadi mengatakan bahwa tenaga kesehatan dan vaksinator Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 73


mengalami kesulitan dan membutuhkan upaya yang besar untuk menjangkau daerah terpencil serta daerah perbatasan (Aldila, 2020). Akan tetapi, pemerintah mengupayakan secara keras mengenai cara mengenai pemerataan vaksin bagi penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perbatasan. Sebagai contohnya di daerah perbatasan antara NTT dengan Kota Oecusse Timor Leste. KBRI Dili mengupayakan dan memastikan agar penduduk daerah perbatasan mendapat vaksinasi sebagai wujud pelayanan publik dan perlindungan dari virus COVID-19 (Sinaga, 2021).

Gambar 3 Pendistribusian Vaksin (Sumber: www.liputan6.com) Kesimpulan Meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia sudah seharusnya menjadi perhatian oleh seluruh elemen bangsa Indonesia, mulai dari masyarakat, tenaga kesehatan, hingga pemerintah. 1. Masyarakat harus patuh terhadap segala kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah, seperti menaati 5M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilisasi) serta mengikuti program vaksin sesuai jadwal. Masyarakat juga harus pandai mencari dan memfilter informasi yang beredar di sosial media. 2. Tenaga kesehatan harus berupaya untuk melakukan pelayanan terbaik atas pasien penderita COVID-19, menggunakan APD lengkap sesuai standar, dan melakukan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan di masa pandemi. 3. Pemerintah harus terus berupaya untuk mengoptimalkan penerapan transformasi di berbagai sektor beserta kebijakan-kebijakan yang telah diciptakan. Selain itu, Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 74


pemerintah juga harus mengoptimalkan penggunaan dana kesehatan secara adil dan merata dalam meningkatkan kelengkapan fasilitas kesehatan, upah tenaga kesehatan, dan perkembangan teknologi sebagai upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 di Indonesia. Untuk mencapai kondisi terbaik, seluruh pihak harus saling bekerja sama dan menghargai satu sama lain. Pemerintah mengoptimalkan kebijakan yang dibuat, masyarakat mematuhi kebijakan Pemerintah, dan tenaga kesehatan memaksimalkan pelayanan terhadap pasien. Jika salah satu mengabaikannya, sebaik apapun usaha yang telah dilakukan akan siasia.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 75


Daftar Pustaka Agn, 2021, Kenali Gejala Corona Varian Lambda, URL: https://www.cnnindonesia.com/gayahidup/20210630074542-255-661114/kenali-gejala-corona-varian-lambda/amp, diakses pada 6 Juli 2021. Alam, S.O., 2021, Catat! Berbagai Berbagai Persiapan Sebelum Vaksin COVID-19 agar Tak Batal Disuntik, URL : Catat! Berbagai Persiapan Sebelum Vaksin COVID-19 agar Tak Batal Disuntik (detik.com) , diakses 5 Juli 2021. Aldila, N., 2020, Dua Tantangan Terbesar Distribusi Vaksin Covid-19 di Indonesia, URL : Dua Tantangan Terbesar Distribusi Vaksin Covid-19 di Indonesia - Kabar24 Bisnis.com , diakses 3 Juli 2021. Aras,

A.A.,

2021,

Covid-19

Meningkat

Pasca

Vaksinasi?,

URL:

https://news.detik.com/kolom/d-5622369/mengapa-covid-19-meningkat-pascavaksinasi, diakses pada 29 Juni 2021. Brunson,

Emily

K.,

"Vaccine",

Encyclopedia

Britannica,

9

Dec.

2020,

https://www.britannica.com/science/vaccine, diakses pada 3 Juli 2021. CDC,

2021,

Benefits

of

Getting

a

COVID-19

Vaccine,

URL:

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/vaccine-benefits.html, diakses pada 6 Juli 2021. CNN

Indonesia,

2021,

Efikasi

Vaksin

Covid-19

Novavax

89,2

persen

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210129135056-203-599953/videoefikasi-vaksin-covid-19-novavax-892-persen, diakses pada 6 Juli 2021. Crasto, A.M., 2021, BBIBP-CorV, Sinopharm COVID-19 vaccine, New Drug Approvals, URL: https://newdrugapprovals.org/2021/03/23/bbibp-corv-sinopharm-covid-19vaccine/ , diakses 3 Juli 2021. FP Staff, 2021, Lambda variant of COVID-19 emerges in UK: All you need to know about strain

originally

discovered

in

Peru,

URL:

https://www.firstpost.com/health/lambda-variant-of-covid-19-emerges-in-uk-allyou-need-to-know-about-strain-originally-discovered-in-peru-9762061.html/amp , diakses pada 6 Juli 2021. Hatmal, M.M.M., Al-Hatamleh, M.A., Olaimat, A.N., Hatmal, M., Alhaj-Qasem, D.M., Olaimat, T.M. and Mohamud, R., 2021, Side Effects and Perceptions Following COVID-19 Vaccination in Jordan: A Randomized, Cross-Sectional Study

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 76


Implementing Machine Learning for Predicting Severity of Side Effects, Vaccines, 9(6), p.556. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020, Pemerintah Pastikan Supply Vaksin Covid - 19 Aman, URL : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (kemkes.go.id) , diakses pada 30 Juni 2021. Kementerian Kesehatan RI, 2021, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), URL: https://drive.google.com/file/d/1e6_11b6FXrhVlrpn27quhC8UkL6hcUaS/view , diakses pada 3 Juli 2021. Knoll, M.D. and Wonodi, C., 2021, Oxford–AstraZeneca COVID-19 vaccine efficacy, The Lancet, 397(10269), hal 72-74. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, 2021 ,Vaksin Sinopharm Memiliki Tingkat Efikasi Tinggi https://covid19.go.id/p/berita/vaksin-sinopharmmemiliki-tingkat-efikasi-tinggi, diakses pada 6 Juli 2021. Lidiana, E., Mustikasari, H., Pradana, K., and Permatasari, A., 2021, “GAMBARAN KARAKTERISTIK KEJADIAN IKUTAN PASCA VAKSINASI COVID-19 PADA TENAGA KESEHATAN ALUMNI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA”, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(1):11-17. Menkes RI, 2021, Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), jdih.kemkes.go.id., diakses pada tanggal 1 Juni 2021 MU Health Care, 2021, What are the Benefits of Getting the COVID-19 Vaccine?, URL: https://www.muhealth.org/our-stories/what-are-benefits-getting-covid-19-vaccine , diakses pada 6 Juli 2021. Nugraheny, D.E., 2021, Kemenkes Beri 6 Tips Sebelum Disuntik Vaksin Covid-19, URL : 6 Tips dari Kemenkes sebelum disuntik vaksin Covid-19 (kontan.co.id) , diakses 6 Juli 2021 Nuraini, R., 2021, Distribusi dan Vaksinasi dari Hulu ke Hilir, URL : Indonesia.go.id Distribusi dan Vaksinasi dari Hulu ke Hilir, diakses pada 30 Juni 2021. Palacios, R., Batista, A.P., Albuquerque, C.S.N., Patiño, E.G., Santos, J.D.P., Tilli Reis Pessoa Conde, M., Piorelli, R.D.O., Pereira Júnior, L.C., Raboni, S.M., Ramos, F. and Sierra Romero, G.A., 2021, Efficacy and safety of a COVID-19 inactivated vaccine

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 77


in healthcare professionals in Brazil: the PROFISCOV study, URL: https://doi.org/10.2139/ssrn.3822780 , diakses 2 Juli 2021. Pinandhita, V., 2021, Pfizer, Sinovac, Astrazeneca, Sinopharm, Mana yang Paling Manjur?, Detik Health, URL: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5626062/pfizersinovac-astrazeneca-sinopharm-mana-paling-manjur?single , diakses 6 Juli 2021. Prüβ, B.M., 2021, Current state of the first COVID-19 vaccines. Vaccines, 9(1), hal 30. Pun, 2021, DPR Dorong Solidaritas Global Pemerataan Vaksin, URL : Parlementaria Terkini - Dewan Perwakilan Rakyat (dpr.go.id) , diakses pada 30 Juni 2021. Purnomo, H., 2021, Sekali Suntik Rp 140 Ribu, Vaksin Sputnik V Dipakai 60 Negara, https://www.cnbcindonesia.com/news/20210413112725-4-237417/sekali-suntikrp-140-ribu-vaksin-sputnik-v-dipakai-60-negara, diakses pada 6 Juli 2021. Satgas Covid-19, 2021, Peta Sebaran Covid-19, https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19, diakses pada 29 Juni 2021. Satgas Covid-19, 2021, Setahun Pandemi: Dampak Libur Panjang Jadikan Pembelajaran Untuk

Perbaikan

Kedepan,

https://covid19.go.id/p/berita/setahun-pandemi-

dampak-libur-panjang-jadikan-pembelajaran-untuk-perbaikan-kedepan , diakses pada 29 Juni 2021, Septiana, T., 2021, Bukan Hanya Varian Baru, Ini Penyebab Kasus Positif Covid-19 Indonesia Melonjak, URL: https://kesehatan.kontan.co.id/news/bukan-hanya-varian-baruini-penyebab-kasus-positif-covid-19-di-indonesia-melonjak, diakses pada 29 Juni 2021. Sewell, 2021, Lambda variant symptoms: How many cases of new variant have been confirmed in the UK?, URL: https://www.google.com/amp/s/www.express.co.uk/lifestyle/health/1454661/lambda-variant-symptoms-how-many-cases-confirmed-UKevg/amp , diakses pada 6 Juli 2021. Sinaga, Y. A., 2021, WNI di Perbatasan Indonesia - Timor Leste Ikut Program Vaksinasi COVID, URL : WNI di perbatasan Indonesia-Timor Leste ikut program vaksinasi COVID - ANTARA News , diakses pada 30 Juni 2021 Wink, P. L., Volpato, F. C. Z., Monteiro, F. L., Willing, J. B., Zavascki, A. P., Barth, A. L., Martins, A. F., 2021, First identification of SARS-CoV-2 Lambda (C.37) variant in

Southern

Brazil,

URL:

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 78


https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.06.21.21259241v1.full.pdf

,

diakses pada 6 Juli 2021. World Health Organization, 2021 ,Interim recommendations for use of the Moderna mRNA1273

vaccine

against

COVID-19,

https://www.who.int/publications/i/item/interim-recommendations-for-use-of-themoderna-mrna-1273-vaccine-against-covid-19 , diakses pada 6 Juli 2021. World

Health

Organization,

2021,

Tracking

SARS-CoV-2

variant,

URL:

https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/, diakses pada 6 Juli 2021.World Health Organization, 2020, Vaccine and Immunization: What Is Vaccination?,https://www.who.int/news-room/q-a-detail/vaccines-andimmunization-what-is-vaccination, diakses pada 3 Juli 2021. World Health Organization, 2021, Corona Disease (COVID-19): Vaccines safety, URL:

https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronavirus-disease-(covid-

19)-vaccines-safety , diakses pada 3 Juli 2021. Zhu, F.C., Li, Y.H., Guan, X.H., Hou, L.H., Wang, W.J., Li, J.X., Wu, S.P., Wang, B.S., Wang, Z., Wang, L. and Jia, S.Y., 2020, Safety, tolerability, and immunogenicity of a recombinant adenovirus type-5 vectored COVID-19 vaccine: a dose-escalation, open-label, non-randomised, first-in-human trial, The Lancet, 395(10240), hal 1845-1854.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 79


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pelayanan Praktik Kedokteran Gigi pada Masa Pandemi Covid-19 Insidensi kasus dokter gigi yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia berkisar antara 0,2% - 1,1% setiap bulan dan rata-rata insidensi dalam 6 bulan yaitu 0,5%. Hal-hal seperti tidak adekuatnya personal protection, terpaparnya virus dari pasien secara terusmenerus, terbatasnya alat pelindung diri, kurangnya pelatihan tenaga kesehatan terhadap pencegahan dan kontrol infeksi COVID-19, tenaga kesehatan gigi yang berkontak sangat dekat dengan mulut pasien, dan adanya penularan infeksi melalui alat yang digunakan dapat menyebabkan tenaga kesehatan gigi terpapar virus COVID-19. Tidak hanya virus COVID-19, tenaga kesehatan gigi juga rentan terpapar virus hepatitis B yang dapat menyebabkan orang yang terpapar menjadi karier kronik dan berisiko sirosis sehingga umurnya tidak panjang. Selain virus hepatitis B, penularan HIV juga harus diwaspadai oleh tenaga kesehatan gigi. Risiko penularan HIV lebih tinggi apabila petugas kesehatan terpapar darah melalui cedera dari jarum yang sebelumnya sudah terpapar darah. Center of Disease Control and Prevention melaporkan berdasarkan hasil penelitian dari 360 orang tenaga kesehatan, kejadian terluka di tempat praktik, yaitu 36% dokter gigi, 34% ahli bedah mulut, 22% perawat gigi, dan 4% mahasiswa kedokteran gigi. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian luka tusuk jarum harus diwaspadai. COVID-19 merupakan salah satu contoh airborne disease, sedangkan hepatitis B dan HIV merupakan contoh bloodborne disease. Kemudian, apa yang harus dilakukan khususnya oleh tenaga kesehatan gigi agar tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan virus ke pasien lain? Penyebaran virus melalui udara (airborne), penyebaran percikan (droplet), dan kontak fisik dengan pasien harus diwaspadai selama perawatan pasien di klinik atau rumah sakit. Terdapat beberapa prosedur untuk mengontrol infeksi di rumah sakit, yaitu: 1. Perlindungan kesehatan seperti imunisasi Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu contoh penegakan prosedur ini. Selain itu, ada juga vaksin hepatitis B yang dilakukan dalam satu seri sebanyak tiga kali suntikan yaitu bulan ke-0, ke-1, dan ke-6 serta harus diperiksa secara berkala. 2. Kebersihan tangan Mencuci tangan harus dilakukan sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur aseptik, setelah menyentuh cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, dan setelah menyentuh lingkungan di sekitar pasien. 3. Penggunaan alat pelindung diri (universal precaution) Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 80


Alat pelindung diri yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan gigi, yaitu alat pelindung diri level 2 atau 3. Selain itu, tenaga kesehatan gigi juga harus menggunakan gloves dan masker minimal KN95. 4. Manajemen limbah dan benda tajam Gunakan kode warna dan label pada kontainer, kuning untuk limbah infeksius dan hitam untuk limbah non infeksius. Limbah tajam seperti jarum harus dimasukkan ke dalam kontainer dengan kode warna kuning yang tahan tusukan dan tahan bocor. Limbah cair seperti darah dan saliva dibuang dalam drainase sistem sanitari. Gigi bekas cabutan masuk ke dalam limbah infeksius. Edukasi mengenai penanganan limbah yang tepat harus diberikan kepada petugas pelayanan kesehatan gigi. 5. Manajemen lingkungan Kursi di zona yang terkontaminasi harus dibersihkan secara berkala menggunakan deterjen dan air. Sandaran kepala, pegangan lampu, dan meja instrumen juga harus didisenfeksi. Penggunaan zat kimia berupa klorin 0,05% dan alkohol 70% dapat mensterilkan area dental unit. Udara ruangan juga harus dikelola sehingga bisa mencegah penularan penyakit infeksi lewat udara, mencegah kontaminasi silang akibat tindakan aerosol yang berpotensi menjadi airborne, dan mengendalikan gas/zat berbahaya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengelola udara ruangan, yaitu jenis ventilasi yang digunakan, proses pasokan udara fresh air yang masuk dalam 1 jam atau air change hours (ACH), arah aliran udara harus sejajar dengan petugas dari bersih ke kotor, perbedaan tekanan antar ruang (ruangan harus bertekanan negatif), filtrasi, dan disinfeksi alami menggunakan arah aliran udara alami dari luar ruangan menuju dalam ruangan dengan vegetasi di luar ruangan. 6. Penanganan linen 7. Sterilisasi peralatan perawatan medis Setelah dilakukan sterilisasi instrumen kedokteran gigi, alat-alat yang digunakan harus tersimpan dalam tempat tertutup bersegel baik. Alat disegel plastik secara satuan dan dibuka saat akan digunakan. Alat gigi yang akan berkontak dengan saliva harus diberikan pelapis atau menggunakan kemasan sekali pakai sehingga kebersihan tetap terjaga. Menurut PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, K3 memiliki pengertian yaitu segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pelayanan kesehatan gigi di masa pandemi COVID-19 telah mendapatkan perhatian oleh pemerintah, KKI, dan ikatan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 81


profesi (PDGI) melalui regulasi, kebijakan, serta petunjuk teknis pelaksanaan yang diterbitkan. Regulasi ini hanya terbatas untuk masa pandemi COVID-19. Kebijakan yang dikeluarkan bersifat dinamis dan menyesuaikan situasi pandemi COVID-19. Teknis pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dilakukan dengan protap yang dikeluarkan oleh PB PDGI, yaitu “Pedoman Pelayanan Kedokteran Gigi Selama Pandemi Virus COVID-19”. Dokter gigi sangat berisiko terkena penyakit akibat kerja, seperti yang berasal dari cipratan droplet atau aerosol pasien. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting karena suatu unit usaha atau tempat kerja (RS, klinik, puskesmas, dll) selalu ingin efisien dan produktif sehingga profitnya akan besar. Hal ini dapat terwujud dengan cara unit usaha tersebut mengupayakan tidak munculnya kecelakaan kerja dan mencegah penyakit akibat kerja agar pekerjanya selamat dan sehat. Untuk melindungi seluruh tenaga kesehatan pada praktik kedokteran gigi, terdapat dasar hukum terkait pelayanan kesehatan gigi di masa pandemi COVID-19, salah satunya PERKONSIL 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis dan Praktik Kedokteran Melalui Telemedicine pada Masa Pandemi COVID-19. Selain itu, terdapat pula dasar hukum Himbauan Dirjen Yankes No. YR.03.03/III/1 18/2020 tentang Himbauan Tidak Praktik Rutin kecuali Emergensi. Inti dari kedua dasar hukum ini adalah telemedicine dapat digunakan sebagai kewenangan tambahan yang dilakukan pada pasien yang tidak dalam kondisi darurat. Apabila kondisi pasien darurat, maka harus merujuk pasien tersebut ke fasyankes disertai dengan informasi yang relevan. Adanya himbauan untuk tidak praktik secara rutinpun didasari atas beberapa faktor pertimbangan, seperti risiko penularan virus yang tinggi, penggunaan APD super ketat sehingga bisa menambah biaya dan ketidaknyamanan, dan adanya regulasi baru untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja. Praktik kedokteran gigi tetap dapat dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan legal formal. Pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan regulasi khusus pandemi COVID-19. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan pedoman dan himbauan yang dikeluarkan oleh ikatan profesi (PB PDGI).

