04/LVIIIJul-Agus2022|ISSN0216-4996 Surat Kabar Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970 Media Aesculapius PenggantiSekadarDaring:Konsultasi saat Pandemi? Penerapan Kelas Rawat atauStandar:InapUntungBuntung? Asam Mellitus?CegahVitaminFolat:untukDiabetes
MEDIA AESCULAPIUS1 Daftar Isi IsiDaftarHeadline Penerapan Kelas Rawat Inap Standar: Untung atau Buntung? 3 Asuhan Kesehatan Luka Bakar, Tangani dengan Benar 6 MA Info ADB pada Kehamilan: Cepat Tangani Sebelum Terlambat! 7 Seremonia Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Menyadarkan Melalui Data 8 Konsultasi Atasi Mata Merah dengan Langkah Tepat 9 Advertorial Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) 11 Kesmas Target Bebas HIV/AIDS 2030: Sanggupkah Tercapai? 12 Iptek Asam Folat: Vitamin untuk Cegah Diabetes Mellitus? 13 Kolom Umum Takhayul Kutukan Anak Kembar 14 Suara Mahasiswa Mewujudkan Eradikasi Demam Berdarah di Indonesia 15 Arbeb Konsultasi Daring: Sekadar Pengganti saat Pandemi? 16 Suka Duka Perjuangan Tak Hanya Sampai Gelar 17 Kabar Alumni Internship Semasa Pandemi 19 Seputar Kita Capai Penelitian Berkualitas melalui Langkah Sistematis 20 Senggang Olahraga, Teman Setia Pembangkit Semangat 21 Segar Mitologi Yunani dalam Kedokteran 22 Ilustrasi Sampul oleh Athira Marsya K. (MA)
Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI)
Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI)
AESCULAPIUSMEDIA
2MEDIA AESCULAPIUS Dari Kami Salam sejahtera untuk kita semua. Apa kabar, Pejuang Kesehatan di seluruh Nusantara? Merdeka, merdeka, merdeka. Semoga semangat bulan Kemerdekaan Indonesia ini menjadi bahan bakar bagi kita semua untuk senantiasa memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masayarakat Indonesia. Berjumpa lagi dengan Surat Kabar Media Aesculapius. Sudah dua tahun kami bertransformasi dalam bentuk digital dengan harapan dapat lebih mengikuti perkembangan zaman dan juga dapat hadir lebih dekat dengan pembaca. Dua tahun ini memang menjadi tahun yang menantang bagi kita semua, terombang-ambing di tengah ketidakpastian pandemi. Tetap saja, berbagai tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap menyebarkan informasi dan justru menjadi dorongan untuk melakukan inovasi.
Tentu semua Pembaca setuju kalau asam folat memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti dalam pembentukan sel darah merah dan untuk mencegah komplikasi berupa neural tube defect pada ibu hamil. Akan tetapi, baru-baru ini, ditemukan manfaat lain dari konsumsi mikronutrien tersebut. Artikel berjudul “Asam Folat: Vitamin untuk Cegah Diabetes Melitus?” pada rubrik Iptek mengupas mengenai mekanisme kerja dan buktibukti penelitian terbaru seputar asam folat dalam pengobatan DM.
Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius
Sudah mendengar kabar terbaru mengenai peleburan kelas rawat inap oleh BPJS Kesehatan? Apa saja pertimbangan BPJS Kesehatan dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut? Sebagai pengguna jasa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bagaimana masyarakat menanggapi perubahan sistem pelayanan kesehatan ini? Dapatkah kebijakan ini membantu Indonesia dalam mewujudkan Universal Health Coverage? Temukan jawaban seribu pertanyaan tersebut pada ulasan di rubrik Headline.
Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH
Semakin hari, teknologi di bidang kesehatan semakin berkembang pesat. Tahukah Pembaca, kalau kini, sudah ada teknologi yang dapat menggantikan peran paru dan jantung untuk sementara waktu? Kecanggihan dan keterbatasan teknologi yang disebut extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) dibahas dalam rubrik Advertorial.
Amanda Safira Aji, S.Ked Pemimpin Redaksi
Pemimpin Umum: Stella Kristi Triastari. POSDM: Alessandrina Janisha P, Ariestiana Ayu A, Fahriyah Raihan M, Hubert Andrew. Pemimpin Produksi: Ayleen Huang. Wakil Pemimpin Produksi: Ilona Nathania. Tata Letak dan Cetak: Aisha Putri C, Chastine Harlim. Ilustrasi dan Fotografi: Indira Saraswati S, Athira Marsya K. Infografis: Hasbiya Tiara K, Nabilla Luthfia S, Kania Aisyah P. Staf Produksi: Reihan Khairunnisa, Sherlyn Austina, Yasmin Nur A, Auvan Lutfi, Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M. Pemimpin Redaksi: Amanda Safira Aji. Wakil Pemimpin Redaksi: Alessandrina Janisha P. Chief Editor: Gabrielle Adani, Izzati Diyanah, Alexander Rafael. Redaktur Senior: Aughi Nurul A, Billy Pramatirta, Elvan Wiyarta, Jessica Audrey, Jonathan Hartanto, Leonaldo Lukito N, Lidia Puspita H, Mariska Andrea S, Prajnadiyan C, Sheila Fajarina S, Wira Tirta D. Redaktur Headline: Ryan Andika, Benedictus Ansel S. Redaktur Klinik: Raisa Amany. Redaktur Ilmiah Populer: Laurentia. Redaktur Opini & Humaniora: Rejoel Mangasa S. Redaktur Liputan: Rheina Tamara T. Redaktur Web: Kelvin Kohar, Taris Zahratul A, Hendra Gusmawan. Reporter Senior: Albertus Raditya D, Alexander Rafael S, Ariestiana Ayu AL, Kareen Tayuwijaya, Nada Irza S. Reporter Junior: Alifa Rahma R, Cahyadi Budi S, Dwi Oktavianto M, Fadila Julianti, Oriana Zahira P, Rahmi Salsabila, Savira Wijaya, Sofia Salsabilla S, Yosafat Sebastian P, Yuri Annisa I. Pemimpin Direksi: Rafaella Shiene W. Wakil Pemimpin Direksi: Aulia Nisrina Y. Staf Direksi: Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Engelbert Julyan G, Laureen Celcilia, Regine Viennetta B, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com
Tertarik dengan mitologi Yunani? Wah, pas sekali. Pembaca dapat mengisi waktu luang sembari mencari istilah-istilah kedokteran dalam bahasa Yunani dalam rubrik Segar. Akhir kata, selamat menikmati Surat Kabar Media Aesculapius edisi ini. Semoga bermanfaat dan dapat menghibur pembaca sekalian. Salam sehat!
Antara Harapan dan Konsekuensi Sistem KRIS yang kini diuji coba meliputi perubahan perhitungan tarif peserta BPJS. Tarif kapitasi merupakan besarnya pembayaran bulanan yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta terdaftar. “Tarif kapitasi Reihan/MA
PenerapanHeadline
MEDIA AESCULAPIUS3
Standar: Untung atau Rugi?
melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah melakukan uji coba penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) sejak bulan Juli lalu. Program tersebut sejatinya merupakan hasil “peleburan” dari klasifikasi tiga kelas layanan yang telah berlaku sebelumnya. Akankah kebijakan ini mampu memenuhi ekspektasi pemerintah dalam mewujudkan sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas, atau justru lebih membebani seluruh komponen yang terlibat di dalamnya? Kebijakan Baru, Apakah Buru-buru? Penerapan kelas standar ini pada dasarnya telah direncanakan sejak tahun 2021 dengan didasari berbagai pertimbangan, baik dari segi peraturan maupun realisasinya di lapangan. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, AAK, selaku Direktur Utama BPJS Pengelolaanungkapnyafasilitassertadefisitkembali“PerlupersiapankarenasecaradiimplementasikanstandarkelasbahwamengungkapkanKesehatan,kebijakanrawatinaptidakbisatergesa-gesamemerlukanyangmatang.adanyaperumusanterkaittujuandankelasrawatinapstandarmemperhatikankesiapankesehatandanjugapeserta,”dalamacaraPublicExposeProgramdanKeuanganoleh BPJS Kesehatan pada 2021 di Jakarta (5/7). Dalam acara Rapat Dengar Pendapat bersama DPR RI pada bulan Juni lalu, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menyepakati 12 kriteria KRIS yang meliputi sarana dan prasarana non-medis, dalam hal ini difokuskan pada kondisi ruangan rawat inap. Dari beberapa kriteria tersebut, belum ada kriteria dari sisi medis yang disepakati sebagai bagian dalam regulasi KRIS. Maka dari itu, Ali mengungkapkan bahwa terdapat dua kriteria tambahan lain yang diusulkan dalam perumusan kriteria KRIS, yaitu akses terhadap dokter dan obat. Ia berharap regulator dapat mempertimbangkan berbagai aspek penting yang diperlukan sehingga implementasi KRIS kedepannya dapat berjalan dengan baik dan meningkatkan kenyamanan Sejauhpeserta.ini, kebijakan KRIS telah diuji coba di beberapa rumah sakit vertikal yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan, di antaranya RSUP Kariadi Semarang, RSUP Dr. Johannes Leimena Ambon, RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, RSUP Dr. Rivai sosialterhadapsertapenerimaanrumahmelihatbertujuanPalembang,AbdullahdanRSUPSurakarta.Ujicobatersebutuntukkesiapansakit,peserta,dampakfinansialdanajaminankesehatan.
Kelas Rawat Inap
Pemerintah
Apakah inovasi baru dalam memajukan sistem pelayanan kesehatan sebuah langkah tepat?
