Frater CMM 2022/3

Page 17

| GALERI SEDERHANA | PERINGATAN DI BRASIL | BERBELAS KASIH DALAM PELAYANAN DI ASRAMA SANTO VINSENSIUS DE PAUL | PERCAKAPAN PERSAUDARAAN DI KOMUNITAS JOANNES ZWIJSEN | Frater CMM 3/22 majalah

Lihat situs website www.cmmbrothers.org

DAFTAR ISI

Misi Frater CMM

Kita dipanggil untuk menjadi frater yang berbelas kasih dan melaksanakan apa yang telah dilakukan oleh Yesus: mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan dan mengulurkan tangan untuk menolong.

Banyak karya kita dalam bidang pendidikan, pendampingan orang muda dan pelayanan gereja, terutama bagi orang miskin dan yang membutuhkan. Melalui kualitas pendidikan dan pembinaan religius, kita ingin memberdayakan orang muda dan memberi kontribusi untuk perkembangan masyarakat. Kita memperhatikan yang sakit dan yang rapuh, menempatkan keramah-tamahan dan membantu mereka untuk menemukan makna dan kebahagiaan dalam hidup. Bersama dengan orang lain, kita mengabdikan diri untuk membangun dunia yang lebih manusiawi, adil dan damai.

Kita adalah frater religius dan tinggal di dalam komunitas, penuh sukacita dan kehendak, terbuka terhadap dunia sekitar. Percaya kepada Allah, sederhana, persaudaraan dan belas kasih menjadi ciri khas hidup dan cara kerja kita.

Kita menghormati Maria sebagai bunda yang berbelas kasih, mencintai dan mengenang pendiri kita Joannes Zwijsen, mengikuti teladan Santo Vinsensius de Paul: melayani Tuhan dalam diri orang miskin dan yang membutuhkan.

Kita mengingat kata-kata Yesus: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

TERBITAN

Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0378111105 a.n. Philipus Weridity/Benediktus Suri. ISSN 1877-9719

Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan pelaksana editor), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin T. Robiwala.

Kontributor: Frater Lawrence Obiko, Frater Ad de Swart, Frater Henrique Matos, Frater Yonas Paso, Frater Ad Hems, Frater João Soares, Frater Frans Janssen, Frater Ad de Kok, Nathalie Bastiaansen, Charles van Leeuwen, Mascha van Kleef, Christianne van de Wal.

Penerjemah: Frater Benyamin T. Robiwala

Desain: Heldergroen, Belanda Layout: DekoVerdivas, Belanda Percetakan: PT Kanisius Yogyakarta, Indonesia

Kontak

Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org

Foto sampul depan: Marching band SMA Frater Don Bosco Lewoleba di Lembata, Indonesia.

Foto sampul belakang: Pohon. Foto: Frater Ad de Kok.

2
4 5
POTRET GALERI KOLOM PEMIMPIN UMUM

Dalam edisi terakhir tahun 2022 ini, Anda akan menemukan potret kedua dalam seri ‘Potret Galeri’ baru. Kontribusi pada kolom ‘Dalam Sorotan’ kali ini berasal dari Frater Ad de Swart. Bagian ini muncul karena berkaitan dengan pajangan di komunitas Joannes Zwijsen yang dipadukannya dengan sangat baik. Selain itu di belahan dunia lain yaitu Brasil, kami juga menemukan beberapa paparan, sebagai bagian dari eksebisi tentang sejarah frater di Brazil yang dibuat oleh Frater Henrique Matos. Gambaran karya kerasulan dalam edisi kali ini adalah tentang SMA Frater Don Bosco Lewoleba di Lembata. Frater Yonas Paso dengan bangga menceritakan sekolah ini, dan melalui foto-foto kita bisa melihat siswasiswi dengan antusias terlibat dalam berbagai aktivitas di sekolah dan sekitar sekolah. Dalam ‘Cerita Masa Lampau’ Frater Ad Hems melihat kembali masa lalunya di Indonesia dan menceritakan bagaimana ia memunculkan ide untuk memulai sebuah credit union. Frater João Soares mengirim sebuah artikel tentang asrama St. Vinsensius de Paul di Gleno, Timor Leste. Christianne van de Wal, anggota asosiasi menulis sebuah artikel tentang percakapan yang secara teratur dilakukan di komunitas frater, rumah perawatan Joannes Zwijsen, Tilburg. Christianne juga menulis teks tentang Frater Frans Janssen dalam kolom ‘Lihatlah Sesamaku’. Dengan edisi kali ini, terpenuhilah edisi terakhir untuk tahun 2022. Kami mengucapkan Selamat Natal, dan semoga tahun 2023 ditandai dengan damai di bumi bagi semua.

LIHATLAH SESAMAKU 19 IN MEMORIAM 18 GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN11
CMM DI
8 14
PERINGATAN
BRASIL
BERITA SINGKAT 18 PERCAKAPAN PERSAUDARAAN 17 6
CERITA MASA LAMPAU
16
DALAM SOROTAN
STAF
3
PELAYANAN BELAS KASIH DI GLENO DARI
REDAKSI

KOLOM PEMIMPIN UMUM

Dalam rumusan tugas misi, kita membaca bahwa “Banyak karya kita dalam bidang pendidikan, pendampingan orang muda dan pelayanan gereja.” Tentu saja pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai domein, antara lain pelayanan kesehatan, infrastruktur, seni, pengembangan teknologi, emansipasi minoritas. Mengapa fokus pada pendidikan?

