Media edia Aesculapius PERANGKO BERLANGGANAN KP JAKARTA PUSAT 10000 NO. 3/PRKB/JKP/DIVRE IV/2014
Surat Surat Kabar Kabar
Kedokteran Kedokteran dan dan Kesehatan Kesehatan Nasional Nasional Terbit Sejak 1970
No. 03 06 l XLV XLVIl lJuli-Agustus Juli-Agustus2016 2014
Harga Harga Rp3.000,00 Rp3.000,00
ISSN No. 0216-4966
Kontak Kami
Konsultasi
iptek
kolum
Kehamilan Tetap Sehat Meski Disertai Obesitas halaman 3
Sofosbuvir: Harapan Baru Untuk Penderita Hepatitis C?
Syukuri Hidup dengan Pikiran Positif
halaman 5
halaman 6
@MedAesculapius @mediaaesculapius beranisehat.com
Perlukah Kebiri bagi Pelaku Kejahatan Seksual? Kebiri kimiawi telah resmi menjadi salah satu komponen pemberatan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual. Meski menuai kontroversi, mampukah kebiri kimiawi menjadi solusi?
M
eningkatnya kasus kejahatan seksual pada anak, terutama selama tiga tahun terakhir, menurut Dra. Maria Ulfah Anshor, M.Si. sebagai Komisionaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), merupakan alasan bagi KPAI untuk mengajukan usulan pemberatan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual kepada Presiden. “Akan tetapi, KPAI tidak pernah secara rinci menyebutkan jenis hukuman pemberat yang dimaksud, termasuk tidak pernah mengusulkan hukuman kebiri,” jelas Maria. Usulan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh kementerian terkait melalui pembentukan peraturan tentang pemberatan hukuman. Hasilnya, terbentuklah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam perppu tersebut disebutkan tiga macam hukuman tambahan bagi kejahatan seksual terhadap anak, salah satunya yakni kebiri kimiawi. Disahkannya Perppu Nomor 1 Tahun 2016 pada bulan Mei 2016 lalu oleh Presiden memberikan kekuatan hukum bagi implementasi hukuman tambahan ini, tetapi masih memerlukan aturan turunan untuk teknis pelaksanannya. “Di dalam perppu ini, kami melihat masih butuh adanya peraturan turunan untuk mengoperasionalkan supaya perppu ini bisa diimplementasikan,” terang Maria. Meski perppu tersebut sudah disahkan, tidak sedikit pihak yang mempermasalahkan poin kebiri kimiawi yang dimasukkan ke dalam hukuman tambahan bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan tegas
menolak menjadi eksekutor kebiri kimiawi karena dinilai bertentangan dengan etik kedokteran. “Kebiri itu secara etika tidak boleh karena menambah kesakitan pada pasien,” jelas dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS. Efek samping yang dapat timbul pasca pengebirian kimiawi pun dianggap bertentangan dengan sumpah dokter. “Dokter tidak akan menyakiti pasien dalam tekanan politik, ekonomi, dan ras serta akan berusaha sebesarbesarnya untuk menyembuhkan pasien,” lanjut Boyke. Boyke menegaskan bahwa pemberantasan kasus pemerkosaan tidak dapat dilakukan secara instan. Diperlukan peran pemerintah secara holistik dalam mencegah dan menangani kasus pemerkosaan baik dari pihak pelaku maupun pihak korban. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus pemerkosaan diantaranya menanamkan edukasi kesehatan reproduksi pada anak-anak sekolah dengan pengajar yang memang ahli di bidang kesehatan reproduksi, penangan psikologis korban kejahatan seksual serta pelaku kejahatan seksual karena sebanyak 80% korban
kejahatan seksual nantinya berpotensi menjadi pelaku kejahatan seksual di masa yang akan datang. Sayangnya, upaya pencegahan berupa pendidikan seksual ini masih belum dapat dilaksanakan karena banyaknya kurikulum yang harus dikuasai anak sekolah.
mitzy/MA
Tidak hanya dari pihak dokter selaku eksekutor, Dr. Budi Wahyuni, MM, MA, selaku wakil ketua Komisi Nasional (Komnas) Perempuan secara tegas mengatakan Komnas Perempuan menolak hukuman kebiri. “Hukuman kebiri kimiawi itu bertolak belakang dengan UU antipenyiksaan dan disabilitas. Lelaki yang
awalnya memiliki reproduksi yang sehat, kemudian dilakukan tindakan kebiri, sama saja membuatnya menjadi penyandang disabilitas,” jelas Budi. Menurutnya, masih banyak hukuman lain yang mampu menempatkan martabat manusia dengan seharusnya seperti penambahan waktu hukuman, restorasi (pembayaran denda kepada keluarga korban walaupun pada dasarnya kekerasan seksual tidak dapat ditebus dengan materi), hingga melakukan kerja sosial. “Sebenarnya, tujuan utama hukuman dibentuk adalah untuk mencegah keberulangan terjadi. Kebiri tidak menjamin ketidakberulangan. Dengan kebiri, pelaku malah dapat menyimpan dendam,” kata Budi. Hal ini disebabkan pikiran pelaku belum tentu dapat dikontrol sehingga pelaku dapat menggunakan cara-cara lain untuk menyalurkan keinginannya. Budi menambahkan, “Kontruksi sosial sangat memiliki pengaruh yang besar bagi pelaku. Pelaku merasa memiliki kuasa yang lebih besar terhadap korban, baik wanita dewasa, maupun anak. Hal ini terjadi karena wanita yang diperkosa akan merasa harga dirinya jatuh sehingga pelaku kejahatan seksual akan merasa dirinya hebat ketika dia berhasil menundukkan korban melalui tindakan perkosaan tersebut. Biasanya pelaku yang masih di bawah umur terdorong melakukan kejahatan seksual karena motivasi dari penjahat lainnya yang lebih dewasa, sekadar mencontoh tindakan orang lain, atau kenangan masa lalunya.” Hubungan menguasai dan dikuasai ini menyebabkan munculnya kasus-kasus pelecehan seksual... bersambung ke halaman 7
Ketika Kebiri Kimiawi Dieksekusi
Pojok MA
Kebiri kimiawi dinilai menyalahi etika dan sumpah kedokteran. Bagaimana teknis dan efek dari hukuman yang sarat kontroversi ini?
“Kalau ada kasus kejahatan seksual, lihat juga dari seberapa jauh pengendalian pornografi di Indonesia.”
B
erbeda pada kebiri fisik, kebiri kimiawi dilakukan dengan menyuntikkan obat bernama Medroksiprogesteron Asetat (MPA) yang merupakan progestin sintetik dengan efek menyerupai progesteron di dalam tubuh. Efek ini menyebabkan MPA umum dipakai untuk kepentingan kontrasepsi dan terapi pengganti hormon untuk perempuan. Dalam konteks kebiri kimiawi, MPA disuntikkan dengan tujuan menurunkan gairah seksual sang pelaku. “MPA ini kita suntikan tiap satu bulan, lalu kita lihat perkembangannya dan efek-efek yang dihasilkan,” jelas
dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG, MARS. Selain turunnya libido, terdapat beragam efek samping yang dihasilkan dari penyuntikan MPA pada laki-laki. Efek samping tersebut mulai dari rontoknya rambut dan kumis, tumbuhnya payudara, melemahnya kerja jantung, hingga rentannya pasien mengalami diabetes dan osteoporosis. Efek jangka panjang berupa depresi yang berujung bunuh diri juga tidak luput menjadi akibat kebiri kimiawi. “Kalau sudah depresi, pasien cenderung akan melakukan bunuh diri karena tidak tahan dengan melemahnya kondisi tubuh,” tambah Boyke. Sementara itu, proses kebiri kimiawi
akan terus dilakukan hingga adanya keputusan pemberhentian penyuntikkan kebiri kimiawi yang didasarkan atas perkembangan pelaku dan pertimbangan dari dokter andrologi dan psikiater yang bertanggung jawab selama proses pengebirian. Selain bertentangan dengan kode etik dokter, Boyke menilai kebiri kimiawi tidak efektif untuk mencegah pelaku untuk mengulangi aksinya. “Hanya gairah seksualnya yang hilang, keinginannya akan tetap ada. Kalau nanti keluarganya bawa testosteron, lalu disuntik, efek kebirinya juga hilang.” tegas Boyke.
Zaman sekarang pornografi bukannya diajari, malah dicari-cari sendiri.
