Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi September-Oktober 2021

Page 1

Media

Surat Kabar

Vaksin sebagai Syarat Administrasi, Tepatkah?

Aesculapius

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Ivermectin: Obat Cacing yang Diklaim Ampuh Atasi Covid-19

Menuju Pembelajaran Tatap Muka: Matangkah Persiapan Kita?

05/LIV

Sep-Okt 2021 | ISSN 0126-4966


Daftar Isi

Headline Topik Utama

3

Vaksin sebagai Syarat Administrasi: Tepatkah?

Topik Pendamping

5

Tidak Bisa Vaksin Covid-19, Harus Apa?

Asuhan Kesehatan Sindrom Mata Kering, Kasus Umum yang Terabaikan

MA Info

Kuasai Pendekatan Klinis Hernia Inguinalis pada Dewasa

Seremonia

Cegah Bunuh Diri dengan Menciptakan Harapan

Konsultasi

Implan Koklea: Solusi Nyata bagi Tunarungu

Info Obat

Ivermectin: Obat Cacing yang Diklaim Ampuh Atasi Covid-19

6 7

IPTEK

8

Kolom Umum

Sel Dendritik sebagai Vaksin Covid-19

Kejenuhan dalam Kehidupan

Suara Mahasiswa

Strok di Era Pandemi: Jangan Sampai Lengah!

Advertorial

Daftar Isi

9 11 12

Menuju Pembelajaran Tatap Muka: Matangkah Persiapan Kita?

Seremonia

Menilik Fenomena Malnutrisi pada Anak-Anak Pengungsi

Suka Duka

Erni Juwita Nelwan: Ibu Kartini Penyakit Tropik Infeksi

Kabar Almuni

Menilik Perjalanan Karier di Ranah Kesehatan Masyarakat

Seputar Kita

Mencapai ASI Berkualitas: Mulai dari Mana?

Senggang

Meniti Karier dari Hobi

Ilustrasi cover: Ayleen /MA

1

MEDIA

AESCULAPIUS

13 14 15 16 17 19 20 21


Dari Kami Salam sejahtera untuk kita semua, Sejak bulan September, kasus Covid-19 nasional sudah terus melandai dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pun sudah mulai dilonggarkan. Hal ini juga diiringi oleh dikebutnya pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di seluruh Indonesia. Meski kasus Covid-19 sudah berkurang, pemerintah tetap melonggarkan PPKM secara perlahan dan hati-hati. Salah satu kebijakan yang diambil dalam mengizinkan masyarakat beraktivitas kembali adalah status vaksinasi. Orang yang telah divaksinasi dianggap aman dari risiko menularkan ataupun ditularkan Covid-19 sehingga boleh beraktivitas di ruang publik. Namun, apakah kebijakan ini sudah tepat dan tidak bebas dari masalah? Bagaimanakah nasib orang-orang yang belum dapat divaksinasi karena satu dan lain hal? Temukan jawabannya pada rubrik Headline. Strok merupakan kegawatdaruratan neurologis yang perlu didiagnosis dan ditangani dengan cepat. Kesalahan dalam mengenali strok ataupun strok ringan dapat berujung fatal. Ditambah lagi, Covid-19 yang kini masih menjadi pandemi juga dapat memperumit masalah pasien strok. Bagaimanakah pitfalls yang perlu diperhatikan dalam menangani pasien strok di era pandemi? Simak ulasannya oleh konsultan neurologi di rubrik Konsultasi. Sempat viral selama beberapa waktu yang lalu, ivermectin digadang-gadang sebagai obat yang dapat menjadi jawaban atas Covid-19. Padahal, obat ini sejatinya digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi parasit. Bagaimanakah cara kerja dan penggunaan ivermectin yang seharusnya untuk mengatasi infeksi parasit? Ketahui penggunaan ivermectin yang sebenarnya pada rubrik Info Obat. ASI berperan penting dalam tumbuh kembang bayi, terutama dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Namun, ternyata hanya sepertiga ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif kepada sang buah hati. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi ialah ibu merasa ASI tidak memberikan cukup gizi bagi anaknya. Apakah hal ini benar? Bagaimana cara ibu dapat menghasilkan ASI yang berkualitas bagi bayinya? Simak ulasan lengkapnya pada rubrik Seputar Kita. Akhir kata, semoga SKMA kali ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Salam sehat!

Billy Pramatirta, S.Ked Pemimpin Redaksi

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Regine Viennetta Budiman. POSDM: Gabrielle Adani, Jessica Audrey, Arfian Muzaki, Engelbert Julyan Gravianto. Pemimpin Produksi: Tania Meirianty. Wakil Pemimpin Produksi: Hasbiya Tiara Kamila. Tata Letak dan Cetak: Ayu Saraswati, Auvan Lutfi. Ilustrasi dan Fotografi: Ayu Saraswati, Ayleen Huang. Infografis: Siti Noor Aqilla M, Nabilla Luthfia S. Staf Produksi: Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Aisha Putri C, Chastine Harlim, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M, Anthonius Yongko, Devi Elora G, Kania Indriani RP. Pemimpin Redaksi: Billy Pramatirta. Wakil Pemimpin Redaksi: Ariestiana Ayu Ananda Latifa. Chief Editor: Jonathan Hartanto, Aughi Nurul Aqiila. Redaktur Senior: Nur Afiahuddin T, Yuli Maulidiya S, Farah Qurrota A, Nathalia Isabella M, Dina Fitriana S, Afiyatul Mardiyah, Elvan Wiyarta, Mariska Andrea S, Lidia Puspita Hasri, Prajnadiyan Catrawardhana. Redaktur Headline: Amanda Safira Aji. Redaktur Klinik: Kareen Tayuwijaya. Redaktur Ilmiah Populer: Izzati Diyanah. Redaktur Opini & Humaniora: Ariestiana Ayu AL. Redaktur Liputan: Gabrielle Adani. Redaktur Web: Alexander Rafael S, Albertus Raditya D. Reporter Senior: Rayhan Farandy, M Ilham Dhiya R, Wira Tirta DP, Jessica Audrey, Leonaldo Lukito N, Sheila F Safety. Reporter Junior: Alessandrina Janisha P, Rejoel Mangasa S, Benedictus Ansell S, Laurentia, Nada Irza S, Hendra Gusmawan, Kelvin Kohar, Rheina Tamara T, Raisa Amany, Ryan Andika. Pemimpin Direksi: Laureen Celcilia. Wakil Pemimpin Direksi: Engelbert Julyan Gravianto. Staf Direksi: Rafaella Shiene W, Aulia Nisrina Y, Caroline Griselda W, Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W, Andi Gunawan K, Bunga Cecilia S, Iskandar Purba G, Jeremy Refael, Lowilius Wiyono, Syafira Nurlaila D. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com

MEDIA

AESCULAPIUS

2


Headline

Vaksin sebagai Syarat Administrasi, Tepatkah? Menjadi persyaratan untuk bergabung ke ruang publik, tepatkah sertifikat vaksin dalam mempercepat cakupan vaksinasi?

Na bi

lla

V

aksinasi merupakan salah satu langkah untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Program vaksinasi dilakukan untuk mengurangi infeksi serta angka kesakitan akibat Covid-19 sehingga masyarakat dapat secara berangsur-angsur kembali beraktivitas dengan normal seperti sediakala. Untuk mencapai tujuan tersebut, vaksinasi perlu dilakukan pada 208 juta masyarakat Indonesia. Terhitung per 18 Oktober 2021, capaian cakupan vaksin dosis pertama dan kedua saat ini baru mencapai 51,85% dan 30,34%. Artinya, program vaksinasi masih jauh dari target yang ditetapkan. Salah satu upaya pemerintah dalam mempercepat laju vaksinasi adalah dengan menggunakan status vaksinasi sebagai syarat administrasi. Beberapa peraturan baru secara kompak menginstruksikan sertifikat vaksin sebagai ketentuan bagi masyarakat sebelum melakukan kegiatan, seperti berpergian atau sekedar membeli kebutuhan di pusat perbelanjaan. Instruksi Kementerian Dalam Negeri (Inmendagri) No. 15 tahun 2021 dan Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 No. 16 Tahun 2021 mensyaratkan bukti sudah melakukan vaksinasi setidaknya dosis pertama sebelum

3

MEDIA

/M

A

melakukan perjalanan. Senada dengan kebijakan tersebut, Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 974 Tahun 2021 juga mewajibkan sertifikat vaksin sebagai syarat berkegiatan pada sektor yang telah diizinkan selama PPKM level 4 pada 4-16 Agustus 2021. Namun, tepatkah penerapan kebijakan tersebut? Vaksinasi: Tak Hanya Soal Demand, Tetapi Juga… Penerapan kartu vaksin sebagai syarat perjalanan dapat dimaknai sebagai upaya menciptakan kemauan dan demand vaksin dari masyarakat. Meskipun begitu, Center for Indonesia’s Strategic Development Institute (CISDI) mencatat bahwa masalah dalam pencapaian target vaksinasi tidak hanya terletak pada kemauan masyarakat, tetapi juga pada keterbatasan stok dan akses vaksin. “Ada hambatan berlapis yang membuat orang tidak bisa mendapatkan vaksin, ditambah proses birokrasi yang rumit,” ungkap Muhammad Iqbal Hafizon, S. Hub. Int. selaku Policy Unit Officer CISDI. Salah satu wujud dari rumitnya proses birokrasi adalah dibutuhkannya NIK sebagai syarat vaksin. Padahal, masih terdapat 10,7 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki NIK, khususnya masyarakat adat di

AESCULAPIUS


Headline Jawa dan non-Jawa. Prioritas penerima spesifik, yaitu kelompok dengan komorbid dan usia lansia juga masih tidak terjangkau sepenuhnya. “Kalau kita lihat datanya, lansia yang menerima vaksis dosis pertama masih di angka 25%. Padahal, programnya sudah mulai dari Februari,” keluh Iqbal.