Pendidikan adalah ‘password’ untuk domein yang lain. Melalui pendidikan yang baik, terbuka peluang akan domein-domein yang lain dan menemukan cara untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat secara lebih baik.

Apa yang membuat pendidikan di sekolah-sekolah CMM atau oleh frater CMM spesial? Apa itu ‘pendidikan yang baik?’

Sekolah-sekolah CMM spesial karena dedikasi dan perhatian dari para frater untuk lembaga pendidikan ini. Selain mata pelajaran regular, juga ditambahkan kegiatan ekstra kurikuler dan kami selalu mencari metode-metode pengajaran baru; dengan harapan bahwa anak-anak yang berada di bawah tanggung jawab kami, dapat dipersiapkan dengan baik untuk memasuki dunia baru.

Anda menyebutkan tugas misi. Ini berawal dengan “Kita dipanggil…”. Kita dipanggil untuk mengabdi dan membawa terang. Dalam pendidikan dan karya kaum muda kita berusaha untuk mewujudkannya dengan semangat melalui pikiran, jiwa dan raga. Kita juga dipanggil untuk mengucapkan kata-kata yang menyelamatkan. Kita tidak hanya mengajar matematika atau geografi. Kita berusaha untuk menuntun orang muda dengan pertanyaan seperti: “Bagaimana saya bisa menemukan makna dan tujuan dari dari hidup saya?” Dan akhirnya, kita dipanggil untuk mengulurkan tangan. Agar menjadi uluran tangan bagi yang lain, hendaknya kita memberi teladan.

Bagi kita, menjadi guru atau bekerja dalam domein orang muda adalah sebuah tugas, ini adalah panggilan. Ini bukan merupakan sebuah karier. Kita mengajar bukan karena gaji, atau karena posisi tertentu. Motivasi kita terletak pada hal-hal yang ingin kita lakukan di dunia. Untunglah bahwa ada banyak guru awam yang memiliki motivasi ini. Tugas kita sebagai guru tentu mendatangkan gaji, “karena buruh berhak atas upahnya.”

Kita mengharapkan anak-anak merasa dihargai, disemangati dan didorong untuk menemukan tempat dalam masyarakat. Ini bukan hanya tentang mendapatkan nilai terbaik atau peluang mendapatkan tingkat pendidikan tertinggi. Dalam masyarakat kita tidak hanya membutuhkan Doktor. Ini adalah menyangkut menemukan talenta-talenta unik dari setiap anak, yang membuat mereka merasa bangga dan memberi kontribusi pada masyarakat dengan cara terbaik yang mereka miliki.

Apa yang terjadi jika semua sekolah seperti ini? Apakah tujuan Anda tercapai? Apakah para frater masih diminta untuk mengajar?

Kita juga bisa melakukan hal-hal lain, tergantung di mana ada kebutuhan, namun anak-anak akan selalu ada. Masyarakat selalu berubah, demikian juga pendidikan selalu berkembang.

Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen

4

PRIBADI YANG BIJAK DAN BERTALENTA

Membutuhkan waktu cukup lama sebelum lukisan pemimpin umum kedua, Pater Leo Drabbe (1852-1929) berada di potret galeri Tilburg. Galeri ini belum ada pada masanya dan tampaknya setelah itu mereka lupa memasukkannya. Potret Pater Drabbe yang bagus akhirnya diperoleh pada tahun 2010 melalui seniman asal Tilburg, Paul van Dongen.

Tak diragukan bahwa Pater Drabbe adalah seorang pemimpin umum yang dicintai. Ia kemudian menjadi penerus yang layak untuk Pater Superior De Beer; sesuatu yang tidak diharapkan banyak orang. De Beer telah memimpin Kongregasi lebih dari setengah abad. Lagi, penerus yang segera menggantikannya dan berusia 47 tahun telah memenangkan hati para frater. Pembinaan adalah tugas yang serius di bawah kepemimpinannya, juga ada saat-saat canda dan tawa. Drabbe dididik di Ruwenberg, sebuah sekolah frater yang sangat bergengsi dan apa yang diketahuinya di sini yaitu betapa pentingnya rileksasi dari peraturan asrama yang ketat. Oleh karena itu, ia memperkenalkan sebuah program kepada para siswa di sekolah frater, yang mengharuskan mereka untuk pergi bertamasya secara reguler. Dalam keputusan lainnya bahkan lebih penting yaitu bahwa frater yang mengajar mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi. Mereka dengan gembira menerimanya, karena dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bila kita membandingkannya dengan Superior De Beer, Drabbe menonjol karena kepemimpinannya yang humanis dan lembut.

Pater Drabbe boleh merayakan pesta perak keanggotaannya dalam dewan umum: lima belas tahun sebagai anggota dewan umum dan dua belas tahun (1900-1912) sebagai pemimpin umum. Bukan pengabdian selama sekian tahun menjadikannya pemimpin yang dicintai, melainkan karena karakternya. Ia berbakat juga cermat. Ia menjalani kehidupan pribadinya seturut cita-cita hidup religius. Ia tahu bagaimana merumuskan ide-ide penting secara singkat dan padat yang dilihatnya sebagai citacita kepemimpinan bagi dirinya. Ia menghendaki “seorang religius yang sederhana dan rendah hati, imam yang suci, seorang frater yang berbelas kasih, seorang professor yang berpengetahuan luas, seorang bapak pengakuan yang bijaksana, pemimpin yang berpengalaman, penasihat yang mencerahkan; ungkapan yang sama disampaikan kepada rekan-rekan frater yang dihormatinya.