22
JULI-AGUSTUS 2016
DARI KAMI Salam sejahtera bagi kita semua, Berita hangat dan kontroversial ini masih menjadi misteri dalam teknis implementasinya di kemudian hari. Memang benar, kebijakan seperti ini diperlukan agar menurunkan angka kasus pemerkosaan, bahkan mencegah kasus ini terulang kembali. Namun, kebiri kimiawi sebagai hukuman bagi pelaku pemerkosaan dinilai masih kurang mapan dalam peninjauan dampak yang ditimbulkannya. Berbagai argumen dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan tersaji sebagai berita utama. Seperti apa dan bagaimana pandangan mereka terhadap kasus ini? Meningkatnya angka obesitas telah menyusup terhadap semua kalangan, termasuk ibu hamil. Diet seimbang bagi pasien obesitas tentu berbeda antara perempuan tidak hamil dan hamil. Pengurangan berat badan terlalu ketat dapat membahayakan janin dan ibu. Lalu, bagaimana pengaturan nutrisi yang tepat? Apakah persalinan dapat dilaksanakan per-vagina atau harus operasi sesar? Simak jawaban langsung dari ahlinya, Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), dalam rubrik Konsultasi. Lazim digunakan, tetapi sering dilupakan. Masih ingat dengan si “obat kuat” sildenafil? Apa saja yang dampak yang ditimbulkan apabila dosis berlebih? Perbaharui informasinya dalam rubrik Info Obat. Banyaknya tantangan dalam hidup seringkali membuat kita menjadi gusar dan susah berpikir positif. Akan tetapi, ternyata banyak hal sederhana yang kerapkali tidak kita sadari untuk disyukuri. Mari senantiasa bersukacita dan berpikir positif seperti pesan yang disampaikan pada Kolom Umum. Kesibukan profesi sebagai tenaga kesehatan tidak harus mengorbankan hobi yang telah ditekuni. Bahkan, hobi tersebut dapat menjadi semangat baru dalam mencapai kesuksesan. Pastikan Anda menyimak kisah inspiratif dalam rubrik Senggang. Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca edisi JuliAgustus 2016 ini dan semoga bermanfaat! Ferry Liwang Pemimpin Redaksi
MA FOKUS
Kebiri Kimiawi: Suntik Pelaku, Suntik Indonesia
M
araknya kasus pemerkosaan, baik terhadap kaum hawa, maupun anak, melatarbelakangi disahkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Seolah mengikuti jejak Korea Selatan sebagai negara pertama di Asia yang telah melegalkan hukuman serupa pada tahun 2011, demikianlah Indonesia juga bercita-cita memberantas kasus pemerkosaan. Medroksiprogesteron Asetat (MPA), kandungan kimiawi yang ditujukan untuk menurunkan libido atau gairah predator pemerkosa sehingga memberikan efek jera. Hormon tersebut memang lazim digunakan sebagai kontrasepsi, tetapi ditujukan untuk perempuan. Apakah hal serupa juga terjadi apabila disuntikkan kepada laki-laki? Setiap obat memiliki khasiat dan efek samping dalam dosis aman. Namun, apabila hormon yang alaminya diproduksi dalam ditubuh sengaja ditambahkan hanya untuk kepentingan tertentu, tidak ada jaminan zat tersebut merajalela ke berbagai tempat dan menimbulkan berbagai reaksi. Saat ini telah diketahui bila hormon tersebut berlebih pada laki-laki, maka akan rentan mengalami diabetes, osteoporosis, pengurangan massa otot, penambahan lemak, ginekomastia, bahkan gangguan pembuluh darah dan kognitif. Mengetahui dapat memperburuk keadaan seseorang, masihkah sumpah profesi dipertahankan? Tentu dampak kebijakan ini tidak hanya dari sisi kedokteran, tetapi juga mencakup sistem kesehatan. Proses penyuntikkan hormon ini dilakukan secara berkala dan apabila efek samping di atas terjadi pada pelaku, secara otomatis dia akan menjadi pasien. Menilik sistem kesehatan Indonesia saat ini, pasien akan mengunjungi puskesmas atau dokter di rumah sakit dengan sumber pembiayaan berasal dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dengan demikian, pemerintah harus merelakan anggaran kesehatan bagi penjahat seksual yang sengaja disulap menjadi pasien. Tentu saja kebijakan ini menimbukan tanda tanya besar dalam efektivitasnya. Kebijakan ini seolah ‘menyuntik’ Indonesia juga untuk lebih mempertimbangkan secara komprehensif dampak yang ditimbulkannya.
KLINIK
MEDIA
AESCULAPIUS
ASUHAN KEPERAWATAN
Perawatan Ulkus Dekubitus, Unik untuk Setiap Pasien Masing-masing pasien ulkus dekubitus memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga penting untuk mengetahui pengetahuan tentang perawatan yang tepat.
U
lkus dekubitus adalah kondisi yang sering ditemukan pada pasien dengan mobilitas terbatas, terutama pasien geriatri, yang ditandai dengan luka pada kulit atau jaringan dibawahnya akibat tekanan terus-menerus. Komponen utama perawatan ulkus dekubitus meliputi pengurangan tekanan pada kulit, pemilihan pembalut luka, debridemen jaringan nekrosis, pembersihan luka, dan pencegahan infeksi bakteri. Perawatan ulkus dekubitus perlu disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Berdasarkan National Pressure Ulcer Advisory Panel, terdapat empat tingkat keparahan ulkus dekubitus. Tingkat pertama ditandai dengan kulit yang utuh dengan kemerahan yang terlokalisasi. Tingkat kedua ditandai dengan hilangnya sebagian lapisan kulit disertai dengan pembentukan luka dangkal, abrasi, atau lecet. Bila seluruh lapisan ketebalan kulit menghilang dan terlihat lemak subkutan, maka ulkus termasuk tingkat tiga. Jika tampak tulang, tendon, atau otot, maka ulkus dikategorikan sebagai tingkat empat. Pada tingkat tiga dan empat dapat pula ditemukan slough luka (jaringan nekrotik) atau eschar (jaringan parut). Jenis alat yang digunakan untuk mengurangi tekanan pada kulit ada dua, yaitu alat statis dan dinamis. Alat statis yang digunakan seperti foam, gel, dan matras. Namun, pada pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara independen dianjurkan memakai alat dinamis yang mengatur persebaran tekanan permukaan. Pemilihan pembalut luka juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Ulkus tingkat satu dan dua dapat menggunakan film transparan bersamaan dengan hidrogel atau hidrokoloid jika keadaan semakin parah. Hidrogel sendiri cocok digunakan untuk luka yang terinfeksi dengan eksudat ringan, sedangkan alginat dan foam merupakan absorban yang baik dan digunakan untuk ulkus dengan eksudat moderat sampai berat. Pada awal pemasangan dan setiap penggantian pembalut luka, ulkus dibersihkan
MEDIA AESCULAPIUS
dengan cairan normal saline dalam suntikan 35 mL dan angiokateter 19 Gauge. Pada ulkus dekubitus tingkat tiga dan empat, jaringan nekrosis dibersihkan (debridemen). Teknik debridemen disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Debridemen tajam dengan skapel atau gunting steril dilakukan jika terdapat infeksi atau untuk membersihkan eschar yang tebal, sedangkan debridemen mekanik, enzimatik, atau autolitik dapat digunakan untuk pasien jangka panjang. Antibiotik hanya diberikan jika pasien memiliki infeksi. Jika infeksi bersifat lokal, maka antibiotik topikal, seperti krim silver sulfadiazine diberikan pada pasien. Jika tidak ada perbaikan setelah 14 sampai 21 hari, maka dilakukan kultur jaringan. Antibiotik topikal juga diberikan pada ulkus tanpa selulitis yang tidak membaik setelah 14 hari perawatan. Antibiotik sistemik baru diberikan jika pasien mengalami infeksi sistemik. Beberapa komponen perawatan lainnya diberikan sesuai dengan kondisi pasien, seperti pemasangan kateter urine atau rectal tube untuk mencegah infeksi bakteri. Untuk pasien dengan ulkus tingkat tiga atau empat yang tidak membaik setelah perawatan yang optimal, prosedur operasi dapat dipertimbangkan. salmakyana
bagus/MA
Pelindung: Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis M. Met. (Rektor UI), Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) (Dekan FKUI) Penasihat: Prof. Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. (Direktur Kemahasiswaan UI), dr. Ahmad Fuady, MSc (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius
Pemimpin Umum: Indra Wicaksono. PSDM: Berli Kusuma, Dwitya Wilasarti, Annisaa Yuneva, Ferry Liwang, Laksmi Bestari, Aditya Indra Pratama. Pemimpin Produksi: Zharifah Fauziyyah. Wakil Pemimpin Produksi: Kartika Laksmi, Dhiya Farah Tata Letak dan Cetak: Vanya Utami Tedhy. Ilustrasi dan Fotografi: Aditya Indra Pratama. Website: Selvi Nafisa Shahab, Andrew John WS. Staf Produksi: Hafizh Ahmad Boenjamin, Stephanie Wijaya, Inda Tasha Bastaman, Andreas Michael S, Muhammad Reza Prabowo, Edo Rezaprasga, Meivita Sarah Devianti, Annisaa Yuneva, Arief Dimas Dwiputro, Karin Nadia Utami, Eiko Bulan Matiur, Rosyid Mawardi, Selvi Nafisa Shahab, Andrew John, Aditya Indra, Nobian Andre, Vanya Utami Tedhy, Zharifah Fauziyyah, Dhiya Farah, Kartika Laksmi, Herlien Widjaja, Gabriella Juli Lonardy, Anyta Pinasthika, Robby Hertanto, Dinarda Ulf Nadobudskaya, Fatira Ratri Audita, Dinda Nisapratama. Pemimpin Redaksi: Patria Wardana Yuswar. Wakil Pemimpin Redaksi: Sukma Susilawati. Redaktur Senior: Amajida Fadia Ratnasari, Paulina Livia Tandijono Ade Irma Malyana Artha, Zatuilla Zahra Meutia, Herdanti Rahma Putri, Halida Umi Balkis, Nadim Marchian Tedyanto, Tiara Kemala Sari. Redaktur Desk Headline: Ferry Liwang. Redaktur Desk Klinik: Edwin Wijaya. Redaktur Desk Ilmiah Populer: Andy William. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Elva Kumalasari. Redaktur Desk Liputan: Nadia Zahratus Sholihat. Reporter Senior: Arief Kurniawan, Jusica Putri, Nabila Aljufri, Alima Mawar Tasnima, Berli Kusuma, Juniarto Jaya Pangestu. Reporter Senior: Fidinny Hamid, Rusfanisa, Yasmina Zahra Syadza. Reporter: Hiradipta Ardining, Irma Annisa Priyadi, JIhaan Hafirain, Jimmy Oi Santoso, Raditya Dewangga, Rifka Fadhilah, Shierly Novitawati, Tommy Toar Huberto. Pemimpin Direksi: Hardya Gustada. Finansial: Wilton Wylie Iskandar, Diadra Annisa Setio Utami, Damar Upahita, Indra Wicaksono, Fatimah Sania, Fahmi Kurniawan, Nurul Istianah, Faya Nuralda Sitompul, Jevi Septyani Latief, Heriyanti Khiputra, Tania Graciana. Sirkulasi dan Promosi: Catharina Nenobais, Anita Tiffany, Teguh Hopkop, Febrine Rahmalia, Ryan Reinardi Wijaya, Dyah Ayu, Novtasari Suryaning Jati, Rahma Maulidina Sari, Aisyha Aminy Maulidina. Buku: Indah Lestari, Fildzah Hilyati, Elvina J. Yunasan, Apri Haryono Hafid, Fadhli Waznan, Tiroy Junita. Alamat : Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: redaksima@yahoo.co.id, Rek. 6691592 BNI Capem UI Depok website: beranisehat.com Alamat Redaksi/Sirkulasi : Media Aesculapius PO BOX 4201, Jakarta 10042, Harga Langganan: Rp 18.000,00 per enam edisi gratis satu edisi (untuk seluruh wilayah Indonesia, ditambah biaya kirim Rp. 5.000,00 untuk luar Jawa), foto kopi bukti pembayaran wesel pos atau foto kopi bukti transfer via BNI dapat dikirim ke alamat sirkulasi. MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan penulisan ke redaksima@yahoo.co.id dan kami akan mengirimkan spesifikasi rubrik yang Anda minati.
