Media
Surat Kabar
Wabah Cacar Monyet: Waspada, Siaga, Awas?
Aesculapius
Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970
Virtual Reality: Teknik Terbaru Minimalisasi Nyeri Pada Anak
Psikiatri Komunitas, Satu Napas, dan Menyelami tanpa Batas
05/LIX Sep-Ok 2022 | ISSN 0216-4996
Daftar Isi
Headline
Wabah Cacar Monyet: Waspada, Siaga, Awas?
Asuhan Kesehatan Tak Ragu Tangani Keracunan Parasetamol
MA Info
Enyahkan Skabies Sampe Beres
Seremonia
Kupas Tuntas Leukemia pada Anak
Konsultasi
Tangani dan Kenali ISK pada Anak
Advertorial
SOLUS sebagai Solusi Deteksi Dini Kanker Payudara
Kesmas
Transisi Pandemi menjadi Endemi
Iptek
Virtual Reality dalam Medis: Teknik Terbaru Minimalisasi Nyeri Pada Anak
Kolom Umum
Termaginalkan oleh Kemajuan Zaman
Suara Mahasiswa Penerapan Rekam Medis Elektronik di Indonesia
3 6
Daftar Isi
7 8 9 11 12 13 14 15
Arbeb
Mindful Eating: Kenyang Bukan Hanya Sekadar Kenyang
Suka Duka
Psikiatri Komunitas, Satu Napas, dan Menyelami tanpa Batas
Kabar Alumni
Menjadi Kepala Puskesmas Selepas Lulus
Seputar Kita
Kenali Cacar Monyet, Hindari Pandemi Berikutnya
Senggang
Berpetualang di Alam: Membawa Kebahagiaan hingga Kebermanfaatan
Segar
Seputar Penyakit Jantung
Ilustrasi Sampul oleh Sherlyn A. (MA)
1
MEDIA
AESCULAPIUS
16 17 19 20 21 22
Dari Kami Salam sejahtera untuk kita semua. Apa kabar, Pejuang Kesehatan di seluruh Nusantara? Semoga semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien dan mencari ilmu-ilmu kesehatan terbaru tetap terjaga meskipun sudah memasuki separuh akhir tahun 2022. Berjumpa lagi dengan Surat Kabar Media Aesculapius. Sudah dua tahun kami bertransformasi dalam bentuk digital dengan harapan dapat lebih mengikuti perkembangan zaman dan juga dapat hadir lebih dekat dengan pembaca. Dua tahun ini memang menjadi tahun yang menantang bagi kita semua: terombang-ambing di tengah ketidakpastian pandem dan adanya masalah-masalah kesehatan yang nampaknya terus bermunculan pascapandemi Covid-19. Tetap saja, berbagai tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap menyebarkan informasi dan semoga semangat Pembaca sekalian untuk terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk negeri. Baru bersiap bernapas lega akan kasus Covid-19 yang melandai, masyarakat dan tenaga kesehatan kembali diteror ancaman wabah cacar monyet. Sempat menghebohkan masyarakat dunia beberapa saat lalu, lantas, bagaimana perkembangan terbaru kasus cacar monyet? Seberapa besar kewaspadaan yang kita, tenaga kesehatan dan masyarakat, perlukan dalam menghadapi cacar monyet? Garis bawahi jawabannya di rubrik Headline. Teknologi kedokteran semakin hari, semakin berkembang. Tak hanya menggantikan fungsi organ atau mengolah data-data kesehatan, inovasi terbaru dalam bentuk virtual reality (VR) sedang dikembangkan untuk mengalihkan perhatian pasien dalam prosedur invasif. Efektivitas dan keterbatasan teknologi VR dalam mengatasi nyeri dikupas habis pada rubrik Iptek. Parasetamol merupakan analgesik yang sangat umum digunakan oleh masyarakat. Meskipun relatif aman, obat yang beredar luas di pasaran ini dapat menimbulkan toksisitas apabila digunakan dalam dosis besar. Artikel “Tak Ragu Tangani Keracunan Parasetamol” menyajikan langkah-langkah mengatasi keracunan parasetamol. Siapa bilang seorang dokter tak bisa memiliki hobi menantang? Rubrik Senggang edisi kali ini menyajikan kisah sosok dokter dengan hobi mendaki gunung. Tak disangka, hobinya tersebut justru melahirkan sebuah platform yang mengedukasi masyarakat. Akhir kata, selamat menikmati Surat Kabar Media Aesculapius edisi SeptemberOktober 2022. Semoga bermanfaat dan dapat menghibur pembaca sekalian. Salam sehat!
Amanda Safira Aji, S.Ked Pemimpin Redaksi
MEDIA AESCULAPIUS
Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius
Pemimpin Umum: Stella Kristi Triastari. POSDM: Alessandrina Janisha P, Ariestiana Ayu A, Fahriyah Raihan M, Hubert Andrew. Pemimpin Produksi: Ayleen Huang. Wakil Pemimpin Produksi: Ilona Nathania. Tata Letak dan Cetak: Aisha Putri C, Chastine Harlim. Ilustrasi dan Fotografi: Indira Saraswati S, Athira Marsya K. Infografis: Hasbiya Tiara K, Nabilla Luthfia S, Kania Aisyah P. Staf Produksi: Reihan Khairunnisa, Sherlyn Austina, Yasmin Nur A, Auvan Lutfi, Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M. Pemimpin Redaksi: Amanda Safira Aji. Wakil Pemimpin Redaksi: Alessandrina Janisha P. Chief Editor: Gabrielle Adani, Izzati Diyanah, Alexander Rafael. Redaktur Senior: Aughi Nurul A, Billy Pramatirta, Elvan Wiyarta, Jessica Audrey, Jonathan Hartanto, Leonaldo Lukito N, Lidia Puspita H, Mariska Andrea S, Prajnadiyan C, Sheila Fajarina S, Wira Tirta D. Redaktur Headline: Ryan Andika, Benedictus Ansel S. Redaktur Klinik: Raisa Amany. Redaktur Ilmiah Populer: Laurentia. Redaktur Opini & Humaniora: Rejoel Mangasa S. Redaktur Liputan: Rheina Tamara T. Redaktur Web: Kelvin Kohar, Taris Zahratul A, Hendra Gusmawan. Reporter Senior: Albertus Raditya D, Alexander Rafael S, Ariestiana Ayu AL, Kareen Tayuwijaya, Nada Irza S. Reporter Junior: Alifa Rahma R, Cahyadi Budi S, Dwi Oktavianto M, Fadila Julianti, Oriana Zahira P, Rahmi Salsabila, Savira Wijaya, Sofia Salsabilla S, Yosafat Sebastian P, Yuri Annisa I. Pemimpin Direksi: Rafaella Shiene W. Wakil Pemimpin Direksi: Aulia Nisrina Y. Staf Direksi: Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Engelbert Julyan G, Laureen Celcilia, Regine Viennetta B, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com
MEDIA
AESCULAPIUS
2
Headline
Wabah Cacar Monyet: Waspada, Siaga, Awas? Sempat menjadi teror bagi masyarakat Indonesia, seberapa banyak dosis kewaspadaan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat?
A
a/M
Ilon
D
i tengah perjuangan dunia berperang melawan pandemi Covid-19 yang semakin hari semakin melandai, penyakit cacar monyet atau yang dikenal sebagai monkeypox sempat mulai teridentifikasi di beberapa negara non-endemik. Dikutip dari situs web Centers for Disease Control and Prevention (CDC) per 30 September 2022, jumlah kasus monkeypox di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 70.000 kasus. Angka ini tentu menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Kekhawatiran bahwa cacar monyet akan menjadi jilid kedua dari apa yang dialami selama dua tahun ini semakin merebak. Akan tetapi, sejauh apa masyarakat perlu khawatir mengenai penyebaran penyakit cacar monyet? Bagaimana potensinya menjadi sebuah pandemi dibandingkan dengan Covid-19? Kemunculan Monkeypox di Tanah Air, Apakah Kita Siap? Infeksi virus monkeypox merupakan penyebab dari penyakit cacar monyet yang dalam waktu dekat ini telah menginfeksi sejumlah orang di berbagai belahan
3
MEDIA
dunia. Untuk memahami fenomena melonjaknya kasus cacar monyet, perlu dipahami rute transmisi penyakit ini. dr. Adityo Susilo, SpPD, KPTI, FINASIM dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), menyebutkan bahwa cacar monyet umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi, atau objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien. “Selain itu, transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasenta juga dimungkinkan,” kata Adityo dilansir dari Detik.com. Sejak kemunculan cacar monyet tahun ini, tepatnya di Inggris pada 6 Mei 2022, WHO mengumumkan pada seluruh dunia untuk waspada terhadap monkeypox yang telah ditetapkan sebagai kedaruratan kesehatan global per tanggal 23 Juli 2022. Indonesia telah melakukan berbagai upaya, mulai dari meningkatkan kewaspadaan, memberikan edukasi dan sosialisasi, persiapan di pintu masuk-pintu masuk negara, serta persiapan fasilitas pelayanan kesehatan, baik penanganan awal, deteksi, dan pengobatan apabila ada pasien cacar monyet. Belum
AESCULAPIUS
Headline
“
Namanya pandemi, bisa akan habis, bisa muncul lagi dengan pasien baru. Saya kira ini suatu kehidupan yang biasa, termasuk halnya dengan pandemi Covid-19. dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
didapatkan kasus cacar monyet di Indonesia hingga pada Sabtu, 20 Agustus 2022, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH dalam Konferensi Pers: Penemuan Pasien Pertama Terkonfirmasi Monkeypox (20/8), menyampaikan penemuan kasus pertama terkonfirmasi cacar monyet di Indonesia. “Ada 1 pasien terkonfirmasi, dari DKI Jakarta, seorang laki-laki berusia 27 tahun,” ungkap Syahril. Pasien tersebut diketahui baru pulang dari bepergian ke luar negeri dan mengalami gejala demam juga pembesaran kelenjar limfa, tetapi dapat dipastikan bahwa kondisi pasien saat ini baik-baik saja. “Saat ini pasien dalam keadaan baik, tidak sakit berat dan ada cacarnya atau ruam-ruamnya di muka, di telapak tangan dan kaki. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit, tapi cukup isolasi mandiri,” tambahnya. Kembali Membawa Ketakutan, Akankah Pandemi Terulang Lagi? Syahril menjelaskan bahwa apabila dibandingkan dengan Covid-19, gejala klinis yang ditimbulkan cacar monyet tidak terlalu berat. “Cacar monyet tidak terlalu berat sakitnya. Kalau dibandingkan dengan Covid-19, jauuhh, Covid-19 sangat jauh beratnya,” ujarnya. Cacar monyet sendiri merupakan suatu penyakit self-limiting, yang berarti mampu sembuh dengan sendirinya dalam masa inkubasinya, yaitu selama 21–28 hari asalkan tidak ada infeksi tambahan, komorbid yang berat, imunokompromais, ataupun faktor pemberat lainnya. Kemunculan kembali monkeypox di beberapa negara non-endemisnya membuat publik pun bertanya-tanya mengenai seberapa besar kemungkinannya untuk melambung sampai pandemi. “Namanya pandemi, bisa akan habis, bisa muncul lagi dengan pasien baru. Saya kira ini suatu kehidupan yang biasa, termasuk halnya dengan pandemi Covid-19. Suatu saat pandemi Covid-19 sudah dianggap landai, tidak terlalu mengancam kesehatan, perekonomian, atau bidang lainnya, maka pandemi berakhir. Bisa jadi akan muncul pandemi baru, dan kita tidak akan tahu,” terangnya saat menjawab pertanyaan dari rekan pers mengenai kemungkinan