Pater Drabbe mengharapkan banyak dari para frater melalui pendidikan. “Guru adalah pribadi yang bijak dan bertalenta. Guru memiliki pengetahuan mendalam tentang katekismus dan Kitab Suci. Ia tahu bagaimana mendekati hati siswanya (barangkali hal terpenting yang seharusnya dapat dilakukan oleh seorang guru). Dan ia lebih dari sekedar seorang Kristen yang baik.”

Potret Pater Drabbe dengan jelas menyampaikan bahwa ia adalah pribadi yang menonjol. Ia berasal dari keluarga pendidik Tilburg yang terkenal; ayahnya membantu para frater saat pendirian Kongregasi. Uskup Zwijsen senang ketika keturunan keluarga yang menjadi sahabatnya ini masuk Kongregasi. Bila seseorang melihat dari dekat potret ini, ia melihat kualitasnya beda: Pater Leo adalah seorang pemimpin yang antusias, memiliki integritas dengan semangat yang mencerahkan dan bermurah hati dalam persaudaraan.

Pater Leo Drabbe.

POTRET GALERI
5
Charles van Leeuwen

SEBUAH ETALASE DI LANTAI EMPAT

Ide untuk kolom ‘Dalam Sorotan’ pada majalah Frater CMM muncul belum lama ini oleh karena adanya etalase di komunitas Joannes Zwijsen. Di tempat ini selalu tersedia pajangan kecil berkaitan dengan kegemaran para frater misalnya kumpulan koleksi, lukisan, gambar dan kaligrafi. Pajangan-pajangan ini dibuat oleh Frater Ad de Sward. Kami memintanya untuk memberikan beberapa komentar.

Sejak tahun 2008, tersedia sebuah ruang terbuka di lantai empat gedung Joannes Zwijsen yang baru dan masih kosong. Ruangan seperti ini menakjubkan dan bisa sebagai tempat berdialog yang menyegarkan pikiran bagi para penghuni yang melintasinya setiap hari. Kehidupan para penghuni memiliki keterbatasan, dunia mereka semakin menyusut, demikian juga dengan stamina yang membutuhkan istirahat sejenak secara teratur.

Etalase baru ini telah ada sejak 15 tahun silam dan pajangan dilakukan setiap lima minggu. Ada kesempatan untuk istirahat sejenak sambil memgamati barang-barang pajangan seperti lukisan, gambar, koleksi dan foto-foto, yang perlahan-lahan

DALAM SOROTAN
Frater Ad de Swart berada di etalase lantai empat Joannes Zwijsen.
6
Frater Wout van den Hout memberi penjelasan tentang lukisannya kepada Frater Linus Schoutsen, Frater Theo Adams, Frater Jan Heerkens, Frater Laurenti Verhoeven dan Frater Ad de Swart, yang kini dipajangkan di etalase.

membangkitkan kembali ingatan serta merenungkan kekayaan khazanah yang hilang atau belum dicerna oleh pikiran sederhana atau hebat. Para penghuni yang baru datang tetap mendapatkan kesegaran pikiran dan senyuman akan masa lalu mereka.

Tak diragukan lagi bahwa talenta-talenta khusus dari para frater menjadi fokus, baik dari rekan-rekan frater yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, dalam kaitan dengan karya atau keberadaan mereka di mana bakat mereka terlupakan atau tak diketahui. Itu juga terjadi bahwa hanya setelah kematian, seseorang menemukan apa yang dipikirkan dan dihasilkan orang itu pada saat-saat sepi dan sunyi yang barangkali tak disadari semasa hidupnya bahwa pekerjaannya akan membawa kebahagiaan bagi orang lain.

Barang-barang tertentu ditampilkan lebih dari sekali, karena kelompok penghuni dan pengunjung yang silih berganti dan/atau ingatan atau pengetahuan mereka bisa juga berubah. Melalui teks kaligrafi dan sarana lain para pengunjung ditantang untuk berefleksi,

sehingga terkadang menimbulkan diskusi terbuka yang intens.

Dengan jalan menggunakan sisa perabot dan hasil kreatif yang terabaikan atau terlupakan dari para frater yang telah meninggal atau dari hasil karya para frater yang masih hidup serta didukung oleh pemikiran hebat yang menginspirasi, diupayakanlah untuk menyediakan sebuah tempat bagi para pengunjung yang dapat memperkaya khasanah berpikir dan berdiskusi. Dengan jalan ini almarhum dikenang, yang barangkali merupakan penjelasan atau seseorang kemudian mendapatkan gambaran lain tentang frater yang telah meninggal. Setelah itu orang barangkali mengekspresikan kekesalan mereka karena tak mengetahui sebelumnya. Kita berharap bahwa lantai empat akan tetap ramai, dengan demikian usaha yang dilakukan bisa memberi manfaat bagi para pengunjung yang menikmati jalan santai.