Kirimkan kritik dan saran Anda:
redaksima@yahoo.co.id
Website Media Aesculapius
beranisehat.com
Dapatkan info terbaru kami: @SKMAesculapius
MEDIA
AESCULAPIUS
KLINIK
JULI
JULI-AGUSTUS 2016
3
KONSULTASI
Kehamilan Tetap Sehat Meski Disertai Obesitas Seorang pasien, Ny. LL 34 tahun G2P1A0 H 32 minggu dengan obesitas (IMT 30). Pasien sering mengonsumsi cokelat dan fast food, nafsu makan meningkat, tidak ada keluhan selama kehamilannya, serta tidak ada riwayat obesitas dalam keluarga. Pertanyaan saya: 1. Selain mengurangi konsumsi cokelat dan fast food, edukasi nutrisi apa yang penting untuk disampaikan? 2. Pada pasien tersebut, apakah dapat dilakukan asuhan persalinan normal pervagina atau harus melalui operasi sesar perabdominal? Apa risiko komplikasi pada persalinan tersebut? Dr. TKS di Jakarta
S
aat ini, kehamilan dengan obesitas dianggap kehamilan yang berisiko tinggi. Kondisi tersebut dapat meningkatkan berbagai risiko komplikasi yang dapat membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya. Risiko pada ibu antara lain diabetes melitus gestasional, preeklampsia, persalinan preterm, ketuban pecah dini, plasenta previa, dan solusio plasenta. Sementara itu, janin dapat mengalami makrosomia, gangguan pertumbuhan, serta kelainan kongenital. Untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, penanganan yang paling tepat adalah perubahan gaya hidup dengan cara pengaturan asupan nutrisi. Pengaturan Nutrisi Kenaikan berat badan pada pasien dengan obesitas sebenarnya cukup 5 - 9 kg
selama kehamilan sebab jumlah kenaikan tersebut sudah cukup untuk mendukung pertumbuhan janin. Sementara itu, rata–rata ibu hamil hanya membutuhkan kalori setara dengan 25 kkal/kgBB ideal dengan tambahan 300 kalori/hari selama kehamilan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, ibu hamil perlu sebanyak 1 – 2 gram/kgBB. Pada ibu hamil dengan obesitas, penambahan berat badan selama kehamilan perlu dicermati. Apabila penambahannya telah mencapai 5-9 kg, maka berat badan tersebut harus dipertahankan agar tidak melampaui batas tersebut. Caranya adalah dengan mengonsumsi asupan gizi yang seimbang. Oleh karena itu, demi menjaga penambahan berat badan tersebut, pasien perlu diberikan edukasi nutrisi. Makanan seperti
Narasumber: Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K) Ketua Program Studi Dokter Spesialis Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
cokelat dan fast food harus dihindari karena mengandung kadar kalori dan lemak yang tinggi.Perihal nutrisi pada kehamilan dengan obesitas sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, jika diperlukan, pasien dapat dikonsultasikan kepada dokter spesialis gizi klinik. Dengan begitu, dapat dilakukan restriksi kalori dan lemak yang tepat pada pasien tersebut tanpa menimbulkan efek samping pada ibu dan bayi. Persalinan Secara umum, persalinan pada pasien hamil dengan obesitas memiliki risiko terjadinya gawat janin, distosia bahu ataupun partus lama. Selain itu, risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan pun meningkat. Meningkatnya berbagai risiko persalinan tersebut mendorong terjadinya peningkatan seksio sesaria pada ibu hamil dengan IMT yang lebih dari 30. Meskipun begitu, pada dasarnya, pengambilan keputusan antara persalinan pervagina atau perabdominal tidak dinilai berdasarkan masalah obesitas yang dialami pasien. Hal yang perlu diperhatikan melainkan adalah indikasi obstetrinya. Apabila tidak dijumpai indikasi obstetri, maka pasien dapat bagus/MA menjalani persalinan normal,
yaitu pervagina. Hal ini berbeda dengan kasus obesitas morbid, yaitu ibu hamil dengan IMT ≼ 40. Pada kondisi ini, persalinan normal memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya ruptur uteri dan perlukaan janin. Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa pada kehamilan dengan obesitas morbid, persalinan perabdominal pun memiliki risiko morbiditas pada ibu yang lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil dengan IMT normal. Hal ini disebabkan oleh adanya kesulitan pada proses anestesi dan operasi. Oleh karena itu, pada kondisi ini, perlu dibahas secara cermat manfaat dan risiko persalinan perabdominal. Akhir kata, memiliki kehamilan yang sehat bukan merupakan hal yang tidak mungkin bagi ibu hamil disertai obesitas. Hal ini dapat ditempuh dengan cara membangun motivasi pasien untuk memperbaiki pola makannya demi keselamatan ibu dan janin. Selain itu, dokter juga dapat menambahkan edukasi tentang aktivitas fisik yang sesuai untuk kehamilan dengan obesitas. Harapannya adalah IMT pasien dapat mencapai batas normal secara alami. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah meyakinkan pasien untuk terus berkonsultasi secara rutin agar IMT dan kondisi kehamilannya dapat terpantau dengan baik. farah Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke redaksima@yahoo.co.id. Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya.
TIPS DAN TRIK
Terampil Kenali Penyakit Lewat Lempar Tangkap Suara Penyakit arteri perifer semakin marak ditemui mengingat semakin banyaknya penderita penyakit tidak menular, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
P
enyakit arteri perifer (PAP) adalah gangguan pembuluh darah oleh adanya penumpukan kolesterol, kalsium, jaringan fibrosa, atau komponen darah lain sebagai plak sehingga dinding vaskular mengeras dan lumen menyempit. Salah satu cara menentukan adanya PAP adalah menghitung ankle brachial index (ABI). Metode ini memanfaatkan prinsip kerja Doppler, yaitu gelombang suara yang ditembakkan dan ditangkap kembali pantulannya dengan sebuah alat khusus. Pengukuran ABI tidak invasif serta memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi. Sebelum melakukan prosedur, pasien diharapkan tidak merokok dalam waktu dekat. Jelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan, tujuan prosedur, dan tanyakan apakah pasien bersedia menjalaninya. Minta pasien beristirahat selama 10-20 menit. Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring telentang di atas kasur datar. Oleh karena prosedur dikerjakan di bagian lengan dan pergelangan kaki, pasien harus menyingsingkan lengan baju atau membuka kaos kaki. Direkomendasikan untuk melakukan pengukuran secara sistematis dimulai dari lengan kanan menuju kaki kanan, kaki kiri, dan lengan kiri. Pasang manset di lengan (2-3 cm proksimal dari fossa kubiti) dengan
posisi lengan setinggi dada. Raba pulsasi arteri brakhialis dan oleskan gel tepat di atasnya. Posisikan instrumen Doppler di atas area tersebut untuk mencari pulsasi terkuat dan tahan pada posisi tersebut. Kembangkan manset hingga sinyal Doppler menghilang dan pompa kembali hingga tekanan 20 mmHg lebih tinggi. Turunkan tekanan manset sekitar 1 mmHg/detik. Tekanan saat pulsasi muncul kembali untuk pertama kalinya dinyatakan sebagai tekanan sistol lengan tersebut. Pada kaki, arteri yang diukur adalah arteri dorsalis pedis atau tibialis posterior. Manset dipasang tepat 2-3 cm proksimal dari maleolus. Raba pulsasi dan oleskan gel tepat di atasnya. Dengan cara yang sama, cari pulsasi terkuat melalui instrumen Doppler, kembangkan manset, dan tentukan tekanan sistol pada arteri tersebut. Untuk tekanan lengan dan kaki, ambil nilai tertinggi tekanan sistol kiri atau kanan. Penghitungan ABI dilakukan bergantian untuk bagian kanan dan kiri dengan cara membagi tekanan sistol masing-masing kaki dengan tekanan brakhialis (ABI kanan dan ABI kiri). Nyatakan hasil perhitungan hingga dua angka desimal. Pada orang normal, nilai ABI berada pada rentang 1,0-1,4. Jika nilai kurang dari
0,9, maka perlu dicurigai bahwa pasien mengalami PAP. Di lain pihak, nilai di atas 1,4 menunjukkan kemungkinan kalsifikasi berkaitan dengan penyakit terdahulu, seperti diabetes mellitus (DM), sebab arteri kehilangan elastisitas ketika terkompresi oleh manset. veronika
PENAWARAN JASA Media Aesculapius selalu setia membantu Anda dalam hal jurnalistik dan sastra. Kami menyediakan jasa: 1.
