kerupuk pasir zine edisi v jkt488

Page 1


2


salam! Belum sampai 24 jam dari terbitnya kerupuk pasir zine yang keempat, aku sudah memikirkan edisi berikutnya. Lalu kuteringat kalau Jakarta ulang tahun pada Juni ini, tepatnya 22 Juni. Nah dari situ, kuputuskan untuk membuat zine tentang Jakarta. Lalu kubuat sebuah survey kecil di line tentang apa yang diingat akan Jakarta. Beberapa jawaban akan kutuliskan di zine ini. Lalu aku berpikir untuk tidak mengerjakan ini sendirian. Bermodal nekat, kuajak siapapun untuk ikut andil dalam kerupuk pasir zine edisi khusus ini. Responnya pun positif, sangat tidak kusangka. Beberapa karyapun akhirnya masuk dari kawan yang tidak ada kabar sebelumnya sampai yang sering ditemui sehari-hari. Menyenangkan! Maka zine ini kupersembahkan untuk Jakarta. Juga untuk teman-teman yang ikut andil. Semoga zine ini menjadi kado indah bagi ibukota. Dan semoga Pak Ahok mau baca. Hehe Beribu terima kasih kuberikan pada semua yang telah berpartisipasi. Juga untuk kamu yang membaca. Akhir kata, mari kita perbanyak COLLABS jangan sampai COLLAPSE. Salam! 3


JAKARTA - SIDE A

Aku dari malang Malang nya lagi, setiap beberapa bulan aku musti kesana Ke Jakarta.. Matarmaja menjadi idola dikala tak jadi raja

Aku dari malang Malang nya lagi aku diinjak ketika pertama kali menginjaknya Di jakarta Disebut jawa. Dari kampung. Padahal kita masih satu pulau.

Aku masih ingat. Pasar senen - tanah abang - m88 menuju rawa belong. Rute rute pikuk para manusia ibu kota yang selalu ku jumpa. Dimasjinasi

4


JAKARTA - SIDE B

Aku dari malang Kali ini bersepeda berkeliling kota Jakarta. Ajaib. Seketika berasa uzur di jalan. Padat merayap. Membuat waktu menjadi barang mewah disana. Menikmati jalanan di Jakarta. Jajanan makanan beraneka rupa. Ketoprak. Di jakarta terasa nikmat. Di Malang terasa lucu. Sama sama membuat kenyang.

Sampai makanan daerah malang pun ada. Meski harga dan rasa tak serupa.

5


Menuju malam. Suasana semakin hingar. Menelusuri perkampungan dalam. Berjumpa dengan kawan pembuat "ondel ondel" Nama yang cukup untuk membuat diri ku terbirit. Sampai membuatku sembunyi di pinggir jajaran persemayaman bivak.

Dimasjinasi

6


Kenapa semua kemari? Ketika aku ingin melarikan diri Dari hiruk pikuk kota sekejam ibu tiri Selalu makan hati

Jalan dipenuhi klakson dan maki Terik mentari bikin gerah diri Rasanya ingin bunuh diri Tapi aku terlalu gengsi

Kenapa semua kemari? Ketika aku ingin melarikan diri Mencari tempat tenang hingga tua nanti

Aku tidak benci ada di sini Hanya saja perlu berjarak dengan diri Supaya mengerti makna pulang Supaya paham kebutuhan hati 7


Kenapa semua kemari? Ketika aku ingin melarikan diri Kota sekejam ibu tiri ini Mungkin adalah pelabuhan mimpi Namun menjadi titik singgah bagi hati Untuk pulang kembali Kepangkuan ibu sendiri

Christmastuti Destriyani (kerisirek)

8


SEPI

9


10


11


12


13


Sepi! Ah! Apa lagi yang bisa saya lakukan ketika kehilangan orang-orang yang saya cintai? Saya hanya bisa berjalan sendiri dalam kesepian berinteraksi dengan pohon dan matahari, bercerita melalui bayang-bayang dan metafora visual. Ada kalanya sepi bisa membunuhmu, membawa dan menghanyutkanmu ke alam-alam sureal yang diluar nalar. Ketika saya kehilangan orang-orang yang saya cintai, semua berubah. Saya merasa terasing, saya merasa sendiri dunia penuh orang asing bahkan saya tidak mengerti untuk apa saya ada di sini. Ah! Sekali lagi saya hanya bisa bercerita melalu media fotografi, karena mulut saya sudah terlalu lelah untuk bercerita. Photo Story ini menggambarkan perasaan saya ketika saya kehilangan orang-orang yang saya sayang.