Ad de Swart, Belanda

Kontribusi untuk etalase oleh Frater Hubertinus Cornelissen (tahun 2018).
7

KENANGAN CMM DI BRASIL

Pengalihan pengelolaan Colégio Padre Estáquie milik Frater CMM di Belo Horizonte kepada Bruder Marist berlangsung pada bulan Oktober 2020. Untuk mengenang 60 tahun pengelolaan sekolah oleh Frater CMM, kedua kongregasi menyepakati untuk menempatkan memorial di sekolah. Memorial yang tampak ini didesain dan dikerjakan langsung oleh Frater Henrique Christiano José Matos. Ia juga membuat sebuah pameran tentang Frater CMM di Brasil. Pameran ini bisa dilihat di pusat retret Retiro Vicente de Paulo, Igarapé.

Pameran peringatan di sekolah

Para frater memulai sekolah ini pada tahun 1962 dengan nama Ginásio Padre Eustáquie di sebuah daerah pinggiran yang miskin kala itu. Sebuah daerah yang sangat membutuhkan pengembangan pendidikan yang baik, demikian juga dengan wilayah sekitarnya. Pendidikan di sekolah-sekolah negeri memang gratis - dalam hal ini dibiayai oleh pemerintah - akan tetapi kualitasnya masih rendah. Sekolah Katolik yang dikelola oleh para frater menyediakan kualitas pendidikan, namun sebagai sekolah swasta harus memungut biaya. Anak-anak dari keluarga yang agak miskin masih bisa mengikuti pendidikan di sekolah frater melalui dana hibah. Kebijakannya adalah: satu dari setiap lima siswa memperoleh pendidikan secara gratis. Dalam kurun waktu 58 tahun, sekolah kecil ini berkembang menjadi sebuah lingkungan pendidikan yang megah dengan identitas jelas Kristen Katolik. Pemasangan memorial akan menjadi kenangan bagi semua orang yang telah memberi kontribusi terhadap kemajuan sekolah ini. Kurun waktu yang mengesankan ditampilkan pada dinding dan di bawahnya terdapat

etalase. Sejarah sekolah sejak tahun 1960 sampai 2020 dilukiskan melalui teks singkat, foto-foto dan obyek. Dokumen-dokumen berkaitan dengan maju mundurnya sekolah bisa dilihat pada lemari etalase

BRASIL
Etalase dipenuhi dengan kenangan. Linimasa 60 tahun Colégio Padre Eustáquio di Belo Horizonte, berikut etalase dengan foto-foto, dokumen dan obyek berkaitan dengan sejarah sekolah.
8
bagian bawah.

Selain itu, juga bisa dilihat rak dengan buku-buku dan majalah yang dipublikasikan oleh sekolah. Pada dinding sampingnya terpampang penghargaan kepada para mantan direktur dan direktris serta orang-orang yang telah memberi kontribusi penting untuk kemajuan sekolah. Foto-foto dan teks pada ubin batu tulis merupakan ciri khas tersendiri dari Frater Henrique Matos.

Bagian sudut lain aula, di samping etalase juga terdapat ubin batu tulis yang menarik dengan foto dan nama rekan-rekan frater yang meninggal di Brasil. Mereka juga berperan penting dalam membangun sekolah ini.

Penghormatan kepada rekan-rekan frater kita yang telah meninggal.

Pameran di Retiro Vicente de Paulo

Di wilayah perbukitan dekat ibu kota Belo Horizonte terdapat rumah retret Retiro Vicente de Paulo, Igarapé. Para frater menawarkan keramahan kepada kelompok religius dan awam yang merencanakan program retret di tempat ini. Para frater juga aktif memberi dukungan kepada umat Kristiani setempat, terutama memperhatikan orang muda, orang-orang yang kurang mampu dan pelayanan rohani kepada para narapidana di penjara.

Pameran yang dibuka pada tahun 2021 ini, menceritakan sesuatu tentang sejarah dan spiritualitas para frater di Brasil lewat foto (lukisan), kata-kata dan obyek. Di mana saja mereka berkarya dan apa tujuan yang hendak dicapai? Apa yang menginspirasi mereka, siapa yang menjadi teladan utama, dan apa yang menjadi sumber inspirasi mereka? Eksposisi ini juga memberi gambaran yang jelas tentang sejarah dan konteks gerejawi Frater CMM di Brasil, sejak tahun 1960 sampai sekarang.

9

Bagian pintu masuk dari pameran terdapat sebuah kolase tentang identitas kongregasi, antara lain Yesus saudara berbelas kasih, pendiri Joannes Zwijsen dan santo-santa patron Frater CMM: Vinsensius de Paul dan Maria Bunda Berbelas Kasih. Paling atas tertulis “Makna dari Memorial (O sentido de um Memorial): ini penting guna menumbuhkan peringatan sejarah: untuk mengenal dan mengapresiasi mereka yang telah mendahului kita, sehingga kita bisa memaknai masa kini dengan menyatukan idealisme serta memperteguh panggilan dan misi kita di masa yang akan datang.”

Kolase tentang identitas Frater CMM. Nathalie Bastiaansen
BRASIL 10
Dipajangkan di Igarapé: foto galeri termasuk para paus sejak tahun 1960 sampai sekarang, para pemimpin umum Frater CMM sejak 1884, para regional CMM di Brasil dan berbagai foto lainnya. Di bawahnya adalah foto buku-buku, laporan dan dokumen-dokumen Kongregasi lainnya.

SMA FRATER DON BOSCO LEWOLEBA

DI

LEMBATA

Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai macam kebutuhan, baik material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha untuk meringankan situasi ini. Bagian ke duapuluh dua dari terbitan ini, kami mengarah ke pulau Lembata, Indonesia.