“ “Tarif
4MEDIA AESCULAPIUS Headline
Thabrany,
sudah 8 tahun tidak disesuaikan. Dalam ilmu ekonomi, 8 tahun tidak berubah dianggap tidak normal,” jelas Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, Ketua Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia. Tarif yang stagnan menimbulkan ketimpangan ketika dibandingkan dengan biaya produksi yang terus meningkat. Tenaga kesehatan pun sulit untuk memberikan pelayanan optimal apabila kebutuhannya sendiri tidak tercukupi. Dengan perubahan sistem iuran BPJS menjadi sesuai persentase penghasilan, diharapkan tenaga kesehatan dan pihak fasilitas pelayanan kesehatan dapat menerima imbalan yang manusiawi untuk memberikan perawatan kesehatan terbaik kepada seluruh masyarakat. Sistem kelas BPJS yang saat ini diberlakukan juga kerap memicu kesenjangan kualitas pelayanan kesehatan antara peserta yang membayar lebih dan tidak membayar. Dengan diberlakukannya KRIS, kelas standar akan menjamin hak masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan sesuai prinsip ekuitas. “Kalau kebutuhan, ya, silakan ditanggung oleh negara. Kebutuhan kita sama sesama manusia. Kalau keinginan, silakan bayar sendiri,” ujar pria kelahiran 1954 itu. Perubahan ini diharapkan pula dapat menggeser persepsi dan mental diskriminatif yang kerap menyulitkan masyarakat golongan menengah ke bawah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas.Darisegi fasilitas, setiap rumah sakit diharapkan berbenah untuk memenuhi standar atau kriteria lainnya. Hal ini tentunya meningkatkan kualitas pelayanan dari sisi non-medis sehingga peserta dapat merasakan keuntungan saat menerima layanan. Di samping itu, perbaikan ruangan rawat inap yang dilakukan oleh pihak rumah sakit memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga berpotensi mengubah besaran iuran. “Kita harus tahu bahwa memang sebagian rumah sakit akan mengubah ruangan-ruangannya dan perlu biaya, maka dari itu kita naikkan bayarannya” tegas Hasbullah. Niat Baik Untuk Masyarakat, Lantas Bagaimana Tanggapan Mereka? Kebijakan standardisasi fasilitas pelayanan rumah sakit melalui program KRIS mengundang berbagai respon di tengah masyarakat. Ada masyarakat yang mendukung kebijakan tersebut dan ada pula yang mengeluhkannya apabila mendapatkan fasilitas yang setara dengan orang yang membayar sedikit. Adrian, seorang pegawai swasta, mendukung pemerintah dalam menerapkan kebijakan KRIS apabila mutu kualitas layanannya ditingkatkan. “Tentunya mendukung kalau fasilitas dan aksesnya diperbaiki. Kalaupun iurannya naik, itu tidak masalah” ucapnya. Laksmi, pegawai negeri sipil, menyatakan kurang setuju terhadap kebijakan tersebut. Menurutnya, pemerintah bisa lebih berlaku adil dalam menyediakan layanan kesehatan. “Kalau fasilitas disamaratakan, terus untungnya saya bayar lebih apa? Lebih baik menggunakan sistem yang sebelumnya saja” tegas Laksmi. Meskipun telah dilakukan uji coba, perubahan kelas layanan ini masih belum diketahui sebagian peserta. Ida, seorang ibu rumah tangga, mengaku belum mengetahui adanya perubahan dari tiga kelas layanan menjadi satu kelas rawat inap standar. “Saya juga baru tahu ada (perubahan) itu. Mudah-mudahan tidak merugikan dan membebani kita” ujarnya. Ia juga berharap pemerintah segera menyosialisasikan kebijakan baru tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman dari pihak peserta. Berkaca dari pelaksanaan kualitas pelayanan standar yang sebelumnya telah lama diberlakukan di negara-negara seperti Thailand dan Malaysia, pada dasarnya, KRIS merupakan upaya pihak BPJS dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan yang didapat oleh pasien. Setiap perubahan pun tentu disertai pro dan kontra dari masing-masing pihak. Meskipun demikian, segenap masyarakat dan pemerintah perlu memahami bahwa diperlukan partisipasi dari seluruh pihak untuk mencapai target cakupan kesehatan semesta atau universal health coverage (UHC) bagi seluruh golongan masyarakat. Akhir kata, kebijakan kelas rawat inap standar diharapkan menjadi terobosan baru yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia demi mencapai negara yang berkeadilan. dwi,sofia kapitasi sudah 8 tahun tidak disesuaikan. Dalam ilmu ekonomi, 8 tahun tidak berubah dianggap tidak normal,” Prof. dr. Hasbullah MPH, Dr.PH.
MEDIA AESCULAPIUS5 Headline Indonesia Menuju Cakupan Kesehatan Semesta SKMA untuk Anda! !1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unitformat: Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Rudiyanto_43_JakartaContoh: Pusat_RSCM_Ya_Ya Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada Limabit.ly/EvaluasiSKMA22orangpengisisurvei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik. Rencana perubahan tiga kelas layanan rawat inap menjadi satu kelas rawat inap standar (KRIS) baru-baru ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan menjadi batu loncatan dalam menggapai prinsip ekuitas kesehatan di tengah masyarakat yang majemuk. Selain itu, program tersebut juga berpotensi mendorong terwujudnya Universal Health Coverage (UHC) atau cakupan kesehatan semesta di Indonesia pada tahun-tahun yang akan datang. Ketercapaian cakupan kesehatan semesta diukur melalui sebuah indeks dengan skala 0 hingga 100, yang didefinisikan sebagai rata-rata cakupan pelayanan esensial berdasarkan tracer intervensi reproduktif, maternal, kesehatan bayi dan anak, penyakit menular, penyakit tidak menular, dan akses beserta kapasitas pelayanan. UHC sendiri menjadi salah satu target dari Sustainable Development Goals (SDG) yang bertujuan untuk memastikan seluruh kalangan masyarakat dapat menerima pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa adanya kesulitan pembiayaan. Upaya pemerintah dalam mencapai cakupan kesehatan semesta diimplementasikan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2014. Akan tetapi, Hasbullah mengakui bahwa indeks cakupan kesehatan semesta di Indonesia pada tahun 2019 masih cukup tertinggal jika dibandingkan negara-negara
ASEAN lainnya, salah satunya Thailand. “Indeks UHC kita baru 59 skornya, sedangkan Thailand sudah 80 lebih, ketinggalan kita. Itulah kita perlunya perbaikan,” ujarnya. Sementara itu, berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2020-2024, target UHC Indonesia pada tahun 2024 adalah kepesertaan JKN sebesar 98% dari total penduduk Indonesia.Untuk mencapai target tersebut, BPJS Kesehatan terus melakukan evaluasi, perancangan strategi, pengembangan, dan melakukan uji coba dengan melibatkan berbagai pihak terkait. “Di WHO ada istilah effective coverage, artinya mereka yang tercakup jaminan kesehatan bisa memanfaatkan pelayanan dengan baik. Untuk menjaga kesinambungan Program JKN ini, tentu tidak bisa dilakukan oleh BPJS Kesehatan sendiri. Dibutuhkan kerja sama yang solid dengan Kemenkes RI, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), dan seluruh stakeholders terkait lainnya, termasuk dari masyarakat,” ujar Ali dalam acara BPJS Mendengar Tahun 2022 (21/7). Dengan begitu, diharapkan perbaikan-perbaikan yang kini diuji coba oleh BPJS beserta sistem pelayanan kesehatan Indonesia secara umum dapat meningkatkan taraf cakupan kesehatan semesta di negara. Hal ini dicerminkan indeks cakupan layanan kesehatan yang meningkat. dwi, sofia
Pada 24 jam pertama setelah terjadi luka, lakukan survei primer trauma ABCDE. Airway dijaga dengan memeriksa patensi jalan napas dan menangani trauma servikal. Breathing berarti memastikan pernapasan baik dan tidak ada intoksikasi karbon monoksida, serta memberi masker oksigen aliran tinggi 10–15 liter/ menit. Circulation dijaga dengan memastikan sirkulasi baik, mengontrol perdarahan, dan menangani syok. Manajemen disability dilakukan dengan memeriksa status neurogenik, seperti tingkat kesadaran dan respons cahaya. Terakhir, exposure berarti mengontrol lingkungan dan menjaga suhu tubuh pasien hangat. Setelah itu, berikan resusitasi cairan dengan Ringer laktat sebanyak 3–4 ml/kgBB/ persen TBSA sambil menjaga keluaran urin 0,3–0,5 ml/kg/jam untuk dewasa dan 1 ml/kg/ jam untuk anak. Manajemen nyeri dilakukan dengan pemberian analgesik berupa morfin IV 0,05–0,1 mg/kg atau parasetamol 10–15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam untuk anak. Selanjutnya, periksa kemungkinan trauma lain, seperti radiografi, sesuai dankontrolcairanperawatanpadafasiotomieskarpadamekanismeriwayatkonsumsimenanyakankondisisekunderdiatasi,Setelahindikasi.kedaruratanlakukansurveidenganmemeriksaseluruhtubuhpasien;riwayatalergi,riwayatobat,riwayatpenyakit,makanterakhir,sertakejadiandantrauma.Bedahdaruratdapatdilakukankondisikhusus,misalnyaeskarotomipadadada,leher,ekstremitas,atauabdomen;ataupadasindromkompartemen.Tentunya,penangananlukabakartidakberhenti24jampertama.Setelahmanajemenkedaruratan,lebihlanjutsepertipemenuhankebutuhandannutrisi,pembersihandanpembalutanluka,infeksidenganantibiotik,sertarehabilitasifisikpsikiatritetapperluberjalan. alifa Ilona/MA
6MEDIA AESCULAPIUS Asuhan Kesehatan
Luka Bakar: Tangani dengan Benar
Luka
bakar adalah kerusakan kulit akibat kontak dengan sumber panas, listrik, bahan kimia, atau radiasi. Kerusakan tersebut dapat dibagi menjadi tiga derajat. Luka bakar derajat satu (superfisial) terbatas di epidermis, nyeri, tanpa adanya bula. Luka bakar derajat dua (parsial) mencapai dermis, terdapat bula, dan terasa sangat nyeri. Sementara itu, luka bakar derajat tiga (full thickness) mencapai lemak subkutan atau jaringan yang lebih dalam, tanpa nyeri, dan memiliki eskar, jaringan mati berwarna hitam. Untuk menangani luka bakar, perlu diperhatikan persentase luas permukaan tubuh total (total body surface area/TBSA). Metode yang umum digunakan adalah rule of nine membagi luas permukaan tubuh menjadi 9 persen (kepala, lengan kanan dan kiri), 18 persen (batang badan bagian depan dan belakang, tungkai kanan dan kiri), dan 1 persen (perineum). Pada bagian tubuh yang kecil, estimasi luas dihitung berdasarkan area palmar: luas permukaan telapak dan jari tangan dianggap memiliki 1 persenPersentaseTBSA. luas ini dijadikan panduan dalam merujuk dan memberikan dosis cairan, nutrisi, serta antibiotik.