Masyarakat bisa memilih untuk tidak vaksin, tetapi sebagai konsekuensinya, tidak bisa melakukan perjalanan dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD

daerah terpencil yang masih belum terdata dengan baik. Kendala administrasi lainnya adalah proses skrining sebelum vaksin yang dinilai berlebihan. “Skrining yang dilakukan seharusnya mengacu pada kontraindikasi WHO saja, yaitu pada pasien imunosupresi atau kemoterapi. Tensi dan gula darah tidak perlu karena pada uji klinis vaksin sudah melibatkan pasien yang seperti itu,” terang Ahli Epidemiologi FKM UI, dr. Syahrizal Syarif, MPH., Ph.D. Akses menuju vaksin juga dihambat oleh keterbatasan stok vaksin. Beberapa daerah, khususnya di luar Pulau Jawa, tidak memiliki stok vaksin yang mengimbangi jumlah masyarakat. Di Palembang misalnya, antrean untuk mendapat vaksin mencapai sekitar tiga ribu orang, tetapi pemerintah kota hanya menyediakan 100 dosis. Hal tersebut menggambarkan keterbatasan infrastruktur dalam distribusi vaksin. Belum lagi, masalah ini juga diiringi oleh manajemen yang kurang baik. Hingga saat ini, penyalahgunaan dosis vaksin dengan memberikan vaksin booster untuk kelompok non-nakes masih ditemukan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Padahal, jatah vaksin tersebut seharusnya diberikan pada kelompok yang belum melakukan vaksinasi. Masalah finansial juga turut menghambat cakupan vaksinasi di Indonesia, khususnya pada masyarakat kelompok ekonomi bawah. “Mereka memiliki willingness, tetapi tidak memiliki power untuk vaksin, misalnya biaya untuk transportasi. Ada banyak hal yang dipikirkan hingga akhirnya tidak vaksin,” ujar Iqbal. Semua hambatan akses vaksinasi ini menyebabkan adanya sebagian masyarakat yang sulit untuk mengakses ruang publik serta transportasi akibat syarat vaksinasi sebagai administrasi. Di samping itu, capaian kesuksesan vaksinasi tidak bisa hanya dinilai secara kuantitatif dengan kenaikan jumlah orang yang divaksin saja. Strategic Advisory Groups of Experts (SAGE) WHO merekomendasikan adanya kualitas penjangkauan vaksinasi. Nyatanya, di balik peningkatan jumlah vaksinasi yang masif, masih terdapat ketimpangan persebaran vaksin antara Pulau

MEDIA

Kurang Ideal, Namun Pragmatis? Di balik berbagai kekurangannya, pemberlakuan sertifikat vaksin sebelum memasuki ruang publik merupakan salah satu upaya untuk mencegah penularan Covid-19. “Upaya syarat vaksin wajar dan harus dilakukan. Kita harus memastikan mereka yang masih bergerak di ruang publik menghindari mereka yang berpotensi menularkan,” ucap Syahrizal. Upaya tersebut tentunya juga akan menurunkan angka kematian. Persyaratan vaksinasi juga dapat menjadi katalis untuk mempercepat capaian vaksinasi jika berfokus pada tingkat penerimaan masyarakat. Hal tersebut menjadi krusial karena keberhasilan vaksin memerlukan penerimaan dari masyarakat. “Vaksin perlu dilakukan seluas-luasnya dan secepat-cepatnya, manfaatnya hanya dapat dirasakan kalau cakupan tinggi,” ujar vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD. Untuk mencapai cakupan tersebut, lulusan magister vaksinologi University of Siena, Italia itu juga berpendapat bahwa pemberian stimulus dalam bentuk insentif atau regulasi seperti kebijakan syarat vaksin dapat dilakukan. Meskipun kurang ideal, penerapan regulasi tersebut dapat dipandang efektif sebab sulit untuk mengubah kesadaran masyarakat dalam waktu cepat. Dalam penerapannya, tidak ada pula pelanggaran yang dilakukan. “Aturannya jelas dan tidak ada paksaan. Masyarakat bisa memilih untuk tidak vaksin, tetapi sebagai konsekuensinya, tidak bisa melakukan perjalanan. Tidak ada hak dasar yang dicabut,” ucap Dirga. Walaupun demikian, pemerintah dan tokoh masyarakat tetap perlu memberikan edukasi agar masyarakat paham mengenai alasan perlu melakukan vaksin. Kebijakan sertifikat vaksin sebagai syarat administrasi memang bukanlah solusi yang paling ideal untuk mempercepat cakupan vaksinasi dan menimbulkan beberapa masalah baru. Akan tetapi, mengingat program vaksinasi yang perlu dilaksanakan dengan cepat dan bukan hal yang mudah untuk menyadarkan masyarakat, kebijakan tersebut dapat menjadi solusi pragmatis. Namun, perlu diingat bahwa percepatan program vaksinasi tidak bisa hanya bertumpu pada selembar sertifikat vaksin. Selain mendorong masyarakat untuk menciptakan demand vaksinasi, pemerintah juga perlu memastikan supply vaksin dengan mengusahakan keamanan stok vaksin, memastikan distribusi lancar dan merata, memberi kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses vaksin, dan juga memberikan solusi bagi masyarakat yang belum dapat divaksin. yasmin, rejoel

AESCULAPIUS

4


Headline

Tidak Bisa Vaksin Covid-19, Harus Apa?

P

Di tengah lantangnya seruan untuk melakukan vaksinasi, bagaimana jika seseorang tidak memenuhi syarat layak vaksinasi?

entingnya vaksin sebagai salah satu usaha untuk mengakhiri pandemi Covid-19 merupakan alasan bagi banyak negara, termasuk Indonesia, untuk menggalakkan program vaksinasi massal. Sebelum divaksin, masyarakat yang mendaftarkan diri akan menjalani proses skrining yang berisi serangkaian pertanyaan. Jika skrining tidak menunjukkan adanya potensi timbulnya masalah dengan vaksinasi, proses akan dilanjutkan dengan pemeriksaan suhu tubuh dan tekanan darah. Berdasarkan rekomendasi Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE), kriteria ekslusi penerima vaksin Sinovac adalah pasien yang sedang mengalami demam atau infeksi akut Covid-19. Selanjutnya, SAGE merekomendasikan untuk melaksanakan vaksinasi pada golongan rentan dan komorbid terlebih dahulu. Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengemukakan bahwa lansia dan orang dengan komorbid yang akan divaksin perlu dipastikan kebugaran dan kondisi penyertanya terlebih dahulu melalui rangkaian pernyataan tambahan untuk memastikan vaksinasi layak dilakukan. Namun, banyak ahli berpendapat proses skrining yang panjang tersebut berlebihan dan justru berpotensi mengakibatkan rendahnya cakupan vaksin pada kelompok prioritas. “Awalnya, pemerintah Indonesia hanya memberikan vaksin pada orang berusia 18— 59 tahun sehingga saya memberikan kritik kepada

pemerintah karena Sinovac sudah diuji multicenter di Brazil, Turki, dan China pada golongan lansia,” ujar Syahrizal. Pasien yang tidak lolos skrining masih memiliki kemungkinan untuk divaksinasi, salah satunya dengan berkonsultasi dan meminta rekomendasi dari dokter spesialis yang akan menentukan kelayakan vaksinasi sesuai penyakit yang diderita. Namun, pasien tidak bisa memaksakan keinginan vaksinasi bila memang hasil evaluasi menunjukkan tidak layak. Terkait diperlukannya sertifikat vaksin untuk melakukan kegiatan di fasilitas umum, Surat Edaran Kasatgas Nomor 16 Tahun 2021 mengenai Ketentuan Perjalanan menyatakan kewajiban menunjukkan kartu vaksin sebagai syarat perjalanan. Kendati demikian, Kemenkes RI telah menetapkan peraturan yang memperbolehkan surat keterangan dokter sebagai pengganti sertifikat vaksin bagi masyarakat yang tidak dapat divaksin. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa kelompok yang tidak dapat divaksin menjadi sangat rentan terhadap Covid-19 karena minimnya proteksi. “Oleh karena itu, herd immunity penting agar orang yang sudah divaksinasi tidak menyebarkan infeksi ke kelompok tersebut. Lagipula, jumlah orang yang tidak dapat divaksinasi sangat sedikit”, terang Dirga. Maka dari itu, masyarakat harus tetap menetapkan protokol kesehatan yang baik ketika beraktivitas di luar, baik yang sudah divaksin maupun belum. kelvin

SKMA untuk Anda!

!

Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya

Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada http://bit.ly/EvaluasiSKMA21 Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius

5

MEDIA

AESCULAPIUS


Asuhan Kesehatan

Sindrom Mata Kering, Kasus Umum yang Terabaikan

S

Jangan sepelekan mata kering, cermati tata laksananya!