Kongregasi membuka komunitas baru di Lembata pada tahun 2006, yaitu di Keuskupan Larantuka, Indonesia. Pada waktu itu, provinsi Indonesia belum memiliki karya sendiri di tempat ini, sehingga para frater yang diutus ke sana membantu di paroki Fransiskus Asisi Lamahora. Mereka membantu karya pastoral atau bekerja sebagai guru di sekolah milik keuskupan dan sekolah milik kongregasi Suster CB. Para frater mendapatkan izin dari pemerintah Lembata untuk memulai sekolah: SMA Frater Don Bosco Lewoleba pada tahun 2011.

Sejak awal kehadirannya, sekolah ini telah memberi kontribusi positif untuk masyarakat dan gereja di wilayah ini. Paduan suara sekolah turut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi di gereja dan biasanya juga diundang untuk tampil pada acara-acara tertentu.

Masyarakat bangga dengan hasil yang dicapai oleh para siswa dalam bidang akademik dan non akademik, bahkan di tingkat provinsi maupun tingkat nasional. ‘Menyediakan pendidikan yang baik’ adalah tujuan dari kongregasi frater; bahwa perhatian tidak hanya pada pendidikan intelektual siswa semata, melainkan juga menyangkut pengembangan kepribadian, sosial dan spiritual. Sekolah ini berdiri terhitung belum lama yaitu sekitar 11 tahun dan selama masa-masa ini telah menunjukkan sebagai salah satu sekolah favorit di Lembata bahkan di provinsi NTT.

Frater Yonas Paso CMM, Indonesia

GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Siswa SMA Frater Don Bosco Lewoleba.
11
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
SMA Frater Don Bosco Lewoleba di Lembata, Indonesia. Kerja kelompok. Tim sepak bola. Pemberian hadiah. Pramuka. Marching band.
12
Presentasi. Praktek memasak. Lomba paduan suara. Cheerleader. Di dalam kelas. Perayaan Ekaristi di luar. Jalan salib.
13
Pakaian daerah.

Di kantor credit union tahun 2004. Tsunami 2004 dan gempa bumi 2005 membawa kerusakan besar di pulau Nias. Credit union (KSP3) memberi kontribusi untuk perbaikan dan pembangunan setelah bencana alam ini.

CREDIT UNION

Frater Ad Hems bekerja sebagai misionaris di Indonesia sejak tahun 1969 sampai 2018. Pertama di Balige, kemudian sejak tahun 1983 berada di pulau Nias. Ia memulai rencana credit union dengan menyediakan kredit mikro untuk para petani sederhana dan pengrajin dengan nama Koperasi Simpan Pinjam Pengembangan Pedesaan (KSP3). Tersedia pinjaman bagi para petani untuk membeli anak babi. Tentu mereka harus memelihara dengan baik dan berjanji untuk mengembalikannya kelak. Atas bantuan dari seorang teman di Middelbeers, Belanda, Frater Ad mendapatkan obat-obatan untuk mengobati flu babi. Sesuatu yang sangat menarik bagi dokter hewan ini setelah mengamati cara kerja Frater Ad; sehingga, pada bulan April 2018 ia berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri acara perpisahan Frater Ad atas karyanya di pulau Nias. Ia sangat terkesan dengan apa yang dilihatnya di sana dan kemudian pada tahun yang sama mengundang Frater Ad ke Middelbeers untuk menceritakan karyanya di Indonesia. Ia memperkenalkan Frater Ad kepada para hadirin: “Kami menginginkan ia menjawab beberapa pertanyaan, namun perlu dibatasi karena saya kuatir ia akan berbicara sampai larut malam; ceritanya tak akan selesai.” Sebuah pertanyan dari salah seorang hadirin yaitu berkaitan dengan credit union.

“Bagaimana sebenarnya credit union dimulai?”

Sekitar tahun 1985, saya tinggal di biara bersama dua pastor Capusin asal Jerman dan satu pastor asal Italia. Pada suatu malam ketika sedang makan, salah seorang imam mengatakan: “Pagi ini saya berada di salah satu desa kira-kira tiga jam berjalan untuk merayakan Misa. Pada saat komuni biasanya mereka menuju ke depan. Salah seorang perempuan sederhana di antara mereka berkata ketika membuka tangannya: He pastore lohadoi dalu-dalu? ” ( Oh pastor, apakah tidak ada obat?) Kata-katanya membuat saya berpikir. Perempuan sederhana ini tidak membutuhkan komuni, atau Tuhan kita, tidak, ia ingin sehat.

“Ini menarik, Ad. Teruskan tetapi dipersingkat!”

Saya mulai mempelajari secara lebih intensif termasuk bahasa di pulau ini. Bahasa Indonesia tidak terlalu membantu di tempat ini. Suatu malam saya berangkat ke sebuah kampung dan di sana telah berkumpul tiga puluh orang petani laki-laki dan perempuan. Saya bertanya mengapa kalian begitu miskin. Mereka bereaksi begitu negatif. Mereka mengatakan bahwa tak ada jalan sedikit pun untuk berkembang. Saya bertanya bagi siapa yang berpikir demikian, silahkan berdiri. Segera semua berdiri kecuali empat orang tidak; barangkali mereka tertidur. “Saya katakan, silahkan duduk kembali.” “Dan jika ini benar bahwa

APOSTOLAAT IN BEELD
CERITA MASA LAMPAU
14

Frater Ad Hems (kiri) bersama anak-anak asrama putra Gunung Sitoli (Nias) tahun 2005. Frater Broer Huitema (kanan) saat kunjungan kerja.

tak ada jalan sama sekali untuk maju, maka saya akan naik perahu besok dan berangkat.” Segera setelah itu seseorang mengatakan: “Apakah benar ada jalan untuk keluar dari kemiskinan ini?”

