Analisis Potensi Desa: Studi Kasus Desa Tertinggal di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya

Page 1

1


ANALISIS POTENSI DESA ANALISIS POTENSI DESA STUDI KASUS DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN CIANJUR DAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BIDANG PENGEMBANGAN POTENSI DESA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PROVINSI JAWA BARAT 2021

2


ANALISIS POTENSI DESA ANALISIS POTENSI DESA STUDI KASUS DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN CIANJUR DAN KABUPATEN TASIKMALAYA

ABSTRAK Dalam melakukan pemerataan pembangunan, pemahaman potensi desa menjadi salah satu metode dalam melakukan intervensi terhadap pembangunan di perdesaan, terutama di kawasan Desa Tertinggal. Setelah diterbitkannya Undang-undang Desa nomor 6 tahun 2014, Desa-Desa di Indonesia memiliki kewenangan yang besar dalam mengatur tata pemerintahan di lingkungan mereka, dengan hak asal-usul dan subsidiaritas. Sejalan dengan itu, pemerataan pembangunan di Desa juga dilakukan secara terstruktur, dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun, yang memberikan gambaran seberapa jauh kemandirian desa yang berbentuk Indeks Komposit. Di Jawa Barat, terdapat 586 Desa dengan status Mandiri, namun masih terdapat 18 Desa Tertinggal. Sebagai pemahaman awal pemetaan potensi desa terhadap Desa Tertinggal, akan dilakukan Pilot Project Pemetaan Potensi Desa melalui penjelasan profil desa terkait, yang dilakukan di 10 (sepuluh) Desa Tertinggal di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan teknik Analisis Deskriptif. Dari 10 (sepuluh) desa tersebut, terlihat bahwa Indeks Komposit Ekonomi (IKE) rata-rata berada di angka 0,415, sehingga fokus analisis akan dilakukan pada komponen dalam IKE. Dari analisis tersebut, akan dihasilkan kesimpulan mengenai rekomendasi pembangunan infrastruktur yang dapat dibangun oleh Desa terkait, sebagai bagian dari upaya peningkatan strata Desa Tertinggal menjadi Desa Berkembang.

3


ANALISIS POTENSI DESA

KATA PENGANTAR Pemetaan potensi desa merupakan salah satu upaya pembinaan yang dapat dilakukan oleh Provinsi kepada Pemerintah Desa dalam rangka pembangunan Desa, yang tertuang dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu, Penulis mencoba mengkolaborasikan berbagai data yang tersedia melalui pemetaan potensi Desa yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan Aktualisasi Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil tahun 2021, sebagai salah satu tugas pokok dan fungsi yang diberikan kepada Penulis sebagai Analis Prasarana Perkotaan dan Perdesaan di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Provinsi Jawa Barat. Penulis berharap, pilot project pemetaan potensi Desa ini bisa menjadi salah satu langkah awal dalam identifikasi pemetaan potensi Desa dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan kepada Pemerintah Desa yang menjadi Kewenangan Provinsi. Meskipun begitu, Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam dokumen ini. Dengan demikian, penulis berharap masukan dan saran yang membangun dari pembaca, agar kedepannya, dokumen akan lebih sempurna dan bermanfaat bagi pembangunan di Perdesaan dan mendukung target Jawa Barat menjadi Provinsi dengan 0 desa Tertinggal.

Bandung, Oktober 2021 Penulis

Bramanti Kusuma Nagari

4


ANALISIS POTENSI DESA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 4 DAFTAR ISI ................................................................................................................ 5 LATAR BELAKANG ................................................................................................... 6 TUJUAN DAN MANFAAT .......................................................................................... 7 KAJIAN LITERATUR ................................................................................................. 8 DESA DAN INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM) ................................................... 8 POTENSI DESA .................................................................................................... 10 KONSEP PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT .................. 11 INFRASTRUKTUR ................................................................................................ 12 METODE ................................................................................................................... 13 DISKUSI DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 14 KECAMATAN CIDAUN, KABUPATEN CIANJUR .................................................. 15 KECAMATAN CIPATUJAH, KABUPATEN TASIKMALAYA .................................. 21 KECAMATAN CIGALONTANG, KABUPATEN TASIKMALAYA ............................ 25 PENUTUP ................................................................................................................. 29