2.
3.
Terjemahan Kami menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris/Inggris-Indonesia untuk jurnal dan textbook. Harga disesuaikan dengan materi dan waktu pengerjaan. Info lebih lanjut, hubungi: Koe Stella (081282411321)
Media partner
Ingin acara Anda terpublikasi secara luas? Kami menyediakan jasa media partner untuk acara Anda. Info lebih lanjut, hubungi: Aisyah Aminy M. (08111813801) Ingin punya KSK IVmu sendiri? Dapatkan KSK IV di toko buku kesayangan Anda! Harga KSK IV (2 jilid): Rp 240.000,00* *harga tergantung masing-masing toko buku
Info lebih lanjut, hubungi: TIroy Junita (081283671059)
arlin/MA
42
JULI-AGUSTUS 2016
Ilmiah Populer
MEDIA
AESCULAPIUS
KESMAS
Anak Pendek, Masa Depan Indonesia Pendek erawakan pendek pada anak atau childhood stunting adalah kondisi tinggi badan di bawah rentang normal (nilai median) ketika diplot pada kurva pertumbuhan. Dalam konteks ini, usia yang menjadi perhatian yaitu di bawah lima tahun. Anak dikatakan berperawakan pendek jika tinggi badan berada pada rentang Z score ≥ -3 hingga Z score < -2 dan sangat pendek jika berada di Z score < -3. Childhood stunting mendapat perhatian negara sebagai salah satu masalah kesehatan jangka panjang. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Kementerian Kesehatan RI memasukkan stunting sebagai salah satu indikator peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Target rencana jangka panjang ini adalah penurunan angka stunting dari 32,9% ke 28% bagi anak usia di bawah dua tahun. Angka stunting di Indonesia diperkirakan mencapai 37,2% berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Persentase tersebut terdiri atas 19,2% perawakan pendek dan 18% perawakan sangat pendek. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan persentase stunting tertinggi, yaitu sekitar 50%, diikuti oleh Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan ketentuan
INFO OBAT
WHO, 14 provinsi, termasuk ketiga provinsi tertinggi tersebut dikatakan bermasalah serius karena prevalensinya >40%. Dengan demikian, meskipun prevalensi menurun dibandingkan 2007 dan 2010, penyelesaian masalah ini tidak boleh tertunda. Stunting merupakan permasalahan jangka panjang dan berkelanjutan. Anak dengan gizi kurang hingga buruk atau permasalahan selama kehamilan, seperti anemia pada ibu hamil, membuat tumbuh kembang anak tidak maksimal. Jika tidak ditangani hingga usia 2 tahun, kecepatan tumbuh kembang tidak dapat meningkat hingga mencapai batas normal kembali. Anak ini yang kemudian menjadi calon ibu kemungkinan mengalami masalah sama ketika hamil dan melahirkan
bayi dengan kondisi sama jika tidak dilakukan intervensi secara benar. Penyebab masalah ini tidak hanya gizi yang tidak memadai, tetapi juga sanitasi, air, dan perilaku hidup bersih. Rendahnya kualitas ketiga hal tersebut meningkatkan kejadian kesakitan anak. Sebagai contohnya di India, sanitasi buruk menjadi penyebab diare anak dan infeksi lainnya. Akibat anak sering sakit, tumbuh kembangnya pun menjadi terhambat. Meskipun prevalensi stunting masih cukup besar di Indonesia, perbaikan belum banyak dilakukan. Contohnya adalah masih banyaknya lingkungan kumuh di kota-kota besar dan kurangnya perhatian terhadap Arlin/MA
P
Berapa rata-rata tinggi badan orang Indonesia? Bolehkah orang tua tenang ketika kebanyakan anak lain di sekitar juga memiliki tinggi yang sama? fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Salah satu penyebab terbesar stunting seperti yang sudah disebutkan sebelumnya adalah karena kurangnya gizi. Padahal gizi yang tidak memadai juga akan berdampak pada perkembangan otak dan mental terhambat, kemampuan belajar, kualitas berkarya, bahkan tingkat ekonomi yang rendah. Dokter menjadi salah satu lini pertama penanggulangan masalah ini. Para dokter di daerah-daerah dengan prevalensi stunting tinggi harus lebih kritis dalam mendeteksi tanda-tanda dan kemungkinan permasalahan gizi penyerta tidak hanya melalui anamnesis, tetapi juga peninjauan ke lingkungan sekitar secara langsung. Masyarakat di daerah masih banyak yang tidak memahami cara hidup sehat atau justru merasa nyaman dengan kebiasaan yang salah. Edukasi dapat menjadi alat ampuh meningkatkan kesadaran akan stunting, terutama sebelum hambatan tumbuh kembang tersebut bersifat permanen pada anak. Pemetaan prevalensi stunting beserta faktor-faktor penyebabnya harus digalakkan mengingat masih kurangnya pendataan kesehatan secara akurat. Bagaimana anak sebagai masa depan bangsa berkarya dan berinovasi bila tumbuh kembang tidak berjalan optimal veronika
Mengenal Si ‘Obat Kuat’: Sildenafil Sebagai salah satu obat yang paling sering digunakan oleh pria, sudahkah kita mengenalnya?
