Modul Kelas Hitam Edisi 2 : Perancangan dan Perencanaan Tambang

Page 1


KATAPENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadiratTuhanYang Maha Esa atas selesainya modul

Modul Pemodelan dan Estimasi Sumberdaya pada Komodtitas Batubara dengan Metode

Circular USGS Modul ini akan membahas mengenai konsep dasar dan metode estimasi

sumberdaya batuabra menggunakan metode Circular USGS. Modul ini dimaksudkan sebagai bahan ajar selama berlangsungnya kegitan KELAS HITAM Himpunan Tambang UIN Jakarta

Tahun 2024. Pemakai utama modul ini adalah pengurus Himpunan Tambang (HITAM) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kami berharap terkait dengan dibuatnya modul Modul Pemodelan dan Estimasi

Sumberdaya pada Komodtitas Batubara dengan Metode Circular ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan yang menggunakannya. Kritik dan saran teman-teman demi memperkaya isinya sangat kami harapkan.

PENDAHULUAN

1.1 Penyajian Materi

Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, serta berwarna cokelat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang memperkaya kandung karbonnya (Sukandarrumidi,1995). Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan.

Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi ke batas area pengaruh (SNI 5015, 2011).

Gambar 1. Jarak pengukuran dari titik observasi

Adapun sumberdaya batubara terbagi menjadi 3 (kelas) yaitu adalah sebagai berikut :

a. Sumberdaya Batuabara Tereka

Sumberdaya batubara tereka adalah bagian dari total estimasi sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik informasi yang didukung oleh data pendukung tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan atau kualitasnya.

Estimasi dari kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan eksplorasi lanjut. Sumberdaya tereka memiliki tingkat keyakinan lebih rendah dalam penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk.

b. Sumberdaya Batubara Terunjuk

Sumberdaya batubara tertunjuk adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang didukung oleh data pendukung. Titik informasi yang ada cukup untuk menginterpretasikan kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan atau kualitasnya.

c. Sumberdaya Batubara Terukur

Sumberdaya batubara terukur adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan data - data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan Sumberdaya batubara terukur adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yangtinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan data - data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan.

Banyak pestimasi telah dibuat mengenai sumberdaya batubara di Negara ini (Amerika), sumber daya negara lain, dan dunia secara keseluruhan. Karena sistem klasifikasi sumber daya yang berbeda, perkiraan ini sangat bervariasi dalam besaran di Negara ini dan negara lain; analisis geologi menunjukkan beberapa perkiraan ini tidak

lebih dari sekadar tebakan yang dibuat-buat. Sistem klasifikasi sumberdaya batubara dari

Survei Geologi AS direkomendasikan sebagai bantuan dalam memecahkan masalah yang disebabkan oleh sistem yang berbeda. Sistem klasifikasi sumberdaya yang terperinci harus mengidentifikasi endapan batu bara berdasarkan area, lokasi, jarak dari titik informasi, ketebalan batu bara dan lapisan tanah penutup, peringkat dan kualitas, serta estimasi kuantitas. Klasifikasi dalam sistem tersebut, selanjutnya, harus memberikan gambaran mengenai faktor ekonomi, teknologi, hukum, dan lingkungan yang memengaruhi ketersediaan batubara.

Dua faktor yang menyebabkan kesulitan dalam mengkategorikan sumber daya dan cadangan dalam semua sistem klasifikasi. Pertama, sebagian besar ahli geologi dan insinyur yang mengklasifikasikan sumber daya dan cadangan bukanlah ahli dalam ekonomi pertambangan, transportasi, pemrosesan, dan pemasaran. Kedua, kondisi ekonomi berubah seiring waktu, sehingga kelangsungan ekonomi batu bara relatif cair. Misalnya, sumber daya subekonomi saat ini dapat menjadi cadangan masa depan saat harga batu bara naik; sebaliknya, cadangan dapat menjadi sumber daya subekonomi saat harga batu bara turun. Terakhir, perubahan peraturan, undang-undang, dan putusan pengadilan dapat memengaruhi pertambangan, transportasi, pemrosesan, dan pemasaran, dan dengan demikian klasifikasi sumber daya batu bara. Konsep basis cadangan dikembangkan untuk mengatasi kesulitan ini.

