Kibor Nyala #1

Page 10

Thanks Punk, kau menyelamatkan ekonomiku So, gue kira melek soal keuangan itu adalah kewajiban. Biar ga terus-terusan nyusahin orang lain. Biar bisa benar-benar berdikari. Dari kecil, di otak gue sudah tertanam prinsip bahwa ngutang itu brengsek. Jangan sampai berhutang kalau gak butuh-butuh amat. Terimakasih banyak untuk Ibu gue yang udah nanemin prinsip ini ke otak gue. Masalahnya adalah, gue sering nemu orang yang ngutang bukan karena ngutang sebagai jalan terakhir, tapi karena ngutang udah jadi semacam kebiasaan. Itu buruk sih men. “Gak ngutang berarti gak akan punya apa-apa”. Itu tai sih men. Emang kalau gak punya apa-apa terus kenapa? Suudzonnya gue sih karena mereka kalah sama gengsi aja. Tai lah. Terus kalau maneh gak punya iphone baru itu kenapa? Yagapapa kan, toh maneh masih bisa instagraman sama hp android lama lu. Toh kerjaan lu gak butuh gadget yang canggih-canggih amat kan? Gue gak ngerti sih sama orang-orang begini. Alhamdulillah gue kenal sama kultur punk yang “mengharamkan” konsumerisme. Fuck kapitalis anjing, do-it-yourself, kontstruksi sosial kontol. Ya, yang gitu-gitu lah. Nilai-nilai punk yang utopis itu kayaknya sih tertanam juga di otak gue. Jadinya gue ini kayak yang cuek-cuek aja gitu sama apa-apa yang lagi trend. Gue gak peduli fashion. Gue gak peduli kalau gue dianggap gembel. Gak peduli gue mah. Yang penting gue bahagia aja. Dengerin lagu D’masiv yang Jangan Menyerah gih...


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.