Luka bakar yang melebihi 10 persen TBSA, melebihi 5 persen TBSA pada anak, melebihi 5 persen TBSA pada luka derajat tiga, serta luka pada area khusus (wajah, telapak tangan atau kaki, genitalia, perineum, atau dada) adalah beberapa kriteria rujukan ke unit pelayanan luka bakar yang adekuat. Luka bakar ringan (derajat satu atau luas kecil) dapat ditangani dengan 4C: cooling dengan air keran atau larutan garam, cleaning dengan air dan sabun atau pembersih antibakteri, covering dengan salep atau krim antibiotik dan kain, serta pemberian comfort dengan analgesik ringan dan bidai jika diperlukan. Di sisi lain, luka bakar mayor memerlukan penanganan kedaruratan.
Baik ringan maupun darurat, tangani luka bakar dengan benar!
Ketahui dosis dan metode terapi yang tepat untuk tangani ADB pada ibu hamil
Anemia
MEDIA AESCULAPIUS7 MA Info ADB pada Kehamilan:
Padasedang.maternal dengan anemia ringan (Hb 10–10,4 g/dL), dosis pemberian besi oral adalah 80–100 mg/ hari. Jika kadar Hb sudah <10 g/dL, besi diberikan lewat jalur IV dengan dosis 200 mg/hari yang diulang sebanyak 1–2 kali seminggu. Bila anemia ibu sudah berat (Hb <7 g/dL), terapi yang bisa dilakukan adalah dengan transfusi packed red cells (PRC). Terlepas dari derajat anemia yang terjadi, target terapi untuk semua ADB kehamilan di wilayah Asia Pasifik tetap sama, yaitu kadar Hb 11 g/dL dengan kadar ferritin >50 µg/L.
merupakan kondisi di mana seseorang mengalami penurunan kadar hemoglobin (Hb) dua deviasi di bawah normal. Kondisi tersebut dapat dipicu oleh defisiensi nutrisi, perdarahan, infeksi, kelainan genetik, maupun penyebab lainnya. Meskipun begitu, defisiensi zat besi merupakan etiologi tersering dari anemia. WHO menyebutkan bahwa hampir 2 miliar populasi dunia mengalami defisiensi zat besi yang merupakan tahap awal sebelum terjadi anemia defisiensi besi (ADB). Salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi zat besi adalah kehamilan. Hal ini disebabkan cadangan besi ibu akan digunakan untuk keperluan proses tumbuh kembang janin. Karena itulah, para ibu hamil rentan mengalami ADB yang berdampak buruk bagi ibu dan janin. Terjadinya ADB selama kehamilan dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Luaran pada ibu dan bayi nantinya pun akan dipengaruhi oleh derajat keparahan anemia.Kondisi klinis ibu biasanya belum signifikanperubahanmengalamiyangpadaanemia
Preparat oral yang biasa diberikan di Indonesia adalah preparat besi garam, contohnya ferrous sulfate. Kania/MA
Cepat Tangani Terlambat!Sebelum
ringan. Berbeda dengan kondisi yang lebih berat, gangguan sistem tubuh, seperti stres kardiovaskular, penurunan fungsi fisik dan mental, serta masalah imunitas tubuh, akan mulai terlihat. Anemia yang terjadi juga sering dikaitkan dengan perdarahan sebelum dan pasca-persalinan. Selain itu, ADB turut disebut sebagai faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian preeklampsia pada ibu. Defisiensi besi selama kehamilan dikatakan pula memiliki pengaruh besar dalam perkembangan janin. Janin yang dikandung oleh seorang ibu dengan ADB mengalami peningkatan risiko terhambatnya pertumbuhan, kematian janin intrauteri, gangguan tumbuh kembang otak, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Tidak hanya itu, ADB maternal juga dapat memberikan efek jangka panjang bagi sang anak. Beberapa studi menyatakan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan ADB semasa kehamilan memiliki risiko mengalami obesitas, diabetes, hipertensi, dan beberapa gangguan kardiovaskularMengingatlain. besarnya dampak ADB semasa kehamilan, alangkah baiknya bila dokter bisa memberikan tata laksana sesegera mungkin. Pemberian besi merupakan terapi utama yang dapat diberikan bagi ibu dengan defisiensi besi maupun ADB. Dosis yang digunakan harus disesuaikan dengan derajat anemia saat diagnosis. Jalur pemberian besi juga terkait dengan derajat anemia pasien. Pada anemia ringan pemberian besi dilakukan per oral. Sementara itu, pemberian melalui intravena (IV) dapat dilakukan bila terjadi anemia
Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dan Peluncuran Data Global Adult Tobacco Survey.
Akan tetapi, perlu diperhatikan pula bahwa sediaan ini dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal, seperti mual, muntah, nyeri epigastrium, konstipasi, dan BAB kehitaman. Pemberian besi IV bisa dilakukan pula bila pasien tidak merespons terhadap sediaan oral. Indikasi lain untuk pemberian lewat IV, selain Hb <10 g/dL, adalah adanya kondisi malabsorbsi. Selain itu, pemberian besi IV lebih dianjurkan pada trimester 3, terutama pada usia kehamilan di atas 34 minggu agar target Hb lebih mudah tercapai. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ADB merupakan kasus anemia tersering pada kehamilan. Adanya metode dan dosis terapi yang tepat dapat membantu untuk mencegah munculnya risiko-risiko yang dapat membahayakan kondisi ibu dan janin. Dengan mengatasi ADB selama kehamilan, diharapkan kesehatan ibu dan bayi meningkat, baik pada saat kehamilan maupun setelah melahirkan. nada
8MEDIA AESCULAPIUS Seremonia
Bersama ini, dilakukan juga peluncuran data dari Global Adult Tobacco Survey 2021 yang memberikan gambaran mengenai penggunaan tembakau di dunia. yosafat
Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain. Hubungi Hotline (SMS/Whatsapp)0858-7055-5783MA: PEMBUATANJASASYMPOSIUMHIGHLIGHT
Penggunaan tembakau diketahui berperan dalam menyebabkan berbagai penyakit maupun komplikasi, seperti penyakit jantung dan gangguan pernapasan. Oleh sebab itu, pada Selasa, 31 Mei 2022, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam mengadakan peringatan hari tanpa tembakau sedunia. Agenda ini bertujuan untuk menyadarkan kembali masyarakat Indonesia mengenai bahaya tembakau.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Menyadarkan Melalui Data Seremonia Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar.
irigasi dengan larutan salin atau membutuhkan pengangkatan oleh dokter spesialis pada kasus lebih berat. Apabila keadaan pasien yang telah diberikan irigasi tidak kunjung membaik, diperlukan rujukan ke spesialis mata untuk dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan bantuan slit lamp. Walaupun begitu, corpus alienum konjungtiva dapat ditangani oleh dokter umum dengan kapas pentol atau jarum suntik. Sebelum tindakan, dokter perlu melakukan inspeksi benda asing dan pemeriksaan tajam penglihatan. Benda asing konjungtiva dikeluarkan melalui usapan halus dengan kapas pentol. Lantas, apabila benda asing tersebut menancap, dapat dipakai jarum suntik dengan ukuran 25G. Prosedur pengangkatan dilakukan dengan menempatkan tangan dokter pada struktur wajah yang memiliki tulang supaya stabil. Jarum diarahkan secara tangensial kepada benda asing secara hati-hati. Pemberian dua tetes pantocain sebagai anestesi topikal di mata
“Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah dan nyeri setelah terkena serbuk besi halus 3 hari yang lalu. Sebelumnya, pasien telah berobat ke salah satu klinik dan sudah mendapatkan tata laksana berupa irigasi akuades, pemberian antibiotik, serta antinyeri. Hari ini, pasien datang ke tempat praktek saya karena keluhan mata merahnya belum membaik. Bagaimana proses penyembuhan mata merah setelah terkena benda asing dan berapa lama proses penyembuhannya?”–dr.A
KonsultasiAtasi Mata Merah dengan Langkah Tepat
PertanyaanJawaban
Mata merah merupakan masalah mata yang sering dijumpai oleh dokter umum. Merah pada mata dapat menjadi tanda adanya inflamasi. Kondisi yang ada biasanya ringan dan dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Namun, mata merah yang berkepanjangan dapat menjadi tanda masalah yang lebih serius. Salah satu penyebab mata merah adalah partikel asing yang dapat masuk melalui media angin, ledakan, atau pajanan selama bekerja dengan perkakas, seperti las, gerinda, dan lainnya. Dokter dapat mendiagnosis masalah pasien melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik di FKTP. Gejala yang umum dari masuknya benda asing atau corpus alienum pada mata adalah nyeri, mata berair, rasa tidak nyaman pada mata, dan mata merah. Benda asing tersebut dapat menyebabkan terjadinya cedera pada mata, baik pada sklera, konjungtiva, maupun kornea. Keparahan bergantung pada lokasi yang terkena, keberadaan infeksi, serta jenis berkedipdenganasingkasus,bendanya.Padabeberapabendadapatkeluarsendirinyamelaluidanbantuan air mata. Akan tetapi, dapat pula diperlukan
MEDIA AESCULAPIUS9
Berbedanyaman.tindakansebelumdapatmembantupasienlebihdengan corpus alienum konjungtiva, corpus alienum kornea
Nabilla/MA
Mata merah oleh benda asing dapat menjadi masalah serius, lantas bagaimana penanganannya?
