[bundel] buku buku yang terbaca secara rock n' roll vol 1 5 (dekadensiotak, september 2016)

Page 1


bundel

Buku-buku yang terbaca secara Rock N’ Roll Vol. 1-5

dekadensiotak


Bundel: Buku-buku yang terbaca secara Rock N’ Roll Vol. 1-5 oleh dekadensiotak Penyunting: dekadensiotak Desain sampul: dekadensiotak oh, I’m so lonely September, 2016 Dapat diunduh di: http://dekadensiotak.wordpress.com/publikasi

e-mail: dekadensiotak@gmail.com

Menu Menu ............................................................................................................................................ i Sekapur Sirih ................................................................................................................................ ii Vol. 1 ............................................................................................................................................ 1 ………Saman: Ketika Wanita di atas Pria ....................................................................................... 4 Vol. 2 ............................................................................................................................................ 7 ………Godot dan Masa Depan: Ilusi yang Diyakini ......................................................................... 9 Vol. 3 .......................................................................................................................................... 13 Vol. 4 .......................................................................................................................................... 16 Edisi Spesial: How-to Books ....................................................................................................... 19 Vol. 5 .......................................................................................................................................... 26 tentang ...................................................................................................................................... 30

i


Sekapur Sirih‌‌‌ Membaca bagiku seperti ngemil. Aku memakan buku-buku di waktu luangku. Sedikit demi sedikit. Tidak sedikit juga buku yang kutelantarkan begitu saja dengan alasan bahwa buku itu tidak menarik dan membuatku bosan. Bagiku, membaca adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Untuk menyelesaikan satu buku, apalagi yang tebal, aku harus merelakan waktu luangku demi menyelesaikannya. Apalagi bila buku itu kudapat dari membeli. Aku yang tidak kaya raya ini akan merasa beruntung jika buku yang kubaca berdampak jelas padaku. Entah itu pada pikiranku atau pada tindakanku. Aku meyakini bahwa semua bacaan yang kubaca mempengaruhi hidupku, namun yang berdampak besar adalah bukubuku yang kusuka. Sehingga aku tidak akan merasa rugi telah menghabiskan uang untuk satu jilid buku. Sebaliknya, jika buku itu membosankan, ngeselin, dan sungguh hanya bacot murahan, aku suka ingin mengumpat. Bundel ini mewakiliku dalam menyikapi buku-buku yang pernah kubaca. Aku bukan pengulas yang baik, tapi aku tahu betul mana buku yang kusuka dan mana yang tidak. Ini masalah personal. Jadi, ini adalah seleraku dalam membaca. Anggap saja ini adalah sebuah apresiasi bagi para penulis yang menginspirasiku dalam berkarya dan berbuat melalui buku-buku mereka. Buku bagus atau jelek, keduanya mempengaruhi sikapku dalam berkarya. Mempengaruhi gaya tulisanku. Mempengaruhi apresiasiku pada karyaku sendiri dan karya orang lain. Bisa juga disebut sebagai rasa terimakasih pada para penulis yang bukunya pernah kubaca. Karena jika memang buku adalah jendela dunia, maka duniaku sudah punya banyak jendela sebagai pemberi pandangan dan udara segar. Terkumpul dari Oktober 2013 sampai Juni 2016. Jadi bisa dilihat bagaimana perkembangan tulisanku. Dari tulisan alay bangsat sampai tulisan alay yang tidak terlalu bangsat. Tabik! September 2016

ii


Vol. 1 Februari 2014 Beberapa buku yang aku makan sepertinya akan menarik jika aku keluarkan lagi dari memori otakku untuk segera dialirkan dalam bentuk tulisan. Karena banyak orang bilang bahwa buku adalah salah satu sumber ilmu, maka petuah Imam Syafi'i menjadi sangat relevan: "Ilmu bagaikan binatang buruan, pena adalah pengikatnya". Biar ilmu-ilmu yang aku buru itu engga kabur kemana-mana, maka bolehlah aku tulis sebagian di sini. Anggap saja, ulasan sinting ini adalah lelucon sebelum tidur. Nomor-nomor yang tertera sebelum judul buku adalah bukan sebagai urutan yang menunjukan bahwa suatu buku lebih baik dari buku yang lain. Itu mah suka-suka aku aja, mungkin karena yang nyangkut di otak buku itu duluan, maka nomor buku itu lebih kecil nilainya daripada buku yang lain. So, let's get started. *

01. THE ALCHEMYST - THE SECRETS OF THE IMMORTAL NICHOLAS FLAMEL Penulis: Michael Scott Ulasan: Jika kau pernah membaca Harry Potter, maka ini adalah saudara jauhnya. Ibarat anak dari sepupu ibumu yang menikah dengan janda dari Norwegia. Petualangan tentang remaja yang mengiringi kehidupan sial Nicholas Flamel yang bertabur umur lebih dari 600 tahun ditambah es campur mitologi mesir dan celtic, sejarah-sejarah yang direka menurut fantasi orang mabuk serta bumbu-bumbu cinta kasih adik-kaka yang bikin geli sudah cukup membuatmu berhenti berharap akan imajinasi yang disuguhkan tentang keabsahan si Nicholas Flamel itu sendiri. Lagu Pengiring: "Andai Aku Telah Dewasa" - Sherina Cemilan Pengiring: Batu bertuah

02. ANIMAL FARM Penulis: George Orwell Ulasan: Tahun ini adalah tahunnya pemilihan umum di negeri tercintah Endonesa. Maka, Animal Farm adalah obat sakit perut sebelum kau lihat itu foto-foto calon presiden di bilik suara semacam toilet umum di pasar-pasar semi traditional. Jangan pernah berfikir tentang Stalin atau apapun yang berbau Uni Soviet jika kau ingin tenang mencerna apa yang disuguhkan Orwell, berikut dengan tokoh-tokoh binatangnya. Sepertinya, tidak perlu menjadi ahli semiotika untuk mencari korelasi antara binatang yang dipilih sebagai tokoh-tokohnya dan karakter-karakter yang dibawa tokohtokoh itu. Pemimpin itu babi, pekerja itu keledai, rakyat setara ayam petelur. Beres. 1


Lagu Pengiring: "Gendjer-gendjer" - Lilis Suryani Cemilan Pengiring: Tumis genjer

03. SAMAN Penulis: Ayu Utami Ulasan: Kalau kau pengen tau gimana kerennya wanitah mengempit priah di ketiaknya, maka ini adalah referensi yang pas. Jangan direkomendasikan pada ibumu jika kau belum berumur 20 tahun, agar kau tidak terkena rasa malu-malu kucing burik ketika ibumu bilang "wah vulgar gini yah". Baca di bagian akhir volume ini untuk bacotan versi panjangnya. Lagu Pengiring: "Sabda Alam" - Ismail Marzuki Cemilan Pengiring: Surabi hangat yang dijual di pasar oleh ibu-ibu

04. FIGHT CLUB Penulis: Chuck Palahniuk Ulasan: Jika kau sudah menonton film-nya duluan sebelum kau baca bukunya, maka kau masuk golongan orang-orang yang merugi. Mengapa? Karna wajah ganteng Brad Pitt dan Edward Norton akan selalu membayang-bayangimu saat kau baca ini novel. Cocok sebagai pengisi waktu luang dikala menunggu nilai semesteran kuliah. Tetapi, berhati-hatilah, karena novel ini akan memberimu gambaran jika kuliahmu hanya omongkosong belaka. Cocok juga bagi yang ingin mencari jati diri tingkat lanjut. Aku menulis skripsi tentang novel ini. Sila cari di perpustakaan UPI untuk melihat pandanganku terhadap novel ini dengan kacamata Marxisme. Lagu Pengiring: "Where is My Mind?" - The Pixies Cemilan Pengiring: Sabun batangan

05. DIARY OF A WIMPY KID Penulis: Jeff Kinley Ulasan: Hey, apa kau pernah menonton Blue's Clues? Ini adalah ibarat sebuah episode season Ramadhan-nya. Lucu sekali, saat aku pernah liat buku ini di toko buku Togamas yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Di sampulnya ada kutipan dari entah-siapa-saya-lupa yang bilang bahwa buku ini mengalahkan novel Harry Potter untuk kalangan anak-anak di negeri bagian barat sana. Tapi eh tetapi, sepertinya yang bikin kutipan itu lagi mabuk jamu intisari deh. Ini mah setara sama buku-buku Indonesia seperti "Anak Sekolah Paling Dodol". Lagu Pengiring: "Homecoming / Rock and Roll Girlfriend" - Green Day

2


Cemilan Pengiring: Lembar Kegiatan Siswa

06. RING Penulis: Koji Suzuki Ulasan: Sial. Kau harus baca ini. Karena Sadako tak akan pernah muncul dari layar televisi, setidaknya sampai halaman terkahir buku ini. Lumayan tegang lah sumpah (ah mungkin ini mah aku aja yang penakut). Pokoknya, yang mau tau kenapa Sadako jadi hantu jail yang punya hubungan erat sama tivi, jawabannya ada di novel ini Lagu Pengiring: Lingsir Wengi (lagu yang katanya buat manggil setan itu loh) Cemilan Pengiring: Paku payung

