3 minute read
PENUTUP
from Analisis Potensi Desa: Studi Kasus Desa Tertinggal di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya
Pembangunan di Jawa Barat tidak terlepas dari usaha pengembangan Desa-Desa menjadi Mandiri. Desa yang Mandiri menjadi pondasi kemajuan di Jawa Barat, karena sebagian besar penduduk Jawa Barat tinggal dan bekerja di Perdesaan. Untuk itu, pengembangan potensi desa menjadi salah satu cara dalam melakukan pembangunan, baik dari sisi potensi fisik maupun potensi non-fisik. Dalam menelaan pembangunan di Jawa Barat, diperlukan adanya data-driven process, dimana data berperan sebagai basis pengambilan kebijakan, baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga Desa. Untuk itu, Jawa Barat memiliki Indeks Desa Membangun sebagai acuan pembangunan dalam bentuk indeks kuantitatif.
Berdasarkan data yang disadur dari Indeks Desa Membangun, 10 (sepuluh) diantara 18 (delapan belas) Desa-desa Tertinggal di Jawa Barat terletak di daerah selatan Jawa Barat, yang kaya akan sumber daya alam dan mineral berharga, akibat proses pembentukan permukaan tanah bertahun-tahun lamanya. Meskipun begitu, banyak potensi yang belum tergali secara baik, yang menyebabkan Indeks Komposit Ekonomi (IKE) kesepuluh Desa ini menjadi tertinggal, atau di rata-rata sekitar 0,415. Untuk itu, penelahaan berdasarkan komponen Indeks Komposit Ekonomi (IKE) dapat dijadikan rujukan untuk menghasilkan beberapa rekomendasi pembangunan di Desa terkait.
Advertisement
Aksesibilitas dan kualitas jalan menjadi fokus utama dalam pembangunan, baik dalam bentuk jalan Desa, Jembatan Desa, dan Angkutan Umum Desa, karena aksesibilitas akan terkait dengan jalur keluar masuk Desa serta distribusi barang dan jasa dari dan keluar Desa. Selanjutnya, 7 (tujuh) dari sepuluh desa tidak memiliki pusat perdagangan dan bisnis, yang akan menyulitkan perputaran ekonomi dari perdagangan komoditas-komoditas yang akan menguntungkan masyarakat. Hal ini juga terkait dengan minimnya lembaga ekonomi yang mengurus perputaran uang dalam bentuk kredit, terutama di Desa Tertinggal di Kecamatan Cipatujah. Terakhir, distribusi barang sudah tentu akan membutuhkan pengelolaan dalam bidang logistik, sehingga bisnis di Desa bisa berjalan dengan baik. Diharapkan dengan adanya data driven analysis dalam bentuk deskripsi diatas, pemerintah Desa dan Masyarakat Desa dapat menganggarkan dan melakukan pembangunan sesuai dengan potensi dan kekurangannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dan Prosiding
Bawono, I. R. (2019). Optimalisasi potensi desa di Indonesia. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Effendi, Akbar (2014). Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan Pembangunan Fisik di Desa Salingkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu
Pemerintahan, 2014, Fathia, A. N., Rahmawati, R., & Tarno, T. (2016). Analisis klaster kecamatan di kabupaten semarang berdasarkan potensi desa menggunakan metode ward dan single linkage. Jurnal Gaussian, 5(4), 801-810. Kateja, A., & Maurya, N. (2011). Inequality in Infrastructure and Economic
Development: Interrelationship Re-Examined. The Indian Economic Journal, 58(4), 111-127. Kusumastuti, A. (2015). Modal sosial dan mekanisme adaptasi masyarakat pedesaan dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur. MASYARAKAT:
Jurnal Sosiologi, 81-97. Latif, A., Irwan, I., Rusdi, M., Mustanir, A., & Sutrisno, M. (2019). Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Timoreng Panua
Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Moderat: Jurnal Ilmiah
Ilmu Pemerintahan, 5(1), 1-15. Masduqi, A., Endah, N., & Soedjono, E. S. (2008). Sistem Penyediaan Air Bersih
Perdesaan Berbasis Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Brantas Bagian
Hilir. In Naskah dipresentasikan dalam seminar nasional Pascasarjana VIII-ITS. Mustanir, A., & Jusman, J. (2016). Implementasi Kebijakan dan Efektivitas
Pengelolaan terhadap Penerimaan Retribusi di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu
Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang. AKMEN Jurnal Ilmiah, 13(3). Patton, A. (2005). Asset Based Community Development: Strategi Pembangunan Di
Era Otonomi Daerah. Jurnal FISIP Universitas Mulawarman. Prasetyo, A. D., & Sonny, E. (2020). The Analysis of Determinants of Developing
Village Index in Indonesia. The Asian Journal of Technology Management, 13(2), 158-172. Salsabila, N. Z. (2018). Penerapan Analisis Faktor Untuk Mengidentifikasi Potensi
Kecamatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 (Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember). Soemardjan, S. (Ed.). (2000). Menuju tata Indonesia baru. Gramedia Pustaka
Utama. Soleh, A. (2017). Strategi pengembangan potensi desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 32-52. Sukwika, T. (2018). Peran pembangunan infrastruktur terhadap ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia. Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 6(2), 115130.
Sunjaya, A., Noor, T. I., & Isyanto, A. Y. Analisis Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan Di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Bangunan, 7(74), 7-89. Widiastuti, A., & Nurhayati, A. S. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Desa Wisata Nganggring Sleman. Jurnal Ilmiah WUNY, 1(1).
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Undang-undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya 2011 - 2013. Dapat diakses di https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM _1482982310BAB_2_RPIJM_Kab_Tasik.pdf (diakses pada 12 Oktober 2021)
Media dan Sumber Online
Perkasa, A., Dinisari, M.C. (2016). Bisnis.com. Dapat diakses di https://ekonomi.bisnis.com/read/20160307/9/525767/dana-desa-ini-3-jenisinfrastruktur-prioritas-di-desa. (diakses pada 1 Oktober 2021)