10MEDIA AESCULAPIUS
JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran. memerlukan rujukan segera pada dokter spesialis karena prosedur pengangkatan memerlukan slit lamp dan jarum 27G. Prosedur tersebut perlu dilakukan untuk memastikan corpus alienum telah terekstraksi sepenuhnya. Apabila diangkat dengan mata telanjang, terdapat kemungkinan corpus alienum tidak sepenuhnya terambil sehingga dapat menjadi sumber infeksi hingga menyebabkan ulkus kornea dan kebutaan.Setelah prosedur ekstraksi benda asing dilakukan, berikan antibiotik topikal spektrum luas. Antibiotik tetes mata yang dapat diberikan adalah 1–2 tetes Cendo LFX 5 mL 3 kali sehari. Defek yang lebih besar dan dalam dapat memerlukan penggunaan antibiotik dengan durasi lebih lama dan frekuensi lebih sering. Selain itu, untuk melumasi dan menyejukkan mata, pasien dapat diberikan 1–2 tetes Cendo Lyteers 3–4 kali sehari.Upaya pencegahan perlu disampaikan kepada pasien, terlebih pada kasus pajanan benda asing terkait pekerjaan. Pekerja hendaknya senantiasa memakai pelindung diri seperti google atau face shield. Selain itu, pasien perlu ditekankan untuk segera memeriksakan diri apabila menjumpai mata merah oleh paparan benda asing karena dapat memunculkan sikatrik atau jaringan parut dapat muncul bila benda asing tersebut dibiarkan tanpa adanya tata laksana yang baik.
NarasumberKonsultasi dr. Ida Nugrahani, Sp.M
Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke Pertanyaanredaksima@yahoo.co.idAndaakandijawabolehnarasumberspesialisterpercaya.
Dengan demikian ketika mengetahui terdapat corpus alienum kornea, dokter umum perlu merujuk sejak awal. Hal tersebut disebabkan pengobatan tidak akan berhasil apabila penyebab dari masalah korneanya tidak dikeluarkan . Dalam hal ini, serbuk besi tersebut. Selain itu, sikatrik yang dapat terbentuk karena keterlambatan penanganan dapat menimbulkan gangguan penglihatan lanjutan mulai dari pandangan kabur sampai kebutaan. cahyadi
Tentunya, tidak selamanya pasien dapat dipasangkan ECMO. Tenaga kesehatan akan berupaya untuk membantu pasien agar dapat terlepas dari ECMO sesegera mungkin. ECMO dalam fungsinya sebagai alat bantu hidup memperpanjang waktu hidup dan memberikan waktu tambahan untuk memperbaiki masalah yang mendasari. Beberapa kondisi dapat ditangani secara cepat sehingga pasien menggunakan ECMO hanya dalam waktu hitungan jam, sedangkan kondisi lainnya mungkin dapat membutuhkan pemasangan ECMO selama beberapa hari hingga minggu. Kalaupun kondisi pasien sangat parah dan tidak kunjung membaik, tenaga kesehatan akan berdiskusi dengan pasien ataupun keluarga pasien untuk menentukan keputusan terkait keberlanjutan ECMO. yuri
Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Ketika paru-paru tidak lagi dapat diandalkan
MEDIA AESCULAPIUS11 Advertorial
Ayleen/MA Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) adalah alat bantu hidup yang dapat menggantikan fungsi jantung dan paru-paru manusia. Alat ini digunakan pada pasien kritis dan mengancam jiwa dengan gangguan fungsional jantung atau paru-paru. ECMO memungkinkan pertukaran gas pada darah terjadi di luar tubuh. Nama ECMO kian familiar di telinga tenaga medis ataupun masyarakat umum akibat penggunaannya pada pasien kritis Covid-19. Mesin ini bekerja dengan dihubungkan pada pasien melalui saluran atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah besar. Bergantung pada jenis ECMO, kanula diletakkan pada vena besar ataupun arteri pada kaki, leher, atau dada. Mesin ECMO akan menerima darah pasien dan memompanya ke dalam oksigenator yang bertindak sebagai paru-paru buatan jantungyangdenganpompadioksigenasiDarahdioksidamembuangoksigenmenambahkandengandankarbonpadadarah.yangtelahdiolehECMOkekuatansamapadapasiensehingga alat ini dapat menggantikan fungsi pompa pada jantung.Kebermanfaatan utama dari ECMO adalah terjaganya suplai oksigen tubuh tanpa melibatkan paruparu. Selain mengoksigenasi darah, sirkuit ECMO juga dapat memopa darah sehingga memberikan sokongan pada gangguan jantung ketika dibutuhkan. Salah satu terapi alternatif dari cedera paru-paru adalah penggunaan ventilator dengan kandungan oksigen bertekanan tinggi. Akan tetapi, level dan tekanan oksigen yang tinggi dapat menambah kerusakan pada paru-paru itu sendiri, sedangkan pada penggunaan ECMO, risiko kerusakan paru-paru tambahan cenderung lebih kecil, bahkan dapat membiarkan paru-paru untuk istirahat. Sebagai alat bantu hidup, ECMO tidak banyak membantu dalam proses penyembuhan penyakit yang mendasari dan hanya memberikan dukungan untuk penyembuhan. ECMO juga memiliki risiko terjadinyapendarahan. Pemasangan ECMO dilakukan dengan pemberian heparin untuk mencegah gumpalan darah pada alat sehingga dapat terjadi pendarahan. Melalui kanula pada mesin ECMO, kuman ataupun benda asing dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan infeksi. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti paru-paru. Selama pemasangan ECMO, pasien juga menerima transfusi darah sehingga berisiko terjadi reaksi darah. Selain itu, apabila aliran darah yang dialirkan tidak cukup, dapat juga bermanifestasi pada beberapa organ menjadi gagal ginjal, kerusakan tungkai bawah, dan strok.
ECMO utamanya digunakan pada tubuh dengan gangguan paru-paru ataupun jantung yang mengalami ketidakmampuan oksigenasi darah. Gangguangangguan tersebut meliputi kondisi paru-paru yang tidak dapat menyuplai tubuh dengan oksigen meski dengan pemberian oksigen tambahan, paruparu yang tidak dapat membuang karbon dioksida meski dengan penggunaan ventilator mekanik, atau jantung yang tidak dapat memompa darah yang adekuat ke seluruh tubuh. ECMO dapat dipasangkan pada pasien tahap pemulihan gagal jantung, gagal paruparu, atau operasi jantung, pasien yang membutuhkan jembatan terhadap terapi selanjutnya, serta pasien yang menjalani prosedur kateterisasi jantung berisiko tinggi.
Menilik ketercapaian Indonesia di tengah target ambisius bebas HIV/AIDS 2030
Target Bebas HIV/AIDS 2030: Sanggupkah Tercapai?
Edo/MA
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) bukanlah istilah yang asing di telinga masyarakat. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Hingga saat ini, HIV/AIDS masih menjadi momok kesehatan global dengan 37.7 juta orang dinyatakan mengidap HIV pada tahun 2020 dan 680 ribu nyawa terenggut akibat penyakit yang berkaitan dengan AIDS. Di Indonesia, data terakhir sampai Maret 2021 menunjukkan jumlah kumulatif orang terinfeksi HIV sebesar 427.201 dan penderita AIDS mencapai 131.417 orang. Dengan angka yang demikian besar, Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) pada tahun 2014 mencanangkan target untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030. Target ambisius untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030 juga dibersamai dengan komitmen global 90-90-90 pada 2020, yang berisikan indikator 90% Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) mengetahui statusnya, 90% dari yang mengetahui statusnya menjalani pengobatan HIV, dan 90% dari pasien yang menjalani pengobatan HIV berhasil mencapai supresi virus dalam darahnya. Sayangnya, target tersebut tak dapat diraih pada tahun 2020 di Indonesia. Beberapa faktor yang diduga menjadi penghambat adalah pengetahuan mengenai HIV/ AIDS, stigma masyarakat, hingga koordinasi dan sinergitas yang belum baik di daerah karena masalah dana dan alur tanggungSementarajawab. itu, UNAIDS sendiri menetapkan bahwa target selanjutnya dari penanganan HIV/AIDS adalah triple 95%, yakni indikator yang sama dengan sebelumnya dengan peningkatan target menjadi 95%. Dari target triple 95% tersebut, baru terdapat 75% ODHA yang mengetahui status HIV, 39.6% ODHIV yang mendapatkan obat ARV (antiretroviral), dan baru 32,4% ODHIV yang mendapatkan ARV sudah mengalami penurunan viral load di Indonesia. Ketercapaian target yang masih rendah, terutama terkait pengobatan dan penurunan viral load, disebabkan oleh belum tersedianya fasilitas kesehatan yang merata untuk melakukan tes dan pengobatan HIV/AIDS, serta tingginya kejadian lost to follow up pada pasien MenilikHIV/AIDS.darirendahnya ketercapaian target HIV/AIDS Indonesia terhadap target global, Indonesia membutuhkan strategi yang lebih efektif lagi untuk mengejar ketertinggalannya. Pemerintah sudah seharusnya lebih fokus dalam berkomitmen memberantas HIV/AIDS, salah satunya melalui pemerataan fasilitas kesehatan untuk melakukan tes dan pengobatan sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dalam mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kolaborasi dan sosialisasi yang kuat antara pemerintah secara struktural maupun dengan kalangan masyarakat lain, seperti lembaga nirlaba yang peduli isu kesehatan. Selain itu, sistem mengenai pelaporan dan pemantauan kasus juga harus dioptimalisasi agar Indonesia memiliki acuan yang tepat dalam menentukan strategi memberantas HIV. Tak hanya membutuhkan kerja keras dari pemerintah, masyarakat juga harus turut andil dalam memberantas HIV/AIDS. Stigma terhadap penderita HIV/AIDS masih menjadi permasalahan klasik di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha masyarakat untuk mengedukasi bahwa ODHA merupakan manusia yang memiliki hak hidup yang setara dengan manusia lainnya. Harapannya, suspek HIV maupun ODHA tak perlu takut menjalani tes dan pengobatan serta dapat hidup produktif. Organisasi pasien juga harus terus mendorong ODHA untuk rutin menjalani pengobatan dan mencegah penularan HIV, terlebih di masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan ODHA khawatir untuk berobat ke layanan kesehatan. HIV yang terus merenggut nyawa membangkitkan kesadaran kita bahwa penyakit ini adalah masalah serius. Dibutuhkan usaha bersama oleh pemerintah dan berbagai kalangan masyarakat untuk berkomitmen memberantas HIV agar pada akhirnya, target Bebas HIV 2030 dapat tercapai di Indonesia. rahmi