H
ampir semua orang pernah mendengar obat sildenafil (Viagra), atau yang seringkali disebut ‘obat kuat’. Obat ini dijual bebas, bahkan sudah bertebaran toko-toko yang menjual sildenafil di pinggir jalan dan internet. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa sildenafil merupakan bagian dari kelompok obat phosphodiesterase-5 (PDE5) inhibitor yang dibutuhkan oleh pria pengidap disfungsi ereksi atau impotensi. Selain sildenafil, obat PDE5 inhibitor lainnya contohnya valdenafil (Levitra), tadafil (Cialis), dan avanafil (Stendra). Walaupun terdapat perbedaan dosis, awitan dan durasi efek terapi pada masing-masing obat, semuanya memiliki efektivitas yang kurang lebih sama, sehingga tidak ada satu obat yang dianggap superior dibandingkan yang lain. Namun, data menunjukkan bahwa sildenafil masih mendominasi pasar dan merupakan obat yang paling terkenal di masyarakat dibandingkan PDE5 inhibitor lainnya. Mekanisme kerja sildenafil adalah dengan menginhibisi PDE5, yang merupakan sebuah enzim pada korpus kavernosum di dalam penis pria. Saat pria terangsang secara seksual, ujung saraf dan sel endotel pada korpus kavernosum akan mengeluarkan nitrit oksida (NO). NO akan mengaktivasi jalur sinyal pada sel, yakni guanilat siklase yang akan mengubah guanosin trifosfat (GTP) menjadi siklik guanosin monofosfat (cGMP). Dengan akumulasi cGMP, otot halus pada korpus kavernosum akan berelaksasi, sehingga aliran darah semakin banyak menuju penis. Fungsi dari enzim PDE5 adalah untuk mendegradasi cGMP menjadi 5’-GMP sehingga relaksasi otot halus lama kelamaan akan berhenti. Sildenafil sebagai inhibitor PDE5 dapat mencegah degradasi
mg sampai 100 mg, tetapi dosis yang direkomendasikan adalah 50 mg. Obat ini dikonsumsi saat dibutuhkan saja, sekitar satu jam sebelum aktivitas seksual. Namun, dapat juga dikonsumsi setengah jam sampai empat jam sebelumnya. Sebagaimana obatobat lainnya, sildenafil memiliki efek samping yang dapat muncul, terutama saat dikonsumsi dengan dosis meutia/MA tinggi. Studi telah membuktikan bahwa efek samping dari cGMP tersebut sehingga efek NO dapat sildenafil hanyalah sementara dan ringan. diperpanjang. Dengan demikian, durasi Efek samping tersebut diantaranya adalah ereksi pun semakin lama. sakit kepala, kulit wajah memerah, gangguan Sildenafil merupakan obat yang cepat lambung, hidung tersumbat, infeksi saluran diserap, dengan volume distribusi 105 liter. kemih, gangguan pada penglihatan, diare, Konsentrasi plasma maksimum ditemukan dan kemerahan pada kulit. setelah 30 sampai 120 menit konsumsi pada Meningkatnya konsentrasi plasma keadaan puasa, namun berkurang secara sildenafil dapat menaikkan efektivitas obat signifikan setelah mengkonsumsi makanan namun juga meningkatkan kemungkinan tinggi lemak. Dengan demikian, disarankan terjadinya efek samping yang tidak agar sildenafil dikonsumsi 2 jam sebelum diinginkan, dengan demikian, pasien perlu makan dan tidak mengkonsumsi makanan memperhatikan apakah ia memiliki kondisi berlemak sebelumnya. Dalam darah, 96% yang meningkatkan konsentrasi plasma sildenafil dan metabolitnya akan berikatan sildenafil, seperti umur diatas 65 tahun, dengan protein plasma. Proses metabolisme penggunaan inhibitor enzim CYP450 dan sildenafil bergantung pada metabolisme CYP3A4 (ketokonazol dan itrakonazol), hepar dengan CYP3A4 dan CYP2C9, yang insufiensi hepar (sirosis), dan gangguan menghasilkan N-dysmethyl sebagai metabolit fungsi ginjal berat. Di samping itu, pasien utamanya. Setelah dimetabolisme oleh hepar, dengan penyakit kardiovaskular juga sildenafil dan metabolitnya di eliminasi direkomendasikan untuk tidak mengonsumsi melalui feses (80%) dan urine (13%). sildenafil karena efek vasodilator dari obat Setiap harinya, pasien dapat tersebut. Pengguna nitrat organik juga mengonsumsi tablet sildenafil antara 25 dikontraindikasikan untuk mengonsumsi
sildenafil karena dapat menyebabkan hipotensi. Kontraindikasi juga berlaku bagi pasien dengan hipersentivitas terhadap komponen tablet sildenafil. Sildenafil dan PDE5 inhibitor lainnya dianggap sebagai lini pertama pengobatan impotensi dikarenakan keefektivitasannya yang tinggi, keamanannya, dan kemudahan dalam mengkonsumsinya. Sayangnya, saking mudahnya sildenafil dijangkau oleh konsumen, tidak sedikit yang menggunakannya secara sembarangan. Dengan demikian, pekerja kesehatan perlu mengedukasi cara mengonsumsi sildenafil yang benar sehingga terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan dan mendapatkan hasil yang maksimal. salmakyana
Nama generik Nama dagang Indikasi
: Sildenafil : Viagra : Disfungsi ereksi atau impotensi Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap komponen tablet sildenafil, pasien penyakit kardiovaskular, mengidap insufisiensi ginjal, pasien penyakit ginjal berat, serta pengguna inhibitor enzim CYP450 dan CYP 3A4 Cara pemberian : Oral Sediaan : Tablet Dosis : 25 - 100 mg, direkomendasikan 50 mg
MEDIA
Ilmiah Populer
AESCULAPIUS
IPTEK
JULI
JULI-AGUSTUS 2016
5
Sofosbuvir: Harapan Baru Untuk Penderita Hepatitis C? Sofosbuvir menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan terapi infeksi HCV lainnya
P
enyakit Hepatitis C yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C (HCV), saat ini menginfeksi lebih dari 170 juta orang di seluruh dunia dan 350.000 jiwa meninggal setiap tahunnya. Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk HCV. Satusatunya cara mencegahnya, yaitu dengan menghindari penggunaan jarum suntik yang sama dengan orang yang telah terinfeksi. Saat ini, standar terapi untuk infeksi HCV meliputi, salah satu dari dua protease inhibitor (telaprevir atau boceprevir) selama 12-32 minggu, bersama dengan pegylated interferon alfa-2a (PEG-IFN-a) dan ribavirin selama 48 minggu. Sustained virological response (SVR) dari terapi di atas, yaitu tidak terdeteksinya RNA HCV di serum selama 24 minggu setelah terapi berakhir, berkisar 69-88% pada pasien yang belum diterapi sebelumnya dan 59-68% pada pasien yang sudah mendapat terapi sebelumnya. Peningkatan SVR berkaitan dengan penurunan laju terjadinya karsinoma hepatoseluler dan dekompensata hati, serta peningkatan tingkat kesembuhan dan keberlangsungan hidup. Adanya sejumlah populasi pasien infeksi HCV yang tidak sembuh dengan standar terapi saat ini, ditambah dengan pasien yang kontraindikasi dengan terapi tersebut, kepatuhan yang rendah, dan penghentian
terapi akibat efek samping, terutama yang dibandingkan dengan protease inhibitor diakibatkan oleh interferon, menimbulkan (dengan beberapa dosis harian) dan PEGmasalah baru. Hal ini mendorong banyak IFN (administrasi parenteral). Tidak ada peneliti untuk menemukan kombinasi perbedaan signifikan waktu paruh SOF pada regimen terapi yang baru dengan SVR yang pasien dengan atau tanpa gangguan hati. lebih tinggi dan durasi pengobatan yang Profilnya yang aman pada semua pasien, lebih singkat. Dikenalkan dan disetujuinya menunjukkan bahwa tidak diperlukan Sofosbuvir (SOF) pada Desember 2013 oleh FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat, menyebabkan tersedia, pertama kalinya rejimen antiviral HCV yang sangat efektif, ditoleransi dengan baik, dan non-interferon. SOF adalah inhibitor analog nukleotida MA ien/ HCV yang memediasi herl replikasi RNA virus. modifikasi dosis SOF merupakan prodrug atau interval pada pasien dengan gangguan yang setelah dikonsumsi, secara cepat hati sedang sampai berat. dikonversi dan lebih dari 90% bersirkulasi Untuk mencegah efek samping dari dalam bentuk sistemik aktif. SOF mempunyai interferon pada pemberian untuk pasien profil farmakokinetik yang baik, efektif infeksi HCV, baru-baru ini, banyak yang dikonsumsi secara oral sebagai dosis tunggal meresepkan kombinasi SOF dengan sehingga bisa meningkatkan kepatuhan
simeprevir. Studi fase 2 dari rejimen ini pada pasien infeksi HCV tipe 1 atau pada pasien dengan fibrosis atau sirosis lanjut, menunjukkan hasil SVR 91-94% setelah pemberian terapi selama 12 minggu. Guidelines terbaru dari American Associatiation for the Study of Liver Diseases juga merekomendasikan SOF dan simeprevir ± ribavirin untuk pasien infeksi HCV genotipe 1 yang tidak memenuhi syarat atau tidak toleran terhadap interferon. Sementara itu, pada pasien infeksi HCV genotipe 3, termasuk sebagian besar pasien yang sudah mengalami sirosis, kombinasi sofosbuvir, ribavirin, dan peginterferon selama 12 minggu menghasilkan SVR yang tinggi. Selain itu, kombinasi SOF dan ribavirin juga memberikan hasil SVR yang tinggi setelah terapi 12 minggu pada pasien koinfeksi HIV dan HCV genotipe 1-4. Saat ini, sofosbuvir merupakan terapi yang menjanjikan pada infeksi HCV dengan menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan terapi lainnya yang ada, khususnya pada pasien penyakit hati dekompensata dan pasien yang tidak toleransi terhadap interferon. Obat ini efektif melawan HCV genotipe 1-4, mempunyai profil keamanan yang lebih baik, dan risiko perkembangan resistensi yang rendah. abdi
ADVERTORIAL
AspireAssist®, Cara Baru Tuntaskan Obesitas Mengaspirasi sepertiga konten lambung, penurunan indeks massa tubuh penderita obesitas semakin mudah dilakukan.