07. MORNING, NOON, AND NIGHT Penulis: Sidney Sheldon Ulasan: Bosan dengan Sherlock Holmes atau Hercule Poirot? Maka ini adalah obat penawar semacam antimo untuk mabuk janda. Meskipun detektifnya ga akan seterkenal orang dua itu dan perannya juga ga sekeren dua orang itu yang membuat aku sungguh lupa sebagian besar jalan ceritanya. Sialnya, yang ku ingat itu adalah cerita hubungan homoseksual yang dialami oleh salah satu tokoh yang namanya juga aku lupa. Lagu Pengiring: "Panggung Sandiwara" – Ahmad Albar Cemilan Pengiring: Oreo yang udah dicelupin

08. UDAH PUTUSIN AJA! Penulis: Felix Siauw Ulasan: Siap-siap kau di cemooh sama ustad sipit ini. Tapi, sesungguhnya buku ini memberi efek yang maksimal bagi pembaca yang lagi pacaran. Maka, pacaranlah dulu sebelum baca buku ini, agar sensasinya dapet banget. Lagu Pengiring: "Nantikanku di Batas Waktu" - Edcoustic Cemilan Pengiring: ga pake ngemil, mending shaum sunnah

09. KEHAUSAN DI LADANG AIR: PENCURIAN AIR DI KOTA BANDUNG DAN HAK WARGA YANG TERABAIKAN Penulis: Zaky Yamani 3


Ulasan: Tentang air sebagai sumber kehidupan manusia yang ada di kota Bandung. Dikemas secara menarik sehingga meminimalisir rasa bosan ketika membaca. Deskripsi tempat-tempat di mana saja air itu dicuri akan membikin pembaca untuk langsung menggambarkan peta lokasi beserta situasinya di otak mereka. Reportase mengenai kebejatan Braga City Walk yang menyedot air sehingga warga disekitarnya susah air pun sudah cukup sebagai pemantik molotov bagi para revolusioner muda. Oiya, bagi yang suka beli air minum galon isi ulang yang harganya 4000 perak, mending ga usah baca lah. Lagu Pengiring: "Pemijak Bumi" - Pemijak Bumi Minuman Pengiring: Air putih hasil masak sendiri

10. DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH Penulis: HAMKA Ulasan: Lebih baik tidak usah menonton filmnya. Buya Hamka telah membikin suatu karya bernafas islami yang cukup ciamik, sedangkan filmnya dibikin dengan ukuran standar sinetron cinta-cintaan di RCTI. Sumpah men, ga akan ada itu adegan kirim-kiriman surat antara Hamid dan Zainab lewat kali dengan senyum-senyum ala anak SMA yang sering dimarahin guru BP. Bukunya tipis, cocok buat dibaca pas perjalanan pulang kampung. Lagu Pengiring: "Demi Masa" - Raihan Cemilan Pengiring: Kacang arab dan korma

SAMAN: KETIKA WANITA DI ATAS PRIA "Wanita dijajah pria sejak dulu" -Ismail Marzuki Apa yang gue rasakan sekarang, di lingkungan sekitar di tempat gue hidup: Pria selalu dikaitkan dengan kekuatan dimana semua pekerjaan berat-berat harus menempel di kepribadian pria, termasuk pekerjaan memperkosa. Dimana si pria menggagahi wanita yang memang akan selalu muncul kesan bahwa pria lah yang lebih kuat dari wanita, wanita sebagai subordinate, pria selalu berada "di atas" wanita. Benarkah begitu? Iyalah bener, masyarakat kita kan memang beranggapan begitu. "Saman" memberikan sesuatu yang berbeda bagi gue. Patriarki dijungkir-balikkan di isi ceritanya. Oh, apakah ini bersinggungan dengan feminisme? Ya. Jika isu patriarki yang digulingkan tersangkut di otak gue, berarti memang begitu. Ayu Utami setidaknya memiliki lima karakter wanita di dalam novel ini yang berperan sebagai "agen rahasia" untuk menggulingkan pemikiran tentang dominasi pria: Laila, si pekerja yang telah siap lahir-batin sebagai wanita simpanan; Cok, si wanita bertubuh sintal; Yasmin, yang

4


berhasil mengangkangi lelaki yang pernah menjadi pastor; Shakuntala, si penari; dan Upi, si wanita sakit jiwa. Empat dari lima wanita saling beruhubungan sebagai sahabat, kecuali Upi yang berhasil menggoda Saman keluar dari jalan keagamaannya. Sedangkan Saman adalah tokoh pria yang paling penting yang ada di novel ini. Virginia Woolf berpendapat jika wanita harus menolak konstruksi sosial tentang kewanitaan dan membikin definisi identitas kewanitaannya sendiri. Jika menilik dari apa yang dikatakan si Woolf itu, Ayu Utami sepertinya telah sukses membikin definisi tentang kewanitaannya sendiri lewat novel ini. Selain itu, Bressler (2007) menegaskan bahwa kritik feminis bertujuan untuk menegosiasikan nilai-nilai patriarki yang mengandung tentang kekuatan dominasi pria. Hampir keseluruhan isi novel dinarasikan oleh karakter wanita. Cuman bagian yang menceritakan kehidupan Saman saja yang dinarasikan oleh si Saman sendiri. Mungkin, Ayu tidak mau terlalu naif untuk memberikan suatu sudut pandang dari kaum hawa saja, maka suara Adam pun layak dipergunakan sebagai pembanding, mungkin. Jika suatu sudut pandang memandang sesuatu dari siapa yang memandang, maka ini adalah pandangan wanita-wanita kreasi Ayu terhadap dunia. (Ehm, inget dulu apa kata abang Foucault ah: "literature captures reality"). Gampangnya, gue bakal ngebanding-bandingin dunia pria dan wanita, biar kontrasnya terasa. Karena ini tentang penggulingan patriarki, maka nilai-nilai patriarki harus gue munculin juga. Patriarkinya menurut siapa? Menurut gue, titik. You know lah, kalau masyarakat kita beranggapan bahwa pria harus jadi tulang punggung keluarga, bekerja untuk menafkahi anak-istri. Apa wanita harus diam diri saja dirumah ngurusin keluarga doang? Sepertinya si Ayu ini bakalan bilang: "engga men!". Wanita bisa menegambil alih apa-apa yang dikerjakan oleh lelaki. Dalam masalah pekerjaan, si Laila yang berprofesi sebagai fotografer bisa berdiri bersama sekelompok lelaki di tempat pengeboran minyak lepas pantai. Laila satu-satunya wanita di tempat itu. Tanpa mahram, seakan lelaki itu tidak penting untuk menjaga dirinya. Lalu, Shakuntala (si tokoh favorit gue), mengambil kesempatan untuk belajar menari di Amerika, mengangkangi bapaknya yang ga setuju dia jadi penari - dijadikannya menari sebagai jalan hidup. Yasmin bekerja di ranah hukum, membantu Saman menyelesaikan kasus petani-petani di Lubukrantau setelah Laila memperkenalkannya pada Saman- bahkan dia memiliki peran penting yang bisa jadi kalau Yasmin tidak ada, Saman sudah bukan siapa-siapa lagi. Cok, membantu Saman dalam usaha menyembunyikannya, agar kasusnya tidak tercium pihak-pihak berwajib, sedangkan Pater Watenberg lebih mengambil sikap "tidak tahu" mengenai kasus si Saman. Melihat itu semua, gue jadi punya pandangan: wanita-wanita ini penting banget ya bagi si Saman. Peran penting wanita pun merambah pada kehidupan seksual. Pria tidak selalu jadi yang "di atas". Ini terlihat ketika Upi, seorang wanita sakit jiwa yang senang menggesek-gesekan kemaluannya untuk mendapatkan kenikmatan. Gue menangkap ini sebagai penghinaan terhadap syahwat pria. Seakan mendapatkan ekstase kesenangan, Upi berlaku masa bodo terhadap apa yang dikata orang - meskipun dia gila. Dia melakukan apa yang dia mau. Tak ada penis, tiang listrik pun jadi. Dia menikmati setiap perlakuan pemerkosaan yang dilakukan beberapa pria terhadapnya. Di suatu alur cerita, diceritakan beberapa pria bayaran disuruh untuk memperkosa Upi sebagai ancaman pada warga dan juga Saman untuk segera menjual perkebunan karet yang dimiliki warga. Alih-alih Upi tersiksa oleh perlakuan perkosaan, dia malah menikmatinya. Ok, dia memang gila, tapi kegilaannya membikin Saman tunduk. Membikin Saman meninggalkan panggilan imamatnya sebagai pastor. Diceritakan, Saman sangat sayang

