BuPsi #21

Page 1

November-Desember 2013 • BuPsi 21

Liburan tapi Stres? Baca 5 Penyebabnya!

Cosplay Hobi yang Sehatkah? Ingin Berat Badan Ideal? Coba OCD! h. 9

: F I S U L K S EK Liputan 13 AFAID 20


About Us B

uletin Psikologi adalah media informasi dan pengetahuan mengenai psikologi dengan konsep bahasa yang lebih mudah dipahami dengan tujuan mengenalkan psikologi dan penerapannya kepada mahasiswa dan mahasiswi, serta masyarakat umum. Jika anda ingin memberikan kritik dan saran, dapat langsung ditujukan pada: bupsi.untar@gmail.com E-BuPsi dapat dibaca & diunduh di: bupsi-untar.blogspot.com Follow Us: Twitter: @bupsi_untar Facebook: Bupsi Untar (Buletin Psikologi Untar) Blog: bupsi-untar.blogspot.com Bagi yang ingin memasang iklan di BuPsi Advertisement, hubungi: Lucia Vega - 08978617637 Dilarang untuk mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buletin ini tanpa izin tertulis dari BUPSI. Isi dari informasi yang dimuat dalam buletin ini telah diperiksa dengan seksama mengenai ketepatannya. Apabila terdapat kesalahan dalam penyampaiannya, kami memohon maaf sebesar-besarnya.


Editor’s Letter

Advisor Sandi Kartasasmita, M. Psi., Psi., Psikoterapis, CBA, CHA Editor-in-Chief Elvina Pekasa Vice Editor-in-Chief Jessie Secretary & Treasurer Elaine Novieanny Editor Staff Veronica Clarissa Ellen Cardia Ivana Cindy Clara Reporter Ayu Thannia Dewi Ahmad Wahyu R. Lawita Fransiska Sila Paramita Winda Andriani

B

ulan Desember semakin dekat, yang berarti liburan semester pun semakin dekat. Tentu, banyak mahasiswa yang sangat menantikan liburan ini, baik untuk beristirahat, jalan-jalan, atau sekedar berkumpul bersama teman-teman dan keluarga. Liburan biasanya memberikan banyak efek positif, baik untuk kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis kita. Namun, tak jarang pula liburan memberikan dampak negatif seperti bosan atau lupa dengan pelajaran-pelajaran sebelum liburan. Oleh karena itu, Bupsi tertarik untuk membahas tentang liburan dan kaitannya dengan kesehatan, terutama dengan kesehatan psikologis. Bupsi 21 kali ini mengambil tema tentang “Psikologi Kesehatan”. Tema kali ini tidak hanya membahas psikologi kesehatan untuk mahasiswa saja, tetapi juga untuk anak-anak dan lansia juga. Salah satu topik utama yang dibahas adalah tentang OCD (Obsessive Corbuzier’s Diet) yang cukup populer di kalangan mahasiswa akhir-akhir ini. Bupsi juga membahas tentang apa saja pekerjaan psikolog di rumah sakit, program-program untuk lansia, dan artikel-artikel lainnya tentang liburan. Jadi, selamat membaca dan selamat menikmati liburan. 

Graphic Designer Caroline Meylisa Permata S. Ahmad Chalifar H. Circulation, Distribution, & Public Relation Lucia Vega Elizabeth Ayu F. Stefanie Christina Stevani

November-Desember 2013 • BuPsi 21 |

3


Contents { }

REGULARS 3 Editor’s Letter 13 Facts Digger #1 22 Facts Digger #2 33 Rec&Rev 41 Psychopedia 42 Sumber

ARTICLES

5 Apa sih Makna Liburan Buat Kamu? 6 Physical Health Reflects Mental Health 9 OCD: Obsessive Corbuzier’s Diet 14 Psikolog di Rumah Sakit, Apa Pekerjaan Mereka? 18 Program Kesehatan Mental untuk Lansia 23 Employee: “Selamat Pagi, Bu. Saya Minta Cuti..” 25 Holiday & Stress Belong in One Sentence?! How Can? 27 Holiday for Kids 29 Sehabis Liburan kok Lupa? 31 Positive Psychology: Focusing on Positive Aspects in Human Life 36 Liputan: AFAID 2013 39 Konsep Diri & Cosplay 4 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

Apa sih Makna Buat Kamu?

Liburan

Luthfi Aditya Novanto, 21 tahun Fakultas Teknik Informatika, Universitas Bina Nusantara “Waktu buat ngerjain project.” Novilianti, 18 tahun Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara “Liburan itu untuk me-refresh tubuh dan otak dari aktivitas yang padat. Liburan juga digunakan untuk kumpul bareng keluarga dan teman. Dengan liburan, kita bisa punya banyak waktu sehingga kita bisa ngelakuin segala sesuatu yang kita suka tanpa harus memikirkan tugas atau ujian kayak lagi kuliah.” Desianti Dwi Utami, 21 tahun S1 Keperawatan, Stikes Pertamina Bina Medika “Liburan adalah saat kita berhenti dari aktivitas yang biasa kita lakukan yang membuat kita tertekan.” William Ari Wibowo, 20 tahun Fakultas Ilmu Komunikasi-Advertising, Universitas Tarumanagara “Kalau menurut gue sih, liburan adalah saat untuk me-refresh otak dari seluruh kegiatan yang biasa kita lakukan setiap hari dan melupakan semua aktivitas yang melelahkan tubuh supaya nanti setelah liburan kita memulai sesuatu yang baru dengan lebih semangat lagi. Biasanya, puas-puasin tidur semalam-malamnya, terus bangun sesiang-siangnya. Kalau bisa, libur beneran buat jalan-jalan sama main-main.” Yohana Priska Aprilie, 20 tahun Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara “Buat gue, makna liburan adalah waktu dimana gue bisa nonton drama korea sepuasnya, bisa tidur sepuasnya, dan bisa bangun sepuasnya.” November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 5


Health Psychology

Physical Health Reflects Mental Health

H

ealth is the most wonderful gift for human beings. Every human being will definitely do anything to be healthy, for example by eating healthy food or exercise regularly. In fact, some people say that to be healthy is expensive and should be maintained as well as possible. However, sometimes people are prone to neglect their health when they are immersed in daily activities. Such activities like busy college schedules, office activities that require quick reactions, and even the teaching and learning activities at school can be major factors of one’s forgetting about their health. When one begins to ignore their health condition, they will be more vulnerable towards certain diseases or sickness. Imagine how it feels when someone has to go through their daily activities with an unhealthy condition. Hectic daily activities and behaviors of individuals who seemed to “force themselves” will change the pattern of diet and resting for worse. For example, having to complete the task before 1 PM, a student has to skip their lunch time to finish the said task within the limited time. Moreover, hectic activities especially the one that triggers high mobility of individuals who live in big cities, plays quite a significant role in one’s health. High mobility certainly requires any suitable means of transportation to fulfill those needs, so there will be more traffics and pollution. So, let’s imagine what would happen to our health if every day we had to deal with the traffic and wrestled with fumes that threaten our health! Certainly, we are in need of special tips to cope with the said situation and its resulting risk. There are many ways available to maintain your health, ranging from the easiest start to

6 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

Health psychology explores both physically & emotionally aspects of human.

the most extreme way. In this modern era, there are many emerging innovations in the medical field in terms of healing. Then, what is the relation of psychology to health topics that are often discussed in public? As we all know, psychology is a science that studies behavior and mental processes. In the study of human behavior and mental processes, psychology also uses a systematic method to explain why such behavior can appear. Well, when the general public discusses lifestyle issues which are closely linked with health problems, then they can also be explained in psychological manners. When discussing about lifestyle, it means that we also discuss about the general behavior of individuals to form a pattern and determine whether the pattern is healthy or not. Psychology also discusses the health problems that arise in the community and studying it through a special field of the Health psychology. This special field of psychology discusses about human behavior and also its relationship with health. Before discussing more about the health psychology, let’s ask ourselves, do we know what does the word health mean? According to the World Health Organization (WHO), health is a state of complete physical, mental, and social well-being and not merely the absence of disease or illness. Have you ever heard this following statement “The thyroid gland swells because there are hidden emotions”? How could this occurrence emerge? Health psychology has the answer. Health psychology is a part of the science of psychology that focuses on the study of health and its function towards the individual and the environment, including the causes and factors related to the health problems of individuals. Health psychology explores both physically November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 7


Health Psychology and emotionally aspects of human. It can also be defined as the subfield of psychology that emphasizes psychology’s role in establishing and maintaining health and preventing and treating illness. It learns about health, the causes of illness, and dysfunctions. Studying health psychology does not mean that we will be dealing with complex health issues like studying medical science. Issues we are dealing with are addressed in common health problems encountered in everyday life. We frequently hear that people who are sick will recover faster if they are given a lot of affection from the closest people (their significant figures). The reason why this instance could happen can be explained by health psychologists. Health psychology emphasizes the mind as a determinant of whether a person will be quickly healed or otherwise. Many things also can be evaluated through health psychology, such as unhealthy behaviors. For example one’s smoking habits, drinking alcohol, eating fast food, and lack of exercise can destruct their healthiness. In health psychology, virus or bacteria is not the only cause of illness, as it notes the condition of one’s psychological and social environments also influence individuals’ well-being. Bad habits can cause bad effects on a person’s psychological condition. In addition, unhealthy behaviors can also be caused by the influence of the social environment, for example, because of a job, a person used to eating foods that are not nutritious. Therefore, to reduce the risk of health problems due to our bad habits, we should carry out healthy behaviors. Healthy behaviors that can be easily done for example get enough sleep (7-8 hours per day), having time for breakfast, no high sugar and salt snacks, no smoking, always control your weight, do not consume alcohol, and do physical activity regularly. Another illustration of the health psychology application is in diabetes mellitus type II. Patients with diabetes type II must be able to manage stress well because the metabolism of glucose in the human body can be affected by stress. When the glucose metabolism is disturbed, insulin secretion will occur, which results in increased heart rate and blood pressure. If the secretion of insulin happens and the patient frequently overeat yet live sedentarily, it will lead to obesity and even depression. A doctor can clearly explain how this can happen, but in the healing process of the patients, physicians still need psychologists. Psychologist is needed side by side with the doctor and nurse (paramedic) to determine the mental condition of the patient and encourage the patient to not only focus on the physical, but also on their mental health. We have heard about those who once had been predicted to die at certain age because of their illness but suddenly rumored that they’ve had been healed because of the incessant emotional supports, haven’t we? It possibly happens because when there is support from our loved ones, we will eventually feel happier, and this happiness can improve our immune system. Therefore, when one is mostly always happy, they tend to be healthier both physically and mentally. 8 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

OCD: Obsessive Corbuzier’s Diet

(Sorry, It’s not Obsessive Compulsive Disorder)