Tingkat kepastian geologi dalam sistem klasifikasi batubara ini ditentukan dari hubungan timbal balik dari (1) kedekatan atau kedekatan jarak titik-titik tempat lapisan batubara diukur atau diambil sampelnya (keandalan); (2) konsep, ide, dan model kedalaman, peringkat, kualitas, ketebalan batubara, luas area, pola pengendapan dan korelasi lapisan batubara dan batuan penutup; dan (3) pengetahuan tentang fitur struktural terkait karena mereka mengendalikan distribusi, luas, ketebalan, kedalaman penguburan, dan metainorfisme sumber daya batubara. Pemahaman tentang elemenelemen ini sebagaimana mereka berhubungan dengan tiga Konfigurasi dimensi urutan stratigrafi diperlukan untuk memberikan tingkat kepastian geologi tertinggi mengenai keberadaan dankesinambunganatau ketiadaankesinambunganlapisanbatubaratertentu.

Batubara berjenis batubara energi rendah (low rank coal) menujukan kandungan panas yang relatif lebih rnedah dibandingkan dengan batubara berjenis batubara energi

tinggi (High rank coal) sehingga persyaratan aspek ekonomis yang masih rendah tidak dapat menjadi faktor pengubah dari sumber daya terukur menjadi cadangan terbukti.

Dua faktor yang menyebabkan kesulitan dalam mengkategorikan sumber daya dan cadangan dalam semua sistem klasifikasi. Pertama, sebagian besar ahli geologi dan insinyur yang mengklasifikasikan sumber daya dan cadangan bukanlah ahli dalam ekonomi pertambangan, transportasi, pemrosesan, dan pemasaran. Kedua, kondisi ekonomi berubah seiring waktu, sehingga kelangsungan ekonomi batu bara relatif cair.

Misalnya, sumber daya subekonomi saat ini dapat menjadi cadangan masa depan saat harga batu bara naik; sebaliknya, cadangan dapat menjadi sumber daya subekonomi saat harga batu bara turun. Terakhir, perubahan peraturan, undang-undang, dan putusan pengadilandapat memengaruhipertambangan, transportasi, pemrosesan,danpemasaran, dan dengan demikian klasifikasi sumber daya batu bara. Konsep basis cadangan dikembangkan untuk mengatasi kesulitan ini.

Tingkat kepastian geologi dalam sistem klasifikasi batubara ini ditentukan dari hubungan timbal balik dari (1) kedekatan atau kedekatan jarak titik-titik tempat lapisan batubara diukur atau diambil sampelnya (keandalan); (2) konsep, ide, dan model kedalaman, peringkat, kualitas, ketebalan batubara, luas area, pola pengendapan dan korelasi lapisan batubara dan batuan penutup; dan (3) pengetahuan tentang fitur struktural terkait karena mereka mengendalikan distribusi, luas, ketebalan, kedalaman penguburan, dan metainorfisme sumber daya batubara. Pemahaman tentang elemenelemen ini sebagaimana mereka berhubungan dengan tiga Konfigurasi dimensi urutan stratigrafi diperlukan untuk memberikan tingkat kepastian geologi tertinggi mengenai keberadaan dan kesinambungan atau ketiadaan kesinambungan lapisan batubara tertentu.

Perkiraan tonase untuk kelas batubara ini (Subbituminus) ditentukan dengan menjumlahkan perkiraan untuk sumber daya batu bara subbituminus yang teridentifikasi dan yang belum ditemukan. Kategori ketebalan yang sama seperti untuk cadangan batu bara subbituminus harus digunakan dengan penambahan kategori 30 inci-5 kaki (75 cm-1,5 m), dan kategori lapisan tanah penutup berikut harus dikenali: 0 hingga 500 kaki (0 hingga 150 m); 500 hingga 1.000 kaki (150 hingga 300 m); 1.000 hingga 2.000 kaki (300 hingga 600 m); 2.000 hingga 3.000 kaki (600 hingga 900 m); dan3.000hingga6.000kaki(900hingga1.800m). Estimasisumberdayatersebutdapat dibagi menjadi kelompok batubara subbituminus peringkatA, B, dan C.

1.2 Tujuan

a. Pengurus Himpunan Tambang (HITAM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat memahami terkait klasifikasi Sumberdaya Batubara

b. Pengurus Himpunan Tambang (HITAM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat membuat permodelan Sumberdaya Batubara menggunakan metode Circullar USGS

1.3 Alat dan bahan

1.3.1 Alat

a. Laptop

b. Software 3Dmine atau SURPAC

1.3.2 Bahan

a. Data kordinat topografi

b. Data stike dan dip Batubara

c. Jenis batubara Sibbituminus

d. Data bor

1.4 Metode Estimasi Sumberdaya Batubara

Metode Circular USGS melibatkan pembentukan lingkaran dengan radius terluar berdasarkan ketetapan batas BSN sebagai area of influence. Perhitungan sumberdaya dilakukan dengan rumus:

T= t × L × D

• T: Tonase batubara (ton)

• t: Tebal batubara (m)

• L: Luas area batubara (m²)

• D: Densitas batubara (ton/m³)