O
besitas telah lama menjadi masalah kesehatan di berbagai negara, terutama negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia. Status negara berkembang yang disandang oleh Indonesia tidak mencegahnya untuk turut memiliki masalah yang sama ini. Bahkan, berdasarkan artikel yang dirilis oleh situs Kementerian Kesehatan RI pada 2015 lalu, prevalensi obesitas di Indonesia telah melewati persentil dua puluh. Besarnya jumlah penderita obesitas ini, ditambah dengan kesulitan dalam menanganinya, mendorong berbagai perusahaan kesehatan untuk mengembangkan alat-alat yang dapat digunakan untuk menangani obesitas. Pada 14 Juni 2014, Food and Drug Administration (FDA) meresmikan satu lagi izinnya untuk AspireAssist®, perangkat penanganan obesitas yang menggunakan prinsip aspirasi. Melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung, AspireAssist® mengurangi 30% dari jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penggunanya. Dengan kata lain, perangkat ini menangani masalah obesitas melalui kontrol asupan nutrisi sehari-hari. Prinsip aspirasi yang diterapkan oleh AspireAssist® merupakan hal yang menjadi pembeda dengan kelima perangkat penanganan obesitas lainnya yang telah diizinkan oleh FDA sebelumnya. Pada tahun 2007, FDA mengizinkan perangkat yang pertama: The Realize Band®. Perangkat
ini, disusul oleh Lap Band® (2011) dengan prinsip serupa, bekerja dengan cara memperkecil radius lambung untuk membatasi jumlah makanan yang masuk. Selanjutnya pada tahun 2015 muncul dua konsep berbeda yaitu penggunaan balon intragastrik (ReShape®, Orbera®) dan modulasi A saraf otonom i/M Dew lokal (The Maestro®). Jika disandingkan dengan perangkat penanganan obesitas lainnya, AspireAssist® ini tergolong sederhana. Komponen utamanya berupa selang penghubung antara lambung dan permukaan abdomen bagian luar yang akan mengalirkan 30% makanan ke luar tubuh
sebelum dicerna. Di sisi luarnya, selang tersebut terhubung dengan portal yang dapat dibuka ketika penggunanya siap untuk membuang sepertiga makanan tersebut di toilet. Pengaliran makanan akan dimulai ketika portal dihubungkan dengan suatu komponen terpisah, berupa selang dan sistem sederhana, yang menyebabkan terjadinya aspirasi. Keunggulan dari perangkat anyar ini adalah kemudahannya, baik saat instalasi pertama kali, penggunaannya sehari-hari, maupun saat removal. Untuk memasang selang yang menghubungkan rongga lambung dengan luar tubuh tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit tanpa anestesi total. Begitupun saat removal, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 10 menit. Namun, disamping kemudahan-kemudahan tersebut, perangkat ini terbilang menuntut
kesabaran sebab akan mengubah kebiasaan penggunanya. Dalam mengunyah, pengguna harus melakukan secara perlahan hingga makanan menjadi halus untuk menghindari terjadinya sumbatan pada selang. Selain itu, dalam melakukan pengaliran, waktu harus diperhitungkan, yaitu 20-30 menit setelah makan. Di samping mencegah terbentuknya sumbatan, jeda waktu ini diperlukan agar 30% makanan dapat dialirkan sebelum terjadi absorbsi. Proses pengalirannya pun membutuhkan waktu 5-10 menit. Tidak semua pasien obesitas dianjurkan untuk menggunakan perangkat ini, melainkan pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) sebesar 35-55 kg/m2. Selain itu, penderita harus minimal berusia 22 tahun dan gagal dalam terapi pengurangan berat badan nonbedah. Perangkat ini juga tidak dimaksudkan untuk digunakan secara permanen sebab tujuannya adalah membantu mengurangi berat badan sembari penggunanya memperbaiki gaya hidup, terutama pola makan. Oleh karena itu, pengguna AspireAssist® diharuskan untuk kontrol secara rutin. Meski sudah sudah tersebar cukup luas, yaitu di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Uni Emirat Arab, Turki, dan negara-negara lain, AspireAssist® belum dapat ditemukan di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang menaruh minat nampaknya perlu bersabar atau berupaya lebih untuk mendapatkannya. vidiast
62
OPINI & HUMANIORA
JULI-AGUSTUS 2016
MEDIA
AESCULAPIUS
SUARA MAHASISWA
Kastrasi: Tinjauan Medis dan Bioetika Pelecehan seksual terhadap anak seakan tidak ada habisnya (karena di artikel tidak disinggung sama sekali, jadi sepertinya tidak perlu untuk menyebut kasus Yuyun di lead). Sekarang, Indonesia mau apa?
A
khir bulan Mei 2016, Indonesia gempar saat Presiden Joko Widodo menandatangani Perpu No.1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak karena Perpu ini memuat hukuman tambahan berupa kastrasi (kebiri). Kastrasi atau gonadektomi/orchidektomi merupakan tindakan untuk meniadakan fungsi testis. Kastrasi non-terapeutik dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pembedahan pengangkatan testis disertai dengan pemberian obat atau kastrasi kimiawi dengan cara menahan gairah seksual abnormal pada pelaku pelecehan seksual. Tetapi, apakah hukuman kastrasi kimiawi ini dapat diterima secara etis maupun sosial? Negara seperti Afrika Selatan menganggap kastrasi non-terapeutik sebagai tindakan yang melanggar hukum. Di lain pihak, negara-negara seperti Korea Selatan, Polandia, dan beberapa negara bagian Amerika Serikat telah memberlakukan hukuman kebiri. Hukum kebiri kimiawi tersebut mayoritas dijatuhkan pada pelaku pelecehan seksual anak. Di Indonesia, hukum kebiri disertai rehabilitasi dapat dijatuhkan pada pelaku pelecehan seksual berulang terhadap anak atau dengan korban lebih dari satu orang, dengan adanya luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau meninggal dunia. Sayangnya, hukum ini berada di ranah abu-abu antara hukuman dan pengobatan akibat tidak ada atau kurangnya informed consent penerima kastrasi
hormon testosteron kehilangan fungsinya sehingga terjadi penurunan gairah dan performa seksual. Subjek dapat mengalami depresi, mandul, anemia, gangguan metabolisme glukosa dan lemak, serta peningkatan risiko gangguan kardiovaskular. Selain itu, gejala seperti ginekomastia dapat terjadi akibat produksi estrogen oleh aromatisasi ekstraglandular dari androgen ketika kadar testosteron menurun. Gangguan pada tulang, seperti penipisan tulang, kifosis, dan penghambatan penutupan cakram epifisis juga dapat terjadi.
bagus/MA
sehingga menyebabkan masalah etika medis. Meskipun selama ini kastrasi kimiawi adalah bagian dari psikiatri forensik, tindakan tidak dapat diterima secara sosial maupun etis karena obat yang digunakan memiliki potensi tinggi mengubah sifat dan memiliki efek jangka panjang, bahkan kematian. Dampak kebiri kimiawi Kebiri kimiawi memiliki keunggulan dibandingkan tindakan pembedahan, yakni masih dapat melakukan hubungan seksual dan reversible, namun dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental jangka panjang. Saat dikebiri, testis yang menghasilkan
Bioetika Kebiri Prinsip dasar dalam teori bioetika adalah menghormati otonomi, kebaikan, tidak merugikan, dan keadilan. Dalam pelaksanaannya, sering terjadi konflik antar keempat prinsip dasar ini, tetapi sesuai dengan prima facie yang dihadapi masing-masing, prinsip tertentu dapat dibatasi atau digantikan oleh prinsip yang lebih penting bergantung situasi. Prinsip otonomi dapat dibatasi jika dianggap membahayakan masyarakat. Pengecualian prinsip tersebut berdampak pada pelaku pelecehan seksual untuk kasus tertentu dengan memprioritaskan keselamatan dan/atau kesehatan publik. Di lain pihak, pernyataan ini ditentang dengan kurangnya efikasi, durasi yang tidak menentu, dan tingkat keparahan efek samping sehingga kebiri kimiawi sebagai hukuman pidana dipandang tidak etis
Christian Ardianto Mahasiswa FK Universitas Atma Jaya dan sebaiknya tidak dilakukan. Prinsip kebaikan tidak dilanggar dalam kebiri secara sukarela sebagai metode terapi. Prinsip tidak merugikan tidak mendukung penggunaan jangka panjang dan memperbolehkan penggunaan rehabilitatif dari kebiri kimiawi. Penggunaan kastrasi kimiawi menurut prinsip keadilan terbatas hanya pada pelaku pelecehan seksual parafilia, sebagai terapi gangguan kejiwaan. Dengan demikian, penggunaan kastrasi kimiawi terkait masalah pidana sebaiknya dilakukan bukan sebagai hukuman, melainkan pengobatan. Kastrasi kimiawi yang tidak efektif untuk para penderita nonparafilia sebaiknya tidak dilakukan. Bila dilakukan, diperlukan panduan dan durasi tertentu untuk menghindari terjadinya efek samping jangka panjang. Tentunya akan lebih baik jika penderita parafilia secara sadar dan sukarela melakukan kastrasi kimiawi sebagai terapi. Di samping itu, penggunaan hukuman kastrasi di Indonesia perlu dikaji ulang oleh pemerintah dengan pertimbangan medis dan bioetika, bukan semata untuk menghukum dan memberikan efek jera. Pengkajian ulang ini melibatkan tenaga medis ahli, seperti psikiatri forensik dan etika biomedis sehingga dapat dihasilkan sistem hukum yang ideal.
