Berau magz edisi 07

Page 1

Media Komunikasi PT Berau Coal

Edisi 07 l 2013

Hal 14

Percepatan di Sisa Perjalanan

BERAU COAL 2013:

Hal 35

Surga Itu Bernama Labuan Cermin

KEKUATAN DALAM KESEIMBANGAN


editorial

contents 10

Menjawab Tantangan, Malanjutkan Pertumbuhan yang Eksponensial

S

Safety First CEKATAN Untuk Mendukung Peningkatan Eksponensial

egala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya kita telah melewati 2012 dengan berbagai tantangannya. Meski secara umum diketahui bahwa tahun lalu kondisi pasar batubara rata-rata tidak sebagus periode sebelumnya, namun PT Berau Coal mampu melewatinya dengan tetap mencatatkan pertumbuhan yang eksponensial. Alhamdulillah, 2012 kita tutup dengan capaian pengapalan 21,1 juta metric ton (MT) dan produksi 21,01 juta MT, dengan nihil kecelakaan fatal. Seiring dengan itu, beberapa penghargaan pun berhasil kita raih tahun lalu. Diantaranya penghargaan “Platinum” pada Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan Kementerian Koordinator

Peningkatan kinerja secara eksponensial harus diiringi semakin membaiknya budaya K3. Dibutuhkan panduan untuk perbaikan perilaku. Tantangan ini dijawab dengan CEKATAN.

17

Our Health Penyakit Paru Obstruksi Kronis Dapat Menjadi Akut

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

18

Operation Bersiasat di Bulan Basah

26

Mining Membangun Konvergensi Sistem IT

29

Siklus cuaca ekstrem lima puluh tahun datang lebih cepat. Berau Coal siaga 24 jam mengantisipasi banjir dan longsor di lokasi tambang. Hujan lebat bisa menjadi berkah.

Bidang Kesejahteraan Rakyat. Di bidang lingkungan, tahun lalu Berau Coal berhasil meraih penghargaan kategori Utama Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kinerja lingkungan tiga site kita, Binungan, Lati, dan Sambarata, juga mendapat apresiasi dengan diraihnya PROPER Hijau, baik dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur maupun dari Kementerian Lingkungan Hidup. Masih di tahun yang sama, The Indonesian Institute for Good Corporate Governance dan Majalah SWA juga mencatat PT Berau Coal sebagai perusahaan yang cukup terpercaya pada indeks persepsi Good Corporate Governance

Dengan SAP, informasi proses bisnis di Berau Coal datanya bisa terintegrasi dan akan terus dikembangkan agar dapat diakses manajemen dengan mudah dan menjadi alat pengambilan keputusan yang efektif.

Teknologi Membangun Konvergensi Sistem IT

“Olah geraknya” saat merapat dan lepas dari OGV lebih gesit dibandingkan yang lain. Telah lolos tahap uji coba di awal tahun. Hadir untuk memuluskan target pengapalan 23 juta Metrik Ton (MT) di 2013.

39

Safety Talk Gema Safety Akar Rumput

Gagasan yang menggugah kesadaran itu dicetuskan oleh sesame karyawan. Inspirasi dan motivasi untuk kinerja dan masa depan yang lebih baik.

Copyright: Copyright: The published article has been throught the process of drafting in the participation of experts in their fields. Received material will become property of beraumagz unless othermise specified. Publishers have a permission to load pictures of the party concerned to be used when necessary.

Publisher : PT Berau Coal Adviser : Direksi PT Berau Coal Editor in Chief : Bintoro Prabowo Managing Editor : Arif Hadianto Editor : Juhri Selamet Editorial Board : Tri Setiyantono, Mashuri, Hamdan, Arya Nugraha, Agung Suryanto, Louis Paerong, Saridi, Muhammad Ector Prasetyo, Hassanul Haq Batubara, Hivensasi Siregar, Asep Ismail, Yustinus Hari Setiawan, La Ode Ilyas, Muhammad Fachrudin, Cahyo Andrianto.

kategori perusahaan non emiten non BUMN. Audit penerapan Hak Asasi Manusia (HAM) dan kepatuhan sosial serta audit lingkungan, juga berhasil kita lewati dan selesaikan dengan hasil memuaskan. Memasuki 2013, PT Berau Coal dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tidak kecil. Diantaranya pasar batubara dunia yang belum menunjukkan tandatanda perbaikan signifikan, dan cuaca ekstrim yang berpotensi menghambat produksi dengan curah hujannya yang sangat tinggi. Namun seperti dipesankan Presiden Direktur PT Berau Coal saat membuka lembaran 2013 ini, kita semua harus tetap bekerja dengan hati, proaktif, dan kreatif, sehingga mampu melanjutkan pertumbuhan eksponensial yang sudah kita raih di tahun sebelumnya. Di awal tahun ini, PT Berau Coal berhasil membuka Pit Q-1 Site Prapatan, yang merupakan ujung tombak utama produksi dari site termuda PT Berau Coal tersebut. Seiring dengan itu, kita pun diberikan target capaian produksi 23 juta MT di 2013, berikut membuka sejumlah pasar baru di sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara. Kita sadar sepenuhnya, untuk menggapai semua target dan menjawab berbagai tantangan tersebut, bukan semata-mata barisan alat berat dan ratusan tenaga ahli yang harus kita andalkan. Melainkan kemampuan kita untuk selalu hidup dalam keseimbangan, mengejar target dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan serta kepedulian terhadap kemajuan masyarakat utamanya di lingkar wilayah operasi PT Berau Coal. Keseimbangan itulah yang menjadi inti kekuatan kita. Seiring dengan itu, Edisi Ketujuh Berau Magazine hadir untuk menjadi sarana komunikasi, sekaligus sumber inspirasi dan motivasi seluruh karyawan PT Berau Coal, untuk menjawab tantangan setahun ke depan dan melanjutkan pertumbuhan yang eksponensial. Selamat membaca…!

Editorial Address : l. Pemuda No. 40, Tanjung Redeb 77311, Berau – Kalimantan Timur, PO BOX 114, Phone: (62-554) 23400, (62-21) 5794 4625, Fax: (62554) 23456, (62-21) 5794 4626. www.beraucoal.co.id

Criticism and suggestions send to: admin.pr@beraucoal.PT

Organiser:

PT Visi Dunia Energi (www.dunia-energi.com)


main issue

main issue

D

ua pria itu berjabat tangan erat, dengan tatapan penuh semangat. Siang itu, Kamis, 7 Maret 2013, Eko Santoso Budianto resmi menggantikan posisi Rosan Perkasa Roeslani sebagai pucuk pimpinan PT Berau Coal. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Berau Coal Energy Tbk (induk usaha PT Berau Coal) yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB di Hotel Shangri La Jakarta, mensahkan pengunduran diri Rosan sekaligus menyetujui pengangkatan Eko sebagai Presiden Direktur. R. C. Eko Santoso Budianto nama lengkapnya, sebelumnya menjabat Direktur Operasional PT Berau Coal sejak Juni 2010. Peraih gelar Bachelor of Science bidang keuangan dari University of Northern Colorado dan Master of Business Administration dari Golden Gate

Rosan Perkasa Roeslani dalam RUPSLB PT Berau Coal Energy Tbk di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2013.

lahan diserahkan pengelolaannya kepada profesional,” paparnya. Rosan juga mengatakan, pergantian pucuk pimpinan di Berau Coal ini merupakan proses yang alamiah, dan sudah direncanakan sejak lama. Maka dari itu, ia tidak meninggalkan cek kosong pada Presiden Direktur yang baru. Selang sehari setelah perayaan Tahun Baru 2013, pendiri Recapital ini telah menyampaikan pesan, yang menjadi garis kebijakan Berau Coal di Tahun Naga Air.

Berau Coal 2013:

Strong by Balance

Melanjutkan misi sebagai pengalih ragam energi secara eksponensial untuk masa depan yang cemerlang. Melestarikan lingkungan dan terus berkarya untuk masyarakat Indonesia.

4

Jajaran Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi PT Berau Coal Energy Tbk usai RUPSLB di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2013.

University ini, bergabung dengan PT Berau Coal Energy Tbk sejak Maret 2010, untuk menduduki posisi Chief Executive Officer. Dalam sambutan pertamanya sebagai Presiden Direktur, Eko menyatakan pernghargaan atas amanah yang diterimanya, dan berkomitmen untuk mempertahankan kinerja perusahaan. “Saya berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk memimpin Berau Coal Energy. Saya yakin, dengan dukungan penuh karyawan dan kepercayaan investor, perseroan akan mampu mempertahankan pertumbuhannya yang eksponensial,” ujarnya. Menurutnya, pertumbuhan yang eksponensial itu akan diperoleh dengan terus-menerus melakukan aksi korporasi

yang strategis. Ia pun mengatakan, keberhasilan yang telah dicapai Berau Coal saat ini, merupakan prestasi dari pemimpin sebelumnya. “Selama kepemimpinan Pak Rosan, perseroan ini tumbuh menjadi seperti sekarang, dan saya bangga bekerja sama dengan beliau. Atas nama direksi, saya mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada Pak Rosan,” papar Eko. Rosan sendiri menyatakan mundur dari Berau Coal, sejak 29 Januari 2013. Figur yang telah menahkodai Berau Coal selama kurang lebih tiga tahun ini, mengaku ingin kembali fokus ke Grup Recapital, yang saat ini sedang berekspansi ke sektor-sektor usaha lain diluar batubara. “Pola seperti ini memang selalu diterapkan di Grup Recapital, dimana perusahaan yang telah diakusisi perlahan-

Analogi Layang-layang Melalui pesan yang disampaikan pada 2 Januari 2013 itu, Rosan meminta seluruh karyawan Berau Coal untuk menjadikan 2013 sebagai tahun “Kekuatan Dalam Keseimbangan” atau “Strong by Balance”. Menurut Rosan, pesan ini merupakan komitmen pada setiap kegiatan operasional Berau Coal, dengan menyeimbangkan semangat dalam melestarikan lingkungan dan terus berkarya untuk masyarakat Indonesia. Sebagai wujud pelaksanaannya, Berau Coal pun telah menetapkan beberapa hal. Pertama, menegaskan komitmen untuk memperluas program bidang pembangunan masyarakat, dari 26 desa menjadi 38 desa, yang hidup berdampingan secara damai dengan kegiatan operasional Berau Coal. Selain itu, upaya pengembangan masyarakat juga terus dikembangkan, seiring sejalan

5


main issue

dengan rantai pasok operasional Berau Coal, sebagai pengejawantahan tanggung jawab sosial perusahaan. Terkait dengan rantai pasok, Rosan mengakui tahun lalu keadaan industri batubara kurang baik akibat berlebihnya pasokan yang tidak diikuti pertumbuhan permintaan pasar seperti yang diharapkan. Namun Berau Coal masih mencatat kenaikan penjualan sebesar 9,5% pada periode Juli – Desember 2012, dibandingkan tahun sebelumnya. Dan di 2013 ini, diharapkan kondisi supllay and demand batubara dapat lebih sehat, meski ancaman krisis ekonomi global khususnya di Eropa belum mereda. Untuk menjawab tantangan ini, Rosan mengambil analogi layang-layang. Layanglayang akan tetap terbang tinggi bila mampu secara konstan melawan arah angin. Analogi ini menyiratkan pesan, dalam menghadapi tantangan di 2013 ini seluruh karyawan Berau Coal tidak perlu reaktif, melainkan harus lebih proaktif. Dengan proaktif maka seluruh jajaran pimpinan dan karyawan Berau Coal akan tetap dapat bekerja dengan hati dan kreatif. Maka dari itu, sebagai langkah kedua dalam pengejawantahan Strong by Balance, seluruh karyawan Berau Coal diminta mengupayakan beberapa hal untuk mempertahankan kinerja pemasaran. Diantaranya melirik pemasaran ke beberapa negara yang sebelumnya pernah menjadi target penjualan seperti Thailand, disamping terus merencanakan diversi pasar ke negara ASEAN (Asia Tenggara, red) dan domestik, dengan tetap mempertahankan harga jual yang baik dan pantas. Ketiga, di 2013 ini Berau Coal akan simultan melakukan perbaikan perencanaan penambangan dan aplikasi efisiensi produksi. Diantaranya me-review stripping ratio, memperpendek jarak angkut, dan menekan konsumsi bahan bakar minyak. Konsolidasi internal dengan

main issue

R. C. Eko Santoso Budianto (paling kiri depan) dalam RUPSLB PT Berau Coal Energy Tbk di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2013.

memperkuat integrasi antar departemen, divisi, dan direktorat juga harus dilakukan. Sehingga seluruh pimpinan dan karyawan Berau Coal dapat benar-benar menjaga efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan melakukan berbagai inovasi. Rosan menambahkan, Strong by Balance dalam seluruh lini operasional perusahaan di 2013, merupakan wujud dedikasi Berau Coal di usianya yang ke-30 tahun. “Yakni untuk selalu memelihara kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial demi masa depan yang lebih baik. Menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam, pelestarian lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi kekuatan eksponensial kita. Kekuatan dalam Keseimbangan,” tegasnya. Menjawab Tantangan Investasi Eko yang mendapat amanah sebagai Presiden Direktur baru Berau Coal, mengaku akan melanjutkan berbagai program yang telah dicanangkan dalam kepemimpinan Rosan. Salah satunya membuka pasar baru di beberapa negara Asia Tenggara, seperti ke Philipina, Malaysia, dan ke Vietnam. Selain itu, Berau Coal dibawah kepemimpinan Eko juga akan melakukan bberapa strategi efisiensi

Strong by Balance dalam seluruh lini operasional perusahaan di 2013, merupakan wujud dedikasi Berau Coal di usianya yang ke-30 tahun. 6

khususnya untuk biaya operasional, sehingga mampu mengimbangi turunnya harga jual batubara. Hal senada diungkapkan General Manager Mining yang juga selaku Kepala Tehnik Tambang PT Berau Coal, H Gatot Budi Kuncahyo. Menurutnya, Strong by Balance merupakan strategi besar dalam menghadapi tantangan investasi Berau Coal di 2013 ini. Yakni menyiapkan pertumbuhan yang eksponensial sepanjang masa PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) PT Berau Coal yang tersisa 12 tahun, atau akan berakhir pada 2025. Terkait dengan tantangan investasi ini, menurut Gatot, “Strong” dapat dimaknai upaya untuk mendorong kinerja produksi yang meningkat, diikuti permintaan pasar yang sehat, serta efisiensi di segala lini. Sedangkan “Balance” dapat dimaknai dalam kegiatan operasionalnya, Berau Coal harus untung dan selamat. “Perusahaan untung, masyarakat untung, dan karyawan selamat,” jelas Gatot kepada Berau Magazine di awal Maret 2013. Maka dari itu, kata Gatot, dalam keseluruhan kegiatan operasinya, Berau Coal selalu meletakkan keselamatan karyawan, keselamatan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan, dalam prioritas utama. Salah satunya dengan meluncurkan “SIMAK K3L (Sistem Manajemen Kursus Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan)” demi terciptanya keseimbangan sebagai kekuatan pendorong pertumbuhan yang eksponensial. l

Bukan Karena

Brigade Helm Merah Berau Coal meluncurkan “SIMAK K3L”. Menyasar empat belas ribu lebih karyawan di lingkungan operasional Berau Coal, mulai dari tukang sabit rumput sampai manager

D

i hari pertamanya bekerja di Berau Coal , Anton Joedijanto langsung disuguhi kejutan. Tiap orang yang dijumpainya dan disapanya, membungkuk dengan hormat. “ Mereka kelihatan mendadak sigap dan selalu bilang siap, padahal saya merasa karyawan biasa saja” ujar alumnus jurusan Kimia Murni

Apel K3L di dan keselamtaatmbang PT berau Coal gu na an kerja dan lin gkungan. menanamkan budaya kese hatan

Universitas Brawijaya tersebut. Setelah berkarir selama bertahun-tahun di Sucofindo, sejak sembilan lalu Anton bergabung dengan Berau Coal Saat kisah itu disampaikan ke sejawatnya di Departemen ER & HSE Training, mereka hanya tertawa. “ Itu karena kamu pakai helm warna merah “

kata Anton menirukan reaksi sejawatnya tersebut. Helm merah khusus dipakai untuk karyawan Departemen OHS yang punya otoritas untuk memeriksa apakah karyawan sudah melaksanakan standard safety atau tidak. Untuk mencapai standard operasi yang excellence tentu tak cukup dengan memberikan kewenangan yang

7


main issue

main issue

“Paspor SIMAK K3L menjadi instrument yang efektif sebagai petunjuk indikasi peningkatan kompetensi setiap karyawan terhadap penerapan K3L, “

besar terhadap brigade helmet merah untuk menegakkan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan), tetapi harus dibangun kesadaran yang sifatnya melekat kepada pribadi tiap karyawan. Tiap pegawai yang bekerja di lingkungan operasi tambang Berau Coal harus bisa menjadi pengawas terhadap dirinya sendiri apakah sudah melaksanakan K3L atau belum. Singkat kata, K3L sudah seharusnya menjadi perilaku sehari-hari setiap karyawan di operasional Berau Coal.

