Bengkel kolase #2

Page 1

BENGKEL KOLASE #2 Terbit Seenaknya | Gratis | Agustus 2015 e-mail: mang.anugrah@gmail.com blog: manganugrah.wordpress.com ig: anugrah____

Bulatuk Di awal Agustus ini aku menghabiskan sore dengan membuka kembali koleksi-koleksi PDF setelah buku Blink karya Malcolm Gladwell selesai terbaca dan aku belum menemukan selera yang pas untuk membaca buku Para Pencari Tuhan milik kakaknya Fahmy yang aku pinjam dari Fahmy sekitar lebih dari setahun yang lalu. Unik memang, proses peminjamannya itu keluar dari proses ijab kabul pinjam meminjam yang sewajarnya. Fahmy meminjamkan 1


buku itu untuk digelar di Perpustakaan Jalanan ketika perpustakaan jalanan itu masih ditunggangi oleh tiga orang mahasiswa bebal (aku, Fahmy, dan Fajar), lalu buku itu mendarat begitu saja di kamarku semenjak Fahmy sudah susah untuk aktif di perpustakaan itu. Sebenarnya aku pun sudah sulit untuk seaktif dulu lagi di perpustakaan itu, konon perpustakaan itu sekarang sudah berjejaring luas dengan kolektif-kolektif yang lain di kota Bandung. Hanya Fajar yang masih setia menunggangi perpustakaan itu sedari lahir sampai hari ini. Pengubekan PDF-PDF itu terhenti pada satu folder bernama Lyssa Belum Tidur, berisikan tujuh volume newsletter tulisan Ucok� Homicide�. Sudah lama aku memiliki newsletters itu, dan sebagian sudah dibaca, tapi hari ini aku benar-benar membuat semuanya khatam. Aku menyukai retorikanya yang bersifat personal, apapun isinya, apapun pembahasannya, walaupun aku tak mengerti, aku nyaman membacanya. Dan tulisan-tulisan itu membuatku semangat lebih giat menulis lagi dimanapun medianya, dan kemanapun tulisan-tulisanku akan bermuara. Jauh sebelum aku kenal kolase-kolasean, menulis sudah menjadi semacam kebutuhan untukku. Sebuah katarsis yang bisa membuatku tidur nyenyak di malam harinya. Ngeblog, dan menulis diary (yang tidak ditulis setiap hari), lebih sering lagi aku menyampah tulisan di sana-sini – di belakang textbook kuliah, di memo ponsel, ataupun pada lembar digital Microsoft Word atau Notepad. Kadang aku menyatuk-nyatukan tulisanku bagai sebuah antologi untuk lalu membagikannya melalui media sosial. Aku adalah orang yang tidak mahir dalam masalah pengarsipan.Aku biasa menyimpan karyaku sembarangan. Kadang aku dibuat kesal oleh ulahku itu. Di saat nostalgia memaksaku membuka karya-karya lamaku, aku kelimpungan mencari mengubek-ubek koper, tumpukan buku, atau membuka-buka folder dan file digital dalam laptopku. Nah, melalui zine serba seenaknya inilah suatu pengarsipan yang sederhana sedang kurintis. 2


Pengarsipan yang bersifat personal dan tanpa mempedulikan orang yang melihat (baca: membaca) nya. Kata sebagian orang, aku adalah manusia egois. Aku tidak bisa tidak setuju atas label itu. Aku mengakuinya. Terkadang aku menjadi sangat egois ketika pikiran dan arah kedua bola mataku tertuju pada suatu titik. Namun, sialnya, titik-titik itu terkadang berduplikasi menjadi banyak. Sehingga titik-titik itu berbinar-binar redup terang di depan kedua mataku, memburicak-burinong-kan pikiranku. Ada dua titik yang kini berhasil bertambah menjadi tiga titik besar sedang berdiri asoy di depanku: menulis, kolase, dan menanam. Menulis adalah kegiatan rutinku yang aku lakukan ketika otak lagi nge-mood, senang, bergairah, membara, atau lagi galau atau lagi marah-marah. Tulisanku adalah tulisan sinting tak beraturan yang akan membuat semuanya terasa makin indah bagi diriku sendiri. Bagai memasuki Wonderland, aku bisa terhanyut oleh setiap rangkaian kata yang kubuat. Absurd. Abstrak. You name it! Kolase, yah, males sebenernya ngebahas ini lagi setelah di Bengkel Kolase #1 aku membeberkan bagaimana aku masuk dunia kolase dengan seenaknya. Pokoknya zine adalah suatu obat selayak destro bagi anak-anak jalanan. Membuatku melupa akan kesadaran, dan terhanyut dalam ekstase yang tak bisa kujelaskan. Aku menyukainya. Adiktif! Menanam adalah kegiatan yang akhir-akhir ini tengah kulakukan. Di balkon rumah yang sedang kudiami ada botol-botol aqua bekas yang kusulap menjadi pot-pot yang menyimpan benih-benih seledri, selada, bayam hijau, dan bayam merah. Serta turut hadir pula sisa-sisa sayuran yang dimasak ibuku, yaitu bawang daun, bawang merah, dan bawang putih, untuk kutumbuhkan kembali selayak Nabi Isa membangkitkan orang mati. 3