5


terhadap Upi yang menuntun dia untuk berperan sebagi tokoh sentral dalam membantu para warga miskin untuk mempertahankan kebun karetnya. Sesekali Upi berusaha memegang penis Saman. Bukankah ini berarti masalah syahwat tidak hanya melulu tentang pria? Terlebih lagi, Saman di posisi ini bisa disebut sebagai budaknya Upi karena dia rela memperlakukan Upi agar hidupnya menjadi lebih baik. Ya, bukan budak Upi sepenuhnya sih, lebih tepat sebagai budaknya kasih sayang terhadap Upi. Tapi tetap saja, ini karena Upi. Setali tiga uang. Shakuntala digambarkan sebagai pemberontak. Senang bertemu pria baru dan senang pula bercumbu mesra dengan pria-pria yang dia temui. Ini tentang kesenangan. Tentang bagaimana si Shakuntala menari "di atas" tubuh pria. Masa bodo dengan apa yang keluarganya nilai tentang dia, Shakuntala tetap menari. Uniknya, Skuntala berharap agar Laila, sahabatnya, tidak bersetubuh dengan Sihar karena dia tak suka Sihar dan dia melihat Laila sungguh tersiksa akan hubungan gelap yang dijalani Laila bersama Sihar yang sudah beristri. Berarti yang penting di sini adalah: hubungan seks harus dilakukan sebagai sarana mencari kesenangan disaat akan melakukan hubungan, saat melakukaan hubungan dan setelah melakukan hubungan. Jadi walaupun pria pengen tapi wanita engga, maka wanita bisa menolak ajakan pria. Tapi kalau wanita juga pengen atas dasar kesenangan, maka suatu hubungan seks baru dapat dilakukan dengan riang gembira. Itu juga yang dinanti oleh Yasmin. Walaupun dia sudah bersuami. Yasmin menyanyangi Saman, begitu juga sebaliknya. Ini karena kedekatan mereka dalam usaha memperjuangkan hak-hak para petani perkebunan Lubukrantau. Witing tresno jalaran soko kulino. Kedekatan mereka terus berlanjut walaupun mereka akhirnya diceritakan LDR. Perselingkuhan LDR ini membuahkan hasil manis bagi kedua insan. Tentunya sangat manis bagi Yasmin yang berhasil menundukan si Saman yang pada awalnya malu-malu untuk bercinta dengannya - salah satu alasannya karena Saman masih menghargai suaminya si Yasmin. Tapi pada akhirnya Yasmin bersedia mengajari Saman tentang cara memuaskan dirinya dengan berkata: "...Aku ajari kamu. Aku perkosa kamu", dan tentunya si Saman mau dengan berkata: "... Ajarilah aku. Perkosalah aku". Pokoknya, ini mah bacotan gue tentang apa yang gue tangkep setelah baca ini novel. Tentang bagaimana wanita dapat mengambil alih peran pria dalam masalah kerjaan apa yang seharusnya diambil siapa dan tentang seks dimana siapa harus "di atas" siapa. Gitu aja sih.. yah pokoknya mah nilai-nilai patriarki bisa dipatahkan, menurut novel ini - menurut pikiran sinting gue. "Namun ada kala pria tak berdaya. Bertekuk lutut di sudut kerling wanita" - Ismail Marzuki Januari 2014

6


Vol.2 Februari 2014 Buku-buku yang berserakan di meja di dalam kamarku memang tidak terlalu menggoda untuk segera disetubuhi. Beda halnya jika Maria Ozawa yang terbaring disana. Terlebih lagi, aku punya kebiasaan buruk: mempoligami buku-buku yang aku baca. Aku adalah orang yang gampang bosan. Kebosanan di dalam tubuhku mempengaruhi kebiasaan membacaku. Aku membaca satu buku sebagai hidangan utama, buku-buku lain akan masuk sebagai selingan di sela-sela aku membaca yang utama itu. Dampak negatifnya adalah cukup banyak buku yang terlantar begitu saja - terhenti di tengah, atau malah tidak maju-maju dari bab kata pengantar. Sialannya, aku malah semakin nyaman dengan cara membacaku. Apa itu tidak mempengaruhiku dalam mengolah informasi dari buku-buku yang kubaca? Sedikit. Urusan itu mudah, tinggal membuka halaman-halaman sebelumnya. *

01. AND THE MOUNTAINS ECHOED Penulis: Khaled Hosseini Ulasan: Apabila bapak Khaled dinobatkan sebagai tukang dongeng yang hebat (seperti apa yang ditulis di sampul belakang). Sepertinya memang aku harus setuju walaupun aku tidak harus memberi nilai sempurna pada buku ini. Alur cerita yang maju-mundur membikin aku harus rela memendam emosi saat akan menggapai puncak suatu cerita. Ya! Buku ini adalah kumpulan dari banyak cerita. Cerita-cerita yang memiliki benang merah untuk disatukan layaknya permainan puzzle.

02. HAK UNTUK MALAS Penulis: Paul Lafargue Ulasan: Membikin kritik kerja di era revolusi industri memang menjadi suatu keharusan. Karena buruh harus bekerja 12 jam, itu berarti masa santai dan malas sepertinya sudah susah untuk dinikmati. Malam hanya dihabiskan untuk tidur sebagai persiapan untuk bekerja besok paginya. Yang menurut saya keren itu adalah kecermatan Lafargue saat menilai bahwa teknologi yang makin berkembang pun tidak bisa menambah nilai kesantaian dan kemalasan bekerja. Malah, katanya, buruh makin berlomba dengan mesin (teknologi) dalam membuat produk. Relevan kan buat hari ini yang buruh-buruh ga mau digantikan sama robot karena nanti mereka takut dipecat? Cocok untuk dibaca sambil ngemil kartu Jamsostek.

03. SUPERNOVA: KESATRIA, PUTERI DAN BINTANG JATUH Penulis: Dee

7


Ulasan: Kosakata akademis yang dipakai tentu saja membikin aku berfikir bahwa si personil RSD ini adalah wanita pintar. Cerita distopia tentang cinta: pasangan gay, perselingkuhan, rumah-tangga yang dipaksakan. Toh ini cuman buku introduksi kan?

04. NEGERI PARA BEDEBAH Penulis: Tere Liye Ulasan: Klub petarung dalam cerita novel ini membuatku teringat pada Fight Club. Yah, walaupun si Tere Liye ini me-Indonesia-kan dengan membubuhi sarung tinju bagi para petarungnya. Dan hei, karakter polisinya terlalu keren, terlalu Hollywood.

05. WAITING FOR GODOT, A TRAGICOMEDY IN TWO ACTS Penulis: Samuel Beckett Ulasan: Ini adalah sebuah teks drama yang sangat populer di kancah Theater of the Absurd. Kisah Vladimir dan Estragon yang menunggu Godot, tapi si Godot ga pernah datang. Sila dibaca bacotanku di bagian akhir volume ini.

06. DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN Penulis: Tere Liye Ulasan: Ceritanya FTV banget. Kisah remaja cewek miskin yang ditolongin Om kaya raya terus si cewe jatuh cinta. Ah... si cewe-nya berhasil dalam segala bidang, cantik juga. Sungguh drama.

07. SUPERNOVA: AKAR Penulis: Dee Ulasan: Yang menjerat aku untuk baca buku ini sampai akhir adalah si karakter utama yang bernama Bodhi - anak punk penganut ajaran Buddha. Kisah jalan-jalan (petualangan, mungkin) si Bodhi sampai ke Golden Triangle Asia Tenggara dan menemukan kebun ganja dengan pohon-pohon ganjanya yang setinggi pohon kelapa adalah suatu fiksi yang memang asoy dibaca sambil ngeganja. Terlebih, Dee memang penulis jenius. Terlihat dari perpaduan ide-ide politik dan spiritual yang disuguhkan di buku ini.

08. WHY NOT?: REMAJA DOYAN NONTON Penulis: Ekky Imanjaya Malaky

8


Ulasan: Buku yang aku dapet dengan harga cuman 5000 perak di bazar. Sejarah perfiman dunia dan siapa aja orang-orang yang terlibat dalam film dan apa tugas-tugasnya, membikin buku ini lumayan buat informasi awal tentang perfilman.

09. GADIS KOREK API Penulis: Hans Christian Andersen Ulasan: Buku yang menyediakan sepuluh dongeng sebelum tidur yang sangat pas di baca sebelum umur melebihi 12 tahun. Dikarang oleh penulis sastra anak terkenal asal Denmark. Tapi ya itu, jika kau membacanya saat berumur 20 tahun atau lebih. Kau akan terserang kebosanan ala menonton film-film hantu Dewi Persik.