12MEDIA AESCULAPIUS Kesmas
Asam folat merupakan bentuk sintetik dari vitamin B9, folat. Asam folat bermanfaat dalam pembentukan sel darah merah. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel yang sehat. Folat dapat ditemukan pada berbagai jenis pangan, meliputi sayuran dan buahbuahan. Sayur-sayuran yang berwarna hijau dan bijibijian menjadi sumber folat yang dapat dikonsumsi. Selain sayuran, buah-buahan seperti jeruk, melon, stroberi, dan pisang juga dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan folat. Kadar folat yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi dewasa adalah 400 mikrogram per hari. Sementara itu, pada ibu hamil, kadar folat yang direkomendasikan untuk dikonsumsi berkisar antara 400 hingga 1000 mikrogram per harinya. Ibu hamil perlu meningkatkan konsumsi asam folat agar janin yang dikandung terhindar dari kelainan, seperti neural tube defect manfaatnya untuk menghindari kelainan bawaan, asam folat juga dapat mengontrol kadar homosistein, menurunkan risiko kanker, dan mencegah demensia. Beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian telah dipublikasikan mengenai korelasi lain antara asam folat dengan suatu penyakit metabolik, yaitu diabetes melitus (DM). Korelasi antara asam folat dengan DM berhubungan dengan sintesis homosistein. Homosistein merupakan senyawa intermediet yang dihasilkan dalam proses pembentukan sistein. Sistein berasal dari asam amino metionin. Metionin akan melepaskan gugus metilnya sehingga terbentuk homosistein. Homosistein akan membentuk sistationin setelah bergabung dengan serin dan kofaktor berupa vitamin B6. Setelah itu, sistationin melalui perantaraan enzim sistein gamma liaise akan membentuk sistein. Apabila jumlah vitamin B6 tidak mencukupi, proses pembentukan sistein akan terganggu sehingga terjadi peningkatan homosistein di dalam darah yang disebut dengan hiperhomosisteinemia. Untuk mencegah kondisi ini, homosistein dikonversikan kembali menjadi metionin dengan bantuan metiltetrahidrofolat. Metiltetrahidrofolat berperan sebagai donor metil dalam remetilasi homosistein menjadi metionin. Senyawa ini didapatkan dari hasil reaksi asam folat. Apabila jumlah asam folat tidak mencukupi, jumlah
MEDIA AESCULAPIUS13 Iptek
metiltetrahidrofolat berkurang sehingga homosistein yang mengalami remetilasi menurun dan terjadilah hiperhomosisteinemia.Hiperhomosisteinemia dapat meningkatkan risiko DM gestasional hingga 20% berdasarkan studi yang dilakukan oleh Gong et al pada tahun 2015. Homosistein dapat menyebabkan stres oksidatif dan kerusakan vaskuler pada sel beta pankreas. Akibatnya, metabolisme glukosa dan lipid pun terganggu. Oleh karena itu, pada penderita hiperhomosisteinemia lebih cenderung terjadi resistensi insulin. Penelitian lain juga mendukung hal ini. Penelitian oleh Liu et al yang berfokus pada pola makan dan kadar homosistein dan kejadian DM gestasional menyatakan bahwa pada kelompok dengan pola makan rendah asam folat, prevalensi diabetes melitus gestasional lebih tinggi. Pola makan pada kelompok ini berupa tingginya konsumsi tepung, daging, telur, dan kurangnya konsumsi makanan yang kaya akan folat, seperti sereal, sayuran hijau, alga, susu, kacang-kacangan, dan jamur.Kejadian DM gestasional patut diwaspadai karena menjadi faktor risiko terjadinya DM tipe 2 pada ibu 10–20 tahun pasca melahirkan hingga 35–60%. Dampak DM gestasional tidak hanya dirasakan oleh ibu, tetapi juga janin yang dikandungnya. Bayi yang baru dilahirkan dari ibu dengan DM gestasional berisiko untuk mengalami besar untuk usia kehamilan atau kecil untuk usia kehamilan. Selain itu, bayi juga berisiko mengalami hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, king, dan polisitemia. Masalah lain juga dapat ditemukan pada sistem pernapasan akibat terganggunya sintesis surfaktan sehingga terjadi distres pernapasan pada bayi yang baru lahir.
Asam folat merupakan vitamin yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi pada ibu hamil. Hal ini guna mencegah terjadinya kelainan kongenital pada janin, seperti neural tube defect. Selain itu, konsumsi asam folat pada ibu hamil juga dapat mencegah terjadinya diabetes mellitus gestasional yang dapat menjadi faktor risiko untuk berbagai penyakit lain, baik bagi ibu dan bayi. Oleh karena itu, perlu untuk memperhatikan dan mencukupi konsumsi asam folat pada ibu hamil sejak masa awal kehamilan. fadila
Asam Folat: Vitamin untuk Cegah Diabetes Mellitus?
Asam folat sudah dikenal luas bermanfaat bagi kehamilan, tetapi masih terdapat khasiat lainnya dari vitamin ini.
Hani/MA
Nasib anak kembar yang dipercaya sebagai pembawa petaka
Konon katanya, isu pembawa kesialan bermula pada tahun 1947, tepatnya pada peristiwa pemberontakan otoritas kolonial Prancis. Seorang ratu dikisahkan melarikan diri dari pertempuran, tetapi melupakan salah satu anak kembarnya. Kemudian, ia memerintahkan tentara untuk kembali menjemput anaknya. Nahas, seluruh pasukan terbantai. Hingga saat ini, belum terbukti apakah kejadian tersebut valid.
Menjadi hal yang tabu bagi warga suku mereka, ibu dengan anak kembar akan membawa petaka. Sang ibu akan dihadapkan oleh dua pilihan, yaitu menelantarkan bayi atau diasingkan oleh keluarga beserta masyarakat. Dua pilihan yang tidak ada baiknya sehingga tak jarang ibu memilih untuk menelantarkan anaknya. Jika sang ibu bersikeras ingin merawat dan bersama anaknya, ia terpaksa harus keluar dari lingkungan desanya, mengasingkan diri, dan menjadi nomaden. Di sisi lain, bapak sang bayi kembar masih mendukung tradisi ini seolah tidak peduli dengan kehidupan anaknya. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang terjadi. Pun ketika diadakan diskusi dengan kepala suku atau kepala desa untuk mempertahankan kehadiran sang anak, suara perempuan tak dihiraukan karena kultur patriarki yang kental. Para tetua mengibaratkan dalam merawat anak kembar sama saja dengan memakan kotoran sendiri, bahkan dianggap tidak memiliki hati.
barat dari Indonesia, tepatnya Pulau Madagaskar yang berada di tengah Samudra Hindia, merupakan rumah bagi suku Antambahoaka dengan beragam budaya dan tradisi pedalaman. Salah satu tradisi yang menyayat hati dan masih dipertahankan turun-temurun, yaitu menelantarkan bayi kembar yang baru lahir. Kepercayaan leluhur Antambahoaka menyatakan bahwa bayi kembar akan membawa kutukan bagi keluarga dan masyarakat sekitar.
Oriana Zahira Putri Mahasiswi Fakultas Kedokteran Tingkat II Universitas Indonesia Foto: dokumen pribadi
Bagi kebanyakan orang, memiliki anak merupakan anugerah terbesar, terlebih jika anak terlahir sehat. Baik kelahiran bayi laki-laki maupun perempuan, setiap belahan dunia memiliki tradisi masing-masing dalam merayakan kebahagiaannya. Namun, apa jadinya bila terdapat tradisi yang justru mengharuskan seorang ibu untuk menelantarkan anaknyaJauhsendiri?disebelah
AnakTakhayulKutukanKembar
14MEDIA AESCULAPIUS Kolom Umum
Dengan memendam kesedihan, sang ibu harus tunduk dan merelakan anak kembarnya dikirim ke panti asuhan dengan harapan akan diadopsi oleh keluarga dari negara lain. Sejak 1987 tercatat lebih dari ratusan pasang anak kembar telah diterima oleh panti asuhan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada orang tua yang datang untuk ‘mengambil’ kembali anak mereka. Budaya dan tradisi yang berbeda di tiap daerah, negara, bahkan benua menjadi keunikan dan nilai tambah tersendiri. Keragaman itulah yang menjadikan warna-warni di seluruh dunia. Terkadang, suatu tradisi tetap dipertahankan meskipun dianggap sudah lewat zaman. Sama halnya dengan berbagai daerah di Indonesia, terdapat tradisi yang dianggap tidak relevan sehingga mulai ditinggalkan. Namun, tradisi yang merugikan pihak tertentu dan tidak memiliki basis rasional, tidakkah harus dikaji ulang? Mengingat dalam konteks ini, yang dipertaruhkan adalah nyawa bayi yang sudah lahir, insan yang suci. Bukanlah upaya mudah untuk mengubah sesuatu yang telah mengakar dalam sekelompok masyarakat. Tetapi, bukan hal mustahil juga sebuah tradisi mengalami perubahan menuju kebaikan bersama. Tentu dengan upaya pendekatan yang mempertimbangkan banyak aspek. oriana Ibu di suku Antambahoaka dihadapkan oleh dua pilihan: menelantarkan anaknya atau diasingkan oleh keluarga beserta masyarakat.
