[Kompas Klasika Jabar] Indra Wijaya & Stephany Josephine - Dari Luka Jadi Tawa

Page 1

Pria dengan rambut ikal ini terus merapikan rambutnya sejak tiba di Bandung. Ia adalah Indra Wijaya, 23 tahun, penulis buku Idol Gagal (Agustus 2012) dan Tulang Rusuk Susu (Desember 2013). Buku Tulang Rusuk Susu ditulisnya untuk menjawab pertanyaan di buku sebelumnya mengenai kisah asmaranya, karena banyak pembaca bukunya yang menyangka ia tidak pernah merasakan perjalanan asmara seumur hidupnya. Stephany Josephine atau akrab dipanggil Teppy, penulis buku The Freaky Teppy yang juga terbit Desember 2013 ini terlihat ramah dan senang bercanda. Perempuan berusia 26 tahun ini memulai hobinya menulis blog sejak 2007, lalu dilanjutkan ke media sosial dan menarik semakin banyak pembaca. Alexander Thian, teman Teppy yang sudah terlebih dahulu menulis buku menyarankan Teppy untuk menuangkan kembali isi blognya ke dalam buku. Indra dan Teppy sama-sama menulis buku non-fiksi komedi yang berlatarkan kisah hidup pribadinya. Namun bukan kisahkisah bahagia, buku ini lebih fokus pada kisah kegagalan dan cara mereka dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Mulai dari kegagalan dalam proses ajang pencarian bakat dan pencarian pasangan yang dialami Indra, juga kisah bertahan hidup di salah satu sisi Jakarta dan pengalaman semasa sekolah yang dialami Teppy. Semasa kecil, Indra merasa cinta pertama adalah jodohnya. “Sejak itu saya berfilosofi, tulang rusuk itu ibarat gigi susu, kisah cinta bisa tanggal dan sakit saat melepasnya, tapi pasti akan ada gantinya dan itu permanen,” ujar Indra sambil tertawa mengingat dirinya saat masih kecil. Berbeda dengan Indra yang mengangkat perjalanan cintanya, Teppy memilih menuliskan pengalaman hidupnya dari SMA hingga dua tahun awal bekerja. Perempuan yang kini bekerja di salah satu perusahaan multinasional ini mengaku sebagai masyarakat kelas menengah tidak mudah hidup di Jakarta. Ia pernah hidup susah dan merasakan perjuangan bertahan mengahadapi berbagai masalah yang mungkin dialami juga oleh sebagian besar orang. Kisah hidup yang dipilih Teppy sebagian besar adalah masamasa sulit dihidupnya, termasuk hidup di wilayah urban Jakarta, mengerjakan skripsi, mecari kerja setelah lulus kuliah, dan adaptasi di dunia kerja. Gaya penulisannya yang ringan dan dinamis memang dipilih Teppy layaknya ia sedang berbicara dengan temannya di telepon. “Saya mau orang-orang yang baca buku atau blog saya itu merasa saya mengisahkan hidup saya secara langsung di hadapan mereka,” jelas Teppy. Indra menuangkan isi blognya dalam buku pertamanya, Idol Gagal, untuk buku keduanya pria asal Malang, Jawa Timur, ini tidak mengambil dari blog, proses pembuatannya sembilan bulan sejak Februari hingga Oktober. Buku Tulang Rusuk Susu tidak se-

muanya berkisah pasangan hidup, ada cinta dalam bentuk lainnya, “saya menuliskan juga kisah cinta kelinci peliharaan saya dari sudut pandang kelinci itu, dan yang terpenting adalah cinta dalam keluarga,” jelasnya. Kekaguman pada karya-karya Raditya Dika menginspirasi Indra dan Teppy untuk menuliskan kisah hidupnya dalam blog. Tujuan awalnya hanya berbagi cerita tanpa target pembaca. Bagi Indra, Alitt Susanto berperan penting karena menemukan blog Indra dan mengarahkan untuk penulisan buku non-fiksi komedi. Indra mengaku senang bisa membagikan ceritanya ke orang banyak, walaupun isi buku terbarunya kebanyakan tentang kegagalan cintanya, ia yakin ada hikmah di balik setiap kejadian. Setiap buku harus memiliki karakter dan topik yang kuat, Indra berencana akan menuliskan buku ketiga mengenai perjalanan pendidikannya setelah menyelesaikan kuliahnya. Indra merasa harus lebih banyak bertualang dan mencari pengalaman hidup agar bisa diceritakan kembali dan bermanfaat bagi pembacanya, minimal membuat mereka tertawa dan merasa tidak sendiri. Menulis bagi Teppy adalah pelarian dari berbagai tekanan dalam hidup, walaupun sebenarnya sedih, Teppy menjadikan tulisannya sebagai medium untuk menyalurkan ekspresi dan sebagai eksistensi diri. “Minimal tulisan saya membuat orang-orang merasa nggak sendirian, sepahit-pahitnya hidup kita pasti ada waktunya kita untuk bangkit dan bisa mendapatkan apa yang kita mau,” jelas Teppy dengan yakin sambil tersenyum. Indra dan Teppy setuju masalah hidup itu tergantung setiap individu dalam menghadapinya. Jika kita mendapatkan masalah dan membawa masalah itu dalam kesedihan, maka akan lebih berat dan lebih sedih menjalaninya. Indra dalam proses menulis buku Tulang Rusuk Susu bahkan meminta bantuan dari mantan pacarnya dan bisa menertawakan kisah mereka bersama. Teppy sesuai dengan tagline buku The Freaky Teppy “Cerita Hidup Penuh Tawa Walau Luka-luka, mengatakan hidup sudah cukup berat untuk dibawa sedih, jadi ia memilih untuk membawa ‘luka-luka’nya dengan tawa. Keseriusan perbincangan mengenai perjalanan hidup dan hikmahnya mulai pecah ketika Indra dan Teppy ditanyakan soal status mereka kini. “Belum punya pasangan!” tegas mereka serempak sambil tertawa. Teppy kini sudah lima tahun bekerja di perusahaan multinasional, selain itu ia juga menjadi penulis lepas dan tetap menjalankan hobi travelingnya. Finalis Miss Indonesia 2006 dari NTT itu merasa pencapaian terbesar dalam hidupnya adalah mewujudkan mimpinya solo backpacking ke Eropa selama 3 minggu di tahun 2013. Kini Indra sedang mencoba lagi mengikuti ajang pencarian bakat di salah satu televisi swasta, ia juga dalam proses menyelesaikan pendidikannya di Universitas Brawijaya, Malang, “Sejak tahun lalu masih bingung nyari judul buat skripsi, padahal buku udah dua,” akunya sambil tertawa. [TSF]


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.