MEDIA
cacar monyet menjadi pandemi baru di Indonesia. Sementara itu, dr. Dicky Budiman, MScPH, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, berpendapat bahwa kemungkinan monkeypox menjadi pandemi sangatlah kecil. Dicky berpendapat bahwa saat ini, kurang lebih 30% dari populasi di dunia sudah memiliki kekebalan terhadap monkeypox. Hal tersebut berkaitan dengan adanya vaksinasi terhadap smallpox yang dinilai efektif juga sebagai pencegahan dari monkeypox. Selain itu, Dicky juga berpendapat bahwa suatu pandemi biasanya disebabkan oleh penyakit yang baru saja muncul, contohnya Covid-19. Lantas, bagaimana dengan monkeypox? Monkeypox bukanlah suatu penyakit yang baru ditemukan sehingga masyarakat sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Selain itu, berdasarkan data yang dipaparkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia hanya memiliki satu kasus terkonfirmasi monkeypox dan satu kasus suspek. Semenatara itu, terdapat 73 kasus discarded yang mayoritas menderita varicella. Harap Tenang, Namun Tetap Waspada Walaupun potensi monkeypox di Indonesia tergolong rendah, pemerintah tetap melakukan berbagai upaya preventif agar penyakit. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi pengumpulan informasi cepat, meningkatkan kewaspadaan publik, deteksi, dan treatment, serta vaksin. Pengumpulan informasi cepat dilakukan dengan memantau informasi dari WHO dan ECDC. Peningkatan kewaspadaan publik dilakukan dengan membuat berbagai surat edaran dan pedoman, lalu mempublikasikan dan memaparkannya kepada masyarakat. Pemerintah juga mengupayakan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses deteksi monkeypox. Terakhir, upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah menyediakan pengobatan dan vaksin yang diperlukan. Dicky berpendapat bahwa pemerintah harus tetap waspada akan kondisi COVID-19. Oleh karena itu, Dicky menyarankan kepada pemerintah untuk sesegera mungkin melakukan pemeriksaan. Selain itu, Dicky juga menilai isolasi perlu dilakukan mengingat mudahnya jalur transmisi dari penyakit ini. Monkeypox dapat ditularkan ke orang lain jika ada kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau menyentuh permukaan barang yang terkena droplet monkeypox. Monkeypox merupakan suatu penyakit yang menjadi perbincangan di berbagai penjuru dunia. Angka kejadian monkeypox di negara lain dapat dikatakan cukup tinggi, namun tidak terlalu signifikan di Indonesia. Meskipun demikian, alangkah baiknya untuk melakukan langkah-langkah preventif agar monkeypox tidak menyebar di Indonesia. Langkah preventif yang dapat dilakukan berupa pelacakan kasus dengan meminta suspek atau kontak erat untuk melakukan test. Selain itu, dianjurkan juga untuk mengisolasi pasien yang berasal dari luar negeri. lala, savira
AESCULAPIUS
4
Headline
Kupas Tuntas Monkeypox: Tak Kenal, Maka Tak Waspada
M
onkeypox menimbulkan kekhawatiran terutama kemunculannya di tengah isu peralihan pandemi menjadi endemi. Monkeypox atau cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox yang berasal dari genus Orthopoxvirus. Penyakit tersebut dapat ditularkan secara kontak langsung antara manusia dengan manusia atau dari hewan ke manusia. Gejala yang menandakan adanya infeksi virus monkeypox, antara lain sakit kepala, demam, nyeri punggung, berkurangnya energi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam. Gejala dapat menghilang setelah dua hingga empat minggu terinfeksi. Berdasarkan data WHO, terdapat 71.237 kasus cacar monyet di seluruh dunia. WHO menetapkan bahwa monkeypox termasuk ke dalam kedaruratan kesehatan publik tingkat internasional. Penderita monkeypox lebih banyak berasal dari jenis kelamin lakilaki, terutama pada orang-orang yang berganti-ganti pasangan dan melakuan seks sesama jenis. Akan tetapi, monkeypox dapat menginfeksi siapa saja. Seseorang yang tinggal atau punya riwayat kontak erat dengan individu yang terinfeksi monkeypox adalah orang yang paling berisiko untuk tertular. Penularan dapat melalui kontak langsung dengan ruam, koreng, atau cairan tubuh dari penderita dan juga menyentuh permukaan yang pernah digunakan oleh penderita monkeypox. Monkeypox umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Karena itulah, mengonsumsi makanan yang bergizi, minum dan tidur yang cukup, serta menjaga
kesehatan mental menjadi penting untuk dilakukan. Pengobatan khusus untuk melawan monkeypox masih dalam tahap pengembangan. Antivirus tecovirimat (TPOXX), yaitu antivirus untuk smallpox, masih diuji keamanan serta efektivitasnya oleh para ilmuwan. TPOXX hanya untuk orang dengan monkeypox yang parah atau yang berisiko tinggi terkena penyakit parah karena dapat membantu meminimalkan gejala. Komplikasi yang dapat timbul pada infeksi monkeypox antara lain infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran, dan masalah mata. Saat ini, sudah terdapat laporan kasus meninggal di Nigeria dan Republik Afrika Tengah. Komplikasi berat yang mungkin terjadi dan belum adanya pengobatan khusus menjadi motivasi kuat untuk mencegah penularan monkeypox. Langkah pencegahan terinfeksi monkeypox dimulai dengan membatasi kontak dengan kasus terkonfirmasi atau suspek monkeypox, serta dengan hewan yang berisiko menularkan. Selain itu, kampanye menjaga kebersihan dan disinfeksi secara teratur juga bagian dari usaha untuk mencegah lebih lanjut penyebaran monkeypox. Walaupun monkeypox belum mencapai status pandemi layaknya Covid-19, tidak sedikit advokasi yang digencarkan untuk mencegah lonjakan kasusnya. Sama seperti Covid-19, selalu waspada terhadap gejala monkeypox serta senantiasa menjaga kesehatan diri dan lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit. lala, savira
SKMA untuk Anda!
!
Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.
1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya
Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada bit.ly/EvaluasiSKMA22
Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius
5
MEDIA
AESCULAPIUS
Asuhan Kesehatan
Tak Ragu Tangani Keracunan Parasetamol Tanggap menghadapi keracunan parasetamol, analgesik yang beredar luas di pasaran
MEDIA
/M
A
terganggu apabila pasien tidak sadarkan diri. Oleh karena itu, diperlukan manuver, seperti chin lift, hingga penggunaan ventilasi apabila dibutuhkan. Pasien dengan hipotensi perlu segera diberikan infus NaCl. Jika pasien datang dalam 1 jam setelah konsumsi serta berada dalam kondisi sadar dan stabil, pasien dapat diberikan arang aktif. Zat tersebut dapat mencegah absorpsi racun ke saluran pencernaan. Jika pasien keracunan parasetamol dengan nomogram RumackMatthew di bawah standar possible, yakni monogram konsentrasi parasetamol yang dihubungkan dengan waktu setelah konsumsi untuk memprediksi kemungkinan hepatotoksisitasnya, pasien dapat dipulangkan setelah bersih secara medis. Pada pasien dengan indikasi bunuh diri, diperlukan evaluasi psikiatri sebelum dipulangkan. Sementara itu, antidotum yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami kemungkinan hepatotoksisitas adalah n-asetilsistein. N-asetilsistein bersifat hepatoprotektif dan sangat efektif bila diberikan 8–10 jam setelah konsumsi. Dosis yang dapat diberikan secara oral adalah 140 mg/kgBB dengan dosis pemeliharaan sebesar 70 mg/kgBB setiap 4 jam sebanyak 17 dosis. Pemberian oral ini dapat menimbulkan mual dan muntah. Sementara itu, secara intravena, dosis awal sebesar 150 mg/kgBB selama 1560 menit, dilanjutkan dengan infus 12,5 mg/kgBB per jam selama 4 jam, dan diikuti 6,25 mg/kgBB per jam selama 16 jam. Keracunan parasetamol dapat membahayakan nyawa sehingga diperlukan perhatian lebih terhadap tanda vital pasien. Disamping antidotum, pengawasan dan terapi suportif juga menjadi aspek penting dalam terapi pada pasien. Tentunya, edukasi perlu diberikan kepada pasien agar hal serupa tak terulang kembali. rahmi ira
arasetamol merupakan obat golongan analgesik non-narkotik dan antipiretik yang tersedia secara bebas di pasaran. Apabila dikonsumsi secara berlebihan, obat ini dapat menimbulkan keracunan yang dapat berujung pada hilangnya nyawa pasien. Peran dokter dalam penanganan kegawatdaruratan pasien keracunan obat ini tentunya menjadi sangat penting. Parasetamol memiliki metabolit yang bersifat hepatotoksik. Pada pemberian dosis berlebih, metabolit tersebut meningkat dan bereaksi dengan sel-sel hepar sehingga menimbulkan nekrosis. Dosis yang dapat menyebabkan toksisitas adalah 150 mg/kg pada anakanak dan 7,5-10 g pada dewasa. Pasien yang mengalami keracunan parasetamol dapat memunculkan berbagai gejala yang diklasifikasikan menjadi beberapa stadium. Pada stadium I (0–24 jam), pasien mungkin tidak mengalami gejala atau mengalami gangguan sistem pencernaan berupa mual, muntah, pucat, serta malaise dan keringat dingin. Memasuki stadium II (24-48 jam), pasien dapat mengalami nyeri abdomen di kuadran kanan atas dan peningkatan AST, ALT, bilirubin, serta waktu prothrombin. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan takikardia dan hipotensi yang mengindikasikan hilangnya cairan serta oliguria yang menjadi penanda gangguan fungsi ginjal. Pada stadium III (72-96 jam), dapat terjadi kegagalan liver serta ensefalopati dengan gejala berupa ikterik, koagulopati, serta hasil tes liver yang meningkat tajam. Terakhir, pada stadium IV (lebih dari 96 jam), dapat terjadi resolusi dari hepatotoksisitas, kegagalan multiorgan, atau kematian. Dalam menata laksana pasien keracunan parasetamol, selain pemberian antidotum, perlu penilaian segera mengenai jalur napas, pernapasan, dan status hemodinamik pasien. Pernapasan sering
In d
P
AESCULAPIUS
6
MA Info
Enyahkan Skabies sampai Beres Skabies masuk dalam penyakit kulit terabaikan oleh WHO. Akan tetapi, rasa gatal yang parah tidak dapat terabaikan, lantas bagaimana cara menanganinya?
