Kerupuk Pasir Zine - #Before32

Page 1

BEFORE 32

sebuah zine menyambut umur baru

– Yang Bangkit dari ‘Kubur’

Hola! Semoga kamu tidak berpikir zine ini berubah jadi zine horor ketika membaca judulnya huehehe!

Kami kembali, tepat sebelum 2023 berakhir. Selain untuk menandakan bahwa zine ini masih hidup, edisi kali ini juga bentuk perayaan kecil karena telah melalui 2022 dengan agak baik. Nggak mulus, tapi ya lumayanlah ya.

Ohya apa kabarmu? Baik ya? Baik dong!

Edisi kali ini kami akan membahas isi hati (ya kayak yang udah-udah juga gitu kan hehe). Isi hati seorang manusia sebelum usianya genap 32 tahun. Zine ini agak narsis dan egois. Ya biarin ajalah ya. Kalo muak, sayangnya kamu tidak bisa menyobeknya karena ini zine digital HAHAHA. But I’ll try to not make you throw up. Yaudah deh, gausah panjang-panjang lagi. Terima kasih sudah bersedia baca, sampai halaman berapapun, makasi coy! Salam, K

Kerupuk Pasir Zine, sebuah zine ala kadarnya yang terbit suka-suka aja. Temukan Kerupuk Pasir Zine di Instagram @kerupukpasirzine_. Jika ada kesan, pesan, serta kritik saran silakan kontak kami di akun tersebut.

#1

#2 – Pulang yang Terasa Jauh

Pulangmu terasa jauh

Jalanmu terlalu jenuh

Kamu bersimbah peluh

Sesekali mengisinya dengan keluh

Kamu tak lagi tahu mana rumah yang kamu tuju

Hatimu telah berubah jadi batu dan tak lagi utuh

Namun kamu tak ingin berdiam karena takut malu

Mungkin kamu perlu berhenti dulu

Berdiam dan melihat yang lalu

Sejenak dan tak bergerak dulu

Setelahnya ku tahu kamu akan tahu ke mana langkahmu menuju’

Wish #1

I hope you always remember that people come and go. They’ll give you lessons and reasons in your life. Let them in, let them go.

A

#3 – Tinggal Kenang

Yang tersisa tinggal kenangan

Kamu coba rawat sepanjang jalan

Berusaha terus diingat meski terus diterpa kenangan baru

Yang tersisa tinggal kenangan

Kamu khawatir bagaimana jika nanti perlahan kau lupa

Akankah ia marah karena kau tak ingat?

Akankah kau menderita karena tak mampu mengenang?

Yang tersisa tinggal kenangan

Meski memudar, ku harap kamu dapat bertahan

Selamanya ia di sana bersamamu

Bertumbuh tidak selalu menjadi besar, tetapi juga menjadi dalam

#AnotherRandomWords

– Hanya Bangunan

Dari hijau membentang

Berubah jadi abu bangunan

Dari yang membuat tenang

Kini jadi ladang uang orang

Gedung dibangun tinggi

Pohon dibabat habis Dan kini Sejauh mata memandang

Yang ada hanya bangunan

#4

Perbedaan Ingin Mati dan Tidak mau Hidup

Ada batas yang jelas antara keinginan untuk mati dan tidak mau hidup. Ketika ingin mati, kamu akan mencari berbagai cara untuk segera mati. Cara apapun.

Sedangkan tidak mau hidup, kamu enggan memulai hari. Enggan menjalani hari. Enggan bernafas lagi. Seringkali kamu takut akan hidup. Takut dengan apa yang akan terjadi. Pada akhirnya, kamu bersiasat untuk mengatasi dengan menjalani hidup yang seminimal mungkin.

#5 –

Percakapan di Ujung Hari

Dengan langkah gontai ia mendekat. Senyumnya samar terlihat. Matanya sayu. Ia terlihat begitu lelah namun berusaha keras bertahan.

“Bagaimana harimu?” Tanyaku.

Terlihat sedikit binar di matanya. “Aku begitu menyukai pertanyaan itu. Seringkali aku tak mendapatkannya. Terima kasih telah bertanya. Semua kukira baik-baik saja.”