Ini tentu bukan hal sepele. Yang bekerja di lingkungan operasi tambang sangat besar, sekitar 14.700 lebih. Pendidikannya heterogen, mulai dari yang buta huruf sampai lulusan perguruan tinggi. Semuanya perlu dibekali pengetahuan yang memadai tentang K3L karena berimplikasi sama. Siapapun pelakunya dan apapun penyebabnya, jika sampai terjadi fatality (kematian) , perusahaan akan mengalami kerugian besar karena pemerintah selaku regulator akan menutup sementara operasi

Pola pelatihan SIMAK K3L

8

- Terdapat 1 orang pemateri/instruktur untuk setiap materi pelatihan - Jumlah min. peserta 5 orang, maks. 35 oran - Terdapat pre & post test - Dilakukan observasi oleh seorang observer untuk setiap kelas pelatihan - Pelatihan Indoor, berisikan Teori, Visualisasi foto/video, Tanyajawab & diskusi (maks. 2 jam) - Pelatihan Outdoor, berisikan praktik lapangan terkait materi (maks. 3 jam) - Laporan maks. 3 x 24 jam pasca pelatihan, kepada setiap manajemen (Dept. in Charge) pengirim peserta pelatihan, disertai bukti daftar hadir, foto, ulasan suasana kelas dan nilai pre/post test serta Temuan Berisiko, sebagai upaya antisipatif adanya bakal penyumbang terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya kompetensi karyawan dalam bidang tertentu.

tambang selama dua pekan. Penguasaan terhadap aspek K3L yang dibutuhkan juga berbeda (disegmentasi). Sebagai contoh Seorang pengemudi di luar tambang, misalnya, tentunya tak membutuhkan pengetahuan aturan berlalu lintas di dalam lingkungan tambang, namun cukup menguasai aturan lalu lintas di jalan raya. Untuk itulah, PT Berau Coal meluncurkan SIMAK K3L, kependekan dari Sistem Manajemen Kursus Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Digunakan istilah Kursus, karena sifat pelatihannya dalam waktu yang relatif singkat, dengan materi yang berorientasi pada penyampaian teori, berbagi pengetahuan/pengalaman, visualisasi foto/ video terkait materi dan diskusi/Tanya jawab. Kegiatannya dipusatkan di Samburakat. Tempat yang sebelumnya adalah mess karyawan disulap menjadi kampus pelatihan yang resmi dibuka pada hari Jum’at 23 November 2012 lalu. Acuan utama SIMAK K3L adalah ISO 10015:1999; Quality Management – Guidelines For Training. Di situ diatur siklus pengelolaan pelatihan yang menjadi pola terpadu, mulai dari mengidentifikasi gap

kinerja, menetapkan kebutuhan pelatihan, merancang dan merencanakan pelatihan, menerapkan pelatihan, mengevaluasi hasil dan manfaat pelatihan, serta pemantauan proses pelatihan. Dari situ, kemudian disusun pola silabus yang dikemas dalam bentuk Kelompok-kelompok materi pelatihan yang dibagi menjadi 5 (lima) kelompok materi pelatihan, yaitu; Kelompok Materi Pelatihan Dasar (KMPD), Kelompok Materi Pelatihan Khusus (KMPK), Kelompok Materi Pelatihan Pengawas (KMPP), Kelompok Materi Pelatihan Keselamatan Operasional Pertambangan (KMKOP) Kelompok Materi Pelatihan Umum (KMPU) Dalam setiap Kelompok Materi tersebut terdapat cakupan materi pelatihan, target peserta dan persyaratan untuk menjadi peserta pelatihan, yang didisain menjadi pola yang terstruktur, sehingga diharapkan mampu menjadi mekanisme yang secara langsung meningkatkan pengetahuan,

kompetensi dan perilaku karyawan dalam aspek mematuhi norma-norma K3L (khususnya di kegiatan pertambangan batubara). Untuk KMPD, misalnya ada 28 (dua puluh delapan) jenis pelatihan yang disediakan untuk pekerja. Tak semuanya harus diikuti. Namun disesuaikan dengan pekerjaaan yang akan/sedang dilakukan. Juga, setiap materi pelatihan terdapat program refresh setiap enam bulanan, tahunan atau dua tahunan, dengan mempertimbangkan kebutuhan terhadap urgensi pekerjaan yang dilakukan. “Untuk sementara kita hanya melayani internal. Ke depan tak menutup tak kemungkinan dibuka untuk umum,” ujar Muh. Ector Prasetyo, ER & HSE Training Dept. Manager PT Berau Coal yang bertanggungjawab pada pelatihan K3L. Seperti sekolah, bersama anak buahnya di HSE Training Section, termasuk Anton Joedijanto, Ector juga menyusun materi

pelatihan. Sekitar 14.700 lebih pekerja dan pengawas pada seluruh operasional PT Berau Coal harus mendapatkan pelatihan K3L sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Semuanya mendapat hak dan kewajiban yang sama untuk mengikuti SIMAK K3L, termasuk yang butuh huruf Dalam beberapa pelatihan, seperti dikatakan Anton, ditemukan beberapa peserta yang buta huruf. “ …maka saat pre test dan post test, ya kita bantu bacakan pertanyaannya dan peserta yang buta huruf itu memilih atau meminta menuliskan jawaban yang menurutnya benar“ ujarnya. Mengingbat banyaknya karyawan yang harus disasar SIMAK K3L, selain kelas biasa, juga dibentuk Kelas Paralel dengan melibatkan Mitra Kerja yang mempunyai sistem pelatihan internal yang memadai. Tentu saja materi dan teknis perkuliahannya mengacu pada kurikulum pelatihan yang telah dibakukan oleh tim Kampus Samburakat (HSET Section) Saat ini Mitra Kerja yang ditunjuk menjadi pengelola Kelas Pararel adalah PT Ricobana Abadi dan PT Buma yang keduanya beroperasi di wilayah Lati Mining Operation (LMO). Mitra Kerja pelaksana Kelas Paralel ini ikut tergabung dalam Komite Kurikulum bersama-sama dengan tim HSET, Organization & Learning Development (OLD) Dept, QHSE Dept. Komite ini melakukan kajian terhadap kemutakhiran materi pelatihan dan metode penyampaian serta mengevaluasi kinerja pelaksanaan SIMAK K3L “Output dari pelatihan, kita keluarkan buku paspor untuk tiap peserta,” ujar Ector. Buku saku ini merekam jejak pelatihan yang sudah diikuti oleh setiap pekerja dan setiap pengawas. Jenis kecakapan yang harus dikuasai karyawan tentunya berbeda sesuai dengan tugasnya masing-masing. “ Buku paspor itu harus selalu dibawa oleh pekerja,” kata Ector. “Paspor SIMAK K3L menjadi instrument yang efektif sebagai petunjuk indikasi peningkatan kompetensi setiap karyawan terhadap penerapan K3L, “ Anton menambahkan. Pada gilirannya, pekerja akan mempunyai karakter dan budaya baru yang kebih baik dalam melaksanakan K3L. l

9


safety first

CEKATAN Untuk Mendukung Peningkatan Eksponensial Peningkatan kinerja secara eksponensial harus diiringi semakin membaiknya budaya K3. Dibutuhkan panduan untuk perbaikan perilaku. Tantangan ini dijawab dengan CEKATAN.

S

ejak 27 Februari 2013 lalu, Agung Suryanto tampak semakin sibuk. Setiap lepas dhuhur, QHSE System Complience Manager PT Berau Coal ini sudah meninggalkan kantornya di Jalan Pemuda No. 40 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Menjelang sore, baru ia terlihat lagi di ruangannya, berjibaku dengan setumpuk dokumen evaluasi. “Kondisi ini akan berlangsung sampai satu bulan ke depan,” tuturnya dengan senyum simpul. Hingga 27 Maret 2013 mendatang, setiap siang ia harus mengorbankan waktunya, bermobil tiga jam pulang-pergi Tanjung Redeb – Lati, untuk sebuah agenda besar. “Lelah memang, namun agenda besar ini harus dituntaskan demi perbaikan sistem ke depan,” tukasnya penuh optimis. Semuanya berawal tatkala PT Berau Coal di awal 2013 mencanangkan “Strong by Balance” sebagai visinya menuju peningkatan kinerja yang eksponensial. Dari

10

visi itu tersurat misi peningkatan produksi dengan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan lingkungan yang tetap terjaga. “Tugas saya, bagaimana QHSE men-support misi tersebut by system,” ungkapnya. Untuk menjalankan tugasnya, Agung merujuk pada Rekomendasi PwC (PricewaterhouseCoopers) tahun 2011 tentang 4 langkah perbaikan untuk peningkatan kinerja yang eksponensial. Yakni Supervisory Roll, Sectioan Lead, Training, dan Contractors. Di awal tahun, ia pun mengambil langkah pertama yakni “Supervisory Roll” atau peningkatan peran pengawasan, sebagai upaya mendukung peningkatan produksi eksponensial by system. Supervisory Roll yang ditempuh QHSE System Complience Department Berau Coal, ialah lewat monitoring di lapangan, berupa Program Observasi K3. Tujuan program ini, ialah melakukan perbaikan

perilaku safety di semua jajaran karyawan. Perbaikan perilaku Safety itu, kata Agung, akan merujuk pada “Safety Group Practice Guide” yang digodok oleh seluruh pemimpin operasional dari semua site dalam wilayah kerja PT Berau Coal. Agar dapat merumuskan substansi “Safety Group Practice Guide” ini, lanjut Agung, setiap pemimpin operasional harus lebih dulu melakukan observasi di lapangan. Mereka harus dapat memetakan sejauh mana budaya safety yang telah berkembang di jajarannya, dan perbaikan apa yang harus dilakukan ke depan lewat “Safety Group Practice Guide” yang dirumuskan bersama. Namun observasi yang dilakukan tidak sembarangan, melainkan harus tepat sasaran. Maka dari itu, QHSE System Complience Department menggelar

training observasi bagi seluruh pengawas K3, dari semua site di wilayah kerja PT Berau Coal. Training itu digelar mulai 27 Februari sampai dengan 27 Maret 2013, bertempat di Site Lati. “Ada sejumlah pengetahuan dasar yang menjadi bekal mereka melakukan

observasi,” jelas Agung. Seusai training, akan dilanjutkan dengan kick-off program observasi K3 di Site Lati, yang hasilnya diukur dalam 2 – 3 bulan ke depan. Hasil observasi akan menjadi bahan perumusan “Safety Group Practice Guide” yang diberi nama “CEKATAN: Cara Efektif Kendalikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Agung menambahkan, peserta training yang berlangsung sebulan penuh itu adalah para pemimpin operasional di Berau Coal, dari tingkat Supervisor ke atas. Metodenya ialah pemberian materi di kelas, dilanjutkan praktek di lapangan. Jika program ini berhasil dilaksanakan di Site Lati, akan dilanjutkan di Site Binungan, Sambarata, dan tentunya di site termuda yang dimiliki Berau Coal, Prapatan. Masih menurut Agung, niat awal untuk melaksanakan program ini, sudah terbersit sejak 2011. Namun untuk merancang sebuah kegiatan yang berimplikasi jangka panjang, harus dilakukan pengumpulan data dan analisa yang komprehensif, sampai akhirnya program ini diluncurkan pada Februari 2013. Meski menguras tenaga, Agung yakin program ini akan mampu mendukung peningkatan kinerja yang eksponensial di Berau Coal, salah satu produsen terbesar batubara di Indonesia. l

11


Eco Friendly tersebut dicampur dengan air. Dalam pengadaan mulsa, PT Berau Coal membeli dari masyarakat lingkar tambang yang menjadi masyarakat binaan Community Development. Environment Manager PT Berau Coal, Saridi mengungkapkan, hydroseeding atau teknik penanaman dengan cara menyemprot, dilakukan pada lahan-lahan marjinal (lahan yang miring dan unsur haranya rendah). Setiap tahun, lahan yang harus dihijaukan oleh PT Berau Coal dengan teknik hydroseeding rata-rata mencapai 40 hektar. Satu tanki campuran material pada unit hydroseeding yang dimiliki PT Berau Coal saat ini, dapat men-cover 1.000 meter

Mengubah Limbah Menjadi Berkah Kebutuhan jerami dan kompos untuk hydroseeding mencapai ratusan karung per hektar. Cacahan kertas menjadi alternatif penggantinya. Menjawab persoalan limbah sekaligus menghijaukan tanah.

M

eski sejak lama Indonesia sudah memasuki era komputerisasi, namun penggunaan kertas belum bisa sepenuhnya bisa dihindari. Seperti halnya di kantor PT Berau Coal, sejumlah dokumen dan surat menyurat seperti laporan eksternal, invoice, dan beberapa dokumen lainnya, masih harus dicetak dan disimpan dalam bentuk hard copy. Tatkala tahun berganti dan brankas harus dibersihkan, tumpukan kertas menimbulkan problem tersendiri. PT Berau Coal sebenarnya telah berupaya meminimalkan penggunaan kertas dalam aktivitas kesehariannya. Diantaranya dengan mencetak dokumen secara bolak balik, sehingga untuk dua halaman cukup menggunakan selembar kertas. Namun tetap saja, banyaknya dokumen yang harus dicetak, membuat limbah kertas menggunung. Terlebih dokumen yang sifatnya confidential (rahasia) sangat riskan jika pengelolaan limbah kertasnya ditangani pihak lain. Maka dari itu, PT Berau Coal mengharuskan semua Departemen di

12

lingkup kerjanya untuk mencacah kertaskertas yang sudah tidak terpakai, baik kertas HVS maupun koran. Awalnya cacahan kertas itu diprogramkan untuk didaur ulang. Namun sejak Oktober 2012, seiring dengan hadirnya unit hydroseeder (mobil dan tanki penyemprot material organik dalam kegiatan penghijauan/revegetasi) milik PT Berau Coal sendiri, cacahan kertas

itu dimanfaatkan untuk campuran mulsa (mulch) dalam kegiatan hydroseeding. Mulsa merupakan salah satu bahan organik untuk campuran hydroseeding. Campuran material hydroseeding ini terdiri dari biji-bijian tanaman legume covercrop, kompos sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman, zat perekat (Tackifier), dan Asam humus (Humic Acid) sebagai zat pembenah tanah, yang kesemua material

persegi lahan marjinal. Artinya, untuk satu hektar lahan dibutuhkan 10 tanki penyemprotan. Setiap tanki dibutuhkan campuran mulsa sebanyak 10 bags (karung) jerami dengan harga Rp 11.000,per karungnya. Kini, biaya pembelian jerami itu dapat dihemat, digantikan dengan cacahan kertas dari hasil kegiatan kantor PT Berau Coal. Pemanfaatan limbah kertas untuk campuran mulsa dalam kegiatan hydroseeding sudah dimulai PT Berau Coal sejak akhir 2012. Berawal dari Site Lati, kemudian Binungan, dan berlanjut ke site-site lainnya. Saridi menambahkan, tidak ada perbedaan kualitas tumbuh pada tanaman hasil kegiatan hydroseeding dengan campuran mulsa dari cacahan

kertas. Karena pada dasarnya kertas juga diproduksi dari kayu, yang merupakan bahan organik. Lebih dari itu, PT Berau Coal sebagai salah satu operator pertambangan batubara nasional, telah mampu menunjukkan inovasi dalam kegiatan operasionalnya yang berwawasan lingkungan, atau dikenal dengan BeGeMs (Berau Coal Green Mining System). Dimana limbah atau sampah yang di banyak tempat menjadi masalah, ternyata dapat dikelola sehingga menjadi berkah. “Ke depan,

pemanfaatan limbah kertas ini juga bisa menjadi model atau contoh pengelolaan limbah dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle) di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur,� tutur Saridi. l

13


hot Issue

hot Issue

Percepatan

di Sisa Perjalanan Semua Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota diminta melakukan koordinasi. Membebaskan para investor yang ingin membangun smelter dari segala hambatan perizinan. Sayangnya, sisa waktu yang tersedia tinggal sembilan bulan.