pertengahan tahun, Indonesia kembali menghadapi musim pancaroba, yakni peralihan antara musim kemarau dan musim hujan. Penyakit yang ramai menjelang periode ini adalah demam berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti Penyakit DBD dapat menjangkit berbagai kalangan usia dengan dampak merugikan, baik segi kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Penyebaran DBD sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan kebersihan lingkungan sehingga telah menjadi ‘langganan’ pada musim hujan di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Sampai saat ini, DBD selalu menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan akibat komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Di Indonesia sendiri, per pekan ke-22 tahun 2022, kasus DBD telah mencapai angka 45.387 kasus dengan jumlah kematian sebesar 432 kasus. Laporan kasus pada 449 kabupaten/kota di 34 provinsi ditemukan sebanyak 162 kabupaten/kota di 31 provinsi memiliki kasus kematian. Bila mengacu kasus DBD pada pekan ke-43 tahun 2021 yang berjumlah 37.646 kasus dengan 361 kematian, angka kasus dan kematian pada tahun ini memiliki tren peningkatan yang lebih cepat dari tahun sebelumnya. Besarnya jumlah kasus DBD setiap tahun menimbulkan pertanyaan mengenai hingga kapankah DBD akan benar-benar terberantas di Indonesia. Pemerintah telah menerapkan berbagai upaya untuk menurunkan jumlah kasus DBD di Indonesia, di antaranya gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dan 3M Plus. Jumantik merupakan anggota masyarakat yang secara sukarela berperan dalam memantau jentik nyamuk di sekeliling tempat tinggal. Program G1R1J sendiri merupakan upaya pemantauan dan pencegahan DBD yang telah dilaksanakan secara serentak di 154 kabupaten/kota dengan 6.122 koordinator jumantik.
Eradikasi Demam Berdarah di Indonesia
Kabar peningkatan kasus demam berdarah kerap kali meramaikan kanal berita, sampai kapankah akan menjadi persoalan?
Memasuki
Dalam memantau adanya jentik nyamuk, jumantik juga turut melaksanakan gerakan 3M Plus. Singkatan 3M terdiri dari menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Kata “plus” merujuk pada upaya pencegahan tambahan seperti memberikan larvasida pada penampungan air yang sulit dikuras. Melalui program jumantik, upaya promotif dan preventif DBD semakin menjangkau berbagai lingkungan masyarakat. Berbagai penelitian juga melaporkan peningkatan angka bebas jentik pada daerah yang melaksanakan program G1R1J secara aktif. Tak hanya itu, angka bebas jentik juga direfleksikan melalui penurunan kasus DBD di daerah tersebut. Meskipun demikian, jumlah kasus di Indonesia masih fluktuatif. Sebagaimana pada 2018, tercatat 65.602 kasus kemudian tahun berikutnya meningkat pesat hingga 138.127 kasus. Sementara itu, pada tahun 2020 dan 2021, Indonesia kembali mengalami tren penurunan dengan masing-masing berjumlah 103.509 dan 71.044 Penelitiankasus.dari Harapan dkk. pada tahun 2019 menunjukkan bahwa angka insidens DBD di Indonesia memiliki tren peningkatan dalam lima puluh tahun terakhir. Hal ini membuat fokus terpenting berpusat pada upaya pencegahan wabah DBD melalui kesadaran dan kebiasaan masyarakat, terutama terkait jentik nyamuk. Sebab keterlibatan masyarakat masih menjadi tantangan. Misalnya, kendati pun program jumantik dan 3M Plus telah berjalan, ketika kasus DBD di lingkungan menurun masyarakat kerap menganggap bahwa lingkungannya sudah aman. Akhirnya, upaya pencegahan pun terabaikan. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran bahwa perilaku 3M serta upaya hidup bersih dan sehat sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Harapannya, sekalipun kasus DBD menurun maupun bukan musim penghujan, masyarakat tetap menerapkan kebiasaanhidup bersih dan 3M Plus agar lingkungannya terhindar dari perkembangan nyamuk Aedes aegypti Sebagai penyakit endemis, DBD di Indonesia memerlukan tindakan promotif dan preventif yang tepat untuk betul-betul mewujudkan eradikasi DBD. Di samping upaya yang telah dicanangkan oleh pemerintah, kesadaran serta kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat serta 3M Plus menjadi penting untuk diinternalisasi oleh masyarakat demi meminimalisir risiko peningkatan kasus DBD di Indonesia, khususnya pada musim pancaroba. rahmi
MEDIA AESCULAPIUS15 Suara
MewujudkanMahasiswa
Rahmi Salsabila Mahasiswi Fakultas Kedokteran Tingkat III Universitas Indonesia Foto: dokumen MA
16MEDIA AESCULAPIUS Arbeb
Aisha/MA
pasien dapat melakukan pertemuan dimanapun. Tidak hanya itu, pasien tidak perlu untuk meluangkan waktu yang lebih banyak dalam perjalanan. Ongkos yang diberikan juga relatif lebih murah, bahkan terdapat berbagai jenis penawaran harga yang tersedia. Sebagian keraguan mengenai efektivitas dalam berbagai kegiatan konsultasi online,misalnya dalam bagian kontrol maupun kompliansi pasien juga dipatahkan dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, meskipun masih perlu dilakukan pengambilan data lebih lanjut. Terlepas dari segala kelebihan yang dimiliki, online sendiri memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan konsultasi secara langsung. Salah satu kelemahan tersebut adalah kesulitan berkomunikasi karena hambatan pengetahuan teknologi, terutama pada dokter dan pasien yang berusia lebih lanjut atau berada dalam daerah yang terpencil. Tidak hanya itu, pemeriksaan fisik, yang merupakan salah satu metode dokter dalam menetapkan diagnosis, tidak dapat dilakukan dalam pertemuan tidak langsung. Hal ini berakibat dokter hanya bisa meresepkan obat berdasarkan gejala yang dikeluhkan pasien dan gejala luar yang dapat dilihat dari foto atau video. Akibatnya, kualitas diagnosis yang dilakukan pun menjadi terbatas dan pasien tetap perlu melakukan pemeriksaan, baik fisik maupun penunjang di fasilitas kesehatan. Pasien juga berpotensi untuk tidak mendapatkan edukasi secara holistik dan kemungkinan obat untuk rusak pada saat diantarkan oleh kurir tetaplah ada. Beberapa hal inilah yang masih mengakibatkan konsultasi secara langsung perluBerdasarkandilaksanakan.berbagai dan kelebihan dari konsultasi online, dapat disimpulkan bahwa konsultasi jenis tersebut dapat menjadi metode yang bermanfaat. Hal ini berlaku terutama bagi orang-orang yang sudah sibuk dalam pekerjaan atau mengalami kesulitan untuk bertransportasi dalam melakukan kontrol ataupun membahas keluhan sehari-hari. Akan tetapi, konsultasi online belum dapat sepenuhnya menggantikan konsultasi secara langsung karena pemeriksaan fisik yang dilakukan beserta dengan kontak manusia secara langsung dapat meningkatkan kualitas diagnosis dan efektivitas pelayanan kesehatan. yosafat
Konsultasi Daring: Sekadar Pengganti saat Pandemi?
Apakah konsultasi secara tidak langsung mampu memberikan dampak yang sama? Metode konsultasi tanpa tatap muka dengan dokter bukanlah hal yang baru dalam dunia kesehatan. Akan tetapi, adanya pembatasan sosial yang terjadi akibat pandemi mengakibatkan popularitas metode ini melesat. Berbagai media komunikasi telah ditawarkan, mulai dari telepon, forum diskusi, hingga pertemuan virtual. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri, dan pasien dapat memilih sesuai dengan kebutuhan masingmasing.Konsultasi merupakan salah satu metode dokter berkomunikasi dan membantu pasien dalam menangani permasalahan kesehatan yang dialami maupun melakukan kontrol kesehatan. Konsultasi juga merupakan sarana untuk dokter menegakkan diagnosis awal. Dalam sebuah konsultasi yang dilakukan secara konvensional, pasien akan membuat janji temu dengan dokter, dan datang sesuai waktu yang ditentukan. Setelah itu, pasien dan dokter akan melakukan diskusi mengenai keluhan ataupun kontrol pengobatan yang dilakukan. Dalam konsultasi ini, dokter mampu melakukan pemeriksaan fisik secara langsung dan pasien akan diberikan resep yang seringkali akan langsung ditebus di apotekBerdasarkanterdekat. prosedur yang berlaku, tentu saja konsultasi tradisional ini memiliki kelemahan. Langkah pertama, yaitu pembuatan janji temu saja sudah dapat membuat pasien malas untuk melakukan konsultasi. Banyak pasien yang masih malu atau merasa bingung untuk mengontak rumah sakit untuk menjadwalkan konsultasi. Kesibukan sehari-hari, yang merupakan masalah bagi pasien berusia dewasa juga akan berimbas pada kesulitan untuk mencari dan memenuhi jadwal temu. Keramaian di rumah sakit atau faskes yang didatangi pasien dapat pula menjadi batu sandungan yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Hal ini menyebabkan banyak orang mulai melirik metode konsultasi secara tidak langsung, seperti konsultasi online, yang mampu menyingkirkan berbagai halangan ini. Melalui konsultasi online, masalah dalam membuat perjanjian menjadi lebih mudah ditangani. Jam yang dipilih lebih fleksibel karena baik dokter maupun
Usia yang belia tidak menghambat pengabdian dr. Puti Alimah demi kemajuan kesehatan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Menjadi dokter tidaklah mudah, perlu perjuangan baik dari segi akademis, waktu, dan tenaga demi mendapatkan gelar sebagai profesi pelayan kesehatan masyarakat. Setelah mendapatkan gelar, para dokter yang baru disumpah harus mengabdi ke daerah yang terpilih melalui Program Internsip Dokter Indonesia yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selama kurang lebih satu tahun. Seluruh rangkaian proses tersebut turut mewarnai perjalanan pengabdian dr. Puti Alimah. Mengejar Cita-Cita Puti, seorang dokter kelahiran 1995 ini mulanya terinspirasi menjadi dokter setelah melihat profesi ayahnya sebagai seorang dokter. Selama mengenyam di bangku pendidikan, ia merasa mata pelajaran yang paling berkesan dan sesuai dengan minatnya adalah biologi. Oleh karena itu, Puti pun kepadalangsungjugaseorangdengandokter.menjadimengejardirinyamemantapkansemakinuntukcita-citaseorangImpiannya,menjadidokter,iadapatberinteraksidanberkontribusimasyarakat.