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 82


Gambar 1: Pedoman Pelayanan Kedokteran Gigi Selama Pandemi Virus COVID-19

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selama pandemi COVID-19 di lingkungan praktik kedokteran gigi juga dapat ditegakkan dengan adanya pemisahan antara ruangan yang infeksius dan noninfeksius. Praktik kedokteran gigi juga harus menegakkan prinsip pembuatan zona ruang, yaitu jika mengandung kontaminan maka harus ada pemisahnya, menggunakan barrier pada hal-hal tertentu, kontrol aerosol dan percikan, dan harus ada pembatasan kontak. Zona ruang yang digunakan di praktik kedokteran gigi dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu dirty zone yang merupakan area pembersihan instrumen, clean zone yang merupakan area untuk menyimpan alat yang sudah steril dan bersih, dan working zone yang merupakan area untuk melakukan treatment kepada pasien. Alur zona ruang harus dibuat linier bukan loop. Tentunya pelayanan kedokteran gigi sebelum pandemi dan sesudah pandemi akan berbeda. Hal ini juga berlaku pada area yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan seperti area lobby/resepsionis/ruang tunggu klinik. Ruangan tersebut harus menyediakan area untuk skrining, area mencuci tangan, menyediakan visual alerts agar orang lebih memperhatikan, membuat kursi yang berjarak 1-2 m, area tunggu diusahakan menghadap ke arah luar atau menghadap taman, harus ada udara bersirkulasi baik, hindarkan benda-benda yang kemungkinan dipegang oleh banyak orang, menerapkan sistem pembayaran cashless atau contactless payment method, area yang sering disentuh pasien harus selalu didisenfeksi, permukaan yang sulit dibersihkan harus diganti dengan permukaan yang mudah dibersihkan,

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 83


dan meminimalisir jumlah orang yang datang ke praktik atau rumah sakit salah satunya dengan menerapkan sistem pendaftaran terlebih dahulu. Tidak hanya lobby/resepsionis/ruang tunggu klinik, ruangan-ruangan yang ada di klinik atau rumah sakit juga harus diperhatikan prosedurnya. Toilet menjadi salah satu ruangan yang harus diwaspadai. Selain itu, klinik atau rumah sakit juga harus menyediakan ruangan untuk sterilisasi, khususnya untuk barang-barang yang harus disterilkan. Setelah disterilkan, barangbarang tersebut harus di packing agar tidak terkontaminasi. Ruangan radiograf juga harus selalu diamati agar refleks batuk tidak banyak terjadi. Area untuk staff harus sering didisinfeksi dan harus selalu menerapkan physical distancing. Area kerja juga harus diperhatikan prosedurnya, seperti: 1. Area sentralisasi reprosesi untuk pembersihan secara reguler 2. Harus ada pembatas antara pasien dan pendampingnya agar dalam satu ruangan tidak penuh 3. Suction harus diaspirasi dengan air atau enzimatik untuk mengurangi risiko infeksius 4. Obat kumur yang digunakan oleh pasien penting diperhatikan 5. Jarak antar satu area dengan area lain harus diperhatikan. Antar area belum tentu harus di ruang yang berbeda, bisa hanya dengan pembatas-pembatas 6. Orientasi harus diperhatikan. Orientasi jangan mengarah ke koridor tetapi harus ke area yang menghadap ke luar 7. Prosedur yang memungkinkan penyebaran melalui airborne harus ada ruangan tersendiri 8. Waktu jeda antar pasien diperpanjang (kurang lebih 15 menit) karena harus dibersihkan dan didesinfeksi terlebih dahulu ruangan dan alat-alatnya 9. Ventilasi harus diperhatikan, harus ada sirkulasi udara yang baik 10. Area antara AC, pasien, dan dokter harus diperhatikan, jangan sampai sirkulasi AC yaitu dari pasien ke dokter, sirkulasi AC harus ke luar. Sirkulasi yang bagus seperti kamar operasi, yaitu dihembuskan dari atas kemudian di bawah dilakukan exhaust ke luar, tetapi terkadang mahal 11. AC diatur agar pertukaran udaranya banyak. Makin banyak udara yang berganti maka makin baik. AC juga harus dibersihkan berkala Selain memperhatikan prosedur ruangan di klinik atau rumah sakit, cara kita memanajemen limbah B3 juga tidak kalah penting dalam menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja. Semua limbah yang dihasilkan selama perawatan pasien COVID-19 dianggap infeksius termasuk sisa makanan pasien. Covid-19 akan meningkatkan timbulan limbah B3. Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 84


Jika limbah ini tidak terkelola dengan baik, maka risiko penyebaran COVID-19 dan pencemaran lingkungan akan meningkat. Institute for Global Environmental Strategies (IEGS, 2020) melakukan studi terkait timbulan limbah medis di berbagai negara termasuk di Jakarta. Didapatkan hasil bahwa limbah medis di Jakarta mengalami kenaikan 5 kali lipat. Sebelum pandemi jumlah limbah medis adalah 35 ton/hari (3,3 gram/orang/hari) sedangkan saat pandemi jumlahnya meningkat menjadi 247 ton/hari (23 gram/orang/hari).

Gambar 2: Tabel jumlah limbah medis sebelum COVID-19 dan setelah COVID-19 (Kalantary dkk., 2021) Sejumlah persoalan pengelolaan limbah, yaitu fasilitas pengolahan limbah yang terbatas, sebaran alat pengolahan limbah terkonsentrasi di Jawa, limbah medis pasien isolasi mandiri belum ditangani, dan banyak limbah medis yang dibuang sembarangan. Persoalan pengelolaan limbah ini memunculkan beberapa kasus, seperti adanya kasus pembuangan limbah medis COVID-19 di permukiman Kota Bogor, adanya kasus limbah medis yang mencemari Teluk Jakarta, dan adanya kasus vaksin palsu yang berawal dari limbah medis yang serampangan. Lalu, apa efek yang ditimbulkan jika limbah medis atau infeksius tidak terkelola dengan baik?. Jika limbah medis atau infeksius tidak dikelola dengan baik, maka bisa menyebabkan timbulnya beberapa hal, yaitu: 1. Bercampurnya limbah B3 infeksius dengan limbah domestik ataupun limbah benda tajam dengan non tajam akan meningkatkan risiko cidera, infeksi, konsekuensi toksik pada petugas pengelola limbah, petugas kesehatan, maupun pasien 2. Tercecernya limbah infeksius dapat meningkatkan penyebaran COVID-19 melalui transmisi sekunder

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 85


3. Lama penyimpanan limbah infeksius yang lebih dari 2 hari pada suhu kamar menyebabkan proses pembusukan limbah media oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor. 4. Suhu pembakaran kurang dari 800 derajat celcius dapat menimbulkan dioksin maupun merkuri (karsinogenik). Kurang memadainya pemasangan alat pengendali pencemaran udara yang terpasang pada insenerator dapat menyebabkan partikel dan senyawa polutan terlepas di udara. Jika terhirup akan menimbulkan risiko gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular.

Bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengatasi permasalahan pengelolaan limbah medis ataupun infeksius tersebut?. Menurut penelitian Soemiarno (2020), dari 132 RS rujukan untuk merawat pasien COVID-19, baru 20 RS yang memiliki fasilitas insinerator berizin. KLHK juga menyatakan bahwa kapasitas pengolahan limbah medis fasyankes seluruh Indonesia baru mencapai 70,21 ton/hari ditambah kapasitas jasa pengolahan oleh pihak ketiga sebesar 244,08 ton/hari. menurut Nurali (2020), diprediksi limbah medis yang dihasilkan Indonesia per hari sebanyak 294,66 ton dengan kata lain defisit 70,432 ton/hari. Pemerintah sudah melakukan beberapa upaya sebagai respon atas permasalahan limbah COVID-19, seperti: 1. Adanya regulasi berupa Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 03/PSLB3/PLB.3/3/2021 tentang Pengelolaan Limbah dan Sampah dari Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) 2. Adanya kebijakan yang melibatkan pihak industri yang memiliki fasilitas insinerasi, pembangunan fasilitas insinerator di NTB, pembangunan fasilitas pengelolaan limbah B3 sudah menjadi program prioritas nasional 3. Adanya diskresi operasional insinerator dengan syarat insinerator memenuhi persyaratan Sumber dan jenis limbah penanganan COVID-19 menurut SE MenLHK No 3 Tahun 2021, yaitu: A.

Sumber Limbah B3 COVID-19 1. Fasyankes (RS, puskesmas, lab kesehatan, klinik pelayanan kesehatan) 2. RS darurat COVID-19 3. Tempat isolasi mandiri (hotel, wisma, apartemen, rumah tinggal) Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 86


4. Uji deteksi COVID-19 5. Tempat vaksinasi COVID-19 B. Sumber Sampah 1. Rumah tangga 2. Kawasan komersial dan industri 3. Fasilitas sosial, umum, dll Masker dan APD yang berasal dari rumah tangga termasuk sampah. Apabila kita menggunakan masker dan kita dari lingkungan RS, maka masker tersebut termasuk limbah infeksius. Namun, ketika berada di rumah, masker dapat dibuang sebagai sampah domestik asalkan sebelum dibuang sudah dilakukan desinfeksi dan diubah bentuknya (dirobek). Limbah B3 yang dihasilkan dalam praktik gigi selama pandemi COVID-19 dapat berupa: 1. Limbah B3 padat infeksius: glove, jarum, suction bekas, saliva ejector 2. Limbah B3 padat non infeksius: batu baterai (masa simpan dan pengelolaannya berbeda dengan limbah infeksius) 3. Limbah cair: cairan dari mulut dan atau hidung atau air kumur pasien, air cucian alat yang terkena cairan dari mulut dan/atau hidung pasien (fasyankes wajib memiliki instalasi pengolahan air limbah, kalau tidak ada bisa ditampung di dirigen (harus disendirikan) lalu di treatment sebagai limbah B3 atau diserahkan ke pihak pengelola limbah B3) 4. Limbah patologi: gigi, gusi

Tahapan dalam mengelola limbah B3 yaitu: 1. Pemilihan: pemisahan antara limbah B3 dan non-B3, infeksius dan non infeksius, COVID-19 dan non COVID-19. Menentukan prioritas (COVID-19 akan didahulukan) 2. Pengemasan: dimasukkan ke kemasan berwarna kuning yang tertutup, tidak bocor, kedap udara, pengikatan harus benar, hanya limbah B3 medis padat (apabila terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat penampungan air limbah atau lubang di wastafel yang mengalirkan ke dalam IPAL)

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 87


Gambar 3: Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori (Endradita, 2017) 3. Pengumpulan dan pengangkutan internal: diangkut dulu menggunakan troli atau alat transportasi khusus limbah infeksius dan petugas harus menggunakan APD, limbah B3 medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam wadah/bin harus diangkut dan disimpan pada TPS limbah B3. Jika sudah diikat, tidak diperbolehkan dibuka kembali 4. Penyimpanan: dilakukan desinfeksi dengan menyemprotkan klorin 0,5% pada plastik sampah yang telah terikat. Wadah/binnya juga harus didesinfeksi. Jika disimpan lebih dari 2 hari maka harus dimasukkan ke freezer. 5. Wajib memberi simbol dan label limbah B3

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 88


Gambar 4: Label apabila kemasan kosong (atas kiri), label untuk menunjukkan posisi tutup kemasan limbah B3 (atas tengah), label limbah B3 (atas kanan), simbol limbah B3 (bawah) (Unieco, 2021) Tidak kalah pentingnya untuk melakukan pencatatan dan pelaporan, seperti mencatat timbulan/volume limbah B3 dalam log book setiap hari, memiliki manifest limbah B3 yang telah diolah (manifest ada 7 rangkap), dan wajib melaporkan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi/Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota terkait jumlah limbah B3 medis yang dikelola secara teratur 3 bulan sekali. Keselamatan dan kesehatan dalam praktik kedokteran gigi di masa pandemi bukan hanya diperuntukkan bagi dokter gigi serta tenaga kesehatan yang bertugas, melainkan juga harus diterapkan bagi pasien. Patient Safety menurut WHO adalah pengurangan risiko bahaya yang tidak perlu terkait dengan pelayanan kesehatan ke tingkat minimum yang dapat diterima. Patient safety memiliki hubungan erat dengan nyawa pasien terutama pada saat pandemi. Hal tersebut dapat tercermin dari banyaknya nyawa orang yang telah direnggut akibat virus Covid19. Menurut data dari WorldOmeter, jumlah kematian pasien Covid-19 di Indonesia Hingga 12 November 2021 mencapai angka 143 ribu. Sementara itu, United States of America menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah kematian sebanyak 780 ribu. Banyaknya total kematian tersebut harus menjadi evaluasi dalam pelaksanaan praktik kedokteran gigi di masa pandemi. Sejauh ini, terdapat beberapa kendala dalam penerapan patient safety di Indonesia, seperti kurang optimalnya tahap investigasi insiden, pelaporan insiden oleh rumah sakit yang kurang termotivasi, serta perlu peningkatan budaya keselamatan pasien (Kurnia, 2021 ; WorldOmeter, 2021).