Reza Fiqih Nurzaman (fiqih911)

14


Christmastuti Destriyani (kerisirek) 15


Selamat ulang tahun Jakarta Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, Jakarta sudah tak asing di telinga mereka. Bahkan macet, banjir dan padat sangat wajar terlintas di pikiran ketika mendengar kata Jakarta. Namun,bukan hal itu yang menjadi bahasan utama di sini. Lalu apa? Kebudayaan? Sejarah? Administrasi? Atau apa? Sebagaimana kita punya teman, saat dia ulang tahun, kita menyampaikan doa dan harapan kita dan sedikit mengingat hal yang terjadi di antara kita dan teman kita tersebut. Dulu, pada tahun 1989, saya dilahirkan di wilayah Ciputat yang secara administratif saat itu masih termasuk Jakarta. Perbatasannya, jika saya tidak salah, antara Ciputat Jawa Barat dengan Ciputat Jakarta, yaitu berada di kali kecil yang melintang di sebelah barat Pasar Ciputat. Ya, jaman dulu Ciputat juga masih Jawa Barat. Karena bidan tempat saya lahir termasuk di Jakarta, maka dalam akta kelahiran saya disebutkan bahwa saya dilahirkan di Jakarta. Namun pada saat ini, Jakarta hanya sampai Kali Pesanggrahan yang melintang di sebelah barat Lebak Bulus. Sewaktu kecil, seringkali saya bermain hingga kawasan Jakarta (bukan Pasar Ciputat). Hal yang paling menarik adalah bus tingkat. Waktu itu, saya selalu merasa aneh dengan tidak adanya supir di

16


bagian lantai dua. Namanya juga masih anak – anak. Saat itu, tidak rutin mengunjungi kawasan Jakarta. Hingga bersama siswa lain dari luar Jakarta dengan persentase peluang hanya lima persen dari jumlah bangku yang terdapat di sekolah tersebut. Terlempar ke sekolah negeri sana – sini yang menjadi daftar pilihan saya. Ya begitu itu Jakarta, menawarkan banyak pilihan tapi tidak bisa ditunjuk begitu saja. Semu. Bosan dengan suasana Jakarta, saya memilih berkuliah di luar kota. Setiap libur semester atau ada libur, saya pulang dan kembali menikmati suasana Jakarta yang cenderung memberikan stress. Anehnya, setiap kembali keluar kota, saya malah merindukan suasana Jakarta tersebut, tapi selalu saya pungkiri. Sempat berfikir untuk bekerja di luar kota saja, tidak ingin menjadi bagian Jakarta yang menjenuhkan. Selalu membandingkan tenangnya suasana di kota tempat saya berkuliah dengan Jakarta. Tapi mungkin rezeki saya ada di Jakarta. Masih memilih untuk tidak menjadi bagian dari kejenuhan Jakarta, saya bekerja full time di rumah sebagai software assurance (tester). Sebenarnya, ini bagian dari implikasi bahwa Jakarta menawarkan begitu banyak pilihan tapi tidak bisa ditunjuk begitu saja. Sedikit banyak tetap harus bersyukur.

17


Hingga pada hari ini, saat Jakarta berumur 488 tahun, saya mendapat pekerjaan di kawasan Jakarta dan menjadi bagian dari keseharian Jakarta. Saya tidak akan berterima kasih kepada Jakarta, tapi saya ingin mendoakan agar Jakarta menjadi tempat yang jauh lebih baik lagi bagi para warganya dan para pendatang. Selamat ulang tahun, Jakarta!

Ilham N. F (ilhamnf0)

18


Jakarta: Menang atau Kalah Jakarta adalah ia yang dikutuk namun tetap diterima sebagai kemakluman di balik kalimat “Namanya juga Jakarta�. Seolah semua yang terjadi di kota, terutama yang tak normal, dianggap biasa saja. Gerutu-gerutu itu tampil di wajah-wajah pekerja kantoran di dalam commuter line, di dalam Trans Jakarta, di Kopaja, bahkan di dalam mobil mewah. Namun, seperti seorang ibu, tetap menjadi tempat berpulang.