N

owadays, diet on adolescents is quite popular, usually people will try to lose some weights in order to imitate their idols or just so they could gain more confidence. Unfortunately, more often than not, people engage in a diet that isn’t suitable for them. This case usually leads to eating disorders and even diseases. However, here comes a diet trend which is currently being discussed in the social community: the OCD trend. For all Indonesian knows, OCD is created and brought to trend by the idea of Dedy Corbuzier. According to the record holder republic survey, there are already more than 4 million people who pertain to the OCD in just 3 weeks of trending. It turns out that OCD is actually a diet method originated in China, of which is commonly used by the monks of Shaolin. Dedy said, “The idea to create OCD was inspired by a taxi driver when I was in Hong Kong 5 November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 9


Health Psychology years ago. I was really shocked when the driver told me he was already 72 years old while I saw his face would cut as one of 40 years old man.” The man told Dedy the secret to health and the way to reduce the aging process: he must do fasting. By then, Dedy created OCD. There are 4 stages of OCD: 16 hours; 18 hours; 20 hours; and 24 hours. By the 16-hour-OCD, it means you can eat within 8 hours a day and fasting for 16 hours. Unsimilar to the general fasting, OCD allows you to drink mineral water within the fasting hours. You can also decide at what time you want to start fasting for the day but importantly you should avoid having breakfast, at least 3 hours after you wake up from sleep. Dedy stated that having breakfast will only prompt people to sleep and consume more food. You can eat fast food and fried food during the 8 hours, but Dedy suggested not to as the consumption of junk food will delay the progress. If you succeed the 16-hour-OCD for a week then you can move up to the 18-hour OCD and eat only within 6 hours a day. More after, you can take off to 20 hours and eat for 4 hours a day. After some while, you can try moving up to 24 hours of fasting twice a week, depending on the person. In his book, Dedy claimed that OCD avails to reduce fat and stabilize the weight. It was also stated in his book that OCD is really prime for human growth development. HGH is a kind of hormones produced by the brain. Medically, HGH is the healthy kind of hormones because they work to control and maintain body functions: build muscles, dilute fat, increase libido, send out energy, and improve metabolism. Dedy implied that there are many ways to get HGH. First, you can try sleeping for 8-10 hours a day. Second, you can get HGH injected into your body. Third, you can do fasting. Dedy advised us to consume food that contains protein within the eating hours. Sometimes Dedy himself even drinks protein-shake as additional supplement during the eating time. Generally, women need 46 grams of protein a day while men need 56 grams of it a day. Protein is crucial to avoid the reduction of muscles’ mass. Dedy affirmed that OCD is one practical strategy to attain a healthy life, considering that actually our ancestors had pertained to OCD method for thousand years. Besides, there’s also a claim that by doing OCD, you’d be prevented from heart 10 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology attack, cancer, or even diabetics. OCD optimizes energy and body metabolism as well as burns the fat to wane the weight through the normalization of insulin and leptin. Nevertheless, this diet should be balanced with meager little sports. You can work your body out for a bit in the morning before you start the eating hours. Dedy said that when you are fasting while doing sport, your HGH production will increase. You body will back up the supposed energy with fat therefore burns four times faster than the usual. But importantly, this should be balanced by drinking more mineral water and get enough sleep. Dedy admitted that since he has been doing OCD, he never again runs on the treadmill nor sits up. In his opinion, we actually train our abs unconsciously everyday by the way we sit and stand up, even when we walk we indeed train our abs eventually. Dedy is against the abs training for it only causes stomach cramp. We had done a brief interview with a student from psychology faculty of Tarumanagara University. She said, “I already consulted to a nutritionist before starting OCD and the doctor said that the diet is suitable for my body. For this first week, I’ve been doing the 16-hour of fasting. So far (4 days) I already lost 2 kilograms. Next week I plan to move up to the 18-hour OCD.” Similar to any other diet method, engaging the OCD requires consistency. Many people try to engage in a diet but then, more often than not, stop in the middle of it because they can’t hold down their desire to eat. After all, motivation and strong commitment is significantly necessary in diet. Below are some examples of applied selfmotivation that you can do:

1. Set a realistic diet goal. Let’s say that you want to keep motivated in order to lose 5

kilograms in a month, you could take a picture of yourself once a week (by the end of each week) so that you could see the difference and eventually monitor your own progress.

2. Try to visualize the ‘new’ healthier and slimmer you. You can visualize yourself

looking fit or imagine trying out and wearing new clothes in smaller size. Confidence is on the air, isn’t it? Besides self-support, you can also gather supports from people around you, family and close friends. Tell them about the diet program that you have been doing, unconsciously this will reinforce your mind positively to focus on the diet. You can also reward yourself by granting yourself stuffs that you love (if it has to be food, opt to the healthy ones) each time you lose November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 11


Health Psychology some certain weights. So what should you do if your diet program failed out? What is to do when it turned out wrong? One thing to keep in mind is that everything happens for a reason. Nobody is perfect no matter what people say. Everyone has their own shortcomings and moments of weakness. Best we can do is to learn from our mistakes, bounce back, and don’t give up. If you never learn from the failure of your previous diet, no matter how much motivation you have, you will most likely follow in the same exact pattern of the said mistake. As Albert Einstein once said, “Doing the same thing over and over again yet expecting different results.” Can everyone use OCD as their method to lose weight? As we know, each individual has different needs of nutrition so it could depend on the age, the gender, the health record, and heredity innate metabolism. According to Prof. Dr. Ir. Hardiansyah, cited from wolipop.com, OCD is suitable for those who gain weight easily but is strictly prohibited for children, those who are in the late adulthood, and pregnant women. So far this method of diet is still being a heated controversy as there are so many pros and cons among the society. All in all, we could affirm that any diet method is practically futile if one doesn’t have strong determination to stick to the diet. If you long to be healthy and good looking then you have to strive for it. In a nutshell, how you want your body to be depends on you and only you. The choice is always yours to make. •••

12 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Facts Digger!

Facts & Myths #1 Myth:

:Fact

Is cancer “all “A positive attitude can stave about attitude?” erhaps negative thinking, pessimism, Pconditions and stress create our body cell’s off cancer.” to run amok and for cancers to

develop. If so, then self-help books, personal affirmations, visualizing the body free of cancer, and self-help groups could galvanize the power of positive thinking and help the immune system to prevail over cancer. The Internet overflows with suggestions for developing positive attitudes through healing visualizations, not to mention reports of seemingly miraculous cures of cancers of people who found meaning in their lives, quieted their turbulent emotions, or practiced visualization exercises to harness the power of positive thinking and reduce stress. In fact, even the most optimistic patients lived no longer than the most fatalistic ones. The fact that someone maintained a positive attitude before their cancer alleviated doesn’t mean that this attitude caused the cancer to alleviate; the link could be coincidental. We may be more likely to hear about and remember cases of people who’ve fought off cancer with a positive outlook than cases of those who didn’t survive cancer even with a positive outlook. Although visualizations, affirmations, and unsubstantiated advice on the Internet probably won’t cure or stave off cancer, that’s not to say that a positive attitude can’t help in coping with cancer. People with cancer can still do a great deal to relieve their physical and emotional burdens by seeking quality medical and psychological care, connecting with friends and family, and finding meaning and purpose in every moment of their lives.

November-Desember 2013 • BuPsi 21| 13


Health Psychology

Psikolog di Rumah Sakit, Apa Pekerjaan Mereka?

14 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

Jika Anda pergi ke rumah sakit lalu melihat daftar dokter, beberapa rumah sakit memiliki psikolog-psikolog yang terdaftar sebagai praktisi tetap.

Untuk apa psikolog di rumah sakit?

O

rang awam terbiasa untuk memanggil seorang psikolog dengan panggilan dokter, terutama mereka yang bekerja di rumah sakit, meskipun psikolog tidak berlatar belakang kedokteran. Hal ini mungkin dikarenakan para praktisi yang bekerja di rumah sakit adalah para psikolog klinis yang berurusan dengan lingkungan dan populasi operasi-medis. Lalu mengapa psikolog memiliki peran penting di rumah sakit? Bukankah medis berkaitan dengan tubuh dan biologis, sedangkan psikologi berkaitan dengan pikiran dan mental? Hal ini terjawab dalam body-mind dualism atau dualisme tubuh-pikiran. Sejak sebelum masehi, Hippocrates sudah mengatakan bahwa kesehatan adalah keseimbangan antara aspek fisik dan aspek emosional. Kemudian, pada tahun 1747, Gaub mengatakan bahwa alasan seseorang sakit seringkali berasal dari pikiran mereka. Sekitar tahun 1950, Franz Alexander mengemukakan teori mengenai gangguan somatisasi, yaitu keluhan-keluhan fisik tanpa adanya gangguan fisik setelah menjalani pemeriksaan medis. Pada tahun 1953, Harold G. Wolff mengembangkan teori mengenai hubungan langsung antara pikiran dan tubuh. Wolff mengatakan bahwa stres meningkatkan tekanan darah, sedangkan putus asa dan depresi menurunkan tekanan darah. Maka dari itu, jangan pernah membuat pasien hipertensi mengalami stres. Sebenarnya, psikolog klinis kesehatan memiliki banyak pekerjaan, mulai dari mencegah, memelihara, mengobati, merehabilitasi penyakit, hingga melakukan penelitian mengenai kesehatan. Pekerjaan penting lainnya adalah mencari dan melihat hubungan antara perilaku dan kesehatan, serta memberikan layanan yang sesuai pada individu yang bersangkutan, keluarga, dan sistem health-care. Meskipun demikian, peran psikolog klinis dalam bidang kesehatan agak terbatas dikarenakan fokus psikologi adalah gangguan mental setelah perang dunia II. Padahal, dualisme body and mind tidak hanya tertanam dalam psikologi, namun juga psikiatri, general medicine, dan kebijakan-kebijakan kesehatan. Psikolog klinis di rumah sakit berurusan dengan masalah penyesuaian diri pasien dengan penyakit, ketaatan medis pasien, gangguan psiko-fisik, hubungan antara pasien dan dokter, desain sistem health care, diagnosis yang berbeda-beda, rehabilitasi, kesehatan kerja, dan November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 15


Health Psychology pencegahan penyakit. Psikolog klinis tidak hanya berhadapan dengan pasien, namun juga pada keluarga mereka, seperti penerimaan keluarga atas penyakit pasien. Psikolog klinis diharapkan dapat menggunakan metode penilaian yang spesifik agar mampu membuat strategi intervensi dari masalah pasien tersebut.

14 contoh pekerjaan nyata psikolog klinis di rumah sakit:

1. Penilaian kandidat untuk operasi atau donor. Terdapat sebuah penelitian yang

dilaksanakan oleh Janis (1958) mengenai persiapan psikologis untuk operasi sehingga psikolog juga harus menilai kandidat yang akan melaksanakan operasi, seperti back surgery, operasi transplantasi, vitro fertilization (proses fertilisasi ovum dan sperma di luar tubuh), dan donasi ovum.