Data per tanggal 12 November 2021 (WorldOmeter, 2021)

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 89


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011, setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien yang dimaksud terdiri dari ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepatlokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh. Dalam penerapannya, kita dapat melakukan berbagai hal untuk menunjang patient safety antara lain dengan membuat zonasi di rumah sakit. Zonasi tersebut dapat dibagi dengan area area dengan warna berbeda (merah, kuning, dan hijau). Selain itu, perlu dilakukan pembuatan SOP yang sesuai pada semua unit, mulai dari prosedur tindakan, sirkulasi udara, disinfeksi ruangan, hand hygiene hingga wilayah kerja dalam praktik perawatan. Dalam aktualisasi patient safety pada masa pandemi, telemedicine dianggap menjadi salah satu solusi yang cukup bagus. Maraknya fasilitas kesehatan Indonesia yang mulai menerapkan telemedicine sebagai langkah dalam perawatan mereka, membuktikkan bahwa Indonesia sudah mengalami peningkatan kewaspadaan mengenai patient safety khususnya di masa pandemi. Patient safety diharapkan tetap menjadi concern yang terus digalakkan bukan hanya ketika pandemi sehingga akan tercipta lingkungan yang baik dalam kegiatan praktik kedokteran. Virus Covid-19 dapat menyebar dengan sangat cepat dan penyebarannya paling dominan melalui droplet saliva. Pada kenyataannya, data – data penelitian belum dapat menghasilkan kesimpulan yang pasti apakah droplet dapat menular secara massive contamination. Namun, hingga saat ini diketahui bahwa droplet generating aerosol yang berada pada lingkungan tertutup masih menjadi sumber risiko tertinggi dalam praktek kedokteran gigi. Dalam penyebaran Virus Covid-19, terdapat tiga kelompok besar sebagai sumber transmisi utama yaitu, inhalasi, deposit virus pada permukaan mucosa, dan media perantara yang lain seperti tangan serta vomit (permukaan benda mati yang terkena virus), tetapi hal tersebut masih belum pasti apakah bisa menularkan virus Covid-19. Prevention of transmission merupakan langkah paling efektif yang dapat dilakukan untuk menghindari adanya cross infection. Untuk mencegah transmisi, kita harus tau model dominan transmisi manakah yang mampu menyebarkan virus dari satu tempat ke tempat lain. Pencegahan sebelum perawatan dapat dilakukan melalui screening terhadap pasien secara online yang dikombinasikan dengan screening offline. Biasanya dari screening tersebut, terdapat symptom yang paling kuat menunjukan Virus Covid-19, yaitu fever. Akibatnya, untuk memastikan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 90


apakah symptoms yang diderita merupakan gejala Covid-19, perlu dilakukan tes suhu di berbagai tempat. Sementara itu, pencegahan untuk tahapan perawatan yang dapat dilakukan dalam masa pandemi, antara lain penggunaan APD sesuai level penanganan. Ketika dokter gigi menggunakan aerosol dalam tindakannya maka dokter gigi tersebut harus menggunakan APD level tiga dan tindakannya dilakukan di ruangan negatif (Yulianto, dkk., 2020). Menurut drg Heribertus Dedy K. Y., Negative pressure chamber merupakan suatu ruang atau chamber yang berisi satu dental unit yang memodifikasi arah aliran udara sehingga arah aliran udara berasal dari luar ruangan menuju ke dalam. Dalam menunjang proses modifikasi aliran udara, perlu adanya penggunaan exhaust fan dan juga blower untuk memasukkan udara. Penempatan alat tersebut juga harus sesuai panduan agar tidak menyebabkan terhirupnya aerosol oleh pasien maupun operator yang berada pada ruang tersebut. Selain itu, perlu adanya pengaturan arah kecepatan udara yang masuk dan keluar melalui sistem ACH (Air Change Hour) dengan parameter tertentu. Dalam pelayanan praktik kedokteran gigi di masa pandemi, penggunaan AC tak luput menjadi salah satu hal yang sangat perlu untuk diperhatikan. AC resirkulasi tidak boleh digunakan dalam ruang pelayanan praktik sebab nantinya virus akan tetap berkembang di dalam ruangan tersebut. Adanya UV light juga membantu untuk membuat udara yang keluar bersih sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran. Beberapa teknologi lain juga dapat menunjang tindakan praktik kedokteran gigi selama masa pandemi, salah satunya adalah dental aerosol suction. Penggunaan dental aerosol suction dapat meminimalisir terbuangnya udara yang terkontaminasi. Selain itu, praktik kedokteran gigi dalam masa pandemi juga disarankan untuk dapat menggunakan HEPA (High Efficiently Particulate Air). Penggunaan HEPA yang berukuran kurang dari 0.1 mikron membuat mikroorganisme tidak dapat lolos dari filter tersebut sehingga tidak akan ada kontaminasi¹. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa sangat banyak aturan yang perlu diterapkan dalam praktik kedokteran gigi di kala pandemi demi mengurasi risiko penyebaran virus Covid-19 tersebut. Dalam perawatan endodontik khususnya di kala pandemi, rubber dam merupakan salah satu bahan yang berperan penting dalam proses perawatan. Penggunaan rubber dam dapat berfungsi sebagai controlling measurement yaitu mencegah bakteri di saliva, melindungi dokter gigi saat bekerja, dan juga membantu menempatkan prediktabilitas bahan tampilan agar bisa ditempatkan dengan baik di gigi. Adanya rubber dam akan meminimalisir kontak dengan material biologis yang nantinya berhubungan dengan seluruh kemungkinan virus yang ada, tidak hanya virus Covid-19. Pada perawatan endodontik, rubber dam dapat digunakan untuk mencegah atau mengeliminasi apical periodontitis. Kesembuhan lesi Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 91


periodontal dapat menurunkan jumlah bakteri di saluran akar sehingga akan terjadi pertumbuhan tulang dalam saluran akar. Namun, perlu diketahui bahwa kegagalan perawatan endodontik dapat terjadi sebelum tindakan perawatan, yaitu dokter gigi tidak bisa mengontrol tempat kerja sehingga akan memasukkan bakteri ke dalam saluran akar melalui saliva. High volume evacuator merupakan suction yang berada di dental unit. Suction makenya dental motor buka compressor biar air langsung ketangkep di saliva ejector. HVE beda dengan extra oral suction. Working field kecil tapi magnifikasi lebih besar. Dalam penanganan pandemi covid, fokus utamanya adalah quality and patient safety. Manajemen pelayanan gigi dalam penanganan Covid-19 memang berbeda dengan pelayanan umum sehingga banyak arahan - arahan yang dianjurkan oleh berbagai pihak, antara lain WHO dan ADA. Anjuran - anjuran tersebut berisi tentang hal – hal yang perlu disiapkan dalam melakukan pelayanan dalam masa pandemi. Selain itu,

ketika melakukan praktik

perawatan, dokter gigi juga harus dapat menjamin dan dapat memastikan pasien tentang keamanan di tempat praktiknya. Konsep safety dalam masa pandemi tidak hanya berupa patient safety, tetapi juga provider safety. Salah satu yang perlu menjadi perhatian dalam klasifikasi provider safety adalah rentang waktu ketika menggunakan APD. Rentang penggunaan APD adalah maksimum 4 jam sehingga akan memengaruhi jam kerja dari para tenaga kesehatan. Konsekuensi dari hal tersebut mengharuskan adanya SDM tambahan agar kesehatan nakes juga tetap terjaga. Selain itu, untuk memotong tali penyebaran virus, para tenaga kesehatan juga harus mengganti scrub sesuai aturan yang telah dibuat. Alur ganti baju dan alur lepas baju juga harus diperhatikan. Bahkan limbah APD menjadi salah satu fokus permasalahan, salah satunya mengenai tata kelola scrub. Pengelolaan scrub di masa pandemi dilakukan dengan cara melaundry menggunakan laundry rumah sakit sehingga sesuai dengan kaidah pelayanan. Pembatasan jumlah pasien juga harus dilakukan melalui appointment dan juga shift serta teledentistry demi mengurangi risiko penyebaran virus Covid-19. Selain itu, terdapat anjuran agar alat - alat dalam ruang praktik kedokteran gigi dilapisi dengan wrapping dan diganti tiap pasien. Dalam menjamin patient safety, dokter gigi harus mensterilkan alat yang digunakan untuk pasien karena pasien tidak menggunakan alat pelindung diri apapun. Namun, kebutuhan - kebutuhan tersebut dapat mengakibatkan biaya yang sangat besar. Tak ayal, banyaknya anjuran mengenai praktik kedokteran gigi di masa pandemi akan berdampak pada timbulnya tuntutan berupa sarana fasilitas dan alat perlindungan diri yang memadai pada saat pandemi. Hal tersebut akan berdampak pada biaya yang akan dikeluarkan oleh pribadi ataupun rumah sakit yang tetap menyelenggarakan praktik kedokteran gigi. Dalam masa pandemi ini volume dari pasien akan sangat dibatasi. Jika jumlah pasien dibatasi, volume Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 92


menjadi tinggi sehingga akan memengaruhi cost. Menurut perubahan volume kegiatan, biaya sendiri dapat digolongkan menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya campuran. Sementara itu, menurut unit pelayanannya, biaya terbagi menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Terdapat beberapa pertimbangan dalam menyusun biaya yang harus dikeluarkan sebagai pemenuhan kebutuhan di masa Covid-19. Dalam rumah sakit pemerintah, screening, dan APD tidak dibebankan pada pasien. Selain itu, perlu adanya pertimbangan dari berbagai pihak stakeholder, asuransi, pemilik, dan stakeholder RS mengenai penerapan tarif perawatan. Tarif dalam pelayanan kedokteran gigi biasanya berbasis unit cost, tetapi juga harus disesuaikan dengan kebijakan pemimpin. Selain itu, penentuan tarif juga perlu pertimbangan dalam segi kemampuan dan kemauan membayar dari masyarakat. Dari berbagai analisis pertimbangan tersebut, harus ada evaluasi dalam berbagai tingkat harga dengan asumsi - asumsi efisiensi mengenai pendapatan total dan biaya total. Adanya evaluasi tersebut, diharapkan akan menjadi acuan dalam penentuan tarif perawatan dokter gigi yang lebih sesuai terutama pada saat pandemi.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 93


Daftar Pustaka Endradita, G., 2017, Jenis Label Limbah Medis, dilihat pada 7 November 2021, < https://galihendradita.wordpress.com/2017/09/08/pengelolaan-limbah-rumahsakit/jenis-label-limbah-medis/ . Kalantary, R.R., Jamshidi, A., Mofrad, M.M.G., Jafari, A.A., Heidari, N., Fallahizadeh, S., Arani, M.H., dan Torkashvand, J., 2021, Effect of Covid-19 Pandemic on medical waste management: a case study, Journal of Environmental Health Science and Engineering, 19(1): 831-836. Unieco, 2021, Panduan Pemberian Label Limbah B3 & Simbol Limbah B3, dilihat pada 7 November 2021, < https://www.universaleco.id/panduan-simbol-label-limbah-b3. WorldOmeter, 2021, COVID Live Updates, URL : COVID Live Update: 252,747,559 Cases and 5,098,219 Deaths from the Coronavirus - Worldometer (worldometers.info), dilihat pada 12 November 2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 94


Efektivitas Vaksin Booster terhadap COVID-19 Berkolaborasi dengan: BEM KM FK-KMK UGM BEM KM FA UGM

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021) Vaksin booster atau penguat vaksin merupakan dosis vaksin tambahan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit karena efek dari beberapa vaksin yang dapat menurun seiring berjalannya waktu. Penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin booster dapat melatih tubuh untuk mengenali bakteri atau virus dan mempertahankan diri (Kompas, 2021). Di Indonesia, vaksin booster saat ini baru diperuntukkan bagi tenaga kesehatan (nakes) dan tenaga pendukung kesehatan yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap. Hal ini disebabkan karena nakes menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi COVID19 sehingga berisiko tinggi tertular COVID-19. Enam bulan setelah vaksinasi, antibodi diketahui mulai berkurang sehingga penting bagi nakes untuk diberikan vaksin booster COVID-19, terutama untuk menghadapi varian-varian baru. Belakangan ini, muncul varian Omicron yang merupakan varian terbaru COVID-19 yang teridentifikasi pertama kali di Botswana pada awal November lalu. Menurut penelitian, varian omicron dianggap tiga kali lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV-2 dan mungkin lebih menular daripada varian delta (Gao dkk, 2021; PAPDI, 2021). Vaksin booster dapat menjadi replika dari vaksin awal yang bisa dimodifikasi. Vaksin tersebut dapat disesuaikan untuk menargetkan varian virus tertentu sehingga dapat menjadi kunci dalam menyelesaikan pandemi COVID-19 ini. Dosis vaksin booster akan tersedia bagi orang yang berisiko terkena COVID-19 dan telah mendapatkan dosis kedua vaksin setidaknya enam bulan yang lalu. Terdapat beberapa bukti bahwa sebagian orang yang memiliki kondisi immunocompromised yang parah tidak menanggapi dua dosis vaksin pertama seperti orang Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 95


normal lainnya sehingga mereka membutuhkan dosis ketiga, tetapi hal tersebut hanya diberikan untuk membuat respon utama aktif karena mereka belum cukup menanggapi pada dua dosis pertama. Selain perlindungan yang diberikan oleh dosis vaksin booster ini, ada beberapa pertimbangan lain yang perlu diketahui melalui penelitian atau kajian yang lebih dalam (GuptaSmith & O'Brien, 2021; Macmillan, 2021; NHS, 2021). Saat ini, pemerintah menjadikan distribusi vaksin ke seluruh Indonesia sebagai prioritas utama dalam vaksinasi nasional. Tujuannya adalah untuk mempercepat penanganan pandemi dan perlindungan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, total vaksinasi dosis pertama di Indonesia sebesar 114 juta dosis dan dosis kedua sebesar 69 juta dosis. Dari awal vaksin datang ke Indonesia, pemerintah menargetkan 70% dari jumlah penduduk Indonesia mendapatkan vaksinasi COVID-19. Kecepatan untuk mencapai target adalah hal yang bagus, tetapi ada hal lain yang patut diperhatikan, yaitu pemerataan. DKI Jakarta menjadi daerah yang sudah melebihi target, terlihat dari data bahwa vaksinasi COVID19 di Ibukota Republik Indonesia ini mencapai 200.000 orang per hari yang mana persentase sudah 131,86% atau melampaui target. Pada vaksinasi dosis pertama provinsi dengan persentase vaksinasi dosis pertama tertinggi adalah Jakarta (131,86%), Bali (100,3%), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (91,6%), sedangkan provinsi dengan persentase vaksinasi dosis pertama terendah adalah provinsi Papua (24,3%), Aceh (29,2%), dan Maluku (31,6%) (Kemenkes, 2021). Provinsi dengan persentase vaksinasi dosis kedua tertinggi adalah DKI Jakarta (101,25%), Bali (85,79%), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (70,73%). Sementara itu, provinsi dengan persentase vaksin dosis kedua terendah adalah provinsi Sumatera Barat (15,62%), Aceh (15,72%), dan Maluku Utara (16,44%). Saat ini vaksinasi dosis ketiga sudah dilaksanakan dan diutamakan untuk tenaga kesehatan. Vaksinasi dosis ketiga pada tenaga kesehatan saat ini sudah mencapai 77% (1.130.956). Sebuah studi yang dilakukan oleh Noam Barda, dkk. (2021), meneliti efektivitas dosis booster vaksin terhadap pencegahan tingkat keparahan pasien pada 728.321 individu. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya Sars-CoV-2 varian delta yang menyebabkan gejala parah pada individu yang terinfeksi. Penelitian ini dilakukan menggunakan data dari Clalit Health Services pada populasi di Israel pada 30 Juli 2020 hingga September 2021. Hasilnya, suntikan ketiga (dosis booster) 92% efektif dalam mencegah penyakit serius dibandingkan dengan yang menerima dua dosis vaksin saja. Selain itu, laporan pada populasi yang menerima dosis ketiga (booster) menunjukkan bahwa 93% efektif mencegah masuk ke Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 96


rumah sakit dibandingkan pada populasi yang menerima dosis kedua saja (231 kasus rawat inap untuk populasi vaksin dua dosis dan 29 kasus rawat inap untuk pasien yang mendapatkan suntikan booster). Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah merilis tulisan berjudul “Evidence to Recommendation Framework : Pfizer-BioNTech COVID-19 Booster Dose” untuk dijadikan rujukan dalam melakukan vaksinasi dosis booster. Pada tulisan tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan data dari uji klinik pada 300 populasi di usia 18-55 tahun, dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech meningkatkan respon imun pada individu yang telah menerima dosis lengkap sekitar enam bulan sebelumnya. Pada uji klinik ini juga disimpulkan bahwa manfaat terbesar dari penggunaan dosis booster vaksin ini adalah pada individu dengan usia 65 tahun atau lebih (Oliver, 2021). Selain itu, Pfizer dan BioNTech telah mengumumkan hasil uji fase ketiga untuk dosis booster vaksinnya. Uji dilakukan dengan acak dan terkontrol pada lebih dari 10.000 individu dengan 16 tahun atau lebih. Hasil dari uji klinik ini yaitu dosis booster yang diberikan pada individu yang telah diberikan dosis lengkap vaksin Pfizer-BioNTech menunjukkan efikasi relatif vaksin sebesar 95,5% dibandingkan dengan yang tidak menerima dosis booster. Selain itu, booster vaksin COVID-19 ini juga memiliki profil keamanan yang baik. Berdasarkan data yang telah didapat, perusahaan Pfizer dan BioNTech berencana mengirimkan data ini ke badan regulasi obat di seluruh dunia (Pfizer, 2021). Namun, untuk varian Omicron yang baru-baru ini muncul, efektivitas vaksin booster masih diteliti dan didebatkan oleh para ahli. Pasalnya, walaupun dosis booster dapat meningkatkan antibodi tetapi belum jelas seberapa baik dosis ini akan bekerja melawan jenis virus baru ini. Para peneliti pun hanya mengetahui sedikit informasi mengenai infektivitas Omicron, terobosan vaksin, serta resistensi antibodi. Penelitian di laboratorium juga membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil tentang virus Omicron ini (Khan dkk, 2022). Beberapa Negara yang Telah Menggunakan Vaksin Booster 1. Singapura Kementerian Kesehatan Singapura merekomendasikan warga Singapura yang telah menerima vaksin dosis pertama dan kedua untuk menerima dosis booster. Pemberian dosis ketiga atau dosis booster ini ditujukan untuk warga Singapura yang telah menerima dosis lengkap dan berusia diatas 30 tahun, serta petugas kesehatan dan frontline workers yang berusia diatas 18 tahun guna mengurangi risiko infeksi dan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 97


transmisi COVID-19. Untuk waktu pemberian dosis booster adalah sekitar 6 bulan setelah menerima dosis kedua. Kementerian Kesehatan Singapura memilih dua tipe vaksin yang bisa digunakan untuk vaksin booster, yaitu vaksin moderna dengan dosis 50 mcg dan vaksin Pfizer-BioNTech dengan dosis 30 mcg. Dilansir dari laman resmi kementerian kesehatan Singapura (6 November 2021), program vaksinasi di Singapura untuk dosis pertama dan kedua sudah mencakup sebagian besar warganya, yaitu 86% populasi untuk dosis pertama, 85% populasi untuk dosis kedua, dan 18% populasi telah menerima dosis booster (Ministry of Health Singapore, 2021). 2. Amerika Serikat Badan