S
kabies atau kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau. Tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis dapat bersembunyi di dalam kulit dan menyebabkan rasa gatal yang parah. Rasa gatal dapat semakin terasa saat malam hari. Selain itu, skabies dapat memberikan manifestasi klinis berupa pruritus dan lesi kulit multipel di sela jari, telapak tangan, aksila, bokong, dan genitalia. Kontak kulit dengan kulit dapat menjadi media perpindahan tungau sehingga anggota keluarga memiliki risiko penularan tertinggi. Kudis menjadi masalah kesehatan signifikan di banyak negara berkembang dan oleh WHO telah dinyatakan sebagai penyakit kulit terabaikan pada tahun 2009. Prevalensi skabies secara global berdasarkan studi Beban Penyakit Global sebesar 204 juta. Di Indonesia, data Departemen Kesehatan RI menunjukkan penurunan prevalensi dari sekitar 6-13% pada tahun 2008 menjadi sekitar 4-6% pada tahun 2013. Walaupun demikian, kejadian skabies dapat meningkat pada hunian padat seperti pesantren, asrama, atau panti asuhan. Kemiskinan, gizi buruk, tunawisma, dan praktik higiene yang tidak adekuat turut berkorelasi dengan tingginya prevalensi. Skabies dapat diklasifikasikan menjadi tiga menurut tampilan klinisnya, yakni skabies klasik, berkrusta, dan nodular. Stella/MA Skabies klasik umumnya memberikan gejala pruritus yang bertambah parah di malam hari, kelelahan, serta demam pada pasien dengan impetigo sekunder atau selulitis. Skabies berkrusta terjadi pada pasien dengan imunokompromais yang menampilkan adanya kerak akibat goresan selama periode gatal. Sementara itu, jenis skabies yang jarang terjadi adalah skabies nodular yang menampilkan adanya nodul cokelat kemerahan
7
MEDIA
dengan pruritus dan umum dijumpai pada aksila, genitalia, selangkangan, dan bokong. International Alliance for the Control of Scabies (IACS) telah merumuskan kriteria diagnosis skabies pada tahun 2018. Diagnosis dapat dinyatakan sebagai skabies terkonfirmasi, klinis, atau suspek. Skabies terkonfirmasi apabila ditemukan tungau atau telur pada pemeriksaan laboratorium dengan kerokan kulit atau dermoskopi. Skabies klinis apabila ditemukan terowongan skabies, lesi yang terdistribusi secara khas seperti menyerang genitalia pria, serta adanya riwayat pruritus dan kontak erat dengan individu yang mengalami gatal atau lesi khas skabies. Sementara itu, suspek skabies apabila terdapat lesi khas skabies dengan satu riwayat terkait skabies atau lesi yang tidak khas dengan dua riwayat terkait skabies. Manajemen skabies perlu melihat efektivitas obat terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksisitas, tidak berbau atau kotor, mudah diperoleh, dan murah. Scabisida topikal yang digunakan secara global meliputi permetrin 5%, benzil benzoat 1025%, endapan sulfur 2-10%, krotamiton 10%, malathion 0,5%, dan lindane 1%. Oleh karena efikasi yang tinggi, permetrin 5% dipertimbangkan sebagai pengobatan lini pertama di banyak negara dan telah disetujui FDA sebagai pengobatan skabies pada individu berusia lebih dari 2 tahun. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim topikal diaplikasikan sekali dan dibersihkan setelah 8-14 jam. Pengobatan dapat diulang setelah 7-14 hari. Emulsi benzil benzoat 10-25% dan endapan sulfur 2-10% dapat menjadi alternatif yang efektif apabila krim permetrin tidak tersedia. Emulsi benzil benzoat 10-25% diaplikasikan sekali dan dibersihkan setelah 24 jam dengan pengobatan dapat diulang setelah 7-14 hari. Endapan sulfur 2-10% dapat dipakai
AESCULAPIUS
Seremonia sekali dan dibersihkan setelah 24 jam dan pengobatan diulang dalam 3 hari berturut-turut atau setelah 7-14 hari. Sementara itu, kromatiton topikal 10% dan emulsi malathion 0,5% kurang efektif dibandingkan pengobatan lainnya. Oleh karena metode transmisi skabies melalui kontak kulit, upaya preventif seperti edukasi pasien
mengenai perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau skabies, menjaga kebersihan diri, dan tata cara pengaplikasian obat perlu disampaikan. Selain itu, pengobatan pada orang serumah dan individu yang berkontak erat dengan pasien perlu dilakukan untuk memutus mata rantai penularan skabies. cahyadi
Seremonia Kupas Tuntas Leukemia pada Anak
Sumber: Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia
D
iskusi dan sesi tanya jawab tentang “Kupas Tuntas: Kanker Darah (Leukemia) pada Anak” dalam acara Tanya IDAI dipandu oleh dr. Lies Dewi Nurmalia, Sp.A(K) bersama narasumber ahli dr. Mururul Aisyi, Sp.A(K).
Dalam rangka memperingati Bulan Kewaspadaan Kanker Anak pada bulan September 2022, Ikatan Dokter Anak Indonesia mengadakan acara Tanya IDAI yang digelar secara online melalui IG Live dengan topik “Kupas Tuntas: Kanker Darah (Leukemia) Pada Anak”. Acara ini berisi diskusi dan sesi tanya jawab bersama narasumber ahli hematologi dan onkologi anak. Harapannya, acara ini dapat menambah pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat mengenai penyakit kanker yang menyerang sel darah putih pada anak, yaitu leukemia. dwi Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium
JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT
Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, ASMIHA 2022, dan lain-lain. Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)
MEDIA
AESCULAPIUS
8
Konsultasi
Tangani dan Kenali ISK pada Anak Bagaimana cara mendiagnosis dan menangani kasus infeksi saluran kemih pada anak?
Pertanyaan beragam, mulai dari pielonefritis akut pada parenkim ginjal yang mengakibatkan munculnya jaringan parut, septikemia, hingga hipertensi yang diakibatkan oleh kegagalan ginjal.