2. Psikolog berurusan dengan ketaatan medis pasien, seperti bagaimana

berurusan dengan pasien yang enggan atau pasien yang tidak ingin minum obat, dan sebagainya.

3. Psikolog juga berurusan dengan sistem health care karena terdapat penelitian lain mengenai masalah dalam sistem, seperti sistem yang memiliki terlalu banyak pemakai, dan sebagainya.

4. Terdapat pula masalah mengenai pasien yang takut dengan alat-alat dan pengobatan medis dan dental, seperti jarum, anastesi, prosedur MRI scan untuk tubuh

manusia, dan sebagainya. Psikolog diharapkan dapat mengurangi ketakutan tersebut dan membuat pasien percaya terhadap regulasi dokter.

5. Psikolog juga memberikan perawatan untuk meningkatkan ketahanan atau kontrol terhadap sakit, seperti sakit punggung kronis, sakit kepala, atau luka bakar yang parah.

6. Pekerjaan lainnya adalah memberikan intervensi kepada pasien untuk mengontrol gejala-gejala yang muncul saat menjalani pengobatan. Misalnya, muntah-muntah bagi pasien kemoterapi, menggaruk-garuk bagi pasien neurodermatitis (kegatalan pada area tertentu seperti di bawah lengan, belakang leher, dan bagian luar pergelangan kaki yang penyebabnya belum diketahui), kejang pembuluh darah pada pasien fenomena Raynaud (kondisi pembuluh darah mengejang karena temperatur yang dingin atau emosi yang kuat dan menyebabkan aliran darah menuju tangan, kaki, telinga, dan hidung terhambat), atau diare pada pasien irritable bowel syndrome (IBS, yaitu gangguan berupa ketidaknormalan struktur usus sehingga menyebabkan sakit dan kejang perut, perubahan pada gerakan usus, dan gejala lainnya). 16 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology 7. Psikolog dapat menjadi support group bagi pasien yang memiliki penyakit

kronis, pasien dalam rehabilitasi penyakit jantung, pasien yang positif HIV, atau keluarga dari pasien yang penyakitnya kronis.

8. Melatih pasien untuk mengatasi kelumpuhan setelah trauma, pelatihan kognitif setelah stroke, atau pelatihan untuk menggunakan alat pengganti anggota tubuh secara efektif.

9. Membuat program untuk mengubah perilaku pasien yang memiliki faktor risiko perilaku, seperti merokok, obesitas, stres, dan gaya hidup yang terlalu banyak duduk atau tidak aktif.

10. Memberikan konsultasi dan workshop untuk menangani masalah tenaga kerja yang burnout (terlalu lelahnya fisik atau mental yang disebabkan oleh stres atau terlalu banyak bekerja), komunikasi health care, dan konflik peran (konflik antar peran mengenai dua atau lebih keadaan).

11. Konsultasi dan pengembangan program mengenai kepatuhan akan aturan medis, seperti unit yang tidak sabar untuk anak yang bergantung pada insulin. 12. Konsultasi dengan perindustrian untuk mengembangkan program tempat kerja yang mempromosikan kesehatan dan pengelolaan stres dalam dunia kerja. 13. Pengembangan layanan psikososial untuk pasien pengobatan tumor. 14. Penilaian neuropsikologis untuk mencari baseline, diagnosis, dan tujuan perencanaan pengobatan.

Psikolog klinis dapat menilai pasien mereka dengan berbagai metode yang dipilih berdasarkan apa yang ingin diukur, tujuan penilaian, dan kemampuan psikolog tersebut. Metode yang paling umum adalah wawancara sebagai jalan untuk mengumpulkan data. Biasanya, observasi dilakukan bersamaan atau sebagai pelengkap wawancara. Cara lainnya adalah menggunakan kuisioner yang dapat lebih menghemat waktu. Dari pasien juga dapat digunakan sebagai cara mengumpulkan data, cara ini umum digunakan untuk merekam kegiatan pasien. Psikolog juga dapat menggunakan alat-alat tes psikologi, seperti MMPI. Kemudian, pengukuran psiko-fisik juga diperlukan karena masalah pasien tidak hanya berhubungan dengan psikologis, namun juga dengan fisik. Referensi yang penulis dapatkan merupakan buku pedoman yang diperuntukan bagi mereka yang ingin mendalami dan bekerja dalam dunia psikologi klinis kesehatan. Namun, buku tersebut dikeluarkan oleh Amerika sehingga apa yang penulis sebutkan di atas belum tentu terdapat di Indonesia karena perbedaan peraturan medis.

November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 17


Health Psychology

B

erdasarkan hasil penelitian di seluruh dunia, 6,5% sampai 9% lansia mengalami depresi dalam kehidupannya. Gawatnya lagi, banyak di antara para lansia yang mengalami gejala depresi dengan kriteria yang tidak dapat ditemukan dalam Major Depressive Disorder (MDD), tetapi secara signifikan dapat berdampak pada kehidupan mereka. Depresi memiliki dampak yang buruk terhadap kesehatan dan fungsi bagi para lansia. Menurut penelitian juga nih, lansia dapat kehilangan 10-20% dari kekuatan mereka sampai hingga usia 70 tahun dan lebih setelah itu. Ketahanan berkurang secara konsisten sesuai bertambahnya usia terutama pada wanita. Selain itu, orang yang lebih tua cenderung tidur dan bermimpi lebih sedikit. Jam tidur nyenyak mereka lebih terbatas, dan mereka mungkin akan lebih mudah terbangun karena masalah fisik ataupun gangguan cahaya. Terapi kognitif behavioral (tetap tidur hanya ketika tidur, bangun pada jam yang sama tiap hari, dan mempelajari pemikiran salah tentang kebutuhan tidur) terbukti cukup efektif jika dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan. Menurunnya kesehatan adalah salah satu konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari penuaan. Sekitar 80% warga Amerika memiliki satu masalah kronis dan 50% memiliki minimal 2 masalah penyakit kronis. Penyakit kronis apa aja sih yang dapat dialami oleh para lansia? Diantaranya adalah penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit pernafasan. Hipertensi dan diabetes memengaruhi sekitar 50 persen dan 16 persen dari populasi lansia. Hipertensi yang dapat mempengaruhi aliran darah ke otak merupakan faktor yang beresiko menyebabkan stroke. Hipertensi juga berhubungan dengan penurunan kognitif dalam hal perhatian, pembelajaran, ingatan, kemampuan psikomotor dan kemampuan visual, perseptual dan spasial. Tragisnya, perempuan lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi, asma, dan bronkitis kronis, sedangkan pria lebih mungkin menderita penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Nah, kebayang nggak tuh jika para lansia harus mengalami depresi? Lansia yang tidak mengalami depresi saja bisa mengalami hal-hal yang telah disebutkan tadi. Bagaimana jika lansia yang mengalami depresi? Menjadi dua kali lipat lebih mungkin untuk mengalami

18 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

Program Kesehatan Mental untuk

Lansia

penyakit-penyakit tersebut. Untuk itu kita harus menjaga agar para lansia tidak mengalami depresi. Program pertama yang sebaiknya dilakukan adalah program olahraga. Disamping olahraga merupakan sebuah hobi bagi sebagian besar manusia, olahraga juga dapat mencegah perubahan fisik yang disebut sebagai proses penuaan. Latihan rutin dapat memperkuat jantung dan paru-paru serta mengurangi stres. Hal ini dapat melindungi mereka dari resiko darah tinggi, pembekuan arteri darah, penyakit jantung, osteoporosis, dan diabetes. Olahraga juga dapat membantu mempertahankan kecepatan, stamina, kekuatan, daya tahan, dan fungsi dasar seperti sirkulasi dan pernafasan. Hal ini juga dapat mengurangi kemungkinan cedera karena membuat sendi dan otot menjadi lebih kuat dan lentur, serta membantu mencegah atau mengatasi nyeri di pinggang dan gejala arthritis. Latihan olehraga teratur juga dapat meningkatkan keawasan mental, dan kinerja kognitif membantu menurunkan kecemasan dan depresi ringan serta sering kali dapat meningkatkan moral. Latihan teratur dapat memungkinkan orang dengan kondisi seperti penyakit paru-paru atau arthritis untuk tetap mandiri dan membantu mencegah munculnya keterbatasan pergerakan. Program selanjutnya adalah bagi para lansia yang menderita alzheimer. Apa, sih alzheimer itu? Alzheimer merupakan ketidakmampuan untuk mengingat peristiwa baru atau menerima informasi baru. Untuk mengetahui apakah lansia mengalami alzheimer atau tidak, maka dapat dilakukan pengecekan apakah lansia memiliki karakter yang kaku, apatis, egosentris (berpusat pada diri sendiri), dan gangguan kontrol emosional (mudah marah) yang cenderung terjadi pada awal perkembangan penyakit. Gejala yang lain: lekas marah, cemas, depresi, melamun, dan bahkan gangguan mental yang sudah parah. Pada tahap awal, pelatihan memori dan alat bantu memori dapat meningkatkan fungsi kognitif. Terapi perilaku dapat memperlambat kemunduran, meningkatkan komunikasi, dan mengurangi perilaku yang mengganggu. Makanan yang tepat yang diimbangi dengan latihan, terapi fisik, dan kerjasama antara pengasuh merupakan poin yang sangat penting. November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 19


Health Psychology Di samping program yang telah dibahas, terapi komunikasi merupakan hal yang efektif terutama bagi lansia. Seberapa efektifnya, sih? Manusia adalah makhluk sosial dan saling bergantung satu sama lain, secara otomatis, pasti akan terjalin sebuah komunikasi antar manusia. Hal terpenting dari komunikasi adalah saling memberikan perhatian kepada satu sama lain. Misalnya saja ketika kita menganggap ibu kita cerewet, sebenarnya beliau sedang memberikan perhatian kepada anaknya. Siapa lagi, sih yang mau merepotkan dirinya untuk menasehati kita selain orangtua? Nah, hal itu bisa membuktikan bahwa orang tua kita sangat memperhatikan kita. Ketika menjalin komunikasi dengan lansia, seharusnya kita mampu menerima mereka seutuhnya. Jangan memunculkan sikap tidak suka apalagi sampai menjauhinya. Seperti halnya pada masa kanak-kanak, lansia juga senang jika diperhatikan oleh orang lain terutama keluarganya. Para lansia sangat layak untuk mendapatkan kenyamanan dari lingkungan sekitarnya. Bagaimana caranya? Simple, mereka butuh pendengar yang baik. Mereka butuh orang-orang yang mau mendengarkan keluh kesah mereka yang berarti menjadi pendengar yang baik. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan sikap optimis bagi para lansia. Memang benar jika usia lansia merupakan usia yang hampir mendekati kematian. Tapi tidak ada salahnya jika kita menumbuhkan rasa optimis pada para lansia. Kalau pertanyaan untuk apa, pastinya untuk menjauhkan mereka dari depresi. Program selanjutnya ditujukan kepada para lansia yang menderita osteoporosis. Pada tahun 2003, WHO mencatat lebih dari 75 juta orang di Eropa, Amerika dan Jepang yang menderita osteoporosis dan penyakit tersebut mengakibatkan 2,3 juta kasus patah tulang per tahun di Eropa dan Amerika. Sedangkan di Cina, tercatat angka lansia yang menderita osteoporosis sebesar 7% dari jumlah populasi. Di Indonesia sendiri, resiko osteoporosis meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai cara pencegahan osteoporosis masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia yaitu sebesar 254 mg/hari (hanya seperempat dari dari standar internasional, yaitu sebesar 1000-1200 mg/hari untuk orang dewasa). Merupakan laporan yang tragis bukan? Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah. Secara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada dibawah nilai rujukan menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai rata-rata rujukan pada usia dewasa muda (Depkes, 2002). Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai 20 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda khusus, sampai si pasien mengalami patah tulang. J. Frisco, Donald. (1999) menyebutkan asupan kalsium yang dianjurkan untuk untuk usia yang lebih dari 50 tahun (wanita postmenopause), 1500 mg kalsium/hari, dengan 400-800 i.u. vitamin D. Senam osteoporosis ditujukan kepada pasien osteoporosis untuk mencegah terjadinya patah tulang & meningkatkan densitas tulang (kepadatan massa tulang).