Pengendalian

dan

Pencegahan

Penyakit

Amerika

Serikat

(CDC)

merekomendasikan pemberian dosis booster bagi warganya yang telah mendapatkan vaksin dosis lengkap. Di Amerika Serikat, vaksin yang digunakan adalah vaksin Johnson & Johnson/Janssen (dosis tunggal), vaksin Pfizer-BioNTech (dua kali pemberian dosis), dan Vaksin Moderna (dua kali pemberian dosis). Dari ketiga jenis vaksin tersebut, CDC membebaskan warganya untuk memilih tipe vaksin mana yang akan disuntikkan untuk dosis booster, tetapi CDC merekomendasikan jenis vaksin yang berbeda untuk dosis booster dari vaksin yang telah diterima sebelumnya. Bagi penerima vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna, vaksin booster bisa didapatkan 6 bulan setelah pemberian dosis kedua, dengan kriteria sebagai berikut : warga yang berusia 65 tahun atau lebih; petugas pelayanan kesehatan dan pekerja dengan risiko tinggi yang telah berusia 18 tahun ke atas. Sedangkan bagi penerima vaksin Johnson & Johnson’s Janssen, dosis booster bisa diberikan dua bulan setelah pemberian vaksin dosis pertama, dengan syarat berusia 18 tahun ke atas (CDC, 2021) 3. Britania Raya (United Kingdom) Menurut NHS (National Health Service), dosis vaksin booster akan tersedia di NHS untuk warga yang paling berisiko terkena COVID-19 yang telah mendapatkan dosis vaksin kedua setidaknya 6 bulan yang lalu. Masyarakat yang paling berisiko ini terdiri atas: a. Warga berusia 50 tahun ke atas b. Warga yang tinggal dan bekerja di panti jompo c. Tenaga Kesehatan d. Warga berusia 16 tahun ke atas dengan kondisi kesehatan yang membuat mereka berisiko tinggi sakit parah akibat COVID-19

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 98


e. Warga berusia 16 tahun ke atas yang menjadi pengasuh utama seseorang yang berisiko tinggi COVID-19 f. Warga berusia 16 tahun ke atas yang tinggal dengan seseorang yang lebih mungkin terkena infeksi (seperti seseorang yang memiliki HIV, telah menjalani transplantasi atau sedang menjalani perawatan tertentu untuk kanker, lupus, atau rheumatoid arthritis) (NHS, 2021) 4.

Australia Australian Government Department of Health telah merilis informasi mengenai vaksin booster bagi para penduduknya. Sama seperti negara-negara yang telah dijelaskan, kriteria individu yang wajib mendapatkan vaksin booster adalah remaja usia 12-17 tahun dan individu yang rentan berisiko terinfeksi COVID-19 meskipun telah menerima vaksin dosis ketiga. Pihak pemerintah Australia menawarkan vaksin booster Pfizer dan Vaxzevria (AstraZeneca) yang nantinya pemberiannya berdasarkan kriteriakriteria salah satunya meliputi usia dan sudah atau tidaknya menerima dosis vaksin ketiga. Selain itu, juga terdapat program khusus tenaga kesehatan, para lansia, dan penyandang disabilitas untuk diprioritaskan dan menjamin kesetaraannya. Warga yang memenuhi syarat dapat menerima pelayanan vaksin booster melalui instalasi kesehatan, instalasi farmasi, atau melalui sentra vaksinasi. Pada umumnya masyarakat akan diberikan dosis booster vaksin Pfizer/BioNTech atau vaksin Moderna. Ini berarti dosis booster mungkin berbeda dari vaksin untuk dosis pertama dan kedua. Beberapa orang mungkin akan menerima dosis booster vaksin Oxford/AstraZeneca jika mereka tidak dapat memiliki vaksin Pfizer/BioNTech atau Moderna (Australian Government Department of Health, 2021). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Direktur

Jenderal

Pencegahan

dan

Pengendalian

Penyakit

nomor

HK.02.01/1/1919/2021 tentang Vaksinasi Dosis Ketiga Bagi Seluruh Tenaga Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan dan Tenaga Penunjang yang Bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Lebih lengkapnya, vaksin booster akan diberikan kepada tenaga kesehatan serta tenaga pendukung kesehatan yang telah mendapat vaksin COVID-19 dosis pertama dan kedua, yaitu diperkirakan berjumlah 1,5 juta orang di seluruh Indonesia. Berdasarkan surat nomor 71/ITAGI/Adm/VII/2021, Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) merekomendasikan pemberian vaksin Moderna sebagai booster untuk tenaga kesehatan karena memiliki efikasi paling tinggi dari seluruh Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 99


vaksin yang dimiliki. Pemberian vaksin booster untuk tenaga kesehatan telah dimulai pada tanggal 23 Juli 2021 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Pelaksanaan vaksin booster untuk khalayak umum belum dilakukan karena kementerian kesehatan masih berfokus untuk mencapai target 70% masyarakat telah divaksinasi lengkap pada akhir tahun 2021. Hal tersebut sesuai juga dengan rekomendasi ITAGI bahwa prioritas adalah pemenuhan cakupan vaksinasi lengkap pada populasi umum. Targetnya, Indonesia akan memulai vaksin booster untuk masyarakat pada awal tahun 2022 dengan syarat 50% penduduk Indonesia sudah mendapat dua kali dosis vaksin COVID-19. Target tersebut sesuai dengan penerapan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, hingga Singapura yang melakukan program vaksin booster setelah 50% penduduknya menerima dosis lengkap (Novianto, 2021) Nantinya, vaksin booster akan diberikan kepada warga lanjut usia sebagai prioritas atas dasar pertimbangan faktor risiko. Adapun sejauh ini, pemerintah merencanakan pemberian vaksin booster gratis kepada lansia dan PBI BPJS yang mana sudah tercantum dalam rencana anggaran Kemenkes 2022. Juru bicara vaksinasi COVID-19, Siti Nadia Tarmizi, alokasi vaksin booster tetap akan melihat bagaimana rekomendasi dunia (WHO) dalam pelaksanaan vaksin booster. Sementara itu, vaksin booster untuk masyarakat selain lansia dan PBI BPJS masih belum akan diberikan secara gratis, melainkan berbayar. Belum ada keterangan lebih lanjut terkait vaksin booster yang berbayar karena masih diperlukan pengkajian lebih lanjut (Sari, 2021; CNN Indonesia, 2021). Pemberian vaksin booster merupakan salah satu upaya yang dipikirkan agar dapat meningkatkan antibodi secara penuh agar terhindar dari COVID-19. Meskipun demikian, penerapannya perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait keamanan dan hal-hal lain yang dapat didiskusikan bersama dengan para ahli. Sebelum pelaksanaan pemberian vaksin booster di tahun 2022 dilakukan, fokus pemberian vaksin perlu dilakukan kepada masyarakat yang belum sama sekali atau baru satu kali vaksin agar dapat mengurangi penularan serta kemungkinan lebih banyak varian muncul di waktu yang akan datang.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 100


Dikaji oleh : Departemen Advokasi dan Kajian Strategis BEM KM FKG UGM 2021 Kabinet Gama Prasama Departemen Kajian, Strategis, dan Eskalasi Isu BEM KMFA UGM 2021 Kabinet Energi Kolaborasi Kementerian Kajian Riset Strategis BEM FK-KMK UGM 2021 Kabinet Abra Abipraya

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 101


Daftar Pustaka Australian Government Department of Health, 2021, COVID-19 booster vaccine advice, https://www.health.gov.au/initiatives-and-programs/covid-19-vaccines/gettingyour-vaccination/booster-doses, Diakses pada 14 November 2021. Barda, N., 2021, Effectiveness of a third dose of the BNT162b2 mRNA COVID-19 vaccine for preventing severe outcomes in Israel: an observational study, The Lancet, https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)022492/fulltext, Diakses pada 10 November 2021. Center for Disease Control and Prevention, 2021, COVID-19 Vaccine Booster Shots, https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/booster-shot.html, diakses pada 6 November 2021. CNN Indonesia. 2021. Kemenkes Soal Mulai Booster saat Capaian Vaksin 50 Persen. Tersedia dari

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211110174407-20-

719357/kemenkes-soal-mulai-booster-saat-capaian-vaksin-lengkap-50-persen/1. Diakses pada 27 November 2021. Guo, SJ., Guo, H., Luo, G., 2021, Omicron Variant (B.1.1.529) of SARS-CoV-2, A Global Urgent

Public

Health

Alert!,

Journal

of

Medical

Virology,

https://doi.org/10.1002/jmv.27491. Gupta-Smith, V., O'Brien, K., 2021, COVID-19: Booster shots, Science in 5, [Podcast] WHO, 11

September

2021,

Tersedia

dari

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/mediaresources/science-in-5/episode-53---covid-19-booster-shots, Diakses pada 26 Oktober 2021. Khan, N.A., Al-Thani, H., El-Menyar, A., The Emergence of New SARS-CoV-2 Variant (Omicron) and Increasing Calls for COVID-19 Vaccine Boosters-The Debate Continues,

Travel

Medicine

and

Infectious

Disease,

Vol.

45,

https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2021.102246. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, Vaksinasi COVID-19 Nasional, https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines, diakses pada 30 Oktober 2021. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021. Kemenkes Tegaskan Vaksinasi Booster Hanya

untuk

Tenaga

Kesehatan.

Tersedia

dari

https://www.kemkes.go.id/article/view/21080200001/kemenkes-tegaskan-

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 102


vaksinasi-booster-hanya-untuk-tenaga-kesehatan.html.

Diakses

pada

27

November 2021. Lukyani,

L.,

2021,

Apa

Itu

Vaksin

Booster?,

URL:https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/04/204841723/apa-itu-vaksinbooster?page=all, diakses pada 27 Oktober 2021. Macmillan, C., 2021, Do You Need a COVID-19 Booster? What We Know So Far, Yale Medicine, Tersedia dari https://www.yalemedicine.org/news/covid-19-booster, Diakses pada tanggal 26 Oktober 2021. Ministry

of

Health

Singapore,

2021,

COVID-19

VACCINATION,

https://www.moh.gov.sg/covid-19/vaccination, Diakses pada 6 November 2021. NHS,

2021,

Coronavirus

(COVID-19)

booster

vaccine,

Tersedia

dari

https://www.nhs.uk/conditions/coronavirus-covid-19/coronavirusvaccination/coronavirus-booster-vaccine/, Diakses pada tanggal 26 Oktober 2021. Novianto, 2021. Vaksinasi Booster Dimulai Bila Separuh Target Sudah Disuntik Dosis Lengkap.

Tersedia

dari

https://kbr.id/11-

2021/vaksinasi_booster_dimulai_bila_separuh_target_sudah_disuntik_dosis_leng kap/106728.html. Diakses pada 27 November 2021. Oliver, Sara, 2021, Evidence to Recommendation Framework : Pfizer-BioNTech COVID-19 Booster

Dose,

https://www.cdc.gov/vaccines/acip/meetings/downloads/slides-

2021-9-23/03-COVID-Oliver.pdf, diakses pada tanggal 10 November 2021. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2021, FAQ Vaksin Booster COVID19

untuk

Nakes,

URL:

https://www.papdi.or.id/pdfs/1063/Vaksin%20Nakes%20Booster%20final%20we bsite%20papdi.pdf, diakses pada 27 Oktober 2021. Pfizer, 2021, PFIZER AND BIONTECH ANNOUNCE PHASE 3 TRIAL DATA SHOWING HIGH EFFICACY OF A BOOSTER DOSE OF THEIR COVID-19 VACCINE, https://www.pfizer.com/news/press-release/press-release-detail/pfizer-andbiontech-announce-phase-3-trial-data-showing, Diakses pada 10 November 2021. Sari, H. P. 2021. Kemenkes: Vaksin “Booster” Gratis untuk Lansia dan Peserta PBI BPJS Kesehatan.

Tersedia

dari

https://nasional.kompas.com/read/2021/11/24/09043751/kemenkes-vaksinbooster-gratis-untuk-lansia-dan-peserta-pbi-bpjs-kesehatan, Diakses pada 27 November 2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 103


Implementasi Internsip Kedokteran Gigi di Indonesia, Sudah Siapkah?