5


ANALISIS POTENSI DESA

LATAR BELAKANG Pengembangan potensi desa merupakan salah satu langkah dalam melakukan pembangunan dan penataan kawasan Desa. Dengan jumlah desa di Jawa Barat yang mencapai 5.312 Desa dan lebih dari 72% warga Jawa Barat tinggal di perdesaan, pemahaman mengenai potensi setiap desa sangat penting, baik secara fisik maupun non-fisik, sehingga pembangunan yang dilakukan bisa tepat sasaran dan mensejahterakan penduduk Desa. Dalam keberjalanannya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki visi “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi” dan 5 (lima) misi yang mengiringinya, salah satunya misi nomor 3, yaitu "Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan Berbasis Lingkungan dan Tata Ruang yang Berkelanjutan melalui Peningkatan Konektivitas Wilayah dan Penataan Daerah" yang dituangkan dalam Program "Gerakan Membangun Desa". Indikator Keberhasilan dari Gerakan Membangun Desa bersumber dari Indeks Desa Membangun (IDM), yang berfungsi sebagai perhitungan kuantitatif keberhasilan pembangunan desa yang diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Pada tahun 2020, posisi Jawa Barat berada dalam posisi ke-5 dengan total 121 Desa Tertinggal. Di tahun 2021, Jawa Barat naik ke peringkat ke-4 atau Provinsi Maju, dengan hingga 2021, ada total 586 Desa Mandiri (kedua di 2021 dengan jumlah Desa Mandiri terbanyak di Indonesia) dan tersisa 18 desa tertinggal. Tabel 1 Jumlah Desa dan Strata Desa berdasarkan Indeks Desa Membangun di Provinsi Jawa Barat

Tahun

Desa Mandiri

Desa Maju

Desa Berkembang

Desa Tertinggal

2020 2021

270 586

1631 2102

3290 2606

121 18

Sumber: Indeks Desa Membangun (2021)

Gambar 1 Perbandingan Jumlah Strata Desa Jawa Barat 2020 - 2021

6

Desa Sangat Tertinggal 0 0


ANALISIS POTENSI DESA

Sebagai langkah awal dalam menuju 0 Desa Tertinggal, pemetaan analisis potensi dalam dokumen ini akan dilakukan kepada 10 (sepuluh) Desa Tertinggal yang ada di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya, yang dijabarkan dalam Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 IDM 10 (sepuluh) Desa Tertinggal di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya NAMA KECAMATAN

NAMA DESA

Cidaun Cidaun Cidaun Cidaun Cipatujah Cipatujah Cipatujah Cigalontang Cigalontang Cigalontang

Cibuluh Gelarpawitan Gelarwangi Jayapura Nagrog Pameutingan Sukahurip Cidugaleun Parentas Sirnagalih Rata-rata Sumber: Indeks Desa Membangun (2021)

IKS

IKE

IKL

NILAI IDM

0,5429 0,6686 0,5943 0,6857 0,6686 0,6514 0,6743 0,6857 0,68 0,7257 0,65772

0,4833 0,4833 0,4 0,4167 0,35 0,45 0,4 0,4167 0,3667 0,3833 0,415

0,6 0,6 0,8 0,6667 0,6 0,6667 0,6 0,5333 0,6 0,6 0,62667

0,5421 0,584 0,5981 0,5897 0,5395 0,5894 0,5581 0,5452 0,5489 0,5697 0,56647

Mengacu pada Tabel 2 di atas, 10 (sepuluh) Desa tertinggal yang ada di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketertinggalan dari sisi Ekonomi, seperti tergambar pada Indeks Komposit Ekonomi (IKE) yang masih berada pada rata-rata 0,415. Sedangkan, untuk Indeks Komposit Sosial (IKS) dan Indeks Komposit Lingkungan (IKL), rata-rata berada pada 0,6577 dan 0,6266, yang sudah masuk kategori Berkembang. Untuk itu, analisis akan difokuskan kepada penggalian potensi yang menunjang peningkatan pada komponen IKE. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melalui Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 dan Peraturan Gubernur nomor 58 tahun 2016, memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan dan fasilitasi kepada Desa dalam bentuk intervensi pembangunan melalui rekomendasi potensi desa, baik fisik maupun non-fisik. Sebagai salah satu langkah intervensi dalam meningkatkan IDM Desa Tertinggal di Jawa Barat, diperlukan pemahaman mendalam terhadap tiga indikator yang ada dalam IDM sebagai dasar dari pemetaan potensi desa.

TUJUAN DAN MANFAAT Laporan Analisis Potensi Desa: Studi Kasus Desa Tertinggal Di Kabupaten Cianjur Dan Kabupaten Tasikmalaya ini dibentuk sebagai bagian dari pilot project Analisis Potensi Desa yang dilakukan pada 10 (sepuluh) dari 18 (delapan belas) Desa Tertinggal yang ada di Jawa Barat, dan rekomendasi prasarana kepada Desa terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pembangunan dan penataan daerah.