4 Jenis Latihan Fisik yang BOLEH Dilakukan

1. Lakukan latihan fisik jalan kaki secara teratur, dengan kecepatan minimal 3 mph (4,5 km) per jam selama 50 menit, 5 kali seminggu. 2. Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas (dumbel kecil) atau dengan mesin latih beban. Latihan ini ditekankan untuk melatih darerah panggul, paha, punggung, lengan, pergelangan tangan dan bahu. 3. Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kelincahan 4. Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan cara duduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang.

4 Jenis Latihan Fisik yang TIDAK BOLEH Dilakukan

1. Latihan fisik yang memberikan benturan dan pembebanan pada tulang punggung, seperti: melompat, senam aerobik benturan keras, jogging atau lari. 2. Membungkukan badan kedepan dari pinggang dengan punggung melengkung (spinal flexion), karena bahaya kerusakan pada ruas tulang belakang, seperti: sit-up, crunch, mendayung, meraih jari – jari kaki. 3. Latihan fisik atau aktifitas yang mudah menyebabkan jatuh, seperti: senam dingklik atau trampolin, atau jangan melakukan latihan pada lantai yang licin. 4. Latihan menggerakan tungkai kearah samping atau menyilang badan dengan memakai beban (anduksi dan aduksi). Sinar matahari di pagi hari dan sore hari (menjelang magrib), berfungsi dalam memicu kulit membentuk vitamin D3. Dalam menetralisasi tulang, dimana sel osteoblas (sel pembentuk tulang) membutuhkan kalsium sebagai bahan dasar, dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari vitamin D3 kulit dan vitamin D2 yang berasal dari makanan (mentega, keju, telur, ikan). Kalsitriol inilah yang merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang. Dari program-program yang telah disebutkan, hal yang paling penting adalah dukungan sosial kepada lansia. Para lansia akan merasa bahagia jika banyak yang memperhatikan, memberikan dukungan, tentunya menganggap bahwa keberadaan mereka ada di sekitar kita. November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 21


Facts Digger!

Facts & Myths #2 Myth: Ulcers are caused primarily or entirely by stress. Prior to the mid 1980s, most physicians and laypeople were convinced that peptic ulcers (sores in the lining of the stomach or small intestines) were caused primarily by stress. They also believed that spicy foods, excess stomach acid, smoking, and alcohol consumption have important secondary roles in ulcer formation. The idea that specific emotions and conflicts are associated with ulcers was discredited by research. It was replaced by the popular belief that stress along with eating habits and lifestyles was the prime culprit. Because stress often causes our stomachs to churn, it seems reasonable to suppose that stress can cause other stomach problems, including ulcers.

22 | BuPsi 21 • November-Desember 2013

Fact: Stress by itself doesn’t cause ulcers. Stress probably plays some roles in ulcers. Although studies show that the widespread belief that stress (by itself) causes ulcers is wrong. Moreover, stress is linked to a poor response to ulcer treatments, and stressful are associated with increased case of ulcers. Additionally, people with generalized anxiety disorder (a condition marked by worrying about many things almost every time) have high risk to suffer peptic ulcers. Nevertheless, it’s possible that anxiety may not cause ulcers. We can understand the fact that stress may contribute to the development of ulcers in terms of a biopsychosocial perspective. Biopsychosocial perspective proposes that most of medical conditions depend on the complex interplay of genes, lifestyles, immunity, and everyday stressors. Stress may exert indirect effect on ulcer formation by triggering behaviors such as alcohol usage, and lack of sleep, which make ulcers more likely to form. The verdict is still out regarding the precise role that stress plays in ulcer formation, although it’s clear that stress isn’t the only or even the most important influence of ulcer formation.


Ask Expert!

Employee:

C

uti adalah periode saat pekerja tidak masuk kerja sesuai dengan ketentuan waktu kerja yang berlaku. Waktu kerja seorang pekerja diatur oleh undangundang, termasuk cuti. Peraturan perundang-undangan menyebutkan bahwa waktu istirahat dan cuti seorang pekerja meliputi waktu istirahat antara jam kerja, istirahat mingguan, cuti tahunan, hingga istirahat panjang. Seorang pekerja berhak untuk tidak hadir di tempat kerjanya selama ketidakhadirannya tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini tentunya harus dipikirkan baik-baik mengingat seorang pekerja tetap memiliki aspek hidup yang lain selain pekerjaan (seperti keluarga, kesehatan, spiritual, dan sebagainya). Dengan demikian cuti sebenarnya diadakan untuk mengakomodasi work-life balance yaitu keseimbangan antara aspek pekerjaan dan aspek non-pekerjaan dalam kehidupan seorang pekerja. Sebuah survei di Amerika menemukan bahwa 78% pekerja menempatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sebagai prioritas utama yang ingin mereka capai (Gregg, dalam Levy, 2010). Tentunya angka ini dapat diperdebatkan dengan mempertimbangkan perbedaan sosiokultural antara Amerika dan Narasumber: Willy B. Winata Indonesia. Namun, setidaknya survei ini menunjukkan adanya kebutuhan keseimbangan tersebut. Work-life balance dibutuhkan sebab kehidupan nonpekerjaan memengaruhi kehidupan kerja dan begitu pula sebalknya. Contohnya, saat seorang pekerja hendak mengantarkan anaknya ke rumah sakit, namun tidak memungkinkan baginya untuk absen dari tempat kerjanya, maka ia akan hadir di tempat kerja dengan perilaku kerja yang terganggu. Di sinilah hak cuti dibutuhkan. Masih berkaitan dengan keseimbangan hidup, WHO mendefinisikan sehat sebagai sebuah kondisi kesejahteraan (well-being) utuh yang meliputi fisik, mental, dan sosial. Dunia medis telah membuktikan bahwa tubuh manusia membutuhkan waktu istirahat untuk memberikan kesempatan bagi tubuh melakukan revitalisasi dan regenerasi sel. Intinya tubuh manusia bisa pulih dari penurunan-penurunan yang terjadi saat kita beroperasi. Hal ini juga berlaku bagi kondisi mental manusia.

“Selamat Pagi, Bu. Saya Minta Cuti..�

November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 23


Ask Expert! Kita sendiri bisa merasakan saat sebuah situasi yang tidak diinginkan terjadi, maka dampaknya tidak saja melelahkan kita secara fisik namun juga secara psikologis. Situasi ini lazim disebut sebagai stres. Walaupun stres dapat berguna bagi produktivitas kita, namun beban kerja cepat atau lambat dapat melelahkan kita secara kognitif maupun emosional. Kegiatan berpikir, menganalisis, mencari ide, mengantisipasi dan mengatasi masalah, merespon atasan/bawahan/klien adalah sebagian dari aktivitas kerja yang melelahkan secara psikologis. Untuk itulah coping dibutuhkan, entah yang bersifat pemecahan masalah atau menurunkan intensitas emosi. Coping yang berorientasi pada emosi inilah yang terkadang sulit dilakukan di tempat kerja. Pemecahan masalah biasanya erat kaitannya dengan aktivitas langsung dari pekerjaan, sementara mengekspresikan emosi di tempat kerja sering kali memberi kesan tidak profesional. Inilah yang menyebabkan coping yang berorientasi pada emosi biasanya dilakukan di luar tempat kerja. Di saat seperti inilah cuti dibutuhkan. Pada hakikatnya tidak ada waktu yang ideal untuk “take a break” dari aktivitas kerja kita. Pertama, hal itu tergantung dari kebutuhan nonpekerjaan (apa yang saat itu mendesak untuk dilakukan). Kedua, beban kerja dan kondisi yang dialami oleh tiap individu sangat berbeda. Adanya perbedaan individu menyebabkan waktu yang ideal untuk beristirahat kerja itu sangat subjektif. Itulah sebabnya manusia diberikan waktu istirahat setidaknya satu hari setiap minggu. Namun perlu diingat bahwa kemampuan coping merupakan sebuah keterampilan, artinya seseorang bisa melatih diri untuk lebih mampu memulihkan kondisi psikologis dirinya. Keterampilan ini sangat dibutuhkan agar seseorang dapat mengelola hak cutinya dengan baik. Kemampuan perusahaan untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih sehat dan lebih memotivasi karyawannya secara internal dapat menurunkan tingkat absen mereka. Aspek pribadi dan aspek organisasi inilah yang sebenarnya cukup mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh seorang karyawan untuk “take a break”. Bila berbicara mengenai waktu istirahat, maka seseorang yang terlalu lama tidak aktif bekerja akan menurunkan apa yang disebut juga sebagai stress baik (eustress). Eustress berfungsi untuk membuat manusia tetap memiliki energi yang baik untuk hidup, merasakan kepuasan saat berhasil mengatasi permasalahan dan memperoleh imbalan, dan menikmati dinamika yang terjadi selama prosesnya. Kehilangan hal tersebut akan membebani bebani seseorang secara psikologis, ditambah masalah finansial dan sosial yang akan terjadi berikutnya. Sebaliknya, beristirahat terlalu singkat tentunya menyebabkan seorang pekerja tidak mampu untuk menyeimbangkan antara pekerjaannya dan kehidupan pribadinya. Selain itu, coping yang terlalu singkat mungkin menjadi tidak efektif. Lakukanlah segala aktivitas yang memang menjadi tujuan saat seseorang mengambil hak cutinya. Tentu beristirahat dalam konteks ini tidak selalu berarti tidur atau bermalas-malasan. “Take a break” bisa berarti melakukan aktivitas-aktivitas yang bukan aktivitas rutinnya. Aktivitas yang biasanya dinikmati bukan karena hasilnya tapi karena proses melakukannya, seperti ikut kegiatan sosial, berwisata, bahkan mengikuti pelatihan pengembangan pribadi. 24 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Ask Expert!