Gambar 1 : Ilustrasi Pelayanan Dokter Gigi Sejak tahun 2013, telah disahkan regulasi mengenai kewajiban seorang dokter gigi baru untuk menjalani internsip selepas mengambil sumpah profesi dokter gigi. Namun pada kenyataannya, setelah sewindu disahkannya regulasi tersebut, program internsip dokter gigi Indonesia belum juga terlaksana. Isu ini selalu menjadi isu yang hangat, tidak hanya bagi regulator pendidikan kedokteran gigi, tetapi juga bagi mahasiswa kedokteran gigi. Bahkan, BEM KM FKG UGM sudah pernah menulis kajian dengan tema yang sama pada tahun 2017 silam. Akhir-akhir ini, isu ini kembali menyeruak akibat adanya berbagai kode yang disampaikan oleh para petinggi regulator pendidikan kedokteran gigi. Bahkan digadanggadang, pelaksanaan internsip kedokteran gigi sudah siap untuk diujicobakan dalam waktu dekat. Pertanyaannya adalah, sudah sejauh manakah persiapan pelaksanaan program ini? Selayang Pandang Internsip Dokter Gigi Program internsip dokter gigi merupakan salah satu tahap lanjutan pendidikan kedokteran gigi yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Semenjak undang-undang tersebut disahkan hingga kajian ini ditulis, program internsip bagi dokter gigi belum terlaksana. Menurut Permenkes No. 39 tahun 2017 pasal 1 ayat (1), internsip adalah proses pemantapan mutu profesi dokter dan dokter gigi untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri, serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga, dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan. Program internsip ini wajib diikuti seluruh dokter dan dokter gigi lulusan program profesi dokter dan dokter gigi dalam negeri maupun luar negeri yang akan berpraktik di Indonesia. Sebelum menjalani program internsip, setiap peserta diharuskan telah mengangkat sumpah profesi dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Peserta Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 104


juga diwajibkan untuk mengurus Surat Izin Praktik (SIP) internsip yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah lokasi penempatan. Peserta internsip akan ditempatkan pada wahana internsip yang terdiri dari rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta jejaringnya paling lama satu tahun. Menurut Ketua AFDOKGI, drg. Rahardyan Parnaadji, M.Kes., Sp.Pros., internsip dokter gigi akan diselenggarakan dalam jangka waktu enam bulan dengan pembagian empat bulan dilaksanakan di rumah sakit dan dua bulan dilaksanakan di puskesmas. Mengacu pada Permenkes No.39 tahun 2017 pasal 1 ayat (5) aturan lebih lanjut mengenai program internsip dokter gigi diatur dengan peraturan menteri yang hingga kajian ini ditulis peraturan tersebut belum disahkan. Selama pelaksanaan internsip, setiap peserta internsip wajib memenuhi kewajiban serta dipenuhi hak-haknya. Menurut Permenkes No. 39 tahun 2017 pasal 10, kewajiban peserta program internsip diantaranya adalah bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia; bekerja sesuai dengan standar kompetensi, standar pelayanan dan standar profesi; mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh selama pendidikan dan mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan; mengembangkan keterampilan praktik kedokteran pelayanan kesehatan primer yang menekankan pada upaya promotif dan preventif; bekerja dalam batas kewenangan klinis, mematuhi peraturan internal fasilitas pelayanan kesehatan, serta ketentuan hukum dan etika; dan berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes yang sama pula pada pasal 11 ayat (1), peserta internsip berhak untuk mendapat bantuan biaya hidup dasar, transportasi, dan/atau tunjangan; mendapat perlindungan hukum sepanjang mematuhi standar kompetensi, standar profesi, dan standar pelayanan; mendapat pendampingan dari dokter yang telah memenuhi kualifikasi sebagai pendamping; mendapat fasilitas tempat tinggal; dan mendapatkan jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan. Pendidikan Profesi Kedokteran Setelah calon dokter dan calon dokter gigi dinyatakan lulus program sarjana, mereka diharuskan untuk menempuh program profesi dokter atau dokter gigi yang biasa disebut sebagai pendidikan kepaniteraan atau masa koas. Program ini merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan kedokteran dan tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Terdapat perbedaan dalam metode pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang memengaruhi output dari kedua program tersebut. Dalam pendidikan profesi dokter, para sarjana kedokteran akan menjalani pendidikan selama satu setengah hingga dua tahun. Para calon dokter akan berotasi ke setiap stase atau Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 105


departemen dalam lingkup kedokteran umum seperti stase bedah, stase penyakit dalam, stase kesehatan gigi mulut dan lainnya. Selama menjalani kepaniteraan, para sarjana kedokteran, atau yang biasa disebut sebagai dokter muda, akan didampingi oleh dokter pembimbing dalam kegiatannya. Rotasi dalam kepaniteraan dilakukan di beberapa wahana seperti rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, dan puskesmas. Terdapat beberapa kegiatan dalam kepaniteraan seperti kegiatan klinik (anamnesis, pemeriksaan objektif dan subjektif, diagnosis, dan perawatan), presentasi kasus, journal reading, tutorial, dan ujian stase. Pada setting klinik, dokter muda akan melihat dan memperagakan tindakan tata laksana yang dilakukan oleh dokter pembimbing atau perawat yang kemudian bilamana dianggap perlu, dokter muda dapat mengerjakannya langsung pada pasien. Pendidikan profesi dokter lebih banyak menempatkan mahasiswanya sebagai observer daripada berpraktik secara mandiri pada pasien walaupun kemampuan psikomotor juga dikembangkan. Keterampilan klinis yang lebih mendalam akan didapatkan pada tingkatan pendidikan dokter spesialis. Setelah selesai menjalani semua stase, dokter muda akan mengikuti ujian komprehensif dan jika lulus maka akan melaksanakan yudisium. Setelah itu, dokter muda mengikuti ujian UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) yang dilaksanakan secara nasional. Setelah lulus ujian tersebut, dokter muda akan menjalani sumpah dokter dan wajib menjalani internsip dokter. Para calon dokter gigi juga akan menjalani pendidikan profesi dokter gigi setelah menyelesaikan masa sarjananya. Tujuan dilaksanakannya program ini adalah untuk menyelaraskan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif dengan fokus utama pada kemampuan psikomotorik. Hal ini menjadi pembeda yang cukup signifikan dalam fokus pendidikan kepaniteraan bagi calon dokter umum dan calon dokter gigi. Dalam pelaksanaannya, dokter gigi muda akan mengerjakan setiap kompetensi dokter gigi umum pada daftar kompetensi dan daftar penyakit yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI). Kepaniteraan dokter gigi umumnya ditempuh dalam waktu dua tahun dengan kewajiban memenuhi setiap requirement setiap stase atau departemen yang dijalani seperti stase bedah mulut, stase periodonsia, stase radiologi dentomaksilofasial, dan sebagainya. Kegiatan pendidikan dilakukan di rumah sakit gigi dan mulut pendidikan utama, rumah sakit jejaring, dan puskesmas. Pasien yang dirawat oleh dokter gigi muda dapat berasal dari pasien yang memang mendatangi rumah sakit pendidikan secara mandiri atau pasien yang dibawa oleh dokter gigi muda sendiri. Sulitnya mendapatkan pasien yang sesuai requirement merupakan salah satu hambatan yang mengakibatkan masa studi pendidikan profesi dokter gigi dapat menjadi semakin panjang. Pada kegiatan sehari-hari, dokter gigi muda melakukan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 106


kegiatan seperti anamnesis, pemeriksaan subjektif dan objektif, penegakan diagnosis, diskusi bersama dosen pembimbing, serta melakukan perawatan hingga tuntas. Dokter gigi muda akan mengerjakan semua requirement secara mandiri, walaupun tetap di bawah pengawasan dokter pembimbing setelah mendapatkan persetujuan (informed consent) dari pasien. Dokter gigi muda wajib mengisi rekam medik pasien dengan benar serta mengadakan kontrol rutin bagi pasien jika diperlukan. Setelah selesai menjalani semua requirement pada suatu stase, dokter gigi muda akan menjalani ujian stase sebagai syarat berpindah ke stase berikutnya. Terdapat pula departemen atau stase yang menyertakan tugas journal reading, presentasi case based learning, menghadiri seminar, dan ujian secara lisan sebagai syarat lulus stase. Setelah menyelesaikan semua stase, dokter gigi muda akan mengikuti ujian komprehensif dan memasuki masa yudisium profesi. Selanjutnya, para dokter gigi muda akan mengikuti ujian nasional UKMP2DG (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi). Apabila dinyatakan lulus, dokter gigi muda akan diambil sumpahnya sebagai seorang dokter gigi baru. Tujuan Internsip Dokter Gigi Pelaksanaan internsip dokter dan dokter gigi salah satunya bertujuan untuk mendukung pelayanan kesehatan di Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran, program internsip merupakan bagian dari program penempatan wajib sementara yang bertujuan untuk menjamin pemerataan lulusan dokter dan dokter gigi agar dapat terdistribusi dengan baik ke seluruh penjuru negeri. Dengan diterapkannya program ini, para peserta internsip akan ditempatkan pada wahana internsip di seluruh wilayah Indonesia sehingga diharapkan dapat membantu optimalisasi layanan kesehatan. Selain tujuan di atas, program ini juga memberikan timbal balik secara langsung bagi para peserta internsip. Program ini akan memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi dokter dan dokter gigi peserta internsip. Hal ini tercantum dalam pasal 8 ayat (2) PP No. 52 tahun 2017 yang menyebutkan bahwa program internsip dokter gigi dilakukan dalam rangka penyesuaian dalam pemantapan kompetensi di wahana yang berbeda-beda dan/atau hubungan antar profesi. Tujuan internsip dokter gigi tersebut berbeda dengan tujuan internsip dokter yang disebutkan pada PP No.52 tahun 2017 pasal 8 ayat (1) bahwa program internsip dokter dilakukan dalam rangka pemahiran dan pemandirian dokter. Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan metode pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang telah dijelaskan sebelumnya. Lulusan dokter gigi dianggap sudah mahir karena pendidikan profesi dokter gigi memberikan lebih banyak kesempatan bagi calon dokter gigi untuk melakukan perawatan kepada pasien secara mandiri di bawah bimbingan konsulen mulai dari fase inisial hingga fase evaluasi. Setiap Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 107


calon dokter gigi telah menyelesaikan semua jenis perawatan kedokteran gigi umum berlevel kompetensi 4 (empat) sesuai daftar kompetensi dan daftar penyakit yang terdapat pada standar kompetensi dokter gigi Indonesia (SKDGI) selama menjalani pendidikan profesi. Oleh karena itu, pada tujuan pelaksanaan internsip dokter gigi di atas digunakan frasa ‘pemantapan’ alihalih menggunakan frasa ‘pemahiran’. Lulusan dokter gigi akan mendapatkan kesempatan untuk memantapkan kompetensinya pada wahana internsip dengan berpraktik secara mandiri layaknya seorang dokter gigi sehingga akan meningkatkan kepercayaan dirinya dalam memberikan perawatan kepada pasien.

Gambar 2 : Ilustrasi Mahasiswa Kedokteran Perkembangan Kebijakan PIDGI Berdasarkan kajian yang telah dirilis oleh Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI) pada 8 November 2021 mengenai Internsip Dokter Gigi Indonesia, Kemenkes telah menyebutkan adanya program Persiapan Penyelenggaraan Program Internship Dokter Gigi Indonesia (PIDGI). Perencanaan program ini dilaksanakan berdasarkan UndangUndang No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran yang menyebutkan bahwa program profesi dokter dan dokter gigi dilanjutkan dengan program internship. Di lain sisi, Permenkes No. 39 tahun 2017 tentang penyelenggaraan program internsip dokter dan dokter gigi Indonesia sebagai bentuk implementasi Undang-Undang No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran menyebutkan adanya peran dokter gigi dalam program internsip, namun nyatanya belum terdapat regulasi pelaksanaan internsip bagi dokter gigi. Terkait hal tersebut, pihak Kemenkes bersama dengan pemangku kebijakan terkait, termasuk AFDOKGI dan PDGI, telah melakukan diskusi terkait revisi Permenkes No. 39 tahun 2017 yang kini sudah berada di tahap final, tetapi masih diperlukan peninjauan ulang sebelum disahkan oleh Menteri Kesehatan. Persiapan lain yang sudah dilakukan oleh Kemenkes, yaitu pembentukan Kelompok Kerja Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 108


(Pokja) sebagai upaya dalam mempersiapkan, merencanakan, dan melaksanakan program internship untuk dokter gigi. Sampai dengan tahun ini, sudah terdapat target dan anggaran untuk pelaksanaan program internsip dokter gigi. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya belum dapat mewajibkan seluruh lulusan dokter gigi untuk melakukan internsip sehingga langkah yang akan dilakukan, yaitu menginisiasi program internsip bagi satu hingga dua institusi pendidikan kedokteran gigi dengan jumlah dokter gigi baru sebanyak 120 orang yang kemudian setelah satu periode program internship akan dilakukan evaluasi. Terkait dengan persiapan pelaksanaan PIDGI, PDGI menyatakan akan melakukan peninjauan mengenai kesiapan wahana, sarana, dan prasarana guna mengoptimalkan program tersebut sehingga tujuan program pemerataan kesehatan gigi nasional dapat tercapai dengan maksimal. Selain itu, AFDOKGI juga terlebih dahulu akan meminta kejelasan kepada Kemenkes terkait tata laksana administrasi pelaksanaan PIDGI dari awal hingga akhir pelaksanaan program dan telah menyampaikan rencana pelaksanaan internsip yang akan dilakukan pada akhir tahun 2021 kepada dekanat fakultas pada setiap perguruan tinggi. Kesimpulan Pelaksanaan program internsip saat ini masih menjadi isu yang hangat mengingat kurangnya kejelasan dalam implementasinya. Apabila dirumuskan lebih dalam mengenai prosedur, regulasi, manajemen, dan fasilitas yang menunjang pelaksanaannya, program internsip dapat memberikan manfaat dalam hal pelayanan kesehatan Indonesia serta pengalaman bagi para peserta internsip untuk mempersiapkan diri di dunia kerja.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 109


Daftar Pustaka FKK UMJ, 2019, Buku Kegiatan Pendidikan Profesi, Jakarta, pp. 5-10. FKG UGM, 2014, Buku Panduan Akademik, Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Yogyakarta, pp.123-158. PSMKGI, 2021, Kajian Lanjutan Program Internsip Dokter Gigi Indonesia. Republik Indonesia, 2015, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 40 tahun 2015, Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia, Jakarta, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 519. Republik Indonesia, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2017, Penyelenggaraan Program Internsip Dokter dan Dokter Gigi Indonesia, Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1088. Republik Indonesia, 2017, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2017, Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Kedokteran, Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 303. Republik Indonesia, 2013, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2013, Pendidikan Kedokteran, Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 132.

Daftar Pustaka Gambar Gambar 1 : https://www.dokterinternsip.com/apa-itu-program-internsip-dan-siapa-dokter-internsip/, diakses pada 20/10/2021. Gambar 2 : https://surabaya.tribunnews.com/2016/10/20/menumpuk-di-kota-besar-ratusan-puskesmas-dijatim-tak-ada-dokter-gigi-akan-dipenuhi-dokter-asing, diakses pada 21/10/2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 110


Kajian Akhir Tahun : Merangkum Aspirasi Mahasiswa FKG UGM Mengenai Pembelajaran Jarak Jauh 2020/2021 Kondisi pandemi telah terjadi selama setahun lebih terhitung sejak Maret 2020 yang berdampak pada segala aspek kehidupan. Salah satunya pada kegiatan belajar mengajar di FKG UGM. Kini, metode pembelajaran dan praktikum harus lebih beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka kemudian berganti menjadi dalam jaringan (daring). Saat ini terdapat metode bauran yang menggabungkan antara pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan atau tatap muka. Seiring dengan hal tersebut, Departemen Advokasi dan Kajian Strategis melakukan survei untuk menganalisis jalannya pembelajaran dan praktikum di FKG UGM selama tahun ajaran 2020/2021. Survei dilaksanakan pada akhir semester ganjil atau pada bulan Desember 2021. Survei dilakukan melalui Google Form yang dibagikan melalui akun BEM KM FKG UGM dan ADKAS FKG UGM, serta grup chat setiap angkatan. Google Form terdiri atas beberapa bagian dengan berbagai pertanyaan. Survei yang diikuti oleh 75 responden yang terdiri atas 61 mahasiswa Kedokteran Gigi dan 14 mahasiswa Higiene Gigi. Dilihat dari persebaran angkatan, responden terdiri atas 51 mahasiswa angkatan 2021, 14 mahasiswa angkatan 2020, dan 10 mahasiswa angkatan 2019. Kondisi Perangkat dan Jaringan Berdasarkan hasil survei Pembelajaran Jarak Jauh Tahun Ajaran 2020/2021 mengenai perangkat yang digunakan saat PJJ, dari 75 responden, didapati bahwa seluruh responden menggunakan laptop dengan 66 responden yang menggunakan perangkat lain selain laptop. Berdasarkan hasil survei, 52 responden menggunakan laptop dan smartphone serta satu responden menggunakan laptop dan tablet. Selain itu, didapati juga bahwa terdapat 13 responden yang menggunakan ketiganya, yaitu laptop, tablet, dan smartphone untuk melakukan PJJ.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 111


Diagram 1. Perangkat yang digunakan mahasiswa untuk Pembelajaran Jarak Jauh

No. Performa Perangkat Jumlah 1.

Sangat Baik

7

2.

Baik

47

3.

Cukup

19

4.

Kurang

2

Jumlah Responden

75

Tabel 1. Performa perangkat mahasiswa saat pembelajaran jarak jauh Pada survei yang telah dilakukan, diketahui performa perangkat mayoritas menyatakan baik, yaitu sebesar 62,7%. Sejumlah responden lain yaitu sebanyak 25,33% menyatakan performa perangkat cukup. Sejumlah 9,33% responden menyatakan sangat baik dan sejumlah 2,7% responden menyatakan kurang. Sebagian besar responden menyatakan sempat mengalami berbagai kendala saat pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan hasil survei PJJ 2020/2021, sebanyak 57 responden menyatakan adanya kendala yang dialami saat pembelajaran jarak jauh. Kendala yang dialami mahasiswa, antara lain perangkat yang digunakan panas, baterai tidak tahan, mic/speaker yang digunakan error, loading perangkat lama, dan penyimpanan penuh. Sementara itu, 18 dari 75 responden menyatakan bahwa tidak ada kendala.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 112


Diagram 2. Sambungan internet yang digunakan mahasiswa untuk Pembelajaran Jarak Jauh

No. Performa Perangkat Jumlah 1.