J

arum jam masih menunjukkan pukul 07.30 WIB saat barisan mobil memadati halaman Kafe 8, jalan Dharmawangsa Raya, Jakarta Selatan. Biasanya, tempat nongkrong kalangan eksekutif itu baru ramai di sore hari hingga menjelang malam. Bedanya lagi, ruangan utama kafe yang biasanya bernuansa santai, disulap dalam gaya roundtable discussion. Tampak di sana tokoh-tokoh yang sudah tak asing lagi. Diantaranya Ketua Umum Indonesian Coal Society (ICS) Singgih Widagdo, pegiat briket batubara yang kini berkecimpung di Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (APEMINDO) Ladjiman Damanik, dan si empunya acara, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Achmad Ardianto berikut jajaran pengurusnya. Hadirin mencapai puluhan orang, termasuk wartawan. Meski dihadiri beberapa pakar batubara, namun perbincangan pagi itu fokus mengkritisi aturan baru seputar pengelolaan mineral logam, yang belum lama ini menghebohkan dunia pertambangan. Yakni Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2013 tentang Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri, yang diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 13 Februari 2013. Dalam Inpres itu, Presiden memerintahkan kepada 8 Menteri, seluruh Gubernur, serta seluruh Bupati dan Walikota, untuk melaksanakan percepatan peningkatan nilai tambah

14

Produk timah batangan, salah satu produk hasil pengolahan mineral yang sudah berlangsung di dalam negeri.

Pabrik pengolahan konsentrat tembaga PT Smelting Gresik di Jawa Timur, salah satu smelter mineral yang sudah beroperasi di Indonesia.

mineral melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Delapan Menteri yang mendapat instruksi itu adalah Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Menteri Lingkungan Hidup (LH). Secara umum, dalam Inpres ini

Presiden menginstruksikan kepada para Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota, mengambil langkah-langkah secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, untuk meningkatkan nilai tambah mineral di dalam negeri. Presiden meminta percepatan itu dilakukan melalui sinkronisasi kebijakan, peningkatan pelayanan dan percepatan perizinan, serta peningkatan efektifitas pembinaan dan

pengawasan. Secara khusus, Menteri ESDM diminta melakukan evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan bidang mineral, yang menghambat upaya percepatan peningkatan nilai tambah lewat pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Sedangkan Menteri Perindustrian diminta menyusun roadmap (peta jalan) industri yang berbasis mineral. Tak ketinggalan Menteri Keuangan diminta menetapkan kebijakan bidang fiskal, dalam rangka mendorong kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral. Sementara Menteri Dalam Negeri diminta melakukan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap kebijakan perizinan di daerah, guna mempercepat pembangunan pengolahan dan pemurnian mineral, berikut infrastrukturnya.

“Waktu untuk melaksanakan Inpres itu tinggal sembilan bulan, dan sampai sekarang belum satu pun smelter baru mineral dibangun,� ujarnya. Sementara untuk tahap persiapan pembangunan sebuah smelter saja, yakni studi kelayakan dan financing (mencari pendanaan, red) dibutuhkan sedikitnya lima tahun. Berangkat dari itu, PERHAPI menyatakan mustahil dalam waktu berjalan yang tersisa menuju 2014 ini, akan hadir smelter baru mineral. Sementara smelter mineral yang

Kehutanan Tidak Dilibatkan Achmad Ardianto mengatakan, PERHAPI secara umum mendukung upaya pemerintah mempercepat pelaksanaan program nilai tambah mineral, yang merupakan amanah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) itu. Namun PERHAPI menilai Inpres itu terlambat, mengingat batas waktu pelaksanaan kewajiban nilai tambah mineral sesuai UU Minerba adalah 2014, yakni tahun depan.

sudah ada sekarang, diantaranya milik PT Smelting Gresik yang mengolah tembaga, kapasitasnya terlalu kecil untuk mengolah semua hasil produksi tembaga di Indonesia. Demikian pula dengan kapasitas smelter nikel, bijih besi, mangan, bauksit, dan mineral lainnya yang sudah ada saat ini. “Seharusnya, Inpres percepatan ini lahir bersamaan dengan diundangkannya UU Minerba Nomor 4 Tahun 2009,� tukasnya. PERHAPI juga menyayangkan, dalam Inpres 3/2013 itu Kementerian Kehutanan tidak dilibatkan. Semua Menteri bidang perekonomian dan lingkungan mendapat perintah, kecuali Menteri Kehutanan. Padahal, masalah kehutanan merupakan salah satu hambatan dalam kegiatan pertambangan, mulai dari kegiatan eksplorasi sampai pada pembangunan pengolahan. Maka dari itu, kata Achmad Ardianto, PERHAPI ingin menegaskan bahwa pemerintah jangan sampai seolah-olah sudah menuntaskan kewajibannya dalam mendorong nilai tambah mineral, hanya dengan mengeluarkan Inpres 3/2013. Semua pihak yang terkait, harus memastikan diri ikut mengawal pelaksanaan Inpres ini. Terlebih persoalanpersoalan yang dihadapi sebenarnya klasik, seperti infrastruktur, perizinan, dan skala keekonomian. Namun tidak akan ada jalan keluar, kalau ke depan tetap egosektoral (kepentingan sektor semata) yang ditonjolkan.

Mengulang Kisah Batubara

Achmad Ardianto

Pada kesempatan yang sama, Ketua Working Group Bidang Kebijakan PERHAPI, Budi Santoso mengaku khawatir, program meningkatkan nilai tambah batubara lewat pengolahan dan pemurnian di dalam negeri ini, bakal mengulang kisah di batubara.

15


hot Issue

OuR HEalTH

“Kalau membangun smelternya saja sih mungkin cukup lima tahun. Tapi sebelum itu kan harus ada studi kelayakan, financing, pembebasan lahan, dan sebagainya,” Sebelumnya, selain program peningkatan nilai tambah mineral, pemerintah juga mencanangkan program peningkatan nilai tambah batubara. Draf Peraturan Menteri untuk itu pun sudah disusun, namun batal diterbitkan. Itu semua terjadi, kata Budi, karena penyelenggara negara memang tidak realistis dalam membuat kebijakan. Waktu lima tahun untuk adanya smelter baru pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, seperti yang diatur dalam UU Minerba dan diterjemahkan ke dalam berbagai peraturan turunannya, jelas terlalu sempit. “Kalau membangun smelternya saja sih mungkin cukup lima tahun. Tapi sebelum itu kan harus ada studi kelayakan, financing, pembebasan lahan, dan sebagainya,” ujarnya. Singgih Widagdo dan Ladjiman Damanik mengamini kekhawatiran itu. Program nilai tambah batubara low rank yang sempat dirancang dengan gegap gempita, akhirnya batal dilaksanakan. Problemnya hampir sama dengan mineral, kebijakan nilai tambah batubara alias up grading low rank coal dianggap tidak realistis, karena belum adanya teknologi up grading yang proven (terbukti) dalam skala komersial. Sekedar mengingatkan, sekitar dua tahun lalu pemerintah telah menyusun draf Peraturan Menteri (Permen) ESDM tentang nilai tambah minerba. Merujuk pada UU Minerba, lewat draf Permen itu bukan hanya mineral yang dikenai kewajiban untuk diolah di dalam negeri. Batubara low rank (yang kualitasnya dibawah 5.600 Kcal/kg) pun tidak boleh diekspor sebelum di-up grade menjadi minimal 5.600 Kcal/kg. Sama seperti pengusaha tambang

16

P

enyebabnya antara lain meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada perokok usia muda serta pencemaran udara di dalam maupun di luar ruangan dan di tempat kerja. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Dirjen PPM dan PL pada rumah sakit di lima provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada 2004 menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronchial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004). Berdasarkan hasil SUSENAS (Survai Sosial Ekonomi Nasional) 2001, sebanyak 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok,

Pengangkutan hasil produksi batubara PT Berau Coal.

mineral saat ini, produsen batubara low rank saat itu dibuat pusing oleh rencana diterbitkannya regulasi itu. Bukan kerena mereka tidak mau meng-up grade batubaranya, tetapi karena belum ada teknologi up grading batubara yang proven dalam skala bisnis. “Tidak usah dipaksapaksa, kalau teknologinya ada pengusaha

Budi Santoso

batubara akan dengan senang hati dan atas inisiatif sendiri meng-up grade batubaranya,” tutur pakar pertambangan Jeffrey Mulyono waktu itu. Alhasil, pemerintah pun batal menerbitkan Permen ESDM tentang nilai tambah minerba. Hanya Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Nilai Tambah Mineral yang diterbitkan. Permen 7/2012 pun kemudian diprotes oleh APEMINDO dan digugat ke Mahkamah Agung (MA). Pada November 2012, MA akhirnya membatalkan Permen itu, dan pemerintah ganti menerbitkan Inpres 3/2013. Budi Santoso memprediksi, nasib Inpres 3/2013 nantinya tidak akan jauh berbeda. Kalau tidak digugat, sangat mungkin tidak dapat diimplementasikan. Ini terjadi, bukan semata karena pengusaha tidak mau tunduk pada peraturan perundangundangan. Tetapi karena regulasi yang dikeluarkan memang tidak realistis, tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. “Lebih mendasar lagi, semua regulasi itu terbit tanpa didasari oleh Kebijakan Umum Minerba, yang mestinya ditetapkan dulu oleh pemerintah,” tandasnya. l

Penyakit Paru Obstruksi Kronis Dapat Menjadi Akut

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak me­nular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penulis: dr Rosman JH.

92% perokok menyatakan kebiasaan merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya. Dengan demikian sebagian besar anggota keluarga merupakan perokok pasif (BPS 2001). Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 2025%. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap

hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar. Seiring dengan majunya tingkat perekonomian dan industri otomotif, jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Selain mobilmobil baru, mobil tua yang mengeluarkan gas buang yang banyak dan pekat banyak beroperasi di jalan. Gas buang kendaraan

tersebut menimbulkan polusi udara. Sebanyak 70% – 80 % pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat gas industri 20%-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap PPOK, maka diduga jumlah penderita penyakit tersebut juga akan meningkat. Usia harapan hidup di Indonesia

17


OuR HEalTH meningkat dari 60 tahun (1990) menjadi 68 tahun (2006), apabila PPOK tidak dapat ditanggulangi dengan baik maka usia harapan hidup di Indonesia akan menurun karena perjalanan PPOK bersifat kronik. Namun penyakit yang bersifat kronik dapat menjadi akut, lebih dikenal dengan PPOK eksaserbasi akut berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi akut dapat disebabkan oleh infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Gejala dan tanda PPOK eksaserbasi akut sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflamasi paru. Diagnosis PPOK eksaserbasi akut berdasarkan : A. Gambaran klinis 1. Anamnesa l Keluhan l Riwayat penyakit l Faktor predisposisi 2.Pemeriksaan fisik B. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan rutin l Faal Paru Ă dengan menggunakan spirometri atau uji bronkodilator l Darah Lengkap l Rotgen Foto dada 2. Pemeriksaan khusus Anamnesa yang menunjukkan gambaran Klinis dari PPOK eksaserbasi akut : l Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan l Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja l Riwayat penyakit paru pada keluarga l Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara l Batuk berulang dengan atau tanpa dahak l Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi Gejala PPOK eksaserbasi akut : l Sesak bertambah l Produksi sputum meningkat l Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulen) PPOK Eksaserbasi akut dibagi

18

Operation menjadi tiga: l Tipe I (eksaserbasi berat) memiliki 3 gejala di atas l Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas l Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20% nilai dasar atau frekuensi nadi >20% nilai dasar.

Faktor yang berperan dalam peningkatan PPOK di Indonesia adalah: l Kebiasaan merokok yang makin tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70%) l Pertambahan penduduk l Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada 1990-an. l Industrialisasi l Polusi udara terutama di kota besar, lokasi industri dan di pertambangan. Penatalaksanaan umum PPOK Tujuan penatalaksanaan : l Mengurangi gejala l Mencegah eksaserbasi berulang l Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru l Meningkatkan kualitas hidup penderita Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi : 1. Edukasi

l Merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.

Tujuan edukasi pada pasien PPOK : l Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan l Melaksanakan pengobatan yang maksimal l Mencapai aktivitas optimal l Meningkatkan kualitas hidup 2. Nutrisi Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya. 3. Rehabilitasi Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai : l Simptom pernapasan berat l Beberapa kali masuk ruang gawat darurat l Kualitas hidup yang menurun 4. Obat – obatan Merupakan pemberian dari sarana kesehatan 5. Terapi oksigen Jika diperlukan saat terjadi eksaserbasi akut berat Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang bertumpu di Puskesmas sampai rumah sakit rujukan masih jauh dari fasilitas pelayanan PPOK. Selain itu, peralatan standar untuk diagnosis PPOK, yaitu spirometri hanya terdapat di rumah sakit besar saja dan sering kali jauh dari jankauan Puskesmas. Keadaan tersebut menyebabkan sedikitnya jumlah pasien PPOK yang didapatkan dan selanjutnya dapat dibantu pengobatannya. l

Bersiasat di Bulan Basah

Siklus cuaca ekstrem lima puluh tahun datang lebih cepat. Berau Coal siaga 24 jam mengantisipasi banjir dan longsor di lokasi tambang. Hujan lebat bisa menjadi berkah.

F

ebruari selalu menjadi bulan basah bagi PT Berau Coal. Hujan mengguyur nyaris tiap hari. Dan Tahun ini intensitasnya lebih tinggi dari sebelumnya. Air tercurah dari langit lebih kerap dan lebih deras. Curah hujan bisa mencapai 50mm s/d 100 mm perhari. “Curah hujan ekstrim yang diperkirakan datangnya 50 tahun sekali, ternyata datang lebih cepat,� ujar M. Welly Turupadang, Geotechnic & Hydrology Manager PT Berau Coal. Curah hujan tahun ini memang sangat ekstrim, Tak hanya di Berau, tapi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia sampai harus mengeluarkan rilis khusus mengenai kondisi tersebut . Ketua IAGI menyebutkan perubahan iklim global terus mempengaruhi

19


Operation

Operation

cuaca dan hujan di awal tahun 2013. Karena curah hujan jauh di atas yang diperkirakan ancaman banjir dan longsor di Indonesia semakin besar dari yang dimodelkan sebelumnya. Bagi perusahan pertambangan, kondisi ini bisa menjadi bencana, bisa juga berkah. Jadi bencana jika tak bisa dikelola dengan baik. Daerah “catchment area� atau tangkapan hujan meluap. Jika dibiarkan bisa menyebabkan banjir. Ancaman lainnya, lereng-lereng di kawasan tambang terancam longsor Tapi jadi berkah kalau bisa diminimalisasi dampaknya. Di Indonesia, banyak KP-KP kecil yang tak mempunyai pengelolaan air yang baik sehingga memilih menyetop produksi. Akibatnya supply berkurang sehingga harga menjadi lebih baik. “Bagi Berau Coal hujan adalah berkah, “kata Gatot Budi Kuncahyo, General Manager Mining yang juga kepala Teknik Tambang PT Berau Coal. Untuk menjadikan hujan sebagai berkah, perlu pengelolaan air permukaan (surface water management system) yang andal dan optimal agar proses penambangan berjalan ancar dan aman. Perencananaan

Alat pengukur curah hujan yang dioperasikan di Tambang PT Berau Coal (atas). Perimeter Ditch (paritan) pada Pit T-2 Tambang Sambarata (Sambarata Mine Operation/SMO) PT Berau Coal. (bawah)

pengelolaan air permukaan di tambang yang baik dan optimal, menurut Gatot, harus didukung oleh data yang valid dan continue. Salah satu data yang sangat diperlukan adalah data curah hujan, dimana saat ini di masing-masing site telah terpasang stasiun pengukur curah hujan manual sebanyak 3 unit di Lati , 5 unit di Sambaratta, dan 5 unit di Binungan Sejak awal Berau Coal meletakkan pengelolaan air tambang sebagai faktor penting operasi karena secara topografi lokasinya terletak diantara daerah hilly terrain dan dataran banjir (flood plain) dalam kawasan deltaic environmental.