7


ANALISIS POTENSI DESA

KAJIAN LITERATUR Desa dan Indeks Desa Membangun (IDM) Desa, seperti dijelaskan Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, merupakan "kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia". Desa memiliki hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui oleh pemerintah nasional (Soemardjan, 2000). Diterbitkannya Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 merupakan pengakuan bahwa pemerataan pembangunan perlu dilakukan, terutama di daerah perdesaan. IDM dikembangkan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi atau Kemendes PDTT melalui Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun. Acuan ini digunakan sebagai kerangka kerja dalam pembangunan berkelanjutan yang mengkolaborasikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk menjaga potensi serta bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan Desa. Kolaborasi antara aktivitas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa diharapkan dapat menghasilkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, dengan penguatan nilai-nilai lokal dan budaya setempat, ramah lingkungan dengan mengelola potensi sumber daya alam secara baik dan berkelanjutan. IDM merupakan indeks komposit yang dihasilkan dari rata rata indeks ketahanan ekologi (IKL), indeks ketahanan ekonomi (IKE) dan indeks ketahanan sosial (IKS) setiap desa. Formulasi dari Indeks Desa Membangun (IDM) adalah sebagai berikut : 1 𝐼𝐷𝑀 = + 𝐼𝐾𝐿 + 𝐼𝐾𝐸 + 𝐼𝐾𝑆 3 Keterangan: IDM = Indeks Desa Membangun; IKL = Indeks Ketahanan Lingkungan; IKE = Indeks Ketahanan Ekonomi, dan; IKS = Indeks Ketahanan Sosial Berdasarkan perhitungan di atas, akan menghasilkan indeks komposit yang kemudian menjadi klasifikasi Strata Desa sebagai berikut: 1. Desa Sangat Tertinggal : IDM ≤ 0,4907 2. Desa Tertinggal : 0,4907 < IDM ≤ 0,5989 3. Desa Berkembang : 0,5989 < IDM ≤ 0,7072 4. Desa Maju : 0,7072 < IDM ≤ 0,8155 5. Desa Mandiri : IDM > 0,8155

8


ANALISIS POTENSI DESA Terdapat 47 dimensi komposit dalam IDM, yang dijabarkan pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Daftar Dimensi dalam Indeks Desa Membangun (IDM) DIMENSI INDEKS KOMPOSIT SOSIAL (IKS)

Pelayanan Kesehatan KESEHATAN Keberdayaan Masyarakat Untuk Kesehatan Jaminan Kesehatan

Jarak ke sarana kesehatan terdekat Jumlah Sarana Kesehatan Ketersediaan Tenaga Kesehatan(bidan,Dokter dan Nakes Lain) Akses ke poskesdes, polindes atau posyandu Tingkat Aktivitas Posyandu Tingkat Kepesertaan BPJS Akses Pendidikan Dasar SD/MI < 3 KM Akses Pendidikan SMP/MTs < 6 KM

Akses Pendidikan DasarMenengah

Akses Pendidikan SMA/SMK/MA < 6 KM Pendidikan Dasar SD/MI < 3 KM Pendidikan SMP/MTs < 6 KM

PENDIDIKAN

Pendidikan SMA/SMK/MA < 6 KM Kegiatan PAUD Akses Pendidikan Non Formal

Kegiatan PKBM/Paket A-B-C Kegiatan Kursus

Akses Pengetahuan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat atau Perpusatkaan Desa Kebiasaan Gotong Royong

Solidaritas Sosial

Keterbukaan Ruang Publik Terdapat Kelompok Olahraga Terdapat Kegiatan Olahraga Keragaman Suku/Etnis di Desa

Toleransi

Bahasa Sehari-hari Warga Desa

MODAL SOSIAL

Agama Mayoritas Warga Desa Tersedianya Sarana Pos Kamling di Desa Rasa Aman Warga Desa

Partisipasi Warga Siskamling Kejadian Perkelahian Massal di desa

Kesejahteraan Sosial Akses Air Bersih dan Layak Minum Akses ke Fasilitas Sanitasi PERMUKIMAN

Akses Ke Fasilitas Listrik Akses Fasilitas Informasi dan Komunikasi

Terdapat Akses ke Sekolah Luar Biasa Terdapat Penyandang Kesejahteraan Sosial ( Anjal dan Pengemis) Mayoritas Warga MemilikI Sumber Air layak Minum Akses Warga Memiliki Air Mandi dan Mencuci Mayoritas Warga Memiliki Jamban Terdapat Tempat Pembuangan Sampah (Sementara) Jumlah Keluarga yang telah memiliki aliran listrik Warga Memiliki Telepon seluler dan Sinyal Kuat Akses Internet di Kantor Desa Terdapat Akses Internet untuk warga

DIMENSI INDEKS KOMPOSIT EKONOMI (IKE)

9


ANALISIS POTENSI DESA KERAGAMAN PRODUKSI

Keragaman Produksi Masyarakat Desa

PERDAGANGAN

Tersedianya Pusat Perdagangan

Terdapat Lebih dari Satu Jenis Kegiatan Ekonomi Penduduk Terdapat Teknologi Tepat Guna di Desa Akses Penduduk ke Pusat Perdagangan (Pertokoan, Pasar Permanen) Terdapat Pasar Desa Terdapat Sektor Perdagangan (warung minimarket)