Sangat Baik

6

2.

Baik

34

3.

Cukup

32

4.

Kurang

2

5.

Sangat kurang

1

Jumlah Responden

75

Tabel 2. Kualitas jaringan mahasiswa saat pembelajaran jarak jauh Berdasarkan hasil survei Pembelajaran Jarak Jauh Tahun Ajaran 2020/2021 mengenai sambungan internet, didapatkan sejumlah 20 responden menggunakan Wi-Fi, 17 responden menggunakan data seluler, dan 38 responden menggunakan keduanya. Pada hasil survei mengenai kualitas jaringan saat PJJ, sebanyak 45,33% responden menyatakan baik, 42,7% responden menyatakan cukup, 8% responden menyatakan sangat baik, dan 1,33% responden menyatakan kurang. Sebagai bentuk dukungan dari fakultas, pihak fakultas telah menyediakan beberapa laptop untuk mahasiswa yang membutuhkan pinjaman laptop. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Advokasi dan Kajian Strategis pada bulan April mengenai kondisi gadget mahasiswa untuk pembelajaran jarak jauh, beberapa mahasiswa dinilai layak untuk memanfaatkan laptop yang disediakan oleh fakultas dalam jangka waktu yang telah disepakati.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 113


Pembelajaran serta Praktikum Sinkron dan Asinkron Pembelajaran jarak jauh dilaksanakan dengan metode sinkron dan asinkron. Pada metode sinkron, media yang sering digunakan untuk pembelajaran dan praktikum oleh 75 responden antara lain zoom (100%), google meet (64%), dan webex (10,7%). Sementara itu, media yang paling diminati oleh mahasiswa adalah zoom dengan persentase sebanyak 97,3%.

No

Media

Jumlah

1.

Zoom

73

2.

Google Meet

1

3.

Webex

1

Jumlah Responden

75

Tabel 3. Minat Mahasiswa terhadap Media Pembelajaran serta Praktikum Sinkron dan Asinkron Keberhasilan suatu pembelajaran adalah tercapainya pemahaman materi oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil survei yang diikuti oleh 75 responden, 42,7% diantaranya menyatakan baik, 41,3% menyatakan cukup, 10,7% menyatakan kurang, dan 5,3% menyatakan sangat baik. Rata-rata pemahaman materi pada pembelajaran sinkron dalam kategori “CukupBaik”. Selain itu, pemahaman materi pada praktikum sinkron rata-rata berada dalam kategori “Cukup-Baik”. Berdasarkan hasil survei, terdapat 53,3% responden menyebutkan pemahaman materi yang didapatnya cukup, 40% menyebutkan pemahamannya baik, 4% merasa kurang, dan 2,7% merasa sangat baik.

No.

Kategori

Jumlah

1.

Sangat Baik

4

2.

Baik

32

3.

Cukup

31

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 114


4.

Kurang

Jumlah Responden

8 75

Tabel 4. Pemahaman Mahasiswa pada Materi Pembelajaran Sinkron

No.

Kategori

Jumlah

1.

Sangat Baik

2

2.

Baik

30

3.

Cukup

40

4.

Kurang

3

Jumlah Responden

75

Tabel 5. Pemahaman Mahasiswa pada Materi Praktikum Sinkron Berdasarkan hasil survei pembelajaran jarak jauh akhir tahun 2021, kendala yang dialami oleh mahasiswa selama pembelajaran dan praktikum sinkron antara lain kondisi sinyal yang tidak stabil, mudah mengalami distraksi sehingga fokus menjadi hilang, sumber arus listrik mati yang berpengaruh terhadap sinyal dan situasi pembelajaran, sulit memahami materi yang disampaikan, perangkat yang digunakan kurang mumpuni untuk mendukung proses pembelajaran, dan terkadang jadwal mengalami perubahan. Kendala terbanyak dalam pembelajaran sinkron adalah kondisi sinyal yang tidak stabil sehingga materi yang diterima terputus-putus dan kesulitan mengikuti kondisi pembelajaran seperti menghidupkan kamera dan mikrofon. Sementara itu, kendala terbanyak dalam pembelajaran asinkron adalah kesulitan memahami materi yang disampaikan oleh dosen maupun asisten pengampu praktikum tersebut. Pada metode asinkron, platform yang digunakan sangat bervariasi untuk semua angkatan, dengan platform dari yang terbanyak digunakan adalah tayangan youtube, power point, dan modul. Berdasarkan hasil survei dirasa platform yang digunakan selama tahun ajaran gasal 2021/2022 angkatan 2021 sudah tepat. Hal ini dikarenakan berdasar hasil survei diperoleh mahasiswa angkatan 2021 paling banyak memilih menggunakan platform tayangan youtube, Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 115


kemudian disusul dengan power point, dan modul. Berbeda dengan angkatan 2021, angkatan 2020 cenderung lebih memilih menggunakan platform pembelajaran dan praktikum dengan power point saja, sehingga diharapkan platform pembelajaran dan praktikum menggunakan tayangan youtube dapat disesuaikan menggunakan power point saja. Sedangkan pada angkatan 2019, lebih memilih untuk menggunakan tayangan youtube untuk platform pembelajaran dan praktikum asinkron, sehingga dirasa sudah tepat apabila platform yang diberikan menggunakan platform tayangan youtube. Hasil dari kegiatan pembelajaran adalah pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diberikan. Rata-rata pemahaman pembelajaran dengan metode asinkron dari masing-masing angkatan yang mengikuti survei adalah dalam kategori “Cukup-Baik”. Sedangkan rata-rata pemahaman dari praktikum dengan metode asinkron dari masing-masing angkatan adalah dalam kategori “Cukup-Baik”. Melalui survei ini diharapkan terdapat kerja sama antara pihak mahasiswa dengan tenaga pendidik dikarenakan pemahaman mahasiswa masih dalam kategori “Cukup-Baik”. Hal yang mungkin dapat ditingkatkan adalah pembelajaran dan diskusi interaktif, pemikiran-pemikiran kritis dan penerapan, kesiapan mahasiswa dalam menerima pembelajaran, peningkatan disiplin mahasiswa dalam pembelajaran, dan hal-hal lainnya yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Berdasarkan hasil survei, kendala dalam pembelajaran dan praktikum asinkron untuk semua angkatan partisipan adalah kesulitan dalam memahami materi dan adanya distraksi yang membuat sulit berkonsentrasi. Dalam hal ini diperlukan peran aktif dari tenaga pendidik untuk memberikan ruang diskusi dari materi yang telah disampaikan, pemberian materi yang ringkas namun menarik sehingga mudah dipahami, serta hal lain untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran dan praktikum. Sedangkan dari sisi mahasiswa perlu menyiapkan jaringan terbaik untuk mendukung pembelajaran dan praktikum meskipun asinkron, menyiapkan waktu dan komitmen dalam pembelajaran dan praktikum, dan hal lain yang mendukung jalannya kegiatan pembelajaran dan praktikum. Pembelajaran serta praktikum sinkron dan asinkron diharapkan dalam durasi yang seimbang untuk menjaga pemahaman dan konsentrasi mahasiswa dalam pembelajaran. Berdasar

hasil

survei

diperoleh

bahwa

mahasiswa

merasa

perbandingan

durasi

pembelajaran/praktikum sinkron dan asinkron sudah dalam kategori “Cukup-Puas”. Mungkin diharapkan kedepannya fakultas dan tenaga pendidik membagi durasi metode asinkron dan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 116


sinkron lebih baik lagi sesuai dengan hasil penelitian terbaru seperti durasi maksimal pembelajaran sinkron agar mahasiswa tetap terjaga konsentrasinya. Pembelajaran serta praktikum sinkron dan asinkron diharapkan terlaksana sesuai jadwal yang telah ditentukan. Salah satu kendala yang kerap dirasakan adalah adanya perubahan jadwal pembelajaran dan praktikum. Berdasarkan hasil survei ketepatan jadwal pembelajaran dan praktikum baik sinkron maupun asinkron, sebanyak 45,3% responden menilai puas, 44% menilai puas, 6,7% menilai tidak puas, 2,7% sangat puas, dan 1,3% menilai sangat tidak puas.

No

Kategori

Jumlah

1.

Sangat Puas

2

2.

Puas

34

3.

Cukup

33

4.

Tidak Puas

5

5.

Sangat Tidak Puas

1

Jumlah Responden

75

Tabel 6. Ketepatan Jadwal Pembelajaran serta Praktikum Sinkron dan Asinkron Di sisi lain, transparansi jadwal pembelajaran dan praktikum juga dibutuhkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengikuti dengan baik kegiatan pembelajaran selama semester. Berdasarkan hasil survei transparansi jadwal pembelajaran dan praktikum secara keseluruhan dinilai puas oleh 45,3% responden. Sedangkan responden lainnya sebanyak 38,7% menilai cukup transparan dan terdapat 9,3% responden sangat puas. Di sisi lain, sebanyak 6,7% responden menilai tidak puas.

No

Kategori

Jumlah

1.

Sangat Puas

7

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 117


2.

Puas

34

3.

Cukup

29

4.

Tidak Puas

5

5.

Sangat Tidak Puas

0

Jumlah Responden

75

Tabel 7. Transparansi Jadwal Pembelajaran serta Praktikum Sinkron dan Asinkron Kemudahan menghubungi dosen pengampu merupakan salah satu kunci terlaksananya pembelajaran dan praktikum dengan baik. Berdasarkan data hasil survei, terdapat 56% responden menyatakan cukup puas dalam menghubungi dosen pengampu, sebanyak 38,7% responden menyatakan puas, dan sebanyak 2,7% menyatakan sangat puas. Sedangkan, sebanyak 1,3% responden menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas.

No

Kategori

Jumlah

1.

Sangat Puas

2

2.

Puas

29

3.

Cukup

42

4.

Tidak Puas

1

5.

Sangat Tidak Puas

1

Jumlah Responden

75

Tabel 8. Kemudahan Menghubungi Dosen Pengampu Berdasarkan data hasil survei, sebagian besar responden menyatakan mengalami kendala selama pembelajaran sinkron dan asinkron. Kendala yang sering dialami adalah materi pembelajaran terkadang tidak dibagikan dan video rekaman terlambat atau tidak diunggah sehingga sulit mempelajari materi ulang terlebih jika saat sinkron mengalami kendala pada jaringan atau perangkat. Sebaiknya, pelaksanaan pembelajaran dengan metode sinkron dan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 118


asinkron lebih diseimbangkan. Penerapan standarisasi penggunaan media untuk pembelajaran dan praktikum sinkron dengan zoom serta asinkron dengan satu media yang sama seperti video pembelajaran perlu dilakukan. Video pembelajaran dalam waktu yang cukup panjang sebaiknya dibuat menjadi beberapa bagian sehingga dapat lebih membuat mata tidak lelah dan konsentrasi stabil selama menonton video. Kendala yang sering dialami selama praktikum baik sinkron maupun asinkron antara lain materi kurang jelas dan sulit dipahami terlebih saat praktikum dilaksanakan dengan asinkron. Kendala lain yang dialami adalah dosen pembimbing yang sulit dihubungi. Selain itu, kurang adanya ruang untuk diskusi selama praktikum berlangsung. Perubahan jadwal kerap terjadi yang terkadang terjadi secara mendadak. Sebaiknya, pembuatan jadwal diperbaiki kembali agar meminimalisasi adanya pergantian jadwal dan tidak melakukan pergantian jadwal secara mendadak agar mahasiswa dapat menyiapkan diri lebih matang sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Presensi, Tugas, dan Ujian Metode presensi yang digunakan dalam perkuliahan biasanya melalui Screenshot, Google Form, Elok, ataupun Simaster. Adapun platform yang sering digunakan dalam presensi perkuliahan antara lain Screenshot, Google Form, dan Elok. Sementara itu, platform yang paling diminati oleh mahasiswa adalah Google Form dengan persentase 69,3%.

No

Metode

Jumlah

1

Screenshot

18

2

Google Form

73

3

Elok

24

Jumlah

115

Tabel 9. Metode Presensi yang Sering Digunakan

No

Metode

Jumlah

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 119


1

Google Form

52

2

Elok

15

3

Screenshot

7

4

Simaster

1

Jumlah Responden

75

Tabel 10. Metode Presensi yang Paling Diminati Berdasarkan hasil survei pembelajaran jarak jauh akhir tahun 2021, kendala yang paling sering dialami oleh mahasiswa saat melakukan presensi perkuliahan adalah lupa mengisi presensi karena tidak diingatkan, terlebih adanya persamaan platform yang digunakan dalam presensi membuat mahasiswa mudah lupa dan merasa sudah mengisi presensi. Kendala lain yang dialami adalah kesulitan dalam mengakses link presensi dan kesulitan on-cam saat presensi dengan metode Screenshot sehingga dianggap tidak hadir dalam perkuliahan. Berdasarkan data hasil survei PJJ akhir tahun 2021 tersebut, platform yang paling sering digunakan dalam presensi perkuliahan sudah sesuai dengan metode presensi yang paling diminati oleh mahasiswa, yaitu melalui Google Form. Agar mengurangi kendala yang dialami oleh mahasiswa, PJ Topik/ Mata kuliah dan dosen dapat mengingatkan kembali mahasiswa untuk mengisi presensi. Selain itu, platform yang digunakan untuk presensi juga dapat disamaratakan

agar

memudahkan

mahasiswa,

serta

memberikan

toleransi

ketika

mahasiswanya kesulitan on-cam karena suatu kendala yang jelas dan dapat diterima.

No

Platform

Jumlah

1

Google Form

20

2

Elok

75

3

Google

1

Classroom 4

Google Drive

2

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 120


Jumlah

98

Tabel 11. Platform Pengerjaan Tugas yang Sering Digunakan

No

Kategori

Jumlah

1

Google Form

3

2

Elok

71

3

Google Classroom

1

4

Google Drive

-

Jumlah Responden

75

Tabel 12. Platform Pengerjaan Tugas yang Paling Dipilih Mahasiswa Berdasarkan data hasil survei PJJ akhir tahun 2021, Platform yang paling sering digunakan dalam pengerjaan tugas adalah Google Form, Elok, Google Classroom, dan Google Drive. Adapun platform yang paling diminati oleh mahasiswa adalah Elok dengan persentase 94,7%.

No

Kategori

Jumlah

1

Sangat Banyak

7

2

Banyak

26

3

Cukup

41

4

Sedikit

1

Jumlah Responden

75

Tabel 13. Banyak Beban Tugas yang Diberikan Rata-rata beban tugas yang diberikan dari masing-masing angkatan yang mengikuti survei adalah dalam kategori “Cukup”. Dengan adanya survei ini diharapkan dari pihak

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 121


fakultas dan para dosen tetap bijaksana dan lebih memperhatikan beban tugas yang diberikan kepada mahasiswanya agar dalam pengerjaan tugas dapat lebih maksimal dan efektif.