KOLUM
Syukuri Hidup dengan Pikiran Positif
T
erkadang kita mendengar perkataan bijak yang rasanya mudah dikatakan, tetapi cukup sulit untuk diterapkan, masalah air bersih misalnya. Ada banyak sekali propaganda yang mengatakan bahwa kita harus menghemat air karena masih banyak daerah di dunia ini yang mengalami kekeringan. Akan tetapi tetap saja, kata-kata bijak yang terselip dalam propaganda-propaganda tidak membuat orang-orang untuk mendengar. Rasanya ingin sekali berkata â&#x20AC;&#x153;Kamu tidak akan tahu betapa berharganya sesuatu hingga kamu tak memilikinya lagiâ&#x20AC;? kepada orang-orang tersebut. Memang benar ternyata, bersyukur bukan perkara yang mudah. Ibuku memiliki keluarga yang sangat besar. Ada 10 orang anak dan 26 cucu yang dimiliki eyangku. Saat libur lebaran kemarin, semuanya datang untuk pulang kampung. Suatu hari, pompa air di rumah eyang terbakar hingga tak bisa digunakan lagi. Kami pun mengungsi ke rumah keluarga yang lain. Beberapa orang merasa tidak terlalu bermasalah jika tidak mandi di pagi hari. Masalah baru muncul saat menjelang sore setelah berpergian seharian. Semuanya ingin mandi. Bak mandi tinggal terisi sedikit, tetapi aliran air dari keran cukup kecil sehingga butuh waktu lama untuk memenuhi bak mandi hingga penuh, kamipun diminta untuk menghemat air. Bagitu giliranku masuk kamar mandi tiba, aku mengingat lagi saat di mana aku bisa mandi sesukaku. Itu adalah nikmat yang
Ternyata tak semudah yang orang-orang katakan
meutia/MA
sangat menyebalkan jika dicabut. Mudah saja untuk bersyukur apabila ada hal lain yang lebih buruk daripada kondisi yang kita alami. Yang sulit adalah bersyukur ketika kondisi yang dialami pun bukanlah hal yang menyenangkan, misalnya pada suatu
malam terjadi kemacetan panjang di Jakarta. Dalam kondisi seperti itu, rasanya tak ada yang bisa disyukuri karena kondisi idealnya adalah keadaan tanpa macet dan hal itu nyaris tak pernah terjadi di Jakarta. Akan tetapi jika diingat lagi, terdapat beberapa orang yang menikmati keindahan perkotaan dengan lampu-lampu di jalan. Bayangkan bahwa kita yang terjebak kemacetan itu merupakan bagian dari sisi indah perkotaan, yang apabila difoto dari ketinggian akan nampak instagram-able. Jika dilihat dari sisi itu, kemacetan menjadi suatu hal yang ternyata juga bisa disyukuri. Selain hal-hal terkait benda dan situasi, ada hal lain yang terkadang luput dari perhatian kita: waktu. Bahkan mungkin waktu merupakan hal yang begitu berharga dan paling besar dampaknya saat tak dimiliki lagi. Terdapat banyak hal lain terkait waktu yang bisa disyukuri, dari hal yang tampak kecil seperti datang ke kelas 5 menit sebelum pintu kelas dikunci atau sebelum daftar kehadiran diambil oleh dosen, ketika berhasil naik kereta tepat sebelum kereta jalan, atau saat mengetik â&#x20AC;&#x2DC;LINEâ&#x20AC;&#x2122; di kolom chat untuk undian THR yang diselenggarakan LINE Indonesia. Pada hal-hal sederhana seperti itu perbedaan menit hingga sepersekian detik dapat menjadi begitu berarti. Kehidupan mungkin merupakan hal paling serius yang terkait dengan waktu. Di saat banyak dari kita masih memiliki kesempatan untuk sedikit membuang waktu,
Hilda Nurmalihah Mahasiswa Tingkat III FKUI ada orang yang sedang meregang nyawa yang berusaha untuk menambah waktunya meski hanya sebentar. Di sisi orang itu mungkin ada sekumpulan orang yang pernah setengah mati berkejaran dengan waktu, lalu kini berharap mereka bisa memundurkan waktu kembali ke saat dimana semua masih baik-baik saja. Saat kita lelah bermacetmacetan di perkotaan, ada pula orang-orang yang hanya bisa melihatnya lewat media. Ada pula orang-orang di belahan dunia lain yang mendambakan sumber daya alam yang kini bisa nikmati meskipun masih tak luput dari masalah. Bersyukur membuat kehidupan ini tampak lebih baik dan menciptakan pemikiran yang lebih positif. Dengan pemikiran positif, mungkin kehidupan akan benar-benar menjadi lebih baik dan bukan hanya tampak lebih baik. Mungkin itu merupakan hal mudah dikatakan namun sulit untuk dilakukan, akan tetapi sulit bukan berarti mustahil. Tidak ada salahnya untuk mencoba.
MEDIA
Liputan
AESCULAPIUS
JULI
JULI-AGUSTUS 2016
7
SEPUTAR KITA
Gagal Jantung Akut: Kenali Cepat, Tangani Tepat Banyaknya jenis gagal jantung akut menuntut dokter lebih cermat dalam menegakkan diagnosis.
P
anitia Lulusan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PLD FKUI) 2016 bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) menyelenggarakan simposium The 8th Emergency in Daily Medical Practice (EIDCP) untuk menambah wawasan para dokter seputar kegawatdaruratan medis. Simposium yang digelar pada Sabtu, 16 Juli 2016 bertempat di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan, mengangkat kegawatdaruratan kardiovaskular sebagai salah satu topik pada rangkaian acara.Melalui presentasinya yang berjudul Heart Failure in Emergency, dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K), FIHA, FESC, FAPSIC, FSCAI menjelaskan pentingnya menegakkan diagnosis gagal jantung dengan tepat. “Demi tata laksana yang tepat, diagnosis gagal jantung harus secara spesifik ditegakkan,” ucap Isman. Pasalnya, gagal jantung memiliki beberapa turunan, menurut International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision (ICD-10), yang memiliki karakteristik dan kebutuhan tata laksana berbeda. Secara garis besar, gagal jantung terbagi menjadi dua: akut dan kronik. Gagal jantung akut seringkali menjelma menjadi kasus gawat darurat. Sebelum membahas berbagai macam gagal jantung akut, Isman memaparkan 3 syarat untuk mendiagnosis gagal jantung, yaitu adanya gejala, tanda,
dewi/MA
dan bukti, misalnya kardiomegali pada foto Rontgen atau peningkatan kadar NT-proBNP. Lantas, apa perbedaan gagal jantung akut dan kronik? Ketiga syarat di atas dapat ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik, tetapi kunci perbedaannya adalah progresivitanya. Pasien gagal jantung akut akan merasakan sesak napas berat, mengalami takikardia, dan peningkatan kadar NT-proBNP secara
INFO SPESIALISTIK
FKUI/RSCM Pencetak Spesialis Mikrobiologi Klinik Pertama di Indonesia
P
eningkatan kuman-kuman mikroba yang resisten akhir-akhir ini mulai menjadi permasalahan di dunia, termasuk Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, dokter spesialis mikrobiologi klinik adalah salah satu profesi yang dapat diandalkan. Seorang spesialis mikrobiologi klinik memiliki dasar kompetensi minimum dokter umum yang menguasai mikrobiologi kedokteran yang mencakup bakteriologi, virologi, mikologi, imunologi, kefarmasian dan farmakokinetik/ dinamik antimikroba, prinsip-prinsip pengelolaan infeksi, dan epidemiologi klinik. Departemen Medik Mikrobiologi Klinik FKUI/RSCM merupakan yang pertama sekali menyelenggarakan dewi/MA Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Mikrobiologi Klinik di Indonesia. “Spesialis Mikrobiologi Klinik yang akan bergelar Sp.MK saat ini sangat dibutuhkan di seluruh Indonesia, apalagi untuk kepentingan akreditasi rumah sakit jenjang tertentu yang minimal harus mempunyai dua Sp.MK,” ungkap dr. Fera Ibrahim, Sp.MK(K), M.Sc., Ph.D yang kini menjabat sebagai Ketua Departemen Medik Mikrobiologi Klinik FKUI/RSCM.
Pendaftaran PPDS Mikrobiologi Klinik FKUI/RSCM dibuka dua kali atau setiap semester. Jumlah yang diterima menjadi PPDS Mikrobiologi Klinik sangat bervariasi tiap semesternya, misalnya 1-7 dari 10 orang pendaftar. Untuk menjadi residen Mikrobiologi Klinik FKUI/RSCM, pendaftar harus lulus ujian seleksi tertulis SIMAK UI, TOEFL bahasa Inggris di PPB LBI UI Salemba dengan nilai minimal 500, uji psikotes di Departemen Psikiatri RSCM, dan wawancara dengan kepala departemen atau staf yang ditunjuk. Batas usia untuk mendaftar menjadi PPDS Mikrobiologi Klinik FKUI/RSCM adalah 35 tahun untuk program reguler, selebihnya pendaftar harus terdapat surat rekomendasi. “Pernah menjadi juara ilmiah dapat menjadi nilai tambah bagi pendaftar,” tutur Fera. Pendidikan spesialis mikrobiologi klinik terdiri atas enam semester ditambah penelitian. Di akhir masa studi, residen mikrobiologi klinik akan mengikuti ujian tesis dan ujian kasus. Selanjutnya peserta harus mengikuti ujian board untuk mendapatkan sertifikat kompetensi setelah mendapatkan gelar Sp.MK. abdi
tiba-tiba. “Terjadinya kenaikan functional class secara mendadak, misalnya dari kelas I menjadi kelas IV, itulah yang disebut akut,” jelas Isman menambahkan cara lain untuk mengenali gagal jantung akut. Oleh karena spektrum luas dan kebutuhan tata laksananya beragam, gagal jantung akut bukanlah diagnosis terminal yang tepat. Untuk membedakannya, terdapat dua profil hemodinamik yang mudah dapat
Perlukah Kebiri...