“Cukup menarik. Silahkan teruskan Hems.”

Saya berdiri dan katakan: “Ya, ada”. Saya mulai berbicara tentang koperasi, tentang sistem simpanpinjam. “Ya, namun…kita benar-benar tidak punya uang untuk ditabung.” Saya bertanya apakah mereka ke pasar setiap minggu dan apa saja yang dibeli. “Ikan asin, sedikit garam dan gula, kopi, sesekali beras sebagai variasi karena sering makan ubi-ubian”. Saya bertanya apakah masih ada uang sisah setelah belanja. Kadang-kadang ada lebih. Tidak banyak, namun masih ada lebih. Jadi, saya katakan: “Setiap kali ada uang sisah, masukan pada rak paling atas di rumahmu

sehingga anak-anak tidak tahu atau mengambilnya; dan lakukan lagi pada minggu berikutnya. Setiap dua atau tiga minggu kalian menabungnya ke frater dan saya akan mencatat jumlahnya.” Setelah enam bulan beberapa orang telah mengumpulkan uang sejajar dengan €100 dalam rupiah. Apa yang saya lakukan di sebuah kampung, saya lakukan lagi di kampungkampung lainnya.

"Apa yang terjadi selanjutnya? Lanjutkan saja Pastor van den Elzen, guru para petani! " (Merujuk pada Pastor van den Elzen (1853-1925), seorang imam Belanda yang mendirikan koperasi simpan-pinjam dengan dan untuk para petani sebagai koperasi kredit di provinsi Noord Brabant, pada permulaan tahun 1900-an).

Baiklah, kadang-kadang beberapa ibu datang dan menunjukkan buku koperasi simpan-pinjam dengan penuh bangga. Sambil menepuk pundak mereka saya katakan demikian: “Apa yang saya lihat? Kalian telah menabung sekian banyak? Ini fantastis!” Ibu ini, awalnya tidak memiliki sesuatu, kini mempunyai tabungan dengan sejumlah kecil uang. Ia selalu berdiri membungkuk, namun kini bisa tegak berdiri dan menjadi wanita kuat yang membanggakan. Ini memberi kegembiraan bagi saya.

Frater Ad (Amator) Hems, Belanda

15
Frater Ad di persawahan Balige, 2007.

BERBELAS KASIH DALAM PELAYANAN DI ASRAMA SANTO VINSENSIUS DE PAUL - GLENO

Para frater di komunitas Gleno, Timor Leste tidak hanya mengelola sekolah kejuruan ESTVC-MM, melainkan juga asrama putra dan putri Santo Vinsensius de Paul. Tugas ini dilihat sebagai bagian dari karya pastoral mereka. Frater João Soares membagikan pengalaman kerjanya di asrama ini. Para frater mengelola asrama tidak hanya untuk putra sebagaimana biasanya, melainkan juga ada bagian untuk putri.

Ruang makan putra. Bekerja di kebun sayur.

Sayangnya bahwa kondisi bangunan dan fasilitas yang ada saat ini tidaklah memadai. Meskipun demikian, situasi ini tidak memadamkan semangat para frater untuk terus berkarya. Para frater yang bertugas di asrama selalu mengusahakan yang terbaik demi membantu pembinaan untuk anak-anak.

Anak asrama seluruhnya berjumlah 44 orang, terdiri dari 23 putra dan 21 putri. Intinya yaitu bahwa ini merupakan karya belas kasih, yang mana spiritualitas Kongregasi menjadi titik tolak ketika bekerja dengan anak muda. Para frater mewujudkannya lewat cara mengajar, cara berkomunikasi dan cara berinteraksi dengan mereka. Pengalaman membuktikan bahwa sikap belas kasih terhadap hidup tidak selalu mudah sebagaimana dilihat. Terkadang harus berkorban. Pelayanan belas kasih menuntun kita pada apa yang dibutuhkan di tempat ini: pendidikan dan kesempatan yang sama untuk semua. Ini adalah tugas kita sebagai

frater, bersama dengan keluarga, paroki dan siapa saja yang menempati posisi kepemimpinan.

Frater João Soares CMM, Timor Leste

Mengerjakan tugas rumah bersama.

TIMOR LESTE
16

WAWANCARA PERSAUDARAAN DI RUMAH PERAWATAN JOANNES ZWIJSEN

“Wawancara Persaudaraan” di komunitas Frater CMM - Rumah Perawatan Joannes Zwijsen, Tilburg, telah dilakukan beberapa kali dalam setahun dengan tema yang dibawakan oleh salah seorang frater. Pada musim panas tahun 2022, muncul pertanyaan bagaimana sebagai frater lansia, mereka bisa memberi kontribusi untuk misi Kongregasi. Pertanyaan ini dipicu oleh rumusan baru tentang Misi Kongregasi. (lht. hal. 2 dari edisi ini).