“Kamu terlihat lelah?”

“Aku berusaha keras untuk bertahan.”

“Akan apa?”

“Akan hidup.” Lalu aku memandangnya tak mengerti. “Kukira hidup bukanlah bagianku.” Ujarnya lirih.

“Tak ada seorang pun terlahir lalu menjadi ahli soal hidup. Tak ada.”

“Ya. Tapi kukira hidup memang benar-benar bukan bagianku.”

“Kamu gapapa?”

“Jika ku jawab gapapa kamu pasti tau itu bohong. Tapi aku tak bisa menjelaskan kenapa aku kenapa-napa.”

“Istirahatlah sejenak. Kamu telah berusaha.”

“Dan rasanya aku tak ingin lagi berusaha. Aku tak cukup kuat untuk melanjutkan.”

“Kamu kuat. Kamu cukup kuat.” Ia memandangku sambil menahan airmatanya. “Kamu manusia terkuat untuk menjalani kehidupanmu.”

Akhirnya ia pun menangis.

“Hidup kita tak pernah sama dengan hidup siapapun. Maka membandingkan diri akan orang lain pun tak adil. Kamu kuat, cukup kuat, untuk hidupmu. Bertahanlah. Kamu telah melalui banyak hal. Dan kali ini kamu akan kembali melaluinya dengan baik.”

“Kamu percaya itu?”

“Aku percaya padamu. Selalu.”

Mataharipun tenggelam. Ia menghapus airmatanya dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangan. Ia berharap lelap akan menghapus semua luka. Ia berharap lelap akan memberikannya kekuatan baru untuk ia bertahan dan melalui semua. (cerita pendek ini ditulis 3 tahun lalu)

#6 – Pagi yang Tak Pernah Datang

Aku berharap kamu adalah pagi yang tak pernah datang

Yang tak pernah membangunkanku dari tidur panjang

Hingga tak pernah ada temu

Yang akan selalu berpasangan dengan pisah

Aku berharap kamu adalah pagi yang tak pernah datang

Yang tak perlu ku lalui dengan separuh nyawa

Hingga tak perlu bergerak sebegitunya

Aku berharap kamu adalah pagi yang tak pernah datang

Dan aku adalah mati (9/11/2022 – Transjakarta 7D)

Tidak perlu takut menjadi tua dan kesepian, karena sekarang kamu masih muda pun merasa kesepian. Takutlah menjadi tua, tetapi tidak bisa bersahabat dengan rasa sepi.

A
#2
Wish

Semoga kakimu tak mudah lelah untuk melangkah ke segala arah.

Semoga tanganmu tak mudah lelah untuk membantu ke siapa saja.

Semoga hatimu tak mudah lelah untuk menerima segala yang terjadi.

A
Wish #3

I haven't always against birthdays, each one reminds me I’m a year closer to death's cold embrace Wednesday Addams

#7

– Ada-ada Saja

Ada yang pernah mengisi malam Kemudian pesannya mulai tenggelam

Ada yang diharap mengisi hati Malah berakhir melukai hati

Ada yang mencoba bertransaksi Setengah memaksa, tak dituruti dan kemudian memilih pergi

Ada yang lalu muncul kembali Masih sering dilibatkan dalam pengandaian diri

Ada yang sudah pas di hati Tapi aku bukan yang ia cari

Ada yang dikira-kira bersambut Tapi entah apakahnya ia benar menyambut

Segala ada Ada-ada saja!

Wawancara Imajiner

(Ceritanya tulisan ini adalah wawancara antara aku dan aku)

Q: Halo! Apa kabar?

A: Baik, gimana juga kabarnya?

Q: Baik! Terima kasih sudah bertanya. Oh ya, selamat ulang tahun. Selamat memasuki usia 32.

A: Terima kasih.

Q: Apa perasaanmu di usia baru ini?

A: Tidak berasa apa-apa hehehe.

Q: Maksudnya?

A: Ya sebenarnya tidak ada bedanya usia 32 dengan usia-usia lainnya. Tentu saja tubuh semakin menua. Mungkin tambah dewasa. Tentu juga ada banyak perubahan, tapi tidak pada perasaannya.