Ketika Hujan

Menjadi Berkah

B

agi perusahaan tambang hujan lebat menjadi hambatan tersendiri terhadap pencapaian target produksi batubara. Banyak perusahaan khususnya yang tidak mempunyai perencanaan yang baik akan mengalami kesulitan produksi, supply batubara akan berkurang sehingga harga batubara cenderung mengalami kenaikan, karena harga jual naik maka margin keuntungan perusahaan jadi ikut bertambah. Bagi perusahaan yang mampu mengelola dan merencanakan tambangnya dengan baik merupakan kesempatan untuk mengambil market tersebut, hujanpun menjadi berkah.

20

Sebaliknya yang tikak bisa mengelola, hujan bisa menjadi sumber bencana dan bisa menghambat aktivitas penambangan. Bencana itu bisa berupa air yang menggenangi permukaan tambang, jalanan rusak dan licin, kendaraan truck terjebak lumpur, atau terjadi kondisi bahaya seperti tanah longsor. Bagi perusahaan tambang bukan hanya produksi yang terganggu, jika tanpa perhitungan dan perencanaan yang tepat air dapat menyebabkan kecelakaan serius hingga fatality. Sebetulnya hujan tak datang tibatiba, Meski pola hujannya tak bisa lagi tertentu akibat fenomena perubahan

Selain itu, secara hydrology lokasi tambang Berau termasuk daerah basah (wet area) dengan rata-rata tinggi curah hujan berkisar 2.500 mm/tahun dengan hampir setengah tahun terjadi hujan atau rata-rata 180 hari pertahun dengan durasi hujan rata-rata 3 jam. Untuk pengelolaan air tambang, termasuk meminimalisasi dampak hujan dan air permukaan, maka PT. Berau Coal mempunyai Departemen khusus, yakni Geotechnic & Hydrology. Saat cuaca ekstrim seperti sekarang, mereka mempunyai dua tugas utama. Pertama, mengantisipasi risiko geoteknik, antara lain longsor dan ketidakstabilan lereng. Kedua,

cuaca dunia, tapi periode hujannya masih bisa diprediksi. Oleh sebab itu hujan bukan lagi sebuah kendala apalagi buat perusahaan seperti PT Berau Coal. Meskipun Berau salah satu daerah dengan curah hujan yang tinggi di Indonesia namun dengan pengalaman yang dimiliki seharusnya hujan dapat dihitung lebih tepat. Dengan begitu rencananya akan meningkatkan produksi batubaranya pada tahun ini menjadi sebesar 24 MTPA tidak terganggu Untuk itu dibutuhkan sistem pengelolaan air permukaan (surface water management system) yang handal dan optimal agar proses penambangan dapat berjalan dengan lancar dan aman. Sistem pengelolaan air tambang terdiri dari penirisan air (pengaliran air) dan pengeringan (dewatering). Penirisan berarti mengalirkan air atau melokalisir air ke tempat tertentu atau menjaga air dari luar area tambang supaya tidak masuk ke tambang, sedangkan dewatering adalah

Culvert pada pengalihan aliran (Deversion Channel) di Pit East-2 - Tambang Lati (Lati Mine Operation/LMO) PT Berau Coal.

Mining General Manager PT Berau Coal, H. Gatot Budi Kuncahyo

pengeringan atau pemompaan air dari kolam-kolam penampungan air (sump) yang berada di lokasi paling rendah di tambang keluar tambang.

Untuk tambang Blok 7 Binungan (salah satu lokasi tambang di PT Berau Coal) jumlah air yang dikeluarkan setiap tahunnya bisa mencapai 11,34 juta

mengantisipasi risiko hidrologi, dengan melakukan surface water management agar keberadaan air di lokasi tambang tidak mengganggu. Departemen ini juga bertugas merekomendasikan dan memonitoring hal-hal berikut : dimensi paritan, perlu dan tidaknya dibuat gorong-gorong, kebutuhan pompa untuk dewatering, dan sebagainya. Khusus untuk pompa, sekarang ini Tambang Berau Coal setidaknya memiliki unit pompa 15 di tambang Lati, 18 di tambang Binungan, dan 20 di tambang Sambarata. Pompa-pompa itu menghisap ribuan meter kubik air dari kolam penampungan utama (main sump) yang terletak di elevasi tambang yang paling bawah, dan sump lainnya yang terletak bertingkat-tingkat diatasnya. Pompa-pompa tersebut mempunyai daya yang besar untuk mendorong air hingga beda ketinggian 150 meter. Sehingga mereka membutuhkan pipa jenis high density polyethylene (HDPE) yang mempunyai kemampuan menahan air bertekanan tinggi hingga 10 Bar atau 145 psi. pipa yang tahan segala macam cuaca

meter kubik dengan luas area tangkapan hujan sekitar 450 hektar. Dalam kaitannya dengan penirisan tambang mulai dari batas luar area (mine boundary) tambang harus disiapkan saluran-saluran proteksi, yang fungsinya untuk mencegah air di luar tambang masuk ke dalam tambang dan sekaligus mencegah terjadinya tanah longsor akibat tergerus dan terseret oleh air. Sedangkan di dalam tambang sendiri banyak dibuat saluran-saluran yang fungsinya untuk melokalisir air untuk dialirkan ke tempat tertentu (sump). Jadi tolok ukur keberhasilan sistem pengelolaan air tambang itu sederhana saja yaitu tidak banyak genangan air di tambang dan jika hujan lebat tidak terjadi banjir. Meski begitu di lapangan, proses kerja tak sesederhana hasilnya. Selain perencanaan yang matang dan detail, sistem ini membutuhkan peralatan yang harganya ratusan juta rupiah, serta sumber daya manusia yang punya kompetensi dan dedikasi yang tinggi.

21


Operation

Community

Perimeter Ditch (paritan) pada Pit T-2 Tambang Sambarata (Sambarata Mine Operation/SMO) PT Berau Coal (atas) Papan duga muka air (Peil Scale) di Pit E1-G1 Tambang Sambarata (Sambarata Mine Operation/SMO) PT Berau Coal. (bawah).

Untuk menjadikan hujan sebagai berkah, perlu pengelolaan air permukaan (surface water management system) yang andal dan optimal agar proses penambangan berjalan ancar dan aman. ini total panjangnya di seluruh tambang PTBC mencapai 18 kilometer. Kalau curah hujan tinggi, pengawas harus selalu siaga dan segera menghidupkan pompa. Pompa-pompa itu harus terus hidup setidaknya 22 jam sehari sampai sump cukup dangkal dan lumpurnya sudah kelihatan di permukaan. Air tersebut dipompa ke kolam yang letaknya lebih tinggi atau langsung dialirkan ke kolam pengendap lumpur dan di-treatment sampai kadar airnya sesuai baku mutu lingkungan sebelum dialirkan ke sungai dan perairan umum lainnya. “Dalam kondisi curah hujan ekstrim, tiap

22

hari kita pantau titik-titik rawan banjir dan tanggul-tanggul rawan jebol, “ ujar Welly. Dalam kondisi normal, pemantaaun hanya dilakukan sesekali saja. Pemantauan juga dilakukan terhadap lokasi-lokasi lereng yang dilewati air, apakah berpotensi longsor atau tidak. “Kalau ada potensi longsor, maka kita harus mengubah arah pengaliran air,” Welly menambahkan. Untuk mengubah arah pengaliran air ini, dua teknik yang biasa dilakukan adalah pembuatan Diversion Channel dan Perimeter Ditch. Tujuannya

untuk mengurangi cost (biaya) untuk pemompaan, yakni air original diarahkan tidak masuk ke tambang, melewati jalur lain lalu masuk ke perairan umum. Namun untungnya untuk mengubah arah pengaliran air, Berau Coal tidak kesulitan, mengingat Berau Coal lokasinya diapit oleh dua sungai, yakni Sungai Segah dan Sungai Kelay. Sejauh ini air yang dialirkan ke sungai juga tidak sampai menimbulkan banjir ke masyarakat umum, karena daya dukung dua sungai itu masih cukup. l

Asa

dari Km 2

Bekerjasama dengan Peme­ rintah Kabupaten, Berau Coal meluncurkan “program resetlement” untuk komunitas adat terpencil dan warga miskin. Selain tempat tingggal, disediakan lahan untuk mata pencaharian 23


Community

Community

T

atapan matanya tajam mengisyaratkan optimisme. Ia percaya hidupnya di tempat baru akan lebih baik daripada sebelumnya “Saya bersyukur perusahaan peduli,” ujar Saat, 54 tahun. Sejak penghujung Januari lalu, Ia menempati rumah yang dibangun Berau Coal. Perusahaan batu bara ini membangun 18 rumah Komunitas Adat Terperncil (KAT) di Km 2 di Sambakungan, Lati Kabupaten Berau. Saat adalah bagian dari komunitas Dayak Punan, etnis asli Kalimantan. Ada 30 KK yang akan menempati rumah KAT yang diresmikan .Menko Kesra Agung Leksono, 25 Januari 2013 tersebut. Sebelumnya, mereka tinggal di Km 10, yang juga disediakan Berau Coal pada dua belas tahun silam. Seperti juga suku asli lain di Indonesia, Dayak Punan awalnya hidup nomaden, keluar masuk hutan. Mereka tak punya tempat menetap. Persoalan menjadi pelik ketika hutan, tempat mereka hidup makin berkurang. Berau Coal pun tergerak mengulurkan bantuan. Pada 2001 beberapa komunitas Dayak yang berada di lingkar tambang dibuatkan tempat tinggal. Tentu bukan perkara mudah untuk meminta mereka menetap. Perlu pendekatan khusus dengan waktu tak sebentar. “ Kita mengrimkan pegawai untuk program pendampingan, “ujar Akhid Yusanto, Comdev Superintendent Lokasi di Km 10 dipilih dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, dekat dengan sungai. Biasanya mereka keluar masuk hutan dengan menyusuri hutan . Setelah dumukimkan, banyak hal baru bagi komunitas ini. Awalnya mereka menolak, seperti listrik. “ Alasan mereka

“Dayak Punan sudah terbiasa bersosialisasi dengan warga, menonton tv dan berhalo-halo dengan handphone”

kalau dipasangi listrik tak bisa tidur, Tapi setelah terbiasa, lambat laun mereka mulai bisa menerima. “ Mereka malah minta rumahnya dipasangi TV,” Akhid menambahkan . Tak hanya sekedar pangan dan papan, pendidikan turut diperhatikan. Anak-anak dayak disekolahkan di kota Tanjung. Mereka disediakan asrama khusus. Tak sepenuhnya lancar. Karena masih anakanak, sebagian dari mereka kembali lagi ke orang tua. Belakangan, tempat tinggal mereka di km 10 sudah tak kondusif lagi. Akses jalan rusak parah. Tak bisa lagi dijangkau kendaraan bermotor Kalau ada keperluan, mereka harus jalan kaki puluhan km. Yang susah kalau ada yang sakit. “ Kami harus menggendongnya. Satu jam baru sampai, “ kata Saat. Tentu ini menyujlitkan Berau Coal dalam melakukan pendampingan. Akhirnya diputuskan direlokasi ke Km2

“Pemukiman baru ini sangat layak huni. Ini merupakan langkah baik yang juga bagian dari mendukung program nasional, yaitu upaya untuk menyelesaikan masalahmasalah di bidang kesejahteraan sosial,” 24

Selain rumah yana memakan biaya Rp 140 juta per unit , Berau Coal membantu kebutuhan sembako yang dibagikan rutin tiap bulan. Tentu bantuan ini sementara. Untuk jangka panjang, perusahaan menyediakan tanah seluas 1,5 ha untuk masing-masing KK. Tanah itu diajangkan untuk bekal hidup mereka. Di sana mereka akan diajari bercocok tanam. Lahannya akan ditanami kayu produktif, tanaman buah dan sayuran. Selain untuk memenui kebutuhan sendiri, hasil panen sebagian lagi dijual. Khusus untuk komunitas adat terpencil, perusahaan harus pintar-pintar menyelami kebiasaan mereka. Bagi etnis lain, mengubur orang meninggal dekat dengan rumah,misalnya, tak jadi masalah. Tapi bagi komunitas itu adalah “kesialan”, dan itu menjadi pertanda mereka harus pindah, mencari tempat tinggal baru. Jadi, kalau Dayak Punan mau menetap, harus disediakan lahan kuburan yang jauh dari

pemukiman mereka, Jangan bayangkan, Dayak Punanini masih terbelakang. Mereka sudah biasa bersosialisasi dengan warga dari etnis lain dan menonton TV. Anak mudanya wara-wiri dengan motor, serta berhalo-halo dengan Handphone. Cuma mereka masih meneruskan kebiasaan nenek moyangnya keluar masuk hutan untuk menyambung hidup mereka. Saat hutan masih lebat, dengan mudah mereka bisa memulung madu hutan dan getah kayu gaharu. Sekarang berkeliling seharian, cuma berpeluh. Ekstrak Kayu gaharu itu termasuk komoditi bernilai tinggi. Per gramnya bisa juta-an rupiah, tergantung mutunya. Biasanya dipakai untuk bahan parfum. Tapi tak semua kayu gaharu melelehkan getah yang cocok untuk bahan minyak wangi Beda dengan karet yang bisa disadap. Getah kayu gaharu yang bernilai tinggi itu hanya didapat dari kayu gaharu yang terluka. Biasanya keluar dari bukubuku kayu. “Pernah satu hari saya mendapat Rp 3 juta dari penjulaan getah kayu gaharu “ ujar Saat, Tapi itu dulu.. Sekarang, hutan makin terkikikis, Berkeliling berhari-hari yang dapat cuma peluh. Untuk itu, Saat mengaku siap mengubah kebiasaan keluar masuk hutan. “Kalau tanahnya sudah siap, kami mau berkebun, “ ujar Saat. Dulu ketika hidup nomaden, sebetulnya mereka pun sudah terbiasa menanam tanaman. Tapi hanya untuk dimakan sendiri. Tanaman itu biasanya dibiarkan begitu saja, tak dirawat. Mereka tak biasa menunggu panen hasil budidaya seperti lazimnya dilakukan petani

Sekarang, jika berkebun itu sudah jadi ladang pencaharian, tentu sklalanya lebih besar sehingga dibutuhkan ketrampilan khusus. Saat menyadari komunitasnya tak paham dengan cara-cara bercocok tanam yang baik. “Kami mengharapkan perusahaan mengajari, “ ujar Saat. Kerisauan Saat tersebut sudah diperhitungkan Berau Coal. Keberlanjutan menjadi acuan Berau Coal dalam mendesain setiap program CSR. Perusahaan menargetkan komunitas lingkar tambang menjadi masyarakat yang berdaya sejahtera dan mandiri.