AKSES DISTRIBUSI

Akses Distribusi Logistik

Terdapat Kantor Pos dan Jasa Logistik

AKSES KREDIT

Akkses Terhadap lembaga Keuangan dan Perkreditan

Tersedianya Lembaga Pebankan Umum dan BPR

LEMBAGA EKONOMI

Lembaga Ekonomi

KETERBUKAAN WILAYAH

Keterbukaan Wilayah

Akses Penduduk ke Kredit Tersedianya Lembaga Ekonomi Rakyat (Koperasi)/Bumdes Terdapat Usaha Kedai makanan, Restoran, Hotel dan Penginapan Terdapat Moda (Angkutan Umum, Trayek Reguler dan Jam Operasi) Jalan yang Dapat Dilalui oleh Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih Kualitas Jalan Desa

DIMENSI INDEKS KOMPOSIT LINGKUNGAN (IKL) KUALITAS LINGKUNGAN POTENSI DAN TANGGAP BENCANA

Kualitas Lingkungan Potensi Rawan Bencana Tanggap Bencana

Pencemaran Air, Tanah dan Udara Kejadian Bencana Alam (Banjir, Tanah Longsor, Kebakaran Hutan) Upaya/Tindakan terhadap Potensi Bencana Alam

Sumber: Indeks Desa Membangun, 2021

Potensi Desa Potensi Desa bermakna kemampuan, kekuatan, dan daya yang dimiliki, namun belum secara optimal diwujudkan (Soemardjan, 2000). Dalam Soleh (2015), potensi desa merupakan daya, kekuatan, dan kemampuan yang dimilki sebuah Desa yang memiliki posibilitas untuk dikembangkan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi Desa dapat dikategorikan menjadi dua bagian, antara lain potensi fisik dan potensi non-fisik. Potensi tersebut dijelaskan pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Jenis Potensi Desa menurut Soleh (2017)

Potensi Fisik Tanah Tanah memiliki bermacam-macam jenis, yang tidak hanya bermanfaat untuk tempat tumbuhnya tanaman, namun juga berpotensi memiliki fungsi dalam pertambangan dan lahan.

Air

Potensi Non-Fisik Masyarakat Desa Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan produktivitas, semangat gotong-royong dan kekeluargaan yang erat, dan merupakan spirit dalam pembangunan perdesaan. Di samping itu, tingkat pendidikan, dan keterampilan masyarakat menjadi salah satu faktor yang menentukan pembangunan desa. Lembaga dan Organisasi Sosial Desa badan perkumpulan yang membantu 10


ANALISIS POTENSI DESA Air sangat berfungsi sebagai pendukung kehidupan manusia, diantaranya untuk minum, mandi, mencuci hingga menjadi pembangkit listrik .

masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari, misalnya Lembaga Kemasyarakatan Desa, Lembaga Pendidikan, Lembaga Ekonomi, hingga Lembaga Kesehatan

Iklim Dalam kehidupan manusia, iklim dapat menentukan potensi desa, misalnya iklim panas dan dingin yang dapat menentukan tanaman apa yang bisa tumbuh baik di suatu lokasi Lingkungan geografis termasuk letak geografis desa, luas wilayah, sumber daya alam, dan penggunaan lahan Ternak Hewan ternak di wilayah perdesaan merupakan sumber tenaga dan gizi bagi masyarakat pedesaan dan juga perkotaan.

Aparatur dan pamong desa Sebagai pelaksana pemerintahan desa, aparatur dan pamong desa akan sangat berpengaruh pada perkembangan dan keberjalanan sebuah Desa.

Sementara itu, Soleh (2017) juga mengkategorikan potensi Desa berdasarkan jenis wilayahnya, antara lain: 1. wilayah desa berpotensi tinggi, dimana Desa memiliki tanah yang subur, kontur yang cenderung rata/landai, serta memiliki irigasi yang memadai. 2. wilayah desa berpotensi sedang, dimana Desa memiliki jenis tanah yang agak subur, namun kontur lahannya tidak rata, dan memiliki irigasi sebagian teknis dan semiteknis; dan 3. wilayah desa berpotensi rendah, dimana tanah yang berada di Desa cenderung tidak subur, konturnya kasar/ berbentuk perbukitan, dan sumber air yang hanya bergantung pada curah hujan. Sebetulnya, pendataan Potensi Desa (Podes) sudah dilakukan pada tahun 2014 yang bertujuan untuk pendataan mengenai keberadaan, ketersediaan, dan perkembangan potensi dari setiap wilayah administrasi. Pendataan dilakukan di wilayah administrasi pemerintahan yang telah memiliki batas wilayah yang definitif, memiliki penduduk tetap di wilayah tersebut, dan memiliki pemerintahan yang sah dan berdaulat. (BPS, 2014).