Holiday & Stress Belong in One Sentence ?! Resource Person: Roswiyani P. Z., M. Psi.

H

How Can?

oliday is supposedly known to be fun and awaited by most of the people, but somehow it can also originate stress. Why and how can it do so? This phenomenon peaks our curiosity so we interviewed Mrs. Roswiyani P. Zahra, M. Psi., a psychologist as a professional to resolve this occurrence. When it comes to the term ‘holiday’ or ‘vacation’, most of us are quick to visualize pretty beautiful places to visit, amazing sceneries, delectable food, plenty leisure time, shopping, and many other wonderful resplendent deeds. Through-out the holiday till the time we go back to accustomed daily routine, we will most probably feel just as recharged as an optimized and updated cell-phone. But does all vacation pull off the same wonderful effect? Leaving us satisfied and contently happy? You better doubt so. In fact, one of my best friends just went back from a vacation feeling mad and upset. A child felt disappointed during his vacation. Why on earth could this happen? Pertaining to the vacation topic itself, below are 5 significant points we must not ignore: Money is undeniably one prominent element to sustain your vacation, with a certain amount of money, you could easily afford your desired vacation. This doesn’t mean you can’t enjoy your holiday when you only have just a little money: backpacking is fun! However, it is always better for you to have your financial well managed in order to avoid stress during the vacation. Calculate the expenses you’d probably use through-out the vacation: transportation fees, hotel rent/room rent, food, and souvenirs. Adjust your budget with such matters. Insisting on flying in the business class, staying in the 5-star hotel, eating fancy food as the likes of caviars, yet buying too many souvenirs for the whole big family could put quite a pressure on you. This is stressful: spending all of your saving or even worse, taking loans just to afford a vacation.

MONEY

You need to accomodate the location of the vacation that suits you and your family members’ preference. For example, take into your consideration whether you and your family prefer mountains to beach or the other way around. Choose a location that has both food that is fitting and pleasant to your taste and also facilities that support your activities during the vacation. Negligent in deciding the location will make you enjoy the holiday less and somehow stressed. Therefore, browsing for travelers’ testimonies on the internet and ask for credible recommendations of vacation places from friends who’ve had visited the place are the ways so you wouldn’t find yourself stucked in the

Location

November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 25


Ask Expert! midst of crappy vacation. Bring enough supplies, not too much and not too little. Conform the clothings to the location. If you want to go hiking on the mountains then by all means, do bring jackets or sweaters. The activity to do during the vacation is as important as the financial planning and the location selection. Pick activities that fit your physical condition. Do not choose activities that may cause fatigue let alone inflict pain. For example, if your are not physically strong, do not opt for activities that require extra stamina such as rock climbing, diving, or hiking. Do not force yourself to do full-schedule activities. For examples: sightseeing around the town through the day yet spending the night till late consuming alcohols and overeating. This kind of hustles can cause such inconvenience due to illness or fatigue during the vacation, thus you feel stressed. Take time to rest in order to keep your holiday enjoyable. If it’s necessary, you might include activities which help you to be more relax,such as aromatherapy relaxation, spa, and traditional massages.

Activity

Choose a convenient transportation that is compatible with you and

Transportation your family. There are lots of transportations in Indonesia that you

could decide whether to travel by planes, trains, cars, or even ships. Each transportation has its own gains and withdraws. Airplanes’ cost is quite expensive but the trip can be completed in a relatively short time and note that planes can reach almost every destination in Indonesia and even more far away. Another interesting option is to travel by train. The cost is affordable yet furthermore you and your family can enjoy the beauty of landscapes along the path to destination; unfortunately the trains’ rails are only available in certain cities, thus they are quite limited. For those who feel more comfortable travelling by cars, for it is way cheaper and flexible, it is exhorted that you should be cautious of the security. Make sure the amount of passangers and cargos doesn’t excess. Travelling by ships are less common because of the long time it takes and limited comfort. Think over the choice of the transportations well. Purchase the tickets in advance so you can adjust your vacation schedule with your daily routines and also to prevent the escalation of tickets’ price. The people you go to the vacation with are also need to be considered. Think about how many people you are going to the vacation with. The lacking of friends to go together with will result in less fun. On the other hand, too many people who join the vacation will also cause inconvenience as it’s very difficult to meet each person’s wishes. If you are one well-organized individual, it’d be better for you to make your own traveling schedule so you could visit tourist sites and places freely (anytime you want). But if you are not proficient in making traveling schedule, consider joining tours held by travel agents so you could still enjoy every prominent place without you being miserable in making a schedule. For some people, holiday is the time to evaluate themselves and the moment to reflect on the past events. While all this reflecting and evaluating could be good, it’s not suggested for us to engage in way too deep thinking. Holiday is meant to be enjoyed leisurely, a time in which you could sneak out from the daily hassles. However, when all one could do is introspecting here and there, the point of the holiday itself will become aimless.

Companions

26 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Ask Expert!

Holiday for

Kids Resource Person: Agustina, M. Psi.

S

chool holiday is one of the things that children are waiting for, especially after they feel exhausted and tired from school and home routines. There are many ways for parents to give their children a holiday. They can plan to traveling or maybe staying at home. Of course in school’s holiday, it’s not only a normal holiday but it should be educative and entertaining for children. According to a lecturer in Faculty of Psychology Tarumanagara University, Agustina, M. Psi., holiday should be suitable for their age. For children in the kindergarten or pre-school, you can suggest their parents to go to places with natural backgrounds, because children in pre-school are still in pre-operational stage. They use their intuition rather than logic. Because of that, they should see and hold things to compare. For example,

with see and hold things, they can compare which one is an apple and which one is an orange. For children in elementary school, we can persuade their parents to places with both natural and artificial settings (ex: Dufan). Every place has its own positive and negative side. Generally, children in elementary school have learned about types of games. For children who stay at home without going anywhere, the phenomenon that frequently occurs in our society is the parents give their children the freedom to watch television. They can watch any channel they want to and parents don’t really worry about it, or they give them game consoles such as Playstation, Xbox, Nintendo, etc. The most important thing is, not all entertainment is good or suitable for children. November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 27


Ask Expert! There are some entertainments in television and game consoles that are not good for their psychological development. A c t u a l l y, it’s not really a problem if parents allow their children to watch television but it has to be under their guidance of course. And also parents have to be careful to choose which channel are entertaining and educative for children, like making art craft, so they can imitate the activity and increase their creativity. Currently, technological advance is a

coloring application. But on the other side, it also can be a bad influence for children. The most important thing is parents have to keep an eye of their children. Parents should not leave their children with their game consoles without parental guidance. Parent can buy tablet for their children, but it should be installed with game that suitable

for their age. Games that contain violence should be avoided. Children have to able to know if the game that they are playing is a virtual case and not a reality case. Generally, violence games are interesting for children and parents should avoid them. Mostly, children imitate the activity that interesting for them, the easiest things for children to imitate is language and action. dilemma, on one side parents should introduce Sometimes children can’t differentiate which their children to the newest era. Technological is appropriate and which is inappropriate. devices like Tab should be installed with Children are full of curiosity, they want to know educative and entertaining games to increase and sometimes imitate new things. Parental their intelligence. For example, imitate pattern guidance is needed to help their children of words and also coloring application. in developing good personality. Because Parents can also save their money. They don’t sometimes, children also learn to behave from need to buy papers and crayons because television or game consoles, it can be a part there are many available colors inside the of their personalities and carried in a lifetime. •••

28 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Ask Expert!

Sehabis

Liburan kok

Lupa?

Narasumber: Sesilia Monika, M. Psi.

H

ari libur merupakan hal menyenangkan yang dinantikan oleh hampir semua orang. Cara apa yang biasanya dilakukan untuk mengisi liburan? Biasanya adalah bersenangsenang, namun liburan dapat diisi dengan berbagai macam cara. Masalahnya, setelah liburan pelajar sering mengeluh “lupaâ€?. Mengapa hal ini terjadi? Menurut Psikolog Sesilia Monika, M. Psi., yang bergerak di bidang pendidikan dan bimbingan karir, "Siswa yang libur lama cenderung lupa pada pelajaran yang sudah dipelajarinya. Hal ini dikarenakan biasanya siswa cenderung menyimpan materi yang dipelajarinya hanya dalam short-term memory. Contohnya, siswa hanya menghapal semalam pelajaran yang ada di buku sebelum dia ulangan atau ujian, keesokan harinya mungkin dia masih ingat, tapi jangankan libur seminggu, mungkin dua hari kemudian dia sudah lupa dengan materi yang sudah dihapalkannya sebelumnya.â€? Bagaimana cara menghindarinya? B e l i a u menyampaikan, “Cara menghindari hal tersebut tentunya dengan berusaha menyimpan materi-materi pelajaran ke dalam long-term memory. Caranya dengan menggunakan salah satu teknik mengingat, yaitu rehearsal atau mengulang membaca materi tersebut. Jadi sebaiknya tiap siswa memiliki jadwal belajar yang rutin. Setiap pulang sekolah, bacalah kembali semua materi yang dipelajari di sekolah tadi. Tidak perlu dihapalkan, hanya dibaca saja. Setelah itu, siswa tersebut baru mengerjakan PR, belajar untuk ulangan, dan sebagainya. Pada malam hari, saat menyiapkan tas untuk keesokan harinya, siswa tersebut juga kembali membaca materi yang dipelajari kemarin, dan membaca sekilas materi yang akan dijelaskan pada hari tersebut. Demikian seterusnya, jadi materi pelajaran tersebut telah dibaca minimal dua kali. Nantinya pada saat ulangan, siswa kembali membaca materi tersebut secara lebih mendalam. Dengan November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 29