Untuk pasien dengan SMK ringan, tata laksana indrom mata kering (SMK) adalah gangguan yang terjadi pada permukaan mata akibat tidak yang dapat diberikan berupa edukasi dan modifikasi stabilnya produksi dan fungsi dari lapisan air mata. lingkungan sekitar untuk mengontrol faktor yang dapat Di seluruh dunia, sekitar 10– 30% orang menderita mata memperparah SMK. Beberapa faktor yang seringkali kering dan di Indonesia, jumlah kejadian mata kering ditemukan dapat memperparah SMK antara lain diperkirakan sebesar 27,5%. Sindrom mata kering ini menatap layar monitor ataupun smartphone terlalu sangatlah prevalen, tetapi banyak yang mengabaikannya lama; lingkungan yang berdebu, kering, ataupun karena merasa bahwa mata kering disebabkan oleh berangin; dan penggunaan lensa kontak. Selain itu, beberapa obat diketahui dapat kelelahan biasa. Kornea seharusnya selalu dialiri oleh air mata ketika mencetuskan SMK, seperti obat alergi, pereda nyeri, berkedip untuk memberikan nutrisi serta melindungi obat tidur, dan kontrasepsi oral sehingga dapat mata dari lingkungan luar. Air mata berperan penting dipertimbangkan untuk dihentikan penggunaannya. dalam melindung mata dari unsur-unsur mengganggu Terakhir, terapi kelopak mata dengan kompres hangat dan pemberian air mata buatan dapat dan menjaga permukaan mata tetap halus. Oleh dipertimbangkan pada pasien dengan karena itu, saat terjadinya SMK ringan. gangguan pada produksi Bagi pasien dengan air mata, fungsi mata SMK sedang, tata dapat saja terganggu. laksana tambahan yang Tingkat keparahan dapat diberikan dapat sindrom mata kering berupa obat antiinflamasi bervariasi, mulai dari (kortikosteroid topikal ringan hingga berat. mata) untuk mengontrol Meskipun gejala yang peradangan pada fase ditemui sebagian besar akut, punctal plugs untuk masih ringan, gejala-gejala mempertahankan air mata, ini dapat memberat apabila dan siklosporin 0,05% penderita berada dalam topikal untuk meningkatkan kondisi tertentu, seperti produksi air mata. terlalu lama menatap layar Untuk pasien dengan SMK ponsel, berada di lingkungan A berat atau yang gagal setelah terapi yang kering, atau membaca dalam /M Tania konservatif, sebaiknya segera dikonsultasikan ke waktu lama. dokter spesialis mata untuk terapi lebih lanjut. Pilihan Tujuan dari penanganan sindrom mata kering adalah meringankan gejala dan mengatasi terapi lanjutan yang dapat diberikan antara lain obat penyebabnya. Apabila sindrom mata kering disebabkan antiinflamasi sistemik, agen mukolitik, tetes mata serum oleh faktor medis, faktor medis tersebut akan ditangani autologous, oklusi punctal permanen, dan tarsorafi. Tentu saja mencegah lebih baik daripada lebih dahulu. Tata laksana dari SMK bergantung pada mengobati. Selalu utamakan edukasi sebagai pilar tingkat keparahan yang dialami oleh pasien. SMK utama dalam tata laksana SMK, seperti melindungi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ringan, sedang, dan mata dari kondisi lingkungan yang buruk, menghindari berat. Pada pasien dengan SMK ringan, gejala yang pemakaian riasan di daerah mata, berhenti merokok, dialami mungkin tidak disadari, hanya sedikit rasa mengurangi menatap layar ponsel, selalu menjaga tidak nyaman yang sesekali muncul. Sedangkan pada kebersihan mata, dan mengonsumsi makanan yang baik pasien dengan SMK sedang hingga berat, rasa tidak untuk kondisi mata. Tindakan sederhana di atas dapat nyaman yang dialami oleh pasien sudah menetap hingga membantu penderita mencegah atau mengurangi gejala yang sudah dialami. raisa mengganggu aktivitas.

MEDIA

AESCULAPIUS

6


MA Info

Kuasai Pendekatan Klinis Hernia Inguinalis pada Dewasa Turun berok bukan sekadar benjolan aneh di lipat paha, jangan diabaikan!

A

/M

lla

e St

K

etika suatu organ intraperitoneum menonjol keluar baik akibat cacat kongenital maupun didapat, keadaan ini disebut sebagai hernia. Komponen hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Hernia inguinalis merupakan penonjolan isi abdomen melalui bagian terlemah dari cincin inguinalis. Prevalensi keadaan ini sekitar 1,7% pada seluruh kelompok usia dan 4% pada populasi berusia di atas 45 tahun. Laki-laki lebih berisiko mengalami hernia dibandingkan perempuan karena struktur anatominya cenderung lebih rentan. Hernia inguinalis diklasifikasikan berdasarkan letak kantong hernia dengan arteri epigastrika inferior, yaitu hernia direk dan hernia indirek. Hernia direk menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach akibat lemahnya fascia dinding posterior kanalis inguinalis. Sementara itu, pada hernia indirek, isi abdomen keluar dari rongga peritoneum melalui kanalis inguinalis internus yang berada di lateral arteri epigastrika inferior. Jika cukup panjang, isi hernia bahkan dapat menonjol keluar kanalis inguinalis eksternus. Hernia inguinalis indirek umumnya disebabkan oleh cacat kongenital. Diagnosis Secara umum, hernia inguinalis dapat dibagi menjadi 4 presentasi klinis dasar: asimtomatik, simtomatik, pembengkakan inguinoscrotal, dan akut abdomen. Diagnosis hernia selalu dilakukan secara klinis berdasarkan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan radiologi jarang dibutuhkan, kecuali pada pasien obesitas dengan nyeri selangkangan yang tidak dapat

7

MEDIA

dijelaskan yang sulit ditegakkan diagnosisnya secara pemeriksaan fisik. Pada hernia reponibilis (hernia dapat keluar masuk secara spontan), keluhan yang ditemukan berupa benjolan pada lipatan paha yang muncul ketika berdiri, mengedan, batuk, atau bersin. Benjolan akan menghilang saat tidur atau saat didorong masuk ke perut. Pada hernia reponibilis, keluhan nyeri jarang dijumpai. Keluhan berat seperti nyeri abdomen berat, mual, dan muntah dapat muncul ketika terjadi hernia strangulata. Hernia yang berhubungan dengan akut abdomen ( jarang) biasanya sulit direduksi, nyeri pada penekanan, dan bising usus tidak terdengar. Henia direk dan indirek dapat dibedakan dari benjolannya. Benjolan pada hernia indirek tampak lonjong, sedangkan pada hernia direk tonjolan berbentuk bulat. Palpasi dilakukan untuk mengetahui konsistensinya, kemudian benjolan dapat dicoba didorong ke arah abdomen untuk melihat apakah hernia dapat direposisi. Jika benjolan berhasil direposisi, cincin hernia dapat teraba berupa kanalis inguinalis yang melebar. Pada keluhan hernia inguinalis direk, benjolan dapat langsung terlihat saat berdiri dan masuk secara spontan saat berbaring. Tata Laksana Tata laksana sementara hernia inguinalis simtomatik dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hernia. Reduksi hernia dilakukan menggunakan dua tangan. Tangan kiri memegang isi hernia, sedangkan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan perlahan dan

AESCULAPIUS


Seremonia pasti sampai isi hernia masuk sepenuhnya. Cincin hernia pada anak-anak lebih elastis daripada orang dewasa sehingga reposisi spontan lebih mudah dilakukan. Karena penanganan ini bersifat sementara, pasien tetap harus dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk operasi hernia. Pasien asimtomatik sebaiknya diobservasi berkala untuk memeriksa progresi hernia inguinalis karena risiko kegawatdaruratan yang rendah. Pada akhirnya, sebagian besar pasien asimtomatik akan bergejala, umumnya berupa rasa nyeri. Saat pasien menunjukkan progresi

hernia inguinalis, rujukan perlu segera dilakukan. Jika pasien mengalami hernia strangulata atau bahkan akut abdomen, pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk segera dioperasi. Jika tidak segera ditangani, isi hernia dapat mengalami nekrosis. Hernia inguinalis dapat muncul pada berbagai spektrum, dari asimtomatik hingga akut abdomen. Oleh sebab itu, baik bergejala maupun tidak, dokter umum harus dapat mendiagnosis dan mengenali indikasi rujuk pada kasus-kasus hernia inguinalis. reihan

Seremonia Cegah Bunuh Diri dengan Menciptakan Harapan

P

Mengupayakan munculnya harapan untuk memperjuangkan hidup

ada tahun 2020, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) mencatat angka bunuh diri dan/atau percobaan bunuh diri di Indonesia sebanyak 5.787 kasus. WHO juga menyatakan bahwa lebih dari 700.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Untuk menghindari angka ini terus melonjak, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia ditetapkan pada tanggal 10 September setiap tahunnya. Tahun ini, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Foto: Raisa/MA Jiwa dan NAPZA Kementrian Kesehatan RI mengadakan sebuah webinar dengan tema “Creating Hope Through Action”. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 11 September 2021 secara daring. Masyarakat seluruh Indonesia dapat menyaksikannya via live streaming melalui kanal YouTube Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA. . raisa

Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium

JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT

Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain. Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)