Konsep Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan menurut Effendi (2014) adalah sebuah upaya dalam memanfaatkan sumber daya yang terdapat di wilayah tersebut maupun dari sumber lainnya yang direncanakan dan berkelanjutan, dengan menggunakan prinsip daya guna dan hasil guna sehingga hasilnya merata dan berkeadilan. Agar pembangunan tersebut berjalan merata dan berkelanjutan, pendekatan dalam pembangunan harus berorientasi pada masyarakat sebagai "figur sentral", yang artinya pembangunan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, baik dalam dimensi fisik maupun dimensi 11


ANALISIS POTENSI DESA sosial-budaya (Patton, 2005). Pembangunan tanpa pelibatan masyarakat akan berujung pada ketidakberlanjutan pemeliharaan dan operasional dari pembangunan itu sendiri (Masduqi et al, 2008; Kusumastuti, 2015). Prasetyo dan Sonny (2020) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi IDM, diantaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Luas Area Desa, Jumlah Populasi Desa, serta Surplus dan Deficit di Level Regional, dimana IPM dan Jumlah populasi berkorelasi positif pada IDM, sedangkan Luas Area dan Surplus dan Deficit di Level Regional memiliki korelasi negatif dengan IDM. Dari penelitian tersebut, dihasilkan beberapa rekomendasi, antara lain peningkatan di bidang pendidikan dan kesehatan, pengurangan angka pengangguran dengan menciptakan banyak lapangan kerja, peningkatan akses melalui infrastruktur fisik yang mampu membawa multiplier effects terhadap peningkatan ekonomi desa, mendorong kolaborasi antar warga Desa sehingga mampu terjadi peningkatan ekonomi, dan penguatan kapasitas keuangan. Dapat disimpulkan, bahwa pembangunan fisik harus disertai dengan peningkatan kapasitas masyarakat, melalui pendidikan, produktivitas, dan kesehatan dari masyarakat Desa.

Infrastruktur Infrastruktur merupakan sarana penunjang pelaksanaan pelayanan publik dan kehidupan masyarakat, seperti diantaranya sarana penyediaan air bersih, prasarana jalan dan jembatan, listrik, sarana pendidikan dan kesehatan, transportasi, serta teknologi dan informasi, hingga sanitasi dan persampahan (Effendi, 2014). Latif et al. (2019) menambahkan, Infrastruktur merupakan bentuk dasar dari sistem fisik, yang memudahkan manusia memiliki akses kepada air bersih dan sanitasi, bangunan gedung, transportasi, dan fasilitas lainnya untuk menunjang kehidupan ekonomi dna sosial. Pengembangan sarana dan infrastruktur yang memadai mampu mendukung pengembangan wilayah (Kateja & Maurya, 2011) serta mengurangi kesenjangan pendapatan ekonomi masyarakat Desa (Sukwika, 2018). Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan sudah tentu akan mengangkat kemandirian sebuah Desa dan memudahkan pengembangan potensi desa itu sendiri. Pembangunan Infrastruktur juga perlu diimbangi dengan pengembangan kapasitas sumber daya manusia (Mustanir dan Jusman, 2016). Menurut Kemendesa PDTT, tiga infrastruktur prioritas yang didanai oleh Dana Desa adalah Jalan Desa, Jembatan Desa, serta Irigasi Desa (Perkasa dan Dinisari, 2016).

12


ANALISIS POTENSI DESA

METODE Dalam dokumen ini, akan dilakukan identifikasi dan pendataan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai IDM, khususnya dalam Indeks Komposit Ekonomi (IKE) sebagai fokus dalam peningkatan nilai IDM di 10 (sepuluh) Desa Tertinggal. Studi kasus akan digunakan menggunakan analisis deskripsi campuran sederhana yang digunakan sebagai metode dalam memeriksa dan menginterpretasi yang hasilnya dapat menjadi bahas pertimbangan dalam menghasilkan rekomendasi infrastruktur. Isian kuesioner yang dipublikasi melalui IDM akan menjadi sumber data sekunder. Komponen dari IKE yang akan dibahas adalah sebagai berikut: Tabel 5 Indeks Komposit Ekonomi (IKE)

Indeks Komposit Ekonomi (IKE) Terdapat Lebih dari Satu Jenis Kegiatan KERAGAMAN Keragaman Produksi Ekonomi Penduduk PRODUKSI Masyarakat Desa Terdapat Teknologi Tepat Guna di Desa Akses Penduduk ke Pusat Perdagangan (Pertokoan, Pasar Permanen) Tersedianya Pusat PERDAGANGAN Terdapat Pasar Desa Perdagangan Terdapat Sektor Perdagangan (warung minimarket) AKSES Akses Distribusi Terdapat Kantor Pos dan Jasa Logistik DISTRIBUSI Logistik Tersedianya Lembaga Pebankan Umum Akkses Terhadap dan BPR AKSES KREDIT lembaga Keuangan dan Perkreditan Akses Penduduk ke Kredit Tersedianya Lembaga Ekonomi Rakyat (Koperasi)/Bumdes LEMBAGA Lembaga Ekonomi EKONOMI Terdapat Usaha Kedai makanan, Restoran, Hotel dan Penginapan Terdapat Moda (Angkutan Umum, Trayek Reguler dan Jam Operasi) KETERBUKAAN Jalan yang Dapat Dilalui oleh Keterbukaan Wilayah WILAYAH Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih Kualitas Jalan Desa