10. ALMUSTAFA Penulis: Kahlil Gibran Ulasan: Judul asli buku ini adalah "The Prophet". Sapardi Djoko Damono menerjemahkan judulnya menjadi "Almustafa" dengan alasan budaya Indonesia yang terlalu sensitif tentang masalah agama. Berbentuk puisi prosa yang menyuguhkan metafora yang sering disuguhkan di karya-karya Gibran, menyuguhkan petuah-petuah si Al Mustafa tentang kehidupan. Yang aku paling ingat itu adalah petuahnya tentang cinta (kira-kira begini: cinta bagaikan sayap-sayap yang memelukmu, namun terselip pedang tajam diantara bulu-bulunya), mungkin karena akhir-akhir ini aku dilanda badai cinta. Memang agak mirip dengan karakter Zaratushtra bikinan si Nietzsche.

Godot dan Masa Depan: Ilusi yang Diyakini "Kita sedang menunggu. Kita mulai jemu (Ia menelengkan kepala). Jangan, jangan menyanggah. Kita jemu menghadapi mati, tidak ada yang mengingkari ini, kan? Baik, maka datanglah selingan dan apa yang kita lakukan? Kita biarkan lewat sia-sia. Kesinilah, ayo kita turun tangan (Ia maju ke arah gundukan, langkahnya terhenti). Dalam sekejap semuanya sirna dan kita sendirian lagi di tengah-tengah ketiadaan"• - Vladimir di babak kedua menunggu Godot Sebuah teks drama yang begitu populer di era Theater of the Absurd (sekitar akhir tahun 50an) cukup membikin saya jadi pengen nulis lagi. Tanyakan saja pada para penggiat teater tentang keajaiban drama berjudul asli En Attendant Godot lalu diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Waiting for Godot lalu bahasa Indonesianya bolehlah menjadi Menunggu Godot. Adalah karya seorang Samuel Beckett bergenre tragikomedi yang tersaji dalam dua babak. Saya baca teks drama ini ketika buang air besar, ketika sebelum tidur dan ketika ga ada kerjaan. Memang rasanya berbeda dari baca novel ya, imaji dalam pikiran saya langsung membentuk panggung drama lengkap dengan pohon willow botak, seperti yang dituliskan di teks drama itu selaku

9


pengarah setting, setiap adegan yang dituliskan memang membuat saya seperti sedang menonton drama di gedung teater. Menunggu tirai dibuka, menonton adegan demi adegan, dialog demi dialog, dan akhirnya tirai itu ditutup. Yang jadi pertanyaan bagi siapapun yang membaca atau menonton drama ini adalah: Siapa Godot? Tidak ada penjelasan yang jelas tentang siapa Godot serta mengapa Vladimir dan Estragon mau capek-capek nungguin dia. Bakdi Soemanto (1999), telah mencoba menjelaskannya dalam pengantarnya untuk buku terjemahan teks drama itu, Menunggu Godot. Menurutnya, Godot hanyalah sebuah alasan bagi Vladimir dan Estragon untuk tetap menjalani hidup. Mereka menunggu Godot yang mereka tidak tahu siapa, dan belum tentu juga Godot akan datang menemui mereka. Yang jelas, Vladimir dan Estragon telah membikin janji dengan Godot untuk bertemu. Sebenarnya gampang saja bagi mereka untuk meninggalkan Godot. Mereka tidak tahu siapa dia (baru kenal gitu deh, dan ga jelas mereka kenal Godot dari mana), yakinlah bahwa mereka tidak akan terlalu rugi untuk tidak bertemu Godot. Mungkin, alasan paling kuat adalah karena hidup itu pilihan dan mereka memilih untuk terus menunggu walau apa yang ditunggu tak memberi kepastian. Yah, memang, hidup adalah tentang menunggu. Manusia memang ditakdirkan menunggu. Sperma menunggu untuk dimuntahkan dari ujung penis. Ketika di dalam rahim, manusia menunggu kira-kira sembilan bulan untuk keluar menghirup dunia. Menunggu jam sekolah berakhir, menunggu rapor, menunggu kelulusan, menunggu wisuda, menunggu panggilan kerja, menunggu dilamar nikah bagi wanita, menunggu punya anak, menunggu anak menjadi sukses, menunggu mati, dan sebagainya, dan sebagainya. Godot adalah simbol dari apa yang ditunggu oleh manusia, oleh kita. Godot adalah kelulusan, Godot adalah pacar yang ditunggu di cafe untuk makan malam, Godot adalah anak yang akan lahir ke dunia, Godot adalah ajal, Godot adalah terompet Israfil, Godot adalah surga, Godot adalah neraka, dan sebagainya, dan sebagainya. Maka, Vladimir dan Estragon adalah manusia yang menjalani masa menunggu. Selagi menunggu Vladimir dan Estragon ngabulatuk kesana kemari, bicara tidak nyambung, debat kusir, berjalan mondar-mandir di sebuah tempat di bawah pohon botak. Hal yang sama kita lakukan saat menunggu. Tunggu, apakah kita benar-benar tahu kalau masa depan itu akan seperti yang dijanjikan? Janji bukan soal benar atau salah. Janji melulu tentang ditepati atau diingkari terlepas dari bagaimana janji itu dibuat. Manusia bisa berjanji semaunya pada saat ingin berjanji, urusan ditepati atau tidak itu masalah nanti. Janji Godot adalah refleksi janji-janji masa depan manusia. Manusia tidak akan pernah tahu masa depannya. Mahasiswa S-1 yang baru mulai kuliah tidak akan pernah tahu apakah dia akan lulus cum laude atau malah DO ditengah jalan. Yang dilakukan mahasiswa hanyalah menunggu. Seorang ayah tidak akan pernah tahu apakah spermanya yang mendarat di sel telur akan berubah menjadi bayi atau tidak, lagi-lagi hanya bisa menunggu hasil yang diberikan dokter kandungan. Mengapa manusia dapat begitu yakin akan janji-janji masa depan? Karena ada yang mengingatkan. Al-Quran mengingatkan seorang muslim bahwa surga menanti jika dia berbuat baik semasa hidup. Guru sekolah mengingatkan bahwa di akhir tahun ajaran seorang siswa bisa naik kelas asalkan nilainya bagus. Estragon selalu diingatkan Vladimir bahwa mereka sedang menunggu Godot, maka Estragon yang berkali-kali ingin meninggalkan lokasi mengurungkan niatnya. Di bagian akhir dari masing-masing babak, diceritakan bahwa ada seorang anak yang menemui Vladimir dan Estragon sembari membawa pesan dari Godot, pean itu menyuratkan bahwa Godot tidak bisa datang hari ini dan besok bisa. Dalam hal ini, si anak merupakan

10


pengingat bagi Vladimir dan Estragon, meyakinkan mereka bahwa Godot masih ingin bertemu mereka walaupun tidak untuk hari ini. Maka, menunggulah mereka. Esok harinya, mereka menunggu lagi sampai hampir malam dan si anak kembali datang membawa pesan yang sama. Mereka sudah mulai putus asa dan memutuskan untuk pergi. Digambarkan bahwa mereka setuju untuk pergi tetapi mereka tak kunjung pergi sampai tirai teater menutup. Tentu saja Vladimir dan Estragon tidak hanya bengong menunggu Godot dari pagi sampai malam. Mereka berdialog, saling melempar pendapat tentang apapun, menonton Lucky menari dan bertemu orang baru bernama Pozzo yang merupakan majikan Lucky. Juga, membantu Pozzo yang terjatuh. Hidup adalah tentang hubungan. Estragon tak bisa dipisahkan atas Vladimir, dan begitu pula sebaliknya. Lucky sang budak memubutuhkan Pozzo agar dia bisa (setidaknya) berfikir, begitu juga Pozzo yang membutuhkan Lucky (Soemanto, 1999 ). Di sela-sela menunggu masa depan, Samuel Beckett memberi bumbu-bumbu kehidupan manusiawi dalam lakon ini. Manusia memang seharusnya bersosialisasi dan membuat hidup mereka berharga, alasannya simple saja: agar tidak bosan menunggu. "Jangan sia-siakan waktu dengan omongkosong lagi! Ayo kita berbuat sesuatu selagi ada kesempatan! Tidak setiap hari kita dibutuhkan orang. Belum tentu kita menjadi orang yang selalu dibutuhkan. Orang lain juga demikian kalau bukan lebih baik nasibnya, kitalah yang saat ini menjadi manusia itu. Ayo kita berbuat yang terbaik sebelum terlambat!"•Vladimir di babak kedua Menunggu Godot Menunggu dan ikhtiar. Sebuah janji masa depan sejatinya memang harus ditunggu dengan sabar dan ikhtiar untuk mendapatkan janji itu. Ikhtiarnya Vladimir dan Estragon jelas terlihat, mereka setia menunggu di dekat pohon, tempat yang telah dijanjikan. Ketika si anak membawa pesan bahwa besok Godot akan datang pun esoknya mereka datang kembali ke tempat itu, dan tentu saja, kembali menunggu. Dalam kehidupan nyata, ya itu tadi, mahasiswa yang ingin cum laude pasti akan belajar sungguh-sungguh sebagai bentuk ikhtiarnya. Beribu-ribu buruh berpesta dan berdemo setiap Mayday adalah bentuk ikhtiar untuk mendapatkan keyakinan yang telah dibentuk ideologi Marxisme - workers paradise. Bahkan Yesus pun rela disalib untuk meraih tujuan atas keyakinannya, menghapus dosa anak Adam. Sampai sekarang para situasionis anarkis masih saja menyebarkan propaganda, mengingatkan bahwa kapitalisme adalah sistem busuk dan egaliter merupakan sistem ideal bagi muka bumi: tanpa negara, tanpa pemimpin resmi, walaupun mereka tahu kapitalisme dan superstruktur lainnya yang telah menghipnotis pola pikir dan kesadaran manusia adalah sebuah sistem raksasa yang tidak mudah untuk diruntuhkan. Berarti kuncinya hanya satu: yakin akan apa yang kita jalani biar janji masa depan bisa diraih, kalaupun tidak, setidaknya ras manusia telah melakukan yang terbaik bagi hidupnya sehingga tidak bosan dan monoton. Bukankah kebahagiaan bisa diraih dari hasil perjuangan? Bukankah apabila manusia berjuang maka mereka tidak akan pernah disebut pecundang? Yah, manusia memang hanya bisa berusaha, masa depan hanyalah ilusi saja karena sejatinya setiap makhluk hanya hidup untuk hari ini (present). Maka dari itu, film Dead Poet Society menegaskan tentang Carpe Diem - kuasai hari. Dan apabila menggunakan ilmu cocoklogi, maka drama ini merupakan refleksi dari simbol penantian manusia akan akhir dari perang dunia ke dua mengingat lahirnya drama ini ada di tahun 50an. Cocoklogi. Well, Menunggu Godot, sebuah drama omongkosong sebenarnya, banyak percakapan yang tidak nyambung bagi saya. Tapi terkadang hidup memang jangan disambung-sambungkan, biarlah