Salah satu masalah tersulit dalam memperkirakan sumber daya batu bara adalah ketika lapisannya memiliki kemiringan sedang hingga curam atau mengalami deformasi yang parah. Metode pertama adalah memperkirakan semua tonase sumber

daya areal di bidang lapisan batu bara dan kemudian memproyeksikan semua kategori areal yang relevan ke permukaan tanah. Misalnya, lingkaran keandalan yang diukur, ditunjukkan, disimpulkan, dan hipotetis, isopach batu bara, kontur lapisan tanah penutup, dan kontur struktur harus digambar di bidang lapisan batu bara. Kemudian area masing-masing kategori ini diukur secara planimeter dan tonase batu bara diperkirakan. Prosedur ini memberikan perkiraan tonase batu bara yang memadai untuk semua nilai kemiringan. Namun, sulit untuk memproyeksikan area dari bidang lapisan batu bara ke area permukaan yang menutupi kategori tertentu. Meskipun metode ini memberikan perkiraan tonase yang memadai, metode ini mendistorsi penggambaran kategori area di permukaan tanah.

Metode kedua adalah menggambar batas area dari berbagai kategori pada peta permukaan, mengukur area yang digaris bawahi oleh berbagai kategori, dan memperkirakan tonase batu bara untuk setiap kategori. Jawaban yang dihasilkan adalah tonase pada bidang lapisan. Metode ini akan memberikan perkiraan tonase yang benar di setiap kategori sumber daya yang mendasari permukaan tetapi akan membesar-besarkan secara horizontal area batu bara yang diukur, ditunjukkan, dan disimpulkan dan harus digunakan hanya jika kemiringannya lebih dari 10° dan kurang dari30°.Untuk kemiringandi atas30°,direkomendasikanagarperkiraansumberdaya dibuat dengan metode pertama. Untuk kemiringan kurang dari 10°, semua perkiraan sumber daya harus dilakukan seolah-olah lapisannya datar

Jika kemiringan batubara di bawah dari 10° dapat mengklasifikasikan

sumberdayaBatubaradenganradius maksimum dariyangterterapada US. Geological Survey yaitu Area keandalan ditentukan dengan menggunakan radius 1/4 mil (terukur), radius 3/4 mil (terunjuk), radius 3 mil (tereka), dan radius lebih dari 3 mil (tereka)dari titik pengukuran, Pada kategori ini Batubara di asumsikan dengan kemiringan mendatar. Lalu untuk kemiringan Batubara lebih dari 10° dan kurang dari 30° dapat mengklasifikasikan sumberdaya berdasarkan dari ketebalan overburden yaitu 500-, 1,000- and 2,000-kaki ketebalan overburden. Selanjutnya jika kemiringan Batubara lebih dari 30°dapat mengklasifikasikan sumberdaya batubara dengan kedalaman overburden yaitu 200 kaki, 300 kaki, and 500 kaki ketebalan overburden

1.5 Estimasi Sumberdaya Batubara menggunakan metode Circular

a. Dimulai dengan memasukkan data berikut :

- Topografi

- Batas IUP

- Titik Bor

- Data Stike dan Dip

b. Selanjutnya dibuat penampang antara topografi dengan lapisan batubara

c. Disesuaikan dengan studikasus yang

metode ke-2 (dua) yaitu membuat jarak radius sesuai dengan kedalaman overburden sebesar 200ft, 300ft, dan 500ft.

d. Di ukur jarak dari cropline ke setiap garis yang telah di buat.

- Terukur (116.406 m).

- Terunjuk (171.511 m).

dimiliki (contoh : dip 30°) maka menggunakan

- Tereka (289.274 m).

e. Dibuat radius lingkaran dari titik bor sesuai dengan jarak yang telah diperoleh sebelumnya.

f. Dibuat radius lingkaran dari cropline sesuai dengan jarak yang telah diperoleh sebelumnya kemudian dibuat garis pembantu di setiap ujung radius.

g. Di gabungkan antara radius dari titik bor dangaris cropline yang telah di buat berdasarkan radius yang dibuat dari cropline.

h. Di sambungkan ujung dari masing-masing klasifikasi sumberdaya dan dihitung luasan area.

i. Dihitung volume dari masing-masing klasifikasi sumberdaya (terukur, terunjuk, dan tereka) berdasarkan rumus yang telah dijelaskan pada point 1.4.

j. Dihitung jumlah tonase batubara dari setiap sumberdaya.

1.6 Evaluasi

a. Buatlah permodelan sumberdaya Batubara mengunakan metode circular USGS

b. Hitung jumlah tionase dari masing-masing klasifikasi sumberdaya barubara (Terukur, Terunjuk, dan Tereka).

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.