Bagaimana cara terbaik mendiagnosis kasus infeksi saluran kemih pada anak, terutama pada anak yang berusia di bawah 2 tahun? Karena anak-anak masih belum bisa memberitahukan keluhan mereka secara spesifik (misalnya nyeri saat mikturisi) dan keluhannya biasanya sangat umum, seperti rewel atau hanya demam derajat rendah. Bagaimanakah interpretasi urinalisis atau dipstick test yang terkadang kurang spesifik dan kapankah harus menggunakan kultur? Lalu, antibiotik apa yang aman digunakan untuk anak pada rentang usia tersebut? – dr. F
Jawaban
I
Diagnosis
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak. Pada anak berusia di bawah dua tahun, ISK berada pada posisi kedua tertinggi sebagai kondisi penyebab demam yang paling umum di belakang infeksi saluran pernapasan akut. ISK merupakan kondisi yang berpotensi berbahaya oleh karena dua faktor. Pertama, gejala ISK yang ditunjukkan bersifat tidak spesifik pada anak yang masih berada dalam tahap perkembangan bicaranya. Tidak jarang anak hanya menunjukkan keluhan berupa rewel, tidak mau makan, dan berat badan atau tinggi badan yang tidak naik sesuai dengan kurva pertumbuhan usianya. Karena itulah, kewaspadaan akan potensi terjadinya ISK perlu diterapkan, terutama pada anak perempuan. Faktor yang kedua adalah komplikasi dari ISK yang
9
MEDIA
Adanya demam, keluhan pada saat mikturisi, dan popok yang berwarna kekuningan atau kemerahan dengan bau yang lebih menyengat dibandingkan biasanya dapat menjadi peringatan terjadinya ISK. Tidak hanya itu, menurut American Association of Pediatricians, demam selama dua hari dengan suhu 38,5° C saja dapat dijadikan sebagai kecurigaan akan adanya ISK. Dugaan akan adanya ISK kemudian dapat dikonfirmasi melalui serangkaian pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan adalah urinalisis. Dalam hal ini, evaluasi ISK dapat diamati dari tiga aspek, yaitu aspek makroskopis, kimiawi, dan mikroskopik. Pada aspek makroskopis, perlu diamati bau dan kekeruhan urin. Melalui aspek kimiawi, ISK dapat dinilai dari leukosit esterase dan nitrit yang positif. Nitrit yang positif menandakan adanya bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrit sehingga hasil dapat diinterpretasi sebagai positif ISK. Adapun aspek mikroskopik yang menunjang ISK adalah adanya lebih dari lima bakteri per lapang pandang besar dan adanya leukosituria. Tata Laksana Setelah mengkonfirmasi diagnosis ISK pada anak, pengobatan dapat dilakukan. Bakteri E. coli merupakan agen tersering pada kasus ini dan dapat ditatalaksana secara Irin/MA farmakologis menggunakan obat amoksisilin dengan dosis 25-45 mg/kgBB per hari secara oral. Obat golongan ini sudah tergolong aman pada anak berusia 6 bulan ke atas. Jika tidak
AESCULAPIUS
Konsultasi Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke redaksima@yahoo.co.id Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya. ada amoksisilin, terapi alternatif dapat menggunakan obat trimetoprim/sulfametoksazol atau obat golongan sefalosporin. Adapun tatalaksana nonfarmakologis adalah dengan menjaga hidrasi, mengobati konstipasi yang terjadi, dan melakukan upaya memperbaiki higienitas terutama di daerah perineum. Perubahan demam dan gejala pada anak pada masa pengobatan perlu diperhatikan. Jika tidak membaik selama 2 x 24 jam, kultur dapat dipertimbangkan sebagai metode untuk menentukan jenis bakteri dan pola resistensi. Merujuk kepada spesialis penting untuk dilakukan pada kasus pengobatan yang tidak mengalami respons setelah pemberian antibiotik sesuai kultur, terutama pada kasus septikemia akibat bakteri E. coli. Selain itu, dokter umum dapat pula memberikan rujukan pada kasus anak yang datang dengan ISK atipikal yang ditandai dengan kondisi anak yang sangat buruk disertai demam tinggi dan penurunan fungsi ginjal. Pentingnya Pencegahan Peran orang tua dalam membantu mencegah anak menderita ISK tidak boleh dilupakan. Mekanisme imunitas anak terhadap patogen perlu ditingkatkan dengan memberikan asupan ASI yang adekuat, melakukan toilet training sedini mungkin setelah anak bisa duduk, memberikan hidrasi yang adekuat, serta mencegah dan mengobati konstipasi. Baik toilet training maupun hidrasi yang baik akan mendukung anak untuk buang air kecil secara rutin yang mendukung pengeluaran patogen sehingga mencegah terjadinya ISK. Orang tua yang menggunakan popok kedap air juga tetap perlu secara rutin mengganti popok agar mengurangi paparan patogen dengan saluran kemih. yosafat
Narasumber Prof. Dr. dr. Partini P. Trihono, SpA(K), M.Med(Paed) -Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak, Ketua Poliklinik Nefrologi Anak FKUI-RSCM Nomor telepon: +62 8129060538 E-mail: partinipt@yahoo.com Alamat: Jl. Pangeran Diponegoro No.71, RW.5, Kenari, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10310
JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran. Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)
MEDIA
AESCULAPIUS
10
Advertorial
SOLUS sebagai Solusi Deteksi Dini Kanker Payudara
K
anker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling paling sering dijumpai di dunia. Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer pada tahun 2018, sekitar 1 dari 8 wanita di Eropa mengalami kanker payudara sebelum usia 85 tahun. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus baru kanker payudara per 2020 sebesar 68.858 (16,6%) kasus dari total 396.914 kasus. 70% kasus terdeteksi pada stadium lanjut sehingga menurunkan peluang bertahan hidup pasien dan meningkatkan beban biaya. Oleh karena itu, deteksi dini kanker payudara dengan alat diagnostik yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi sangat dibutuhkan. Smart Optical and Ultrasound Diagnostics for Breast Cancer (SOLUS) merupakan proyek yang telah dimulai sejak 2016, untuk mengembangkan sistem pencitraan multimodal baru yang dapat mengklasifikasikan kanker payudara yang terdeteksi oleh skrining mammografi dengan cara non-invasif dan secara signifikan memiliki peningkatan kemampuan dalam membedakan antara tumor jinak dan ganas. Sistem multimodal SOLUS merupakan kombinasi dari ultrasonografi, shear wave elastography (SWE), dan diffuse optical imaging (DOI). Ultrasonografi utamanya bermanfaat untuk mengevaluasi kelainan yang terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau mammografi, tetapi juga berpotensi mendeteksi kanker payudara dini yang tidak terlihat pada mammografi, terutama pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara atau dengan jaringan payudara yang padat secara mammografi. Sementara itu, elastografi adalah teknik yang relatif baru yang dapat memberikan informasi tambahan mengenai kekakuan jaringan dan meningkatkan kinerja ultrasonografi. Terdapat dua jenis elastografi, yakni strain elastography (SE) dan shear wave elastography (SWE). SWE bekerja dengan cara memaparkan gelombang ultrasound ke jaringan untuk menginduksi getaran mekanis dan menciptakan shear wave. Selanjutnya, kecepatan gelombang secara langsung berkorelasi dengan kekakuan lesi. Beberapa penelitian turut menunjukkan
11
MEDIA
bahwa SWE dapat membedakan massa payudara jinak dan ganas. Optical imaging bekerja dengan cara mengukur penyerapan cahaya dan hamburan cahaya pada jaringan yang dapat memberikan informasi fungsional darah pada kelainan payudara seperti air, lemak, konsentrasi hemoglobin, dan saturasi oksigen. Jaringan kanker payudara biasanya memiliki kadar hemoglobin dan air yang tinggi, sedangkan kadar lipidnya rendah. Oleh karena itu, DOI baik dalam mengidentifikasi penyakit yang aktif secara biologis dan meningkatkan akurasi diagnostik dari ultrasonografi. Proyek SOLUS mengembangkan modul fotonik inovatif yang dikenal sebagai smart optode untuk melakukan diffuse optical tomography (DOT). Smart optode berukuran kecil sekitar 1 cm2. Selanjutnya beberapa smart optode akan digabungkan dengan transduser ultrasonografi konvensional sehingga menjadi sistem multimodal yang dapat melakukan ketiga modalitas sekaligus. Keunggulan SOLUS adalah melalui kombinasi ultrasonografi dan SWE yang optimal dalam membedakan massa jinak dan ganas pada payudara. Sementara itu, mammografi konvensional hanya dapat mendeteksi keberadaan lesi abnormal tetapi tidak dapat membuktikan bahwa area tersebut adalah kanker. Oleh karena itu, jika ada kecurigaan kanker, umumnya dilakukan biopsi jaringan payudara yang invasif untuk analisis histopatologi dan evaluasi molekuler. Selain itu, sensitivitas mammografi juga dipengaruhi oleh usia dan kepadatan jaringan payudara. Saat ini, SOLUS masih dalam fase validasi Tiara/MA klinis berupa pelatihan para dokter dan pengukuran pada 40 pasien dengan lesi payudara untuk mengeksplorasi kemampuan diagnostik SOLUS lebih lanjut. Secara ergonomis, SOLUS memiliki ukuran yang lebih besar dari probe ultrasonografi standar. Oleh karena itu pada pasien dengan payudara yang lebih kecil diperlukan penyesuaian peletakan probe supaya permukaan probe sepenuhnya menempel pada daerah yang akan diperiksa. cahyadi
AESCULAPIUS
Kesmas
Transisi Pandemi menjadi Endemi Siapkah Indonesia melangkah keluar dari pandemi COVID-19?
S
ejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada bulan Mei 2022, pemerintah telah mencanangkan transisi status pandemi Covid-19 menjadi endemi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh sejumlah tokoh, mulai dari Presiden Joko Widodo hingga Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin disertai diterapkannya sejumlah kebijakan yang melonggarkan penerapan pencegahan infeksi Covid-19, misalnya diperbolehkannya masyarakat untuk tidak menggunakan masker di ruang terbuka kecuali pada kelompok berisiko tinggi serta pelonggaran syarat perjalanan dalam maupun luar negeri. Sejumlah pelonggaran ini dilakukan secara bertahap untuk memulihkan aktivitas masyarakat dengan tetap menggencarkan prosedur kontrol infeksi Covid-19, seperti memastikan masyarakat telah mendapatkan dosis vaksinasi yang memadai dan tetap menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Jelang tiga tahun hadapi pandemi, angka Covid-19 di Indonesia semakin menurun dan stabil. Berdasarkan parameter angka kasus, terlihat tren penurunan jumlah kasus terkonfirmasi sejak minggu ke-3 Agustus 2022 dengan rata-rata kasus harian sejumlah 2000 kasus. Angka kematian juga mengalami penurunan menjadi 123 kematian per minggu dengan rata-rata harian di bawah 20 Reihan/MA kasus. Parameter angka perawatan pasien Covid-19 juga mengalami penurunan, yakni BOR yang berada di angka 5% pada 10 September 2022 menurun menjadi 4,83% per artikel ini ditulis. Serosurvei yang dilakukan juga memperlihatkan bahwa kekebalan imun masyarakat Indonesia telah terbentuk, baik karena terinfeksi langsung maupun bagi yang telah tervaksininasi. Meskipun tren kasus nasional cenderung menurun, masih ada sejumlah provinsi yang mengalami peningkatan kasus dalam seminggu terakhir, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utama.