Dalam pemberdayaan masyarakat selalu disertakan pegawai Berau Coal untuk melakukan pendampingan. Begitupun untuk Komunitas Adat Terpencil. “Kami akan terus mendampingi mereka sampai mereka mandiri,” ujar Akhid. Khusus untuk komunitas adat terpencil, perusahaan harus pintar-pintar menyelami kebiasaan mereka. Bagi etnis lain, mengubur orang meninggal dekat dengan rumah,misalnya, tak jadi masalah. Tapi bagi komunitas itu adalah “kesialan”, dan itu menjadi pertanda mereka harus pindah, mencari tempat tinggal baru Pembangunan KAT merupakan bagian dari “program restlement” yang digagas Berau Coal bekerjsama dengan Pemerintah Kabupaten Berau. Selain untuk KAT, program ini juga menyasar warga miskin lingkar tambang, masing-masing 28 KK warga RT 8 Tumbit Melayu dipindah ke RT 10 dan 48 KK warga RT sembila Tubit Melayu dipindah ke RT 05. Keduanya terletak di kawasan Maraang, Sambaliung. Untuk program restlement ini program menyediakan dana sekitar Rp 30 miliar. l

25


teknologi

teknologi

beroperasi sejak 30 tahun lalu tersebut, apalagi baru diluncurkan sistem aplikasi penunjang bisnis, biasa disebut SAP (System Application and Product in Data Processing). Sistem manajemen terintegrasi ini buatan Jerman ini, resmi diluncurkan pada 12-12-2012. “ Angka dua belas itu biar mudah diingat,” ujar alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tersebut. Sebagai software Enterprises Resources Planing (ERP), SAP sekarang ini sudah menjadi standard perusahaanperusahaan global. Dia bisa membantu perusahaan merencanakan aktivitas bisnis sehari-hari melalui aplikasi yang bekerja bertautan satu dengan yang lainnya. Untuk mengawal SAP, Bagian MIS merekrut lima tenaga IT baru sehingga sekarang mempunyai 16 karyawan untuk mengawal

Membangun

Konvergensi Sistem IT Proses bisnis di Berau Coal bisa disupport dengan sistem IT yang terintegrasi dan realtime. Mengacu pada standard Gartner

A

khir Februari lalu seorang teman menggerutu, tak lama setelah tiba di Tanjung redeb, ibukota Kabupaten Berau. Kalimantan Timur “ Tak sesuai dengan bandaranya yang megah,” katanya sambil terus menerus membolakbalik telpon genggamnya. Ia sepertinya kesal karena tak berhasil mendapatkan koneksi handphone dan internet dengan lancar. Bandara yang dimaksud adalah Kalimarau yang baru diresmikan, Berau boleh dibilang satu-satunya kabupaten di Indonesia yang mempunyai bandara megah “Berau itu sudah over used kapasitas koneksi mobile-nya ,” ujar Arif Widya, MIS

26

Manager PT Berau Coal. Konsumen di Berau yang memanfaatkan jasa salah satu provider GSM terbesar saat ini sudah mencapai 120 %. Sementara jaringan serat optik yang baru belum selesai dibangun. “ Mungkin baru akhir tahun 2013 ini bisa normal,” kata pria penyuka fotografi tersebut. Meski begitu, Berau Coal sendiri tak mengalami keruwetan tersebut. “Kita punya bandwidth khusus yang terpisah dengan konsumen umum,” Arif menambahkan. Di site-site Berau Coal, terhubung dengan jaringan data dan internet 10 Mbps secara redundant, begitupun dengan ke Jakarta. Alokasi ini, menurut Arif masih cukup untuk

mendukung salah satu tugas MIS dalam mengawal komunikasi berbasis data,voice dan video seperti komunikasi email, pertukaran data dan komunikasi ke internet. Alhasil komunikasi Berau Coal pun berjalan lancar dibandingkan kondisi beberapa tahun sebelumnya yang paling besar hanya 256 Kbps. Misalnya, percakapan jarak jauh, video conference dengan kantor pusat di Jakarta atau antara Jakarta dengan Bumi Plc di London berlangsung lancar. Bumi Plc adalah pemegang saham Berau Coal , Koneksi yang stabil memang sangat dibutuhkan perusahaan yang sudah

Arif Widya, MIS Manager PT Berau Coal

tugas-tuguas MIS yang semakin kompleks Dengan SAP, informasi proses bisnis di Berau Coal data-nya bisa terintegrasi dan akan terus dikembangkan agar dapat diakses manajemen dengan mudah dan menjadi alat pengambilan keputusan yang efektif. Sebelumnya data masih terpisah. Misalnya, soal logistik batubara. Pencataannya masih manual dan tidak terhubung dengan sistem. Data produksi tak langsung tersedia dalam sistem untuk keperluan proses operasional lanjutan. Pengadaan SAP merupakan keputusan dari Management Berau Coal untuk mendapatkan sistem pelaporan yang terkonsolidasi yang lebih cepat dan akurat untuk keperluan informasi internal dan holding company, MIS Department

mendapatkan tugas menjadi fasilitator bagi elemen-elemen proses bisnis Berau Coal untuk mewujudkan keputusan tersebut, untuk menlancarkan operasi perusahaan yang semakin berkembang. Tugas lainnya adalah mengawal komunikasi berbasis radio dan komunikasi berbasis data, suara dan video. Menjadi komplek dibandingkan tambang batubara lain karena lokasi tambang Berau Coal seluas 118.400 ha terserak di beberapa lokasi masing-masing di Lati, Sambarata,Binungan, Suaran, Parapatan dan beberapa lokasi yang masih tahap eksplorasi. Wilayah seluas itu semuanya harus terhubung dalam sistem interkoneksi.

Sebagai sebuah software enterprises Resources Planing (ERP) SAP sekarang ini sudah menjadi standard perusahaanperusahaan global.

“Areal yang terpisah tersebut menjadi tantangan dari sisi teknis yang harus kami hadapi” ungkap Arif Widya. Sementara dari sisi nonteknis, tantangannya adalah mengedukasi user untuk setiap sistem yang digunakan, terutama sistem-sistem baru yang bisa jadi akan merubah kebiasaan bekerja. “Edukasi ini penting untuk meminimalkan resiko kegagalan penerapan sistem IT,” Arif menambahlan Dalam pengadaan sistem IT, Berau Coal senantiasa mengikuti perkembangan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan operasi perusahaan. Tidak asal pilih dan asal canggih. “Kita mengacu pada standard Gartner,” ujar Arif. Perusahaan riset internasional di bidang IT dan teknologi ini secara rutin mengeluarkan rekomendasi untuk produk-produk teknologi. Dalam laporannya, gartner membagi produk ke dalam empat kuadran yang terkenal dengan sebutan Gartner Magic Quadrant, Kuadran Leaders untuk produkproduk unggulan yang mature, kemudian kuadran visionaries untuk produk-produk yang mempunyai arah pengembangan teknologi yang jelas dan diprediksi bisa menjadi pemimpin pasar. Untuk produkproduk dari pemain segment tertentu ada di kuadran niche player dan terakhir adalah challengers untuk produk-produk yang saat ini sedang booming. “Teknologi yang kita pilih diupayakan adalah teknologi Leaders, “ ujar Arif. l

27


SHIPPING & MARKETING

event

F

Penyerahan tumpeng dari General Manager Mining PT Berau Coal, H. Gatot Budi Kuncahyo kepada Kepala Operasi Tambang Prapatan Boby Riyanto dalam Syukuran Pembukaan Pit Q-1 Tambang Prapatan (foto kiri_kanan). Aktivitas di Pit Q-1 Tambang Prapatan. (foto bawah)

Syukuran Pembukaan Pit Q-1 Tambang Prapatan Suasana gembira bercampur haru, tampak di wajah ratusan pekerja tambang siang itu, Rabu, 27 Februari 2013. Dengan langkah berat karena sepatu yang belepotan lumpur bekas hujan, berduyun mereka mendekati sebuah box kontainer yang telah disulap bak aula kecil, lengkap dengan tenda biru yang menjadi terasnya. Tiga nampan nasi tumpeng sudah berjejer di atas karpet, dikelilingi tawa canda dan obrolan pria-pria berseragam. Sejurus kemudian, perhatian mereka tertuju pada sosok-sosok berwibawa, yang bergantian menyampaikan pesan-pesan “perjuangan” di antara rintik hujan. Begitulah suasana Syukuran Pembukaan Pit Q-1 Site Prapatan, yang bakal menjadi salah satu ujung tombak produksi batubara PT

28

Berau Coal. Sambutan pertama disampaikan Manager Binungan Mine Operation 1, Boby Rianto, yang mengucapkan terima kasih atas kerjasama para karyawan dan kontraktor, serta bimbingan para pimpinan Berau Coal dalam mensukseskan pembukaan pit baru itu. Sambutan berikutnya disampaikan General Manager Mining yang juga selaku Kepala Tehnik Tambang PT Berau Coal, H Gatot Budi Kuncahyo yang mengaku bangga atas dibukanya Pit Q-1 Site Prapatan. “Pit Q-1 adalah pit sebenarnya yang dimiliki Site Prapatan. Umurnya bisa mencapai 8 tahun. Pit yang telah dibuka sebelumnya baru pemanasan,” tutur Gatot disambut tepuk tangan puluhan karyawan yang hadir. Dalam kesempatan itu Gatot mengingatkan, Site Prapatan adalah wilayah operasional PT Berau Coal yang berada paling dekat dengan Kota Tanjung Redeb. Selain pemukiman penduduk yang sudah ada sebelumnya, sebentar lagi juga akan berdiri perumahanperumahan baru, yang bersebelahan dengan Prapatan. “Maka dari itu, dalam bekerja kita tidak boleh “jorok”. Harus benar-benar menerapkan pertambangan berwawasan lingkungan,” jelasnya. Dia juga berpesan, agar seluruh karyawan selalu siap bersahabat dengan masyarakat di sekitar tambang. “Berangkat dan pulang kerja kita selalu lewat kampung, jauhi sikap sombong, dan biasakan untuk murah senyum,” urainya. Semua ini untuk menunjukkan Berau Coal selalu dekat di hati masyarakat. Sehingga tidak perlu terjadi konflik yang mengakibatkan penyetopan kegiatan akibat masalah kecil tersebut, yang tentunya akan sangat merugikan diri karyawan sendiri dan perusahaan. Siang itu, hadir pula Deputy Operation Director PT Berau Coal, Arief Wiedhartono, yang berpesan agar dalam bekerja para karyawan selalu memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. Kuncinya adalah mematuhi semua prosedur kerja yang ada, sehingga Pit Q-1 Site Prapatan dapat berkontribusi optimal dalam memacu pertumbuhan yang eksponensial di Berau Coal. Usai menyerap pesan para pimpinan, segenap karyawan pun larut dalam doa, memohon kehadirat Yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan dalam menjalankan tugas dan selalu dilindungi keselamatan. Acara sederhana yang penuh khidmat itu pun ditutup dengan pemotongan tumpeng dan makan siang bersama, sebagai simbol rasa syukur serta kebersamaan antara segenap pimpinan dan karyawan Berau Coal. l

loating Terminal Station (FTS) itu baru saja menyelesaikan tugas pemuatannya, saat senja menjelang di pekan pertama Maret 2013. Guyuran batubara terakhir telah berpindah ke sebuah Ocean Going Vessel – MV. China Energy (Nobel offtake ) yang siap meninggalkan Loading Point PT Berau Coal di Muara Pantai, Berau, Kalimantan Timur, menuju negara tujuan. Long vehicle itu merupakan kapal keempat yang telah dimuat menggunanakan “FTS. Bulk Celebes” sejak mulai beroperasi secara komersial pada awal Februari 2013 lalu dengan Loading Rate Guaranty 30.000 MT per day. Shipping Manager & Port Facility Security Officer PT Berau Coal, Capt. Hasanul Haq Batubara, M. Mar, mengatakan FTS. Bulk Celebes baru tiba di Berau Coal Working Anchorages – Muara Pantai pada 31 Desember 2012. Loading Divice tersebut adalah milik PT. Asian Bulk Logistics yang disewa PT Berau Coal, untuk mendukung

pencapaian target pengapalan 23 juta MT batubara per tahun pada 2013. Nama FTS. Bulk Celebes sebelumnya adalah FTS. Bulk Prosperity yang merupakan transhipper bijih besi di India,” jelas Hasanul Haq. Kelebihannya, FTS.

Bulk Celebes bisa melakukan manuver (olah gerak) yang lebih gesit dan efisien saat sandar di OGV, dibandingkan keenam armada floating transshipment lainnya yang telah dioperasikan Berau Coal. Enam armada lain yang sudah

Bulk Celebes

FTS Bulk Celebes Pendukung Target 23 Juta MT “Olah geraknya” saat merapat dan lepas dari OGV lebih gesit dibandingkan yang lain. Telah lolos tahap uji coba di awal tahun. Hadir untuk memuluskan target pengapalan 23 juta Metrik Ton (MT) di 2013.

29


Shipping & Marketing

dioperasikan Berau Coal adalah FTS. Bulk Java, FTS. Bulk Borneo, SST Berau, FC. Chloe , Floating Offshore Transshipper Platform (FOTP) Derawan, dan FC. Blitz Kelebihan lainnya, lanjut Hasanul, FTS. Bulk Celebes dilengkapi dengan thruster (pendorong). Yakni hanya digerakkan dengan motor, tanpa Main Engine. Setelah melalui tahap uji coba selama kurang lebih sebulan dan dinyatakan lulus, mulai Februari 2013 Bulk Celebes resmi dapat memperkuat Devise transshipment batubara Berau Coal, untuk beroperasi secara komersial. “Penambahan armada ini merupakan tuntutan market. Mengingat Berau Coal menargetkan peningkatan volume pengapalan dari 22 juta MT per tahun di 2012, menjadi 23 juta MT batubara per tahun di 2013,” jelasnya. Ia pun memberikan catatan bahwa kapasitas pengapalan batubara Berau Coal, rata-rata mencapai 1,8 s/d 2 juta MT per bulan, untuk satu armada. Tanpa penambahan devices tersebut, agak sulit untuk dapat memenuhi target pengapalan di 2013 itu, mengingat sejak Februari 2013 salah satu devices Berau Coal yang tertua dan sempat menjadi ikon pengapalan perusahaan ini di Muara Pantai bernama SST, sudah tidak dapat dipergunakan lagi (Off Hire). Hasanul menceritakan, Shipping Department PT Berau Coal, yang yang ada saat ini merupakan penggabungan dari “Shipping Section -Lati Mine Operation (LMO) dan Shipping Section – Binungan Mine Operation (BMO). Penggabungan itu terjadi pada Februari 2002. Seiring dengan tuntutan volume penjualan batubara Berau Coal yang terus meningkat, juga tuntutan organisasi serta luasnya wilayah operasional shipping, pada 2012 terjadi pengembangan. Yakni dilakukan pemekaran terhadap Department Shipping, menjadi dua. Yaitu Port and Barging Operation Department dan Shipping Department, yang mana PBO Department bertanggung jawab dengan pengawasan Operational di Port, khususnya di setiap Jetty. Sedangkan Shipping Department bertanggung jawab kelancaran Moda dan di Alur dan pengapalan di Transhipment Point (Muara Pantai).

30

Shipping & Marketing

FTS Bulk Celebes,

Supporting Target 23 Million MT “Its maneuver” upon approaching and leaving OGV is more agile than others. It has passed the trial-run phase early year. It comes to facilitate the accomplishment of shipping target as much as 23 million metric tons (MT) in 2013.