Awal Pengabdian Dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ini melanjutkan kegiatan internship di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tepatnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) “45” Kabupaten Kuningan selama satu tahun. Puti sendiri menilai ada banyak kenangan dan pembelajaran yang ia dapatkan semasa internship di daerah tersebut. Hambatan pertama yang dihadapi adalah bahasa. Dokter asal Jakarta ini terbiasa menggunakan bahasa Indonesia, namun tiba-tiba harus dihadapkan dengan bahasa Sunda yang kurang familier di telinganya. Banyak dari pasien yang ditemui menggunakan bahasa daerah sehingga Puti harus mengonfirmasi kembali kepada perawat mengenai hal yang disampaikan oleh pasien. Hambatan ini pun pada akhirnya dapat dilalui karena ia senang mempelajari bahasa baru. Menurutnya, pengalaman ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan membuatnya banyak belajar. Selain dari segi interaksi dengan masyarakat, Puti juga mendapatkan beragam kasus di Kabupaten Kuningan. Kasus-kasus yang ditemuinya ini mungkin tidak dapat ia tangani secara langsung jika tetap berada di kota besar. Di Kuningan, Puti mendapatkan kesempatan langsung untuk menangani kasus besar akhir ini, yaitu pandemi COVID-19. Dokter lulusan tahun 2019 ini pun turut menjadi tenaga kesehatan di Kabupaten Kuningan sejak awal pandemi ini terjadi. Ia menyaksikan langsung bagaimana perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dari normal hingga penuh tantangan karena pandemi. Kewajiban seperti memakai alat pelindung diri (APD) yang terdiri atas beberapa lapis pun membuatnya harus menahan suhu panas akibat penggunaanKebingunganAPD. dan kegelisahan turut
teman-temansecarabelummusuhkalatenagamenyelimutikesehatanmenghadapibaruyangdiketahuipasti.Perlahan,sejawatpun ikut tumbang akibat melawan musuh baru ini. Hal ini tentu membuat gadis berkaca mata tersebut harus bekerja ekstra di luar jam kerja yang diberikan saat awal. Kondisi tersebut terjadi akibat keterbatasan tenaga kesehatan dalam menghadapi virus COVID-19. Tak jarang, Puti juga mendapatkan kabar tenaga kesehatan lainnya yang gugur saat berjuang melawan virus ini. Okupansi rumah sakit terus meningkat dari hari ke hari akibat penyebaran virus yang cepat. Namun, segala kondisi yang dihadapi membuat semangat Puti tidak pernah padam. Musibah ini justru ini menjadi pembelajaran ke depan dan pengalaman menjadi saksi sejarah dari pandemi yang telah mengubah sistem kesehatan di Indonesia.
MEDIA AESCULAPIUS17 Suka
PerjuanganDuka Tak Hanya Sampai Gelar
Indira/MA
dr. Puti Alimah Tempat, Tanggal Lahir: Bekasi, 16 Oktober 1995 Riwayat Pendidikan: S1 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti “ Tetap berusaha keras di dalam hidup ini dan senantiasa semangat dalam mengejar cita-cita. Puti Alimah Bekal Pembelajaran Selama menjalani masa intership di RSUD “45” Kabupaten Kuningan, Puti mengaku banyak belajar dari dokter-dokter senior yang berada di rumah sakit tersebut. Puti bahkan dipercayai oleh salah satu dokter di RSUD “45” Kabupaten Kuningan untuk turut serta membantu jalannya proses operasi. Menurut Puti, pengalaman ini sangat penting dalam perjalanan menuju cita-citanya menjadi seorang dokter bedah. Dengan mendapatkan ilmu dan pengalaman langsung dari dokter yang ahli di bidang tersebut, Puti merasa sangat bersyukur. Semangatnya dalam mengejar impian menjadi dokter bedah pun meningkat. Dokter berambut ikal ini juga mengaku masih mengingat dengan jelas segala pengalaman yang ia jalani selama menjadi dokter di sana.Saat menjalani intership di RSUD “45” Kabupaten Kuningan, Puti mau tak mau harus berpisah dengan beberapa sahabat dari almamaternya. Hal ini terjadi karena sistem pemilihan intership yang berbedabeda bagi setiap individu. Puti pun ditantang untuk menjalankan intership di Kabupaten Kuningan bersama orang-orang baru. Mulanya, tentu saja hal ini terasa berat karena ia harus beradaptasi kembali dengan lingkungan baru dan bahasa baru. Dokter ini juga harus kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia banyak bertemu dengan orang baru yang tidak hanya terbatas dari kalangan dokter saja, tetapi juga teman sejawat lainnya. Bersyukurnya, Puti menjadi lebih dekat dengan para tenaga kesehatan lainnya dan bisa merasakan semangat kekeluargaan saat berada di RSUD “45” Kabupaten Kuningan. Bagi Puti, pengalaman internship di RSUD “45” Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Waktu satu tahun yang ia habiskan di daerah tersebut membuat dokter kelahiran Bekasi ini belajar banyak hal dan menjadi bekal penting dalam menjadi dokter yang lebih baik lagi di masa depan. Perjuangan menjadi seorang dokter tidak berakhir ketika sudah mendapatkan gelar dokter,. Perjalanan yang harus ditempuh masih panjang dan penuh rintangan. Namun, jangan pernah menyerah karena seluruh hal yang terjadi pada diri kita saat inilah yang akan membentuk diri kita di masa depan. Oleh karena itu, Puti berpesan untuk tetap berusaha keras di dalam hidup ini dan senantiasa semangat dalam mengejar citacita. fadila
18MEDIA AESCULAPIUS Suka Duka
MEDIA AESCULAPIUS19 Kabar Alumni Internship Semasa Pandemi
Meningkatkan taraf pendidikan kedokteran adalah kunci pembangunan kesehatan Indonesia dr. Elvira Lesmana E-mail: elviralesmana0505@gmail.com+6285811240637 Bagi dr. Elvira Lesmana, tahun 2021 hingga 2022 bukanlah tahun yang mudah untuk dijalani. Usai menuntaskan pendidikannya dalam memperoleh gelar dokter, Elvira harus dihadapkan dengan berbagai keterbatasan akibat pandemi Covid-19. Perempuan yang mengangkat sumpah dokternya pada tahun 2021 ini mau tidak mau menjalani program internship dengan segala penyesuaian yang ada, meskipun tidak sesuai dengan apa yang ia mimpikan. Elvira memenuhi panggilan internship di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, sebuah rumah sakit tipe B yang menjadi rumah sakit rujukan wilayah Jakarta Barat dan sekitarnya. Terpilihnya rumah sakit ini sebagai wahana internship Elvira tidak terlepas dari perubahan kebijakan yang mengikuti pandemi Covid-19. Padahal, Elvira sudah merencanakan untuk internship di daerah luar Jakarta, Nusa Tenggara TimurTakcontohnya.disangkabahwa ketidaksesuaian realita dengan rencana ini mendatangkan banyak pelajaran dan pengalaman bagi Elvira. Selama 9 bulan menjadi dokter magang di RSUD Cengkareng, ia menghadapi segudang kejadian yang berkesan dan membantu dirinya dalam berproses sebagai seorang dokter. RSUD Cengkareng memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan jumlah pasien yang banyak. Kasus yang ditemukan pun beragam, khususnya ketika Elvira menjadi dokter jaga di instalasi gawat darurat (IGD). Oleh karena itu, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) angkatan 2015 tersebut dapat mengambil sebanyak-banyaknya kesempatan untuk melakukan beberapa prosedur yang kurang didapatkannya semasa pendidikan, salah satunyaSepanjangintubasi.