11


masing-masing berdiri sendiri dan bangga akan pendiriannya itu biar tidak ada kerusakan. Pozzo dan Lucky: hubungan majikan dan budak yang harmonis. Majikan yang akan tetap selalu membutuhkan budaknya menjadikan dia tidak ada apa-apanya dibandingkan budak. Ah, dan Lucky ini sangat membutuhkan majikannya agar dia bisa berjalan dan berfikir. Ah, sudahlah kalau membahas ini nantinya malah mambahas perbudakan yang terkutuk dan laknat. Vladimir dan Estragon, mereka berdua adalah sahabat(?), ah lebih tepat disebut kolega saja yang saling membutuhkan setidaknya untuk berpelukan satu sama lain. Dan si Godot ini hanya manusia tak tahu diri yang meremehkan janji. Yang paling penting, teks drama si Beckett ini telah sukses bikin saya nulis lagi. Oktober 2013

12


Vol. 3 Agustus 2014 Membaca buku adalah salah satu proses pemindahan informasi dari buku ke otak si pembaca. Negosiasi keabsahan informasi bisa terjadi secara tidak terduga-duga. Juga, informasi yang sudah ada di dalam memori otak sebelumnya akan, lagi-lagi, secara tak terduga menyeruak keluar untuk menyambut informasi baru sehingga menghasilkan sesuatu yang berkesinambungan antar-teks. Informasi lama dan informasi baru yang bertemu akan saling berkait, hanya lewat sambil bilang assalamualaikum, atau malah saling memunggungi dan tak mau bertegur sapa. Proses-proses itulah yang membikin membaca menjadi suatu hal yang sarat petualangan - menyenangkan. Percayalah!

01. 7 Divisi Penulis: Ayu Welirang Ulasan: Demam mendaki gunung tidak membuatku ingin baca 5cm. Buku ini lah yang malahan kulahap, hasil minjam dari kawan. Cerita ekspedisi seperti film-film kebanyakan yang membagi-bagi tugas pada masing-masing anggota sesuai dengan keahliannya. Campuran magis, kebangkitan dari kesusahan, gunung fiktif dan candinya adalah fantasi edan yang sepertinya tidak akan aku temui di pendakian-pendakian nyataku. Tapi, bukankah fungsi fiksi membantu kabur dari fakta?

02. Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Penulis: Pidi Baiq Ulasan: Khas Pidi Baiq. Jadi, jangan heran jika banyak yang berspekulasi kalau tokoh Dilan di novel ini sebenarnya adalah Pidi Baiq sendiri. Garis besar ceritanya setingkat FTV cinta-cintaan lah ya, tapi pembawaan unik yang dikemas dalam gaya bahasa Pidi Baiq lah yang membuatnya berbeda.

03. Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak Dieksekusi Wali Songo Penulis: KH. Muhammad Solikhin Ulasan: Ini buku cocok diterjemahkan sebagai kliping dari literasi-literasi yang mengangkat tema Siti Jenar dan ajaran Manunggaling Kawula Gusti. Informasi yang diulang-ulang di hampir setiap bab membuatku menyimpulkan dua hal: 1. Pengulangan itu baik untuk mengingatkan kembali informasi sebelumnya sehingga dapat memahami informasi baru; 2. Terlalu banyak pengulangan bisa bikin muntah.

13


04. The Hunger Games Penulis: Suzanne Collins Ulasan: Lebih baik nonton film-nya saja, Katniss Everdeen yang diperankan Jennifer Lawrence memang sangat aduhai montoknya, kontras dengan deskripsi karakter dalam novel ini. Distopia asoy dalam sebuah pertarungan yang memunculkan pahlawan memang imajinasi menarik, apalagi tentang bagaimana penguasa jahat menindas rakyat kecil, ditambah bumbu permainan dengan segala peraturan, dan lalu si tokoh utama dipermainkan kesana kemari hingga galau, itu memang sudah biasa, tapi asoy terus.

05. O Amuk Kapak Penulis: Sutardji Calzoum Bachri Ulasan: Ampun! Katanya sih puisi-puisi mantera bang Tarji ini bisa menimbulkan orgasme. Tapi aku biasa aja. Aku hanya kepincut dengan enjambemennya. Mungkin karena aku adalah seorang penyuka sastra amatiran. Keren adalah ide pembebasan kata agar menjadi kata sejadi-jadinya. Oh iya, walaupun begitu ada dua puisi kesukaanku di buku ini: Shang Hai dan Tragedi Winka & Sihka. Permainan bunyinya itu loh, keren!

06. Gunung Kelima Penulis: Paulo Coelho Ulasan: Ada satu pelajaran asoy yang bisa aku ambil dari novel ini: Tuhan harus ditentang agar dapat mengerti maksud dan tujuan Tuhan itu sendiri.

07. Catching Fire Penulis: Suzanne Collins Ulasan: Terusan Hunger Games. Alhamdulillah karena buku ini aku jadi ngerti jalan cerita yang sebenarnya. Persetan Hollywood! Ide strategi pemberontakan pada penguasa mulai lebih digali lebih dalam. Konsekuensinya, harus baca buku lanjutannya.

08. 99 Cahaya Di Langit Eropa Penulis: Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra. Ulasan: Pergi ke eropa, jalan-jalan, dan berharap nemu simbol-simbol menarik agar berpetualang bagai The Da Vinci Code. Karena muslim, maka yang dicari simbol-simbol islam dengan tujuan apaaaaaaa? Semakin cinta sama islam. Bilang apaaaaa? Subhanallah.

14


09. Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis Penulis: Paulo Coelho Ulasan: Cinta memang sebuah urusan yang luar biasa. Membelah ruang dan waktu serta dapat menghambat titah dari Bunda Ilahi. Ketika bosan dengan imaji Tuhan yang selalu maskulin, maka bersatulah dengan si Pilar di novel ini untuk mendukung kekasihnya menyebarkan sisi feminim Tuhan.

10. Sherlock Holmes: The Hound of The Baskervilles Penulis: Sir Arthur Conan Doyle Ulasan: Buku Sherlock Holmes yang pertama kali kubaca. Membuatku mengenal detektif populer ini sebagai orang yang jenius. Mengenal kepribadian, pekerjaan, sampai apa yang dilakukan 10 menit sebelumnya dengan hanya melihat dari pakaian dan tingkah laku serta aksesoris yang digunakan. Tentu saja yang paling kusuka adalah bagaimana cerita ini disajikan melalui sudut pandang Watson.