Di komunitas Joannes Zwijsen ada sekian frater yang pernah diutus ke luar negeri sebagai misionaris dan saat ini menghabiskan masa pensiun mereka di Belanda. Bagaimana mereka mewujudkan misi Kongregasi pada tahap kehidupan mereka saat ini?

Saling memperhatikan

Di rumah perawatan, para frater tinggal bersama dengan para penghuni lainnya, di mana mereka bisa makan, berdoa dan berdialog bersama. Beberapa di antaranya masih mempertanyakan apa yang masih bisa dilakukan. Sebagai misionaris yang bekerja di negara lain, mereka mendapat tugas yang jelas. Namun, hanya menunjukkan perhatian satu sama lain dalam keseharian hidup juga merupakan cara menjalankan misi Kongregasi. Ini dialami sebagai sebuah kesempatan untuk memberi kontribusi pada misi. Selain itu ada lebih banyak kesempatan untuk hal-hal yang sebelumnya tidak pernah atau hampir tak pernah mereka dapatkan: tetap kontak dengan keluarga, menulis surat, dan sungguh-sungguh memperhatikan rekan sesama.

Sebagai misionaris barangkali semakin jelas bagaimana kita mendukung orang lain, namun sebagaimana dikatakan oleh seorang frater: “Kita adalah satu keluarga di komunitas Joannes Zwijsen ini, kita berbagi kehidupan dengan yang tua, sakit atau yang cacat; ini saja merupakan dorongan untuk mempertahankan yang terbaik dengan berbelas kasih.”

Penjaga warisan

Seorang frater mengakui bahwa awalnya penderitaan Kristus tidak begitu berarti baginya sebagaimana terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Gangguan fisik membuatnya sulit untuk beraktivitas. Bahkan perjalanan singkat menuju ruang tamu membuatnya seakan kehilangan lengan dan kaki. Meskipun demikian,

Ruang tamu para frater di rumah perawatan Joannes Zwijsen (foto: 2020).

ia melihat sebuah panggilan untuk dirinya sendiri dan untuk rekan-rekan frater: sebagai frater lansia mereka bisa meneruskan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada rekan-rekan frater yang lebih muda. Merekabisa dikatakan - adalah penjaga warisan frater.

Frater seumur hidup

Frater Caspar, pemimpin komunitas dan penghuni termuda, secara singkat mengutip beberapa reaksi positif dan menghangatkan dari para pengasuh yang mengurus para frater. Tanpa ragu ia mengatakan bahwa suasana menyenangkan di rumah perawatan Joannes Zwijsen adalah karena kehadiran para frater dan suster, yang membuatnya berbeda. Menjadi frater untuk seumur hidup, bahkan telah memasuki pensiun sekian lama.

BELANDA
Christianne van de Wal, Anggota Asosiasi, Belanda 17

FRATER MUSIKUS

Di suatu tempat pada tahun 80-an ketika Frater Caesario Peters menjadi arsiparis di Generalat, suatu ketika ia bertanya pada dirinya mengapa tak ada tulisan tentang musikus di kalangan para frater. Pada tahap ini ia telah menemukan 260 kantata yang dibuat oleh para frater selama bertahun-tahun. Ia memasukan pertanyaan ini dalam publikasi CMM Belanda ‘Tussenbeide’ tahun 1986. Sejak saat itu tak seorangpun yang membalas pertanyaannya ini. Pada tahun 2020 Frater Hermenegildus Beris menerima tantantangan ini. Ia masuk ke bagian arsip dan mencari informasi tentang para frater yang dengan caranya sendiri aktif dalam bidang musik. Frater-frater yang memiliki multi talenta: menggubah lagu, menciptakan musik, mengembangkan metode belajar musik, membentuk biola. Dengan sejumlah monograf singkat, Frater Hermenegildus berharap untuk memberikan ekuitas kepada para komposer, organis, pemimpin padunan suara serta memastikan bahwa nama dan prestasi mereka tak terlupakan. Pada akhir tahun 2020 terbit sebuah buku berjudul: Frater Musikus dalam Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Ini telah menjadi sebuah buku yang begitu padat. Frater Caesario benar: ada banyak hal untuk diceritakan tentang frater-frater musikus ini.

FRATER-FRATER YANG MERAYAKAN YUBILEUM

TAHUN 2023

Piet (P.J.) Dilissen

Piet lahir di Overpelt, Belgia, tanggal 26 September 1932, dan masuk Kongregasi Frater CMM di Tilburg tanggal 29 Agustus 1950. Ia meninggal di rumah fasilitas perawatan ‘Het Dorpvelt’, Zonhoven tanggal 19 Agustus 2022 malam hari. Hari Jumat tanggal 26 Agustus berlangsung perayaan misa pelepasan, selanjutnya ia dikebumikan ditengah-tengah rekanrekan frater yang telah mendahuluinya di pekuburan Zonhoven-Centrum.