Pengapalan batubara di Berau Coal Working Anchorages – Muara pantai, menggunakan 2 (dua) methode pemuatan ke OGV (Ocean Going Vessel) yaitu Gear Vessel dan Gear less. Untuk Gear Vessel adalah kapal-kapal Bulk Carrier yang dilengkapi dengan Crane dan Grab,sedangkan Gearless Vessel adalah kapal – kapal Bulk Carrier yang tidak memimiliki Gear dan Grabs. “Khusus untuk kapal-kapal bulk Carrier (OGV) yang Gearless kita menggunakan devices (Floating Crane, FOTP, dan FTS) untuk memindahkan batubara kita dari Barges ke OGV terserbut,” jelas Hasanul Haq lagi. Untuk mendukung peningkatan shippment secara eksponensial, pria yang hobby bola dan juga dipercaya masyarakat bola Berau sebagai ketua Pengcab PSSI Kabupaten Berau ini menyebutkan, saat ini shipping Department Berau Coal mengoperasikan 46 sett Tug & Barges, 6 Unit Devices, 4 unit Harbour Tugs, 6 Unit Assist Tugs , 2 Unit LCT untuk Utility Transhipment Operation, dan 1 Unit Self Propeller Accommodation Barge (TAB – 01). Sekitar akhir Juni 2013 akan masuk

satu unit Devices dari Nantong – Shanghai, China yang diberi nama FTS.Bulk Sumatera. l

T

he Floating Terminal Station (FTS) just completed the loading task prior to twilight in the first week of March 2013. The last pouring of coal moved into an Ocean Going Vessel – MV. China Energy (Nobel off take ), which was set to leave Loading Point PT Berau Coal in Muara Pantai, Berau, East Kalimantan to destination country. The long vehicle constitutes the fourth vessel already loaded by using “FTS Bulk Celebes” starting to operate commercially early February 2013 with the Loading Rate Guaranty 30,000 MT per day. Shipping Manager & Port Facility Security Officer of PT Berau Coal Captain Hasanul Haq Batubara, M. Mar, said that FTS Bulk Celebes just arrived at Berau Coal Working Anchorages – Muara Pantai

on December 31,2012. The loading device belongs to PT. Asian Bulk Logistics, which is rent by PT Berau Coal, to support

Capten Hasanul Haq Batubara, M. Mar

the accomplishment of shipping target as much as 23 million metric tons of coal per annum in 2013. FTS. Bulk Celebes was formerly named FTS Bulk Prosperity, a trans-shipper of iron ores in India,” said Hasanul Haq. It could maneuver more nimbly and efficiently upon berthing at OGV, compared to the six other floating transshipment fleets already operated by Berau Coal. The six other fleets are FTS Bulk Java, FTS. Bulk Borneo, SST Berau, FC Chloe , Floating Offshore Trans-shipper Platform (FOTP) Derawan and FC Blitz Another advantage, said Hasanul, FTS Bulk Celebes is equipped by thruster, only propelled by motor without the main engine. After commissioning around one month and declared passing the test, starting

31


SHIPPING & MARKETING

HUMAN RESOURCES

Membangun

Sistem Pengembangan SDM Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu investasi. Harus memiliki arah yang jelas agar memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

S from February 2013, Bulk Celebes officially could strengthen coal transshipment device of Berau Coal to operate commercially. “The addition of the fleet constitutes market demand given that Berau Coal targets an increase in the shipping volume of coal from 22 million MT per annum in 2012 to 23 million per annum in 2013,” he said. He also said that the coal shipping capacity of every fleet belonging to Berau Coal ranges from 1.8 million MT to 2 million MT per month on the average. Without supplementing the device, it seems difficult to accomplish the shipping target in 2013 given that SST, any of the company’s

32

devices, which is the oldest and once becoming shipping icon of the company, in Muara Pantai has been unusable (off hire) anymore since February 2013. Hasanul narrated, the Present Shipping Department of PT Berau Coal results from the merger of “Shipping Section -Lati Mine Operation (LMO) and Shipping Section – Binungan Mine Operation (BMO) in February 2002. In line with the rising demand for the coal shipping volume of Berau Coal, organizational demand and the extensive operational area of shipping, Shipping Department was split into Port and Barging Operation Department and

Shipping Department in 2012. PBO Department is responsible for operational supervision at Port, mainly in every Jetty, while Shipping Department is in charge of the smooth of mode and in lane and shipping in Transshipment Point (Muara Pantai). The shipping of coal in Berau Coal Working Anchorages – Muara Pantai uses two methods of loading into Ocean Going Vessel (OGV), namely Gear Vessel and Gear less. Gear Vessel is Bulk Carrier equipped by Crane and Grab, while Gearless Vessel is Bulk Carrier not having Gear and Grabs. “Especially for gearless bulk Carrier (OGV), we use devices (Floating Crane, FOTP, and FTS) to remove our coal from barges to the OGV,” said Hasanul Haq. In order to drive up shipment exponentially, the man loving soccer as hobby and entrusted by Berau soccer communities as the Chairman of the Indonesian Football Association (PSSI) of Berau Chapter disclosed that the Shipping Department of Berau Coal is now operating 46 sets of Tug & Barges, 6 Units of Device, 4 units of Harbor Tug, 6 Units of Assist Tug, 2 Units of LCT for Utility Transshipment Operation, and one unit of Self Propeller Accommodation Barge (TAB – 01). One unit of device, named FTS Bulk Sumatra would come from Nantong-Shanghai, China late June 2013. l

eorang pria muda, sebut saja Rudi, baru dua hari bekerja di perusahaan. Namun ia sudah bisa menjelaskan dengan detail bidang-bidang tugasnya, dan apa saja inisiatif yang harus diambil baik secara individual maupun kelompok. Setelah menjadi karyawan tetap, Rudi pun sudah tahu ke posisi apa saja ia ingin berkarir, dan kompetensi apa saja yang harus ia perkuat untuk bisa sampai ke posisi-posisi yang ia tuju. Ilustrasi di atas, merupakan gambaran sosok karyawan yang dimimpikan Cahyo Andrianto, Organization & Learning Development Manager (acting) PT Berau Coal, lewat sistem “Kompetensi Manajemen” yang diterapkannya mulai 2013. Gagasan adanya sistem ini, muncul setelah melihat pentingnya memberikan arah pada proses pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Berau Coal. “SDM merupakan sebuah investasi bagi perusahaan, terlebih bagi PT Berau Coal. Kalau tidak ada arah dalam pengembangannya, maka bisa-bisa investasi yang dilakukan tidak tepat sasaran.

Nah, sasaran yang hendak dicapai dari pengembangan SDM adalah ketercapaian kompetensi,” ujar Cahyo saat dijumpai pada akhir Februari 2013. Selain itu yang lebih penting bahwa dengan perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dalam bidang kerjanya, maka kinerja/produktifitas perusahaan pun akan meningkat dan bisa memberikan hasil yang optimal. “Contoh mudah adalah bila kita bertanya mengapa sebuah team sepak bola bisa menjadi juara? Hal ini tidak akan terlepas dari aspek kualifikasi pemain di dalamnya yang menjadi salah satu penentu

yang vital. Bila sebuah team sepakbola memiliki pemain-pemain yang kompeten sesuai dengan posisinya masing-masing, maka hanya tinggal sedikit lagi langkah mereka untuk meraih juara dalam sebuah pertandingan. Kurang lebih, hal yang sama juga dialami oleh sebuah perusahaan dengan karyawan yang ada di dalamnya.”ujar Cahyo kembali. Kompetensi Manajemen yang digagasnya, dimulai dari pemberian jabatan pada seorang karyawan atau SDM di perusahaan. Pada tahap ini, jabatan yang diberikan harus dipastikan benar telah memiliki profile kompetensi yang dibutuhkan agar seseorang dapat menjalankan pekerjaannya pada jabatan tersebut dengan


HUMAN RESOURCES hasil yang optimal. Pada tahap berikutnya, pengembangan kompetensi SDM itu diselaraskan dengan “Must to Have” atau tuntutan dan kebutuhan terhadap penguasaan kompetensi di jabatan tersebut. Setelah kompetensi inti yang “Must to Have” terpenuhi, kata Cahyo, tahap selanjutnya mulai ditambahkan kompetensi yang sifatnya additional. Hal ini berkaitan dengan rencana pengembangan career yang bersangkutan kedepannya. Perangkat dalam proses pengembangan penguasaan kompetensi bisa macam-macam misalkan : pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, pemberian tanggung jawab tertentu, dan sebagainya. Model seperti ini, tutur Cahyo, sebenarnya sudah pernah diterapkan di Berau Coal sebelumnya, namun memang dalam perjalanannya kurang konsisten. Maka dari itu, mulai 2013 ini penerapan sistem Kompetensi Manajemen ini harus serius. Karena kalau tidak, maka dasar pengembangan karyawan di Berau Coal akan menjadi “kabur”, dan kurang bisa menjawab tantangan perusahaan dalam memacu pertumbuhan yang eksponensial. “Saya ingin karyawan ketika masuk kerja di hari pertama sudah mempunyai peta tentang bidang tugasnya atau peta kerja departemen dimana ia ditempatkan. Terkait hal tersebut, program yang akan dituntaskan lebih dulu pada awal 2013 ini adalah mapping competence profiling,” tukas Cahyo. Mapping competence profiling yang dimaksud adalah, setiap posisi dalam manajemen Berau Coal harus mempunyai list atau daftar tentang profil kompetensi yang dibutuhkan. Sistem atau infrastruktur untuk melakukan mapping competence profiling ini, menurutnya sudah ada. Karena sebelumnya memang sudah pernah dilakukan hal yang sama, namun sekarang perlu dilakukan mapping ulang mengingat adanya fungsi yang bertambah maupun fungsi yang hilang. Persiapan untuk program mapping competence profiling ini, ungkapnya, sudah dimulai sejak 2012. Seluruh departemen yang ada di Berau Coal sudah mendapatkan sosialisasi tentang program ini, lewat awareness seputar kompetensi yang dibutuhkan. Guna memudahkan mapping, telah diberikan pula update tentang job description masing-masing departemen. Jika mapping selesai, kata Cahyo, tahap selanjutnya adalah proses assessment yang

34

TRAVELLING

Berau Coal-Building Competency Block

dijadwalkan mulai pada awal Q2 - 2013. Pada tahap ini, karyawan akan diminta untuk melakukan assessment kompetensi secara mandiri dengan melakukan pengisisan secara on-line dalam Competency Management System yang telah ada. Bentuknya hanya merespon pertanyaan yang ditemukan di system dan menentukan pilihan “yes” or “no” sesuai dengan yang ditanyakan. Proses assessment ini nantinya akan melibatkan SDM yang bersangkutan dan atasannya di departemen masing-masing. “Dalam tahap ini, jika hasil check point/ pertanyaan-pertanyaan tersebut telah direson dengan benar dan telah dilakukan penilaian konsolidasi dengan atasan masingmasing/kepala departemen, maka akan tergambar dengan jelas sebuah patern/pola penguasaan kompetensi seseorang yang saat ini dimilikinya dengan kompetensi yang diharapkan untuk suatu jabatan,” terang Cahyo. Untuk menghindari subyektivitas dalam penilaian, lanjutnya, assessment yang dilakukan berbasis bukti. Cahyo mengaku bersyukur, sepanjang pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut, penerimaan karyawan sudah cukup baik dan semua Head Department maupun Manager menunjukkan kerjasama yang cukup baik. Usai assessment, tahapan selanjutnya adalah “Development Plan”. Pada tahap ini, berbagai kekurangan yang terungkap dari hasil assessment dilengkapi. Termasuk kekurangan yang dialami seorang karyawan secara individual, berikut solusi untuk perbaikannya ke depan. “Lewat Development Plan, perusahaan dapat mengetahui ke mana arah membangun program pengembangan

tiap-tiap karyawannya, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Isi Development Plan itu pun bisa diketahui oleh karyawan, sehingga yang bersangkutan menjadi tahu masa depan karirnya seperti apa, juga sejauh mana kekurangannya dalam bekerja,“ tutur Cahyo lagi. Dengan penerapan keseluruhan Sistem Manajemen Kompetensi ini, Cahyo yakin pengembangan karyawan Berau Coal ke depan akan benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk Berau Coal, secara umum profil karyawan yang dibutuhkan adalah inovatif, progresif, dan dapat dipercaya (trust). “Profil karyawan seperti inilah yang dibutuhkan Berau Coal untuk menggapai pertumbuhan yang eksponensial,” cetusnya. Lebih jauh lagi Sistem Manajemen Kompotensi ini juga bisa digunakan untuk alignment atau keselarasan fungsi Human Resources yang lain di perusahanan (Recruitment, Career Path, Compensation, Performance Evaluation, dll). Dengan diterapkan Sistem Manajemen Kompetensi ini secara menyeluruh dan konsisten, maka pengembangan karyawan akan dapat berjalan secara tepat dan menghasilkan figur-figur SDM yang andal, serta akan menjadi bagian dari pencitraan bagi perusahaan. Karena lewat pengembangan kompetensi yang tepat, akan menghasilkan perilaku, value, dan identitas positif bagi SDM perusahaan. “Dengan begitu, fungsi pengembangan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan dapat benar-benar menjadi partner yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan,” ujar Cahyo lagi sembari tersenyum. l

Surga Itu Bernama

Labuan Cermin Biduk-biduk berpotensi menjadi destinasi baru di Kabupaten Berau. Menyelam di Danau Labuan Cermin menjadi sensasi tak terlupakan

35


Travelling

W

aktu seolah berhenti di Desa Biduk-biduk, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sensasinya masih sama dengan yang saya rasakan sepuluh tahun lalu saat berkunjung ke tempat itu pertama kali. Anakanak masih bermain bola di atas pasir Pantai Harapan. Bedanya, kini mereka mengenakan kaos Messi atau Ronaldo, pesohor bola yang jadi impian anak-anak sekarang. Dulu, keduanya belum apa-apa Saat berkunjung ke sana januari lalu, Saya juga masih bisa berburu kepiting di antara celah-celah batu di Pantai Biduk-biduk. Kepiting ukuran jumbo, yang di restoran di kota besar dijual dengan harga ratusan ribu rupiah dengan mudah

36

Travelling

saya dapatkan. Kepiting itu cukup dibelah dengan parang pendek , kemudian dibakar. Rasanya manis. Lezatnya terasa di lidah, meski bumbu seadanya. Seperti

dulu juga pohon- pohon kelapa menjulang tinggi di bibir pantai Biduk-biduk, Daunnya melambai seolah mengucapkan selamat datang kepada pengunjung yang datang. Rasa capai pun terbayar sudah Sepuluh tahun lalu itu, saya masih SMA,

raun-raun ke Biduk-biduk dengan temanteman. Untuk menghemat ongkos perjalanan, kami menumpang kapal barang yang berangkat subuh-subuh dari pasar inpres di bawah jembatan gantung Sambaliung. Pasar tradisional itu kini sudah dibongkar dan dipindahkan ke kawasan Rinding, biasa disebut Aji Dilayas. Perjalanan dari Tanjung Redeb ke Biduk-biduk dengan kapal barang itu memakan waktu 12 jam lebih. Kami harus menyiapkan mental menghadapi drama kapal kandas di tengah laut dan mabuk laut karena ayunan . Pulangnya, dengan berbekal 60 ribu pada saat itu, kami menumpang mobil kijang---ini istilah orang lokal untuk menyebut perjalanan darat yang beresiko. Beberapa kali penumpang diturunkan karena jalannya terlalu menyempit dan melewati beberapa jembatan yang pada saat itu belum layak dilewati. Tapi itu dulu. Kini jalan dari Tanjung

Redeb ke Biduk-biduk sudah jauh lebih. Desa-desa yang kita lewati mulai dari sambaliung hingga batu putih , sudah lebih maju dan lebih ramai daripada dulu. Kendaraannya sudah lebih nyaman dan beragam Transportasi yang popular ke Biduk-biduk saat ini dengan transportasi darat, yakni mobil, Biaya regular kisarannya PP 300 ribu rupiah dengan lama perjalanan 5 – 6 jam. Alternatif lain mencarter speedboat Bagi traveler yang memiliki banyak waktu dan hobi bertualang, bisa mencari tumpangan dari kapal-kapal barang di Tanjung Redeb yang hendak ke bidukbiduk. Kapal-kapal ini biasanya bersandar di dermaga Kampung Bugis dan di dermaga pasar ikan Sambaliung. Biduk-biduk potensial jadi buah bibir para pecinta keindahan. Di sana terdapat Danau Labuan Cermin, yang eksotis. Para pengelana wisata menyebutnya sebagai “surga dunia�. Tepatnya masih perawan, belum

terjamah industri pariwisata. Di sekitar danau belum terdapat resort-resort yang mewah, hanya terdapat perumahan penduduk. Warung makan hanya terdapat beberapa saja di sekitar danau. Itupun dengan menu alakadarnya. Sebelum bercumbu dengan Labuan Cermin, mata akan dimanjakan dengan hutan yang dipenuhi pepohonan dan tumbuhan liar. Berbagai satwa buisa ditemukan di sana seperti monyet, babi hutan, owa-owa, dan berbagai jenis burung. Bahkan, kalau beruntung, Anda bisa mengintip beruang madu Setelah trekking selaama 30 menit kita akan sampai ditepi sebuah danau lain. Dari danau ini kita harus menyeberang menggunakan perahu selama 15 menit untuk menuju ke danau Labuan Cermin. Anda bisa mengintip keindahanLabuan Cermin dengan mata telanjang. Bayangan wajah Anda terlihat sempurna jika melongok ke dalam air tak ubahnya berdiri di depan cermin. Barangkali karena itu,

37


Travelling

SAFETY TALK

Bagi traveler yang memiliki banyak waktu dan hobi bertualang, bisa mencari tumpangan dari kapal-kapal barang di Tanjung Redeb tempat ini disebut labuan cermin saking jernihnya. Makin sempurna jika Anda menikmatinya di pagi hari saat matahari mulai memncarkan sinar atau sore hari ketika matahari mulai meredup. Permukaaan air seolah berkejaran memantulkan sinar Di sini Anda bisa berenang, menyelam ataupun snorkeling sambil melihat keindahan biota air yang beraneka ragam. Yang unik kalau Anda menyelam melebihi

kedalaman dua meter, Anda akan merasakan air asin tak ubahnya sedang mennyelam di laut. Tapi kalau Anda snoerkeling di permukaaan, yang dirasakan adalah air tawar. Begitulah, keunikan Danau Labuan Cermin. Di atas komunitas biota air tawar, sedangkan di bawahnya biota air laut.