dijadikan petunjuk, sebab dokter hanya memerlukan tensimeter dan stetoskop: keadaan perfusi dan ada atau tidaknya kongesti. Dari kondisi hemodinamik itulah diagnosis dapat mulai diarahkan. Isman menyebutkan beberapa contoh profil hemodinamik yang dapat mengarahkan diagnosis. Syok kardiogenik memiliki ciri tekanan darah jauh di bawah normal disertai dengan ronki basah. Sebaliknya, ronki basah tanpa disertai tekanan darah di bawah normal dapat dicurigai sebagai Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) atau Acute Lung Oedema (ALO). ADHF dan ALO sendiri dapat dibedakan dari intensitas ronkinya, sebagaimana dituturkan oleh Isman, “Ronki basah yang kurang dari setengah lapang paru basal adalah ciri dari ADHF. Jika lebih dari itu, kemungkinan diagnosisnya adalah ALO.” Di penghujung sesi, Isman menekankan beberapa hal penting dalam penatalaksanaan. Pada kondisi syok kardiogenik, perbaikan perfusi harus didahulukan dari penanganan kongesti pada paru sehingga obat inotropik harus diberikan sebelum diuretik. Selain itu, pada gagal jantung akut yang disertai dengan ganguan ritme, misalnya fibrilasi atrium. Pada kasus tersebut, Isman dengan tegas mengatakan, “Jangan langsung memberikan diuretik! Irama asinus harus dibuat sinus terlebih dahulu dengan menggunakan digitalis.”vidiast
sambungan dari halaman 1
...antara guru dengan murid, dosen dengan mahasiswa, bahkan ayah dengan anak perempuan. Di samping upaya pencegahan dan penanganan kasus pemerkosaan, kehidupan sosial juga sangat mempengaruhi korban dimana korban banyak disalahkan karena berjalan sendiri di tempat gelap atau memakai baju terbuka. Budi juga menjelaskan bahwa seharusnya hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan tempat aman dan terang. Oleh karena itu, menurutnya hukuman kebiri tidak layak digunakan karena bertentangan dengan HAM serta diperlukan kerja sama dengan pemerintah dan ahli sosial untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi. Melihat berbagai penolakan yang ada, Maria menjelaskan bahwa KPAI selaku pihak pengusul pemberatan hukuman tambahan akan tetap mendukung diterapkannya perppu ini. Ke depannya, fungsi pengawasan akan terus dilakukan oleh KPAI untuk melihat efektivitas dari implementasi perppu yang baru ini dalam mengurangi kasus kejahatan seksual. “Kalau tidak efektif, kami akan katakan tidak efektif sehingga kami bisa mengusulkan kembali untuk revisi lebih baik,” terang Maria. claragunawan, camilla, phebeagultom
Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama: Pekerjaan: Alamat Lengkap (untuk pengiriman):
FORMULIR BERLANGGANAN
Telepon/HP: Email: memohon untuk dikirimi Surat Kabar Media Aesculapius selama kurun waktu (beri tanda silang): 1. Enam edisi (GRATIS 1 edisi): Rp18.000,00 2. Dua belas edisi (GRATIS 2 edisi): Rp36.000,00 Biaya kirim ke luar pulau Jawa Rp5.000,00 per enam edisi. Cara pembayaran: 1. Wesel pos ke Redaksi MA FKUI 2. Transfer ke rekening Media Aesculapius di BNI Capem UI Depok No. 0006691592 Mohon untuk menyertakan bukti pembayaran baik bukti transfer maupun fotokopi wesel pos dengan formulir berlangganan ke MA.
( ) Nama Lengkap
82
Liputan
JULI-AGUSTUS 2016
MEDIA
AESCULAPIUS
SEREMONIA
HANI 2016: Berantas Narkoba dimulai dari Generasi Muda
levina/MA
B
adan Narkotika Nasional (BNN) menggelar puncak peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2016 pada Minggu, 26 Juni 2016 di Lapangan Parkir Jalan Cengkeh, Kelurahan Tamansari, Kota Tua, Jakarta Barat. Acara yang bertema “Listen First: Listening to Children and Youth is the First Step to Help Them Grow Healthy and Safe” tersebut dihadiri Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Widodo. Konten acara di antaranya adalah pemberian penghargaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahguna dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) kepada aktivis antinarkoba dan pameran informasi bahaya narkoba yang dibuka untuk masyarakat umum. levina
SMANSA Memberi Seribu Berkah
itsna/MA
P
ada 1 Juli 2016, Ikatan Alumni SMAN 1 Pamekasan (IKA SMANSA) bekerja sama dengan puskesmas setempat mengadakan skrining kesehatan gratis di Desa Bulangan Haji, Pamekasan. Skrining kesehatan tersebut merupakan bagian dari acara Bedug SMANSA 2016 yang mengusung tema “Satu Langkah Seribu Berkah.” Selain mendapat penyuluhan dan skrining tanda vital, glukosa, dan asam urat, peserta juga berkesempatan memeriksakan diri dan mendapat obat gratis dari dokter puskesmas. itsna
SENGGANG
Kue Antisakit Gigi Ala Dokter Gigi
B
erawal dari hobi bereksperimen mencampur bahan-bahan makanan yang ada di kulkas rumah, drg. Inka Putri Dwitya Andrini, atau yang biasa disapa Inka, tidak menyangka bahwa saat ini ia mampu menjalankan sebuah bisnis kue yang sukses. Dokter gigi lulusan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) tersebut adalah pemilik Jimocakery, sebuah toko yang menyuguhkan berbagai macam kue yang tidak hanya cantik dan lezat, tetapi juga sehat dengan kadar gula yang rendah. Berbeda dari generasi muda saat ini yang menurut Inka cenderung mengikuti
Bingung mencari kue lezat tapi sehat? Dokter berikut memiliki jawabannya.
salmakyana/MA
tren di media sosial, Inka kemudian mencoba peruntungan dengan membuat Jimocakery. Menurutnya, dunia ini sudah sesak dengan manusia, dokter gigi pun sudah banyak. Agar sukses, anak muda harus punya kreativitas dan keunikan masing-masing. “Buatlah sesuatu yang nantinya nama kalian akan dikenang secara positif dan menyenangkan bagi khalayak. Seperti, Inka siapa? Dokter gigi yang menciptakan kue anti sakit gigi,” pesan Inka. Inka ingin mengubah stigma masyarakat bahwa makanan penutup yang manis selalu memiliki kadar gula yang tinggi dan berdampak negatif bagi kesehatan, seperti
menyebabkan obesitas dan karies gigi. Di sisi lain, inspirasi Inka membuat kue sehat berasal dari latar belakang diabetes di keluarganya. Bermodalkan motivasi mulia dan bekal dari sekolah kedokteran gigi itulah, Inka menciptakan berbagai jenis kue yang sehat dan tetap lezat yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga sebagai upaya mengampanyekan diet seimbang dan cara menjaga kadar gula darah kepada masyarakat luas. Dengan modal utama nekat dan pantang mundur, Jimocakery mulai berjualan secara online dengan berbagai media sosial, seperti instagram dan path. Menu yang ditawarkan Jimocakery pun variatif seperti kue kering, cupcakes, whoopie pie, choux, dan rhumball. Untuk mengatur kadar gula yang tidak terlalu tinggi, Jimocakery tidak menggunakan fondant pada produknya, karena fondant yang berlebihan dapat menimbulkan rasa manis berlebih dan lengket di gigi. Walaupun tanpa fondant sebagai ‘dandanan’ kue, Jimocakery memiliki strategi sendiri untuk mempercantik kuenya, bahkan dapat membuat lukisan di atas kue sesuai dengan pesanan pelanggan. Untuk Inka, hal yang paling menyenangkan selama menjalani bisnis Jimocakery adalah menyenangkan orang lain, terutama orang-orang kesayangan, yaitu keluarga. Ayahnya dengan sabar bersedia menyediakan peralatan memasak. Ibu Inka yang merupakan seorang dokter gigi juga selalu memberikan dukungan moral dan tidak pernah mengeluh anaknya
lebih sibuk berkutat dengan mikser daripada bor gigi. Kakak Inka yang merupakan ahli bisnis juga bersedia membantu pemasaran Jimocakery. Kesibukan pekerjaan di Jakarta dan penyediaan peralatan memasak di Bogor sangat menyita waktu Inka sebagai dokter gigi. Akan tetapi, bukannya mengeluh, Inka malah banyak memetik pelajaran membagi waktu dengan baik. “Tanpa strategi pengaturan waktu yang tepat, hidup bisa kacau balau,” terangnya. Besar harapan Inka kelak Jimocakery dapat melebarkan sayapnya hingga ke mancanegara. Berbagai kursus memasak senantiasa Inka tekuni demi menyempurnakan resep-resepnya. Namun, terlepas dari kesuksesan Jimocakery, yang terpenting adalah hobinya ini tidak menjadi beban pada profesi dokternya dan selalu mengasyikkan untuk dijalani. salmakyana Nama Gelar TTL
: Inka Putri Dwitya Andrini : Sarjana Kedokteran Gigi : Jakarta, 3 April 1991
Riwayat Penididkan: o TK Regina Pacis, Bogor o SD Regina Pacis, Bogor o SMP Regina Pacis, Bogor o SMA Regina Pacis, Bogor o FKG Prof. Dr. Moestopo