13


ANALISIS POTENSI DESA

DISKUSI DAN PEMBAHASAN Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bagian Latar Belakang dan Bagian Metode, penjelasan mengenai pemetaan potensi desa akan dibahas untuk 10 (sepuluh) desa di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya. Keduanya terletak di bagian selatan Pulau Jawa, yang juga termasuk ke dalam Struktur Geografi Endapan Sedimen Miosen dan Endapan Batugamping Miosen (Sampurno, 1976). Pegunungan Jawa Bagian selatan dikenal dengan daerah Andesit tua dengan karakteristik tanah yang cenderung kurang subur karena struktur tanah terdiri dari batuan dan lapisan penutup tanah yang tipis. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan banyak terkandung mineral-mineral berharga yang ada di wilayah pegunungan selatan Jawa Barat ini. Geografi dari Pulau Jawa Bagian Barat ditampilkan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Peta Geografi Regional Jawa Barat (Sampurno, 1976)

14


ANALISIS POTENSI DESA

KECAMATAN CIDAUN, KABUPATEN CIANJUR Kecamatan Cidaun merupakan kecamatan yang terletak di selatan Kabupaten Cianjur, dengan topografi yang beragam, dari mulai dataran tinggi hingga pesisir pantai. Secara lokasi, ada 4(empat) Desa Tertinggal yang terletak di Kecamatan Cidaun, seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 Peta Kecamatan Cidaun Keempat desa tertinggal tersebut yaitu Desa Cibuluh, Desa Gelarpawitan, Desa Gelarwangi, dan Desa Jayapura. Secara lokasi, Desa Cibuluh bersebelahan dengan Desa Gelarpawitan dan cukup dekat dengan Desa Gelarwangi dengan jenis tanah dan topografi yang hampir sama. Namun, ketiga Desa tersebut terletak sangat jauh dari Desa Jayapura, yang terletak di area pesisir Kabupaten Cianjur. Dari keempat Desa Tertinggal di Kecamatan Cidaun, ada beberapa catatan yang dapat ditarik mengenai karakteristik Desa dan kaitannya dengan rekomendasi pembangunan di Desa yang berkaitan dengan IKE, antara lain: 1. Desa Cibuluh dan Desa Gelarpawitan memiliki lokasi yang berdempetan, benefit akan didapatkan jika trayek angkutan yang melewati Desa Gelarpawitan juga melintas dan memiliki beberapa pemberhentian di Desa Cibuluh. Hal ini akan berdampak pada mobilitas dan konektivitas antar Desa, dan keluar masuk Desa. Hal ini dapat meningkatkan IKE dari kedua desa, yang poinnya sama yaitu 0.4833. 2. Desa Cibuluh dan Desa Gelarpawitan dapat mendirikan BUMDes bersama yang apabila dikelola dengan baik, akan menghasilkan keuntungan bersama dari hasil kolaborasi, baik dalam hal kemudahan distribusi, lahan, serta sharing knowledge. 3. Desa Gelarwangi perlu melakukan penguatan ke akses perbankan/perkreditan, karena lembaga ekonomi tersebut memberikan akses permodalan kepada

15


ANALISIS POTENSI DESA

4.

5.

masyarakat, serta memberikan kesempatan pemilik bisnis untuk memperluas bisnisnya baik di lingkungan Desa, maupun keluar Desa. Desa Jayapura perlu mengembangkan pengelolaan pusat perdagangan di lingkungan Desa, agar terjadi perputaran ekonomi. Pengelolaan bisa melalui penguatan BUMDes, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya yang sesuai kaidah yang berlaku. Peningkatan layanan digital dengan peningkatan sinyal internet dan pemanfaatan e-commerce juga menjadi pertimbangan dalam peningkatan Omset BUMDes dan penjualan produk lainnya.