MEDIA

AESCULAPIUS

8


Konsultasi

Strok di Era Pandemi: Jangan Sampai Lengah! Pertanyaan terjadi penurunan jumlah ATP yang memicu nekrosis dan inflamasi sel otak. Sementara itu, strok hemoragik “Apa saja pitfalls yang terjadi karena adanya ruptur pada pembuluh darah sehingga terjadi kompresi jaringan otak akibat harus diperhatikan ketika hematoma yang terbentuk. Strok hemoragik dapat menangani pasien dengan terjadi karena beberapa kondisi, seperti hipertensi strok akut?” kronik dan trauma kepala. Perdarahan otak yang terjadi dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan subaraknoid. – I, Jakarta Sebagaimana dalam menatalaksana pasien dengan penyakit apapun, penanganan pasien dengan gejala strok akut perlu dilaksanakan dengan saksama. Salah satu pitfall yang umum ditemukan adalah ketidakmampuan menyadari adanya potensi terjadinya strok dalam waktu dekat trok adalah suatu sindrom klinis pada pasien dengan transient ischemic defisit atau kelainan neurologis attack (TIA). Selain itu, dokter serebral fokal atau global sering kali juga tidak melakukan yang berkembang secara cepat asesmen faktor risiko secara dan berlangsung setidaknya 24 efektif dalam kurun waktu yang jam. Apabila defisit neurologis tersedia. kembali normal dalam waktu Di tengah pandemi 24 jam, kejadian tersebut Covid-19, tata laksana disebut sebagai transient pasien dengan strok juga ischemic attack (TIA). disesuaikan dengan prosedur Strok merupakan penyebab standar rumah sakit. Apabila kematian dan disabilitas seseorang secara mendadak nomor dua terbanyak di mengalami gejala-gejala dunia. Berdasarkan data strok akut ketika berada dari Riset Kesehatan di rumah, orang tersebut Dasar (Riskesdas) sebaiknya segera dibawa Nasional tahun 2018, ke rumah sakit untuk prevalensi strok di diberikan penanganan. Indonesia mencapai 1,21% Setibanya di rumah sakit, dan prevalensinya meningkat lakukan anamnesis terlebih sejalan dengan usia (5,02% dahulu untuk mengetahui pada usia >75 tahun). riwayat infeksi Covid-19 dan Berdasarkan morfologinya, kontak erat dengan pasien positif strok dibagi menjadi dua jenis, Covid-19 dalam beberapa hari yakni strok iskemik dan strok terakhir. Dengan kata lain, triase hemoragik. Strok iskemik terjadi akibat Covid-19 tetap dilakukan terhadap pasien adanya trombosis, emboli, dan penurunan dengan strok akut. Tiara/MA tekanan perfusi pada otak. Akibatnya,

Jawaban

S

9

MEDIA

AESCULAPIUS


Konsultasi Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke Instagram @mediaaesculapius

Apabila diperlukan, pasien akan dirawat di ruang perawatan khusus pasien Covid-19. Pasien akan segera ditangani oleh dokter spesialis paru dan dokter spesialis penyakit dalam. Dalam melakukan tata laksana, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penanganan yang diberikan pada pasien strok akut yang terinfeksi Covid-19 dan yang tidak. Namun, hal yang perlu diwaspadai dalam tata laksana pasien positif Covid-19 adalah komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini. Contohnya, adanya kelainan hematologis berupa peningkatan koagulasi yang terjadi di pembuluh darah (hypercoagulable state). Setelah memperoleh tata laksana yang sesuai di rumah sakit dan sudah stabil, pasien perlu menjalani rehabilitasi pascastrok. Rehabilitasi yang diberikan kepada pasien disesuaikan dengan tingkat keparahan strok yang dialami. Selain itu, jenis rehabilitasi juga disesuaikan dengan dampak fisiologis yang ditimbulkan oleh strok pada pasien. Lamanya proses rehabilitasi juga bergantung pada faktor-faktor tersebut. Pasien yang mengalami strok berat tentunya perlu menjalani fase rehabilitasi yang lebih lama dibandingkan dengan yang hanya mengalami strok ringan. Sebagai kesimpulan, penanganan pasien dengan strok akut di era pandemi ini pada dasarnya tetap mengacu pada prinsip tata laksana pasien strok pada umumnya. Namun, pitfall yang perlu diperhatikan dan jangan sampai terlewatkan adalah dalam mengenali prognosis dari pasien yang datang dengan TIA, menilai

Narasumber dr. Joko Nafianto, Sp.S Kepala Bagian Pembinaan Fungsional (Kabagbinfung) Rumah Sakit Polri E-mail: jokonafianto@yahoo.com

faktor risiko secara komprehensif meskipun waktunya sempit, dan mengenali kemungkinan terdapatnya komplikasi hematologis yang mungkin memerlukan tata laksana secara khusus. Terakhir, perlu diperhatikan pemberian rehabilitasi pasca-strok yang tepat untuk pasien. sandrina

JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran.

MEDIA

AESCULAPIUS

10


Advertorial

Implan Koklea: Solusi Nyata bagi Tunarungu samping ini jarang terjadi jika rumah sakit memiliki protokol sterilisasi yang baik dan memenuhi standar. Meskipun begitu, upaya preventif tetap harus dilakukan oleh pasien dan pihak rumah sakit. Implantasi koklea telah dilakukan di Indonesia pada ribuan penyandang tunarungu. Indonesia ewasa ini, berbagai jenis alat untuk membantu pertama kali menerapkan teknologi ini pada tahun pendengaran mulai banyak dikenal oleh 2009 terhadap penderita tunarungu laki-laki berusia 9 masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, masih tahun. Sebagian besar penderita gangguan dengar yang banyak masyarakat yang tidak dapat membedakan melakukan implan koklea telah mengalami perbaikan berbagai alat yang beredar. Secara umum, masyarakat pendengaran sehingga dapat mendengar dengan baik. Gendang telinga penyandangnya pun lebih mengenal hearing aid (alat bantu tetap utuh dan tidak terjadi efek dengar) dibandingkan implan koklea. samping yang mengganggu. Masyarakat juga seringkali memiliki Dengan demikian, implan persepsi yang salah terkait kedua koklea telah terbukti aman alat ini. Padahal, keduanya untuk digunakan bagi anak sangat berbeda. maupun dewasa. Hearing aid bekerja Mengingat pentingnya dengan cara membantu perkembangan otak memperbesar suara pada masa kanak-kanak, yang masuk. Sedangkan penggunaan alat bantu implant koklea bekerja dengar harus dilakukan lebih jauh dari itu. sesegera mungkin. Implan koklea akan Implan koklea menerjemahkan suara paling optimal akustik yang diterima diberikan pada penggunanya menjadi tiga tahun pertama suatu sinyal elektrik kehidupan. Dengan dengan melewati intervensi yang cepat, bagian telinga yang anak umumnya dapat mengalami kerusakan. belajar untuk berbicara Hal ini membuat implan dengan normal. Alat koklea diyakini lebih ini juga akan membantu efektif untuk mengatasi penyandang tunarungu untuk dapat gangguan dengar yang Aqilla/MA membedakan suara, mendengarkan suara lebih berat. Walaupun melalui telepon, mendengarkan musik, atau begitu, implant koklea juga dapat digunakan melakukan percakapan secara langsung. untuk penderita gangguan dengar ringan. Terlepas dari segala keuntungan penggunaan Implan koklea memiliki bagian luar dan bagian dalam yang terdiri atas mikrofon, prosesor suara, implan koklea, sebagian masyarakat masih ragu untuk penerima suara, dan elektroda. Elektroda inilah yang melakukan implantasi. Hal ini disebabkan oleh menjadi pengganti fungsi koklea pada telinga dalam. minimnya pengetahuan mengenai alat dan kendala Karena bekerja pada telinga bagian dalam, implan biaya. Di Indonesia, pemasangan implan koklea koklea harus dipasang melalui prosedur operasi. membutuhkan evaluasi khusus dari dokter spesialis Prosedur pemasangan implan koklea serupa dengan THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) dan tindakan tindakan operasi pada umumnya. Pemberian anestesi operasi yang memakan biaya 200-500 juta rupiah untuk dilakukan pada awal prosedur. Selanjutnya, elektroda satu unit. Namun, saat ini pemerintah telah menanggung akan diinsersi pada koklea dan penerima suara akan biaya implantasi koklea dengan BPJS. Dengan adanya diletakkan di bawah kulit pada bagian belakang telinga. bantuan BPJS, diharapkan implan koklea dapat lebih Prosedur ini dapat menyebabkan komplikasi berupa banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup infeksi pada lokasi pembedahan. Akan tetapi, efek para penderita tunarungu. laurentia

Pesatnya perkembangan teknologi membawa harapan besar bagi penyandang tunarungu

D

11

MEDIA

AESCULAPIUS


Info Obat

Ivermectin: Obat Cacing yang Diklaim Ampuh Atasi Covid-19 Benarkah Ivermectin dapat mengatasi Covid-19?