internship, Elvira juga menyadari pentingnya kecakapan dalam berkomunikasi bagi profesi dokter. Tak jarang Elvira harus menerangkan dan mengarahkan pasien yang tidak mengerti alur penggunaan jaminan sosial di rumah sakit rujukan. Tak hanya itu, terkadang dokter ini bertemu dengan pasien yang menimbulkan kasus false emergency di IGD. Pasien seperti ini tentunya perlu diberikan pemahaman agar tidak mengganggu kemaslahatan tenaga kesehatan ataupun pasien darurat lainnya, salah satunya dengan komunikasi efektif. Selain itu, komunikasi interprofesional juga esensial dalam menjaga hubungan dengan rekan kerja. Tidak jarang dirinya dihadapkan dengan tantangan dalam bertugas. Pasalnya, dalam sebuah fasilitas kesehatan, individu yang terlibat berasal dari lingkungan yang berbeda-beda sehingga diperlukan kemampuan adaptasi dan mawas diri yang tinggi. Ke depannya, Elvira tentu ingin mengejar karirnya sebagai dokter hingga menjadi dokter spesialis. Kini, Elvira tengah menunggu urusan administrasi untuk dirinya berdarma sebagai dokter umum. Selagi menunggu, dokter yang semasa mahasiswa menyandang titel sebagai mahasiswa berprestasi FKUI 2018 kategori aktivis ini mengisi waktunya dengan belajar dan magang. Tidak hanya terkonsentrasi mempelajari materi kedokteran dan komunikasi, tetapi juga berbagai ilmu hidup lain, termasuk literasi keuangan. Menurut Elvira, di zaman yang dinamis ini, kita harus lebih terbuka terhadap dunia dan tidak terpaku hanya dengan satu kemungkinan jalan hidup. yuri Foto: dokumen pribadi
Penelitian bukanlah suatu proses satu langkah, tetapi merupakan serangkaian tahapan yang berkesinambungan. Tidak jarang peneliti menjumpai kesulitan pada salah satu atau beberapa tahapan penelitian. Oleh karena itu, untuk membantu peserta memahami alur penelitian, Risetku Research Academy mengadakan serial webinar melalui Zoom Meeting pada tanggal 3-5 Juni 2022. Webinar hari pertama mengangkat topik “Memulai dan Membuat Proposal Penelitian” yang dibawakan oleh Muhammad Alifian Remifta M. Res. Adapun pada hari kedua, Dr. dr. Aria Kekalih, MTI menyampaikan materi “Pendanaan, Kaji Etik, Dasar-dasar Penelitian Laporan Riset, dan Plagiarisme”. Webinar pada hari terakhir membahas materi “Data security, Tabulasi, dan Manajemen Sitasi” oleh dr. Aldo Ferly, M.Res, serta “Dasar-dasar Perjalanan Publikasi dan Tanggung Jawab Publikasi” oleh dr. Grace Wangge, MSc., PhD Penelitian yang baik dimulai dari ide yang baik. Ide yang baik perlu dilandasi oleh referensi yang memadai. “Untuk mendapatkan ide yang baik, kita bisa mulai dari jurnal dan database, yang dari sana dapat membantu kita update akan fokus penelitian terkini,” ujar Alifian. Setelah membentuk ide penelitian, peneliti perlu menentukan manfaat penelitian, mencari pembimbing, membangun sebuah tim, serta menentukan variabel dan desain penelitian. Lalu, langkah selanjutnya adalah menyusun proposal. Struktur proposal yang jamak dikenal terdiri atas lembar utama, lembar pernyataan dan pengesahan, pendahuluan, tinjauan pustaka, serta metode penelitian. Adapun perihal penulisan laporan riset, masing-masing studi memiliki ciri khas sebagaimana panduan penulisannya.
MeetingZoomlayartangkapFoto: AcademyResearchRisetku
Penelitian merupakan bagian penting dari proses akademik maupun pembuktian suatu temuan. Lantas bagaimana menyusun penelitian hingga dapat dipublikasi pada khalayak?
Capai
Penelitian Berkualitas melalui Langkah Sistematis
20MEDIA AESCULAPIUS Seputar Kita
Pendanaan memiliki andil yang cukup besar dalam sebuah penelitian. Beberapa di antaranya adalah sebagai biaya kaji etik, perizinan dan keperluan di lapangan, serta biaya publikasi. Pendanaan oleh lembaga terkait menjadi hal penting dalam keberhasilan penelitian. Selain itu, sebagian besar penelitian kesehatan tidak luput dari risiko yang menyertai. Oleh karena itu, kaji etik penelitian sebaiknya mampu mempertimbangkan ukuran manfaat dan risiko yang timbul. “Kaji etik sudah menjadi keharusan untuk semua penelitian menggunakan obat, obat tradisional, suplemen, atau pangan di Indonesia pada hewan dan manusia di klinik maupun di komunitas,” tegas Aria. Salah satu perilaku tidak terpuji yang dapat membuahkan konsekuensi besar dalam penelitian adalah plagiarisme. Tindakan ini dapat dicegah dengan membuat sitasi, membubuhkan tanda kutip maupun melalui parafrase. Penulisan referensi sebagai pencegahan plagiarisme juga kian mudah dengan kehadiran aplikasi manajemen sitasi seperti Mendeley dan EndNote. Sementara itu, masalah lain yang dapat muncul pada penelitian adalah terkait keamanan data. Oleh karena itu, segala informasi kesehatan individu merupakan informasi yang wajib dilindungi. Pada akhirnya, seluruh rangkaian penelitian akan sampai pada tahap publikasi. Namun, dalam melakukan publikasi, peneliti perlu memilih tempat publikasi jurnal yang terpercaya. Di Indonesia sendiri terdapat ketentuan untuk mempublikasi penelitian pada jurnal yang telah terindeks SCOPUS atau SINTA. “Ketentuan tersebut baik juga untuk menghindarkan Anda dari jurnal predator. Terkadang ketika sudah memiliki publikasi, akan banyak email masuk yang akan menawari Anda publikasi di jurnal yang tidak jelas” tambah Grace. cahyadi
Kegemaran Andrea dalam berolahraga, khususnya workout, bermula saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat itu, fisiknya yang kurus kerempeng menyebabkan orang-orang sering mengomentarinya untuk menambah massa tubuh. Hal ini membuatnya sedikit merasa malu. Untuk melawan rasa malu tersebut, Andrea pun mulai menanamkan niat untuk berolahraga. “Pertama kali pas SMP (mulai) olahraga yang beneran angkat sesuatu atau lifting gitu dan saat itu masih belum jadi hobi, baru ada niat angkat badan atau push up setiap hari sebelum berangkat sekolah, tetapi tidak ada efek karena masih niat. Terus lama-lama jadi kebiasaan setiap hari sampai sekarang dan akhirnya jadi hobi dan suka,” ungkapnya. Selain workout, Andrea juga gemar berenang yang memang sudah digelutinya sejak masih kecil. Selama menjalani hobi, baik dahulu maupun saat ini, suka dan duka tentu pernah Andrea rasakan. “Sukanya, kalau mood jelek, misalnya habis dimarahi atau diomongin, biasa saya pergi untuk olahraga dan melampiaskan kesedihan di sana, dan pulang-pulang jadi happy lagi. Semacam mood booster untuk saya,” ujarnya diselingi tawa. Di balik suka tersebut terselip duka, yaitu kemungkinan terjadinya cedera ringan hingga serius apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Dokter ini juga membagikan pengalaman menariknya. Ia pernah terpentok alat gym yang menyebabkan kepalanya menjadi benjol. Sejak saat itu, Andrea mulai menggunakan topi untuk mencegah hal tersebut kembali terulang. Ia juga pernah menarik perhatian orang karena berada di lift dalam keadaan basah kuyup mengenakan jas lab setelah berenang.
SemangatPembangkitTemanOlahraga,SenggangSetia
Angkat beban yang sungguhan mengangkat beban dr. Andrea Laurentius E-mail: laurentiusandrea@gmail.com Foto: dokumen pribadi Kesibukan dan peliknya kehidupan tidak mampu melunturkan keinginan seseorang untuk selalu menjaga pola hidup sehat dengan rajin berolahraga, begitu pula yang dirasakan oleh dr. Andrea Laurentius. Saat ini, dokter lulusan FKUI angkatan 2016 tersebut sedang dalam masa persiapan internship dan menjadi salah satu panitia dari Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) yang diselenggarakan pada bulan September ini. Terlepas dari segala macam kesibukan saat ini, Andrea selalu menyisihkan waktunya untuk berolahraga demi menjaga tubuh tetap fit. Pria kelahiran Medan ini mengungkapkan bahwa berolahraga menjadi kegiatan rutinnya kini setiap 2 hari sekali. “Tidak harus gym, bisa jogging atau stretching di kamar kalau sedang tidak ada jadwal atau malas,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Kalau dengan schedule seperti saya (saat ini), masih bisa ke gym 2 hari sekali karena sekarang work from home jadi not much trouble Namun, saat koas, kadang skip karena waktu yang bertabrakan dan tidak cukup sehingga tidak terlalu rutin, dan tujuannya juga untuk bikin happy. Kalau yang sekarang lebih fokus untuk shaping.”
MEDIA AESCULAPIUS21
Andrea telah merasakan langsung manfaat dari hobinya tersebut dalam kehidupan pribadi. Ia merasa tubuhnya lebih sehat dan fit. Selain itu, olahraga juga membuatnya memiliki pikiran yang lebih tenang, fokus, serta mood yang baik sehingga berdampak positif bagi aktivitas belajarnya. Setelah menjadi dokter, ia menyadari hobi ini juga memberikan manfaat dalam membantu perannya sebagai role model untuk pasienpasien ketika memberikan saran kesehatan. Terakhir, dokter berkaca mata ini memberikan pesan berupa pantun. “Beli apel di pasar minggu. Jangan lupa bawa mangga. Jangan hanya belajar melulu. Mau sehat, ayo olahraga!” savira
4. Asal nama spuit atau syringe, diambil dari nama peri Yunani yang diubah menjadi buluh.
7. Sindrom pertumbuhan tulang, kulit, dan jaringan lemak berlebih secara mosaik sehingga tampak malformasi asimetris. Nama sindrom ini diambil dari dewa Yunani yang dapat mengubah bentuk tubuhnya.
1. Vertebra servikalis pertama. Tulang ini dinamakan dari titan dalam mitologi Yunani yang menopang dunia pada pundaknya.
Pertanyaan
8. Sindrom psikosomatik yang dialami migran. Istilah ini diambil dari pahlawan Yunani yang menempuh waktu 10 tahun untuk pulang setelah berperang dalam Perang Trojan.
6. Gangguan ereksi persisten selama 4 jam atau lebih, terlepas dari stimulasi seksual. Istilah ini diambil dari dewa Yunani yang terlahir dengan kondisi ereksi persisten, Priapus.
3. Kondisi penurunan tenaga dan kesiagaan. Istilah ini diambil dari Sungai Lethe, sungai di dunia bawah Yunani yang dapat menghilangkan ingatan para peminum airnya.
22MEDIA AESCULAPIUS Segar Mitologi
Yunani dalam Kedokteran
9. Dewi Yunani yang menjadi simbol kesehatan, kebersihan, dan sanitasi.
2. Pertumbuhan tinggi badan abnormal akibat produksi hormon pertumbuhan berlebih. Istilah ini diambil dari Gigantes atau raksasa.
10. Struktur otak yang menyerupai bentuk kuda laut dalam mitologi Yunani.
5. Tendon paling tebal. Nama tendon ini berasal dari pahlawan Yunani yang titik lemahnya berada pada lokasi tendon tersebut.
Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini Media aesculapius @mediaaesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783