Buku Kajian Tahun 2021

Page 84

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pelayanan Praktik Kedokteran Gigi pada Masa Pandemi Covid-19 Insidensi kasus dokter gigi yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia berkisar antara 0,2% - 1,1% setiap bulan dan rata-rata insidensi dalam 6 bulan yaitu 0,5%. Hal-hal seperti tidak adekuatnya personal protection, terpaparnya virus dari pasien secara terusmenerus, terbatasnya alat pelindung diri, kurangnya pelatihan tenaga kesehatan terhadap pencegahan dan kontrol infeksi COVID-19, tenaga kesehatan gigi yang berkontak sangat dekat dengan mulut pasien, dan adanya penularan infeksi melalui alat yang digunakan dapat menyebabkan tenaga kesehatan gigi terpapar virus COVID-19. Tidak hanya virus COVID-19, tenaga kesehatan gigi juga rentan terpapar virus hepatitis B yang dapat menyebabkan orang yang terpapar menjadi karier kronik dan berisiko sirosis sehingga umurnya tidak panjang. Selain virus hepatitis B, penularan HIV juga harus diwaspadai oleh tenaga kesehatan gigi. Risiko penularan HIV lebih tinggi apabila petugas kesehatan terpapar darah melalui cedera dari jarum yang sebelumnya sudah terpapar darah. Center of Disease Control and Prevention melaporkan berdasarkan hasil penelitian dari 360 orang tenaga kesehatan, kejadian terluka di tempat praktik, yaitu 36% dokter gigi, 34% ahli bedah mulut, 22% perawat gigi, dan 4% mahasiswa kedokteran gigi. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian luka tusuk jarum harus diwaspadai. COVID-19 merupakan salah satu contoh airborne disease, sedangkan hepatitis B dan HIV merupakan contoh bloodborne disease. Kemudian, apa yang harus dilakukan khususnya oleh tenaga kesehatan gigi agar tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan virus ke pasien lain? Penyebaran virus melalui udara (airborne), penyebaran percikan (droplet), dan kontak fisik dengan pasien harus diwaspadai selama perawatan pasien di klinik atau rumah sakit. Terdapat beberapa prosedur untuk mengontrol infeksi di rumah sakit, yaitu: 1. Perlindungan kesehatan seperti imunisasi Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu contoh penegakan prosedur ini. Selain itu, ada juga vaksin hepatitis B yang dilakukan dalam satu seri sebanyak tiga kali suntikan yaitu bulan ke-0, ke-1, dan ke-6 serta harus diperiksa secara berkala. 2. Kebersihan tangan Mencuci tangan harus dilakukan sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur aseptik, setelah menyentuh cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, dan setelah menyentuh lingkungan di sekitar pasien. 3. Penggunaan alat pelindung diri (universal precaution) Buku Kajian Departemen Advokasi dan Kajian Strategis | 80


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.