Keduanya tidak pernah bercampur. Dengan keindahan dan keunikannya, Pemerintah Kabupaten Berau bertekad menjadikan Labuan Cermin sebagai destinasi baru wisata Kabupaten Berau, seperti gugusan Kepulaauan Derawan. Areal pengembangan wisata yang tadinya hanya 900 ha diperluas menjadi 2000 ha. Kita pun tak lagi bisa menemukan kepiting di celah batu, tapi di restoran yang sebentar lagi akan dibangun. Dan waktu pun tak lagi berhenti di Biduk-biduk. l Juhri Selamet, PR Officer PT Berau Coal

Gema Safety Akar Rumput S

eruan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (safety) tidak selalu datang dari manajemen atau petinggi perusahaan. Di PT Berau Coal, seruan itu justru datang dari sesama karyawan, yang dikemas dalam bentuk “Lomba Penulisan Materi Safety Talk” yang digelar dalam rangkaian peringatan “Bulan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Nasional 2013”. Kompetisi yang berlangsung sepanjang 8 – 28 Februari 2013 itu, diikuti oleh karyawan Berau Coal dan kontraktornya. Tujuannya, guna menumbuhkembangkan

38

sikap proaktif karyawan, dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Diyakini, seruan tentang pentingnya safety yang menggema dari “akar rumput”, akan lebih efektif dan mengena ke lubuk sanubari karyawan, yang mewujud dalam budaya kerja. Dari ratusan naskah yang masuk, Panitia melakukan sortir terhadap 50 naskah peserta yang memenuhi syarat, dan hanya 22 besar naskah yang diterima untuk dinilai oleh Juri, yang terdiri dari Board of Director (BOD) PT Berau Coal, Perwakilan Kalangan Media, dan Dinas Pertambangan

Gagasan yang menggugah kesadaran itu dicetuskan oleh sesama karyawan. Inspirasi dan motivasi untuk kinerja dan masa depan yang lebih baik.

Kabupaten Berau. Juri kemudian menetapkan 3 besar pemenang Lomba Penulisan Materi Safety Talk 2013. Mulai edisi ini hingga empat edisi ke depan, Berau Magazine menurunkan karyakarya mereka yang menjadi pemenang, dimulai dari karya peraih Juara I dan II. Berikut karya-karya para pemenang. Aset Kehidupan Adalah Keutuhan Jari Tangan Anda Kalimat ini merupakan judul tulisan “Safety Talk” karya Zubat Imam Muhajir, karyawan perusahaan kontraktor Berau Coal, PT Gatra Prima Perkasa, dan

39


SAFETY TALK

berhasil meraih Juara I. Lewat judul “Aset Kehidupan Adalah Keutuhan Jari Tangan Anda”, pria yang menjabat OHS Admin ini mengingatkan betapa pentingnya menjaga keutuhan anggota tubuh kita. Berikut tulisan selengkapnya; Pernahkan anda melihat teman anda dengan jari yang kurang dari sepuluh, atau ruas jarinya sudah tidak lengkap sebagaimana seharusnya akibat kecelakaan kerja, atau sebagian ruas jari yang kedudukannya sudah tidak sempurna lagi seperti dialami banyak pemain bola volley atau kiper sepak bola, atau karena kecelakaan ketika sedang melakukan hobi kita. Coba sekarang anda lakukan gerakan mengancingkan buah baju tetapi jangan menggunakan ibu jari anda, seolah olah ibu jari anda sudah terpotong karena kecelakaan. Pasti anda akan mengalami kesulitan. Apalagi kalau akibat kecelakaan kita harus kehilangan telapak atau bahkan lengan kita, sulit dibayangkan kesulitan yang kita hadapi. Pekerjaan yang semua sederhana berubah menjadi cukup sulit. Juga bagaimana kita akan memakai cincin pertunangan atau perkawinan kita bila kita tidak punya jari manis. Karena itulah, sepasang tangan dan sepuluh jari dan ruas-ruasnya ini harus kita jaga dengan baik. Masing-masing tangan dan setiap ruas jari-jari yang ada di tangan kita ini diciptakan oleh Tuhan dengan kegunaan masing-masing. Tangan dan jari kita harus kita lindungi ketika agar tidak sampai celaka. Kecelakaan yang memungkinkan terjadi pada tangan dan jari kita adalah Terpukul hammer, terjepit benda yang sedang bergerak, terluka akibat benda tajam, terbakar karena benda panas atau bahan kimia, terjepit oleh bagian mesin yang berputar dll. Jari & tangan merupakan salah satu kunci untuk bekerja. Mereka adalah alat terbaik. Anda hanya punya sepuluh jari dan satu pasang tangan yang tidak dapat tergantikan. Lindungi mereka karena anda bergantung padanya untuk bekerja. Hampir seluruh cedera serius pada tangan terjadi pada saat menggunakan mesin. Pastikan anda memahami prosedur yang benar untuk penggunaan mesin yang akan anda operasikan. Dapatkan dan gunakan seluruh alat pelindungnya dengan benar, mereka dibuat untuk melindungi

40

people

Bahaya yang mengancam jari tangan anda mungkin sama dengan bahaya yang anda hadapi pada saat bekerja. Dengan kewaspadaan dan hati-hati untuk menghindari cedera jari dan tangan anda bukanlah hayalan, dan ini sangat masuk akal. keselamatan tangan dan jari anda. Jika terluka jangan abaikan luka sekecil apapun, gunakan peralatan “First Aid”. Ingat infeksi dapat menyebar luas ke bagian lain. Cincin dan jam tangan metal sebaiknya tidak digunakan pada saat bekerja. Mereka dapat tersangkut ke berbagai macam benda, dan merupakan penghantar arus listrik. Bahaya yang mengancam jari tangan anda mungkin sama dengan bahaya yang anda hadapi pada saat bekerja. Dengan kewaspadaan dan hati-hati untuk menghindari cedera jari dan tangan anda bukanlah hayalan, dan ini sangat masuk akal. Genggam erat Safety dalam jari tangan anda karena keutuhan jari tangan anda adalah aset kehidupan yang sangat berharga. Membiasakan Hal Yang Benar, Bukan Membenarkan Hal Yang Biasa Kalimat di atas merupakan judul karya Yudhi Kristian, yang berhasil meraih Juara II. Lewat tulisan berjudul “Membiasakan Hal Yang Benar, Bukan Membenarkan Hal Yang Biasa”, Environment Supervisor PT Berau Coal ini menggugah budaya safety dalam bekerja. Berikut tulisan utuhnya; Ada sebuah pertanyaan dari seorang karyawan konstruksi saat kedapatan oleh pengawasnya tidak menggunakan APD, “ Kenapa harus memakai body hardness, Pak ? Sudah 10 tahun saya kerja di konstruksi, tidak pernah jatuh kok ?”. Pertanyaan sederhana tetapi cukup menggambarkan betapa pentingnya masalah keselamatan perlu ditekankan bahkan menjadi budaya dalam setiap aktivitas kerja kita. Perlu kita sadari, keselamatan dan kecelakaan hanya berbatas tipis. Bahaya

selalu ada dalam setiap aktivitas kerja kita, sedikit lalai maka bahaya akan mengancam keselamatan kita. Tidak ada yang menjamin bahwa hari ini kita selamat, besok kita selamat pula. Kecelakaan adalah kejadian yang datangnya tiba – tiba dan tidak direncanakan, yang akan muncul saat dua bahaya atau lebih bertemu baik itu karena kondisi tidak aman (KTA) ataupun tindakan tidak aman (TTA). Pekerjaan yang dilakukan dengan frekuensi sering maupun jarang pada dasarnya memiliki potensi kecelakaan yang sama. 1) Pekerjaan yang dilakukan dengan frekuensi sering berpotensi menimbulkan kecelakaan dikarenakan orang akan cenderung menganggap enteng karena pekerjaan tersebut telah menjadi kebiasaan sekalipun kebiasaan itu salah. Hal inilah yang memicu menurunnya tingkat kewaspadaan pekerja. 2) Sementara itu, pekerjaan yang dilakukan dengan frekuensi jarang juga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Hal ini lebih dikarenakan seseorang tidak terbiasa ataupun kurang terampil dalam melakukan pekerjaan tersebut. Safety akan menjadi sebuah budaya jika kita terbisa melaksanakannya. Tentunya melaksanakan tahapan pekerjaan yang benar, yang sesuai dengan prosedur keselamatan kerja. Membenarkan hal yang biasa tidak selamanya tepat karena hal yang biasa belum tentu benar. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah, seperti inspeksi ataupun observasi, tidak lain dengan tujuan untuk melakukan pendeteksian dini terhadap kesalahan, baik itu prosedur kerja ataupun perilaku pekerja sehingga segera dapat dilakukan perbaikan dan tidak terjadi kesalahan yang berkelanjutan. Mulailah dari diri kita sendiri untuk membiasakan hal yang benar dan bukan membenarkan hal yang biasa. l

S

epuluh menit berselang, ia bangkit dari tempat duduk dan bergegas menuju ‘belalai gajah’ yang menghubungkannya dengan kabin pesawat, tetap dengan buku di tangan. Setelah meletakkan tas di bagasi kabin dan memasang sabuk pengaman, matanya kembali lekat pada buku yang ditentengnya. Konsentrasinya baru pecah ketika BerauMagz menyapa. “He..he..beginilah kesibukan saya kalau diluar jam kantor,” tutur Cahyo Andrianto yang mengaku sedang dalam perjalanan menuju Balikpapan, mengisi akhir pekan. Ya, membaca dan travelling diakui oleh Organization & Learning Development Manager (acting) PT Berau Coal ini sebagai aktivitas yang paling digemarinya dalam mengisi masa jeda, untuk menjaga

kesegaran jiwa. Sehari-harinya, Cahyo yang alumni Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada ini berkutat dengan seabrek tugas, terkait pengaturan dan pembinaan sumber daya manusia (SDM) di PT Berau Coal. Suatu bidang pekerjaan, yang diakuinya memang cocok dengan latar belakang pendidikannya. Namun ternyata, bukan hanya itu yang membuatnya betah “mengurus” karyawan. Lebih dari itu, bapak dua anak ini merasa, pekerjaan membangun kualitas manusia memang sudah menjadi panggilan jiwanya. “Passion saya di bidang ini,” tukasnya. Sebelum bergabung dengan Berau Coal pada 2006, Cahyo sempat bekerja pada sebuah NGO (Non Government Organization) di Yogyakarta. Di lembaga

Cahyo Andrianto, Organization & Learning Development Manager (acting) PT Berau Coal

Bekerja dan Berbuat

Dengan Hati Ruang tunggu Bandara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur tampak padat pagi itu, Sabtu, 2 Maret 2013. Namun tak sedikit pun mengalihkan tatapan pria ini dari baris-baris kalimat, yang tertuang dalam sebuah buku karya Edward de Bono yang berjudul Beautiful Mind. Tas punggung ukuran sedang tergeletak di samping tubuhnya.

non pemerintah itu, selama tiga tahun ia terlibat dalam pengamatan fenomena sosial, salah satunya tentang perubahan perilaku manusia. “Saya mengambil isu HIV/AIDS di kelompok marginal,” tuturnya. Dalam menekuni dunia NGO itulah, Cahyo mulai belajar dan berlatih mengaplikasikan ilmu psikologinya. Bagaimana diterima komunitas masyarakat, memberikan informasi, kemudian mengedukasi. Selanjutnya, ia pun lebih banyak lagi terlibat dalam kegiatan pendampingan masyarakat marginal di Yogyakarta dan sekitarnya. “Untuk bisa diterima oleh suatu komunitas, satu-satunya cara ya melakukan pendekatan. Kita harus sering main ke


people

komunitas yang kita damping,” kisahnya. Kegiatannya dalam membina komunitas marginal dan memberikan pencerahan kepada mereka, diakui cukup mengasyikan dan menyenangkan. Aktivitas itu disebutnya sebagai perjuangan. “Toh dari sana banyak hikmah yang saya dapat. Salah satunya bahwa untuk membangun manusia, kita harus bekerja dan berbuat dengan hati, kepuasan yang didapatkan adalah bila kita bisa membuat seseorang menjadi jauh lebih baik dari sebelum bertemu dengan kita,” ungkapnya. Setelah kurang lebih 3 tahun disana, dunia NGO ditinggalkan oleh Cahyo. Ia langsung memutuskan untuk masuk dunia industri, bergabung dengan PT Berau Coal. Awalnya diakui Cahyo memang berat, dari sebelumnya pekerja sosial menjadi pekerja di sektor industri. Namun dari waktu ke

VENDOR

waktu ia terus mencoba beradaptasi, agar bisa enjoy berada di dunia yang baru. “Alhamdulillah akhirnya bisa, sebelumnya saya juga sempat bergabung juga dengan konsultan SDM jadi penyesuaian pekerjaan bisa cepat. Tapi secara culture itu yang butuh waktu, dari pola terbuka dan bebas menjadi lebih teratur ” ujar Cahyo sembari tertawa. “Kuncinya adalah mencintai pekerjaan dan totalitas pada profesi ,” bebernya tentang tips beradaptasi antara masa lalunya di NGO dan masa kininya di Berau Coal. “Jika kita menemukan passion atau minat yang terhadap pekerjaan kita, maka semua itu akan bisa dijalani dengan enjoy,” tuturnya. Tujuh tahun berkarya di Berau Coal, suami dari Merika Arwidin dan ayah dari Rashya Arkananta Bagas Andrianto (2,5

tahun) dan Bisma Attaya Raffi Andrianto (3 bulan) mengaku sangat happy. Semua itu karena Berau Coal memberikan apa yang menjadi kebutuhan jiwanya, yakni tantangan. “Saya akui, di Berau Coal tantangannya cukup besar dan beragam, dan selalu dituntut adanya inovasi. Saya sangat menikmati itu,” tukasnya. Secara umum, kata Cahyo, seluruh karyawan di Berau Coal dituntut untuk membawa perusahaan tetap sustain (bertahan dan kinerjanya terus meningkat, red) dalam kondisi yang tidak ideal sekalipun. Lalu bagaimana selling product tetap bagus ditengah market yang kadang stabil kadang tidak, serta tantangan umum industri tambang, dimana pada satu titik cadangan ekonomisnya akan habis. Menurut Cahyo, semua departemen di Berau Coal harus mampu menjawab tantangan itu, sesuai dengan bidang dan kompetensinya. “Untuk bidang saya, yang terpenting adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM). Berau Coal harus mempunyai sumber daya manusia

“Untuk bisa diterima oleh suatu komunitas, satu-satunya cara ya melakukan pendekatan. Kita harus sering main ke komunitas yang kita damping,” yang berkualitas baik secara Knowledge, Skill, Attitude dan yang terpenting adalah produktif,” tegasnya. “Kita tidak bisa memungkiri, bahwa dimana-mana bisnis tambang ini ada life time periodnya.Saya punya mimpi suatu saat jika life time period Berau Coal telah berakhir, Berau Coal tetap bisa dikenang masyarakat maupun dunia usaha karena telah mewariskan dan menciptakan SDM yang andal pada saat beroperasinya, dan ex-karyawannya dapat selalu berkarya dan menjadi profesional yang hebat sesuai bidangnya yang mewarnai dunia industri di Indonesia atau bahkan dunia,” pungkas Cahyo. l

42

PSPM: Menuju Perusahaan Pelayaran Profesional Berawal dari diversifikasi usaha induk perusahaan. Kini sudah mempunyai enam armada. Didorong menjadi perusahaan pelayaran yang profesional.