16


ANALISIS POTENSI DESA

17


ANALISIS POTENSI DESA

18


ANALISIS POTENSI DESA

19


ANALISIS POTENSI DESA

20


ANALISIS POTENSI DESA

KECAMATAN CIPATUJAH, KABUPATEN TASIKMALAYA

Gambar 4 Peta Kecamatan Cipatujah

Dari ketiga Desa Tertinggal di Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, ada beberapa catatan yang dapat ditarik mengenai karakteristik Desa dan kaitannya dengan rekomendasi pembangunan di Desa yang berkaitan dengan IKE, antara lain: 1. Dengan wilayah desa berdempetan, seperti terlihat pada Gambar 4, peningkatan aksesibilitas bisa dilakukan secara terintegrasi di ketiga Desa. 2. Ketiga Desa dapat membentuk pengelolaan bisnis bersama melalui BUMDes dan kerjasama antar desa di beberapa bidang, sehingga akan menghasilkan keuntungan bersama dari hasil kolaborasi, baik dalam hal kemudahan distribusi, lahan, serta sharing knowledge. 3. Ketiga Desa terkait perlu melakukan penguatan ke akses perbankan/perkreditan, karena lembaga ekonomi tersebut memberikan akses permodalan kepada masyarakat, serta memberikan kesempatan pemilik bisnis untuk memperluas bisnisnya baik di lingkungan Desa, maupun keluar Desa. 4. Ketiga Desa juga perlu mengembangkan pengelolaan pusat perdagangan di lingkungan Desa, agar terjadi perputaran ekonomi, terutama karena masingmasing Desa memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam produk unggulan Desa. Akan sangat baik apabila ada akses distribusi logistik yang memudahkan Desa-Desa untuk mengirimkan produk mereka ke offtaker, distributor, atau langsung pada konsumen. 5. Peningkatan layanan digital dengan peningkatan sinyal internet dan pemanfaatan e-commerce juga menjadi pertimbangan dalam peningkatan Omset BUMDes dan penjualan produk lainnya.

21


ANALISIS POTENSI DESA

22


ANALISIS POTENSI DESA

23


ANALISIS POTENSI DESA

24


ANALISIS POTENSI DESA

KECAMATAN CIGALONTANG, KABUPATEN TASIKMALAYA

Gambar 5 Peta Kecamatan Cigalontang

Dari ketiga Desa Tertinggal di Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, ada beberapa catatan yang dapat ditarik mengenai karakteristik Desa dan kaitannya dengan rekomendasi pembangunan di Desa yang berkaitan dengan IKE, antara lain: 1. Desa Parentas dan Desa Cidugaleun dapat melakukan beberapa kerjasama antar desa, karena dengan potensi jumlah kegiatan ekonomi masyarakat yang cukup banyak bisa menjadi kekuatan pengembangan ekonomi desa. Kerjasama Desa diatur dalam Permendagri nomor 96 tahun 2017 tentang Kerja Sama Desa di Bidang Pemerintahan Desa. 2. Desa Parentas dan Desa Cidugaleun dapat bersama-sama melakukan peningkatan aksesibilitas, untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi dari banyaknya keragaman ekonomi di masing-masing Desa. Pengelolaan bisnis bersama melalui BUMDes dan kerjasama antar desa di beberapa bidang, sehingga akan menghasilkan keuntungan bersama dari hasil kolaborasi, baik dalam hal kemudahan distribusi, lahan, serta sharing knowledge. 3. Desa Sirnagalih memiliki aksesibiltas yang baik, hanya saja masih perlu melakukan penguatan ke akses perbankan/perkreditan. 4. Ketiga Desa juga perlu mengembangkan pengelolaan pusat perdagangan di lingkungan Desa, agar terjadi perputaran ekonomi, terutama karena masingmasing Desa memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam produk unggulan Desa. Akan sangat baik apabila ada akses distribusi logistik yang memudahkan Desa-Desa untuk mengirimkan produk mereka ke offtaker, distributor, atau langsung pada konsumen. 5. Peningkatan layanan digital dengan peningkatan sinyal internet dan pemanfaatan e-commerce juga menjadi pertimbangan dalam peningkatan Omset BUMDes dan penjualan produk lainnya.