15


Vol. 4 Januari 2015 Sepertinya, postingan di awal 2015 akan terlihat keren kalau ngebahas buku-buku. Dengan kekecewaan saya yang ga bisa beli buku Supernova: Gelombang karena saya terlalu miskin di awal tahun ini, maka pelampiasan harus dilakukan dengan melahap bacaan-bacaan lain, walaupun bacaan itu kadang membuat bosan. Tapi yang penting mah dibilang gaul sama anak-anak kutu buku lainnya. Meminjam ide seorang kawan: "Gaya itu nomor satu, gimana we caranya mah" -

01. Anarchy Evolution: Faith, Science, and Bad Religion in a World Without God Penulis: Greg Graffin & Steve Olson Ulasan: Jujur, ini adalah buku tentang teori evolusi yang paling menarik. Buku-buku teori evolusi sebelumnya nyaris selalu membuatku ngantuk. Yang ini beda, mungkin karena Greg menerapkan ilmu "cocoklogi" antara teori evolusi berbumbu Darwinian dengan pengalaman Punk Rock-nya yang berbumbu Bad Religion. Vokalis punk rock bergelar doktor yang juga ngedosen untuk Harvard ini memang seorang ateis gaul. Bayangkan saja: dia mencari fosil di pagi hari dan di malam hari dia bisa jingkrak-jingkrak di panggung Warped Tour. Steve Olson? Entahlah ya, aku ga kenal tuh

02. Nietzsche: Zarathustra Penulis: Friedrich Nietzsche Ulasan: Aku pusing, Niet. Kau ngoceh apa sebenarnya, Niet? Ya, ya aku tahu, kau adalah Pembunuh Tuhan dengan cara berkehendak kuasa. iya kan? Terimakasih wikipedia. Dan, aku bingung, ini sebenernya si Nietzsche yang ga pinter nulis atau terjemahannya yang jelek sih? Atau mungkin aku terlalu goblok untuk mencerna buku ini, hah?

03. The Geography of Bliss Penulis: Eric Weiner Ulasan: Sebagaimana lagu Base Jam yang judulnya Bermimpi: "Ku hanya ingin hidup bahagia. Aku hanya bisa bernyanyi. Aku tak tahu apa yang kucari di muka bumi". Kegelisahan Base Jam itu bagai menampar pipiku sebagai remaja tua yang masih alay. Alhamdulillah, aku dapat jawaban dari Eric: Temukanlah tempat paling bahagia di muka bumi ini! Sialannya adalah, Eric banyak duit dan punya kerjaan yang mendukungnya untuk keliling dunia, sedangkan aku, kere mampus! Untunglah, bukunya Eric sedikit menyelamatkan kegundahanku. Ada Islandia dengan cemilan hiu busuknya, 16


Belanda dengan cafe ganjanya, India dan spiritual Guru Ji, dan Moldova dengan wanitanya yang seperti pelacur. Katanya, Eric banyak dikritik negatif mengenai buku ini, tapi menurutku kritik-kritik itu malah bikin buku ini makin keren.

04. Hiccup Horrendous Haddock III: How to Speak Dragonese (Bagaimana Caranya Bicara Bahasa Naga) Penulis: Cressida Cowell Ulasan: Saya suka cerita anak ngaco kayak gini. Sinting. Dan saya suka tentang bagaimana Viking mengajarkan anak-anaknya bersendawa yang baik dan benar. Dan ilustrasinya keren-keren, ga kalah sama gambar-gambar bikinan Pidi Baiq.

05. Harry Potter dan Batu Bertuah Penulis: J. K. Rowling Ulasan: Saya tahu buku ini sudah sangat populer pada saat saya masih sekolah dasar. Dan di awal 2015 ini saya baru saja tamat bacanya. Saya tahu ini buku pertama dari saga Harry Potter si penyihir gaul dari Hogwarts. Dan saya sudah nonton filmnya juga. Tapi memang baru baca ini sekitar seminggu yang lalu, sebagai bacaan ringan (meniru Hermione). Waktu sekolah dasar kan aku lebih asoy baca komik atau serial Goosebumps

06. Supernova: Petir Penulis: Dee Ulasan: Ini adalah seri Supernova yang paling saya suka. Elektra dibikin konyol sekali di buku ini. Kurang dari dua puluh empat jam aku bikin buku ini khatam. Humor dalam cerita buku ini adalah magnetnya bagiku. Persetan dengan kata-kata saintifik tidak umum yang biasa dipakai Dee, aku selalu suka yang sederhana namun jalan ceritanya brilian.

07. Supernova: Partikel Penulis: Dee Ulasan: Kukira Bukit Jambul itu benar-benar ada. Dan, kenapa harus ada gambar alien?

08. Catatan Sebelum Tidur Penulis: Asep Alimin

17


Ulasan: Ah ini mah bukunya si Imin. Si Imin mah temen aku atuh. Si santri gaul. Insya Allah, apa yang ditulis di buku ini mah bisa dipertanggungjawabkan. Kalau engga mah tinggal datengin aja rumahnya, da saya tau atuh rumahnya si Imin dimana-dimananya mah. Ini teh semacam buku harian gitu. Mirip Catatan Harian Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie gitu lah. Beberapa tulisan si Imin bisa dilihat di http://aliminsight.wordpress.com

09. Harry Potter dan Tawanan Azkaban Penulis: J.K. Rowling Ulasan: Buku ketiga dari saga Harry Potter. Tapi jujur, aku lebih suka nonton filmnya, karena Emma Watson mulai menonjol payudaranya. Wah, tapi banyak kejadian menarik di buku yang ga ada di film, maka bukunya pun ga kalah menarik dari payudara Emma.

10. Bumi Manusia Penulis: Pramoedya Ananta Toer Ulasan: Buku pertama dalam tetralogi buru. Ehm, yang saya inget adalah Minke. Minke samadengan budaya jawa dalam kurung sekolah rakyat belanda dibagi cinta dengan anak keturunan IndonesiaBelanda yang ibunya merupakan istri simpanan penggemar Njai Dasima.

18


Edisi Spesial

How-to Books Juni 2015 Kadang aku membutuhkan bacaan yang dapat diserap dengan sangat gampang. Buku-buku how-to memberiku instruksi langsung yang dapat segera kupraktekan - sehingga aku bisa segera tahu apakah intruksi dan teori yang ditawarkan buku itu berguna / bekerja bagiku atau tidak. Jikalau berguna, maka, mungkin, apa yang kucari bisa segera kudapatkan. Jikalau tidak, minimal aku telah menikmati prosesnya dan mengambil pembelajaran dari apa yang telah kulakukan. Sesederhana itu saja.

01. Proses Kreatif Menulis Cerpen

Penulis: Hermawan Aksan Penerbit: Nuansa Cendikia Halaman: 212 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Aku suka nulis. Itu alasan utama kenapa buku ini bisa bertumpuk dengan buku lain di kamarku. Apa yang diajarkan selama kuliah di program studi bahasa Inggris belum bisa memuaskan hasratku dalam tulis menulis fiksi, pasalnya, di kelas itu lebih memperdalam analisa kritis pada 19


sebuah karya sastra daripada membuat karya sastra itu sendiri. Nah, belajar dari orang yang bergelut dibidangnya, menurutku, insya Allah asoy. Cerpen yang gak sepanjang novel bisa digasak bagi manusia yang ingin memulai menulis fiksi. Pendekatan di buku ini personal. Berputar pada pengalaman bapak Aksan yang sudah malang melintang dalam kepenulisan cerpen, novel, bukubuku non-fiksi, menjadi editor, dan penulis pendamping bagi buku Blind Power, agaknya pantas dipelajari setelah pulang kuliah sambil minum luwak white coffe seharga 1000 rupiah satu sachet. Ditambah, pengantar dari Dee Lestari menjadi sebuah magnet penting bagi buku ini agar orang tertarik untuk membawanya pulang dari toko buku.

02. Menikah Untuk Bahagia: Formula Cinta Membangun Surga Di Rumah

Penulis: Indra Noveldi & Nunik Herawati Penerbit: Noura Books Halaman: 275 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Buku ini direkomendasikan oleh si Wawan - temanku, dengan alasan: waktuku sudah dekat untuk menikah. Jujur saja, bayanganku terhadap pernikahan itu selama ini asoy geboy saja. Soalnya, papi dan mamiku di rumah juga adem ayem aja pernikahannya selama 26 tahun ini. Buku ini memberikanku sebuah pandangan berbeda tentang pernikahan: siap-siap menjalani masalah dalam bahtera suami-istri. Berbekal penelanjangan diri dari mas Indra dan mbak Nunik tentang pernikahan mereka yang sempat goyah dan pengalaman mereka sebagai relationship coach, buku ini 20


menawarkan sebuah langkah-langkah cukup praktis dengan gaya bahasa yang interaktif. Agak ngeri juga bila dibaca oleh orang yang belum menikah sepertiku ini.