Ask Expert! demikian, pada saat ujian siswa tidak perlu begadang semalaman untuk menghapal, karena materi tersebut sudah berkali-kali ia baca dan pelajari.â€? Beliau juga mengatakan, “Jika hal ini rutin dilakukan siswa, maka nantinya materi pelajaran tersebut akan masuk ke long-term memory siswa. Sehingga, meskipun siswa libur lama, materi pelajaran tersebut akan mudah diingat kembali. Hal lain yang penting untuk diingat adalah bahwa pengalaman belajar yang menyenangkan juga memudahkan siswa untuk menyimpan pengalaman tersebut ke dalam long-term memory-nya. Selain itu, siswa dapat mengaitkan atau mengaplikasikan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, sehingga cenderung lebih mudah untuk diingat.â€? Pertanyaannya, apakah siswa mau melakukan hal tersebut? Pastinya kembali lagi kepada kalian. Meningkatkan memori merupakan hal yang sangat penting. Jika tidak terbiasa melatih memori, maka pada saat dewasa nanti akan mudah lupa. Bahasa akrabnya adalah “pikunâ€?. Apakah kalian siap jika nanti menjadi pelupa? Liburan memang penting. Apalagi jika liburannya setelah sekolah, kuliah atau bekerja. Menurut beliau, “Liburan sangat penting untuk refreshing atau penyegaran kembali otak setelah ia bekerja keras selama sekian hari atau sekian bulan. Liburan sebaiknya diisi dengan aktivitas yang menyenangkan dan melibatkan aktivitas fisik seperti berolahraga, serta dilakukan bersama orang-orang tercinta yang mungkin selama ini sibuk dengan urusan masing-masing.â€? Memang benar jika aktivitas harian (contoh: sekolah/kuliah) membuat siswa hanya memiliki waktu yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali untuk melakukan aktivitas yang bisa merefleksikan pikiran dan badan. Padahal tubuh kita butuh keseimbangan antara fisik dan mental. Jika fisik tidak sehat tentunya kita juga sulit berpikir dengan jernih bukan?â€? Beliau mengatakan, aktivitas liburan yang kurang efektif biasanya adalah menghabiskan waktu dengan bermain game. Saat bermain game, siswa biasanya hanya duduk dan otak dipacu bekerja untuk konsentrasi pada game yang dimainkan. Meskipun menyenangkan, tapi fisik siswa tidak diolah, dan setelah bermain game, otak menjadi sangat lelah. Terlebih biasanya orangtua membebaskan anak bermain game sampai larut malam ketika liburan, karena anak tidak harus bangun pagi keesokan harinya. Dengan demikian, ketika kembali bersekolah, siswa cenderung sulit mengingat kembali pelajaran yang lalu karena kondisi otak yang terlalu lelah tersebut. Beliau memiliki saran untuk berlibur, “Saran saya, isilah liburan dengan hal-hal yang menyenangkan atau dengan menyalurkan hobi yang mungkin jarang bisa dilakukan karena kesibukan sehari-hari. Mencari udara segar, sambil menikmati minuman hangat, juga dapat membuat pikiran dan perasaan kita menjadi rileks. Selain itu, kegiatan bersama keluarga juga sangat disarankan, sebab kebahagiaan yang dirasakan karena kebersamaan keluarga merupakan kegiatan refreshing yang sangat bermakna.â€? 30 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

I Positive Psychology:

n 1998, Martin E. P. Seligman created a new direction and orientation in the psychology field, called positive p s y c h o l o g y. Have you ever heard of the term positive psychology? Maybe the first thing comes to mind is that it is about the science of happiness (“happiology”). While the two are related in some ways, the positive psychology is actually a more conceptualized approach in understanding humans’ behaviors. Literally, positive psychology is concerned with the appliance of psychological theory, research, and intervention techniques to understand the positive, adaptive, creative, and emotionally fulfilling aspects of human behavior. Positive psychology appraises “the average person” with an interest in finding out what works, what’s right, and what’s improving. There are 3 dimensions of positive psychology: subjective level, individual level, and group or societal level. At the subjective level, positive psychology attends on positive subjective states or positive emotions such as happiness, joy, satisfaction with life, relaxation, love, intimacy, and contentment. For example, we feel grateful and delighted after earning favorable scores in exams which proved to be very challenging. The view also also regards constructive thoughts about the self and the future, such as optimism and hope, as well as feelings of energy, vitality, and confidence and the effects of positive emotions such as laughter. At the individual level, positive psychology focuses on positive individual traits, or the more positive behavioral patterns seen in people over time, such as manifestations of courage, persistence, honesty, and wisdom. For example, what we do to earn good scores in regard to difficult exams. Last, at the group or societal level, positive psychology focuses on the development, creation, and maintenance of positive institutions such as the development of civic virtues, the creation of healthy families, and the study of healthy work environments. For example, to get good grades, you initiate to hold a study group. Here we reckon how you interact with your friends in the said study group. There are 6 basic themes of positive psychology. First, the good life, where Seligman defined as using your signature strengths everyday to produce authentic happiness and abundant gratification. The good life is the combination of 3 elements: connections to others

Focusing on Positive Aspects in Human Life

November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 31


Health Psychology (love, forgive, spiritual connections), positive individual traits (integrity, creativity), and life regulation qualities (autonomy, healthy self-control). Second, the importance of positive emotions and adaptive behaviors is to live a satisfying and productive life. Awareness of their psychological strengths can help people recover from psychological problems. People who experience and express more positive emotions tend to have greater success in numerous areas of life, physically healthier, more resistant to illness, and even live longer than those more negatively oriented. Third, people can flourish and thrive. Corey L. M. Keyes and Shane Lopez Keyes suggested that complete mental health is a combination of high emotional well-being, high psychological well-being, and high social well-being, along with low mental illness. High emotional wellbeing is presented when people feel happy and satisfied with their life. For example, after being graduated from the university, you somehow feel confident as you are admitted as competent in the field of your taken major. High social well-being is said present when people have that specific juncture. Fourth, the independence of positive and negative emotions. For some time, psychologists assumed had a person eliminated their negative emotions, the positive emotions would have automatically taken their place (as positive and negative emotions concurrently exist). When your loved one fell sick, you’d feel sad and worried about them (negative emotion). As he was healed, you’d feel glad and happy for him (positive emotion). You would agree with that statement, wouldn’t you? But you know what? Ulrich Schimmack found that positive and negative emotions are relatively independent. He discovered that they tend to have distinct causes and can even occur together at the same time. For example, a mother whose son married was happy because her son had settled down. At the same time, the mother was also sad because her son would live at home with her no more. Fifth, although positive emotions are all good, negative emotions are still important nevertheless. The recognition and expression of negative emotions are also vital to selfunderstanding and personal growth. There must be a reason why people throughout history have been drawn to plays, paintings, poetry, and even music that express sadness, tragedy and defeat. It may be that in order to appreciate the bright sides in life we must also know something of the shadows. We try to eat fruits and vegetables more (positive), because we once got sick on the bereft of nutrition (negative). Regarding to the situation, however, perhaps it’s true that the desire to be happier and more satisfied with life is universally human. Sixth, many of the founders of positive psychology have put considerable emphasis on promoting and developing opportunities for experimental research on psychological wellbeing and on the potential for greater fulfillment in life (the science of well-being).

32 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Rec&Rev

Place(s):

Let’s Do Some Vacation!

Being on holiday sometimes means talking about going somewhere with our family or friends even if it’s just for a day. BuPsi has some suggestions of recreational and educational places which you might find very interesting to visit during your holiday, here they are…

Bromo Mountain

This mountain is located in East Java province and has very beautiful scenery which can amaze their visitors. The cool air, attractive crater, and reasonable price to enter this area could be considered if you are interested to visit during holiday. You’ll get some unforgettable memories as you could actually watch the sunrise directly from the top and certainly take some photos there.

Umang Island

Now you don’t have to go so far away just to be captivated by the mesmerizing sceneries of a beach. If all you want is to enjoy a beautiful beach then be grateful, because we actually have one in SubDistrict of Sumur, Banten. The said natural beauty is called the Umang Island. It has a exquisite underwater scenery which you can be in awe of even just from above the water. This location is rarely visited by tourists so won’t it be special if we become one of those first few who got to visit this location? Besides the beauty and other entertainments, Umang Island also offers us affordable price to visit.

Cibubur Garden Dairy

This recreational object is located in Cipayung, East Jakarta. Cibubur Garden Dairy, also known as Cibugary, is suitable as a family recreational spot because in there we can see and directly practice activities such as milking cows, feeding cows and goats, see the processing of milkproduction, and so on. In addition to a close-by location, this resort is also fun and very educational. November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 33


Rec&Rev

Book(s):

“Chicken Soup For The Soul: The Cancer Book: 101 Stories of Courage, Support, & Love”

Authors Publisher Inc. Publication Date Pages

: Jack C., Mark V. H., David T. : Peter Vegso & Health Communications, : March 3rd 2009 : 440

T

his book contains 101 stories about the struggle of cancer patients which full of love and miracles. Supports from family, role of professional doctors and nurses, love from significant figures, and the courage itself do help the cancer patients to recover themselves from the disease. Through this book, we could also know how the patients break the news to their beloved ones about their suffering. Inspirational and heart touching stories in this book is must-read for everyone because it told us about the taken-for-granted-way to appreciate life. The writers share all their experiences-from the diagnosis, to breaking the news to loved ones, to discussing the effect on home, school and work; from securing a medical team to living through an ever changing self-image; from the embarrassment of losing hair to discovering a new spirituality.

“Chicken Soup For The Soul: Think Positive For Great Health”

Authors : Jack C., Mark Victor H., David T. Publisher : Peter Vegso and Health Communications, Inc. Publication Date : 2012 Pages : 200

T

his book is divided up into ten chapters with each chapter contains inspirational stories which could change our mindset even our life. This book contains a lot of stories about the benefits of thinking positively in improving physical and mental well-being. These short stories are must-read stories, especially for someone who has a lot of activities and sometimes forget about their health. Through this book, we could know how to understand the signal from our body, the different way to reduce stress, stay healthy, and recover from an illness. This new book highlights the positive relationships, as it will help readers with its combination of inspiring Chicken Soup for the Soul stories written just for this book and accessible leading-edge medical information from renowned clinical psychologist and Harvard Medical School instructor Dr. Jeffrey Brown.

34 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Rec&Rev

“50/50”

Director : Jonathan Levine Script Writer : Will Reiser Genre : Comedy-Drama Released Date : September 30th 2011 (USA)

:Movie

50/50 is a movie that told us about the life of the 27 year-old journalist called Adam Learner (Joseph Gordon-Levitt) who has an attractive girlfriend, Rachael (Bryce Dallas Howard), and a co-worker, Kyle (Seth Rogen). Adam had felt bored with his routines until one day a doctor told him that he was suffering from a disease rooting in his spine named Schwannoma neurofibrosarcoma. Adam only had 50:50 probability of life, but he was so surprisingly relax after knowing. Many things had had happened in Adam’s life after he knew about his disease, starting from the denial stage to the content acceptance. In this movie, we were told that Adam befriended two older cancer patients who gave him the new perception on life, love, and illness. In this movie, Adam also consulted McCay (Anna Kendrick), a young attractive psychologist as he went through his problems. This movie is a must-watch movie because here we simply could find a new perspective to face cancer and it seems that smile is the best of all ways. Besides, we could know what the roles of psychologists are in accompanying cancer patients and what the influences of psychological state to the physical state of the cancer patients are. Most likely, we, as the audience of the movie, really hope that Adam could survive the 50/50 possibility and lead his life wisely.

