universitas, selain ITB ada juga perwakilan dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Bina Nusantara, dan lainnya. Ada dua jalur menuju seleksi WUDC, yaitu mandiri dan seleksi nasional, Fauzan dan Vicario mengikuti jalur seleksi nasional, “Untuk jalur seleksi nasional, semua akomodasi dan biaya di sana sampai pulang lagi dibiayai oleh Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), tetapi hanya empat tim yang dipilih,” jelas Vicario. WUDC diadakan di India pada 26 Desember 2013–4 Januari 2014. kepergian mereka ke India membawa nama Indonesia bukanlah hal yang mudah. Fauzan, mahasiswa Teknik Sipil ITB angkatan 2011 itu mengaku sempat deg-degan sebelum pengumuman hasil seleksi nasional WUDC. Fauzan dan Vicario memang sudah berencana untuk mengikuti WUDC sejak awal bergabung di Student English Forum, unit debat bahasa inggris ITB. Bahkan Vicario, mahasiswa Teknik Industri ITB angkatan 2010, yang sudah menyukai debat sejak enam tahun lalu ini sudah menargetkan untuk mengikuti WUDC di awal ia menjadi mahasiswa ITB. Awalnya Fauzan dan Vicario tidak menargetkan untuk menang. Mereka memilih untuk menjalankan kompetisi debat internasional tingkat universitas ini dengan usaha maksimal, “Pengalaman kami setiap ikut lomba, kalau terlalu ditargetkan dan gagal, akan lebih kecewa. Jadi, pola kami adalah lakukan yang terbaik,” jelas Vicario. Tim dari Indonesia bukanlah yang dijagokan dalam lomba ini, tetapi dengan strategi, Fauzan dan Vicario berhasil mewakili Indonesia untuk meraih juara WUDC. “Kita harus banyak baca, lihat berita-berita apa pun, termasuk berita internasional, sekalipun kita anak teknik, tapi enggak boleh ketinggalan soal berita supaya tahu konsep dasar untuk argumen nanti,” papar Vicario. Fauzan juga menambahkan, selain baca, mereka juga harus banyak latihan debat untuk melatih jalannya logika berpikir, latihan debat mengenai berbagai hal termasuk hukum dan politik adalah hal penting bagi mereka. Mereka juga meluangkan waktu untuk menonton video debat internasional. “Supaya kita tahu cara berpikir orang luar dan konsep debat mereka,” jelas Vicario. Saat WUDC, peserta diperbolehkan membawa persiapan dalam bentuk material cetak. Fauzan dan Vicario membawa banyak buku dari berbagai topik, mulai dari hukum, politik, budaya, dan lainnya. “Kita juga harus sering berpikir out of the box karena topik, struktur debat, dan gaya penilaian juri di sana berbeda-beda,” ujar Fauzan.
Indonesia mendapat kabar bahagia di awal tahun 2014, dua mahasiswa asal Institut Teknologi Bandung (ITB) menjuarai lomba debat internasional, World University Debate Championship (WUDC), yang diikuti oleh lebih dari 300 tim dari seluruh universitas di dunia. Mereka adalah yang pertama kali menjuarai lomba debat internasional dan mewakili Indonesia, Fauzan Reza Maulana dan Vicario Reinaldo. Mereka berbagi kisah sambil sesekali tertawa mengingat kembali kisah-kisah menarik yang terjadi di sana. Sebelas tim mewakili Indonesia dari berbagai
Fauzan dan Vicario pertama kali bertemu di Student English Forum. Setahun yang lalu Fauzan dan Vicario bergabung dalam satu tim dan mulai mengikuti berbagai kompetisi debat, “Sejak ikut Asian English Olympic yang diadakan Universitas Bina Nusantara Februari lalu, kami dapat pola untuk tetap santai, tetapi usaha maksimal dalam lomba,” jelas Vicario. Setahun bergabung dalam satu tim membuat mereka sudah mengerti satu sama lainnya setiap mengikuti lomba. “Intinya kerja sama tim itu penting, supaya enggak panik,” tambah Fauzan. Sehari-harinya Fauzan dan Vicario cukup dekat, obrolan mereka tidak hanya berkisar soal debat, tetapi juga soal kuliah, teman, dan obrolan ringan lainnya. Kini, selain tetap belajar, Fauzan yang hobi bermain basket ini juga sedang aktif di himpunan, sedangkan Vicario kini menjadi asisten dosen di jurusannya dan terus mengikuti berbagai lomba lain. [TSF]