Frater Piet mengikrarkan profesi seumur hidup di Tilburg pada tanggal 15 Agustus 1955. Segera setelah itu ia menyelesaikan pendidikan gurunya dan mengajar beberapa tahun sebagai guru SD di Belgia. Ia diutus ke Kongo bersama tiga rekan lainnya pada tahun 1959 dan bekerja sebagai guru di sana. Ia bertahan dalam periode perang dan kekerasan di Kongo, namun akhirnya bersama dengan rekan fraternya mereka terpaksa meninggalkan negara ini. Misi berikutnya kali ini adalah ke Namibia dan lagi ia bekerja di sana dalam bidang pendidikan. Ia meninggalkan Namibia setelah 35 tahun karena alasan kesehatan, namun bertekat untuk kembali. Ia merasa sedih karena tidak ada kemungkinan untuk kembali. Piet seorang yang rendah hati, yang tak suka menjadi pusat perhatian, namun selalu bersedia berbicara tentang misi. Tahuntahun terakhir masa hidupnya, ia menikmati dengan santai. Ia menerima kenyataan bahwa pada suatu saat hari akhirnya akan tiba. Berkat perawatan yang sangat baik ia tetap tinggal di ‘Het Dorpvelt’, tempat di mana ia meninggal dengan damai. Ia kini menemukan tempat yang aman bersama Bapa di surga. Kita berterima kasih atas persaudaraan dan kesetiaan komitmen pada misi di negara-negara yang dicintainya: Belgia, Kongo dan Namibia.

IN MEMORIAM BERITA
SINGKAT
Fr.
Fr.
3
Fr.
Fr.
13
Fr.
29
Fr.
Fr.
Fr.
16
Fr.
18
19 Maret: *75*
Nicácio Huiskamp. 1 Mei: *25*
Eric Magoka.
Mei: *25*
Paskalis Wangga,
Paulinus Zebua, Fr. Emarius Gulö. 1 Juni: *40* Fr. Andy Effruan.
Agustus: *40*
Caspar Geertman.
Agustus: *70*
Ger Oomens,
Frans van Pinxteren,
Rob Swinkels.
Oktober: *40*
Vincent Odhiambo Oguok.

ZIARAH FRATER FRANS JANSSEN

Siapa sesungguhnya frater? Apa yang memotivasi mereka? Apa impian dan cita-cita mereka? Dengan cara apa mereka memberi bentuk pada ‘belas kasih’ dan ‘persaudaraan’ - dua konsep kunci dalam karisma Frater CMM? Frater Frans Jansen, misionaris di Kenya, menceritakan tentang sebuah ziarah khusus yang pernah dijalaninya.

Pada musim panas tahun 2013, Provinsial kenya, Frater Andrea Sifuna meminta Frater Frans jika ia ingin bergabung dalam ziarah Vinsensian di Perancis suatu saat nanti. Frans memenuhinya, namun “lebih pada mengakomodasi Sifuna” daripada yang ia rasakan sendiri.

Bersama salah seorang peserta, Frans mendiskusikan bagian dari buku Mengikuti Vinsensius oleh René Stockman. Dan Frans, melalui ungkapannya sendiri sungguh mengikuti Vinsensius. Ia telah membaca dan mendengar sesuatu tentang Vinsensius sebelum mengikuti ziarah, namun tak pernah menyadari secara jelas apa pengaruhnya. Frans melihat dirinya sebagai seorang frater biasa, namun setelah mengikuti ziarah ia menjadi “pribadi yang lain, frater yang lain”. Dengan suara yang agak emosi, ia kemudian menceritakan kembali masa-masa silamnya di tahun 2022, bahwa ketika kembali ke Kenya ia dipenuhi dengan perasaan yang sama sekali berbeda.

Apa yang terjadi selama ziarah? Frans menceritakan tentang mengunjungi Folleville, di mana Vinsensius bertemu dengan seorang petani yang menderita karena terganggu oleh perasaan hati nuraninya sendiri. Cerita ini memberi pengaruh pada Frans. Bahwa setelah Vinsensius memberikan sakramen pengakuan padanya,

sang petani ini meninggal dengan damai. Frans juga tergerak oleh kotbah Vinsensius, yang mana ia mengimbau umat untuk memperhatikan orang-orang susah, setelah Misa. Saat berjalan-jalan di Le Berceau, tempat kelahiran Vinsensius, Frater Frans ditemani oleh Frater Jan Koppens, mereka berbincang-bincang tentang perkataan Vinsensius; ‘orang miskin adalah majikan kita’. Mereka mendiskusikan jalan Vinsensius mencapai orang miskin, dan juga pertanyaan, ‘Di mana saya berdiri?’ Frans menyimpulkan bahwa ia masih jauh dari itu. Dan apa yang didiskusikan dengan Frater Jan (“Dan Jan tidak membantah saya lagi”, kata Frans sambil mengedipkan mata) bahwa ia sungguh mau berdiri bersama orang miskin di Kenya, dan bukan semacam dermawan di atas mereka’.

Setelah kembali ke Kenya, awalnya Frans mengelola ziarahnya dengan cara sendiri, namun setelah beberapa saat ia mulai membicarakannya. Berbicara tentang ziarah, keyakinan hidup dan energi terbuka sungguh merupakan dambaan Frans dalam menjalani hari-hari hidupnya sebagai frater.

Christianne van de Wal, Anggota Asosiasi, Belanda

19
‘LIHATLAH SESAMAKU’
Frater Frans di Museum Vinsensian, Paris. KARENA KEIMANAN AKAN KEBANGKITAN TUHAN KITA MENGETAHUI BAHWA MELALUI KEGAGALAN DAN PENDERITAAN AKHIRNYA HANYA YANG BAIK SAJALAH MEMPUNYAI MASA DEPAN. (dari Konstitusi Frater CMM) Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.