Saya ingat cerita seorang kawan yang hendak mengungsi ke kota lain yang menurutnya lebih layak ditinggali. Rutinitas yang membelenggunya membuatnya gusar bukan kepalang. Hingga hari dihitung, seolah hari kepindahannya ke kota lain merupakan hari besar dalam hidupnya. 19


“Saya bingung. Kalau saya pindah ke kota lain saya merasa kalah, kalah dibanding mereka yang kuat bertahan di kota ini,� katanya. Dalam hati, saya bertanya hal yang sama. Namun, apakah perkara hidup di sebuah kota besar selalu tentang menang atau kalah? Pertanyaan macam ini mungkin ada juga di kepalamu.

20


Kutukan dan pujian. Menang atau kalah. Keduanya seperti perlombaan yang tak ada habisnya. Seperti relasi yang transaksional, tak ikhlas, mengharap kembali. Padahal kasih ibu “Hanya memberi tak harap kembali�, begitu kata sebuah lagu tentang kasih seorang ibu, jika Jakarta diibaratkan seorang ibu. Tapi bukankah memang demikian? “Gue mau ngumpulin duit dulu di Jakarta, abis itu gue mau beli tanah di Semarang mau bikin peternakan�. Jakarta dikeruk hingga seolah tak punya hati. Bukan Jakarta yang tak punya hati, tapi manusia yang super ambisius yang menjadikannya mati. Ketika roh yang hidup di dalam Jakarta seolah tak punya hati maka Jakarta tergambar seperti kota tanpa nurani. Ambisi melumpuhkan hal sentimentil. Manusia Jakarta tak punya banyak waktu untuk sekedar menikmati angin, hujan, gerak awan, atau kesedihan. Kesengsaraan, kemelaratan diendapkan jauh-jauh di dalam antah berantah. Dilakukan entah karena benar sungguhan kuat atau takut dipandang lemah oleh yang lain. Lalu seolah semuanya adalah kompetisi. Barang siapa paling kuat ialah juaranya. Yang kalah adalah pecundang yang harus pulang kampung, Lagi, ini bukan menang atau kalah. Ibu kota tidak pernah menilai, manusia Jakarta lah yang menilai. Manusia, yang tadi kusebut, hancur karena ambisi dan prestise.

21


Pernahkah mencoba untuk hidup di Jakarta dengan ikhlas? Menerima keburukannya tanpa menggerutu. Karena dengan menggerutu hanya menjadikanmu munafik. Sambil mengeluh, sambil terus kau injak tanah Jakarta, kau minum airnya, dan kau hirup udaranya (baca:polusinya).

Tak ada yang menang atau kalah. Namun, kita selalu berhak memilih kota mana yang ingin kita tinggali. Atau mungkin kami tak punya banyak waktu untuk 22


sekedar memilih karena ternyata kita bagian dari makhluk ambisius, itu? Selamat ulang tahun Jakarta. Terima kasih telah mengajarkan cara bertahan hidup dan membuka kemungkinan untuk menggerutu sekaligus mencintai.

Cikini, 28 Juni 2015

Yanurisa Ananta (yanurisaananta)

23


Jakarta Penuh rasa dan cinta Penuh getir dan pedih Namun sesungguhnya itulah yang lengkap Bukannya hidup selalu dua sisi?

Dan kamu, Tanpa sadar mengajarkanku untuk bertahan, Jakarta

Terima kasih, Jakarta

Anastasia RRK (anastasiarrk) 24


Ah Jakarta Jakarta Kota ini seakan begitu perkasa Ia punya segalanya, penyedia semua yang kau pinta “Kota metropolitan�, begitu kira-kira kata mereka Jakarta Kota si miskin dan si kaya saling bersisian Menjalani kehidupan dengan arus berlawanan Dari gubuk tua hingga gedung yang tingginya tak terkira Jakarta Rumah para pencari keberuntungan Coba temukan asa demi masa depan yang diinginkan Nampaknya, kota ini terlalu menjanjikan bagi pendatang Jakarta Tempat dimana kriminalitas merajalela Banjir menjadi sebuah permasalahan biasa Dan macet menjadi pewarna jalanan kota Ya, begitulah yang kudengar dari mereka Ah, Jakarta Kata-kata kasar yang keluar dari para penghuni kota 25