M

eski beralamat di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Muhammad Iqbal mengaku lebih banyak berada di Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam sebulan, hanya sepekan ia berkumpul bersama anak-istrinya di Banjarbaru. Pilihan itu diambil Iqbal, menyusul usaha tongkangnya yang semakin pesat berkembang, seiring makin tingginya produksi batubara dari belahan timur Borneo. “Baru berencana untuk menambah armada saja, sudah banyak yang pesan, sampai antri,” tuturnya kepada Berau Magazine awal 2013 lalu. Bahkan ujarnya, liku-liku penyediaan tongkang untuk mengangkut batubara, sudah bergaya mirip mafia. Siapa cepat, dia yang dapat. Harga jasa pun sudah jarang diperhitungkan lagi, yang penting batubara sampai ke tujuan. Pengusaha asal Sulawesi Selatan ini tak menampik, menangguk keuntungan sangat besar dari situasi tersebut. Berkaca dari kondisi yang dituturkan Iqbal, tidak salah kiranya keputusan PT Berau Coal Energy Tbk, induk perusahaan PT Berau Coal, mengakuisisi PT Pelayaran Sanditia Perkasa Maritim (PSPM) pada 2011. Langkah strategis itu menjadikan kegiatan pengangkutan batubara hasil produksi Berau Coal lebih terjamin dan efisien. Tidak perlu ikut mengantri tongkang dan membayar dengan harga tak wajar. Seperti dituturkan Shipping Manager & Port Facility Security Officer PT Berau Coal,

Capt. Hasanul Haq Batubara, M. Mar, PSPM merupakan salah satu vendor PT Berau Coal untuk tug and bargs (tongkang, red). Lingkup kerjanya, mengangkut batubara hasil produksi Berau Coal, dari jetty di masing-masing tambang, melalui sungai menuju Muara Pantai untuk dikapalkan ke negara tujuan. Ada beberapa alasan PT Berau Coal Energy Tbk mengakuisisi PSPM. Pertama, untuk menjamin keberlangsungan proses pengangkutan batubara Berau Coal berlangsung lancar dan efisien. Kedua, akuisisi PSPM juga merupakan bagian

dari strategi induk perusahaan, dalam melakukan diversifikasi usaha ke sektor pelayaran dan pengangkutan. Maka dari itu, selain melayani pengangkutan batubara Berau Coal, PSPM juga diarahkan untuk melayani pengangkutan tambangtambang yang lain. Saat ini, kepemimpinan PSPM dipercayakan kepada Wisnu Wahyudin Pettalolo selaku Presiden Direktur, dan Edy Triono selaku Direktur Operasional. Dua tahun setelah diakuisisi PT Berau Coal Energy Tbk, PSPM terus berkembang pesat dan kini telah mempunyai enam armada

43


vendor

Serikat PEKERJA SERIKAT Pekerja

Membumi Sebagai Jembatan Manajemen dan Karyawan

tug and burgs (TB). Yakni TB Perkasa-1, TB Perkasa-2, TB Perkasa-3, TB Perkasa-4, BG PSPM-1, dan BG PSPM-2. “Untuk PT Berau Coal, PSPM melayani pengangkutan batubara dari Tambang Lati dan Suaran,” ujar Capt. Hasanul Haq. Selain PSPM, untuk pengangkutan batubara PT Berau Coal juga dilayani oleh PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Dengan dua vendornya dalam pengangkutan batubara ini, PT Berau Coal praktis tidak pernah mengalami persoalan dalam hal pengiriman ke konsumen. Menurut Hasanul, market PSPM saat ini

memang masih melayani pengangkutan batubara di wilayah Berau. Namun perusahaan ini terus didorong untuk menjadi perusahaan pelayaran yang profesional, sejajar dengan perusahaan pelayaran lainnya. Tingginya produksi batubara di Kalimantan Timur dan wilayah lainnya di Indonesia, merupakan pasar yang bagus untuk pengembangan PSPM. PSPM sendiri diakuisisi oleh PT Berau Coal Energy Tbk pada 18 Mei 2011, dengan membeli 100% saham perusahaan itu dari pemilik sebelumnya, PT Calidal Transshipment. Transaksi itu kemudian disetujui Dewan Komisaris PT Berau Coal Energy Tbk pada 4 April 2011. Langkah ini diharapkan semakin memperkuat keunggulan kompetitif Berau Coal, sebagai produsen batubara berbiaya rendah, dengan skala operasional yang

44

besar dan berpengalaman, dan memiliki pertumbuhan produksi yang konsisten serta mempunyai kualitas hubungan yang prima dengan para pelanggannya. Untuk memastikan hal ini, manajemen Berau Coal pun menerapkan sistem yang memudahkan koordinasi dan pengawasan terhadap semua vendornya, termasuk PSPM. Berau Coal menentukan sejumlah rincian seperti kapasitas peralatan yang digunakan, dan melakukan pertemuan harian, mingguan, dan bulanan dengan vendor, termasuk pemeriksaan keamanan bulanan. Semua operasi pendukung pertambangan yang dilakukan oleh vendor, diawasi oleh karyawan Berau Coal. Mencakup pemeliharaan armada, perbaikan peralatan dan pemeliharaan jalur angkut, serta pengawasan mutu di

semua tahapan operasi pertambangan dan logistik. Terkait industri jasa pengangkutan dan pelayaran, PSPM tergolong pemain lama. Didirikan pada tahun 2000 di Jakarta, PSPM melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang pelayaran, jasa angkutan laut untuk keperluan pengangkutan atau pengiriman barang, berbagai usaha galangan kapal, menjalankan usaha sebagai agen kapal perusahaan pelayaran lain termasuk perantara mengusahakan muatan kapal, sewa-menyewa kapal, dan menjalankan kegiatan sebagai perwakilan perusahaan pelayaran di luar negeri. Akuisisi yang dilakukan PT Berau Coal Energy Tbk terhadap PSPM tidak hanya bernilai strategis bagi Berau Coal, tetapi juga bagi PSPM. Di satu sisi Berau Coal akan mendapatkan jaminan kelancaran pengangkutan batubara, seiring dengan target produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, lewat pengelolaan bersama dibawah induk PT Berau Coal Energy Tbk, PSPM berkesempatan berkembang menjadi perusahaan pelayaran yang profesional. Dibawah PT Berau Coal Energy Tbk, selain mendapatkan order tetap dari PT Berau Coal, PSPM juga diberi kesempatan mengembangkan kegiatan usahanya menjadi lebih luas, dan mampu menjadi jasa pengangkutan batubara untuk perusahaan-perusahaan lain. Secara langsung pula, dibawah payung PT Berau Coal Energy Tbk, PSPM mendapat akses lebih dalam permodalan sehingga dapat melakukan akselerasi pengembangan usaha secara lebih cepat. l

Menjadi ujung tombak aspirasi karyawan. Merevitalisasi kewajiban dan hak organisasi. Mendukung operasional yang berwawasan K3L.

R

uangan itu tidak luas, berisi satu meja besar dan sejumlah kursi, yang cukup untuk menggelar pertemuan 10 – 15 orang. Letaknya di bagian belakang, dengan pintu menghadap ke tembok tinggi pembatas kantor pusat PT Berau Coal dengan komplek bangunan lain. “Dari ruangan kecil ini, kami yakin akan lahir gagasan-gagasan besar,” tutur Apribowo Rossiyanto. Apri, demikian pria ini akrab disapa, awal 2013 lalu baru saja dilantik sebagai Ketua Umum Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan (baca: PUK SP KEP) PT Berau Coal Periode 2013 – 2014. Ia meraih dukungan mayoritas sebanyak 193 suara dari total 417 suara pemilih, dari 5 kandidat calon Ketua Umum dalam Pemilu PUK SP KEP PT Berau Coal, pada November 2012. “Aspirasi suara pemilih merupakan perwakilan dari setiap site di Berau Coal, termasuk kantor Berau Coal di Jakarta, tapi yang dihitung atau suara yang dianggap sah adalah bagi karyawan yang sudah menjadi anggota SP KEP Berau Coal,” tuturnya. Meski menjadi pesta demokrasi ala karyawan Berau Coal, namun menurutnya pemilihan bukanlah agenda utama. “Agenda utama kepengurusan kami adalah membenahi organisasi secara terstruktur dan sistematis. Menandakan organisasi itu hidup atau tidak adalah dapat melahirkan kader-kader pada ke

pengurusan berikutnya,” ujar Apri. Ia menambahkan, Mubes adalah agenda dalam membenahi jantung organisasi melalui penggodokan/ merevisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) organisasi. Perubahan AD/ ART inilah yang menjadi amanat pengurus periode berikutnya, yang pelaksanaannya digawangi oleh

Ketua Umum terpilih. Setelah pembahasan perubahan AD/ART selesai, barulah masuk dalam pembahasan Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum, yang intinya merupakan saringan untuk mendapatkan kepemimpinan dan kepengurusan yang betul-betul amanah. “Sesungguhnya saya tidak punya ambisi pribadi untuk jadi Ketua Umum, karena tugasnya cukup berat. Namun karena panggilan hati yang disampaikan melalui

aspirasi teman-teman, saya tidak bisa menolak amanah ini,” terang Apri yang juga mantan Sekretaris Jendral (Sekjen) Perhimpunan Mahasiswa Pertambangan (Permata) seluruh Indonesia. Beratnya, kata Apri, dia dan jajaran pengurusnya harus mau bekerja ekstra untuk menjalankan visi dan misi organisasi sesuai dengan tujuan perusahaan. “Padahal tugas sehari-hari di site sudah cukup berat,” tutur bapak satu anak yang bertugas di Site Lati Departemen Lati Mine Operation. Setelah terpilih, tugas pertamanya adalah menyusun kepengurusan. Ditunjuklah kemudian Wakil Ketua Umum, Ketua I, Ketua II, Ketua Bidang (Kabid) Penelitian-Pengembangan (Litbang) dan

45


Serikat Pekerja

Organisasi beserta anggotanya, Kabid Hukum, Perlindungan dan Pembelaan beserta anggota, Kabid Kesejahteraan dan Jaminan Sosial, serta Kabid Operasional dan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan). Jajaran Kepengurusan PUK SP KEP PT Berau Coal Periode 2013 – 2014 ini kemudian dilantik Dewan Pimpinan Cabang (DPC) SP KEP Kabupaten Berau, pada 21 Januari 2013. Bertempat di Hotel

rubrikasi

Bumi Segah, pelantikan itu juga disaksikan perwakilan Manajemen PT Berau Coal dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Berau.

Jajaran Pengurus Serikat Pekerja KEP PUK PT Berau Coal Periode 2013 – 2014.

Susunan Pengurus Serikat Pekerja KEP PUK PT Berau Coal Periode 2013 – 2014 Ketua Umum : Apribowo Rossiyanto (Lati Mine Operation Dept)

Wakil Ketua Umum : Muharram (Plan Maintenance Dept) Sekretaris : Siswanto (ER & HSE Training Dept) Bendahara :

Abdul Aziz (Procurement Dept) Ketua I : Puguh Supriyanto (Plan Maintenance Dept) Ketua II : M. Zaini (CPP Binsua / BMO Dept)

Bidang Litbang dan Organisasi: Ketua ; Susanto (Surveying & Geospatial Information Dept)

Anggota : Darliansyah (Procurement Dept / Jakarta ) M. Bahramsyah (External Relations & Land Mgt Dept)

Santiyo (General Affair Dept)

Bidang Hukum, Perlindungan dan Pembelaan: Ketua : Nirwama Anggriawan (Corporate Affairs Dept) Anggota : M. Natsir (Supporting Infra Dev Dept) Mustari (Surveying & Geospatial Information Dept)

Henny Astati (Mine Closure Dept)

Bidang Kesejahteraan dan Jaminan Sosial:

Menggagas Bidang Baru Ditemui pada awal Maret 2013, Apri mengatakan Bidang Operasional dan K3L adalah bidang baru, yang belum ada dalam kepengurusan PUK SP KEP Berau Coal sebelumnya. Bidang ini perlu ada, ujarnya, mengingat pekerja sektor tambang harus benar-benar dilindungi dengan penerapan K3L yang optimal. Operasional pertambangan tidak bisa berjalan baik jika K3L tidak diterapkan dengan konsisten, dan dampaknya akan sangat dirasakan perusahaan serta tentu saja karyawan. Menurut Apri, hadirnya bidang baru ini sejalan dengan visi kepengurusannya, yakni merevitalisasi kewajiban dan hak organisasi serta pekerja untuk mendukung operasional yang berwawasan K3L. Revitalisasi yang diinginkan ialah, PUK SP KEP Berau Coal harus benar-benar dapat menjadi ujung tombak dalam melindungi dan mengayomi karyawan, serta mengawal operasional guna memastikan K3L berjalan dengan baik. Karena seluruh kebijakan

Ketua : Sudrajat (CPP Binsua / BMO Dept) Anggota : M. Fathoni (Com. Dev. Dept) Tedi Asprino (External Relations & Land Mgt Dept)

Bidang Operasional dan K3L: Ketua : Tommy Indarto (Sambarata Mine Operation Dept)

Anggota : Wiena Pasaribu (Occupational Health & Safety Dept)

Dhani Ekya Wahyudi (Shipping Dept)

46

Apribowo Rossiyanto memberikan sambutan dalam Pelantikan Pengurus SP KEP PUK PT Berau Coal Periode 2013 – 2014.

yang berkaitan dengan K3L yang menjalankan adalah karyawan itu sendiri. “Dengan jumlah pekerja Berau Coal 843 orang dan mitra kerja 12,848 orang (data bulan Maret 2013) Serikat Pekerja merupakan organisasi yang strategis guna menjembatani pekerja dan manajemen, dalam mengoptimalkan pelaksanaan K3L pada operasional perusahaan,” tutur Ketua Bidang Operasional dan K3L PUK SP KEP PT Berau Coal, Tommy Indarto yang turut mendampingi Apri dalam wawancara dengan BerauMagz. Tommy pun mengaku telah menyusun sejumlah program kerja di bidangnya. Diantaranya turut serta dalam inspeksiinspeksi K3L yang dilaksanakan oleh perusahaan, dan turut melakukan monitoring yang obyektif pelaksanaan K3L di tataran karyawan. Saat ini, bidangnya juga sedang terlibat dalam mensosialiasikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Apri menambahkan, dengan kehadiran bidang baru di kepengurusan PUK SP KEP PT Berau Coal ini, ia berharap Serikat Pekerja dapat lebih membumi dan dirasakan manfaat kehadirannya, baik oleh karyawan maupun manajemen. Terutama para anggota yang menyisihkan gajinya Rp 10.000,- per bulan untuk iuran SP KEP, harus benar-benar terlindungi dan teradvokasi. “Meskipun menjadi pengurus serikat pekerja ini tidak digaji, tapi kami memulai kepengurusan ini dengan bismillah, dan berharap dapat benar-benar bekerja dengan amanah sebagai ujung tombak aspirasi karyawan, sehingga kehadiran kami disyukuri oleh seluruh anggota,” tandasnya. l

47


rubrikasi

48


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.