03. How To Be Interesting - Cara Menjadi Menarik: Dalam 10 Langkah Sederhana

Penulis: Jessica Hagy Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Halaman: 266 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Wow, butuh kurang dari satu jam untuk menyelesaikan proses membaca buku ini. Untuk prakteknya, mungkin akan dibutuhkan waktu sekitar lebih dari tiga bulan. Yang aku suka dari buku ini adalah ilustrasi grafik yang ditawarkan oleh Hagy. Namun, sayang, karena buku ini merupakan buku terjemahan, bahasa yang seharusnya santai dan bersifat "mengajak" jadi terkesan kaku. Ditambah lagi frase-frase yang akrab oleh masyarakat Amrik belum tentu benar-benar klop bagi orang Endonesa.

21


04. Steal Like An Artist: 10 Things Nobody Told You About Being Creative

Penulis: Austin Kleon Penerbit: Noura Books Halaman: 149 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Ini asoy nih, setelah isu plagiarisme merebak belakangan ini. Ide mencuri karya dikemas menarik oleh Kleon yang merupakan seorang seniman kontemporer. "Tidak ada sesuatu yang baru di bawah sinar matahari", menjadi ayat pamungkas untuk menyimpulkan ide dari penyusunan buku ini. Intinya, mencuri karya sah-sah saja asalkan dicantumkan dari mana mencurinya - jadilah pencuri yang sopan, jangan lupa dimodifikasi. Lupakan dulu plagiarisme, karena akan lambat laun berubah menjadi sebuah kata yang lebih bersahabat: terinspirasi. Banyak ilustrasi grafiknya, itu yang bikin asyik ketika membacanya.

05. How To Master Your Habits

22


Penulis: Felix Siauw Penerbit: Alfatih Press Halaman: 171 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Buku how-to kedua yang kubaca dari sang bapak ustad twitter. Yang pertama itu aku baca yang Udah Putusin Aja! (hasil dari membaca buku ini mah percuma untuk aku mah, da aku baca buku ini setelah diputusin pacar aku. Lagian, buku buat cewek, kan?). Kalau hasil dari buku ini adalah: belum ada. Soalnya, teori 10.000 jam yang ditawarkan Om Felix belum tercapai olehku. Aku pengen berhenti merokok. Kalau aku berhasil berhenti dengan mengimplementasikan apa yang tertulis di buku ini, semoga pahala tercurah pada Om Felix. Buku ini lebih mengedepankan contoh dari tokoh-tokoh yang melakukan repetition dan practice (yang juga merupakan "mantra" wajib untuk merubah habit menurut pa ustad) dalam membiasakan suatu kebiasaan. Contoh-contoh yang ditawarkan berasal dari beragam manusia seperti: kebiasaan Imam Syafi'i dalam menghapal AlQuran, dan Tiger Woods yang berlatih golf sedari kecil.

06. The Anarchist Cookbook

Penulis: William Powell Penerbit: Barricade Books Halaman: 160 halaman Bahasa: Inggris Ulasan: Tong dibaca lah! Ieu mah ngajarkeun arurang jadi barbarian euy! Cara merangkai pistol, merakit bom, sabotase kelistrikan, rekayasa bahan kimia, drugs. Wah, anjir. Tapi untuk lucu-lucuan mah sok aja dipraktekan sih (asal siap-siap we maneh digebuk polisi, diamuk warga, dan diceramahi Ridwan Kamil via twitter kalau kamu melakukannya di kota Bandung). Oiya, cocok pisan buat kamukamu yang pengen jadi teroris.

23


07. Show Your Works!: 10 Ways To Share Creativity And Get Discovered

Penulis: Austin Kleon Penerbit: Noura Books Halaman: 216 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Hidup Austin Kleon! Ini mah tentang bagaimana internet dapat menjadi sebuah alat maha dahsyat bagi penyebaran karya seni. Dan ide tentang berbagi yang akan memperkaya kreatifitas si seniman itu sendiri. Udah, itu aja intinya mah. Selebihnya, buku ini berformat mirip seperti buku Kleon sebelumnya - Steal Like An Artist. Oiya, sepertinya memang buku ini untuk melengkapi buku sebelumnya itu. Jadi, harus dibaca dua-duanya biar gagasan si Kleon ini terserap dengan sempurna.

08. Bukan Sekedar Nulis, Pastikan Best Seller

24


Penulis: Tendi Murti Penerbit: Elex Media Komputindo Halaman: 138 halaman Bahasa: Indonesia Ulasan: Ceilaaaah, ketahuan aing ngarep pengen nulis untuk jadi best seller. Tapi aing salah beli euy! Nipu ini mah judulnya. Harusnya di judul ditambahkan: "untuk menulis non-fiksi". Aing mah hayang nulis fiksi! Wah, ini mah super duper praktis toto tentrem kiat-kiatnya. "Menerbitkan buku dalam tiga bulan". edan teu tah? Seperti buku-buku "Mahir Belajar Gitar ala Satriani Dalam Dua Jam dan Jadi Mega Rockstar". Terdengar utopis, tapi cukup memotivasi seperi Golden Ways-nya Mario Teguh.

Tah, baru segitu buku-buku how-to yang bisa saya ulas secara urakan. Sebenernya ada dua buku lagi yang pengen aku masukin tapi kedua buku itu teh aku udah lamaaaaa banget bacanya jadi ga dimasukin karena sebagian besar udah lupa lagi isinya. Kedua buku itu adalah: 8 Cara Memikat Cewek (dikasih si Abonk - anjir bonk maneh teu gableg era oge meuli buku nu kieu) dan Tuntunan Shalat Lengkap (yang cover-nya warna ungu itu loh).

25


Vol. 5 Juni 2016 Bulan penuh berkah sang Ramadhan datang lagi. Membuat semua hal-hal yang dianggap baik menjadi sangat istimewa bagi para penganut Islam. Apabila membaca sebagai alasan dalam mencari ilmu adalah termasuk dalam hal yang baik, maka membaca buku-buku apapun menjadi sangat enak untuk mendulang pahala di hari dimana siang tidak boleh makan lotek, minum kopi, dan merokok jisamsu. Selain itu, membaca adalah jalan ampuh untuk membunuh waktu antara kumandang adzan shubuh sampai bedug magrib digebuk. Tentunya, bagi yang suka baca. Kalau yang suka nonton, ya nonton lah. Asal jangan nonton bokep, nanti batal puasanya. -

01. Oidipus Sang Raja Penulis: Sophokles Penerbit: Pustaka Jaya Bahasa: Indonesia Ulasan: Drama klasik dari negeri nun jauh di eropa sana yang bernama Yunani. Sophokles yang ngarang, dan entah bagaimana memiliki kesamaan dengan cerita rakyat sunda - Sangkuriang. Samasama bercerita tentang anak yang mengawini ibu kandung sendiri. Baru di buku ini aku tahu alur cerita aslinya yang ternyata flashback. Karena aku belum pernah baca dalam bahasa aslinya, dan gak mungkin juga aku bisa baca dalam bahasa aslinya karena bahasa Yunani, aku jadi hanya berkomentar tentang Rendra (penyair yang mahsyur di negerih kitah ini) yang asoy geboy menerjemahkan katakatanya secara puitis dengan rima-rima yang aduhai. Sekali duduk bisa bikin tamat baca ini buku. Enakeun da sumpah bacanya teh. Walaupun kamu-kamu udah tau ceritanya, tapi, percayalah kamu akan tetap dibuat penasaran dengan apa-apa yang akan diungkap tentang bagaimana akhirnya si Oidipus sang raja Thebes menjadi sangat menderita setelah terungkap rahasia-rahasia hidupnya yang durjana. Sungguh te-ra-ge-di.

02. Lelaki Harimau Penulis: Eka Kurniawan Penerbit: Gramedia Bahasa: Indonesia Ulasan: Pada bagian pertama buku ini, kau akan disuguhkan dengan paragraf pembuka yang cukup panjang. Lalu, paragrad-paragraf berikutnya pun akan sama panjang-panjang. Namun, kecerdikan Eka dalam diksi dan alur cerita akan membuatmu tak sadar kalau kamu telah menikmati paragrafparagraf panjang itu. Cocok untuk dibaca dengan sekali duduk (asal kamu kuat aja duduk lama-lama sampai panas bool dan tonggong cararangkeul). Tapi, sumpah, dalam buku ini Eka selalu punya trigger point untuk pembacanya agar selalu penasaran akan apa yang akan terjadi di paragraf 26


selanjutnya. Belum lagi dengan alur yang maju-mundur bak setrikaan yang menghaluskan daya ingatmu sehingga kamu akan susah lupa tentang apa cerita yang disajikan dalam buku ini. Kecerdikan yang lain adalah, Eka berhasil membungkus kisah mistis nusantara dengan tampilan yang menawan dan sangat jauh dari kesan norak. Sungguh, buku ini haram dibaca bagi mereka yang suka nonton sinetron 7 Manusia Harimau yang menjijikan itu.