I

Hani/MA

vermectin dikenal luas sebagai obat cacing. Obat ini mampu membunuh parasit yang sedang berkembang di usus. Ivermectin memiliki ikatan yang kuat dan selektif terhadap kanal ion klorida berpintu glutamat dari sel saraf dan otot invertebrata. Hal tersebut meningkatan permeabilitas membran sel terhadap ion klorida sehingga terjadi hiperpolarisasi sel saraf yang berujung pada kematian parasit. Ivermectin merupakan obat antiparasit dengan spektrum yang luas. Obat ini dapat mengatasi strongyloidiasis, yakni infeksi cacing gelang yang masuk ke tubuh melalui kulit, berkembang biak di saluran pernapasan, dan kemudian hidup di usus. Ivermectin juga dapat mengontrol onkosersiasis, yakni infeksi cacing gelang dengan gejala ruam, benjolan di bawah kulit, dan masalah penglihatan. Ivermectin memiliki dua sediaan, yakni sediaan oral dan topikal yang dapat digunakan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sediaan oral dapat diserap secara baik di saluran pencernaan dalam keadaan puasa, terutama bila dikonsumsi dengan makanan yang tinggi lemak. Obat ini dapat mengatasi onkosersiasis maupun strongyloidiasis usus pada anak-anak dengan berat lebih dari 15 kg maupun orang dewasa. Sediaan topikal dapat mengobati pedikulosis kepala akibat infestasi kutu pada anak-anak berusia lebih dari 6 bulan maupun orang dewasa. Sediaan ini memerlukan waktu 10 jam untuk mencapai puncak konsentrasinya. Sementara itu, sediaan oral hanya memerlukan waktu 4 jam. Ivermectin memiliki konsentrasi tinggi di hati dan sel lemak. Obat ini akan dimetabolisme di hati oleh isoenzim CYP3A4 dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh melalui feses maupun urine. Sebagai agen antiparasit, Ivermectin merupakan turunan Avermectin yang paling umum dipakai. Avermectin berasal dari bakteri tanah Streptomyces avermitilis dan merupakan antiparasit yang kuat. Sebanyak 90% komposisi dari ivermectin adalah 22,23-dihydro-avermectin B1a dan kurang dari 10%-nya

MEDIA

adalah 22,23-dihydro-avermectin B1b. Di samping beragam manfaat yang dimilikinya, Ivermectin memiliki beberapa efek samping seperti lesu, mengantuk, sakit kepala, pusing, hilang nafsu makan, nyeri otot, rasa tidak nyaman pada dada, gemetar tak terkendali, gangguan pencernaan, maupun ruam kulit ringan. Apabila pasien memakai ivermectin untuk menangani onchocerciasis, terdapat beberapa efek samping seperti pembengkakan di seluruh tubuh dan takikardia. Selain itu, pasien dengan riwayat alergi atau hipersensitivitas Ivermectin perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. Ivermectin sempat menjadi perbincangan publik seiring dengan merebaknya informasi yang menyatakan bahwa obat ini dapat mengobati Covid-19. Mengingat jumlah kematian yang terjadi akibat penyakit Covid-19 yang tinggi, tidak mengherankan jika beberapa orang mencoba berbagai pengobatan meskipun belum disetujui penggunaannya untuk mengobati Covid-19. Obat ini tidak bebas dibeli di apotek dan hanya dapat diperoleh dengan resep dokter karena tergolong obat keras. Sayangnya, beberapa apotek diketahui telah menjual obat ini secara bebas dengan tidak mengikuti harga eceran yang tentu menyalahi aturan. Pedoman Penanganan Covid-19 yang dikeluarkan oleh National Institutes of Health’s telah menyatakan bahwa saat ini tidak ada data yang cukup valid untuk merekomendasikan Ivermectin sebagai obat Covid-19. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengonfirmasi bahwa paparan dan efek samping terhadap manusia yang terkait dengan Ivermectin telah meningkat pada tahun 2021 dibandingkan pada era sebelum pandemi. Laporan tersebut juga mencakup peningkatan penggunaan produk Ivermectin untuk hewan yang disalahgunakan untuk konsumsi manusia. Oleh karenanya, masyarakat perlu memahami bahwa obat ini tidak boleh dipakai tanpa adanya pengawasan dan persetujuan dari dokter. cahyadi; ansell

AESCULAPIUS

12


IPTEK

Sel Dendritik sebagai Vaksin Covid-19 Berbeda dengan vaksin yang telah beredar, bagaimana cara kerja vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik?

P

erkembangan vaksin Covid-19 tengah mendapatkan perhatian besar dari masyarakat Indonesia. Sampai saat ini, sudah ada lima jenis vaksin Covid-19 yang resmi beredar, yaitu Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer. Di antara perkembangan tersebut, inovasi vaksin berbasis sel dendritik pun ikut mendapat sorotan. Vaksin Nusantara, nama dagang vaksin sel dendritik di Indonesia, memiliki cara kerja yang berbeda dengan vaksin lainnya. Meskipun begitu, perbedaan inilah yang menjadi daya tarik di mata para ahli dan masyarakat. Sel dendritik merupakan sel imun bawaan yang dapat memicu imunitas adaptif dengan menampilkan antigen kepada sel T. Dalam menampilkan antigen, sel dendritik menggunakan Major Histocompatibility Complex (MHC), yang dibantu dengan molekul kostimulatori CD80-CD86. S e l a n j u t nya , terbentuklah sel imunitas adaptif yang akan berdiferensiasi menjadi sel sitotoksik sehingga dapat melawan infeksi. Ide untuk menggunakan sel dendritik sebagai imunoterapi didasarkan pada tujuannya untuk menghasilkan sel Indira/MA imun adaptif yang spesifik terhadap antigen. Vaksin berbasis sel dendritik d i k e t a h u i aman dan dapat mengaktivasi sel T CD4 dan CD8. Tingginya potensi terapi vaksin ini dipengaruhi oleh kemampuan sel dendritik yang dapat menghasilkan sitokin dan kemokin, serta dapat bermigrasi ke jaringan limfoid dan nonlimfoid. Meskipun awalnya dikembangkan untuk penderita kanker sebagai imunoterapi, sel dendritik juga dianggap memiliki potensi melawan SARS-CoV-2. Pada kanker, proses pembuatan imunoterapi dengan sel dendritik diawali dengan mengambil sel ini atau monosit dari darah tepi pasien. Sel dendritik

13

MEDIA

tersebut akan diberikan antigen spesifik sehingga mengalami pematangan, sedangkan monosit harus melalui diferensiasi menjadi sel dendritik kemudian dipaparkan terhadap antigen. Sel dendritik matur akan menampilkan antigen pada MHC dan meningkatkan produksi sitokin. Setelah itu, sel dendritik akan disuntikkan kembali kepada pasien. Mengingat cara produksinya yang menggunakan darah per individu, vaksin berbasis sel dendritik ini bersifat autolog atau individual. Sifat tersebut membuat vaksin ini lebih mudah menyesuaikan dengan kondisi tubuh pasien sehingga dikatakan lebih aman bagi pasien lanjut usia dan dengan komorbid. Meskipun demikian, sifat tersebut membuat vaksin sel dendritik tidak dapat diproduksi dalam jumlah besar. Produksi vaksin ini juga terbilang membutuhkan biaya yang tidak murah. Oleh karena itu, beberapa ahli berpendapat bahwa vaksin ini kurang cocok digunakan untuk menangani pandemi Covid-19. Hingga saat ini, terdapat dua uji klinis yang menggunakan vaksin berbasis sel dendritik untuk melawan Covid-19. Salah satunya adalah Vaksin Nusantara yang diteliti oleh Aivita Biomedical, Inc dari Amerika Serikat dan diestimasikan akan selesai pada tahun 2023. Uji klinis kedua dilakukan di China menggunakan vektor lentiviral untuk memodifikasi sinyal kostimulatori sel dendritik dan meningkatkan efikasi vaksin. Namun, uji ini diperkirakan baru akan selesai pada tahun 2024. Karena itulah, vaksin sel dendritik belum banyak digunakan dalam penanganan Covid-19. Vaksin berbasis sel dendritik merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan untuk menangani pandemi Covid-19. Perannya yang cukup sukses sebagai imunoterapi kanker membuat sel dendritik diharapkan bisa menjadi pilihan sebagai vaksin Covid-19, terutama pada kelompok masyarakat lanjut usia dan dengan komorbid. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan bahwa vaksin ini tidak dapat diproduksi secara massal dan membutuhkan biaya besar. alifa, nada

AESCULAPIUS


Kolom Umum

Kejenuhan dalam Kehidupan

Mencari makna dalam keseharian tanpa tujuan

S

ambil menggandeng rasa lelah, aku disambut siraman air deras dan hembusan angin yang menusuk seraya melangkah ke luar gedung kantor. “Hujan lagi,” keluhku dalam hati. Sudah beberapa hari ini aku bertarung melawan hujan untuk mencapai pintu rumahku. Namun, hari ini aku akhirnya menyerah. Aku tidak ingin membayangkan nasib payungku yang harus berusaha melindungiku dari derasnya air yang jatuh. Dengan pasrah, aku kembali masuk ke dalam kantor untuk menunggu hujan berlalu. Sambil meneduh, pikirku pun melayang ke manamana. Sudah bertahun-tahun lamanya aku bekerja di kantor ini. Mengulangi terus kebiasaan yang sama setiap harinya, hingga dapat kulakukan sambil menutup mata. Bagai hidup seperti seekor kerbau, waktuku sejak terbangun di pagi hari hingga tertidur di malam hari hanya dihabiskan untuk bekerja. Kulakukan semua itu agar mampu bertahan hidup. “Belum pulang, Pak?” tanya seorang petugas kebersihan yang berhasil mengalihkan pikiranku. “Belum,” jawabku singkat sambil mengarahkan pandanganku pada sumber suara. Petugas kebersihan itu terlihat asing; seorang pemuda bertubuh kurus yang tampak seperti mahasiswa kampus ternama di kota besar. “Saya sepertinya belum pernah melihat kamu. Kamu baru bekerja di sini?” tanyaku kepada pemuda tersebut. “Iya, Pak,” jawabnya sambil melengkungkan senyum lugu, “saya baru mulai kerja sejak minggu ini.” Pantas saja, sepertinya ini adalah kali pertama aku bertemu dengan pemuda ini. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku memutuskan untuk menunggu hujan yang tak kunjung reda sambil mendengarkan lagu. Baru saja aku hendak mengeluarkan earphone, pemuda tersebut melayangkan sebuah pertanyaan lain. “Dulu.. kenapa Bapak memutuskan untuk bekerja di kantor ini?” tanya pemuda itu sambil membersihkan lantai. Mendengar pertanyaan tersebut, aku siap membuka mulut untuk menjawabnya. Namun, aku tiba-tiba terdiam. Aku tidak tahu. Lebih tepatnya, aku sudah lupa. Tidak ada sedikit pun ingatan dan kenangan mengenai masa-masa awalku mulai bekerja yang tergambar dibayangku. Seluruhnya sudah pudar terhapus rasa jenuh akan pekerjaan ini. Alhasil, aku pun hanya terdiam dan tidak dapat menanggapi pemuda tersebut. Demi mengisi kesunyian yang membuat suasana canggung, lawan bicaraku menceritakan alasan dirinya bekerja. “Kalau saya, saya bekerja supaya bisa tetap kuliah. Bisnis ayah saya