Q: Memang bagaimana perasaannya?

A: Ya sama saja seperti biasa.

Q: Oke. Lalu apa yang kamu lakukan untuk merayakan hari ulang tahun?

A: Tidak ada yang istimewa. Yang berbeda hanya tiup lilin yang sebenarnya terpaksa ku lakukan.

Q: Kenapa terpaksa?

A: Ya karena sebenarnya aku tidak begitu suka dengan

perayaan. Aku menyukai ulang tahun ketika itu bukan ulang tahunku. Hehehe.

Q: Agak aneh ya?!

A: Heheh bukan agak lagi, memang aneh.

Q: Lalu apa harapanmu?

A: Aku berharap bisa hidup saja.

Q: Maksudnya?

A: Ya bisa menghidupi usia ini dengan sebagaimana mestinya.

Q: Apa yang pertama kamu lakukan di usia baru?

A: Seperti biasa. Bangun tidur, mengecek hape, lalu tidur lagi, atau mungkin langsung bangun untuk sikat gigi. Kalau tidak malas, aku mau sepedaan. Kalau malas, ya aku akan menyeduh kopi.

Q: Kita bicara soal usia 31 mu. Apa pencapaian terbesarmu di usia itu?

A: Hmm apa ya. Hidup. Ya hidup. Itu pencapaian terbesar di usia 31.

Q: Maksudnya?

A: Ya bisa hidup sepanjang tahun dan memasuki usia baru ini. Aku tidak pernah menyangka aku bisa melalui hidup yang cukup panjang hingga lebih 3 dekade. Maka hidup adalah sebuah pencapaian.

Q: Oke. Sekali lagi, selamat ulang tahun. Semoga segala harapanmu terwujud.

A: Sekali lagi, terima kasih.

Serupa buku yang terbuka, kamu bisa mengenaliku dengan membacanya. Tapi sayang kamu tidak suka membaca.

#AnotherRandomWords

Halo Tuhan!

Kayak biasa, ya!

Amin!

Nggak deng. Bercanda!

Segala harap ku sebut dalam doa. Mau mengumbarnya, kan agak malu ya. Hehehe.

Suddenly, I found myself again saying, “This was not part of the plan,” conveniently forgetting that I never really had a plan to begin with.

(Platonic, Until Death Do Us Part – Modern Love)

Because We Die Once

Listen to this one, she said and gave me her left earphone. I grab that earphone and put it into my ear. Without looking at me, she said, I love this song.

And the song plays. I saw the cover of the song from her phone.

I love the band name, I said. And we become quiet to listen to the song.

In the middle of the song, she said. I will put this song as the soundtrack of my funeral. I just look at her without any word. It’s quite a good song, right?

Yeah. But why? I asked her. She just shrugged her shoulder and smiled.

Lately, I like to think about my death, she said. Not how I will die, but how my funeral will be. What songs will play and how I’ll get buried. And the song ends. She looks somewhere with a smile. Then she looks at me again.

I think it’s easier to make a plan about death than to think about life.

Why? I can only ask her why.

Maybe because we live every day and die for once. So to make it beautiful I will make a great plan for it.

I took off the earphone and handed them to her. But I think we need to think about life too. Like, what will you do after

this? What food we will have for dinner. What will happen to us when we’re in the 70s.

She paused and glared at me. I can’t read what is the meaning of that expression.

Then she nodded her head. Yeah, maybe you’re right. Next time, I’ll think about life too. I’ll think about how our life will be, what will happen to us after this night.

So, what will we have for dinner tonight? I asked her. Pizza! We both smiled.

Suatu hari kamu akan menemukan seseorang yang akan selalu membuatmu bertanya, tetapi juga menemanimu untuk menemukan jawabannya bersama.

#AnotherRandomWords

– Aku Membayangkan

Aku dapat membayangkan matamu berbinar setiap bercerita tentang apa yang kamu sukai

Aku pun dapat membayangkan senyummu berkembang setiap kali berbagi kisah yang telah kau lalui Meski hidup tak tertebak aku tahu kamu tahu ke mana arah yang kau tuju apa inginmu, bagaimana meraih dan mengatasinya Semua terbayangkan meski tanpa pernah temu tapi aku yakin itu Mungkin nanti kita bertemu entah kapan nanti, ya?