Tak seharusnya mereka umpatkan padamu yang tak tau apaapa Pun aku, tak tau ini semua salah siapa Ah, Jakarta Riwayatmu terlalu mempesona „tuk dihina Kerlap kehidupanmu pun sama Tak pernah padam walau tertutup usia Ah, Jakarta Andai saja Kaumku bisa sedikit berlapang dada Sadari kesalahan mereka Dan mau „tuk perbaiki ini semua

Rezzy Yolanda

26


Dimas Prasetyo (djmastprast) 27


Potret Tukang Sampah (karya : Eka Budianta) Dengan perut lapar dan harapan kosong Aku menelanmu Jakarta kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua onggokan sampah telah jadi menu utamaku Roda gerobak adalah sendok dan garpu Tuhan, jangan beri aku uang baunya lebih kecut ketimbang sampahku mendingan di bayang-bayang pohon mangga aku menyiapkan cerita untuk anak cucu untukmu Jakarta untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng dan pedagang kaki lima Jakarta, seribu tahum genap sudah Engkau masih compang-camping, luka-luka tangis bayi dan jerit wanita dimana-mana bianglala di atas perkampungan bikin cinta terbakar dalam perut lapar

28


Jakarte Punye Lagu

- lenggang jakarta, (andi meriem matalatta) - aku cinta j.a.k.a.r.t.a (c'mon lennon) - kisah dari selatan jakarta (white shoes and the couple company) - sore tugu pancoran (iwan fals) - membakar jakarta (seringai) - ke monas (rhoma irama dan elvie sukaesih) - kembali ke jakarta (koes plus) - jakarta pagi ini (slank) - hai monas (naif) - jakarta (glenn fredly) - ode untuk kota (bangkutaman) - senja di jakarta (bandaneira)

29


30


Ahok Dari Belitung Hijrah ke ibukota Dari wakil Menjadi kepala Kau dipuja Juga dicerca Namun kau tak pusing kepala Bagimu hanya bekerja Kau ubahkan stigma Minoritas bukan yang tertindas Asalkan tulus dalam bekerja Kau bukan dewa Yang mampu memperbaiki semua Hanya dalam sekali malam Kau bukan dewa Yang mampu membenahi semua Hanya dalam sekali kedipan mata Kau hanya manusia Yang ditunjuk jadi kepala Tapi masih saja dicerca 31


Umpatmu seperti cambuk Marahmu seperti api Namun kerjamu nyata dan berarti Terima kasih telah ada di sini Menjadi kepala dan tetap di sana Meski banyak yang membenci Kau tetap usaha genapi janji Terima kasih telah mengabdi Kepada ibukota yang sekejam ibu tiri Terima kasih, Pak Ahok

Christmastuti Destriyani (kerisirek)

32


Angkot Bang, Kapan jalan? Sudah hampir sejam kita diam Bang, Kapan jalan? Ada waktu yang memburu Ada kerjaan yang menunggu Bang, Kapan jalan? Sudah hampir sejam kita diam Belum lagi macet di jalan Bang ...

Bahwasannya satu tempat dan tempat lain di Jakarta itu dekat. Tapi semua terhalang macet dan angkot ngetem. Bhay! Christmastuti Destriyani (kerisirek) 33


Diambil dari google

34


KONTRIBUTOR Anastasia RRK (anastasiarrk) Dimasjinasi Dimas Prasetyo (djmastprast) Ilham N F (ilhamnf0) Reza Fiqih Nurzaman (fiqih911) Rezzy Yolanda (rzyolanda) Yanurisa Ananta (yanurisaananta) Terima kasih untuk partisipasinya dalam kerupuk pasir zine edisi JKT488. Jangan kapok ya. Hehehe Ditunggu partisipasi selanjutnya pada edisi khusus lainnya.

Info: @kerisirek (twitter/ig/line) christdestiyani@gmail.com

35


36


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.