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

Ryan Andika Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat III hampir bangkrut, beliau tidak sanggup menanggung biaya kuliah saya.” Mendengar tujuan mulia tersebut, aku sangat terkagum dengan pemuda tersebut. “Hebat kamu, Dek. Bekerja untuk meneruskan pendidikan,” ucapku. Sungguh ironis, aku yang sudah memiliki pekerjaan tetap malah tidak memiliki impian apapun. “Ah, tidak. Kalau bisa saya ingin mempunyai pekerjaan seperti Bapak,” balas pemuda itu. Sebuah tanggapan yang sama sekali tidak kusangka. Ia ingin melakukan pekerjaan yang membosankan dan melelahkan ini? Sudah berpuluh kali aku memikirkan untuk mencari jalan lain. “Kenapa kamu mau bekerja seperti saya?” tanyaku lantaran terheran. Pemuda tersebut menjawab, “kalau saya mempunyai pekerjaan seperti Bapak, saya dapat menghidupi diri saya sendiri sambil membantu ayah saya.” Setelah menjawab pertanyaanku, pemuda tersebut kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan lantai kantor yang dipenuhi jejak sepatu pegawai kantor di kala meneduh. Kemudian, aku kembali terjun dalam pikiran panjangku. Selama ini, aku tidak dapat menemukan tujuan hidup dari diri sendiri. Bagaimana jika aku mencari tujuan tersebut melalui orang lain? Melalui orang-orang yang masih berusaha meraih impian? Melalui orang-orang di sekitarku? Dengan membantu orang lain seperti pemuda giat itu, mungkin saja pekerjaanku akan menjadi lebih berarti. Tidak, mungkin saja seluruh hidupku akan lebih berarti. Aku melihat ke luar melalui jendela kantor. Hujan terlihat sudah mulai reda. Kulanjutkan perjalananku untuk kembali ke rumah, tidak sabar untuk melepas penatku dari kesibukan hari ini. Hari ini, aku masih pulang sebagai seekor kerbau. Seekor kerbau yang selangkah lebih dekat untuk menjadi manusia. ryan

AESCULAPIUS

14


Suara Mahasiswa

Menuju Pembelajaran Tatap Muka: Matangkah Persiapan Kita? Siapkah kita mengadopsi pembelajaran tatap muka dalam proses belajar mengajar?

Rheina Tamara Tarigan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat III

D

ewasa ini, berbagai pemerintah daerah mengizinkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di era Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 sejak terjadinya penurunan angka kasus baru Covid-19 di wilayah Jawa-Bali. Wacana pemberlakuan PTM terbatas ini merupakan sebuah upaya kedua pemerintah usai wacana serupa yang sempat disusun pada tahun 2020. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, sebenarnya menargetkan PTM terbatas dilaksanakan pada bulan Juli 2021, namun wacana tersebut gagal akibat terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pada waktu tersebut. Pemberlakuan PTM terbatas kali ini dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama,

15

MEDIA

Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Panduan Penyelanggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), terdapat beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjalani pembelajaran tatap muka, diantaranya mewajibkan vaksinasi Covid-19 kepada seluruh tenaga pendidik, menjaga jarak minimal 1,5 meter, menggunakan masker tiga lapis, dan melakukan pembatasan kapasitas kehadiran maksimal. Surat tersebut juga menyertakan secara rinci mengenai protokol yang harus dijalani oleh murid, tenaga pendidik, serta staf pendidikan selama pelaksanaan PTM terbatas. Pelaksanaan PTM terbatas diawali dengan uji coba PTM yang sudah dilaksanakan sebanyak dua tahap pada bulan April dan Juni 2021 lalu. Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyatakan bahwa kedua tahap uji coba tersebut berhasil terlaksana dengan baik. Selama uji coba tersebut berlangsung, tidak terdapat kasus baru positif Covid-19. Di samping itu, banyak siswa yang mengaku lebih berantusias untuk menempuh ilmu dengan menjalani pembelajran secara luring. Mereka merasa lebih mudah menangkap materi dengan belajar secara kontak langsung di sekolah. Manfaat lainnya adalah siswa dapat melatih kemampuan bersosialisasi baik dengan teman sepantaran dan tenaga pendidik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kontak langsung antarmanusia akan memberikan dampak yang berbeda dibandingkan bersosialisasi secara daring. Selama masa pandemi, peserta didik terpaksa harus menjalani pendidikan secara daring. Akibatnya, banyak materi sekolah yang tidak dapat sepenuhnya dikuasai oleh peserta didik. Ketertinggalan pemahaman tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah rendahnya durasi atensi saat menatap layar digital. Terlebih lagi, peserta didik mengalami kejenuhan akibat monotonnya kegiatan di depan layar digital setiap hari. Selain itu, era digital membuat manusia tidak kenal waktu. Kegiatan apa pun seakan dapat diselipkan di waktu kapan pun sehingga menimbulkan kelelahan. Terlebih lagi, tidak jarang orang tua mengeluhkan

AESCULAPIUS


Seremonia kesulitan mendampingi anak untuk belajar daring. Hal ini akan semakin sulit ketika orang tua harus bekerja dari rumah sekaligus mendampingi anak. Berbagai faktor tersebut menimbulkan kekhawatiran akan masa depan peserta didik. Di sisi lain, kegiatan di luar rumah harus menerapkan protokol kesehatan yang kuat. Namun, membiasakan sebuah perilaku baru di masyarakat tidaklah mudah. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan edukasi yang komprehensif dan mendalam untuk menginternalisasi kebiasaan ini. Maraknya mutasi SARS-CoV2 belakangan ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tua apabila harus mengizinkan anak menjalani PTM terbatas. Walaupun saat ini angka kasus Covid-19 sedang mengalami penurunan, sebaiknya kita tidak mengambil langkah yang ceroboh mengingat bahwa pelaksanaan PTM terbatas berpotensi meningkatkan risiko infeksi SARS-CoV2 melalui kontak antarsesama peserta dan tenaga pendidik.

Kesehatan adalah kepentingan kita bersama. Pandemi Covid-19 mengajarkan masyarakat Indonesia untuk tidak lengah dan mengurangi kontak langsung dengan orang lain. PTM terbatas dapat mengurangi beban orang tua dan meningkatkan kesempatan dan kemampuan anak belajar, juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sosial dan komunikasi. Namun, sebelum mengambil langkah tersebut, orang tua sebaiknya mengkiritisi dan memastikan kembali protokol kesehatan yang telah disiapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Tenaga pendidik juga perlu menjalin komunikasi yang baik dan jelas dengan orang tua agar kekhawatiran ini dapat berkurang serta melatih peserta didik untuk selalu menjaga protokol kesehatan yang ketat. Apabila seluruh pihak melakukan tugasnya dengan benar, niscaya kita dapat mengoptimalisasi manfaat positif PTM terbatas dan menekan risikonya. rheina

Menilik Fenomena Malnutrisi pada Anak-Anak Pengungsi

Seremonia

Foto: dokumen penyelenggara

B

erdasarkan data yang dilansir dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), per Desember 2020, terdapat 13.700 pengungsi di Indonesia yang 27% di antaranya adalah anak-anak. Sebanyak 114 anak datang sendiri atau terpisah dari keluarganya. Mereka mengalami banyak keterbatasan dalam berbagai aspek, termasuk gizi. Dalam rangka menyambut Hari Perdamaian Dunia Internasional yang jatuh pada tanggal 21 September 2021, SCORP CIMSA UI mengadakan rangkaian acara bertajuk “It’s You(th)!: It’s You Who Can Change The Future” pada 19 September hingga 3 Oktober 2021. Acara ini mengundang Church World Service dan Médecins Sans Frontières sebagai narasumber. Penggalangan dana bersama Nutrisi Anak RI Foundation juga dilakukan untuk disalurkan kepada anak-anak pengungsi. gaby

MEDIA

AESCULAPIUS

16


Suka Duka

Erni Juwita Nelwan: Ibu Kartini Penyakit Tropik Infeksi Mengupas sosok Ibu Kartini masa kini di bidang penyakit tropik infeksi

Meskipun Ibu Kartini sudah tiada, mimpi dan semangatnya tak pernah berhenti menyulut semangat generasi penerus bangsa. Tiap hari, sosok KartiniKartini baru senantiasa lahir di Indonesia. Mereka mewarisi semangat juang Kartini dalam berbagai bidang, tak terkecuali untuk ilmu penyakit tropik dan infeksi. Salah satu di antaranya adalah Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, Ph.D, Sp.PD-KPTI, FINASIM, FACP. Perempuan yang akrab disapa Erni ini adalah Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Perjalanan Panjang dalam Menjadi Ahli Penyakit Tropik Infeksi “Sebenarnya, dahulu saya ingin menjadi seorang dokter spesialis jantung, tetapi ternyata jalannya berubah,” begitulah awal dari perjalanan panjang Erni. Setelah lulus sebagai dokter umum pada tahun 2001, Erni tergabung dalam sebuah proyek penelitian besar yang melibatkan kerja sama antara Indonesia dan Belanda mengenai tuberkulosis. Melalui penelitian ini, Erni menyadari bahwa pembelajaran mengenai penyakit tropik infeksi harus dilakukan secara menyeluruh lantaran sebagian besar kondisi infeksi dapat berprogresi menjadi gangguan sistemik. Di sisi lain, perempuan yang hobi berenang ini semakin tertarik dengan penyakit infeksi karena kesukaannya dalam menyelesaikan masalah yang kompleks. Berbagai pengalaman lain pun semakin membulatkan tekad Erni untuk terjun ke dunia penyakit tropik infeksi. Dokter kelahiran Jakarta ini pernah mengikuti pelatihan mengenai imunologi dan vaksin dari WHO di Switzerland pada tahun 2008. Melalui pelatihan tersebut, Erni melihat bahwa setiap negara memiliki masalah penyakit infeksinya masing-masing dan tidak ada batasan negara dalam konteks penyakit infeksi. Selain itu, pengalaman luar biasa lainnya yang sempat Erni peroleh ialah studi S3 di Radboud University Medical Centre Nijmegen, Belanda. Kala itu, Erni berkesempatan untuk Ayu/MA