Pengennya sih nanti kalau aku ada uang, aku pengen beli bibit anggrek dan kaktus. Aku ingin sekali memiliki perkebunan untuk lalu nanti aku akan berakting seperti tokoh utama dalam game Harvest Moon.

Tani Bertani adalah salah satu cita-citaku. Bisa dilihat di film pendek yang pernah kubuat dibawah naungan kolektif fiktif bernama Nahdhatul Majnun AlAnarkiyyah. Film itu sudah diunggah ke YouTube oleh Fajar. Dengan judul “Into The Street�, dalam suatu adegannya, aku berhasil menjadi petani dalam mimpi. Coba saja cari film butut itu. Ada suatu pepatah yang berbunyi “Dimana ada kemauan, disitu ada jalan�. Sepertinya pepatah itu sedang hinggap dalam hidupku. Richo, temanku, memberitakan bahwa dia sedang asyik melakukan proyek regrow farming. Maka, dengan tanpa pikir panjang, aku meminta untuk bertemu dengannya dengan maksud untuk berguru padanya. Alhamdulillah, berkat hasil guguru padanya, aku mendapatkan satu kresek tanah dan beberapa bibit sayuran. Kini aku bertani kecil-kecilan di balkon rumah. 4


Lumayan buat makan sayur nantinya jadi ga usah beli, begitulah bayanganku. Yah, seenggaknya kalau bikin indomie selalu ada sayurnya nanti, entah bayam entah selada. Yang penting ijo-ijonya ada. Jadi ga terlalu junk food banget kan? Oyeah. Tentu saja ide (cita-cita) bertani ini tidak muncul begitu saja. Selalu ada hal yang melatrbelakangi sesuatu. Perkenalanku dengan si Fajar lah yang menuntunku untuk lebih mencintai ijo-ijo. Bukan karena Fajar seorang pecinta lingkungan, bukan. Fajar mah seorang programmer yang celananya ngatung. Namun, pengetahuannya tentang anarki-anarkian dan pergerakan semacamnya menuntunku untuk mengenal Food Not Bombs melalui literasiliterasi yang dia bagi padaku. Waktu itu dia membagi banyak zine digital semisal Amor Fati, Kontinum, Affinitas, dan Serum. Juga, ditambah waktu aku masih menggilai Superman Is Dead dimana Jrx suka kampanye tentang menjadi anak punk gahol dengan memelihara kelestarian alam. Dari itu-itulah aku jadi suka yang ijo-ijo semacam gunung-gunung, sawah-sawahan, dan sayur mayor. Walau aku hanya sebatas suka saja dan berkecambah menjadi cita-cita dalam sanubari. Oh indah sekali jika ternyata aku nanti punya ladang luas yang menghasilkan banyak sayur mayur lalu kubagikan gratis pada para tetangga biar mereka pada senang dan aku pun senang. Begitulah. Yah, begitulah. Begitulah impian utopis yang tumbuh pada diriku.

BGM Aduh, sepertinya memang musik itu adalah semacam cemilan wajib yang harus dinikmati kapanpun dan dimanapun. Maka, aku selalu saja 5