No

Kategori

Jumlah

1

Sangat Baik

2

2

Baik

9

3

Cukup

45

4

Kurang

17

5

Sangat Kurang

2

Jumlah Responden

75

Tabel 14. Durasi Pengerjaan Ujian Berdasarkan hasil survei PJJ akhir tahun 2021, sebanyak 45 responden (60%) menyatakan durasi pengerjaan ujian “Cukup”, 17 responden (22,7%) menyatakan “Kurang”, 9 responden (12%) menyatakan “Baik”, 2 responden (2,7%) menyatakan “Sangat Baik”, dan 2 responden (2,7%) menyatakan “Sangat Kurang”. Adapun kendala yang sering dialami oleh mahasiswa saat mengerjakan ujian antara lain sebanyak 15 responden mengalami kesulitan sinyal, 15 responden mengatakan platform Elok yang lambat, 4 responden mengalami kendala device panas dan kamera yang mati saat ujian, serta 1 responden mengeluhkan waktu yang kurang dalam pengerjaan ujian. Agar kendala dalam pengerjaan ujian dapat diminimalisasi, diharapkan fakultas dapat meningkatkan performa Elok agar saat pengerjaan ujian dapat berjalan lebih lancar dan tidak terjadi error. Selain itu, adanya keluhan durasi ujian yang kurang sehingga perlu dipertimbangkan kembali durasi pengerjaan ujian agar mahasiswa dapat lebih maksimal dalam setiap ujian. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Bauran Berdasarkan hasil survei PJJ akhir tahun 2021, sebanyak 67 responden (89,3%) menyatakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bauran efektif diterapkan untuk saat ini. Namun, sebanyak 8 responden (10,7%) menyatakan bahwa KBM bauran tidak efektif untuk dilaksanakan dengan kondisi saat ini. Adapun alasan paling banyak mengapa KBM bauran Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 122


tidak efektif dilakukan adalah karena masih tingginya angka Covid-19 dan perlu persiapan yang lebih matang lagi untuk dilaksanakan KBM bauran. Sepanjang tahun 2021, FKG UGM telah melaksanakan KBM Bauran untuk beberapa jadwal praktikum yang dirasa tidak efektif jika hanya dilaksanakan secara daring. Praktikum luring dilakukan dengan cara membagi mahasiswa menjadi sesi-sesi agar mematuhi prokes social distancing selama praktikum luring dilaksanakan. Praktikum luring yang sudah dilaksanakan berjalan dengan baik, mahasiswa juga bersedia hadir untuk mengikuti praktikum luring sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Hal ini sejalan dengan hasil survei PJJ akhir tahun 2021 bahwa sebagian besar mahasiswa FKG UGM, yakni sebesar 93,3% responden menyatakan bersedia untuk mengikuti KBM Bauran. Alasan yang disampaikan oleh mahasiswa yang tidak bersedia untuk mengikuti KBM bauran diantaranya karena diperlukan pembiasaan baru yang cukup lama agar dapat bertahan ditengah pandemi, kekhawatiran akan tertular virus Covid-19, dan belum mengetahui prosedur KBM Bauran yang akan dilaksanakan oleh FKG UGM. Sebanyak 68 responden (90,7%) menyatakan bahwa orang tua mereka setuju apabila FKG UGM menerapkan KBM Bauran dan mengizinkan untuk mengikutinya. Namun 5 responden (6,7%) menyatakan orang tuanya tidak setuju dan tidak mengizinkan untuk mengikuti KBM bauran karena khawatir tertular virus Covid-19 dan takut akan ada varian baru Covid-19, serta masih tingginya angka kasus Covid-19 sampai saat ini. Jika FKG UGM tetap melaksanakan KBM Bauran, semua responden yang mengikuti survei menyatakan bersedia menaati protokol kesehatan yang berlaku, seperti memakai masker sesuai dengan aturan yang terbaru, menjaga jarak, mencuci tangan serta membawa hand sanitizer, dan mengecek suhu sebelum memasuki ruangan. Mengenai kebijakan wajib vaksinasi sebelum dilaksanakannya KBM Bauran, sebanyak 73 responden menyatakan setuju dan 2 responden tidak setuju dengan alasan bahwa vaksin tidak dapat menjamin keamanan mahasiswa selama mengikuti KBM Bauran dan kesadaran masing-masing individu dalam menaati protokol kesehatan lebih penting untuk mencegah mata rantai penularan Covid-19. Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) Sebagian besar mahasiswa FKG UGM yang mengikuti survei PJJ akhir tahun 2021 tidak mengikuti program MBKM, hanya 2 responden (4,2%) yang mengikuti kegiatan MBKM dengan course Psikologi dan Entrepreneur Public Speaking. Hal tersebut terjadi karena masih kurangnya informasi mengenai kegiatan MBKM untuk mahasiswa FKG UGM. Terbukti dengan hasil survei yang menunjukkan sebanyak 43 responden (91,5%) belum mendapatkan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 123


informasi yang cukup mengenai MBKM dan hanya 4 responden (8,5%) yang mendapatkan informasi cukup mengenai program MBKM.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 124


Esai FKG Menulis

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 125


Mahasiswa Melawan Berita Hoaks dan Narasi Berlebihan Tentang Covid-19 Easter Christalenta Putri (Kedokteran Gigi 2019) COVID-19 merupakan penyakit infeksi pada organ pernapasan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Tercatat per tanggal 24 Juli 2021 terdapat 3.127.826 pasien terkonfirmasi positif dengan berbagai kondisi (Covid19.org, 2021). Menurut Juditha (2020), sudah berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menekan laju penularan virus ini seperti bekerja, belajar, beribadah di rumah, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membatasi transportasi, pelarangan mudik, dan pembiasaan protokol kesehatan. Namun, pandemi belum juga dapat teratasi secara sempurna bahkan telah menimbulkan dampak yang besar pada berbagai aspek salah satunya adalah penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial selama pandemi COVID-19 perlu menjadi perhatian bersama karena berdampak pada munculnya fenomena penyebaran berita hoaks dan narasi berlebihan mengenai COVID-19. Terlebih lagi, penggunaan media sosial akibat pandemi COVID-19 juga mengalami peningkatan sebesar 40% (Liputan6.com, 2020). Berdasarkan data Kementerian Kominfo per 18 April 2020, terdapat 554 isu hoaks terkait COVID-19 yang dipublikasikan melalui 1.209 platform digital. Platform digital yang dimaksud yaitu Facebook dengan 861 kasus, Twitter ditemukan 204 kasus, pada Instagram tercatat 4 kasus, dan Youtube sebanyak 4 kasus. Dari seluruh kasus berita hoaks yang tercatat, 893 kasus diantaranya sudah dilakukan proses take down (Kominfo, 2020). Walaupun banyak kasus yang sudah ditindaklanjuti, masih ditemukan berita hoaks yang bermunculan. Bahkan menurut Vosoughi, dkk (2018), informasi hoaks kesehatan cenderung lebih popular dikonsumsi masyarakat dan penyebarannya dapat dikatakan lebih luas dibandingkan informasi valid dari organisasi kesehatan. Sedangkan narasi berlebihan terkadang muncul dengan maksud memberikan informasi valid mengenai kematian, pekerja yang terkena PHK, dan lain sebagainya. Berita hoaks dan narasi yang berlebihan akan membawa dampak bagi berbagai pihak, salah satunya masyarakat. Dampak yang ditimbulkan seperti munculnya stigma negatif terhadap pemerintah, tenaga kesehatan, dan pasien terkonfirmasi. Stigma tersebut menimbulkan keresahan yang akan mengarah pada gangguan kesehatan mental masyarakat. Stigma negatif yang terbentuk pada pemerintah seperti anggapan bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh dalam menangani pandemi, membatasi kegiatan beribadah karena kepentingan pribadi/golongan, dan munculnya rasa tidak percaya terhadap upaya yang dilakukan pemerintah. Sedangkan stigma negatif masyarakat yang muncul terhadap tenaga

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 126


kesehatan diantaranya anggapan bahwa tenaga kesehatan memanfaatkan pandemi untuk mendapatkan keuntungan, kesalahan dalam penanganan pasien dengan memberikan banyak obat yang menyebabkan terjadi interaksi obat dan komplikasi, serta penolakan perawat di lingkungan

tempat

tinggal

karena

merawat

pasien

COVID-19

(Kominfo,

2020;

Sumartiningtyas, 2021; Wijaya, 2021). Sementara, stigma buruk yang terbentuk terhadap pasien terkonfirmasi diantaranya perilaku mengucilkan etnis tertentu yang dianggap sebagai pembawa virus dan penolakan pemakaman jenazah pasien COVID-19 karena dianggap dapat menularkan (Novita dan Elon, 2021). Stigma negatif mengenai COVID-19 serta penanganannya timbul akibat sikap gegabah dan tidak bijaknya masyarakat dalam menerima informasi dari media sosial. Terlebih lagi berita hoaks dan narasi yang berlebihan seringkali memang sulit dibedakan dengan berita yang valid bagi orangorang yang kurang memiliki pengetahuan mengenai kesehatan. Semua pihak perlu berperan dalam menangani penyebaran berita hoaks dan narasi berita yang berlebihan mengenai COVID-19, khususnya mahasiswa dengan menerapkan nilai dan budaya yang sudah diajarkan. Hal ini dikarenakan selama perkuliahan, mahasiswa diberikan pemahaman bagaimana mencari, mengolah, dan juga menyampaikan informasi yang valid dengan cara yang tepat. Terdapat berbagai bentuk peran mahasiswa dalam pemberantasan berita hoaks dan narasi berlebihan. Pertama, mahasiswa yang tergabung dalam suatu organisasi kampus maupun masyarakat seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dapat mengadakan suatu kompetisi pembuatan microblog atau video yang berisi informasi mengenai bagaimana sikap yang bijak dalam menerima informasi, cara membedakan berita hoaks dan berita valid serta menyampaikan informasi dengan tepat. Sasaran dari kompetisi ini adalah siswa SMP, SMA, dan mahasiswa. Dalam kompetisi tersebut, peserta diwajibkan mempublikasikan karyanya melalui media sosial masing-masing dan memberikan bukti kepada panitia. Kompetisi ini diharapkan secara tidak langsung mengajak pelajar untuk menggalakkan edukasi kepada masyarakat agar ketika menemukan berita hoaks dan narasi berlebihan dapat menyikapi secara bijak dan tepat. Kedua, mahasiswa dari berbagai jurusan dapat berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat dengan menggunakan disiplin ilmu yang dikuasai dalam bentuk desain poster maupun video yang menarik seperti Tiktok. Sebagai contoh, mahasiswa jurusan kedokteran umum dan keperawatan dapat memberikan edukasi mengenai bagaimana cara virus berkembang biak, cara meningkatkan imunitas secara fisik, cara vaksin bekerja, dan meluruskan berita berita hoaks yang berkaitan seperti anggapan bahwa vaksin dapat membuat Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 127


seseorang 100% kebal terhadap COVID19. Mahasiswa jurusan ekonomi dan bisnis dapat membagikan informasi di media sosial mengenai tips berjualan melalui platform digital bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti Shopee, Tokopedia, dan Gojek; mengadakan pelatihan mengenai promosi dan penjualan barang/jasa secara online;

dan

membantu mempromosikan barang/jasa yang dijual melalui media sosial. Sedangkan mahasiswa jurusan psikologi dapat memberikan edukasi berupa informasi mengenai tips mengatasi stres akibat bekerja atau belajar di rumah, cara mencegah kecemasan berlebih akibat terinfeksi COVID-19, atau bagaimana cara memberikan dukungan semangat yang tepat untuk pasien terkonfirmasi. Edukasi oleh mahasiswa dari berbagai jurusan diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat sehingga berita yang valid dapat mendominasi informasi yang ada di media sosial. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi yang benar. Ketiga, dalam rangka mengurangi efek negatif dari informasi dengan narasi berlebihan mengenai angka pasien terkonfirmasi maupun yang meninggal, mahasiswa dapat membangun lingkungan positif di media sosial dengan cara membentuk suatu komunitas aksi sosial di daerah masing-masing. Komunitas aksi sosial ini akan mengumpulkan dan membagikan informasi dalam rangka membantu menyelesaikan permasalahan yang merupakan dampak dari pandemi. Informasi tersebut dibagikan dalam bentuk poster, video, maupun tulisan melalui media sosial komunitas maupun masing-masing anggota. Informasi tersebut antara lain daftar pemasok oksigen beserta alamat dan nomor yang dapat dihubungi, bantuan dana bagi pekerja yang terkena PHK, beasiswa pendidikan, bantuan makanan dan vitamin bagi yang sedang menjalani isolasi mandiri, dan membantu pasien yang membutuhkan donor plasma dengan kriteria tertentu. Upaya mahasiswa tersebut diharapkan dapat mengalihkan berita yang dapat meningkatkan keresahan dengan informasi yang dapat membangkitkan optimisme dan semangat masyarakat. Mengingat dampak buruk yang diakibatkan oleh berita hoaks dan narasi yang berlebihan mengenai COVID-19, peran mahasiswa sangat diperlukan dalam mengurangi penyebarannya dalam bentuk langkah sederhana melalui media sosial. Dengan menurunnya jumlah berita hoaks dan narasi yang berlebihan maka stigma negatif yang sudah terbentuk akan berkurang seiring dengan membaiknya pemahaman masyarakat. Dengan demikian, penananganan pandemi COVID-19 akan berjalan lebih efektif.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 128


Daftar Pustaka Covid19.org.,

2021,

Peta

Sebaran

COVID-19,

dilihat

pada

24 Juli 2021,

https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19. Juditha, C., 2020, Perilaku Masyarakat Terkait Penyebaran Hoaks Covid-19, Jurnal Pekommas, 5 (2) : 105 - 116. Kominfo, P., 2020, Penyebar Hoaks Covid-19 Diancam Sanksi Kurungan dan Denda Rp1 Miliar, Website Resmi Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI, dilihat pada 24 Juli 2021, <https://www.kominfo.go.id/content/detail/25917/penyebar-hoakscovid-19-diancamsanksi-kurungan-dan-denda-rp1-miliar/0/berita_satker>. Kominfo, P., 2020., [DISINFORMASI] Dokter Jadikan Pademi Covid 19 Sebagai Lahan Mata Pencaharian., Website Resmi Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI., dilihat

pada

24

Juli

2021,

<https://www.kominfo.go.id/content/detail/26946/disinformasi-dokterjadikanpademi-covid-19-sebagai-lahan-mata-pencaharian/0/laporan_isu_hoaks>. Liputan6.com., 2020, Media Sosial Jadi Teman Selama Ramadan di Tengah Pandemi Corona COVID-19,

dilihat

pada

24

Juli

2021,

<https://www.liputan6.com/ramadan/read/4257616/media-sosial-jadi-temanselamaramadan-di-tengah-pandemi-corona-covid-19>. Novita, S., dan Elon, Y., 2021, Stigma Masyarakat terhadap Penderita Covid-19, Jurnal Kesehatan, 12(1): 25-33. Sumartiningtyas, H. K. N., 2021, Dr Lois Sebut Interaksi Obat Sebabkan Pasien Covid-19 Meninggal,

Kompas.com,

dilihat

pada

24

Juli 2021,

<https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/11/183300123/dr-lois-sebutinteraksi-obatsebabkan-pasien-covid-19-meninggal-ini?page=all>. Vosoughi, S., Roy, D., & Aral, S., 2018, The Spread of True and False News Online, Science, 359 (6380): 1146–1151. Wijaya, P. C. M. S., 2021, Hak Untuk Bebas Dari Stigmatisasi dan Diskriminasi Terhadap Para Pasien, PDP, ODP, dan Tenaga Kesehatan Di Masa Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif Hukum dan HAM, Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 3(1): 22-36.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 129