November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 35


Liputan

Anime Festival Asia: Indonesia 2013 A

nime Festival Asia Indonesia atau AFAID 2013 kembali diadakan di Jakarta, tepatnya di Balai Sidang Jakarta Convention Center atau JCC, tanggal 6-8 September 2013 yang lalu. AFAID adalah acara anime dan budaya Jepang terpopuler di Indonesia. Disini, para pengunjung dapat menikmati banyak acara anime dan budaya Jepang yang populer. Pengunjung dapat melihat secara langsung penyanyi-penyanyi Jepang, membeli merchandise asli dari Jepang, menonton film anime, cosplay, dan bahkan makan di kafe yang dilayani khusus oleh maid yang imut dan butler yang keren. Hari Jumat, 6 September 2013, para pengunjung yang memiliki tiket stage atau tiket VIP dapat menonton penayangan film “Puella Magi Madoka Magica part 1” dan “Gundam Unicorn episode 6”, serta mendengarkan konser “I ♥ Anisong” yang dimeriahkan oleh Aya Hirano, Eir Aoi, dan May’n. Pengunjung stage dan VIP juga dapat melihat penampilan seiyuu cantik, Emi Nitta dan Aya Hirano, serta melihat showcase cosplayer Indonesia. Juri showcase AFAID 2013 ini tak lain adalah adalah bintang tamu cosplayer itu sendiri, seperti Angie dan Ying Tze dari Malaysia, Kaname dan Reika dari Jepang, Clive dari Singapura, dan Richfield dari Indonesia. Hari Sabtu, 7 September 2013, pengunjung tidak lagi dihibur oleh Aya Hirano, Eir Aoi dan May’n, tetapi digantikan oleh BABYMETAL, Kalafina, dan fripSide. Penonton juga sempat dikejutkan oleh kehadiran Denpagumi.inc setelah BabyMetal mengguncang panggung. Tak lupa, selama tiga hari, acara di stage AFAID juga dibawakan oleh Danny Choo dari Singapura dan Stella Lee, salah satu blogger Indonesia. Hari Minggu, 8 September 2013, para pengunjung yang memiliki tiket stage atau VIP dapat menonton penayangan film “Puella Magi Madoka Magica part 2” dan film “Detective Conan: Private Eye in the Distant Sea.” Di hari Minggu itu, para penonton tidak lagi dihibur oleh “I ♥ Anisong”, tetapi dihibur oleh TM Revolution, Danny Choo, Bima Satria Garuda, dan fashion show dari Marble Wonderland. Pengunjung stage dan VIP di hari Minggu juga 36 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Liputan dapat melihat babak penyisihan ARCC atau AFA Regional Cosplay Championship Indonesia. Jurinya tetap dihadiri oleh Kaname, Reika, Angie, dkk. yang sejak hari Jumat setia menghibur pengunjung AFAID. Akhirnya, juara pertama ARCC 2013 kali ini direbut oleh tim J Front dengan cosplay Metal Gear: Revegeance dan J Front yang akan mewakili Indonesia di final ARCC, November 2013 mendatang di Singapura. Para penggemar Kaname juga sempat berteriak histeris karena ada salah satu event dimana Kaname dan Danny Choo sempat menunjukkan “kemesraanâ€? di atas stage. Pengunjung juga dikejutkan dengan event lain dimana TM Revolution mendadak membagikan tanda tangan untuk 100 orang pertama. Para pengunjung langsung antusias berebut 100 tanda tangan ini. AFAID 2013 kali ini jauh lebih dipadati oleh pengunjung jika dibandingkan dengan AFAID 2012 meskipun areanya sudah diperluas. Lantai yang paling dipadati oleh pengunjung adalah lantai satu yang merupakan area exhibition yang dipenuhi oleh bermacam pameran figure dan toko-toko merchandise yang populer. Salah satu booth yang paling populer dikunjungi adalah booth Culture Japan milik Danny Choo. Booth ini dipenuhi oleh bermacam barang Mirai Suenaga, mulai dari poster, kaos, figure, motor, bahkan SmartDoll Mirai yang terkenal. Jika beruntung, setelah membeli bermacam barang, pengunjung dapat berfoto bersama dengan Danny Choo sendiri. Booth lain yang populer adalah booth Animax. Disini, pengunjung akan difoto oleh tim Animax dan mendapatkan hadiah gratis. Sementara itu, lantai lain yang dipadati oleh pengunjung adalah basement. Disini, pengunjung dapat membeli makanan, berkunjung ke doujin market untuk membeli pernak-pernik, atau berkunjung ke AFA Cafe. AFA Cafe sendiri adalah cafe dimana pengunjung dapat makan sekaligus dilayani oleh maid dan butler dari bermacam negara. Harga makanannya cukup mahal, namun sebanding dengan pelayanan maid dan butler-nya yang senang bercanda dan mau berfoto bersama. Ada salah satu hal yang menjadi pusat perhatian di AFAID kali ini, yaitu hilangnya dua boneka figure milik Kei Sawada, pengunjung asal Jepang yang menghadiri AFAID. Kei kehilangan dua boneka kesayangannya, yaitu boneka Qvey dan figure Tomoe Mami. Kedua boneka tersebut selalu dibawa Kei mengelilingi dunia. Boneka ini disadari hilang November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 37


Liputan pada hari Jumat, sekitar pukul 18.00. Menyadari bonekanya hilang, Kei panik dan berusaha mencarinya. Ia bahkan menempelkan selebaran di badannya dan membagi-bagikan selebaran berbahasa Indonesia. Banyak pengunjung yang membantu mencari atau menulis di status Facebook maupun Twitter. Di hari kedua, Kei masih terus mencari namun dengan tambahan tulisan akan memberikan imbalan sebesar dua juta rupiah untuk orang yang menemukan kedua bonekanya. Berita ini pun semakin menyebar. Pada hari ketiga, Kei tetap tidak menyerah dan terus membagi-bagikan selebaran. Pada akhirnya, kedua boneka itu ditemukan pada hari Minggu siang. Kei terlihat sangat bahagia dan ia bahkan menuliskan di selebaran yang ditempelkan di tubuhnya, bahwa kedua bonekanya sudah ditemukan dan berjalan-jalan sambil memegang bonekanya. Reyca-chan Selama tiga hari, AFAID juga selalu dipenuhi oleh bermacam cosplayer yang berjalan-jalan di berbagai area. Cosplayer yang datang bervariasi, ada yang sudah biasa cosplay, ada juga yang masih memerankan karakter sendiri (original character). BuPsi sempat mewawancarai salah satu cosplayer, yang juga mahasiswi UNTAR, bernama Reyca-chan. Reyca-chan memulai cosplay sejak tahun 2011 dan sering menghadiri berbagai event cosplay. Saat ditanya tentang budget yang biasanya dikeluarkan, Reyca-chan menjawab budget yang dikeluarkan tergantung dari karakter yang diperankan, ada yang gratis, ada yang sampai Rp 900.000,00. Para pengunjung di AFAID ternyata bukan hanya orang Jakarta. Hal ini terbukti dari jawaban salah satu pengunjung dengan penampilan Harajuku Style, yang diwawancarai oleh BuPsi. Mereka mengaku datang jauh-jauh dari Bandung untuk bertemu Reika, melihat para cosplayer lain, dan membeli merchandise di AFAID 2013 kali ini. BuPsi juga sempat mewawancarai salah seorang pengunjung yang bernama Raymond yang terus hadir selama tiga hari di AFAID. Meskipun baru pertama kali menghadiri AFA, tetapi Raymond langsung tertarik membeli tiket untuk tiga hari berturutturut dengan alasan karena jarang ada festival anime di Indonesia, juga karena artis-artisnya terkenal di dunia anime, dan booth barangbarangnya bagus serta jarang bisa dibeli di tempat lain atau dibeli via online. Menurut Raymond, hal yang paling berkesan di AFAID kemarin adalah penampilan para cosplayer di stage. Menurutnya, cosplay team yang tampil di atas stage pada hari itu hebat dan terlihat sangat berusaha untuk memberikan penampilan terbaik. Harga tiket AFAID 2013 sendiri bervariasi, mulai dari Rp 65.000 hingga Rp 750.000, ada pula tiket paket, yaitu pengunjung dapat langsung membeli tiket VIP 3 hari seharga Rp 1.300.000. Jadi, tertarik untuk menghadiri AFAID 2014? ;) 38 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

Konsep Diri & Cosplay

Oleh: Sandi Kartasasmita, M. Psi., Psi., Psikoterapis, CBA, CHA

M

asa remaja adalah masa mencari identitas diri. Identitas diri dapat ditemukan oleh remaja melalui berbagai macam cara. Jaringan pertemanan merupakan salah satu cara para remaja untuk mencari dan mendapatkan identitas dirinya. Seorang remaja ataupun bukan remaja dapat mengungkapkan jati diri melalui cara berpakaian. Cara seseorang untuk memilih pakaian merupakan juga cerminan dari kepribadian dari orang tersebut. Berbagai bentuk model pakaian yang ada di muka bumi. Salah satu yang menarik adalah gaya berpakaian yang disebut dengan cosplay. Menurut Novita, (dalam Halim, 2009) cosplay yang merupakan fenomena cara berpakaian dengan mengikuti tokoh film kartun, anime atau manga. Model berpakaian yang berasal dari negeri Sakura tersebut mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 2004. Walaupun cara berpakaian seperti ini bukan menjadi cara berpakaian sehari-hari, tetapi cara berpakaian tersebut juga menjadi pilihan saat menghadiri acara-acara yang memang diselenggarakan komunitas penggemar cosplay. Cosplay sendiri merupakan singkatan dari Costume Player. Menurut Aprianti & Dhaniati (dalam Halim 2009) Terdapat 6 aliran cosplay, yaitu (a) cosplay Japanese Star atau Cosplay J-Star, pakaian yang mengikuti musisi dan aktor/aktris Jepang; (b) cosplay anime, pakaian yang mengikuti atau terinspirasi dari tokoh anime; (c) crossplay, penggunaan pakaian lawan jenis; (d) cosplay original, pakaian dengan desain yang dimodifikasi sesuai dengan kreativitas individu; (e) cosplay tokusatsu, cosplay yang menggunakan kostum pahlawan Jepang; dan (f) cosplay ganguro, menggunakan pakaian remaja Jepang dengan ciri khusus wajah berwarna coklat, penggunaan lipstik dan perona mata berwarna putih. Para cosplayer (orang yang mengenakan pakaian tersebut) tentunya juga harus dapat bermain peran agar dapat meniru semirip mungkin dengan tokoh yang diperankan. Upaya remaja yang bermain cosplay tentunya akan menjadi suatu hiburan yang menyenangkan karena dapat melihat tokoh dalam film menjadi nyata. Pada saat bermain peran agar sesuai dengan tokoh atau karakter yang diperankan, para cosplayer tentunya perlu mendalami serta memahami tokoh tersebut. Pada saat berupaya menghayati karakter tokoh, terdapat kemungkinan para cosplayer tanpa disadari mengubah kepribadian asli menjadi kepribadian tokoh yang diperankan. Zimbardo (dalam Halim, 2009) mengungkapkan, bahwa orang yang sedang bermain peran dapat menjadi bingung antar kenyataan dengan ilusi akibat peran yang dimainkan. Hal tersebut dapat terjadi karena orang yang memainkan peran melakukan penyerapan kepribadian dari tokoh yang diperankan (Myers, 2005). Hal tersebut yang menjadi kontroversi keberadaan cosplay di Indonesia, terutama para cosplayers-nya. Terdapat cibiran, hinaan maupun pandangan sinis dari masyarakat mengenai fenomena berpakaian yang “nyelenehâ€? tersebut. Ada yang mengatakan bahwa para coplayers adalah orang-orang yang memiliki masalah dengan diri sendiri, atau disebut dengan krisis identitas. Para cosplayers juga dianggap tidak cinta tanah air karena menggunakan dan November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 39