03. Sang Alkemis Penulis: Paulo Coelho Penerbit: Gramedia Bahasa: Indonesia Ulasan: Buku yang katanya jadi kitab sok suci untuk mereka yang suka pelesir. Jadinya nanti bisa seperti Santiago sang tokoh utama dalam menangkap tanda-tanda ilahiah dalam setiap perjalanan. Lupakan Nicholas Flamel karena gak ada nama itu disebut-sebut dalam buku ini. Namun ide membuat logam menjadi emas dan ramuan kehidupan abadi tetap ada. Sepertinya, cinta memang menjadi MSG bagi kisah-kisah sebuah perjalanan. Seakan menyiratkan bahwa, tanpa suatu alasan yang didasari cinta, seseorang jangan harap punya perjalanan yang keren. Uniknya, Coelho bisa menyisipkan hal-hal irasional dengan enteng untuk menjadikan sebuah kisah ini enak untuk disangkut pautkan dengan karomah Illahi.

04. Puisi Untuk Reformasi: Grafiti di Tembok Istana Penulis: Kurnia JR Penerbit: Pustaka Jaya Bahasa: Indonesia Ulasan: Bagi saya yang cenderung apolitis dan peduli bagong sama politk-politikan kepemerintahan yang sungguh aduh anying aing malas untuk dipaksa mengerti, buku ini lumayan asoy sebagai lulabi manis yang bercerita tentang runtuhnya orde baru. Dari mulai kisah 65 sampai 98 dirangkum manis dalam kata pengantar yang dibuat oleh penyusunnya. Untuk sajak-sajaknya, tersaji dari para penyair mahsyur negeri kita tercintah ini. Ada Remy Sylado, Taufiq Ismail, W. S. Rendra, Adhie M. Massardi, dan si master sajak pamflet Wiji Thukul. Dengan karakter sajak yang berbeda-beda sebagaimana penyairnya yang beda-beda, antologi puisi ini bagai sebuah mixtape yang layak didengar jika ingin bernostalgia atau ingin tau seperti apa suasana saat masa-masa ricuh di orde baru yang selalu dikemas manis di udara dalam kalimat: "Piye? Enak jamanku tho?". Untuk selera pribadi, aku paling suka sama sajak-sajak Thukul yang seakan punya gairah berlebih tanpa harus menggunakan diksi tingkat kahyangan.

05. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Penulis: Eka Kurniawan

27


Penerbit: Gramedia Bahasa: Indonesia Ulasan: Bokep! Ya, ini adalah buku bokep. Erotis sekali aduh anjir itu kontol sama memek disebutsebut secara gamblang. Tapi enakeun bacanya. Sekali lagi, otak kreatif Eka bermain. Dia bisa bercerita tentang kebokepan dengan elegan. Berbeda dari Lelaki Harimau, novel ini lebih lugas dengan pemilihan kata yang lebih sederhana. Paragraf-paragrafnya juga gak panjang-panjang. Seperti yang tertulis dari endorsement di sampul belakang, cerita tentang kancah dunia persilatan a la serial silat Kho Ping Hoo dipadu dengan sentuhan filosofis a la kitab Zen lalu dikocok dengan kebokepan yang sinting melahirkan sebuah karya sastra yang cukup mendebarkan, penuh pesanpesan bagai emas dalam seonggok tai anjing, dan juga menggelikan sebagaimana kamu membayangkan Sasha Grey yang jago silat seketika menendang kemaluanmu, sehingga kamu termenung karenanya.

06. Falsafah Hidup Penulis: Prof. Dr. HAMKA Penerbit: Republika Bahasa: Indonesia Ulasan: Hidup memang sebuah perjalanan yang mesti baik-baik ditekuni setiap kejadiannya. Hamka mengajak pembacanya untuk merenung sejenak tentang kehidupan dalam perspektif Islam sebagai sebuah agama untuk membentuk kehidupan yang tentram. Berfikir adalah alat utama untuk mengenali maksud dari adanya agama, sehingga elo-elo semuanyah yakin bahwa agama elo itu bukan sekedar warisan orang tua belaka.

07. Panji Koming: Kumpulan 85-86 Penulis: Dwi Koen Penerbit: Mizan Bahasa: Indonesia Ulasan: Komik strip yang terkenal di koran Kompas edisi Minggu jaman dahulu. Dikumpulkan circa 1985-1986 dimana negerih kitah tercintah ini sedang berorde baru. Komedi satir tersaji dalam penuturan tokoh Panji Koming dan sahabatnya Pailul dalam seting era Majapahit. Jenius, bagaimana Koen mampu mangangkat isu-isu pada masanya yang dibalut dalam kisah sederhana era kerajaan tersohor di nusantara itu. Kenaikan harga pangan, oknum pejabat bangsat, kisruh nasib rakyat jelata, sampai persoalan togel yang legal pada masa itu lengkap sudah dibuat dalam komik strip yang tentu saja pendek dan hadir seminggu sekali. Namun, cukup bisa membuat keder pihak-pihak yang tersentil oleh satir-satirnya.

08. Hector and The Search for Happiness Penulis: Francois Lelord 28


Penerbit: Noura Books Bahasa: Indonesia Ulasan: Novel dengan cerita sederhana tentang seorang psikolog yang meneliti tentang kebahagiaan dengan mengunjungi tempat-tempat dengan budaya berbeda. Tokoh utamanya menyiratkan sebuah keadaan dimana sumber dari kebahagiaan bisa muncul dari kehidupan sehari-hari. Hanya perlu sebuah buku catatan kecil untuk mencatat apa-apa yang bisa membuat bahagia, maka, voila! ternyata memang benar apa yang dikata orang-orang bahwa bahagia itu memang sederhana, sodarah-sodarah sekalian!

09. 1984 Penulis: George Orwell Penerbit: Bentang Bahasa: Indonesia Ulasan: George Orwell membikin sebuah pemaparan dunia distopia. Bagaimana negara-negara adikuasa berebut kekuasaan dan membodohi rakyatnya dengan merubah sejarah melalui bukubuku, siaran radio, koran, dan juga acara televisi. Yang bikin Orwell terlihat jenius adalah bagaimana dia mencipta sebuah bahasa baru yang dinamainya Newspeak, sebuah bahasa yang dipakai untuk menyetarakan semua ide-ide. Bahkan tersaji pula bagaimana sejarah bahasa ini terbentuk, berikut dengan kaidah-kaidahnya yang dilampirkan khusus di akhir cerita. Bahasa ini memang fiktif namun tetep we atuh edan si Orwell mah mau cape-cape bikin bahasa sendiri demi terciptanya dunia distopia tentang kesetaraan yang berlebihan demi kepentingan penguasa. Ternyata eh ternyata, Orwell seorang realis juga. "Tirani itu adalah hal yang sulit diruntuhkan - bahkan hampir mustahil".

10. Questioning Everything!: Kreativitas di Dunia yang Tidak Baikbaik Saja Penulis: Tomi Wibisono & Soni Triantoro Penerbit: Warning Books Bahasa: Indonesia Ulasan: Ini adalah pertama kalinya diriku membaca buku dengan format Q & A yang full. Memang, ini adalah kumpulan wawancara yang kata si penulisnya mah "terbaik" yang pernah dilakukan oleh Warning Magazine. Kenapa saya tertarik baca buku ini? C'mon man! I'm a motherfucker punker. Jadi ketika saya liat ada nama-nama seperti Anti-Flag, Buzzcocks, Begundal Lowokwaru, Discharge, dan Jerinx, aku langsung bilang, "wow sepertinya ini asoy sekali buat dibaca sambil ngudud." Helloooow, ngomongin band punk kapan sih yang gak rame? Rame terus keleus. Tapi gak hanya punk-punk-an doang. Pokoknya ini adalah tentang wawancara bertema kreativ dengan narasumber orang-orang yang out of the box then they kick the box so far away. Narasumber-narasumbernya adalah orangorang gila yang bikin karya diluar batas kesadaran para karyawan beo yang nurut manut sama bos. Perlu dibaca untuk sedikit menyentil otak agar sedikit bertanya: apakah dunia memang tidak baikbaik saja? 29


tentang dekadensiotak adalah seorang tukang ledeng yang senang menulis. Karena hobinya itu, dia telah melahirkan karya-karya super independen dan mudah-mudahan tidak norak. Diantaranya adalah Seri Bengkel Kolase, Bundel Ejakulasi (sebuah tribute untuk Rumah Belajar Sahabat Anak jalanan Cimahi), dan beberapa tulisan di blog pribadinya. Semua tulisannya bisa diakses di http://dekadensiotak.wordpress.com . Itu adalah blog barunya. Blog yang lama dihapus dengan alasan: terlalu kampungan. Selain menulis, dia juga suka bikin kolase yang bisa dilihat di akun instagram @anugrah____. Di instagramnya pula dapat ditemukan dokumentasi visual dalam pembuatan karyakaryanya. Walaupun dia seorang pengguna e-mail yang buruk, alamat dekadensiotak@gmail.com masih bisa dikirimi pesan. Mudah-mudahan sempat dibaca.

30


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.