Origami: Perketat 4M pada Vaksin Massal Maria Bonita Cerebrina Humani Kedokteran Gigi 2020 Pandemi covid-19 di Indonesia masih menjadi sorotan utama hingga saat ini. Walaupun satu setengah tahun sudah berlalu, angka pasien positif masih terus bertambah. Hal ini juga diperparah dengan masuknya varian baru dari virus covid-19 yang memiliki derajat penularan lebih tinggi sekitar 36% sampai 75% dibandingkan jenis virus sebelumnya. Tingginya mobilitas dan ketidaktertiban masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga mempercepat penyebaran virus tersebut (Kemenkes, 2021). Dewasa ini, vaksinasi digaung-gaungkan sebagai upaya yang dapat memutus rantai penyebaran virus covid-19. Vaksinasi merupakan cara yang efektif untuk memproteksi tubuh sebelum bersinggungan dengan virus. Sistem imun tubuh akan terstimulasi untuk membentuk antibodi sebagai respon dari vaksin yang mengandung virus yang sudah dimatikan atau dilemahkan. Selain mengurangi kemungkinan terinfeksi, vaksinasi juga berkontribusi dalam perlindungan kesehatan masyarakat yang disebut dengan herd immunity. Penelitian juga menunjukkan apabila seseorang yang sudah vaksinasi terinfeksi covid-19 cenderung akan mengalami gejala yang lebih ringan dan pulih lebih cepat dibandingkan yang belum menerima vaksinasi. Dengan vaksinasi, kita dapat mengurangi risiko perawatan intensif dan kematian akibat covid-19 (WHO, 2020; Mu Health Care, 2021). Indonesia merupakan salah satu negara yang gercep dalam mencanangkan program vaksinasi. Tercatat dari bulan Januari 2021, vaksinasi covid-19 sudah mulai diberikan dan masih berlanjut sampai saat ini (Dinkes Malang, 2021). Terdapat enam jenis vaksin covid-19 yang digunakan yaitu Sinovac, AstraZeneca, Sinophram, Moderna, Pfizer, dan Novavax (Covid19, 2021). Selain kesigapan pemerintah, antusiasme masyarakat Indonesia terkait vaksinasi sangat baik. Tercatat per tanggal 29 Juli 2021 sudah 22,36% masyarakat yang mendapatkan vaksin dosis pertama. Hal ini berarti 23 dari 100 masyarakat Indonesia sudah melakukan vaksinasi (Vaksin Kemenkes, 2021). Apalagi dengan naiknya kasus positif covid-19 dan pemberlakuan PPKM darurat saat ini menjadikan masyarakat Indonesia lebih sadar akan pentingnya vaksinasi. Selain menyiapkan dosis vaksin yang memadai untuk seluruh masyarakat, keberadaan peraturan yang ketat dan kesadaran masyarakat mengenai orientasi protokol kesehatan juga harus mengimbangi ombak antusiasme tersebut. Fakta lapangan berkata bahwa penerapan protokol kesehatan pada beberapa vaksin massal tidak dianggap serius. Dikhawatirkan akan menimbulkan klaster covid-19 baru. Hal ini juga berpengaruh pada keoptimalan dan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 130


keefektifan vaksin covid-19 di Indonesia yang tidak akan tercapai secara maksimal. Salah satu gagasan inovatif yang dapat dijadikan pendekatan dalam menangani masalah ini adalah Origami: Perketat 4M pada Vaksin Massal. Origami: Perketat 4M pada Vaksin Massal merupakan gagasan inovatif untuk mencegah terbentuknya klaster covid-19 baru dengan lebih menekankan protokol kesehatan sebagai orientasi kepada masyarakat. “Origami” sendiri merupakan akronim dari orientasi cegah pandemi. Gagasan Origami: Perketat 4M pada Vaksin Massal bertujuan untuk lebih menyadarkan masyarakat bahwa vaksinasi yang tidak dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan menjadi sia sia. Alih-alih ingin terbebas dari virus covid-19, ketidaktertiban prokes justru mengundang virus tersebut. Terdapat empat langkah atau biasa disebut dengan 4M sebagai cara untuk memproteksi diri. Gerakan 4M terdiri dari mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Gerakan ini memang sudah sejak lama dipromosikan kepada masyarakat, namun pada penerapannya masih kurang. Padahal apabila penerapan 4M dilakukan secara serentak dan tertib dapat sangat berpengaruh pada penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Maka dari itu, perlu dilakukan perketatan gerakan 4M terutama pada kerumunan, seperti tempat vaksin massal. Perketatan 4M secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara. Pemberlakuan peraturan yang jelas dan tegas, serta dipublikasikan secara gamblang ke masyarakat dapat menjadi solusi pertama yang dapat dilakukan ketika masalah sudah genting seperti saat ini. Solusi kedua dapat dilakukan dengan pendekatan psikologis untuk menanamkan orientasi kepada masyarakat mengenai pentingnya protokol kesehatan. Solusi yang satu ini memang tidak bisa berhasil dalam jangka pendek, butuh jangka panjang untuk mengubah orientasi masyarakat bahwa protokol kesehatan bukanlah keharusan namun kebutuhan mereka untuk terhindar dari bahaya virus covid-19. Di Indonesia, kedua cara tersebut sebenarnya telah diberlakukan. Masyarakat ada yang sudah mulai terbiasa dengan protokol kesehatan namun ada juga yang sudah mulai bosan dan menganggap remeh kebermanfaatannya. Maka dari itu, sudah saatnya perketatan diberlakukan untuk tetap mencegah penyebaran virus serta mengoptimalkan vaksinasi yang sedang berlangsung. Perketatan 4M pada vaksin massal perlu disongsong oleh peraturan yang ketat serta penyelenggara yang bertanggung jawab. Seperti halnya vaksinasi pada fasilitas kesehatan, vaksinasi pada vaksin massal perlu memenuhi standar tempat pelaksanaan, jumlah pasien, dan keberlakuan protokol kesehatan. Peraturan mengenai standar tempat pelaksanaan yang harus diperhatikan meliputi perbandingan luas ruangan dan jumlah pasien yang memperhitungkan Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 131


jarak antar pasien (minimal 1 meter) untuk menjaga jarak aman dan menghindari kerumunan baik untuk ruang tunggu maupun tempat pemberian vaksin, pengecekan alat pelindung diri seperti masker yang digunakan baik pasien maupun tenaga kesehatan, serta petugas ketertiban yang senantiasa berjaga. Apabila memungkinkan, tempat untuk mencuci tangan atau disediakannya hand sanitizer juga dapat menunjang gerakan 4M. Peraturan mengenai sistem pendaftaran juga harus diperbarui, keberadaan web pedulilindungi atau situs online lainnya dapat lebih dioptimalkan sehingga pasien selain mendaftar juga mendapat nomor urut vaksinasi dan kerumunan yang disebabkan oleh berebutan nomor urut dapat teratasi. Selain itu, waktu vaksinasi yang memiliki rentang terlalu panjang juga dapat menimbulkan kerumunan, lebih baik pasien diberi arahan untuk datang hanya pada rentang waktu yang pasti (misalnya pukul 10.00-10.30) dan diharuskan untuk segera pulang ketika sudah selesai untuk menghindari kerumunan. Peraturan yang mengatur hal detail seperti jumlah pengantar yang diperbolehkan sampai lama waktu yang diperkirakan untuk vaksinasi juga dapat dicantumkan. Pentingnya mengoptimalkan keefektifan vaksin covid-19 di Indonesia menjadi PR yang perlu dicari solusinya bersama. Vaksinasi yang sudah berjalan sejauh ini perlu didukung salah satunya dengan perketatan protokol kesehatan. Dengan gagasan Origami: Perketat 4M pada Vaksin Massal, diharapkan penerapan protokol kesehatan pada vaksin massal menjadi lebih tertib. Serta kerumunan yang tidak diperlukan dapat dihindari. Tentunya peraturan yang sudah digagas apabila tidak dilakukan dengan baik pasti tidak ada gunanya. Maka perlunya kerjasama dari segala pihak untuk mulai menanamkan orientasi bahwa dengan menerapkan protokol kesehatan terutama gerakan 4M dapat menjadi solusi dalam pencegahan pandemi yang berkelanjutan.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 132


Daftar Pustaka Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, 2021, Tahapan dan Prioritas Vaksinasi COVID-19, URL: http://dinkes.malangkab.go.id/pd/page/detail?title=dinkes-opd-tahapan-danprioritas-vaksina si-covid-19 , diakses 29 Juli 2021. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, Vaksinasi COVID-19 Nasional, URL: https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines , diakses 29 Juli 2021. MU Health Care, 2021, What are the Benefits of Getting the COVID-19 Vaccine?, URL: https://www.muhealth.org/our-stories/what-are-benefits-getting-covid-19vaccine, diakses 27 Juli 2021. Rokom, 2021, Virus Corona Varian Baru B.117, B.1351, B.1617 Sudah Ada di Indonesia, URL:

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-

utama/20210504/1737688/virus-corona-varia

n-baru-b-117-b-1351-b-1617-

sudah-ada-di-indonesia/ , diakses 27 Juli 2021. Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021, Apa Vaksin COVID-19 yang Terbaik untuk Saya?,URL: https://covid19.go.id/masyarakat-umum/apa-vaksin-covid-19-yangterbaik-untuk-saya , diakses 29 Juli 2021. World Health Organization, 2020, Vaccines and Immunization: What is Vaccination?, URL: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/vaccines-and-immunization-what-isvaccination?/ , diakses 27 Juli 2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 133


Melawan Pandemi : Peran Mahasiswa sebagai Generasi Muda Intelektual Indonesia Mutia Fitri Akmalia (Kedokteran Gigi 2019) "Hoax berperan besar yang membuat Papah akhirnya kalah melawan Covid. Papah meninggal karena percaya dengan berita hoax yang tersebar di sosial media. Entah di di grup WA, Facebook, Instagram , Twitter ataupun dari sumber sumber lain" -@HelmiIndraRP Sebuah utas yang diunggah oleh pengguna twitter memaparkan bagaimana hoax berperan besar dalam merenggut nyawa salah seorang pasien Covid-19 di Indonesia. Sejak pertama kali dinyatakan positif Covid-19, pasien tersebut diketahui enggan mengonsumsi obatobatan maupun dirawat di rumah sakit akibat kepercayaannya terhadap informasi palsu yang beredar (Hasibuan, 2021). Pasien yang dikisahkan dalam utas tersebut tentu bukan satu-satunya korban dari banyaknya hoax yang beredar mengenai Covid-19. Terhitung dari 23 Januari hingga 29 Juli 2021 ini saja, terdapat sebanyak 1.814 temuan isu hoax mengenai Covid-19 beredar di Indonesia (Kominfo, 2021). Angka ini belum termasuk isu berantai di media sosial yang belum dilaporkan. Besarnya angka tersebut berkaitan dengan penggiringan opini yang tentu turut andil dalam tingginya kasus infeksi Covid-19 di Indonesia. Hoax menyebar

melalui

pendekatan

manipulasi

psikologis

dari

seseorang melalui telepon, internet, dan media sosial (Hidaya, et al., 2019). Sementara itu, jumlah pengguna telepon dan pengguna media sosial di Indonesia cukup besar dan merupakan salah satu yang terbanyak di dunia. Dikutip dari Digital 2021 : The Latest Insights Into The State of Digital (Kemp, 2021), disebutkan bahwa dari 274,9 juta penduduk Indonesia, sebanyak 170 juta di antaranya adalah pengguna media sosial. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti, 2020), saat ini terdapat 6.349.941 orang mahasiswa di Indonesia. Angka tersebut merupakan jumlah yang sangat besar. Mahasiswa sebagai insan yang mengenyam pendidikan tinggi tentu mempunyai peluang dalam mengambil peran sebagai agen perubahan dalam hal perlawanan terhadap isu hoax yang beredar terkait Covid-19. Menurut Cahyono (2019), mahasiswa memiliki setidaknya empat peran penting dalam kehidupan masyarakat yakni sebagai agent of change, social control, iron stock, dan moral force. Mahasiswa mampu merubah paradigma yang tumbuh dalam suatu kelompok serta menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 134


Sejarah bangsa ini juga mencatat bagaimana peran penting generasi muda intelektual dalam setiap perubahan dan reformasi yang terjadi. Dalam perjalanan menuju era kebangkitan nasional, para pemuda yang terdiri dari mahasiswa pendidikan STOVIA telah menginisiasi pendirian organisasi Budi Oetomo sebagai wadah perjuangan bangsa Indonesia. Selang beberapa tahun setelahnya, sekelompok mahasiswa Indonesia di Belanda juga membentuk organisasi pemuda bernama Perhimpunan Indonesia (PI). PI kemudian menjadi salah satu pelopor terselenggaranya Kongres Pemuda pada tahun 1928. Generasi pemuda juga mengambil peran besar dalam terlaksananya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 (Rahman, 2020). Pandemi Covid-19 yang kian hari merenggut kian banyak korban jiwa, melumpuhkan berbagai sektor ekonomi, dan mempengaruhi kestabilan politik dan keamanan merupakan ancaman nyata yang sedang dihadapi bangsa ini. Jika perjuangan yang dilakukan pemuda intelektual di era pra- kemerdekaan berkaitan dengan usaha mengusir penjajah, maka salah satu perjuangan yang dapat dilakukan oleh para mahasiswa hari ini adalah dengan memerangi informasi palsu sebagai upaya mengatasi pandemi yang terjadi. Kontribusi nyata dapat dimulai dari diri sendiri dengan meningkatkan literasi media. Literasi media meliputi serangkaian proses pendidikan untuk memiliki kemampuan menganalisis pesan media dan memahami bahwa media memiliki tujuan tertentu sehingga mampu bertanggungjawab dan memberikan respon yang benar ketika berhadapan dengan media (Pakpahan, 2017). Tindakan literasi media ini memungkinkan mahasiswa yang telah dilatih berpikir kritis untuk bijak menerima dan mengolah informasi dengan baik sehingga mampu memutus rantai penyebaran hoax yang sampai di tangannya. Selain itu, mahasiswa sebagai bagian dari pemuda yang mendominasi penggunaan gawai, internet, dan media sosial satu sama lain terhubung dalam jaringan sehingga memiliki influensi yang besar terhadap lingkaran pengguna. Mahasiswa yang dibekali kemampuan dalam memilih dan memastikan validitas informasi yang diterima dapat memberikan pemahaman pada lingkaran kecil pengguna di sekitarnya apabila terdapat informasi yang tidak sesuai. Masing-masing dari lingkaran kecil pengguna tersebut akan memiliki lingkaran kecil lainnya sehingga pemahaman yang dimaksud dapat disebarluaskan secara estafet. Selain itu, dapat juga dilakukan upaya edukasi melalui penyebaran informasi yang benar dan valid terkhusus yang terkait dengan Covid-19 secara masif sebagai upaya meng-counter hoax yang sudah menyebar. Sebagai bagian dari pengguna media sosial, tentu perlu dilakukan juga upaya dalam mengajukan aduan apabila menemukan informasi hoax. Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 135


Terkhusus sebagai akademisi, mahasiswa juga dapat berperan dalam mengembangkan inovasi teknologi yang dapat menangkal dan mencegah penyebaran hoax di Indonesia. Melalui upaya-upaya ini, diharapkan mahasiswa dapat memberikan perubahan positif dan membantu menyelesaikan pandemi Covid-19 yang hingga saat ini angka kejadiannya terus meningkat di Indonesia.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 136


Daftar Pustaka Cahyono, H. 2019. Peran Mahasiswa di Masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal Pengabdian Masyarakat Setiabudhi. 1(1):32-43. Hasibuan, L.S. 2021. 'Papahku Meninggal Karena Percaya Hoax Covid-19'.URL: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20210719095033-33-261920/papahkumeninggal-karena-percayahoax-Covid-19. Diakses tanggal 31 Juli 2021. Hidaya, N., Qalby, N., Alaydrus, S.S., Darmayanti, A., Salsabila, A.P. 2019. Pengaruh Media Sosial

terhadap

Penyebaran

Hoax

oleh

Digital

Native.

URL:

https://www.researchgate.net/profile/NurulHidayaa/publication/330135150_PENGARUH_MEDIA_SOSIAL_TERHADAP _PENYEBARAN_HOAX_OLEH_DIGITAL_NATIVE/links/5c2f412992851c22 a3588e15/PENGARUH-MEDIA-SOSIAL-TERHADAP-PENYEBARANHOAX-OLEH-DIGITAL-NATIVE.pdf. Diakses tanggal 31 Juli 2021. Kemp, S, 2021. Digital 2021 : The Latest Insights Into The State of Digital. URL: https://wearesocial.com/blog/2021/01/digital-2021-thelatest-insightsinto-thestate-of-digital. Diakses tanggal 31 Juli 2021. Kominfo. 2021. Penanganan Sebaran Konten Hoaks Covid-19 Kamis (29/07/2021). URL: https://kominfo.go.id/content/detail/36045/penanganansebaran-konten-hoaks Covid-19-kamis-29072021/0/infografis. Diakses tanggal 31 Juli 2021. Pakpahan, R. 2017. Analisis Fenomena Hoax di Berbagai Media Sosial dan Cara Menanggulangi Hoax. KNIiST 479-484. PDDikti. 2020. Mahasiswa. URL: https://pddikti.kemdikbud.go.id/mahasiswa. Diakses tanggal 31 Juli 2021. Rahman, A. 2020. Sejarah, Peran, dan Kualitas Pemuda Indonesia. URL: https://yoursay.suara.com/news/2020/10/29/103240/sejarah-peran-dan-kualitaspemuda-indonesia.

Diakses tanggal 31 Juli 2021.

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 137


—----------Terima Kasih----------— kepada Seluruh Pihak yang Telah Terlibat dalam Penyusunan Buku Kajian Ini -- Departemen Advokasi dan Kajian Strategis -BEM KM FKG UGM 2021

_________________________________

Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 138


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.