Health Psychology mengagumi cara pakaian tokoh tidak nyata dari negara lain. Hal tersebut adalah pandangan wajar yang dikemukakan oleh masyarakat bukan pecinta cosplay. Terlepas dari hal tersebut, tulisan ini tidak ingin membahas hal tersebut lebih lanjut. Hal yang menjadi fokus dari tulisan ini adalah pada konsep diri para cosplayers. Tidak ada yang benar ataupun salah dari melakukan perilaku cosplay. Identitas diri merupakan satu skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisir. Kumpulan tersebut pada akhirnya menunjukan identitas diri bagi setiap individu. Pengamatan terhadap diri dapat ditinjau dari aspek kognitif, fisik, emosional dan juga spiritual. Pada umumnya, konsep diri seseorang dapat dilihat dengan mudah dari segi fisik, karena memang secara fisik adalah hal yang paling mudah terlihat oleh diri sendiri maupun orang lain. Fisik yang baik atau buruk dapat menjadi permasalahan tersendiri bagi konsep diri seseorang. Remaja, terkadang dapat dengan jelas memahami diri sendiri akan tetapi di sisi lain tiba-tiba merasa tidak mengenali dirinya sendiri. Kebingungan hal ini yang akhirnya akan memengaruhi konsep diri bagi remaja. Padahal, konsep diri memberikan pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang akan ditampilkan seseorang. Saat konsep diri seorang remaja mengalami hambatan, tentunya berbagai perilaku negatif pun dapat saja muncul. Konsep diri yang kurang baik, ditambah dengan bermain cosplay, tentunya dapat berdampak kurang baik bagi para cosplayer. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, apabila tidak dapat membedakan antara diri sesungguhnya dengan diri dalam permainan, maka akan timbul permasalahan dalam identitas diri. Sebaliknya, bagi remaja yang memiliki konsep diri yang baik, tentunya bermain cosplay hanya akan menjadi bagian dari hobi yang menyenangkan. Lalu, bagaimanakah agar konsep diri tetap baik dan juga dapat bermain cosplay dengan menyenangkan? Apabila merujuk kepada definisi mengenai konsep diri, maka selain pandangan orang lain, persepsi diri sendiri pun akan membentuk konsep diri. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seseorang, tanpa melupakan faktor lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk memiliki konsep diri yang baik, pertama adalah dengan memahami kekuatan maupun kelemahan yang ada dalam diri. Apapun itu, jangan langsung dipungkiri. Terima dahulu kekuatan maupun kelemahan yang ada. Tidak ada manusia yang sempurna, itu adalah dasar pemikiran yang sebaiknya ditanamkan. Oleh karena tidak ada yang sempurna, maka, apa yang menjadi kelemahan lebih baik diatasi dan kekuatan yang ada dalam diri dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Kedua adalah dengan memiliki pola pikir yang positif. Segala sesuatu yang terjadi merupakan hal yang indah dan semua adalah pelajaran dalam hidup. Tidak ada kata kegagalan atau kesalahan, yang ada adalah pembelajaran. Sehingga dengan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif, maka penghargaan akan diri sendiri pun akan meningkat. Ketiga dengan melakukan yang terbaik pada setiap hal yang dikerjakan. Memberikan yang terbaik dalam setiap tugas akan berdampak pada meningkatnya keyakinan pada diri sendiri serta kesempatan untuk mengukur potensi diri. Apabila konsep diri yang dimiliki sudah baik, maka bermain cosplay pun tidak akan menjadi masalah bagi perkembangan pribadi di kemudian hari. Oleh karena itu, mencoba untuk cosplay sebagai hobi merupakan sesuatu yang menyenangkan apabila konsep diri sesungguhnya tidak bercampur dengan konsep diri tokoh yang diperankan.

40 | BuPsi 21 • November-Desember 2013


Health Psychology

Implementation Intentions:

Strategi spesifik untuk berdamai dengan tantangan yang dihadapi ketika membuat perubahan dalam hidup.

Addiction:

Suatu keadaan fisik atau psikologis yang bergantung pada zat-zat yang berkembang ketika zat tersebut telah digunakan melewati batas tertentu.

Psychopedia

General Adaptation Syndrome (GAS):

Istilah yang digunakan oleh Seyle untuk menggambarkan efek dari tuntutan yang menekan serta meliputi tiga tahap, yaitu alarm, resistance, & exhaustion.

Psychoneuroimmunology:

Bidang ilmiah yang menyelidiki hubungan antara faktor psikologis (misalnya: sikap dan emosi), sistem saraf, dan sistem imun.

Coping:

Mengelola kejadian-kejadian yang berat, membutuhkan usaha untuk menyelesaikan masalah, dan mencari cara untuk mengelola atau meredakan stres.

Health Behavior:

Perilaku yang dilakukan oleh individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka, misalnya latihan fisik atau mengonsumsi makanan sehat.

Wellness:

Kondisi kesehatan yang optimum yang diperoleh melalui keseimbangan fisik, mental, & kesejahteraan sosial.

Stress:

Respon individu terhadap stressor lingkungan.

Pain-Prone Personality:

Kumpulan sifat individu yang memberikan kecenderungan individu untuk mengalami asa sakit yang kronis. November-Desember 2013 • BuPsi 21 | 41


Health Psychology

Sumber: Artikel:

Belar, C. D., & Deardorff, W. W. (2002). Clinical Health Psychology in Medical Settings (2nd ed.). Washington D. C.: Americal Psychological Association. Compton, W. C. & Hoffman, E. (2013). Positive psychology: The science of happiness and flourishing (2nd ed.). Belmont, CA: Wadsworth, Cengage Learning. Doherty, W. J. (2006). Citizen health care: A mode for engaging patients, families, and communities as coproducers of health. Families, Systems, Health, 24(3), 251-263. King, L. A. (2011). The science of psychology (2nd Ed.). New York, NY: McGraw-Hill. Lilienfeld, S. O., Lynn, S. J., Ruscio, J., & Beyerstein, B. L. (2012). 50 mitos keliru dalam psikologi (W. T. Service, Penerj.). Yogyakarta, Indonesia: B First. (Karya asli di publikasikan tahun 2010). Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman pengendalian osteoporosis menteri kesehatan Republik Indonesia. Diunduh pada 21 September, 2013. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development (11th ed). New York, NY: McGraw-Hill. Skultety, K. M., & Zeiss, A. (2006). The treatment of depression in older adults in the primary care setting: An evidence-based review. Health Psychology, 25(6), 665-674. Taylor, E. S., (2012). Health psychology (8th Ed.). New York, NY: McGraw-Hill. Valfre, M. M. (2009). Foundations of mental health care. St. Louis, MI: Mosby Elsevier. Waughfield, C. G. (1998). Mental health concepts (4th). Albany, NY: Delmar Publisher. http://hot.detik.com/ http://kolomkita.detik.com/ http://travel.detik.com/ http://www.amazon.com/ http://www.anneahira.com/ http://www.chickensoup.com/ http://www.christianbook.com/ http://www.goodreads.com/ http://www.hukor.depkes.go.id/ http://www.imdb.com/ http://www.stellamaris.co.id/ http://www.top10indo.com/ http://www.who.int/

42 | BuPsi 21 • November-Desember 2013

Illustrasi:

Dokumentasi Pribadi. Dokumentasi Buletin Psikologi Universitas Tarumanagara http://2.bp.blogspot.com/ http://3.bp.blogspot.com/ http://31.media.tumblr.com/ http://alongtheyellowbrickroad.files.wordpress.com/ http://blog.beatthebrochure.com/ http://cdn.kaskus.com/ http://czthomas.files.wordpress.com/ http://dribbble.s3.amazonaws.com/ http://ecx.images-amazon.com/ http://everydaylife.globalpost.com/ http://flickr.com/ http://healthveda.com/ http://healthyblackmen.org/ http://hinhnenx.com/ http://ia.media-imdb.com/ http://iamproudofmykids.com/ http://images.familyvacationcritic.com/ http://images.smh.com.au/ http://img.thesun.co.uk/ http://inexpressible.com/ http://insitu.sit.ac.nz/ http://mackinnon.com.au/ http://notalwayslearning.com/ http://roadthinker.com/ http://wisatacibugary.blogspot.com/ http://www.3wallpapers.fr/ http://www.atkinseldercarelaw.com/ http://www.awesomealpharetta.com/ http://www.burtonmail.co.uk/ http://www.cytoplan.co.uk/ http://www.diopgmbh.com/ https://www.facebook.com/raymond.hartono.5 http://www.healthy-temple.com/ http://www.homewoodsuiteschicago.com/ http://www.lds.org/ http://www.markbunn.com.au/ http://www.michigandaily.com/ http://www.pammacds.com/ http://www.picwals.com/ http://www.priotime.com/ http://www.psychologymatters.asia/ http://www.pulau-umang.com/ http://www.pursuithomefitness.com/ http://www.redorbit.com/ http://www.southerncaliforniadefenseblog.com/ http://www.sseal.de/ http://www.valmg.com/ http://www.wallpaperfull.com/ https://www.ncu.edu/


Reporter Sila P. (705120007)

Reporter Lawita F. (705110129)

Graphic Designer A. Chalifar H. (705130058)

Editor Staff C. Ivana (705110074)

Circulation, Dist., & PR E. Ayu F. (705120116) Circulation, Dist., & PR Stevani (705110109)

Reporter Winda A. (705110003)

Editor Staff Cindy C. (705130055) Circulation, Dist., & PR Editor Staff Graphic Designer Ellen (705110023) Meylisa P. S. (705100109) Stefanie C. (705110113) Reporter A. Wahyu R. (705110118)

Editor Staff Veronica C. (705120034)

Senior Graphic Designer Caroline (705100141)

Circulation, Dist., & PR Lucia V. (705120069)

Reporter Ayu T. D. (705100101)

Vice Editor-in-Chief Jessie (705110046)

Editor-in-Chief Elvina Pekasa (705110089)

Secretary & Treasurer Elaine N. (705110060)

Selamat Bergabung Anggota BuPsi Periode 2013-2014


“If you’re happy, if you’re feeling good, then nothing else matters.” Robin Wright


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.