17

MEDIA

memberikan layanan kesehatan, edukasi, program pemeriksaan, dan akses pengobatan bagi penderita HIV di penjara. Pengalaman-pengalaman tersebutlah yang menyadarkan Erni akan panggilan hidupnya, yakni menjadi ahli penyakit tropik infeksi. Suka Duka sebagai Ahli Penyakit Tropik Infeksi “Bukan duka ya, saya menganggap ini sebagai tantangan,” terang Erni. Sebagai seorang konsultan penyakit tropik infeksi, kasus-kasus yang berat sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Dimulai dari kasus sepsis, berganti-ganti antibiotik, infeksi kompleks pada pasien dengan keganasan, dan kasus sulit lainnya. Terlebih lagi, penegakan diagnosis pasti untuk penyakit infeksi masih menjadi salah satu tantangan besar di dunia kesehatan Indonesia. Hal ini berbeda dengan kondisi di negara maju yang telah banyak menggunakan alat diagnostik spesifik untuk penegakan diagnosis secara pasti. Meskipun demikian, tantangan ini tidak menyurutkan semangat Erni. Teliti merupakan strategi utama Erni dalam mendiagnosis kondisi pasien. Penting baginya untuk menempatkan diri dalam kondisi yang tidak tahumenahu agar ia dapat mempelajari pasien tersebut lebih dalam. “I need to find out from the patient,” ucap Erni. Dengan strategi tersebut, Erni mampu mendapatkan riwayat perjalanan penyakit pasien tersebut secara runut menurut versinya sendiri; bukan dari data sekunder. Lantas, Erni akan melakukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data yang ada secara dalam untuk membentuk kesimpulan awal. Terkadang, ia pun meminta pasien untuk menjalani serangkaian pemeriksaan tambahan untuk memastikan kondisi yang dialaminya. Walaupun strategi ini membutuhkan waktu yang cukup lama, Erni percaya bahwa teliti dapat menolong pasien dengan lebih amanah.

AESCULAPIUS


Suka Duka

If you can stop it early, stop it. If it’s not clear for you, you have to start again from the beginning. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, Ph. D, Sp.PD-KPTI, FINASIM, FACP

Selama menjadi ahli penyakit tropik infeksi, Erni memperoleh tiga pelajaran utama. Pertama, “If you can stop it early, stop it”. Mengingat penyakit infeksi merupakan sebuah kondisi yang dapat bersifat kontinu, klinisi harus mampu mencegah perburukan penyakit sedini mungkin sebelum terjadi kondisi yang tidak diinginkan. Selanjutnya, “If it’s not clear for you, you have to start again from the beginning”. Apabila menemukan jalan buntu, wanita yang tak kenal lelah ini akan memulai pemeriksaan dari awal kembali untuk memecahkan teka-teki di balik penyakit pasien. Terakhir, “Selalu kenalilah misi kita”. Pastikanlah kita mengetahui hal yang belum kita ketahui dan yang harus dicari tahu dari pasien. Peran Erni dalam Dunia Penelitian Tak hanya berkiprah sebagai klinisi, Erni juga banyak berkecimpung di bidang riset. Saat ini, Erni tengah berperan sebagai kepala studi RECOVERY (The Randomized Evaluation of Covid-19 Therapy) di Indonesia. Studi ini merupakan salah satu studi terbesar di dunia mengenai pencarian obat yang memiliki potensi efek terapi bagi pasien Covid-19. Studi yang melibatkan kerja sama antara FKUI dengan Oxford University ini merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi Erni. Di sisi lain, kegelisahan terhadap penggunaan obat-obat tanpa dasar empirik yang jelas pada pasien Covid-19 menjadi pembakar semangat Erni untuk memperjuangkan studi ini. Pengalaman Erni sebagai peneliti juga semakin diperkaya dengan posisinya sebagai Ketua Klaster Riset Penyakit Infeksi dan Imunologi IMERI FKUI hingga Juli 2021. Dengan jam terbang penelitian yang tinggi, Erni sering kali dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam penelitian, seperti terhambatnya dana, singkatnya waktu, dan alokasi tenaga riset. Namun, menyerah bukanlah sebuah pilihan bagi Erni, “Ikhtiar yang dimulai dengan baik akan memberikan hasil yang, insya Allah, baik juga”. Erni berpesan kepada mahasiswa kedokteran dan teman sejawat untuk senantiasa menumbuhkan rasa ingin tahu. Dengan memiliki perasaan tersebut, kita dapat mengembangkan antusiasme dan energi untuk senantiasa berkarya dan melakukan yang terbaik. kinoe

MEDIA

Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, Ph.D, Sp.PD-KPTI, FINASIM, FACP Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam FK UI-RSCM Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 5 September 1977 Riwayat Pendidikan: - Dokter Umum FKUI (1995-2001) - Spesialis Penyakit Dalam FKUI (20022006) - Advanced WHO/TDR Course on Immunology, Vaccinology and Biotechnology Applied to Infectious Disease, University of Lausanne (2008) - Konsultan Penyakit Tropis dan Infeksi FKUI (2013) - Doctor of Philosophy ,Radboud University Nijmegen, Belanda (2010-2017) - Doktor Ilmu Kedokteran FKUI (2015-2021) Riwayat Pekerjaan: - Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam FK UI-RSCM (Januari 2021 – sekarang) - Kepala studi RECOVERY (Randomized Evaluation of Covid-19 Therapy) Indonesia (2021 - sekarang) - Kepala Klaster Riset Penyakit Infeksi dan Imunologi IMERI FK UI (Oktober 2018 – Juli 2021) - Graduate Fellow of American College of Physicians ( Juli 2014 – sekarang) - Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi Rumah Sakit MMC, Jakarta (Juni 2013 – sekarang) - Spesialis Penyakit Tropik dan Infeksi RSCM (2010 – sekarang ) - Staff Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (September 2009 – sekarang) - Spesialis penyakit dalam RS Royal Taruma ( Februari 2007 – sekarang ) - Dosen FK UI (Februari 2007 – sekarang)

AESCULAPIUS

18


Kabar Alumni

Menilik Perjalanan Karier di Ranah Kesehatan Masyarakat

P

Foto: dokumen pribadi

Upaya meningkatkan kesehatan tanpa bertemu secara langsung dengan pasien

ekerjaan dokter sering kali dikaitkan dengan sesi konsultasi dan pengobatan secara langsung kepada pasien di fasilitas kesehatan. Anggapan tersebut memang tidak sepenuhnya salah. Kendati demikian, terdapat beragam ranah kerja lainnya yang dapat ditekuni oleh seorang dokter. Salah satunya adalah karir di bidang kesehatan masyarakat yang dijajaki oleh dr. Fahmi Kurniawan. Setelah bekerja sebagai dokter umum selama satu tahun, Fahmi memutuskan untuk mengubah jalan kariernya. Sejak bulan Juli silam, ia memutuskan untuk bekerja di Yayasan KNCV Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan dengan tuberkulosis sebagai fokus utama. Keputusan ini didasari oleh ketertarikannya terhadap kesehatan masyarakat sejak ia berkuliah. Selain itu, rasa penasaran akan pekerjaan yang dilakukan seorang dokter di sebuah yayasan kesehatan turut mengobarkan semangatnya menempuh jalan ini. Pengalaman organisasi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat juga menjadi salah satu faktor pendukung terbesarnya. Keseharian sebagai seorang dokter yang bekerja di organisasi nirlaba sangat berbeda dengan waktu yang dihabiskan sebagai dokter klinisi. Selama bekerja di yayasan tersebut, Fahmi tidak pernah berhadapan secara langsung dengan pasien. Pekerjaannya lebih berpusat pada perencanaan dan pelaksanaan proyek yang berhubungan dengan tuberkulosis, misalnya pengembangan regimen obat baru untuk tuberkulosis. Tidak seperti klinisi, pekerjaan tersebut dapat lebih mudah dijalankan secara daring selama masa pandemi. Fahmi merasa pekerjaan yang dapat dilakukan dari rumah memberikan kemudahan tersendiri selama menghadapi pandemi Covid-19. Menurutnya, menjadi bagian dari proyek untuk menghadapi tuberkulosis merupakan sebuah pengalaman yang unik dan mengesankan. Membuat perencanaan kegiatan, berdiskusi dengan tim, melakukan evaluasi, dan