MEDIA
Transisi pandemi Covid-19 menjadi endemi bukan semata-mata wewenang negara, melainkan diatur pula oleh WHO dengan beberapa kriteria yang mempertimbangkan pula kondisi infeksi Covid-19 di seluruh dunia. Dr. Syahril pada artikel Sehat Negeriku oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa Indonesia telah mengadopsi enam strategi WHO dalam masa transisi menuju endemi, di antaranya tetap mengomunikasikan kepada masyarakat mengenai risiko dan bahaya Covid-19 meskipun kasus nasional yang cenderung menurun memberikan kesan bahwa pandemi sudah tidak berbahaya lagi. Indonesia juga telah mengencangkan pemberian vaksinasi dosis 1, dosis 2, dan booster untuk mengoptimalisasi kekebalan imun masyarakat. Terdapat pula upayaupaya lain untuk mengendalikan kondisi penyebaran Covid-19 secara berkesinambungan. Indonesia juga menguatkan upaya pengawasan Covid-19 ke dalam lima tahapan, yakni transisi case-based national surveillance menjadi sentinel surveillance, integrasi dengan pengawasan yang dilakukan ILI/ SARI, menguatkan community-based surveillance yang diintegrasikan dengan Sistem Kewaspadaan Diri dan Respons pada fasilitas pelayanan kesehatan primer, hospital-based surveillance, pengawasan SARI untuk kasus berat, beserta pengembangan sistem environmental surveillance. Status endemi dalam konteks penyakit menular, misalnya pada malaria, HIV, tuberkulosis, dan Covid-19, bukan berarti akhir dari perjuangan melawan penyakit. Status ini kerap disalahartikan bahwa Covid-19 tidak lagi berbahaya ataupun tidak ada lagi kasus baru, namun kenyataannya endemi merupakan label yang berarti jumlah terinfeksi dalam suatu daerah berjumlah statis, tidak naik maupun turun. Dengan demikian, transisi pandemi menuju endemi bukan berarti kesadaran akan kesehatan masyarakat maupun upaya meneliti lebih lanjut terkait Covid-19 berhenti sampai di sini. Sejumlah peneliti juga telah menyampaikan kekhawatiran akan dampak Covid-19 di masa depan, misalnya resistensi antibiotik akibat penggunaan antibiotik yang meningkat selama masa pandemi. sofia
AESCULAPIUS
12
Iptek
Virtual Reality dalam Medis: Teknik Terbaru Minimalisasi Nyeri Pada Anak
V
Efektifkah penggunaan VR dalam mengurangi nyeri dan kecemasan anak selama prosedur medis?
irtual reality (VR) merupakan salah satu menginterupsi jaras persinyalan nyeri pada serabut perkembangan teknologi terbaru yang kini saraf. Distraksi VR hanya bekerja pada persepsi nyeri, disorot publik. Salah satu fitur VR, yaitu baik secara langsung dan tidak langsung, melalui atensi, membuat penggunanya dapat berinteraksi secara emosi, konsentrasi, memori, serta beberapa fungsi luhur dinamis dengan lingkungan 3 dimensi artifisial, menjadi lainnya. Efektivitas VR dalam mereduksi nyeri dan daya tarik utama dari teknologi ini. Biayanya yang relatif murah juga membuat VR semakin mudah diterima dan kecemasan telah banyak dibuktikan. Sebuah literatur dipakai secara luas. Hal ini pula yang menyebabkan menyebutkan adanya penurunan skor rasa takut bidang medis mulai mengadaptasi teknologi VR, dan cemas pada pasien yang menggunakan VR saat contohnya sebagai metode untuk mengurangi rasa nyeri pengambilan darah (Gerçeker et al, 2019). Selanjutnya, Arane et al (2017) menyatakan adanya reduksi ≥50% pada pasien selama menjalani prosedur medis. Beberapa prosedur medis, seperti prosedur invasif aktivitas terkait nyeri pada 5 daerah otak pada individu pada gigi, port access, kemoterapi, pengambilan darah, sehat selama menggunakan VR. Kedua hal ini menjadi dan lainnya dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri contoh bukti adanya dampak VR dalam meminimalisir yang timbul selama prosedur ini mungkin memicu rasa nyeri dan kecemasan pasien. Sayangnya, beberapa studi menuliskan pula bahwa kecemasan ataupun stres psikologis pada pasien. Tidak hanya itu, ketidaknyamanan yang dirasakan pasien efektivitas penggunaan VR dipengaruhi oleh faktor juga berpotensi menimbulkan serangkaian masalah lainnya. Faktor pertama yang memengaruhi metode pasien, karena distraksi VR lanjutan, seperti kesembuhan yang terhambat, gangguan ini adalah usia disebut lebih efektif pada makan dan tidur, hingga gejala post traumatik. Dalam anak usia ≤12 tahun. hal ini, kelompok anak disebut Selanjutnya, studi lebih rentan terhadap kondisi mengenai efek tersebut (Eiljers et al, 2019). penggunaan VR Karena itulah, diperlukan dalam anastesi lokal metode intervensi yang dapat prosedur dental mereduksi kemungkinan melaporkan bahwa munculnya rasa cemas dan pasien perempuan nyeri pada anak. mengalami reduksi Intervensi yang nyeri yang lebih rendah. mendistraksi atensi Selain itu, konten VR pasien menjadi yang ditampilkan juga metode yang umum akan berpengaruh digunakan untuk terhadap rasa nyeri mencegah timbulnya pasien. Semakin besar nyeri selama prosedur distraksi atensi yang medis. Metode ini sudah dihasilkan konten VR, lama dipakai untuk Auvan/M maka semakin besar pula mendistraksi atensi dan A reduksi nyeri yang dialami anak. terbukti efektif dalam mereduksi Dari pembahasan di atas, penggunaan VR memang rasa nyeri. Sebelumnya, pemutaran musik dan film digunakan sebagai alat untuk mengalihkan atensi terbukti efektif untuk meminimalisir nyeri dan rasa pasien. Dengan adanya perkembangan teknologi, VR cemas akibat prosedur medis pada anak. Hal ini kini mulai sering dipakai dalam prosedur medis yang menyebabkan beberapa jurnal merekomendasikan penggunaan VR pada anak dibandingkan metode menyakitkan, terutama pada anak. Efek reduksi nyeri dalam metode distraksi ini distraksi lainnya. Meski demikian, faktor-faktor yang didasarkan dengan teori “terbatasnya kapasitas memengaruhi efektivitas metode VR perlu juga atensi manusia.” Persepsi nyeri merupakan hal yang dipertimbangkan. Dengan begitu, diharapkan efektivitas membutuhkan atensi. Pengalihan atensi, seperti VR sebagai metode distraksi atensi dapat ditingkatkan. nada dalam penggunaan VR, memiliki efek memperlambat persinyalan stimulus nyeri. Meski begitu, VR tidak
13
MEDIA
AESCULAPIUS
Kolom Umum
Termarginalkan oleh Kemajuan Zaman Di tengah kemajuan dunia yang berkembang pesat, tetap ada mereka yang tertinggal
K
ita hidup pada masa kejayaan teknologi, era automasi yang kaya akan inovasi setiap detiknya. Tiada hari tanpa mendengar iklan gawai edisi terbaru dengan fitur yang kian canggih, menggunakan aplikasi dengan kecerdasan artifisial yang mengungguli kapabilitas otak manusia, bahkan mengonsumsi buah dan sayur hasil teknologi agrikultur terbaru. Begitulah dunia saat ini, terus berubah dan memaksa manusia untuk mengikuti setiap kemajuan. Bidang kesehatan pun tidak luput, peneliti di seluruh dunia menerbitkan temuan kesehatan baru setiap detiknya. Secara teoritis, perkembangan teknologi kesehatan berorientasi pada upaya memakmurkan kehidupan manusia. Akan tetapi, implementasi saat ini menunjukkan tren yang mengarah ke permasalahan baru: “di dunia yang semakin sehat, siapa saja yang akan tertinggal? Apa yang harus dihadapi oleh orang-orang yang tak mampu mengejar cepatnya dunia berlari?” Catatan sejarah membuktikan manusia dapat terus bertahan hidup dengan bantuan teknologi dari jutaan wabah dan penyakit yang terus berevolusi. Contoh paling terkenal, yakni Jonas Salk, virologis asal Amerika yang dikenal sebagai penemu vaksin polio pertama. Ia memutuskan untuk tidak mematenkan penemuannya dengan tujuan vaksin ini dapat terdistribusi secara maksimal kepada orang-orang yang membutuhkan. Sosok beliau menjadi figur yang hebat dan ideal, tak pamrih dalam usahanya menyehatkan dunia dari wabah polio kala itu. Di sisi lain, idealisme yang ditunjukkan oleh Jonas seringkali tidak tercapai. Teknologi tercipta dari ide, usaha, biaya, dan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu, hitungan ekonomis menjustifikasi perusahaan untuk menaruh harga yang tinggi atas teknologi yang menjawab masalah kesehatan masa kini, seperti penuaan.. Penuaan merupakan hal yang sangat dihindari oleh masyarakat modern, seperti tampilan wajah berkerut dan berbagai penyakit penyerta. Harga yang fantastis menyebabkan hanya golongan ekonomi atas yang berpeluang mampu untuk mengakses teknologi ini. Golongan teratas dapat berhenti menua kapan pun mereka mau, sedangkan golongan menengah ke bawah terpaksa mengikuti jalannya waktu.
MEDIA
Foto: dokumen pribadi
Sofia Salsabilla Syifa
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Tingkat II Universitas Indonesia Contoh kasus di atas mungkin belum dianggap urgen bagi mayoritas, tetapi bagaimana jadinya apabila kita berbicara tentang prevensi kanker dan penyakit bawaan lain dengan modifikasi genetik? Apakah orangorang yang tidak mampu mengakses teknologi akan dibiarkan terpaksa menderita penyakit yang diturunkan dari keluarganya, sedangkan golongan teratas dapat hidup terbebas dari penyakit? Hal ini berkaitan dengan kekhawatiran para pengamat teknologi di seluruh dunia: apakah akan ada masa ketika kesehatan menjadi suatu status sosial? Akankah terjadi kesenjangan yang lebih jauh antara mereka yang mampu secara finansial dan mereka yang bahkan masih memikirkan bagaimana keluarganya bisa makan esok hari? Saat ini perkembangan teknologi kesehatan masih cenderung berpaku pada alat paling canggih serta hasil yang paling sempurna, sedangkan inklusivitas belum menjadi prioritas. Padahal, masih banyak penduduk dunia yang tidak memiliki akses terhadap teknologi kesehatan akibat kondisi ekonomi yang lemah, status sosial yang rendah, maupun letak geografis yang tidak optimal. Kesenjangan dunia yang kian melebar perlu diatasi dengan pemerataan hak akses setiap orang terhadap kesehatan. sofia
AESCULAPIUS
14
Suara Mahasiswa
Penerapan Rekam Medis Elektronik di Indonesia
K
Di tengah isu yang mengikuti digitalisasi data pribadi, siapkah ekosistem kesehatan Indonesia bertransformasi ke rekam medis elektronik?
ementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) secara resmi telah menerbitkan kebijakan yang mewajibkan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk menerapkan sistem pencatatan rekam medis elektronik. Regulasi tersebut termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis yang disahkan pada September lalu. Terbitnya aturan ini merupakan bagian dari implementasi salah satu pilar transformasi kesehatan yang telah didahului oleh peluncuran platform digital layanan kesehatan Indonesia Satusehat oleh Kemenkes pada Juli silam. Dengan demikian, rekam medis pasien di seluruh fasyankes Indonesia dapat diintegrasikan dan tersimpan secara digital di dalam satu wadah, yaitu Satusehat dan dapat diakses melalui aplikasi ponsel pintar, seperti PeduliLindungi. Rekam medis merupakan catatan yang mencakup identitas pasien dan segala pemeriksaan, tindakan, pengobatan, serta pelayanan yang telah diterima oleh pasien. Dengan adanya PMK No. 24 Tahun 2022, seluruh fasyankes diharuskan untuk beralih ke sistem pengelolaan rekam medis secara elektronik selambat-lambatnya hingga akhir tahun 2023. Fasyankes yang dimaksud meliputi rumah sakit, puskesmas, klinik, praktek tenaga kesehatan mandiri, apotek, laboratorium kesehatan, dan balai kesehatan. Penyelenggaran rekam medis elektronik bertujuan untuk mempermudah baik pasien dalam menyerahkan maupun fasyankes dalam mengakses secara bertanggung jawab rekam medis sehingga kesangkilan pelayanan kesehatan di Indonesia dapat meningkat. Transposisi ini tentunya merupakan suatu pendobrak sistem yang sudah lama dinanti-nanti dalam dunia kesehatan Indonesia. Rekam medis elektronik yang terintegrasi dapat menjadi jalan keluar dari permasalahan yang acap kali terjadi di fasyankes, seperti sulitnya mendapatkan rekam medis yang lengkap, terbatasnya ruang penyimpanan, serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ataupun mencari data yang sama berulang kali. Dengan teknologi yang kini kian meluas di berbagai kalangan masyarakat, rekam medis elektronik sepatutnya menjadi kemudahan untuk menjalankan pelayanan kesehatan. Meskipun premis rekam medis elektronik terdengar menjanjikan, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan demi kelancaran transformasi sistem berskala nasional ini. Salah satunya adalah adanya kemungkinan data rekam medis elektronik
15
MEDIA
ini bocor atau diakses oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana pun, portal data resmi pemerintah sempat beberapa kali kecolongan data pribadi warga Indonesia. Riwayat kelalaian tersebut pun meningkatkan kewaspadaan dan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap digitalisasi data pribadi. Lantas, apakah rekam medis elektronik ini mampu laksana? Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam membangun dan menjaga kepercayaan publik untuk memegang data rekam medis masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan Setiaji meyakinkan bahwa platform Satusehat telah dirancang sedemikian rupa untuk menjaga keamanan data pribadi penggunanya. Selain dengan bekerja sama Badan Siber Sandi Negara (BSSN), penjagaan juga akan diperketat dengan regulasi dan panduan Kemenkes terkait penggunaan platform tersebut. Rakyat pun pastinya ikut mengamini klaim Setiaji tersebut untuk dijalankan dengan baik oleh pemerintah sehingga kesalahan yang sudah-sudah tidak terulang pada program ini. Selain kematangan instrumen, perlu ditinjau juga apakah seluruh sumber daya yang terlibat sudah memadai secara merata di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa di tengah penerapan teknologi yang terus menunjukkan tren positif, masih terdapat kelompok populasi yang memerlukan perhatian khusus dalam implementasi rekam medis elektronik, baik dari komponen pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan. Sebelum adanya arahan dari Kemenkes, sudah ada sejumlah fasyankes yang menerapkan sistem rekam medis elektronik secara mandiri. Sebaliknya, tidak sedikit juga fasyankes yang bahkan belum memanfaatkan teknologi dalam pelayanan sehari-harinya. Pemerintah perlu memastikan bahwa tidak ada ketimpangan antarfasyankes dalam pengimplementasian regulasi ini. Pengubahan sistem berskala nasional bukanlah perkara yang mudah. Keuntungannya pun tidak dapat dinikmati secara instan, tetapi memerlukan proses adaptasi dan perjalanan yang berlika-liku. Rekam medis elektronik memiliki tanggungan besar untuk menyelesaikan isu yang ada, seperti kebocoran data dan disparitas sarana dan prasarana fasyankes. Kemenkes harus menyusun strategi yang tepat guna dalam menciptakan ekosistem untuk menjaga semangat seluruh pihak yang terlibat serta kelancaran transformasi ini. yuri
AESCULAPIUS
Arbeb
Mindful Eating: Kenyang Bukan Hanya Sekadar Kenyang
M
Meningkatkan well-being dengan mempraktekkan mindful eating
etode konsultasi tanpa tatap muka dengan hanya itu, pasien tidak perlu untuk meluangkan waktu dokter bukanlah hal yang baru dalam dunia yang lebih banyak dalam perjalanan. Ongkos yang kesehatan. Akan tetapi, adanya pembatasan diberikan juga relatif lebih murah, bahkan terdapat sosial yang terjadi akibat pandemi mengakibatkan berbagai jenis penawaran harga yang tersedia. Sebagian popularitas metode ini melesat. Berbagai media keraguan mengenai efektivitas dalam berbagai kegiatan komunikasi telah ditawarkan, mulai dari telepon, forum konsultasi online,misalnya dalam bagian kontrol diskusi, hingga pertemuan virtual. Masing-masing maupun kompliansi pasien juga dipatahkan dalam memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri, dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, meskipun pasien dapat memilih sesuai dengan kebutuhan masing- masih perlu dilakukan pengambilan data lebih lanjut. Terlepas dari segala kelebihan yang dimiliki, masing. Konsultasi merupakan salah satu metode konsultasi online sendiri memiliki beberapa kelemahan dokter berkomunikasi dan membantu pasien dalam dibandingkan dengan konsultasi secara langsung. menangani permasalahan kesehatan yang dialami Salah satu kelemahan tersebut adalah kesulitan maupun melakukan kontrol kesehatan. Konsultasi juga berkomunikasi karena hambatan pengetahuan merupakan sarana untuk dokter menegakkan diagnosis teknologi, terutama pada dokter dan pasien yang berusia lebih lanjut atau berada dalam daerah yang awal. Dalam sebuah konsultasi yang dilakukan terpencil. Tidak hanya itu, pemeriksaan fisik, yang secara konvensional, pasien akan membuat merupakan salah satu metode dokter dalam janji temu dengan dokter, dan datang menetapkan diagnosis, tidak sesuai waktu yang ditentukan. Setelah dapat dilakukan dalam itu, pasien dan dokter akan melakukan pertemuan tidak langsung. diskusi mengenai keluhan ataupun Hal ini berakibat dokter kontrol pengobatan yang dilakukan. hanya bisa meresepkan obat Dalam konsultasi ini, dokter mampu berdasarkan gejala yang melakukan pemeriksaan fisik secara dikeluhkan pasien dan gejala langsung dan pasien akan diberikan luar yang dapat dilihat dari foto resep yang seringkali akan langsung atau video. Akibatnya, kualitas ditebus di apotek terdekat. diagnosis yang dilakukan pun Berdasarkan prosedur yang menjadi terbatas dan pasien berlaku, tentu saja konsultasi tetap perlu melakukan tradisional ini memiliki pemeriksaan, baik fisik kelemahan. Langkah maupun penunjang di fasilitas pertama, yaitu pembuatan janji kesehatan. Pasien juga berpotensi temu saja sudah dapat membuat pasien untuk tidak mendapatkan edukasi secara malas untuk melakukan konsultasi. Banyak Kania/MA holistik dan kemungkinan obat untuk rusak pada pasien yang masih malu atau merasa bingung untuk mengontak rumah sakit untuk menjadwalkan saat diantarkan oleh kurir tetaplah ada. Beberapa hal konsultasi. Kesibukan sehari-hari, yang merupakan inilah yang masih mengakibatkan konsultasi secara masalah bagi pasien berusia dewasa juga akan berimbas langsung perlu dilaksanakan. Berdasarkan berbagai dan kelebihan dari konsultasi pada kesulitan untuk mencari dan memenuhi jadwal temu. Keramaian di rumah sakit atau faskes yang online, dapat disimpulkan bahwa konsultasi jenis didatangi pasien dapat pula menjadi batu sandungan tersebut dapat menjadi metode yang bermanfaat. Hal yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Hal ini ini berlaku terutama bagi orang-orang yang sudah sibuk menyebabkan banyak orang mulai melirik metode dalam pekerjaan atau mengalami kesulitan untuk konsultasi secara tidak langsung, seperti konsultasi bertransportasi dalam melakukan kontrol ataupun online, yang mampu menyingkirkan berbagai halangan membahas keluhan sehari-hari. Akan tetapi, konsultasi online belum dapat sepenuhnya menggantikan ini. Melalui konsultasi online, masalah dalam membuat konsultasi secara langsung karena pemeriksaan fisik perjanjian menjadi lebih mudah ditangani. Jam yang yang dilakukan beserta dengan kontak manusia secara dipilih lebih fleksibel karena baik dokter maupun langsung dapat meningkatkan kualitas diagnosis dan pasien dapat melakukan pertemuan dimanapun. Tidak efektivitas pelayanan kesehatan. yuri
MEDIA
AESCULAPIUS
16
Suka Duka
Psikiatri Komunitas, Satu Napas, dan Menyelami Batas Kisah dr. Gina Anindyajati, SpKJ