#8

tak perlu lagi mengutuki diri. tak semua yang terjadi ada dalam kendali. bersedih sesekali, bersenang sebagai ganti.

A
Wish #4

#9 – Air mata yang tiba-tiba

Matamu tahu kapan ia harus memproduksi banyak air hingga tak terbendung lalu menganak sungai. Yang kamu sebut sebagai air mata turut mengalirkan kesedihan yang luput kamu luapkan. Mengalirlah, mengalirlah. Sehingga kikis dan kembali terisi di waktu yang lain.

Hatimu tahu kapan ia harus berduka sehingga memaksa mata memproduksi banyak air yang kamu sebut air mata. Semua terjadi otomatis ketika kamu mengingat kejadian lampau yang tak terpikirkan. Mengalirlah, mengalirlah. Sehingga surut sedih dan hati kembali siap kembali diri.

Meski ia disebut tiba-tiba, sedihmu, air matamu, semuanya ada di sana. Bersamamu. Selalu bersamamu, meski sering luput dan terabaikan.

Jika hidupku hanya sampai di sini, ku harap kamu mengingat pesan ini. Kremasi adalah jalanku untuk menjadi abu. Lebih cepat dan lebih tepat. Tak perlu ada nisan, tak perlu ada monumen ingatan. Simpan aku dalam kepala selagi abu ku yang sudah kau sebar bersama angin.

Tak perlu selalu mengingat segala suka yang pernah kita lalui bersama. Kamu juga perlu memberi ruang untuk luka dan dosa yang pernah ku perbuat. Agar semua berimbang dan kamu ingat kita tak pernah sesempurna itu.

A
Wish #5

I don't mean to hate December

It's meant to be the happy time of year

(Phoebe Bridges - If We Make It Through December)

#10 – Bagian dari Kamu

Kamu selalu berpikir bahwa kamu sudah bersahabat dengan rasa sepi. Maka, ia tak lagi menakutkan melainkan kawan.

Kamu selalu berpikir bahwa kamu sudah menaklukan kesendirian. Maka, ia tak lagi perlu dihindari.

Namun, kamu juga menyadari bahwa sepi dan kesendirian, meski kamu coba untuk berdamai dengannya, akan tetap menjadi sesuatu yang asing. Sesuatu yang tak selalu bisa kamu pahami. Sesuatu yang tidak selalu dapat kamu mengerti. Sesuatu yang ada di sana, di sisi mu, yang kadang jadi kawan, tetapi lebih sering menjadi lawan.

Tak apa, keduanya memang bagian dari dirimu.

Sampai Jumpa

Sejujurnya memulai zine ini lagi merupakan sebuah wacana yang entah bisa terwujud atau tidak. Melihat yang sudahsudah, sering muncul ide, tapi malas melanjutnya.

Tapi karena memiliki cukup waktu luang dan sekaligus sebagai pelarian dari rutinitas yang itu-itu saja, maka terjadilah Kerupuk Pasir Zine edisi #Sebelum32 atau #Before32.

Aku tidak tahu apakah isinya akan memuaskan teman-teman yang membaca. Seperti yang ku tulis di awal, zine ini agak sedikit narsis dan egois karena berisikan tentang aku dan sepanjang 12 bulan belakangan ini. Tapi aku berharap, jika kamu membacanya sampai halaman terakhir, ada sesuatu yang bisa kamu tangkap. Apapun itu, itu adalah hak mu sebagai pembaca. Tugas ku selesai sampai menuliskannya. Hehehe.

Tentu ku selipkan harapan buat kamu semua. Semoga 2023 kamu selalu sehat. Aku tahu jika mengharap kebahagiaan agak sedikit absurd, tapi ku tetap berharap kamu menikmati setiap langkah di tahun depan.

Akhir kata, terima kasih yang banyak untuk kamu. Mari tetap menghidupi hidup ini. Salam, K.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.