ingin menyisipkan sesi BGM pada setiap zine Bengkel Kolase. Di edisi pertama, aku membeberkan bagaimana sukanya aku pada korea-koreaan. Sekarang mah, biar aku ga dibilang homoseks, maka aku akan membeberkan musik-musik non korea yang sering aku dengar dan rutin sekali berputar pada aplikasi pemutar suara dalam ponselku. Kemarin-kemarin aku iseng membuka folder berisikan banyak MV yang berhasil kuselamatkan dari harddisk Seagate 40 Giga sisa reruntuhan PC lamaku. Aku memutar video konser Slipknot di London yang aku lupa itu tahun berapa. Namun, seakan Slipknot itu magnet dan aku adalah paku karatan. Aku langsung nempel pada lagu-lagu yang dibawakan band bertopeng itu. Sumpahlah, itu People = Shit memang ga ada matinya. Disusul Liberate, Left Behind dan Eeyore. Slipknot oh Slipknot si metal yang bersahabat karena Corey Taylor selalu jago dalam menempatkan dimana dia harus scream dan dimana dia harus bernyanyi dengan merdu. Maka, sedari dulu aku nobatkan Slipknot sebagai band metal yang paling kusuka (juga karena aku ga begitu paham metal-metalan). Oiya, selain lagu-lagu yang tadi aku sebutkan, coba juga dengar Before I Forget dan Duality. Asoy geboy memang para doger setan ini. Kalau masalah musik-musikan mah, aduh jangan sampai pula aku melewatkan poppunk. Biar aku ga dibilang kacang yang lupa kulitnya. Endank Soekamti menjadi juaranya bagiku selama awal Agustus karena albumnya yang bertajuk Kolaborasoe membuatku terpingkal dengan dua track yang featuringan dengan si Jarwo tokoh animasi Endonesa yang lagi naik daun seperti ulat sagu. Dua track itu adalah Heavy Birthday dan Syubidu, percakapan antara Jarwo dan Erik yang kental dengan logat jawa sungguh bikin aku terpingkal. Juga trek yang berkolaborasoe dengan Tom Kill Jerry yang berjudul Masa Kecil sukses membikin aku makin kangen akan kehidupan masa-masaku mengenakan seragam sekolah.

6


Richo lagi-lagi berperan penting pada pembentukan BGM di awal Agustus ini, karena beliaulah aku jadi mendengarkan Black Eyed Peace lagi dalam lagu yang berjuful Where Is The Love?. Juga, dari beliaulah file-file mp3 lagu klasik berpindah dari harddisk laptopnya pada harddisk laptopku. Sebutlah Beethoven dan Mozart. Mereka kini menghiasi hari-hariku semegah opera house lengkap dengan tirainya yang bisa membuka dan menutup. Untuk lagulagunya tentu saja kurekomendasikan Symphony No.9 , Fur Elise, dan Canon (in D).

Books Sama halnya seperti musik Buku-buku adalah barang-barang yang tidak bisa kutinggalkan akhir-akhir ini. Sumpah, baru akhir-akhir ini aku sangat menggilai buku. Maksudku, aku sudah lama memiliki hobi membaca, namun hobi membacaku saat ini sepertinya sedang on fire. Rasanya selalu ada yang kurang ketika tidak membaca dalam satu hari. Rasanya tai tidak akan pernah keluar dari lubang pantat jika aku modol tanpa membaca buku. Rasanya, kesendirian dan kontemplasiku tidak akan pernah bermakna jika aku tidak membaca buku. Terdengar berlebihan? Memang. Aku penyuka majas hiperbola. Greendeen adalah buku yang juga tidak pernah bisa aku nafikan sebagai penyemangatku dalam dunia pertanian mungilku. Sebuah buku garapan Ibrahim Abdul-Matin – seorang muslim Amerika, yang membuatku teringat kembali akan pentingnya hidup sehat dengan cara memlihara alam dan mengkonsumsi makanan yang halal dan toyib. Buku itu kuperoleh dari Asep Alimin, seorang kawan yang memang aktif dalam dunia per-mesjid-an. Yang baca Al-Quran nya mantep, yang digilai akhwat-akhwat solehah. Oh Alimin, kamu memang pria surgawi idaman wanitah-wanitah yang siap dipinang dengan mahar hapalan ber-juz-juz Al-Quran.

7


Buku yang tidak bisa tidak dibilang bagus, karena biar bagaimanapun, aku yang sedang ingin belajar islam seperti disuguhi sebuah how to yang mantep mengenai hobiku dalam bertani. Karena dengan bertani dan makan sayuran, berarti aku mengkonsumsi makanan halal yang aku tahu sebagaimana toyibnya makanan itu, insya Allah. Memang sih, gak semua isinya tentang pertanian. Pokoknya isinya itu bagaimana membangun agama hijau untuk kelangsungan kesejahteraan umat manusia. Ya dari mulai penjagaan ekosistem, pertanian, peternakan, dan juga bagaimana menanggulangi polusi serta menindaklanjuti sumber daya alam yang sulit untuk diperbaharui. Wah pokoknya mah, bagi aktifis pecinta lingkungan buku ini recommended banget.

8


Rekam jejak tukang kolase amatiran. Layaknya bengkel, zine ini berisi segala macam alat dan perkakas yang menjadikan kolase-kolasenya ada dan juga mengungkap apa yang dirasa oleh si pembuat kolase yang karyanya dapat ditemui pada akun instagramnya. Sejujurnya, tak ada yang spesial dari apa yang dibeberkan.Namun, ketidakspesialannya itulah yang memaksa zine ini lahir untuk membuat yang tidak spesial menjadi terlihat sedikit spesial bagi si pembuat kolase itu sendiri

9


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.