Mengupayakan kesehatan jiwa dari tengah-tengah masyarakat
M
enjadi dokter berarti menghadapi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Begitulah ucapan dr. Gina Anindyajati, Sp.KJ, seorang psikiater dari Departemen Psikiatri FKUIRSCM, pengajar di FKUI, sekaligus psikiater di Klinik Angsamerah yang berkeliling ke berbagai komunitas dan pelayanan kesehatan primer. Mengapa Psikiatri? Keputusan menjadi spesialis kedokteran jiwa tidak datang secara tiba-tiba. Ketika menduduki bangku mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Gina belum terpikir akan masa depan. Impiannya sejak kecil adalah menjadi konsultan dan menerima konsultasi dari orang lain. Terinspirasi oleh doktergurunya, Gina percaya bahwa lulusan kedokteran memiliki banyak pilihan pekerjaan, tidak hanya sebagai klinisi yang bekerja menyembuhkan orang sakit. Seiring pendidikannya, tumbuh harapan Gina untuk memajukan kesejahteraan khalayak umum, terutama para ibu. Bagi dokter psikiatri divisi Psikiatri Komunitas ini , ibu memegang peranan sentral dalam masyarakat, mulai dari membangun ketahanan keluarga, meningkatkan kesehatan fisik dan emosional anggota keluarga, hingga mendukung relasi antarmanusia. Ibu perlu berdaya untuk dapat memberdayakan anak dan keluarganya. Oleh karena itu, dokter berkacamata ini juga memiliki keinginan membantu para ibu dalam berbagai tahap intervensi, mulai dari promosi dan prevensi, kurasi, hingga rehabilitasi. Gina memulai profesi sebagai dokter
17
MEDIA
umum di Klinik Angsamerah, sebuah klinik kesehatan swasta di Jakarta yang berfokus pada kesehatan seksual dan reproduksi. Selagi bekerja, Gina juga mengenyam pendidikan spesialis psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah lulus, dokter kelahiran 1987 ini melanjutkan tugasnya sebagai psikiater di klinik yang sama, sembari memperlebar cakupan kerja ke beragam komunitas kesehatan jiwa secara daring maupun luring. Beberapa komunitas yang pernah bekerja sama dengan Gina adalah MotherHope Indonesia, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, dan Into the Light Indonesia. Psikiatri Komunitas dan Berbagai Suka Dukanya Dari psikiatri komunitas, Gina tidak hanya belajar mengenai kesehatan jiwa ibu, tetapi juga banyak hal mengenai hubungan antarmanusia. Selain dari pasien di rumah sakit dengan perjuangannya yang hebat, Gina juga belajar dari pekerja komunitas, relawan, aktivis, bidan, psikolog, dan psikiater. Banyak kesulitan yang a k a n terasa lebih mudah jika dihadapi bersama dibandingkan hanya seorang diri, bahkan hal kecil pun dapat berdampak besar. “Kalau ramai-ramai, pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan,” ucap Gina sambil tersenyum, “Rasanya priceless, s e p e r t i satu napas. Melakukan sesuatu dan ingin mencapai tujuan yang sama, tetapi dengan kemampuan masing-masing, bagi saya adalah sesuatu yang menyenangkan.” Yasmin/MA
AESCULAPIUS
Meskipun demikian, bekerja sebagai spesialis psikiatri tidak selalu diisi oleh emosi positif. Sebagai praktisi kesehatan jiwa, Gina pun kerap kali ikut merasakan kompleksitas emosi yang dialami pasiennya. Namun, hambatan terbesar adalah banyaknya kondisi di antara masyarakat yang tidak ideal, tetapi tidak ada yang dapat ia lakukan karena keterbatasan wewenang, kapasitas, sistem, maupun sumber daya. Seperti dokter lainnya, Ginatentu ingin memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Berbagai masalah medis yang dialami pasien sudah jelas tidak hanya disebabkan oleh faktor biologis tubuh, tetapi melibatkan beragam faktor, seperti masalah ekonomi untuk transportasi, tidak adanya pengasuh yang dapat mendampingi pasien secara optimal, atau perbedaan ketersediaan obat di daerah pasien dengan obat yang efektif dikonsumsi pasien di rumah sakit. Masalah lainnya adalah ketika Gina mendapat telepon dari orang dengan risiko bunuh diri, namun terhalang jarak sehingga tidak dapat membantu langsung, seperti pasien dari Kalimantan atau Pulau Seribu. Dalam kondisi itu, tidak ada fasilitas kesehatan dan psikiater yang mudah dijangkau. Ketidakberdayaan itu membuat Gina sedih, tetapi wanita ini menjadikan hal tersebut motivasi untuk tetap memberikan pelayanan terbaik saat terhalang keterbatasan. Gina menganggap bahwa semua solusi perlu diupayakan walaupun tidak dapat dipaksakan. Proses pengambilan keputusan Gina pun berbeda sesuai kondisi yang dialami. Jika dikontak oleh pasien langsung, Gina akan membantu menentramkan pasien terlebih dahulu sembari memanggil petugas kesehatan terdekat yang sekiranya dapat menjemput. Jika dikontak oleh relawan organisasi atau komunitas, Gina membantu mengarahkan ke fasilitas kesehatan jiwa terdekat. Jika dikontak oleh dokter dari puskesmas, Gina membantu dalam merekomendasikan penanganan pertama masalah kesehatan jiwa secara medis. Karena hambatanhambatan tersebut, Gina sangat berharap semakin banyak mahasiswa kedokteran yang berminat terjun ke bidang psikiatri dan berkontribusi di berbagai daerah. Untuk Para Pembaca Setelah beberapa tahun berkiprah di bidang psikiatri, Gina menjunjung tinggi prinsip bahwa sehat jiwa tidak dapat direalisasikan seorang diri. Untuk menjadi sehat, kita perlu dukungan dari lingkungan. Menjadi sehat jiwa berarti menjalankan upaya kesehatan dari diri untuk diri sendiri dan dari diri untuk orang-orang di sekitar. Sehat bersama, produktif bersama, dan senang bersama.: alifa
MEDIA
“
Rasanya priceless, seperti satu napas Gina Anindyajati
dr. Gina Anindyajati, Sp.KJ Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 1987 Riwayat Pendidikan: 2011: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 2017: Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Riwayat Pekerjaan: 2013–2018: Dokter Umum, Klinik Angsamerah 2014–2017: Asisten Dosen, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2017–sekarang: Psikiater, Klinik Angsamerah 2017–sekarang: Staf Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019–sekarang: Psikiater, RSUPN Cipto Mangunkusumo
AESCULAPIUS
18
Kabar Alumni
Menjadi Kepala Puskesmas Selepas Lulus Dua tahun mengabdi sebagai dokter PTT di wilayah 3T menjadi batu loncatan pengembangan diri
19
MEDIA
Foto: dokumen pribadi
B
ekerja di daerah, terutama di wilayah terluar Indonesia, seringkali dilirik sebelah mata. Hal itu tidak berlaku bagi dr. Susatyo Jati Pratomo, Sp.B. Baginya, pengalaman bekerja dan menetap di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), terlebih sebagai dokter justru menjadikannya pribadi yang lebih baik dan tangguh. Berangkat pada tahun 2002, Susatyo memantapkan hati untuk mengabdi di luar Jawa. Saat itu, program internship belum ada, melainkan program pegawai tidak tetap (PTT) wajib dari pemerintah selama 2 tahun. Niat Susatyo awalnya sekadar ingin cepat menyelesaikan program PTT. Pasalnya, jika ia memilih PTT di daerah Jawa, ‘antrian’ akan lebih lama, minimal menunggu 2 bulan. Atas dasar itu, Susatyo memutuskan untuk mendaftar di luar Jawa dan saat itu Maluku sedang membutuhkan dokter. Benar saja, tak lama setelah mendaftar, ia langsung ditugaskan untuk berangkat ke Halmahera Utara, Maluku. Setibanya di Halmahera Utara, Susatyo disambut baik oleh perangkat desa beserta jajarannya. Susatyo juga langsung diangkat menjadi Kepala Puskesmas Kecamatan Malifut karena tenaga kesehatan yang ada tidak seluruhnya berlatar belakang dari bidang kesehatan. Bukanlah hal mudah bagi seorang dokter yang notabenenya baru lulus langsung diamanahkan menjadi kepala puskesmas. Pengalaman mengatur keuangan, mengelola dan membimbing tenaga kerja, hingga fasilitas kesehatan yang terbatas justru menjadi tantangan tersendiri. Susatyo juga harus beradaptasi dengan kondisi setempat yang masih belum mendapatkan suplai listrik pada malam hari. Kondisi pascakonflik antarkelompok di Maluku saat itu juga menambah ketegangan. Syukurnya, Susatyo menjalin hubungan baik dengan perangkat desa dan berbaur dengan warga setempat. Pembekalan-pembekalan dari Ilmu Kedokteran Komunitas dan berpartisipasi dengan berbagai aktivitas serta organisasi semasa kuliah menurutnya menumbuhkan sifat leadership. Permasalahan dinamis yang dihadapinya saat di bangku kuliah seiring berjalannya waktu membentuk pribadi Susatyo. Selama dua tahun mengabdi, ia juga berkesempatan untuk mengenali dirinya lebih dalam. Dari berbagai pasien yang ditanganinya, Susatyo menemukan bahwa dirinya merasa lebih tertarik untuk mengerjakan tindakan. Dari situlah, Susatyo terpikir untuk melanjutkan studi PPDS
dr. Susatyo Jati Pratomo, Sp.B
Dokter spesialis bedah di RSUD Pondok Gede, RS Helsa Jati Rahayu, RS Primaya Depok Kontak: +62 812-8081-2133 departemen bedah. Selepas mengabdi sebagai dokter PTT di Halmahera Utara, Susatyo sempat bergabung dengan dompet dhuafa dan perusahaan. Pada tahun 2006, ia memutuskan untuk pindah ke Jerman untuk membantu dan menemani istri yang sedang menjalani pendidikan S3. Sempat terlintas untuk melanjutkan studi kedokteran di Jerman dan mengikuti penyetaraan ortopedi di Heidelberg University, Susatyo mengurungkan niatnya. Susatyo kembali ke tanah air pada tahun 2009 dan berhasil mencapai salah satu tujuannya, yaitu melanjutkan PPDS bedah umum pada tahun 2012 di almamater yang sama, yaitu FKUI. Menurutnya, menjadi dokter bukan semata lihai dalam hal keterampilan, tetapi harus diimbangi pula oleh pengetahuan yang terus berkembang. Ia percaya, pengetahuan yang terbarukan akan berdampak kepada pelayanan pasien di fasilitas kesehatan yang semakin membaik karena tindakannya berdasarkan riset dan data. Terakhir, ia berpesan, “Manusia, apapun tantangannya, kalau dicoba pasti bisa.” orin