25


ANALISIS POTENSI DESA

26


ANALISIS POTENSI DESA

27


ANALISIS POTENSI DESA

28


ANALISIS POTENSI DESA

PENUTUP Pembangunan di Jawa Barat tidak terlepas dari usaha pengembangan Desa-Desa menjadi Mandiri. Desa yang Mandiri menjadi pondasi kemajuan di Jawa Barat, karena sebagian besar penduduk Jawa Barat tinggal dan bekerja di Perdesaan. Untuk itu, pengembangan potensi desa menjadi salah satu cara dalam melakukan pembangunan, baik dari sisi potensi fisik maupun potensi non-fisik. Dalam menelaan pembangunan di Jawa Barat, diperlukan adanya data-driven process, dimana data berperan sebagai basis pengambilan kebijakan, baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga Desa. Untuk itu, Jawa Barat memiliki Indeks Desa Membangun sebagai acuan pembangunan dalam bentuk indeks kuantitatif. Berdasarkan data yang disadur dari Indeks Desa Membangun, 10 (sepuluh) diantara 18 (delapan belas) Desa-desa Tertinggal di Jawa Barat terletak di daerah selatan Jawa Barat, yang kaya akan sumber daya alam dan mineral berharga, akibat proses pembentukan permukaan tanah bertahun-tahun lamanya. Meskipun begitu, banyak potensi yang belum tergali secara baik, yang menyebabkan Indeks Komposit Ekonomi (IKE) kesepuluh Desa ini menjadi tertinggal, atau di rata-rata sekitar 0,415. Untuk itu, penelahaan berdasarkan komponen Indeks Komposit Ekonomi (IKE) dapat dijadikan rujukan untuk menghasilkan beberapa rekomendasi pembangunan di Desa terkait. Aksesibilitas dan kualitas jalan menjadi fokus utama dalam pembangunan, baik dalam bentuk jalan Desa, Jembatan Desa, dan Angkutan Umum Desa, karena aksesibilitas akan terkait dengan jalur keluar masuk Desa serta distribusi barang dan jasa dari dan keluar Desa. Selanjutnya, 7 (tujuh) dari sepuluh desa tidak memiliki pusat perdagangan dan bisnis, yang akan menyulitkan perputaran ekonomi dari perdagangan komoditas-komoditas yang akan menguntungkan masyarakat. Hal ini juga terkait dengan minimnya lembaga ekonomi yang mengurus perputaran uang dalam bentuk kredit, terutama di Desa Tertinggal di Kecamatan Cipatujah. Terakhir, distribusi barang sudah tentu akan membutuhkan pengelolaan dalam bidang logistik, sehingga bisnis di Desa bisa berjalan dengan baik. Diharapkan dengan adanya data driven analysis dalam bentuk deskripsi diatas, pemerintah Desa dan Masyarakat Desa dapat menganggarkan dan melakukan pembangunan sesuai dengan potensi dan kekurangannya masing-masing.

29


ANALISIS POTENSI DESA

DAFTAR PUSTAKA Jurnal dan Prosiding Bawono, I. R. (2019). Optimalisasi potensi desa di Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia. Effendi, Akbar (2014). Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan Pembangunan Fisik di Desa Salingkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan, 2014, Fathia, A. N., Rahmawati, R., & Tarno, T. (2016). Analisis klaster kecamatan di kabupaten semarang berdasarkan potensi desa menggunakan metode ward dan single linkage. Jurnal Gaussian, 5(4), 801-810. Kateja, A., & Maurya, N. (2011). Inequality in Infrastructure and Economic Development: Interrelationship Re-Examined. The Indian Economic Journal, 58(4), 111-127. Kusumastuti, A. (2015). Modal sosial dan mekanisme adaptasi masyarakat pedesaan dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 81-97. Latif, A., Irwan, I., Rusdi, M., Mustanir, A., & Sutrisno, M. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Timoreng Panua Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(1), 1-15. Masduqi, A., Endah, N., & Soedjono, E. S. (2008). Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Brantas Bagian Hilir. In Naskah dipresentasikan dalam seminar nasional Pascasarjana VIII-ITS. Mustanir, A., & Jusman, J. (2016). Implementasi Kebijakan dan Efektivitas Pengelolaan terhadap Penerimaan Retribusi di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang. AKMEN Jurnal Ilmiah, 13(3). Patton, A. (2005). Asset Based Community Development: Strategi Pembangunan Di Era Otonomi Daerah. Jurnal FISIP Universitas Mulawarman. Prasetyo, A. D., & Sonny, E. (2020). The Analysis of Determinants of Developing Village Index in Indonesia. The Asian Journal of Technology Management, 13(2), 158-172. Salsabila, N. Z. (2018). Penerapan Analisis Faktor Untuk Mengidentifikasi Potensi Kecamatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Soemardjan, S. (Ed.). (2000). Menuju tata Indonesia baru. Gramedia Pustaka Utama. Soleh, A. (2017). Strategi pengembangan potensi desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 32-52. Sukwika, T. (2018). Peran pembangunan infrastruktur terhadap ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia. Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 6(2), 115130. 30


ANALISIS POTENSI DESA Sunjaya, A., Noor, T. I., & Isyanto, A. Y. Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Bangunan, 7(74), 7-89. Widiastuti, A., & Nurhayati, A. S. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Desa Wisata Nganggring Sleman. Jurnal Ilmiah WUNY, 1(1). Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Undang-undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya 2011 - 2013. Dapat diakses di https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM _1482982310BAB_2_RPIJM_Kab_Tasik.pdf (diakses pada 12 Oktober 2021) Media dan Sumber Online Perkasa, A., Dinisari, M.C. (2016). Bisnis.com. Dapat diakses di https://ekonomi.bisnis.com/read/20160307/9/525767/dana-desa-ini-3-jenisinfrastruktur-prioritas-di-desa. (diakses pada 1 Oktober 2021)

31


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.