19

MEDIA

dr. Fahmi Kurniawan Technical Officer Yayasan KNCV Indonesia E-mail: fahmi.kurniawan21@gmail.com No. Telp: 085340725466 berbagai kegiatan lain di yayasan terasa seperti kembali mengikuti kegiatan organisasi saat kuliah. Namun, perbedaannya terletak pada skala proyek yang jauh lebih besar dan jangka waktu yang lebih lama. Meskipun begitu, Fahmi menyatakan bahwa pekerjaan sebagai klinisi juga tidak kalah menarik dengan pekerjaannya di yayasan. Satu hal yang menjadi daya tarik bagi Fahmi dalam bekerja sebagai dokter umum adalah suasana dinamis yang didapatkan dari kontak dengan pasien dibandingkan suasana bekerja di yayasan yang terkadang terasa monoton. Pengalaman bekerja di Yayasan KNCV Indonesia yang didapatkan Fahmi dapat menjadi dorongan bagi dokter-dokter muda untuk mengeksplorasi pilihan karier sebagai lulusan dokter. Ada banyak pilihan yang dapat diambil sesuai dengan minat dan kebutuhan di luar pekerjaan sebagai dokter umum atau dokter spesialis. Beberapa pilihan karier yang dapat dipertimbangkan adalah menjadi dokter di pemerintahan, dokter TNI, sampai manajemen rumah sakit. Fahmi juga berpesan pada rekan dokter sejawat dan para mahasiswa kedokteran untuk tetap menjunjung tinggi kompetensi sebagai seorang dokter dan terus menggali ilmu. Integritas seorang tenaga kesehatan harus terus dijaga. Kesalahan ketika menghadapi suatu kasus yang belum dikuasai merupakan suatu hal wajar. Kegagalan harus dijadikan kesempatan untuk introspeksi diri. Berbagai kesempatan yang muncul harus dimanfaatkan untuk mengembangkan diri. ryan

AESCULAPIUS


Seputar Kita

Mencapai ASI Berkualitas: Mulai dari Mana?

Pola makan dan status gizi ibu sebagai kunci awal ASI yang berkualitas

A

ir susu ibu (ASI) adalah komponen yang paling efektif untuk menunjang kebutuhan nutrisi bayi, khususnya pada awal kehidupan. Pernyataan ini didukung oleh WHO dan berbagai studi lainnya yang menunjukkan peran ASI dalam proses tumbuh kembang bayi, yaitu menunjang perkembangan otak, membentuk kekebalan tubuh, dan mencegah obesitas. Berangkat dari banyaknya manfaat tersebut, WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Namun, data menunjukkan hanya sepertiga ibu Indonesia yang berhasil melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Human Nutrition Research Center IMERI (HNRC IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengadakan webinar pada Sabtu, 7 Agustus 2021 dengan tema “Promoting Breastfeeding during COVID-19 Pandemic: From Research to Community” melalui platform Zoom Meeting. Dengan mengangkat topik tentang berbagai tantangan pemberian ASI, Dr. dr. Rina Agustina, M.Gizi menekankan pentingnya pemberian ASI pada bayi. Studi menunjukkan bahwa jumlah ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara low-middle income lainnya. Uniknya, salah satu alasan rendahnya angka tersebut adalah banyak ibu menyusui yang merasa kandungan nutrisi dalam ASI kurang. Anggapan ini mendorong para ibu untuk menambahkan sumber makanan lain dalam diet anaknya. Selain itu, kurangnya dukungan menyusui bagi ibu di tempat kerja turut menjadi salah satu hambatan yang umum dijumpai.

MEDIA

Menyoroti fenomena tersebut, Rina menegaskan kembali bahwa ASI merupakan sumber gizi yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan bayi. “Air susu ibu mengandung nutrisi komplet untuk menunjang tumbuh kembang bayi,” papar Rina. Berdasarkan penelitian, komponen bioaktif ASI dapat menurunkan beragam risiko inflamasi. Penelitian lainnya mengungkap bahwa kolostrum (ASI yang keluar pertama kali) memiliki keberagaman mikrobiota yang lebih banyak dari susu formula. Keberagaman ini sangat penting karena dapat menunjang kematangan sistem kekebalan tubuh bayi. Untuk mencapai kandungan ASI yang berkualitas, ibu menyusui harus mulai memperhatikan dietnya. “Dietary quality pada ibu menyusui di Indonesia masih sangat rendah,” tegas Rina. Pada sebuah studi meta-analisis terhadap ibu menyusui di Indonesia dan Malaysia, konsumsi protein, kalsium, dan vitamin A masih jauh lebih rendah dari angka kecukupan gizi. Berkaca dari peristiwa tersebut, Rina mengingatkan kembali panduan pemerintah “Isi Piringku” yang merekomendasikan tambahan kebutuhan kalori sebanyak 330 kkal selama 6 bulan pertama dan 400 kkal selama 6 bulan kedua periode laktasi. Selain itu, untuk mendukung diet maternal yang seimbang, HNRC-IMERI menyusun sebuah modul berjudul BRAVE untuk ibu menyusui. Modul ini

Foto: dokumen penyelenggara

memuat panduan pola makan sehat selama masa menyusui. Terdapat empat pilar yang berperan dalam pembentukan pola makan gizi seimbang, yaitu mengonsumsi pangan beraneka ragam, melakukan aktivitas fisik, membiasakan perilaku hidup bersih, serta mempertahankan berat badan normal. Meskipun UNICEF menyebutkan telah terjadi hambatan fasilitas kesehatan akibat pandemi yang berdampak pada praktik menyusui, modul ini tetap diharapkan dapat mendorong intervensi gizi selama periode laktasi. Sebagai penutup, Rina menuturkan kembali pentingnya penelitian untuk membantu menyelesaikan masalah pada ibu menyusui. Selain itu, ia juga berharap bahwa ibu semakin memahami upaya pencapaian ASI eksklusif di kalangan ibu Indonesia melalui kegiatan webinar ini. rheina

AESCULAPIUS

20


Senggang

Meniti Karier dari Hobi Ketika hobi memperluas koneksi di luar dunia kedokteran

W

alaupun kesibukan di dunia kerja menyita waktu, dr. Ghina Faradisa Hatta tidak pernah menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk meninggalkan kegiatan fotografinya. Sebagai hobi yang bertahan sejak bangku SMP, Ghina menceritakan bagaimana dunia memotret telah memberikan banyak warna dalam waktu luangnya. Hobi ini mulai digeluti dengan tekun saat Ghina mendaftarkan diri sebagai anggota sebuah badan mahasiswa yang fokus di bidang fotografi. Keterlibatannya dalam organisasi tersebut memberikan Ghina kesempatan dan dorongan untuk memperdalam kemampuannya dalam bidang ini. Selain itu, badan mahasiswa ini juga memberikan sebuah wadah untuk mendapatkan pemasukan tambahan melaui hobinya. Pengalaman-pengalaman inilah yang menjadi aset berharga bagi Ghina dalam dunia fotografi. Menurut Ghina, salah satu pengalaman yang paling berkesan saat mendalami fotografi adalah menjalani sebuah proyek bersama dengan teman-temannya. “Aku terinspirasi oleh seorang teman bisnis untuk berfokus kepada karier di luar kedokteran,” kenang Ghina. Proyek tersebut adalah sebuah platform fotografi yang mengulas karya-karya busana domestik (Instagram: @campurkreatif ). Salah satu hal yang menjadi sorotan utama dalam menekuni dunia memotret adalah kesempatan untuk membangun koneksi. “Dunia kedokteran itu kecil,” kata Ghina. Melaui proyek ini, Ghina berkesempatan untuk menjajaki dunia selain kedokteran, yaitu bisnis dan modelling. Ghina mengaku bahwa hobi yang telah dihayati selama beberapa tahun ini tidak pernah memunculkan kesulitan yang berarti dalam hidupnya. Dokter yang lulus pada tahun 2020 silam ini memandang fotografi sebagai aset yang penting sehingga baginya tidak pernah ada duka dalam menggeluti bidang ini. Selain itu, kemampuan Ghina dalam menyeimbangkan jadwal antara karier dan hobinya agar tidak bertabrakan menjadi kunci yang penting. Walaupun demikian, ia juga sempat menceritakan bahwa ia beberapa kali

21

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

dr. Ghina Faradisa Hatta Dokter Umum/Resident Medical Officer E-mail: ghina.fhatta@gmail.com No. Telp: +62 811-1021-996 mencuri waktu di sela-sela kegiatan penting dalam karier dokternya. Saat ini, Ghina sedang menjalankan karier sebagai seorang Resident Medical Officer di Mandaya Royal Hospital Puri. Fotografer ini tidak lagi menjalankan banyak kegiatan profesional di bidang fotografi. “Sekarang, saya mulai kerja di rumah sakit jadi tidak ada waktu,” terang Ghina. Meskipun begitu, perempuan kelahiran 1996 ini masih aktif menggunakan kameranya untuk kesenangan pribadi. Foto-foto yang diambilnya sering dicetak dan dikumpulkan menjadi sebuah album fisik. Album-album tersebut memberikan kenikmatan yang dapat dirasakan saat senggang di antara kesibukannya. Selain itu, Ghina juga masih menyempatkan diri untuk berkarier sebagai fotografer makanan dan memperluas koneksinya dengan agenagen fotografi. “Walaupun aku sudah tidak aktif mencari pekerjaan freelance foto, aku ditawarkan job (saat) pulang (dari) internship ke Jakarta. Tapi, aku tolak semua,” ujar Ghina. ansell

AESCULAPIUS


Segar

Mari Berkenalan dengan Obat Antituberkulosis! Carilah obat TB berikut ini secara mendatar, menurun, miring, maupun tersusun terbalik: rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol, streptomisin, etionamid, kapreomisin, sikloserin, levofloksasin, bedakuilin, delamanid

MEDIA

AESCULAPIUS

22


Media Aesculapius

@mediaaesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783 Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.