AESCULAPIUS
Seputar Kita
Kenali Cacar Monyet, Hindari Pandemi Berikutnya Mengenal lebih dalam kanker penyebab kematian terbanyak perempuan di dunia
P
Foto: dokumen penyelenggara
eningkatan insidensi penyakit cacar monyet atau monkeypox di berbagai penjuru dunia berpotensi untuk menyebabkan wabah baru. Merespon hal tersebut CME FKUI (Continuing Medical Education Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), menyelenggarakan Webinar Kesehatan: Indonesia Waspada Wabah Monkeypox. Webinar ini diselenggarakan secara virtual dan mengundang tenaga kesehatan serta orang-orang yang antusias terhadap isu kesehatan untuk ikut. Berlangsung pada Selasa, 9 Agustus 2022 yang lalu, terdapat tiga topik besar yang dibawakan oleh tiga narasumber, yaitu deteksi awal dan manifestasi kulit cacar monyet, perkembangan terbaru mengenai tata laksana cacar monyet, dan peran fasilitas kesehatan primer dalam mengatasi infeksi cacar monyet. Dibuka oleh Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PDKGEH, MMB, FINASIM selaku dekan FKUI, yang mengingatkan pentingnya dokter dan masyarakat memperhatikan kasus cacar monyet. “Memang WHO sudah menetapkan ini (cacar monyet) sebagai sesuatu yang menjadi perhatian, mengingat sudah ada kasus yang ditemukan di negara tetangga, dan di Indonesia sendiri sudah ada kasus yang dilaporkan,” ucap Ari, “walaupun penyebarannya tidak secepat COVID, tetapi kewaspadaan dan kehati-hatian harus tetap ada di antara kita.” Berikutnya, acara dilanjutkan oleh dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH sebagai moderator. Topik pertama, yaitu tata laksana terkini disampaikan oleh dr. Robert Sinto, Sp.PD-KPTI. Ia mengungkapkan mengenai perbedaan penampakan khas monkeypox dengan cacar-cacar jenis lainnya yaitu limfadenopati beserta lesi-lesi kulit lain yang khas, seperti pada dareah anogenital. Seseorang juga sudah dapat menularkan monkeypox pada saat muncul gejala awal, seperti sakit kepala dan demam tanpa perlu lesi pada kulit muncul terlebih dahulu, sehingga diagnosis
MEDIA
seperti melalui PCR perlu untuk dilakukan pada saat muncul kecurigaan. Kendati kekhawatiran publik, penyakit ini merupakan kondisi yang bersifat self limiting akan tetapi perlu diperhatikan komplikasinya. Oleh sebab itu, terapi terutama bersifat suportis dan simptomatis, dengan penggunaan antivirus sejauh ini hanya pada orang yang mengalami imunokompromi. Terakhir, sebagai pesan edukasi kepada masyarakat, Robert berkata, ”Jika ada lesi pada kulit, datanglah ke dokter, gunakan masker, dan hindari pertemuan dan close skin-to-skin contact.” Topik kedua disampaikan oleh Dr.dr. Elza Miranda, Sp.KK(K), yang menerangkan metode diagnosis awal dalam deteksi cacar monyet dan metode penyebaran. Ia mengatakan bahwa anamnesis penting dilakukan, karena penyakit ini dapat menyebar melalui banyak metode, seperti lewat droplet, kontak erat, benda yang terkontaminasi, hewan, dan hubungan seksual terutama pada LSL (lelaki yang berhubungan seks dengan lakilaki). Monkeypox juga dapat terjadi sebagai koinfeksi dengan infeksi menular seksual lainnya. Wabah monkeypox kali ini juga memiliki manifestasi lesi yang berbeda dengan wabah di tahun 2003. “Pada 2022 (monkeypox), lesi bersifat atipikal, lesi dapat timbul bersamaan dalam berbagai stadium yang berbeda-beda, seperti papul, pustul, dan pseudo pustul,” ucap Eliza, “dengan lesi terlokalisasi dan terdapat gejala prodormal.” Pada sesi terakhir, topik peran fasilitas kesehatan primer dalam mengatasi monkeypox disampaikan oleh Dr. dr. Retno Asti Wardhani, M. Epid. Kepala departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI ini menjelaskan berbagai kriteria suspek, probable, dan konfirmasi. Retno juga mengungkapkan pentingnya penyelidikan secara epidemiologis serta pentingnya isolasi hingga gejala hilang agar mencegah penyebaran lebih lanjut. Harapannya, dengan berbagai informasi yang telah disampaikan, tenaga kesehatan dapat dipersiapkan lebih baik dalam menangani kondisi ini. yosafat
AESCULAPIUS
20
Senggang
Berpetualang di Alam: Membawa Kebahagiaan hingga Kebermanfaatan Hobi mendaki gunung yang turut memberi ilmu bagi komunitas
P
Foto: dokumen pribadi
erjalanan di alam dapat memanjakan mata sekaligus membawa banyak pelajaran, begitulah yang dirasakan oleh dr. Reyner Valiant Tumbeleka, Sp.OT, M.Ked.Klin. Dokter lulusan Universitas Airlangga ini memiliki hobi yang melibatkan petualangan di alam, yakni mendaki gunung. Belum sampai 10 tahun sejak Reyner menekuni hobi ini, namun mendaki telah membawanya mencapai banyak hal, salah satunya menginspirasi dirinya untuk membuka platform edukasi kedokteran yang berfokus pada mountain wilderness, yakni akun Instagram @dokterpendaki. Berbeda dengan kebanyakan rekan sesama pendakinya yang mengawali hobi ini sedari muda, Reyner terjun ke hobi ini ketika sedang menjalani pendidikan spesialis. Mendaki gunung, selain jauh secara fisik dari rumah sakit, juga membuat Reyner sulit dihubungi karena tidak terdapat sinyal. Menghadapi hal ini, Reyner sebisa mungkin merencanakan perjalanannya sejak jauh-jauh hari serta mengurus segala hal terkait pasiennya sebelum keberangkatan sehingga ia tidak akan melalaikan tugas profesionalnya sebagai dokter. Baginya, pendakian tak hanya membawa kebahagiaan saat menaiki gunungnya saja, namun dari segala persiapan keberangkatan hingga kepulangan. Menyiapkan gear dan perbekalan, menikmati perjalanan menuju gunung yang memanjakan mata, memilih trek yang akan dilalui, memperkirakan akan beristirahat di pos mana, semua itu telah membawa kebahagiaan bagi Reyner. Belum lagi petualangan di perjalanan, hingga lanskap yang dapat ia nikmati saat telah sampai ke puncak. Hal tersebut pun ia rasakan pada pendakian terbarunya mencapai Gunung Agung di Bali. Tanpa teknologi dan dihadapkan dengan besarnya alam, “Naik gunung juga menyadarkan kita bahwa kita bukan siapa-siapa,” kesan Reyner. Selama perjalanannya mendaki gunung, Reyner seringkali merasa miris saat mendapati pendaki yang minim pengetahuan tentang pendakian. Pengalaman berkesan lainnya yang Reyner temui saat mendaki adalah membantu transportasi pasien fraktur ankle yang berat badannya tergolong obesitas hingga 100 kg
21
MEDIA
lebih. Akibat terbatasnya peralatan, Reyner akhirnya membantu pembidaian pasien tersebut menggunakan rerantingan pohon dan turut membantu transpor pasien hingga sampai ke bawah. Di awal pandemi kemarin, Reyner yang turut memiliki hobi menulis, mulai membuat akun Instagram @dokterpendaki yang berisikan edukasi medis bagi para pendaki, seperti penanganan pertama cedera, persiapan fisik sebelum mendaki, dan masih banyak lagi. Ia mengamati bahwa belum banyak dokter di Indonesia yang concern dengan penanganan medis di alam bebas, padahal hal tersebut cukup menantang akibat keterbatasan alat dan sumber daya. “Hal ini pun masih sejalan dengan bidang saya di traumatologi,” ujar Reyner. Dalam laman Instagram tersebut, ia pun membagikan infografis dan kelas Zoom gratis yang berkolaborasi dengan komunitas pencinta alam dan sejawat lintas bidang guna memberikan edukasi ilmiah yang relevan bagi pendaki. Upayanya tersebut mendapat antusiasme yang luar biasa dari kalangan pencinta alam. Menurut Reyner, hobi merupakan hal penting bagi seorang dokter untuk melepas jenuh dari pekerjaan. “Kita butuh sisi di luar profesi yang bisa mengisi keseharian kita,” ucapnya. Ia pun berpesan kepada mahasiswa kedokteran saat ini untuk tidak terperangkap dalam dunianya sendiri dan mau untuk mengeksplor hal berguna yang bisa dikontribusikan ke masyarakat sesuai kemampuannya. rahmi
dr. Reyner Valiant Tumbeleka, Sp.OT, M. Ked.Klin. Jabatan: Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RS Mayapada Surabaya dan RS Sido Waras Mojokerto E-mail: Dr.reyner@gmail.com
AESCULAPIUS
Segar
Seputar Penyakit Jantung:
Memperingati Hari Jantung Sedunia – 29 September 2022
Mendatar
Menurun
4. Kondisi pengerasan dan penyempitan arteri akibat penumpukan plak 5. Kondisi yang terjadi ketika aliran darah menuju jaringan atau organ tubuh berkurang 8. Faktor risiko penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan kadar fraksi lipid dalam plasma 10. Salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
1. Salah satu penyekat beta non-selektif yang digunakan dalam terapi infark miokard akut 2. Alat yang digunakan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung 3. Salah satu gejala gagal jantung 6. Istilah lain dari gangguan irama jantung 7. Biomarker yang digunakan dalam diagnosis infark miokard (singkatan) 9. Obat untuk meredakan angina pektoris yang dikonsumsi secara sublingual (singkatan)
MEDIA
AESCULAPIUS
22
Media Aesculapius
@mediaaesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783 Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini