Untuk Peningkatan Perilaku Islami, Penggalakan Kualitas Ilmiah dan Pembobotan Idealisme
MENAKAR KINERJA REKTOR
Hal 14
Bank Syariah Versus Konvensional
Hal 20
Tawuran, Lagu Lama Kampus
2
DAPUR REDAKSI
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Tingkatkan Kinerja
Foto bersama pengurus UKM LIMA setelah merayakan milad Washilah yang ke-33 tahun di baruga Angin Mammiri, Minggu (09/09/2018)
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
S
www.
uatu kesyukuran bagi kami UKM LIMA tetap eksis hingga hari ini setelah memasuki usianya yang ke 33 tahun, Agustus lalu. Sejauh ini, kami senantiasa berusaha menghadirkan berita hangat dan aktual untuk pembaca setia Washilah. Tabloid yang saat ini hadir dihadapan anda adalah edisi ke 107, dan merupakan terbitan keempat dalam periode kepengurusan 2018. Diantara program kerja yang telah dirumuskan , masih ada beberapa PR bagi Rektor UIN Alauddin Makassar sebelum mengakhiri masa jabatannya. Sebutlah pembangunan rumah sakit di kampus I, padahal izin operasionalnya telah diperoleh sejak kepemimpinan rektor sebelumnya dan mendapat pengakuan dari Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Berita ini dapat anda simak pada laman tabloid kami. Kami pun menyoroti persoalan dokumen Andalalin yang pada kenyataannya
UIN Alauddin belum mengantongi itu. Padahal, dalam peraturan Departemen Pekerjaan Umum tahun 2017, kampus dengan jumlah 500 mahasiswa adalah wajib Andalalin, sedangkan UIN Alauddin berjumlah sekitar 20.000-an mahasiswa. Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa UIN tidak memiliki dokumen Andalalin? Simak beritanya dalam rubrik sorot. Tidak ketinggalan tentunya, kami hadirkan usaha Radio Syiar 107.1 FM berganti status menjadi radio swasta. Berangkat dari keinginan itu. Radio Syiar FM pun mengikuti kompetisi yang diseleksi oleh Balai Monitor Spektrum Frekuensi II Makassar untuk mendapatkan rekomendasi dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). Bagaimana kelanjutannya? Benarkah Syiar FM gagal dalam kompetisi? Berita ini kami sajikan dalam rubrik lipsus. Langkah awal kinerja Prof Dr
Musafir Pabbabari sebagai rektor ialah melakukan perubahan logo universitas pada tahun 2015. Hingga hari ini, Namun menjelang akhir kepemimpinannya, nyatanya masih bisa kita saksikan logo lama universitas yang terpajang di beberapa tempat. Informasi inipun kami kemas dengan menarik dalam bentuk berita foto pada rubrik lensa. Dalam rubrik persepsi, kami menghimpun lima pendapat mewakili pihak mahasiswa maupun dari tenaga pengajar. Bagaimana pandangan mereka terkait pelaksanaan KKN yang kini hanya berlangsung selama 45 hari? Sama atau berbedakah pendapat mereka? Cerapan dari berbeda generasi ini kami tuangkan dalam rubrik persepsi. Selamat membaca, itulah kalimat penutup untuk mengakhiri dapur redaksi ini. Kepada pembaca, semoga yang kami suguhkan mewakili rasa ingin tahu anda.
Tajuk Di Penghujung Garis Finis
“Kabar baiknya adalah 13 jurnal itu terakreditasi tahun ini. Sementara kabar buruknya, penelitian itu masih jauh dari kata cukup bila ingin meraih akreditasi A,� ungkap Prof Dr Mardan saat menanggapi jumlah karya jurnal yang dimiliki UIN Alauddin Makassar pada pertengahan bulan Agustus lalu. Sejumlah kekhawatiran pun masih terjadi di beberapa sektor. Mengejar akreditasi di penghujung kepemimpinan rektor tentu tidak mudah, apalagi waktu yang tersisa kurang dari setahun lagi. Perkara akademik adalah sekian dari berbagai macam pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan untuk menunjang akreditasi. Persoalan di bidang infrastruktur juga dinilai masih belum relevan dengan kebutuhan kampus, meski pembangunannya termasuk yang tercepat dalam dua tahun terakhir. Pembangunan dua gedung dosen di awal tahun 2018 juga menjadi perhatian, mengingat terhitung sejak lima bulan setelah diresmikan, salah satu dari gedung tersebut masih tampak sepi dan hanya ditempati oleh sedikit tenaga pengajar saja. Setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata minimnya aktivitas di gedung yang diperuntukkan bagi dosen FEBI, FKIK, FUFP dan FTK penyebabnya tidak lain karena para tenaga pengajar di FTK dan FKIK lebih cenderung menghabiskan kegiatan akademiknya di laboratorium (lab), ketimbang memilih menetap di gedung dosen. Langkah pembangunan inipun dianggap kurang tepat sasaran dan pihak birokrat seperti tidak tahu menahu tentang apa yang dibutuhkan perfakultasnya, meskipun pembangunan itu menggunakan dana SBSN. Dalam mengambil langkah strategis ketika menghadapi tantangan kampus pun terbilang lemah. Penerapan jumah kategori UKT/BKT dari yang sebelumnya lima menjadi tujuh kategori tidak tepat sasaran, pasalnya hampir tidak semua dari ketegori tersebut terisi saat penerimaan mahasiswa baru, tentu hal ini sangat kontradiktif dengan yang diharapkan. Begitupun dengan langkah birokrasi yang belum mampu memberikan solusi jitu terkait persoalan pengawalan UKT/BKT dalam hal ini penetapan pembayaran SPP bagi kalangan mahasiswa baru, yang kemudian dianggap oleh Ketua Dewan Mahasiswa Universitas, Askar Nur sebagai akar dari masalah berantai hingga hari ini. Terakhir yang menyorot perhatian yang datang tidak hanya dari kalangan kampus tetapi di luar lingkup universitas. Yakni kejadian bentrokan yang baru saja terjadi antar Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan Fakultas Syariah dan Hukum, kejadian tersebut memakan korban luka berat dan luka ringan yang tidak sedikit dalam sejarah tawuran internal kampus. Hal ini menjadi sorotan besar kala pihak birokrasi tak sanggup berbuat banyak dalam mengambil langkah preventif. Padahal kejadian ini bukan hal yang baru, belum nampak upaya pihak kampus untuk mendeteksi konflik sebelum betul betul pecah. Masalah ini tentu tidak ingin diwariskan kepada nahkoda selanjutnya, dan dalam waktu yang tersisa Prof Dr Musafir Pabbabari beserta kabinetnya harus memberikan solusi pamungkasnya.
MENAKAR KINERJA
REKTOR
Ilustrasi: Aldy Renaldi
washilah .com
3
TOPIK UTAMA
www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
MENAKAR KINERJA REKTOR
Riset: Muhammad Irwan / Infografik: Muh. Nur Alif
Tinggal beberapa bulan lagi Prof Dr Musafir Pababbari M Si menyelesaikan tugasnya “Padahal petugas kebersihan sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar yang ke-10. Civitas akademika pun menantikan banyak, meski mungkin tidak terlalu cukup. Saya kira taman kita realisasi program kerja yang pernah dipaparkanya. Washilah – Kinerja seorang Prof Musafir Pababbari sebagai orang nomor satu di UIN Alauddin menjadi perbincangan sejak ia menjabat. Mulai dari penetapan logo baru hingga pembangunan infrastruktur kampus. Bagi Prof Musafir, setiap yang dikerjakan adalah unggulan dan untuk mendukung visi dan misi universitas yang telah dirumuskan bersama. Selain perbaikan infrastruktur, bidang akademik, dan pelayanan berbasis online, ia juga disoroti karena di awal menjabat melakukan perubahan logo Universitas. Langkah tersebut dipilih bukan tanpa alasan pertimbangan. Tujuannya adalah memberikan motivasi kepada masyarakat kampus untuk bergerak menuju perubahan sesuai dengan filosofi dari logo itu. “Saya melihat, setelah adanya penetapan logo baru, baik dosen maupun mahasiswa mulai tergerak menuju perubahan, berimprovisasi, dan inovasi agar lebih baik lagi,” jelasnya. Tidak ada yang dominan dalam realisasi program kerja, lakukan yang terbaik. Untuk itu, satu per satu dicicil. Di masa Prof Musafir, UIN Alauddin memang tengah digenjot untuk perbaikan akreditasi. Hal itu dibenarkan oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi, Umum, Perencanaan dan Keuangan Prof
Lomba Sultan MA. Ia mengaku, persiapan semua program kerja rektor memang dua tahun terakhir di fokuskan pada akreditasi. Hal itu demi mendukung kampus yang digadang-gadang berbasis integrasi keilmuan. Penataan mulai dari tingkat program studi sampai akreditasi institusi. Prof Lomba juga menambahkan, kerja sama juga dilakukan di dalam dan luar negeri demi mendukung kebutuhan-kebutuhaan kampus. “Kita saling bersinergi terutama membangun kerja sama. Kami jalin itu selama kurang lebih lima tahun terakhir. Alhamdulillah belakangan di bantu oleh Wakil rektor Bidang Kerja sama Prof Hamdan Juhannis MA P hD,” ungkapnya. Ia melanjutkan, bila kerja sama tahun ini memang digiatkan bahkan dengan persetujuan hitam di atas putih. Itu dilakukan untuk keperluan universitas, beasiswa misalnya. PR Rektor UIN Alauddin Meski sejumlah infrastruktur tengah digenjot, ada beberapa gedung yang belum rampung pembangunannya. Rumah Sakit UIN Alauddin adalah salah satunya. Padahal izin operasionalnya telah diperoleh sejak kepemimpinan Prof Azhar Arsyad dan mendapat
pengakuan dari Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia ( AIPKI). Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan Prof Siti Aisyah Kara MA P hD pun memberikan penjelasannya. “Sebelum saya masuk memang sudah mangkrak. Insya Allah, tahun 2019 kita sudah mendapat anggaran dari Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PNN/Bappenas) sekitar 160 miliar rupiah, dan yang membangun bukan kita, ya kita hanya terima kunci, mudah-mudahan tahun 2019,” ungkapnya. Selain Rumah Sakit, gedung lain yang terbengkalai adalah gedung pascasarjana. Namun, sedikit mendapat titik terang, gedung ini akhirnya mendapat jatah anggaran setelah saban tahun tanpa kejelasan. Penataan Taman Meski beberapa gedung dipercepat pembangunannya demi akreditasi, tapi itu tidak diikuti dengan penataan taman. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Prof Abd Rasyid Masri MM pun angkat bicara. Bagi Rasyid Masri, yang kurang dari UIN adalah penataan taman, kebersihan lingkungan serta kerja sama internasional yang perlu ditingkatkan lagi.
butuh perhatian khusus. Keamanan juga begitu, petugas keamanan harusnya diberi pelatihan khusus, agar mereka itu kesannya profesional. Lalu untuk kerja sama, ya perlu juga mitra dari luar negeri,” ujarnya. Sementara itu, walau tak menjadi priorias, rektor Musafir juga pernah disoroti karena penentuan Kategori Uang Kuliah TunggalBiaya Kuliah Tunggal (UKTBKT). Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) Universitas Askar Nur membenarkannya. Persoalan uang kuliah menjadi yang paling penting di UIN Alauddin. Penetapan biaya berdasarkan kategori ekonomi mahasiswa dinilai masih belum tepat sasaran. “Masalahnya kalau tidak bisa bayar, kalau bukan cuti ya tidak lanjut. Kita maunya kalau bisa ada evaluasi mengenai pembiayaan,” ungkapnya. Askar juga menyoroti soal gedung kuliah terpadu yang kurang efektif. Adanya gedung terpadu, kemungkinan bisa menjadi pemicu konflik antara sesama fakultas karena setiap gedung terdiri dari dua fakultas dalam satu gedung, juga akses ke ruang kuliah lumayan jauh. Mahasiswa bertambah setiap tahunnya, sementara gedung untuk mahasiswa masih belum mencukupi kuota yang ada. Sehingga membuat mahasiswa kewalahan, ada yang kuliah di fakultas, ada
juga di gedung terpadu. “Seharusnya yang dibangun disini adalah penambahan gedung yang baru (gedung tambahan) untuk perkuliahan masing-masing Fakultasnya. Bukan malah membangun gedung terpadu, ya. Kalau pun membangun dua gedung dosen kenapa tidak membangun juga gedung untuk mahasiswa per fakultasnya,” terangnya. Sedangkan untuk gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) perlu diperhatikan kelayakan dari segi fasilitasnya, interior, keluasan dan kenyamanan tempat. Belum lagi ada penambahan sekretariat Senat Mahasiswa U dan Dema U. Maka, perlu adanya gedung sekretariatan kelembagaan tersendiri, begitu pun dengan Lembaga Kemahasiswaan (LK) masing-masing fakultas. Notifikasi jelang akhir masa jabatan Prof Musafir dipenuhi dengan pro kontra. Pihak birokrasi akan berdalih bahwa apa pun yang telah diprogramkan sementara dan tinggal menunggu perampungan di 2019 mendatang. Namun mahasiswa, saat ini masih menunggu kebijakan rektor yang tidak lagi tumpang tindih. Setidaknya untuk mempromosikan UIN Alauddin layak jadi kampus yang berbasis integrasi keilmuan agar bisa bersaing dengan kampus-kampus ternama lainnya. *Penulis: Nur Fitri Rauf, Ramalia *Editor: Desy Monoarfa
4
CIVITAS
www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Menangkal Berita Hoaks, Humas Polda Sulsel Adakan Sosialisasi
washilah
Delegasi AlDebA Raih Juara II Debat Konstitusi MPR-RI Washilah – Delegasi Alauddin Debate Assosiation (AlDebA) UIN Alauddin Makassar meraih juara II pada seleksi Daerah Debat Konstitusi MPR-RI Wilayah XV se-Sulsel dan Sultra di Hotel Claro Makassar. Sabtu (10/11/2018) Adapun delegasi tersebut yaitu, mahasiswa Jurusan Hukum Pidana dan Tata Negara (HPK) Ismail Ramdani dan A Indraerawati, serta mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum. Ketua tim dan Presiden Alauddin AlDebA Ismail Ramdani bersyukur atas pencapaian yang diraih timnya.
“Walaupun tidak lolos masuk ke tahapan final di tingkat Nasional, kami sudah bersyukur dan bangga bisa mengharumkan almamater hijau UIN Alauddin Makassar,” ucapnya. Lanjut, Ia berharap agar generasi selanjutnya bisa terus berprestasi. “Semoga di tahun-tahun berikutnya delegasi AlDebA bisa meraih prestasi dan membanggakan Universitas,” tambahnya. *Penulis : Muhammad Aswan Syahrin *Editor : St Nirmalasari
Sosialisasi media sosial oleh Humas Polda Sulses bertajuk “Peranan Mahasiswa dalam Menangkal Peredaran Berita Hoaks,” di LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Kamis (08/11/2018) Washilah – Humas Polda Sulawesi Selatan bersama dengan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar mengadakan kerja sama dalam bentuk sosialisasi, terkait maraknya berita hoaks yang tersebar melalui sosial media. Kamis (08/11/2018) Mengusung tema “Peranan Mahasiswa dalam Menangkal Peredaran Berita Hoaks,” di Lecture Theater (LT) FDK UIN Alauddin Makassar yang dihadiri oleh mahasiswa dari tiga prodi yang ada di FDK. Dekan FDK Prof Abd Rasyid berharap agar kegiatan tersebut berguna khususnya kepada mahasiswa yang hadir. “Sosialisasi ini memberikan edukasi kepada kita mengenai berita hoaks, hukuman yang akan
didapatkan jika menyebar berita hoaks, hingga cara kita menghindarinya, apa lagi jurusan kita sangat dekat dengan kerja-kerja media,” ujarnya. Senada dengan itu, AKBP Sabrin Salemi mengungkapkan agar mahasiswa tidak menjadi provokator pada pemilihan tahun 2019 mendatang. “Peran mahasiswa dalam pemilihan calon legislatif dan calon presiden 2019 yang akan datang ialah dengan tidak menjadi provokator dengan menyebarkan berita hoaks yang dapat menimbulkan fitnah dengan mengingat adanya UU No 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik,” ucapnya. Salah seorang dosen dan staf ahli agama Kapolda Sulsel Abdul Wahid mengatakan langkah yang
Mahasiswa UIN Mendirikan Komunitas Mabbicara Washilah - Mahasiswa UIN Alauddin Makassar mendirikan komunitas Mabbicara pada 3 November 2018, Ghazzan Zakiri selaku Founder mengatakan salah satu tujuannya yaitu, sebagai wadah untuk mahasiswa mengasah kemampuan dalam berbahasa asing. “Komunitas tersebut didirikan karena saya dan salah satu junior memiliki minat yang sama. Maka dari itu tujuan Mabbicara ini sebagai wadah untuk mempertemukan beberapa ma-
harus diperhatikan oleh mahasiswa dalam menangkal berita hoax dalam pandangan islam. “Sebagai mahasiswa islam, kita harus mempunyai kesadaran teologis, mengedepankan daya kritis dan memahami bahwa menyebar berita hoaks adalah dosa besar, kita harus tabayyun dalam menyebarkan informasi sehingga kita bisa menjadi manusia terbaik,” tuturnya. Lebih lanjut, ia mengatakan bentuk hoaks yang paling sering diterima ialah dalam bentuk tulisan dengan presentasi mencapai 62,10%, menyusul gambar 37,50%, dan melalui video 0,40%. *Penulis : Airin Mutmainnah (magang) *Editor : St Nirmalasari
Foto bersama Delegasi Alauddin Debate Assosiation (AlDebA) UIN Alauddin Makassar meraih juara II pada seleksi Daerah Debat Konstitusi MPR-RI Wilayah XV se-Sulsel dan Sultra di Hotel Claro Makassar. Sabtu (10/11/2018)
hasiswa yang mempunyai minat yang sama dalam berbahasa asing khususnya Eropa dan Asia Timur,” ucapnya. Jumat (09/11/2018) Ia juga mengungkapkan, komunitas Mabbicara berasal dari bahasa Bugis yang berarti “berbicara” dengan metode pembelajaran menekankan lebih banyak berinteraksi daripada teori. “Komunitas ini berbeda dengan komunitas yang lain karena tidak hanya berfokus pada satu bahasa, melainkan hampir semua bahasa, dengan metode pembelajaran lebih kearah sharing dalam artian tiap anggota bisa saling berbagi ilmu yang mereka miliki dalam bahasa asing,” tambahnya. Adapun bahasa yang dipelajari yaitu, Korea, Jepang, Mandarin, Spain, Jerman, Perancis, Esperanto dan bahasa Inggris. Penulis : Nur Qalbina Rasak (magang) Editor : St Nirmalasari
Foto bersama anggota Komunitas Mabbicara UIN Alauddin Makassar, usai materi pertama yaitu bahasa Korea. Senin (05/11/2018)
LIPSUS
www.
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Usaha Syiar FM Beralih Status Radio
5
Sejumlah masalah memaksa Radio Syiar FM dikelola dengan keterbatasan, mulai dari proses perizinan penyiaran, regulasi yang tak berpihak, sampai gagal bersaing menjadi radio swasta.
S
yiar FM adalah radio komunitas kampus yang berada di bawah naungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar. Mengudara pada frekuensi 107.1 sejak tahun 2012. Radio ini hadir untuk memenuhi siaran berbasis pendidikan dan syiar Islam bagi masyarakat sekitarnya. Jangkauan pendengar radio Syiar FM di Gowa dapat terdengar di Makassar bahkan di Pare-pare. Meski menawarkan alternatif bagi kebutuhan masyarakat akan informasi yang relevan dengan lingkungannya, tak membuat nasib radio komunitas seperti Syiar FM membaik. Sejak mendapat surat dari Balai Monitor Spektrum Frekuensi II Makassar terkait mengudara tanpa Izin Stasiun Radio (ISR) pada 2017 silam, pihak Syiar FM telah berupaya memenuhi proses pengurusannya untuk mencukupi seratus persen perizinan, dan telah sampai pada tahap Evaluasi Dengar Pendapat (EDP). Selain teguran, Syiar FM juga diminta untuk ikut seleksi agar beralih status dari komunitas ke swasta. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Prof Abd Rasyid Masri MM menanggapi positif permintaan Balmon untuk mengalihkan status Syiar FM ke radio swasta. “Berangkat dari keinginan itu, dibuatlah proposal sesuai kebutuhan yang diperlukan. Radio Syiar FM pun mengikuti kompetisi yang diseleksi oleh Balai Monitor
Spektrum Frekuensi II Makassar untuk mendapatkan rekomendasi dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID),” ucapnya. Lanjutnya Rasyid mengatakan setelah melalui beberapa tahapan, Syiar FM gagal jadi radio swasta dan tidak diterima di tingkat nasional karena dikalahkan oleh dua kanal radio. “Ada tiga kompetitor Radio Syiar yang mengajukan proposal menjadi lembaga penyiaran swasta. Untuk meraih legitimasi yang sesuai prosedur harus melalui proses yang panjang. Dimulai dari dokumen yang cukup banyak, pengajuan proposal kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika serta revisi, EDP, hingga tahap akhir Forum Rapat Bersama (FRB) untuk pengesahan frekuensi yang telah digunakan dan memperoleh Izin Penyelenggara Penyiaran (IPP). Sayangnya, kita kalah dengan dua poin dari kompetitor lain ,” jelasnya. Hal itu dibenarkan Direktur Syiar FM Irwanti Said M PD. Ia mengatakan, tahapan EDP sudah dilalui dengan cukup baik. Pihak KPID juga merespons baik konten-konten siaran dan sudah ada perubahan. Ia tak menampik bila ada aspek lain yang sangat komplet dan cukup rumit hingga hasil akhirnya belum bisa mengantongi perizinan sebagai radio swasta. Belum diizinkan untuk siaran sebagaimana radio swasta, pihak KPID menyarankan kepada Syiar FM untuk kembali menjadi radio komunitas dan beraktivitas
Crew radio Syiar FM Muh. Alqadri Nasufion saat melakukan latihan penyiaran. off air untuk sementara. Bila ingin memperoleh IPP, Syiar FM harus pengajuan kembali demi izin sebagai lembaga penyiaran khusus pendidikan dengan konten 80 persen pendidikan. Kemudian menggelar EDP sebagaimana prosedur sebelumnya. Selain menjadi lembaga penyiaran kampus, Radio Syiar FM juga digunakan sebagai laboratorium radio yang mendukung aktivitas perkuliahan mahasiswa. Terlebih untuk praktikum dunia penyiaran radio. Adapun untuk penggunaan laboratorium, prosedurnya harus menyurat terlebih dulu untuk kemudian mendapat jadwal praktik. “Bukan hanya mahasiswa FDK saja yang menggunakan laborato-
Riset Keamanan Kampus Di wiayah kampus II UIN Alauddin Makassar, dimanakah yang paling membutuhkan pengamanan ekstra? Gedung Fakultas
71%
Gedung Rektorat 3%
Tempat Parkir
7%
Menurut anda, bagaimana tingkat keamanan tempat parkir kendaraan kampus II UIN Alauddin Makassar?
16% 55%
5%
Sedikit Tidak Aman
24%
Aman
Sangat Aman
Tidak Aman
para crew tetap berada di ruangan studio untuk melakukan produksi siaran. Memperbarui lagu-lagu dan materi siaran walau tidak sesibuk saat on air. Sementara itu, Wakil Dekan (WD) III Bidang Kemahasiswaan Dr Nur Syamsiah mengatakan ada tiga fungsi radio Syiar. Pertama, sebagai tempat praktikum khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sesuai dengan mata kuliahnya. Kedua menyampaikan pesan-pesan dakwah yang ada di UIN Alauddin Makassar. Ketiga, menyampaikan seluruh kegiatan yang ada di FDK. *Penulis : Muh. Nur Alif *Editor: Desy Monoarfa
Apakah anda merasa puas dengan sistem keamanan kampus?
Puas
Tidak Puas
2%
Sangat Puas
19%
Masjid
rium Radio Syiar, bahkan fakultas lain, dari luar UIN Alauddin juga. Makanya harus menyurat, biar tidak tabrakan,” tegasnya. Irwanti menambahkan bukan soal statusnya yang berubah atau tidak, karena Syiar akan menjadi lembaga penyiaran khusus pendidikan. Hanya saja, bila jadi lembaga swasta, tentu bisa jadi lapangan pekerjaan bagi mahasiswa. “kita sudah mampu membayar penyiar atau crew yang bekerja di Syiar. Biaya operasionalnya juga, lalu kita juga punya kewajiban pajak. Itu pun jika ada pendapatan dari iklan masuk, dan meyakinkan pengiklan ini yang tidak mudah. Butuh waktu yang lama untuk itu,” tutupnya. Meski dalam masa off air,
33%
15% 50%
Apakah menurut anda sistem keamanan kampus masih perlu ditingkatkan lagi? Ya
Kurang Puas
8%
Tidak
92% Riset: Muhammad Irwan / Infografik: Muh. Nur Alif
6
AKADEMIKA
www.
washilah
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Polemik Penerimaan 300 PNS UIN Alauddin akan menerima 300 PNS di tahun 2018. Target ini merupakan yang pertama sejak empat tahun terakhir. Washilah – Perihal penerimaan Di sisi lain, Kepala Bidang 300 PNS ini disampaikan Dekan Kepegawaian, Mutmainah Fakultas Dakwah dan KomuniAsmawaty menyebut tiga usulan kasi (FDK), Prof Rasyid Masri yang disampaikan universitas dalam sambutannya sebagai perihal tenaga kerja. Ketiganya pembina upacara di lapangan ialah pelaksana jabatan, fungutama kampus II UIN Alauddin sional teknis dan dosen. Makassar. Senin (17/09/2018). “Memang kita usulkan sekitar Menurutnya, ini sudah masuk 300-san, sesuai usulan fakultas, tahun keempatnya sejak UIN nah dari situ kita diberi kuota Alauddin tidak menerima dosen sekian,” tegasnya. Jumlah ini berstatus Aparatur Sipil Negara katanya, termasuk terbesar yang (ASN). pernah ada di UIN Alauddin Pihak universitas dalam hal Makassar dalam penerimaan ini, memprioritaskan dosen nondosen lingkup Perguruan Tinggi PNS, “Khususnya kepada mereka Keagamaan Islam (PTKI). yang sudah mengabdi di UIN sebagai dosen tetap non-PNS, Kebutuhan Fakultas juga diberikan kesempatan untuk Sementara itu, Dekan Fakultas mendaftar,” ujarnya. Sains dan Teknologi (FST), Prof Berdasarkan aturan KeArifuddin Ahmad menyambut menterian Agama (Kemenag), gembira wacana ini. Kendati sebanyak 14 perguruan tinggi perlu ada analisa yang baik sepuberhak mendapatkan alokasi kerja tar kualifikasi pendidikan yang formasi, termasuk UIN Alauddin sesuai dengan kebutuhan kampus. dengan 300 kuota. “Mungkin perlu dicermati Munculnya penerimaan 300 lebih lanjut terkait dengan subdosen sendiri berawal dari surat stansi sebagian program studi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) serta kualifikasi dengan kesKemenag, perihal formasi penesuaian ijazah dan subtansinya gadaan Calon Pegawai Negeri dari formasi yang dibutuhkan,” Sipil (CPNS) pada tanggal 16 tuturnya. Agustus yang lalu. Pihak uniBeberapa kasus menurutnya versitas barulah kemudian bisa pernah terjadi, dimana kualifimengajukan jumlah formasi yang kasi pendidikan justru tak sesuai diminta dari setiap fakultas untuk dengan posisi yang dibutuhkan. diusulkan ke Kemenag. Imbasnya, banyak dari mahasiswa Dari Kemenag lalu diproses yang kesulitan dalam memahami lagi di BKN, sampai akhirnya mata kuliah. Oleh karena itu, pihak BKN memberikan keputupenerimaan 300 dosen tahun ini san terkait jumlah formasi yang harus betul-betul objektif. disahkan untuk dikembalikan ke Selaras, Ketua HMJ PWK universitas melalui Kemenag. periode 2018 Syahrul Habibimen-
egaskan jika ketidaksesuaian latar pendidikan malah akan berpengaruh terhadap peningkatan akreditasi. “Sangat merugikan khususnya bagi peningkatan akreditasi jurusan dan bisa dikatakan, dimana dosen yang sudah mengajar sesuai latar belakang pendidiknnya saja belum tentu mampu dicerna dengan baik oleh mahasiswa apa lagi kalau sudah tidak linear,” jelasnya. Wakil Dekan (WD) Bidang Akademik FST, Dr Washilah menyampaikan bahwa meski pihak fakultas selalu mengusulkan calon tenaga pendidik di bidang yang dibutuhkan tiap jurusannya. Namun, tetap saja yang menyeleksi dan meloloskan berkas adalah bidang kepegawaian. ”Kami selalu mengusulkan untuk tenaga pendidik yang berkompeten di bidangnya, namun tetap orang di bidang kepegawaian yang menyeleksi semuanya,” klaimnya. Sebatas Mediasi Terkait informasi dosen yang tidak linear kemudian dibantah oleh kepala Bidang Kepegawaian, iapun mengaku bahwa pihaknya hanya menerima formasi yang diusulkan dari setiap fakultas dan yang dikembalikan itulah yang diminta fakultas sebelumnya. “Kami menerima usulan dari fakultas dan kami juga mengembalikan sesuai permintaan fakultas itu sendiri. Yang paling tepat sebenarnya kami hanya memediasi, bukan menyeleksi,” tegas Mutmainnah Asmawaty.
Ia juga menambahkan bahwa dari Bidang Kepegawaian sendiri hanya menaungi dosen tetap PNS dan dosen tetap non-PNS, sementara dosen yang lainnya seperti dosen Luar Biasa (LB) itu di luar dari otoritas Bidang Kepegawaian. “Kami pernah menerima
S
emester akhir merupakan masa-masa menegangkan bagi mahasiswa, menguras otak, tenaga, dan hati. Bagaimana tidak, coretan sana-sini dan revisi menjadi kawan mahasiswa semester akhir. Hal seperti inilah yang menjadikan mahasiswa harus rela begadang, makan tidak teratur dan akhirnya jatuh sakit. Nah untuk kakak-kakak yang sudah di semester akhir dan sedang berjuang melewati yang namanya fase skripsi berikut tips-tips untuk menjaga tubuh dengan konsumsi multivitamin dan obat secara aman dari salah satu dosen Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Afri Susnawati Rauf, S.Si, M.Si, Apt 1.Konsumsi multivitamin untuk tetap menjaga
tubuh agar fit. Dewasa hanya berkisar 75-90 mg sehari. Ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita. Sementara kandungan vitamin C pada produk- produk di pasaran mengandung vitamin C dengan dosis 500-1000 mg. Dosis yang sudah sangat besar melampaui dosis harian yang lazim tapi multivitamin jika dikonsumsi lebih lama juga akan lebih berdampak buruk. 2.Pastikan membeli obat di apotek dengan meminta petunjuk penggunaan atau informasi terkait penggunaan obat selain itu gunakan obat sesuai sakit yang diderita dan juga dosis obat yang harus diperhatikan karena dosis yang berlebih juga akan menjadi racun bagi tubuh. 3.Penggunaan minyak kayu putih karena kebanyakan begadang terkadang masuk angin dong yah, nah alternatif minyak kayu putih atau sejenis minyak lainnya juga menjadi solusi tapi alangkah diperhatikan jika kamu punya penyakit kulit yah misalnya alergi atau iritasi kamu harus berhati-hati menggunakannya. 4. Bagi tidak suka konsumsi obat-obatan apalagi kalau pahit kayak masa lalu bisa, obat herbal juga bisa menjadi solusi hanya saja konsumsi obat herbal juga harus memiliki takaran yang sesuai.
*Penulis: Muh. Irwan, Ardi *Editor: Anugrah Ramadhan
Keselasaran kualifikasi dan latar pendidikan dosen dibidang yang mereka ajarkan telah diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Bab II ayat 1 pada poin C mengenai prinsip profesionalitas yang berbunyi “profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanankan berdasarkan prinsip, memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas”. Perihal prinsip profesionalitas tersebut, mahasiswa jurusan Pererencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar pernah melakukan gerakan, khususnya penolakan dosen yang membawa mata kuliah yang bukan kualifikasi dan latar pendidikan (tidak liniear) pada tahun 2017 lalu. 1. Apakah anda sudah mengetahui kebijakan tersebut?
36%
64%
A.Ya
B. Tidak
2. Menurut anda seberapa penting liniaritas seorang dosen?
59% 34% A. Sangat Penting
INFO KESEHATAN
komplain dari pihak fakultas, tapi setelah kami perlihatkan data laporan permintaan formasi fakultas terkait, mereka no coment,” tutupnya.
B. Penting
6%
1%
C. Tidak Terlalu D. Tidak Penting Sama sekali Penting
3. Apakah selama ini anda merasa semua dosen sudah mengajar sesuai bidang keahliannya masing-masing?
71% 18% A. Ya
11% B. Tidak Semuanya
C. Tidak
4. Berapa dosen yang anda tahu mengajar mata kuliah yang bukan bidang keahliannya?
59%
19%
18% 4%
A. 1-3
B. 4-6
C. 7-8
D. Tidak ada
Riset: Muhammad Irwan / Infografik: Muh. Nur Alif
washilah .com
7
SOROT
www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Biang Macet, UIN Alauddin Tak Terapkan Andalalin Peraturan pemerintah daerah perihal kajian Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) sejak 2017 lalu, tak diterapkan UIN Alauddin Makassar. Washilah - Kemacetan lalu lintas menjadi pemandangan yang lumrah di sepanjang Jalan Yasin Limpo, Samata, Gowa. Usai perkuliahan di sore hari, antrean kendaraan sekitar 1,3 Km yang berpusat di depan pintu gerbang keluar kampus II UIN Alauddin Makassar menuju bundaran Samata berlangsung hingga menjelang magrib. Hal tersebut dikarenakan volume kendaraan yang meningkat serta tidak adanya regulasi sistem operasi lalu lintas yang efektif. Berdasarkan pembagian kartu parkir tahun 2017 dan 2018 jumlah kendaraan Civitas Akademik kampus meningkat, hal itu diungkapkan oleh Komandan Satpam UIN Alauddin Makassar, Syarifuddin. “Jumlah pembagian kartu parkir tahun 2017 adalah sekitar 20.000 kendaraan dan pada tahun 2018 sebanyak 30.000 dari keseluruhan kendaraan termasuk roda Empat,” ungkapnya. Peningkatan jumlah kendaraan berdampak pada kelebihan kapasitas jalan yang telah disiapkan. Hal ini membuat mahasiswa terkena imbas kemacetan, serta mempertanyakan kepemilikan Andalalin kampus peradaban. Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah Kota (PWK) Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Andi Ukhuwanul Atmawan mengeluhkan aktivitas industri yang beroperasi di sekitar kampus UIN Alauddin Makassar. “Saya juga heran kenapa bisa kawasan pendidikan yang notabene jalannya digunakan ribuan mahasiswa, tapi toh kendaraan proyek pengangkut material bangunan masih bebas lalu lalang. Dekat kampus saja ada tiga industri cipping,” keluh mahasiswa semester Tujuh itu. Dari pantauan Reporter Washilah, kemacetan lalu lintas di sepanjang 1,3 km saat ini belum menjadi perhatian khusus Pemerintah Daerah (Pemda) Gowa dan pihak UIN Alauddin Makassar. Jika merujuk pada pedoman Andalalin Departemen Pekerjaan Umum (DPU) 2017, Universitas dengan jumlah 500 mahasiswa wajib melakukan Andalalin. Kabupaten Gowa mulai menerapkan Perda Andalalin sejak tahun 2017, namun sampai saat ini belum ada upaya birokrasi kampus melakukan kajian mengenai hal tersebut. Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Gowa Ferri menuturkan, sejak pembangunan
tahun 2005 kemudian peresmian tahun 2010 hingga hari ini, UIN Alauddin belum melakukan kajian Andalalin sesuai yang disyaratkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 32 tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa analisis dampak serta manajemen kebutuhan lalu lintas. “Memang betul, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) UIN Alauddin mulai jalan pada tahun 2005, sedangkan Perda Andalalin Kabupaten Gowa terbitnya tahun 2017,” ujar Ferri kepada reporter Washilah di kantor Dishub Kabupaten Gowa. Selasa (08/10/2018). Pengurusan Andalalin sendiri, kata Ferry, berfungsi meminimalkan dampak pembangunan kawasan baru tanpa menambah lebar jalan dengan menggunakan prinsip manajemen dan rekayasa lalu lintas. Untuk kasus UIN sendiri perlu kebersamaan serta sinergis dari Dishub Propinsi, Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Gowa dan Dishub Gowa serta pihak UIN Alauddin. Masih dengan Ferry, saat mengetahui persoalan kemacetan yang terjadi, ia menambahkan pihaknya telah bersurat ke pimpinan Universitas untuk dilakukan kajian Andalalin, melihat persoalan yang kompleks telah terjadi hingga memakan korban kecelakaan yang pernah dialami mahasiswi. “Pengurusan Andalalin ini harus diurus pimpinan Universitas ke Dishub Propinsi lewat Dishub Kabupaten Gowa karena jalan H M Yasin Limpo itu masuk status jalan provinsi, “ungkapnya. Untuk arah perbaikan lalu lintas pihaknya tidak ingin tutup mata, dalam waktu dekat Dishub Kabupaten Gowa akan menemui pihak UIN melakukan sosialisasi Andalalin. “Manajemen rekayasa lalu lintas bukan menjadi tanggung jawab Pemda atau Pemprov saja akan tetapi dari pihak manajemen UIN sendiri, kita sekarang sementara penataan internal dan mungkin dalam waktu dekat ini, kami akan kembali menyurat untuk dilakukan kajian Andalalin,” jelasnya. Seiring dengan diterbitkannya Perda Kabupaten Gowa Nomor 04 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Gowa. Peraturan terkait Andalalin ini pun telah menyesuaikan isinya dengan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan PP Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa,
Jalan HM Yasin Limpo yang menjadi akses penghubung Jalan Tun Abdul Razak menuju Jalan Poros Pattallassang, merupakan tipe dua lajur dengan lebar tujuh meter, hanya muat untuk dua mobil saja. Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Terpisah, Rektor UIN Alauddin Makassar, Musafir Pababbari berspekulasi bahwa peningkatan kendaraan oleh civitas akademik merupakan pertumbuhan ekonomi secara makro, namun mengenai kemacetan yang terjadi hal itu merupakan dampak sosial yang disebabkan oleh pembangunan kampus. Ia mengaku antisipasi kemacetan lalu lintas di sekitaran kampus telah dilakukan sejak masa kepemimpinan Qadir Gassing (2011-2015). Musafir yang saat itu menjabat sebagai Wakil Rektor (WR) II telah menghibahkan lahan kosong yang berada di depan kampus untuk dijadikan jalan oleh Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo. “Saat saya masih menjabat sebagai WR II, Bupati Gowa berkunjung ke UIN Alauddin, katanya jalan di depan kampus akan dibuat dua jalur, seperti halnya jalan di Hertasning. Saya ingat sekali, saya yang buat surat hibahnya,” akunya. Terkait wacana rektor dengan bupati sebelumnya Ichsan Yasin Limpo, Kepala Dinas PUPR Ir Muhammad Mundoap menekankan bahwa jalan depan kampus mengalami pergantian status menjadi jalan Provinsi, sehingga pembangunan sekaligus pemeliharaan infrastruktur jalan raya sepenuhnya menjadi tanggung jawab dinas PUPR Provinsi Sulawesi Selatan. “Kalau jalan depan UIN itu kewenangannya di provinsi, bukan lagi Pemda Gowa, tapi di Pekerjaan Umum (PU) Provinsi, mungkin memang betul surat hibah itu dibuat pada saat jalan tersebut belum diserahkan ke provinsi,”ucapnya melalui
telpon. Dosen teknik PWK, Despry Nur Annisa M Sc mengungkapkan bahwa belum adanya dokumen Andalalin yang dikantongi kampus, berdampak mulai dari tidak adanya alternatif seperti acuan yang memuat rencana penanganan dampak seperti manajemen dan rekayasa lalu lintas pada ruas jalan. Lebih lanjut ia mengatakan seandainya saja dokumen Andalalin sudah ada maka UIN bisa melakukan upaya solusi alternatif secara teknis jika terjadi kemacetan. “Pada saat macet, UIN sebatas menerima keadaan yang ada karena memang tidak ada acuan ketika jam-jam sibuk, “ucapnya. Namun lebih lanjut Dosen Teknik PWK ini megimbau Dishub harus masif mensosialisasikan produk Andalalin, karena beberapa pemilik pusat kegiatan mengaku belum mengetahui urgensi dari Andalalin. “Jadi kembali lagi ke Dishub sejauh mana sosialisasi dari produk andalalin ini,” terangnya. Sementara studi Andalalin harus disusun secara profesional dan disupervisi oleh tenaga profesional dengan tingkat pelatihan dan pengalaman yang memadai di bidang manajemen dan konsultasi, untuk Andalalin UIN masih bisa mengajukan izin, caranya jika merujuk Permen Perhubungan No PM 75 tahun 2015. “UIN menunjuk konsultan, konsultan sendiri harus memiliki badan hukum, terus nantinya Andalalin itu akan memuat tentang perencanaan dan metodologi lalin (lalu lintas) beberapa poin pentingnya tentang pengembangan UIN,” jelasnya. Cakupan kajian Andalalin
terdiri dari perkiraan transportasi yang digunakan baik itu berupa bangkitan ataupun tarikan distribusi perjalanan, pemilihan jenis transportasi pembebanan akses kebutuhan parkir, serta dokumen Andalalin harus memuat analisis kondisi lalu lintas dan angkutan jalan dan paling penting rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak dari berjalannya pusat kegiatan di Kampus. “Solusinya perlu ada kesadaran dari UIN untuk membuat dokumen Adalalin, karena dalam dokumen ini sudah lengkap terkait solusi teknis penanganan dampak pembangunan pusat kegiatan tersebut,” usulnya. Pemenuhan prasarana infrastruktur jalan merupakan tanggung jawab pemerintah, diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas. Pemerintah mempunyai hak dan kewajiban sebagai penyelenggara jalan,melakukan kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Despry menekankan walaupun jalan H M Yasin Limpo telah berubah status menjadi kewenangan Pemprov Sulawesi Selatan. Pemkab Gowa tetap bertanggung jawab begitupun dengan pihak UIN. Karena menurutnya, dalam dunia pembangunan sinergitas antar Stakeholders sangat dibutuhkan, “Masing-masing dari instansi terkait tidak bisa lepas tangan, karena ini merupakan tanggung jawab secara kolektif,” terang alumni Universitas Gajah Mada itu. *Penulis : Muhammad Fahrul Iras, Andi Rini S *Editor: Suhairah Amaliyah
BUDAYA washilah 8 Demonstrasi Gaya Lama Versus Gaya Baru www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
.com
Ilustrasi: Aldy Renaldi
A
ksi protes yang dilakukan mahasiswa dengan turun ke jalan kerap menuai kontroversi. Tindakan bakar ban hingga penutupan jalan menjadikan sebagian masyarakat resah, meski dalih yang disampaikan mahasiswa adalah menjalankan fungsinya sebagai agent of change dan social control. Lalu benarkah tindakan itu mewakili suara kritis mahasiswa terhadap penderitaan rakyat? Demonstrasi bukan hal baru di kalangan mahasiswa. Beberapa peristiwa besar justru lahir dari pergerakan mahasiswa melalui aksi massal turun ke jalan. Sebut saja peristiwa Mei 1998; demonstrasi mahasiswa menjalar di hampir semua kota akibat ketidakpercayaan rakyat kepada penguasa mencapai puncaknya saat itu. Ketua Bidang (Kabid) Perguruan Tinggi dan Kepemudaan Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Cabang Gowa Raya, Ardiansyah mengatakan, unjuk rasa turun ke jalan adalah tugas mulia sebagai penyambung lidah terhadap ketidakadilan yang terjadi di negara ini. Ia tak menampik bila aksi mahasiswa kadang berujung pada penutupan jalan, bakar ban, bentrokan dengan aparat keamanan, beringas hingga memakan korban. Namun Ardiansyah menyinyalir ada oknum yang ingin memprovokasi gerakan tersebut. Menurutnya, ada pihak yang secara sadar ingin mengadu domba mahasiswa dengan aparat. Meski yang bertugas mengamankan dan mengawal aksi adalah kepolisian. “Lebih kepada bagaimana aparat keamanan mendampingi dan melindungi mahasiswa saat menyampaikan aspirasi. Apalagi sebelum demo kami menyampaikan surat izin terlebih dahulu. Salah juga melakukan aksi tapi
tanpa surat izin,” jelasnya. Meski berbagai alasan dikemukakan mahasiswa, masyarakat telanjur tak lagi menginginkan cara-cara semacam itu terjadi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat telah melahirkan gaya baru dalam penyampaian pendapat. Suara aspirasi gaya baru lahir dalam pelbagai medium, seperti kaus, topi, jaket, pin, gantungan kunci hingga stiker. Kutipan-kutipan di dalamnya berisi protes, saran, hingga solusi sampai meme, biasanya diambil dari tokoh penting, seseorang yang sedang populer, dan dia yang punya perkataan-perkataan “menggigit”. Clothing “Kampoeng Merdeka” misalnya, usaha yang dirintis sejak tahun 2010 ini lahir dari mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa yang kerap demo di jalan, bakar ban, hingga menghancurkan lampu merah dan membakar pos polisi. Tapi,
bagi Iskandar, pendiri usaha Clothing, hal itu dianggap salah karena caranya dengan kekerasan. Akhirnya, ia mencari alternatif penyaluran aspirasi yang lebih elegan dengan media yang setiap harinya digunakan oleh masyarakat, muncul ide kaos yang lekat dengan generasi muda. Iskandar juga mengakui, ide tulisan diperoleh dari membaca dan berdiskusi dengan kaum milenial, untuk tahu apa yang mereka mau dan butuhkan. Ia melajutkan, protes dengan turun ke jalan tidak menjadi masalah ketika penyampaiannya dengan baik pula. Baginya, kepekaan dan kepedulian sebagai hakikat dari mahasiswa kadang lahir dari sana. Setidaknya, ada beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan aksi turun ke jalan oleh mahasiswa masih dilakukan hingga sekarang. Pertama,
keterlibatan mahasiswa dalam aksi massal bukan hanya untuk menyampaikan aspirasi saja, tapi agar media nasional tahu bahkan pemerintah keresahan rakyatnya. Kedua, mahasiswa yang terdiri dari generasi muda tidak bisa tinggal diam ketika aparat, sebagai pilar keamanan justru miskin teladan mengingat tidak sedikit dari mereka yang terjerat hukum. Ketiga, kaum muda yang geram tidak akan diam, karena yang melakukan kesalahan akan terus-menerus kejam. Apapun itu, penyampaian aspirasi melalui platform mana pun, baik protes ke jalan atau melalui media sosial harus memperhatikan etika. Semua dilakukan demi melawan kepalsuan yang telanjur serius. *Penuis: Emiliana *Editor: Desy Manoarfa
LIFESTYLE
www.
washilah .com
H
ari itu, matahari memancarkan sinarnya, angin yang tak terasa sejuk beraroma debu beterbangan di sekeliling. keluar masuk di rongga pernafasan. Dengan langkah gontai dan wajah peluh, seketika saya teralihkan oleh sekumpulan mahasiswa, dan dengan segera perhatianku terpusat pada benda warna warni yang mereka bawa. Ada banyak kala itu dapat ku hitung dalam hati, hampir setiap dari mereka memegang satu. Hadiah kecil menjelang wisuda, selebrasi setelah ujian. Bentuk ucapan selamat katanya. Terlihat banyak jenis, semua hadiahnya hampir sama dengan mereka yang merayakan setiap tahunnya. Ada boneka, selempangan, bunga warna-warni, dan bando-bando cantik. Dengan seksama ku saksikan sebuah selebrasi para senior yang tertawa semringah, dan suara gelak tawa mereka yang hampir memenuhi seluruh isi ruangan. Banyak pembahasan yang meraka katakan yang cukup menggelitik, terdengar begitu bahagia. Tak lupa ucapan selamat datang dari teman-teman kepada salah seorang perempuan berjilbab hitam dengan seragam putih hitam itu terlihat cantik, saat para kawan teman seperjuangannya bergiliran meminta berfoto dengannya. Kulihat pula beberapa orang yang lewat dan kebetulan mengenal wanita itu, membuatnya singgah, memberi selamat, kulihat orang itu ikut tertawa dan bahkan ada yang dengan percaya dirinya meminjam hadiah si kawan tadi kemudian berfoto. Tak dipungkiri, kejadian
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
9
Selebrasi Menjelang Wisuda ini selalu berhasil merebut perhatian banyak orang, termasuk mereka yang ada di sekitarku. Nampak jelas mereka ikut memperhatikan sembari saling berbisik kecil pada kawan mereka, entah apa yang mereka katakan. Pertunjukan semacam ini selalu saja membuat saya dan kawan-kawan tak bisa menyembunyikan senyum aneh. Senyum yang mengandung banyak makna, merasa mereka sedikit lucu. Setelah cukup puas memandangi mereka, saya dan kawankawan lainnya bergegas sembari menyapu-nyapu sedikit debu yang menempel di permukaan rok bagian belakang. Selang beberapa langkah hampir meninggalkan kerumunan orang, dengan menoleh kebelakang kulihat mereka tampak bergegas pergi, naik ke mobil Avansa putih dengan mengangkut hadiah boneka dengan ukuran besar dan bungabunga. Nampak hadiah boneka besar itu sedikit didorong agar muat masuk. Setelah mobil itu melaju suasana kembali hening seperti semula. Budaya Baru atau Budaya Lama yang Baru Tenar Selebrasi ini menjadi tradisi baru yang belakangan kian populer di kalangan para mahasiswa, perayaan kemenangan setelah menempuh perjuangan panjang, kadang menjadi ajang pamer antar maha-
siswa. Apakah hal ini merupakan budaya baru, atau budaya lama yang baru terkenal. Hal itu menjadi perbincangan. Tradisi ini seperti akar pohon yang semakin lama semakin menjalar ke berbagai pihak. Muncul beberapa pertanyaan, siapakah yang memulai selebrasi seperti ini, dan apakah pantas hal ini dilakukan. Beberapa pihak merasa hal ini wajar dan lumrah dilakukan dalam menyambut seseorang yang sebentar lagi akan wisuda, hadiah untuk mereka yang telah bekerja keras melewati tahap ujian yang cukup rumit, selama tidak berlebihan. Namun dilain pihak, beberapa orang menyayangkan selebrasi ini, disamping sebagai ajang pamer, hal ini membuat mahasiswa terkesan seperti haus akan fenomena tren jaman sekarang. Dimana mahasiswa menjadi gemar berbagi euforia di sosial media yang terlihat seperti pamer gelar akademis. Beberapa dari mereka saat ditanya pun hanya menjawab bahwa hal tersebut sekedar senang-senang dan cuma ikutikutan tren sekarang. Budaya ini seakan menjadi hal wajib dilakukan oleh mahasiswa dalam me-
nyambut dan memberikan selamat kepada kawan atau kerabat yang berhasil melaksanakan ujian akhir. Karena membawa hadiah telah menjadi sebuah tren, hal ini kadang menjadi alasan beberapa orang malu tidak membawa hadiah saat mengunjungi teman yang telah yudisium, membuat hadiah seolah-olah barang yang wajib dibawa. Hal tersebut diungkapkan oleh Dini salah satu mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang baru-baru ini lulus. “Kehadiran teman-teman saat yudisium itulah yang terpenting, namun karena hadiah telah jadi tren, membuat teman-teman malu jika tidak membawa hadiah, pantang datang tanpa bawa hadiah,� ujarnya. Selebrasi ini juga menjadi ladang usaha beberapa orang, minat yang tinggi saat akhir semester atau wisuda membuat beberapa orang tertarik membuka usaha selempangan dan lain-lain. Tak terkecuali oleh beberapa mahasiswa. Dengan maksud memberikan kemudahan agar senior dan yang lain tak perlu jauh-jauh mencari hadiah. Pemberian hadiah menjadi cikal bakal timbulnya rasa saling tidak enak antar sesama. Saat seorang teman atau kerabat
memberi hadiah baik pra maupun saat wisuda, membuat si penerima merasa tidak enak, dan timbullah perasaan ingin membalas kebaikan yang telah diterima. Hal ini cukup baik karena membuat orang saling memberi, namun disisi lain saat si penerima hadiah yang tak mampu atau tak sempat untuk memberi hadiah serupa, maka timbullah rasa bersalah. Salah satu mahasiswa Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin, Rini mengatakan selebrasi sebenarnya tidak penting dan hanya akan menjadi beban bagi yang menerima jika tak mampu memberikan hadiah yang serupa. “Hadiah seperti itu hanya akan memberatkan menurut saya, karena jika saya tidak mampu mengembalikan atau memberikan hadiah seperti yang diberikan maka hanya akan menjadi beban,� ujarnya. Namun hal itu lagi-lagi dikembalikan pada masingmasing pihak dan terlepas dari segala hal, hadiah menjelang wisuda ini memiliki porsi tersendiri, dan hal yang paling patut diingat setelah sukses bertempur dalam ujian ialah dengan memanjatkan puji syukur kepada sang khalik, dan berterima kasih kepada mereka yang turut andil dalam membantu menyukseskan proses menuju sarjana, bukan dengan selebrasi mewah demi sebuah foto pada sosial media. *Penulis: Tri Susanti ,Dwinta *Editor: St Nirmalasari
SASTRA
www.
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
11
Saudara Tiri
S
uara gemerencing bendabenda jatuh di dapur. Piring, gelas, sendok jatuh berhamburan di lantai kayu yang masih basah akibat hujan deras semalam. Atap rumbia yang sudah lapuk, dan lama tak diganti membuat kucuran air hujan bisa meresap masuk, mengepul, membentuk tetes-tetes air sebelum perlahan jatuh, lalu kocar-kacir menghambur kesegala penjuru setelah membentur papan. “Ibu, kan sudah kubilang panggil aku kalau membutuhkan sesuatu” “Aku mau,” belum selesai berbicara, Tuti langsung membawa ibunya, dengan setengah menyeret kembali ke kamarnya. Aku kemudian ikut membantu membersihkan pecahan piring yang berhamburan. Tuti mondar-mandir, setelah sebelumnya merapikan kembali kasur apek ibunya. Sudah sekitar empat atau lima tahun, aku tak tahu tepatnya kapan, sejak Bibiku itu hanya terbaring di kasurnya. Lumpuh dengan kedua kaki yang hanya bisa diseret secara paksa. Mulut kaku seperti ada sebatang kayu yang menyulitkannya untuk berbicara. Butuh kesabaran agar bisa menangkap maksud, ketika ia hendak mengatakan sesuatu. Tubuh kurusnya hanya berselimut kulit, rambut panjang tergerai yang selalu penuh dengan kutu, dan helai demi helai rambutnya mulai meranggas. Ayahku pernah bercerita bahwa kelumpuhannya dimulai sesaat setelah ia dan suaminya pulang dari Malaysia, dan sekarang sudah 12 tahun lamanya. Ada yang bilang bahwa ia terkena jampi-jampi akibat masalah utang piutang, namun itu hanya cerita belaka yang tak pasti kebenarannya. Awalnya hanya sulit berbicara, yang diduga akan sembuh segera, tapi belum kelar, penyakit lain sudah merambah bagian tubuh lain, kakinya perlahan sulit digerakkan lama kelamaan gejala-gejala aneh segera menggerayangi tubuhnya. Bukan berarti kami diam saja dan tak pernah melakukan sesuatu. Pernah atau bahkan seringkali
kami membawanya ke dokter, tapi mereka pun tak tahu betul apa penyebab kelumpuhannya itu. Begitupun dengan dukun yang dipanggil untuk mengobatinya tak banyak membantu. Rapal mantra yang ia tiupkan di air gelas yang digunakannya sebagai obat untuk pasien hanya mengawang sebentar bak kepul asap rokok yang perlahan hilang. Tak ada perubahan, kondisinya masih sama. Tak berselang lama suaminya pun meninggal sewaktu mengait kelapa di kebun, kait besi yang ia gunakan tak sengaja menyentuh kabel telanjang tiang listrik. Jadilah sekarang ia seperti ini, kondisi yang mungkin paling buruk yang dialami manusia. hidup dalam kematian. Segala kebutuhannya diurus oleh anaknya. Ia mempunyai lima orang anak, salah satunya, anak tertuanya berasal dari suami pertamanya, tapi telah bercerai, dan menikah lagi dengan suaminya yang telah meninggal itu. Tuti anak keempatnya tinggal bersama keluargaku, seorang gadis berumur 15 tahun, satu tahun lebih tua dariku, wajah dan perawakannya terlihat keras, kulit hitam dan agak sedikit gemuk. Sementara empat saudaranya yang lain, dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan, termasuk kakak tirinya tinggal di rumah nenek yang telah berumur sekitar 60 tahun, tapi masih lebih sehat daripada anaknya yang lumpuh itu, meski tak terlalu juga bisa dikatakan sehat benar, karena disamping usianya yang sudah melewati separuh abad. Juga karena encoknya yang sering sekali kambuh. Sebenarnya semua biaya kebutuhan hidup sepupu-sepupuku itu, termasuk nenek dan bibi yang dibiayai oleh orang tuaku, termasuk biaya pendidikan mereka. Barulah kemudian setelah kakak tiri Tuti yang tertua, Anti menjadi Guru PNS di sebuah sekolah dasar, semua tanggungan hidup saudarasaudaranya kemudian dialihkan padanya kecuali Tuti yang menjadi tanggungan keluargaku. Ku akui hubungan mereka dengan saudari tirinya memang kurang akrab, ini terlebih karena dalam mengurus ibu mereka yang sakit lebih banyak dikerjakan oleh Marsita anak ke tiga Bibi, dari raut wajah, ia memang lebih mirip dengan ibunya dibanding saudaranya yang lain, kulitnya agak sedikit terang, dan tampak lebih feminim, hidung pesek, dan tubuh bongsor. Seringkali jika Marista sudah jenuh atau mungkin capek mengurusi segala keperluaan ibunya, mulai dari memandikan, mencuci pakaian, menceboki ibunya, dan
terlebih jika ibunya buang air di kasur, maka pekerjaannya akan bertambah, disaat-saat seperti itulah Marista akan menggerutu, dan mengatai-ngatai saudari tirinya itu. Bahkan setiap kali aku datang kerumahnya dan mendapati ia sedang memandikan ibunya, tak pernah lewat dari telingaku umpatan-umpatan yang ia tujukan kepada saudari tirinya itu. “Dasar anak durhaka!” “Ih, tidak tau diri sama ibu apa?” Atau kadangkala Marista berbicara langsung kepada ibunya tentang betapa buruk perilaku anak sulungnya itu terhadapnya. “Lihat bu betapa tidak pedulinya ia padamu, mentangmentang sudah kerja. Dasar! Apa ia tidak tahu apa kalau ibu yang membesarkannya, atau mungkin ia tidak menganggapmu sebagai ibunya lagi.” Bibi hanya terdiam, entahlah mungkin ia dengar dan hanya kernyit samar yang tampak pada wajahnya yang kaku, lalu perlahan ia meneteskan air mata, itu sudah menjadi tanda betapa tersiksanya ia. Aku hanya mendugaduga bahwa segala yang ada dalam batinnya pasti berkecamuk, campur aduk dan tak tahu harus berbuat apa. Marista tak pernah mengungkapkan secara langsung kepada kakaknya itu, Karena ia juga berusaha sedapat mungkin menghormatinya, atau lebih tepat takut padanya. Semua pekerjaan memang secara tidak langsung ditanggung oleh Marista, karena disamping Tuti yang tinggal dirumahku, dan meski setiap hari datang membantu Marista, tapi tak terlalu lama, ya juga karena sudah barang tentu ia harus membantu ibuku mengurus segala keperluan rumah tangga. Adiknya yang paling bungsu juga masih SD kelas dua dan tak banyak bisa membantu, sedangkan kakak laki-lakinya sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu Sekolah Kelautan. Nenek pun meski masih mampu, hanya bisa membantu sekadarnya, karena seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, disamping faktor usia dan encoknya yang seringkali kambuh dan jika sudah seperti itu, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kejengkelan Marista bisa semakin bergejolak jika salah satu dari keluarga atau tetangga datang menjenguk Bibi. Sudah pasti yang akan ditemui pertama kali sebagai anak yang paling tua dan sudah cukup umur untuk bisa diajak untuk membahas segala hal yang biasa dipercakapkan oleh orang dewasa pada umumnya. “Oh, bersyukurlah kau Ju-
miati, karena kau masih memiliki anak seperti Anti yang selalu memandikanmu, mencebokimu,” kata salah seorang kerabat yang datang berkunjung. Marsita yang hanya mendengar dari luar kamar kemudian mendongkol geram. Wajahnya dengan jelas menampakkan ketidaksukaan terhadap kata-kata yang tak tahu apa-apa. “Menceboki apanya?” katanya kepadaku, meski seperti tidak benar-benar serius bertanya. Terlebih pasti hanya karena kekesalannya. “Melihat kotoran manusia saja ia pasti sudah jijik, apalagi kalau mau menceboki ibu.” “Pasti ia sok bangga di depannya, dasar penjilat!” Cercaan terus dilancarkan oleh Marista meski dengan suara yang kecil. Aku pun tak tahu harus bersikap bagaimana, disamping berusaha untuk mengerti perasaanya, juga berusaha agar tak terlalu terprovokasi oleh cercaan yang ditujukan kepada kakaknya. Entahlah aku sok tahu atau tidak, tapi jika aku lamat-lamat memperhatikan Anti. Aku merasa ia juga sudah pasti menyayangi ibunya, tidak serta merta seperti yang sering diutarakan Marista. Mungkin hanya karena dipengaruhi faktor malas, entalah, atau juga jijik ataupun tidak terbiasa melakukan segala hal yang berkaitan dengan apa yang sering dilakukan Marista. Semua biaya hidup pun ditanggung olehnya, dan tampak tidak keberatan dengan hal itu. Kebutuhan sandang dan pangan senantiasa dilimpahkan kepada Adik-adik, Nenek dan Ibunya. Tahun-tahun berlalu dan Anti telah bersuami dengan seorang pegawai bank dan memiliki seorang putri kecil yang cantik persis dengan ibunya. Separuh bagian rumah kayu milik Nenek, bagian depan telah dibongkar dan telah tersusun batu bata. Perlahan rumah ini dihancurkan dan digantikan dengan rumah megah dengan lantai tegel, dinding bata yang akan dilapis plamir semen putih, juga parkiran mobil disamping rumah kelak akan dibangun. Begitulah yang kudengar saat Anti dan suaminya bercerita kepada Ayahku. Katanya ini juga agar Bibi bisa lebih nyaman. Hujan tidak akan mudah lagi merembes masuk ke atap rumbia yang sudah lapuk itu. Begitu pun dengan Nenek yang sudah lebih banyak berada di dalam kamar, Ia akan dibuatkan kamar senyaman mungkin dengan kasur empuk yang akan merawat encoknya bila kumat. Semua cita-cita itu diharapkan Anti akan terlaksana tidak lama lagi.
“Yo segera bawa ke rumah!” perintah ayah, kemudian beralih padaku “Haikal cepat panggil pak Imam!” Segera mungkin aku berlalu setelah mendapat perintah dari Ayah. Kami dari jauh hari memang telah mempersiapkan hal ini. Mungkin inilah saatnya. Tetangga-tetangga terdekat sudah berkumpul dirumahku. Mereka semua tenang, hanya berbicara seadanya untuk meredakan ketegangan, dan sesekali melirik kedalam kamar. Kamar milik Tuti dengan segala perabot belajarnya, meja, kursi dan sebagainya telah dikeluarkan kecuali sebuah kasur yang tetap dibiarkan tinggal sebagai alas tempat ibunya sekarang terbaring tak bergerak. Wajahnya pucat dengan mata sendu memandang kosong ke arah langit-langit. Ibu, Ayah, Nenek, sepupusepupuku, suami Anti, tetangga, beserta pak Imam duduk melingkar di seputaran kasur. Akbar sepupuku yang paling bungsu itu sudah menangis tersedu-sedu di pangkuan nenek. Lalu erangan panjang terdengar, Pak Imam dengan halus terdengar terus melafalkan dua kalimat syahadat di kupingnya. Hening sesaat lalu perlahan Pak Imam berucap “Innalillahi wainnailaihi rojiun” Seketika semua tangis pecah. Pak imam segera menutup kedua mata Bibi. Aku yang berdiri di luar pintu kamar juga ikut meneteskan air mata. Adik lelakiku yang masih tiga tahun kupegangi erat pun ikut menangis, meski sepertinya ia masih belum terlalu mengerti tentang apa yang terjadi. Tuti yang tampaknya masih tidak percaya tiba-tiba pingsan dan segera dibopong oleh ayah. “Oh, Ibu kau belum sempat menikmati rumah baru kita, maafkan aku Ibu, jangan tinggalkan aku!” tangis histeris Anti terus diluapkan sejadi-jadinya. “Maafkan aku Ibu! Maafkan aku,” ia mendekap Ibunya sangat erat penuh kasih. Begitupun dengan Marista, hanya terus menangis tak karuan. Disampingnya ia memegang tangan ibunya lalu perlahan kepalanya bersandar di bahu Anti. Ada keakraban yang terasa sangat hangat yang belum pernah kusaksikan selama ini setelah Anti merengkuh bahu adiknya, lalu memeluknya dengan haru biru air mata yang semakin meluap-luap. *Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) semester III
12
LENSA
www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
washilah .com
Logo lama masih terlihat dibeberapa tempat di UIN Alauddin Makassar Salah seorang mahasiswi melintas di depan x banner yang msih menggunakan logo lama di perpustakaan Syekh Yusuf, Kampus 2 UIN Alauddin Makassar. Kamis (11/09/2018). Diketuahui logo lama sudah berganti sejak 2015 yang lalu
beberapa Fakultas masih memakai logo lama di lobi fakultas, seperti yang terlihat di Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Kamis (11/09/2018).
Papan penanda Asrama Putra masih menggunakan logo lama Universitas, Kamis (11/09/2018).
Foto dan Teks : Husni Mubarak
Jas almamater yang digunakan sejumlah mahasiswa masih menggunakan logo lama, sejak diresmikan 2015 yang lalu penggunaan almamater dengan logo lama seharusnya ditarik dan digantikan dengan almamater dengan logo baru, Kamis (11/09/2018).
Logo merupakan bagian terpenting dalam branding menjadi sebuah simbol atau lambang yang menggambarkan ciri dari barang, lembaga, perusahaan, instansi. November, 2015 yang lalu Prof Dr H Musafir Pabbabari M Si, Rektor UIN Alauddin, meresmikan logo baru UIN setelah hampir 10 Tahun sejak berganti status dari IAIN menjadi UIN. Sayangnya Logo Baru yang memiliki tujuh elemen filosofis ini masih jarang terlihat dibeberapa gedung-gedung yang ada di kampus II Samata. Padahal sudah tiga tahun sejak diresmikan pada perayaan milad ke 50 Kampus peradaban ini. Pemandangan tersebut dapat dijumpai di Lobi-Lobi Fakultas hingga Perpustakan Universitas. Logo lama masih terlihat pada X Banner. Fotografer Washilah mengabadikan beberapa tempat yang masih menggunakan logo lama.
berbeda dengan fakultas lainnya, Fakultas Adab dan Humaniora tidak memasang logo Universitas di lobi Fakultas, Kamis (11/09/2018).
14
SAJIAN SPESIAL
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
www.
washilah
Bank Syariah Versus Konvensional
Uji Coba Perbankan Syariah Saat ini kampus sudah menjalin kerjasama dengan salah satu bank syariah, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM). Dalam membangun kerjasama tersebut, FEBI sendiri butuh perjuangan panjang selama kurun waktu lima tahun hingga akhirnya mendapat izin untuk melakukan aktivitas transaksi, seperti melakukan pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan(SPP) serta Uang Kuliah Tunggal (UKT) melalui bank syariah. Prof Dr Ambo Asse, selaku Dekan FEBI menjelaskan bahwa kerjasama dengan bank syariah itu tahap uji cobanya melalui FEBI terlebih dahulu. Ia juga menyebut bahwa
Ilustrasi: Aldy Renaldi
Washilah - Sebagai kampus yang berlabelkan Islam sudah barang tentu tidak asing lagi dengan istilah perbankan syariah, terlebih kampus UIN Alauddin Makassar memiliki fakultas ekonomi yang berorientasi keislaman, sebut saja Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Namun sayangnya, sampai di usianya yang ke-53 tahun tersebut, UIN Alauddin Makassar masih belum mampu menggandeng bank syariah secara menyeluruh. Pihak kampus sendiri baru bisa membuka pintu kerjasamanya dengan bank syariah melalui FEBI di tahun 2018 ini, setelah sekian lama berdiri. Mantan direktur Forum Kajian Ekonomi Syariah (Forkeis) periode 2017, Andi Ashan Kautsar pernah mengadakan silaturahim denganWakil Rektor (WR) III, Prof Dr Siti Aisyah Kara. Dalam pertemuan tersebut ia menyampaikan tentang gagasan terkait mitra kerjasama dalam bidang ekonomi, khususnya isu peralihan dari bank konvensional ke bank syariah. “Prof Aisyah bilang bahwa ini agak susah. Karena kampus sejak awal sudah terjalin kontrak (dengan bank konvensional). Kontraknya sulit untuk diubah,” pungkasnya saat diwawancarai. Jumat (02/11/2018). Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam inipun menuturkan bahwa bank syariah menurutnya sangat penting, karena tidak memiliki potongan saldo. Menurutnya, langkah yang diambil oleh FEBI dalam memulai kerjasama dengan bank syariah juga bisa dicontoh oleh fakultas lainnya di kampus. Iapun berharap agar kontrak dengan perbankan konvensional bisa segera dialihkan. “Menurut saya itu kecacatan yah, karena namanya saja Islam, baru kampus justru mendukung salah satu gerakan riba, berapapun hasilnya tetap riba! Kita kampus islam, toh setidaknya prinsipnya juga harus Islam,” harapnya.
ada banyak bank syariah yang kemudian mengantri untuk bekerjasama dengan pihak kampus. “Sudah menjadi keputusan bersama pimpinan fakultas dan ini masuk kebijakan universitas bahwa mahasiswa FEBI bisa membayar SPPnya di Bank Syariah Mandiri. Fakultas lain masih menggunakan bank konvensional BNI, mereka belum mau melepas,” terangnya. Senin (05/11/2018). Ambo Asse melanjutkan, bahwa awalnya kampus juga bekerja sama dengan bank konvensional, karena statuta UIN Alauddin Makassar sebagai universitas negeri. Maka dari itu proses transisi perbankan dari konvensional ke syariah memakan waktu yang tidak sedikit bagi FEBI. Selain itu, manfaat dari kerjasama dengan perbankan syariah tersebut bukan hanya dalam pengelolaan SPP saja, tetapi mahasiswa juga bisa ikut praktik di tempat. Di mana hal ini sebelumnya tidak dilakukan pada bank konvensional. Terkait hal tersebut, WR IV Bidang Kerjasama dan Penguatan Lembaga, Prof Dr Hamdan Juhannis pun memberikan penjelasaat ditemui di ruang kerjanya. “BSM itu sudah aktif kerjasamanya dengan FEBI, model transaksi syariah itu sudah aktif di FEBI, jadi kita itu sudah sangat aktif kerjasama dengan perbankan syariah,” jawabnya. Dirinya melanjutkan bahwa selama ini, kampus hanya kerjasama dengan bank konvensional. Namun baru kemudian digagas untuk membuka mitra dengan bank syariah, dan FEBI merupakan fakultas pertama yang menerapkan itu. Ia menyebut bahwa yang terpenting itu ada kesadaran bertransaksi syariah di kalangan masyarakat kampus, sementara pengadaan kantor operasionalnya masih dalam pertimbangan. “Kenapa mesti semua syariah? kan konvensional juga ada, berbagilah! Karena tidak semua alumni FEBI nanti itu masuk ke bank syariah. Bukan hanya syariah tapi juga konvensional, jadi nanti bagaimana mereka
bisa melakukan islamisasi di bank konvensional,” ungkap penulis buku Melawan Takdir tersebut. Pria kelahiran Bone ini juga menjelaskan bahwa Memorandum of Understanding (MoU) dengan perbankan konvensional berdurasi selama lima tahun baru kontraknya bisa lagi diteken setelah habis masanya. Sementara itu, Hamdan Juhannis menyebutkan bahwa bank konvensional dan bank syariah punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti bank Muamalat yang aksesnya masih terbatas. Tapi, bank Muamalat kedepan berencana memasukkan mobil keliling/mobil banknya untuk beroperasi di ruang lingkup UIN Alauddin Makassar. Sesuai Kebutuhan Salah satu universitas berbasis Islam lainnya di kota Makassar, sebut saja Universitas Muhammadiyah (Unismuh) disebut mampu menerapkan sistem bank syariah sebagai operasional utamanya dalam bidang kerjasama perbankan kampus. Hal itu disampaikan oleh WR IV Unismuh, Ir Saleh Molla saat ditemui di ruangannya. Dirinya menerangkan bahwa Unismuh sebagai kampus yang berorientasi islam, memiliki peran untuk menghidupkan lembaga keuangan syariah. Terlebih menurutnya, pelayanan oleh bank syariah lebih baik dari konvensional. “Unismuh itu orientasi Islam, siapa yang akan menghidupkan lembaga keuangan syariah kalau bukan orang Islam. Kedua bahwa ulama-ulama di kalangan muhammadiyah masih mempermasalahkan bunga bank,” jelasnya. Sebelumnya juga telah diketahui, kampus yang memiliki menara Iqra berlantai 18 tersebut telah mengalihkan pembayaran SPPnya dari bank konvensional ke bank syariah. Tidak hanya itu, di kampus tersebut juga telah tersedia kantor kas Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) Syariah dan BSM untuk memudahkan para maha-
siswanya dalam bertransaksi. “Jadi sudah bisa dilihat ada Bank Bukopin Syariah dan BSM, kalau Muamalat memang masa-masa pembayaran baru nanti masuk mobil kasnya. Jadi yang paling baru ini BNI Syariah tapi paling bagus saya lihat, dan sementara ini juga meminta kantor disini (Unismuh),” ujarnya. Namun demikian, Saleh Molla juga menjelaskan bahwa Unismuh dari awal pernah menjalin kerjasama dengan bank konvensional seperti BRI dan BTN sebelum akhirnya bertransisi secara total ke bank syariah. Di lain tempat, Kepala Biro Administrasi, Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) UIN Alauddin, Hj Yuspiani bercerita bahwa antara bank konvensional dan syariah, itu tergantung dengan sinergitas kedua instansi. Jika dalam kemitraan itu bisa saling menguntungkan dan sejalan maka itu bisa dilakukan. “Tergantung, kalau bank syariah bagus penawarannya, dan betul-betul konkret programnya dan lebih banyak manfaatnya kenapa tidak,” ungkap kepala Biro AAKK yang barusaja dilantik itu. Lanjut, ia juga mengungkapkan, bahwa semuanya baik yang perbankan syariah maupun perbankan konvensional masingmasingkan punya MoU. Namun, bukan berarti kontrak tersebut tidak bisa dibatalkan. Pemasaran dari pihak perbankan syariah masih terbilang kurang menurutnya, sedangkan perbankan konvensional pendekatannya lebih progresif dan kreatif. “Terkait dengan kontrak, jika ada hal yang tidak sesuai maka kontrak bisa dibatalkan. Karena tidak ada yang paten di dunia ini. Meskipun ada kontrak tetap harus menawarkan, namanya juga pemasaran. Karena kontrak ini bisa diperbaharui, bisa direvisi dan bisa ditinjau ulang,” tutupnya. *Penulis: Ramalia, Muh. Rheza Alif *Editor: Anugrah Ramadhan
16
OPINI
www.
washilah
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Pemimpin yang Ideal
M
enurut Ujang Komarudin dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas AlAzhar Jakarta, bahwa sejatinya Pendidikan bukan sekadar kemanusiaan dan bukan hanya memanusiakan manusia. Pendidikan juga berdimensi luas dan harus memberi ruang dalam rangka untuk pengabdian. Pengabdian untuk mengabdi kepada agama, bangsa dan negara. Karena pada dasarnya kita adalah pengabdi. Disisi yang lain kita juga adalah pemimpin. Pemimpin adalah pelayan, pelayan untuk ummat, pelayan untuk rakyat dan pelayan untuk yang dipimpinnya. Seorang rektor harus dapat memiliki tiga peran sekaligus : akademisi, manajer, dan politisi. Pada suatu saat, dia adalah akademisi. Secara keilmuan, dia harus menguasai bidangnya. Didengar ketika dia berbicara dan berkomentar tentang ilmunya. Dihormati kepakarannya di lingkungan masyarakat. Singkat kata, dia harus academically proven. Pada saat yang lain, seorang rektor adalah manajer. Dia harus bisa mengelola sumber daya yang terbatas untuk menjadikannya sebagai manfaat terbesar untuk institusi, bukan untuk diri sendiri. Dia harus bisa menjamin ide-ide besarnya diterjemahkan oleh bawahannya. Dia harus bisa mengelola konflik dengan baik dan membalikkannya menjadi sebuah kekuatan, dan tidak justru terlibat dalam konflik. Dia harus dapat berkomunikasi dengan baik, dalam forum nasional maupun internasional. Masih banyak kemampuan seorang manajer yang harus dimiliki, termasuk memahami konsep manajemen perguruan tinggi seperti yang terkait akreditasi dan berbagai macam hibah penelitian. Namun, pada saat yang lain, dia juga seorang politisi yang baik dan santun. Dia harus peka dengan aspirasi, dia harus peduli dengan masalah mahasiswa dan bangsa. Dia harus bisa mengkomunikasikannya dengan berbagai elemen bangsa. Hanya dengan demikian, posisi universitas sebagai kawah candradimuka agen-agen perubahan dapat diperankan. UIN Alauddin Makassar sangat membutuhkan rektor yang dinamis, progresif, visioner, berwawasan luas dan berjejaring luas. Semua kriteria tersebut ada pada sosok Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. Rektor UIN Alauddin yang ke X, periode 2015-2019 yang tidak lama lagi mengakhiri masa jabatannya. Beliau telah banyak berbuat demi memajukan peradaban kampus, sehingga wajar jika UINAM disebut sebagai World Class
University. Dengan pengalaman beliau yang banyak, baik di pentas nasional dan internasional. Pernah menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik (FUFP) serta Wakil Rektor (WR) II, merupakan modal dalam memajukan UIN Alauddin menjadi kampus Islam terbesar di Indonesia bagian timur. Di tangan beliau, UIN tumbuh besar menjadi kampus yang disegani dengan membuka beberapa jurusan baru, termasuk jurusan Pendidikan Dokter. Mahasiswa baru menjadi membludak seiring kualitas pengajaran semakin berkualitas. Saya berkeyakinan bahwa Prof. Musafir adalah seorang manajer dan juga sekaligus leader yang baik dan handal untuk kemajuan kampus tercinta. Beliau mampu membawa kampus hijau menjadi kampus peradaban yang sesungguhnya. Leader yang hebat harus membangun budaya kerja berlandaskan merit sistem (sistem berdasarkan prestasi). Jadi bagi siapa saja dari dosen atau pun karyawan yang sudah bekerja keras, memiliki loyalitas, berdedikasi tinggi, rajin, dan produktif harus diberi penghargaan yang seimbang dengan kenaikan pangkat atau yang lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh pak rektor dalam rangka mensejahterakan para dosen dan pegawainya dengan memberlakukan sistem remunerasi, Tunjangan Kinerja (Tukin) dan E-LKD. Jika sistem ini menjadi budaya di kampus UIN dan kampus-kampus lainnya di Indonesia, maka Insya Allah kampus akan menjadi pusat dan tempat membangun peradaban. Untuk mengimbangi rasio dosen dan mahasiswa yang sangat jauh perbedaannya, maka Prof Musafir merekrut dosen tetap bukan PNS yang selama ini sudah dua kali perekrutan. Hal ini dilakukan karena terlalu lamanya pemerintah memberlakukan moratorium penerimaan CPNS. Kinerja dosen-dosen muda ini tidak kalah dengan kualitas dosen PNS yang sudah ada, termasuk di antara mereka juga terlibat sebagai pengelola jurnal Fakultas dan Jurusan yang membawa jurnal-jurnal tersebut terakreditasi Nasional. Kemajuan dan perkembangan UIN Alauddin sangat dirasakan oleh seluruh civitas akademika dengan memiliki lahan kampus yang luas, fasilitas belajar dan olahraga yang memadai, staf pengajar yang professional dan qualified termasuk gedung kuliah terpadu dan ruang dosen megah yang terbilang baru dibangun di era kepemimpinan bapak yang juga alumni UIN Suka Jogjakarta ini. Dari inisiatif beliau pihak kampus telah beberapa kali memberi-
kan penghargaan Doktor Honoris Causa/DR(HC) kepada beberapa pejabat dan petinggi negara salah satunya adalah wakil presiden Jusuf Kalla. Ini menunjukkan bagaimana seorang Prof. Musafir dapat mengejawantahkan ilmunya dalam bidang Sosiologi yang mampu melihat fenomena di masyarakat bahwa ada orang yang sangat berjasa dalam pembangunan bangsa di mana kampus patut mengapresiasinya. Begitu pula dengan Gerakan Seribu Buku (GSB) yang digalakkan oleh rektor sebelumnya, Prof. Musafir tetap konsisten memberi ruang dan kesempatan bagi para dosen untuk menghimpun ide-ide mereka ke dalam sebuah buku yang dibiayai oleh universitas. GSB adalah program yang sangat membantu para dosen dalam membuat buku ajar dan modul. Selain itu ada juga program Student Teacher Integrated Learning System (STILeS) merupakan gerakan pembaruan dalam pembelajaran di UIN Alauddin oleh rektor sebelumnya yang tetap dipertahankan oleh Prof. Musafir di mana STILeS mengintruksikan kepada dosen saat mengajar satu mata kuliah dengan sejumlah topik, mereka harus mampu mengintegrasikan macammacam model pembelajaran. Sehingga, mahasiswa lebih semangat belajar dengan pengalaman belajar yang lebih variatif. Keamanan adalah salah satu faktor yang sangat signifikan dalam sebuah kampus. Keamanan kampus bisa menjadi pertimbangan seorang calon mahasiswa dalam memilih tempat kuliah. Masyarakat dalam memilih tempat belajar selain melihat kualitas pengajarnya juga melihat keamanannya. Solusi yang diterapkan oleh pihak rektorat sangat membantu terciptanya keamanan kampus saat ini. Dengan menambah jumlah personil security, memasang CCTV di tiap sudut kawasan rawan dan di setiap fakultas, melakukan pembatasan bagi masyarakat luar yang berlalu lalang keluar masuk kampus, membatasi kegiatan malam bagi mahasiswa merupakan solusi yang tepat dalam menciptakan kondisi kampus yang aman dan tenteram. Pihak kampus juga bekerja sama dengan pihak kepolisian dan TNI. Pemandangan ini terlihat pada kegiatan penerimaan mahasiswa baru tiap tahunnya pihak kampus melakukan penandatanganan kesepakatan dengan Kepolisian Daerah (Polda Sulsel). Pengemis, pemulung, termasuk hewan-hewan ternak masyarakat sekitar semakin berkurang berkeliaran berkat kerja keras pihak keamanan dalam menanggulangi hal tersebut. Tawuran
DATA PRIBADI Nama : Nasrum, S.Pd, M.A Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 09 September 1980 Alamat : Jln. Pongtiku I Lr. 6A No. 8 Kel. Suangga kec. Tallo Makassar. Pekerjaan : Dosen di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris FAH UINAM PENDIDIKAN FORMAL SD : SD Negeri Kalukuang IV Makassar, 1993 SMP : SLTP Islam Datuk Ribandang Makassar, 1996 SMA : SMK Negeri 4 Makassar, 1999 Perguruan Tinggi : - S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Makassar, 2005 - S2 Kesusastraan Amerika (American Studies) Universitas Gadjah Mada, 2011 - S3 Pendidikan Sastra Universitas Negeri Makassar (Tahap Penyelesaian) mahasiswa antar fakultas yang dulunya menjadi pemandangan memalukan dan memilukan di hampir setiap prosesi penerimaan mahasiswa baru kini tak tampak lagi. Dengan kebijakan Wakil Rektor III bahwa mahasiswa ya ng kedapatan ikut tawuran akan langsung dikeluarkan dari kampus tanpa kompromi. Selain itu, kaderisasi mahasiswa baru oleh kakak seniornya tidak diizinkan dilakukan di luar kampus selama dua semester. Hal ini membuat mahasiswa baru untuk belajar dengan giat salah satu faktor karena adanya aturan bagi mereka yang IPKnya tidak mencapai minimal 2,0 maka mereka secara otomatis akan kena drop out
(DO). Salah satu aspek yang dinilai dalam menentukan kualitas sebuah Universitas adalah dengan melihat akreditasinya. Selama ini UIN Alauddin masih berada pada akreditasi B tingkat institusi masih kalah dengan akreditasi dua kampus negeri yang ada di Makassar yaitu Unhas dan UNM. Di bawah komando Prof. Musafir Warek I diamanahkan untuk menyusun borang akreditasi dan mengusulkan reakreditasi di akhir tahun 2018. Insya Allah UIN akan mengantongi akreditasi A di tahun 2019. Semoga!! Terima kasih pak Rektor, semoga bapak dan keluarga tetap sehat wal afiat. Amiin.
SOROT
www.
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
17
Sinergisme Program CBT dan Dosen PA
Program Character Building Training (CBT) acapkali menjadi sorotan, tindakan mahasiswa secara anarkis dinilai kegagalan bagi program CBT. Washilah - Program CBT akhirakhir ini menjadi polemik di kalangan masyarakat UIN Alauddin Makassar lantaran menurunnya kualitas yang ditanamkan terhadap mahasiswa. CBT merupakan salah satu program di bawah naungan Character Building Program (CBP). Sebuah wadah pembentukan karakter, pengembangan jati diri dan kualitas diri. Program CBT dilakukan selama tiga hari satu malam dan berlanjut pada tahapan mentoring selama 40 hari. Mantan Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Qadir Gassing periode 2011-2015 selaku pionir lahirnya CBP mengaku, bahwa program ini dibentuk karna melihat maraknya demonstrasi anarkis di kalangan mahasiswa. “Ketika menjabat sebagai WR 1 terbesit di hati saya bahwa suatu waktu, ketika diberikan amanah menjadi Rektor. Saya akan memprogramkan pembinaan khusus terhadap mahasiswa agar tidak tambah anarkis,” imbuhnya. Beberapa cara telah dilakukan untuk menyukseskan program kerja ini, salah satunya mengirim beberapa rekan yang mempunyai konsentrasi di pembinaan karakter ke beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta untuk melakukan penelitian perbandingan. Profesor yang memiliki tagline 3P (Pencerdasan, Pencerahan, dan Prestasi) tersebut mengaku bahwa apa yang telah dirintis pada masanya telah mengalami penurunan kualitas, pelaksanaan, maupun anggaran. “Yang seharusnya, program ini tidak boleh dilakukan secara setengah-setengah, karena CBT adalah program puncak untuk
Peserta Character Building Training (CBT) angkatan XI relaksasi selepas sholat Duhur di gedung Character Building Program (CBP) Sabtu (21/07/2018)
pembinaan mahasiswa,” ujarnya. Tak dipungkiri, pelaksanaan CBT dalam kurun waktu tiga hari menuai ketimpangan rasio antara mahasiswa dan program yang telah di tetapkan dalam pembentukan karakter. Maraknya kenakalan sosial yang dilakukan oleh mahasiswa menjadi bukti kongkrit, kerap kali mencoreng nama baik kampus, salah satunya kejadian yang baru saja menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat yakni tawuran antar kedua fakultas bertetangga Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Senin (22/10/2018) lalu. Seolah menjadi perdebatan bagaimana sebenarnya pembentukan karakter yang hendak di bangun setelah di adakannya CBT. Direktur CBP Dr Sohra M Ag menegaskan bahwa CBT sebagai wadah pengembangan dan pembentukan karakter bagi mahasiswa tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar serta perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya dosen Penasehat Akademik (PA), Ketua Jurusan (Kajur), dan para dosen karena ialah yang membimbing dan memberikan pengarahan selama delapan semester. “Jangan serahkan sepenuhnya ke CBP, kami disini hanya menanamkan benih-benih kesadaran moral dan pendidikan karakter selama tiga hari. Setelah itu, untuk menindak lanjuti kita serahkan ke fakultas selama delapan semester, “ tegasnya. Lebih lanjut ia menegaskan, tidak hanya Kejur, dosen PA dan para dosen yang menjadi faktor utama. Tapi, ada juga faktor
Internal dan Eksternal yang tidak kalah penting. Faktor Internal yang dimaksudkan adalah ketika mahasiswa diberikan nilai-nilai moral akan tetapi tidak tertanam pada hati dan jiwa raganya. Sedangkan faktor eksternal, adanya pengaruh hasutan dari luar.
“
Tiga hari hanya untuk menanamkan benih-benih kesadaran moral, selebihnya adalah tanggung jawab fakultas masing-masing DR Zohra M Ag DIREKTUR CPB Masih dengan Zohra, menurutnya perihal pembentukan sebuah karakter seseorang bukan perkara mudah. Selain membutuhkan durasi waktu yang lama, pendampingan yang serius nan bermutu juga sangat dibutuhkan. Tidak hanya pembimbing yang harus serius, mahasiswa yang dibimbing juga harus memiliki keseriusan agar dampak positifnya dapat terlihat. Peran Penasehat Akademik Peran dosen PA telah dijelaskan pada buku pedoman edukasi UIN Alauddin Makassar bahwa PA adalah tenaga pengajar tetap yang mempunyai jabatan fungsional pada fakultas yang ditugaskan melaksanakan bimbingan. Selain membimbing secara akademik dia juga memberikan pembimbingan secara mental akhlak dan kemandirian,
tak hanya itu ia juga memberikan pencerahan, pencerdasan, penggemblengan mental terhadap mahasiswa, bagaimana berinteraksi dengan teman dan dosen. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Sri Nur Wahyuni menganggap peran dosen PA hanya sekedar penandatanganan Kartu Rencana Studi (KRS), sehingga pertemuan antara mahasiswa dan dosen PA masih rendah dan tidak efektif. “PA seharusnya tidak hanya menggugurkan sebuah kewajiban dengan menandatangani KRS, tapi harus memberikan wejanganwejangan kepada mahasiswa bimbingannya,” tandas mahasiswi angkatan 2013 itu. Menurut Zohra, penurunan kualitas kerja dosen PA dikarenakan adanya perubahan sistem remunerasi. “Sistem remunerasi tentunya sangat mempengaruhi kinerja teman-teman dosen, harusnya mereka mendapat penghargaan khusus karena meninggalkan anak istrinya untuk membangun karakter anak-anak disini, tapi saya yakin semua mentor-mentor dan pengelola ikhlas karena niat kami untuk mahasiswa agar punya moral, bermental yang baik,” ungkapnya. Lain halnya dengan salah satu alumni FDK dari Jurusan Jurnalistik, Nur Ilham menganggap dosen PA sangatlah penting. Tidak hanya sekadar memberikan tandatangan, tetapi juga memeberikan masukan yang bersifat mendidik. “Menurut saya, selama ini dosen PA telah melakukan tugasnya dengan baik seperti memberikan masukan mata kuliah yang harus di program, bahkan
terkadang dosen PA memberikan solusi sesuai dengan aturan yang ada di kampus. Contohnya ketika bermasalah dengan IPK,” terangnya. Wakil Dekan (WD) 1 FDK, Dr H Misbahuddin M Ag mengatakan bahwa mahasiswa harusnya lebih proaktif dalam bersikap. Ia menambahkan tak hanya mahasiswa yang proaktif dosen pun harus lebih sadar atas tugas dan tanggung jawabnya. “Seharusnya mahasiswa tidak hanya datang pada dosen PA saat dia membutuhkan tanda tangan KRS, padahal tugas dari PA adalah untuk membimbing dan memberikan arahan terkait akademik,” ucapnya. Terkait dosen PA, direktur CBP, Zohra menjelaskan bahwa seharusnya setiap saat ada aturan yang mengikat untuk bisa bertemu memecahkan permasalahan yang ada. Tugas dan fungsinya harus benar-benar dilaksanakan. Lebih lanjut ia menegaskan, tidak lepas dari permasalahan yang ada tidak sepatutnya menyalahkan satu pihak, akan tetapi banyak elemen penting yang harus terlibat seperti seluruh dosen, pimpinan, pegawai. Semua adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam membentuk karakter mahasiswa. Kali terakhir ia mengatakan seharusnya kita semua introspeksi, bukan menyalahkan ke satu pihak dan coba lihat perbandingannya tiga hari dan delapan semester. * Penulis : Dyan Eka Haeriani,Anisa Rahma *Editor: Suhairah Amaliyah
19
PERSEPSI
www.
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
KKN 45 Hari ? Washilah - KKN (Kerja Kuliah Nyata) merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa sebagai tahapan akhir dalam menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi. Sebagai bentuk pengabdian dan pengaplikasian ilmu yang didapatkan dari bangku perkuliahan kepada masyarakat. Biasanya berlangsung selama satu sampai dua bulan dan ditempatkan di daerah setingkat desa. Implementasi KKN sangat membantu mahasiswa terkait sejauh mana kemampuan menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan realita dilapangan. Seperti halnya Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, yang kerap mengirimkan mahasiswa yang tingkat akhir untuk melaksanakan KKN. Dengan berbagai Proker (Program Kerja) yang harus dilaksanakan, baik itu Proker wajib dari kampus maupun Proker yang di bentuk sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Pelaksanaan KKN di UIN Alauddin Makassar yang selama ini dilaksanakan selama dua bulan, kini di persingkat dengan rentang waktuhanya 45 hari.
M Gazali Suyuti Ketua LP2M
Prof Mardan
“Sistematika pelaksanaan KKN tetap sama, dari pelepasan, observasi tempat, pelaksanaan proker hingga penarikan. Dan, tetap akan diadakan peninjauan serta perbandingan terkait KKN 45 hari tersebut, lebih efektif mana dua bulan atau 45 hari, jika memang 45 hari tidak berjalan dengan efektif maka kita akan kembali ke pelaksanaan KKN dua bulan, sementara KKN bulan Oktober akan menyebar ke Sulawesi Selatan dan kemungkinan akan menyeberang ke provinsi lain, yakni Sulawesi Tengah sekaligus menjadi relawan.”
Wakil Rektor (WR) I “Hampir semua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) memiliki masa KKN hanya 40 hari, juga bila dirasionalisasi antara nilai sks KKN yang cuma 4 Satuan Kredit Semester (SKS) sudah setara dengan nilai pengabdiannya selama 12 jam perhari dikalikan dengan 40 hari, di samping itu adanya tuntutan dari Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) dan Peraturan Pemerintah Agama (PMA) Kementrian Agama (Kemenag), agar penyelesaian masa studi mahasiswa selama 4 tahun umumnya harus tepat waktu.”
Prof Natsir Siola
Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik “KKN 45 hari ini tentu memiliki keuntungan bagi mahasiswa, misalnya bisa kembali kekampus dengan cepat, memperbaiki study-nya yang masih tertinggal ataupun menyelesaikan skripsinya dan menghemat biaya living kos. Sehingga kebijakan ini saya kira sangat menguntungkan bagi mahasiswa”. “Adapun soal keefektifan Program Kerja (Proker) dengan waktu 45 hari, mungkin prokernya akan dikurangi, kemudian kegiatan-kegiatan disana semuanya dipersingkat. Intinya KKN 45 hari itu lebih efektif tapi berkualitas.”
Ruslan Abidin Mahasiswa KKN angkatan 58 Jurusan Filsafat Agama
“Pelaksanaan KKN dari dua bulan menjadi 45 hari sebenarnya hal yang subjektif, tergantung bagaimana mahasiswa mengolah dan memanfaatkan waktu dengan baik dan bisa mencapai pencapaian KKN yang sesungguhnya.”
Satriani S.I.Kom Mahasiswa KKN Angkatan 57 Jurusan Ilmu Komunikasi “Pola KKN selama dua bulan saya rasa belum cukup. Karena sebelumnya kita harus melakukan survei terlebih dahulu, untuk mengetahui kebutuhan masyarakat setempat, barulah membuat proker yang dianggap penting untuk dilaksanakan selain dari pada proker wajib yang telah ditentukan oleh kampus. Jadi jangankan 45 hari dua bulan saja saya rasa itu belum maksimal untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, jadi butuh waktu yang lebih lama lagi untuk menciptakan proker-proker yang berkualitas, dan memberikan kesan puas bagi masyarakat.”
20
LIPSUS
www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
Tawuran,
Lagu Lama Kampus
Ilustrasi: Anugrah Ramadhan
OPERA UIN Alauddin
Ilustrasi yang menunjukkan tentang adanya kekuatan besar di balik setiap aksi tawuran di UIN Alauddin Maskassar Washilah – Hari itu Senin (22/10/2018). Seperti biasanya, pagi yang sibuk bagi sejumlah orang. Begitupun halnya dengan Ahmad, seorang mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah (MD) yang barusaja memulai aktivitas akademiknya sebagai mahasiswa tingkat akhir. Ia biasanya mengunjungi perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) pada pukul 11.00 untuk mencari-cari referensi jurnal sebagai pedoman bahan skripsi miliknya. Sebelum itu, Ahmad biasanya memarkir kendaraan roda duanya di bawah rerimbunan pohon samping gedung (arah utara FDK). Saat itu kondisi perpustakaan fakultas sedang sepi, mengingat waktu itu mulai masuk jam istirahat akademik, terlihat hanya beberapa mahasiswi saja yang sibuk membaca kumpulan jurnal di tangannya. Ketika mulai masuk waktu shalat zuhur, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara keributan antar mahasiswa FDK dengan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Tak lama kemudian kegaduhan tersebut memanas hingga akhirnya berujung pada pelemparan batu yang memicu aksi tawuran di kedua belah pihak. Bentrokan pun pecah dan tak terhindarkan, sejumlah batu melayang tepat ke arah gedung fakultas dan kerumunan civitas akademika yang tidak terlibat pertikaian. Suara pecahan kaca dan teriakan di kedua kubu, membuat suasana jalanan
berbatu yang memisahkan antar kedua fakultas tersebut menjadi sangat mencekam. Keadaan ruang perpustakaan yang menghadap tepat ke lokasi terjadinya bentrokan, membuat sejumlah lontaran batu menghujam masuk dan memecahkan kaca jendela. Beberapa mahasiswi pun ketakutan dan langsung berlindung di balik lemari buku, serta beberapanya lagi di bawah meja, Ahmad sendiri terkurung akibat staf perpustakaan yang menghimbau semua mahasiswa di ruangan tersebut agar tidak keluar. “Waktu baku lempar (batu) orang, saya dilarang keluar sama staf perpustakaan (fakultas). Semua orang shock, ada mahasiswi yang menangis sambil berlindung, karena batu sampai masuk ke ruangan,” ungkapnya sembari mengingat ketegangan yang terjadi. Belakangan Ahmad baru tersadar jikalau motor miliknya terparkir tepat di arena tawuran dan tak sempat lagi ia amankan, akibat aksi anarkis yang semakin meluas. Rasa cemas dan khawatir menyelimuti pikirannya, benar saja sesaat setelah bentrokan usai, keadaan motornya tidak lagi seperti yang terakhir kali ia tinggalkan, beberapa bagian tampak rusak, begitupun dengan puluhan motor lainnya beserta beberapa unit mobil. “Motorku waktu itu tidak sempat saya selamatkan, pas
saya cek, sudah rusak,” ungkapnya lagi. Namun peristiwa di hari itu belumlah apa-apa. Keesokan harinya Selasa (23/10/2018) kejadian serupa kembali terulang. Bentrokan justru terbilang lebih brutal dan lebih lama dari sebelumnya, hal itu disebabkan karena meningkatnya jumlah massa yang terlibat. Akibatnya, kerusakan pada infrastruktur fasilitas kampus pun cukup parah, diikuti dengan korban luka yang bertambah di kedua kelompok fakultas yang bentrok. Usut punya usut, ternyata kasus bentrokan itu semula berawal dari perselisihan antar mahasiswa Jurusan Jurnalistik dengan mahasiswa Jurusan Ilmu Falak saat berlangsungnya turnamen futsal yang diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu Politik UIN Alauddin Makkasar, di lapangan futsal Dred’s Kecamatan Somba Opu, Gowa. Sabtu-Minggu (19-20/10) lalu. “Tawuran ini bermula dari turnamen futsal yang diseleggarakan oleh Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik (FUFP), dan baru kali ini motifnya berawal dari main futsal, sering ada bentrokan tapi biasanya tak seperti ini. Ini kejadian sangat besar,” ujar WD III FSH, Dr Saleh Ridwan. Bentrokan yang terjadi selama dua hari berturut-turut tersebut kemudian berbuntut pada pemanggilan aparat kepoli-
sian oleh pimpinan universitas untuk membantu menyelesaikan permasalahan. Selanjutnya universitas membentuk dua tim investigasi, yakni dari pihak kampus yang diketuai langsung Prof Siti Aisyah Kara, selaku WR III dan dari pihak kepolisian yang dibawahi oleh Wakapolres Gowa, Komisaris Polisi (Kompol) Muhammad Fajri Mustafa untuk mencari akar permasalahan. Pada hari itu juga diiringi dengan penahanan dua orang mahasiswa berinisial A dan MH yang diklaim sebagai provokator dari kedua kubu yang bertikai. “Kami akan berikan surat rekomendasi ke pihak rektorat untuk dilakukan langkah-langkah konkret terhadap perbuatan mahasiswa yang berbau kriminalitas,” ungkap Wakapolres Gowa saat melakukan konferensi pers. Selasa (23/10/2018). Sistem Kembali Disorot Hanya saja langkah dalam melibatkan pihak kepolisisan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut mengundang kritik dari sejumlah kalangan, salah satunya datang dari Quraisy Mathar. Hal itu disampaikan pada tulisannya tanggal (24/10/2018) berjudul “Pote-Pote” yang beredar luas di Sosmed. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar ini mengungkapkan bahwa bentrokan tersebut merupakan tanggung jawab kampus, bukan tanggung jawab pihak luar. Ia juga menyindir otoritas kampus yang lebih sering melibatkan aparat kepolisian untuk menyelesaikan masalah tawuran di ruang lingkup universitas ketimbang pihak birokrasi itu sendiri. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh guru besar UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Qasim Mathar dalam sebuah dialog, pasca terjadinya bentrokan yang melibatkan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) pada akhir 2015 silam. Sementara itu sistem pembinaan kampus kembali disorot. Seperti yang diungkapkan oleh WD III FDK, Dr Nursyamsiah yang menyebut bahwa seluruh elemen baik di fakultas dan tingkat universitas harusnya profesional dalam mengemban amanat, ia juga menuturkan bahwa konflik bisa saja diminimalisir jika aturan, anggaran hingga prasarana bisa dijalankan dengan baik. “Pembangunan infrastruktur penting, MoU penting, namun kita juga harus memberikan atensi khusus terhadap sistem pembinaan mahasiswa,” ujarnya. Nursyamsiah juga memberikan perhatiannya kepada sistem Penasehat Akademik (PA) yang
washilah
dibebankan kepada tenaga pendidik, kinerjanya dianggap masih sangat jauh dari kata maksimal. Padahal PA merupakan ruang interaksi paling efektif dan bisa dijalankan secara intens antar dosen dan mahasiswa, namun sampai saat ini belum membuahkan hasil yang positif, terlebih terkait kasus anarkisme. “Tindakan persuasif itu sangat dasar, seperti hubungan antar anak dan orang tua, sistem (PA) itu sudah ada, tapi belum menunjukkan kemajuan. Harusnya amanat itu dimaksimalkan oleh para tenaga pendidik agar konsisten mengawal dan mengevaluasi mahasiswanya, serta menganggap ini sebagai tanggung jawab,” tegasnya. Selain itu, Dekan FSH, Prof Dr Darussalam mengingatkan kepada pimpinan civitas akademik khususnya yang ada di setiap fakultas agar mengawal para dosen untuk memberikan nasehatnasehat dan pesan moril kepada mahasiswanya saat memulai atau mengakhiri sebuah perkuliahan. Ia juga menyayangkan tentang aksi anarkisme yang hampir setiap tahunnya terjadi di kampus, ia prihatin jikalau nanti kedepannya itu bisa berpotensi terhadap penurunan kepercayaan sebuah institusi dalam menerima alumni dari UIN Alauddin Makassar, akibat citra buruk yang ditampilkan setiap tahunnya. “Dampak konflik ini belum apa-apa, yang ditakutkan adalah jikalau institusi luar mulai menilai alumni kita, dan alumni kita akan kesulitan mendapat pekerjaan akibat kebiasaan buruk dari bentrok yang cenderung ada di setiap tahunnya,” ungkapnya. Darussalam pun menambahkan agar seluruh komponen yang ada di kampus agar bersama-sama menjaga nama baik dari UIN Alauddin Makassar itu sendiri. “Siapapun dia! Mahasiswa, dosen, pegawai, pimipinan bahkan cleaning service harus sama-sama menjaga nama baik kampus,” tutupnya. Di lain tempat, Ahmad hanya bisa meratapi kerugian materi yang menimpa dirinya, tidak ada pembelaan ataupun upaya untuk menjerat pelaku, mengingat kejadian itu dilakukan secara massal. Ia hanya mampu berharap agar hal tersebut tidak kembali terulang, dan menjadi tradisi disetiap tahunnya. “Yah musibah tidak dimintaminta, saya ikhlasji. Semoga bentrok tidak terulang lagi kedepannya,” ujarnya. *Penuis: Muh. Junaedi, Muh. Aswan Syahrin *Editor: Anugrah Ramadhan
21
SAJIAN KHUSUS
www.
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
UIN Alauddin Sukses Jadi Tuan Rumah POROS Intim Meski kali pertama dilaksanakan, UIN Alauddin dinilai sukses menjadi tuan rumah kegiatan Pekan Olahraga, Riset, dan Ornamen (POROS) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia Timur (Intim) Washilah – UIN Alauddin Makassar patut berbangga karena telah sukses menyelenggarakan kegiatan POROS Intim dan sekaligus menjadi tuan rumah dalam perhelatan bergengsi tersebut untuk yang pertama kalinya. Hal itu tidak terlepas dari keputusan Forum Wakil Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama PTKIN se-Indonesia Timur di Kendari pada bulan Maret silam, yang akhirnya menunjuk UIN Alauddin Makassar sebagai tuan rumah. POROS Intim sendiri merupakan salah satu kegiatan yang berperan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa dalam bidang olahraga, riset dan seni, memperkokoh silaturahmi antar PTKIN khususnya di Indonesia timur, serta mengacu pada sikap sportifitas dalam berkompetisi. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai ajang pemanasan dan persiapan sebelum mengikuti kegiatan bertaraf nasional yaitu Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) nantinya. Peserta yang turut serta dalam POROS Intim antara lain yakni, UIN Alauddin Makassar, IAIN Dato Karama Palu, IAIN Sultan Amai Gorontalo, IAIN Kendari, IAIN Palopo, IAIN Manado, IAIN Ambon, IAIN Ternate, IAIN Jayapura, IAIN Watampone, IAIN Pare-Pare, STAIN Sorong, dan STAIN Majene. Kegiatan ini juga melibatkan perwakilan setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UIN Alauddin Makassar sebagai Liaison Officer (LO). Mereka ditugaskan untuk mengarahkan dan melayani peserta selama kegiatan dilaksanakan, terhitung dari hari Senin hingga Minggu (05-11/11/2018). Pada kegiatan tersebut, UIN Alauddin Makassar berhasil keluar sebagai juara umum dengan menyabet 15 medali emas, 13 perak, dan enam perunggu. Sementara yang menempati posisi kedua diduduki oleh IAIN Bone dengan mengumpulkan lima medali emas, lima perak, dan lima perunggu, kemudian disusul oleh IAIN Kendari di posisi ketiga, dengan perolehan lima emas, satu perak dan empat perunggu. Setelah UIN Alauddin selesai
gelar kegiatan POROS Intim, ditunjuklah IAIN Gorontalo sebagai tuan rumah POROS Intim pada tahun 2020 mendatang. Persiapan Singkat Sebagai tuan rumah, UIN Alauddin Makassar hanya memiliki waktu delapan bulan saja untuk memantapkan segalanya persiapan. Dimulai dari pembenahan lapangan di Kampus II, serta mengirim berkas administrasi ke 13 perguruan tinggi sebagai Petunjuk Teknis (Juknis). Pihak panitia juga melakukan penyuratan ke fakultas-fakultas agar menyiapkan atletnya untuk kompetisi tersebut. Wakil Rektor III bagian kemahasiswaan Prof Siti Aisyah Kara yang juga bertindak sebagai ketua panitia POROS Intim, mengaku bahwa persiapan yang dimiliki kampus terbilang cukup singkat. “Setelah rapat penentuan tuan rumah Maret lalu, kami hanya melakukan rapat persiapan satu kali di Kendari, dan dua kali di Makassar. Tapi internal kami tetap menyiapkannya,” jelasnya. Sedangkan kondisi kegiatan yang berlangsung di penghujung tahun ini, cukup menyulitkan pihak kepanitiaan, khususnya dalam persoalan anggaran. Hal itu ditengarai akibat dana dari Kementerian Agama yang mulai menipis. “Inikan akhir tahun kegiatannya dilaksanakan, dana dari kementrian mulai habis,” ungkapnya. Akibatnya, panitia hanya mampu memfasilitasi tempat untuk kontingen masing-masing PTKIN. Sementara biaya makan dan akomodasi selama mengikuti kompetisi ditanggung oleh perguruan tinggi bersangkutan. Dari kegiatan tersebut, Siti Aisyah juga menuturkan bahwa dengan bertepatannya ulang tahun UIN Alauddin Makassar yang ke 53, diharapkan kampus akan semakin dewasa dalam mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengintegrasi. “Kami mengapresiasi keterlibatan kontingen se-Indonesia Timur. Apalagi bertepatan dengan hari jadi kampus juga. Semoga keputusan kami jadi tuan rumah
menjadi tonggak keberanian untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PTKIN lainnya,” tuturnya. Lebih lanjut, Siti Aisyah berharap kedepannya agar kegiatan seperti POROS Intim ini tetap dilaksanakan. Iapun juga mengingatkan kepada mahasiswa PTKIN agar memperlihatkan eksitensinya di skala nasional dan menunjukkan bahwa mahasiswa PTKIN tidak tertinggal. “Saya berharap mahasiswa PTKIN muncul kepermukaan, jangan selalu menganggap dirinya tidak mampu,” ungkapnya. Lebih lanjut, Prof Siti Aisyah berharap event seperti POROS Intim harus tetap dilaksanakan karena untuk menunjukkan jati diri UIN Alauddin Makassar sebagai PTKIN Indonesia Timur yang bergensi. Kinerja Panitia Pada kegiatan yang berlangsung selama tujuh hari itu, Salah satu peserta dari kontingen IAIN Palu, Andi Isra Laraga menyebutkan bahwa pelayanan dari panitia
POROS Intim UIN Alauddin Makassar sudah sangat baik, karena pihak panitia menjalin komunikasi intens terhadap peserta. “Pelayanan alhamdulillah baik, dibantu juga pada saat kegiatan itu, dibelikan satu dos minuman pada saat lomba waktu itu,” ujarnya. Berbeda, di lain tempat beberapa peserta justru mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh pihak kepanitiaan. Salah satunya adalah peserta asal IAIN Watampone, Nur Fikriana Aulia mengeluhkan kurangnya perhatian panitia terhadap kondisi kesehatan peserta. “Waktu pembukaan bagusji, tapi setelah Technical Meeting, ada temanku yang sakit, nda sempat ikut Technical Meeting, kemudian saya hubungi salah satu panitia tapi tidak diangkat. Adaji panitia lain yang angkat tapi tidak direspon baik. Dia bilang itu resiko nda ikut Technical Meeting,” ungkap wanita kelahiran Mei tersebut. Sementara itu, WR III IAIN Bone, Drs Aminullah juga mengeluhkan lisensi wasit yang memimpin pertandingan di PO-
ROS Intim. “Semua wasit yang memimpin pertandingan harus profesional. karena inti dari kegiatan ini adalah semangat PTKIN se–Indonesia Timur yang dikedepankan,” ungkapnya. Tapi Aminullah kemudian memaklumi segala kekurangan dari kepanitian POROS Intim yang berlangsung di UIN Alauddin Makassar itu, karena menurutnya kegiatan ini merupakan yang pertama dilaksanakan, khususnya di Indonesia Timur. Lain halnya dengan penanggung jawab kontingen asal IAIN Palopo, Irwanto memberikan apresiasinya kepada UIN Alauddin Makassar yang dianggapnya sukses menjalankan kegiatan, sekaligus menjadi tuan rumah dalam kegiatan POROS Intim tersebut. “Saya rasa, UIN Alauddin sukses menggelar kegiatan ini, walaupun ada yang kurang, tapi itu dimaklumi karena kegiatan ini pertama kalinya, ” ujarnya. *Penulis: Muh. Junaedi *Editor: Anugrah Ramadhan
KLARIFIKASI Terjadi kesalahan penulisan gelar Prof Lomba Sultan pada rubrik Sorot edisi 106 dengan judul berita Taman Kampus Terbengkalai di halaman tujuh paragraf 18.
pada halaman ketujuh, tabloid washilah edisi ke 106, telah terjadi kesalahan penulisan (typo) yang menyebut Prof Dr Lomba Sultan sebagai Wakil Rektor III.
Redaktur Pemberitaan: Anugrah Ramadhan
Persembahan oleh UKM Seni Budaya Esa dan Kolaborasi beberapa Mahasiswa UIN Alauddin saat membentuk formasi “POROS INTIM” dengan jumlah penari sebanyak 100 orang di lapangan Kampus II UIN Alauddin Makassar. Senin (05/10/2018)
22
WANSUS
www.
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
washilah .com
Dr Hj Yuspiani Kabiro AAKK Baru UIN Alauddin Biodata Nama Dr. Hj. Yuspiani., M.Pd Tempat Tanggal Lahir Jakarta, 17 Juli 1971 Riwayat Pendidikan: SD Negeri Kabupaten Wajo SMP Negeri Kabupaten Wajo SMA Negeri 1 Kabupaten Gowa S1 Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin S2 Manajemen Pendidikan PPs Universitas Negeri Makassar (UNM) S3 Program Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar
Washilah – Kepala Biro (Kabiro) Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama (AAKK) UIN Alauddin Makassar yang baru dilantik langsung oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Pada Senin 15 Oktober 2018 lalu, Kabiro AAKK yang lama Drs Nuraini Gani menyerahkan jabatannya kepada Dr Hj Yuspiani di Gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar. Eks Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Selatan ini memiliki banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus segera diselesaikan, salah satunya menangani nomor ijazah alumni yang belum terdaftar di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Karir baginya bukan hanya tanggung jawab atau amanah tetapi merupakan pengabdian yang harus dilakukan untuk orang banyak. Berikut petikan wawancara Reporter Washilah dengan Kepala Biro AAKK, Dr Hj Yuspiani. Kamis (25/10/2018). Apa tugas dan fungsi Kabiro AAKK di UIN Alauddin Makassar ? Salah satu fungsi akademik adalah memediasi program dari jurusan-jurusan atau program masing-masing fakultas agar berjalan dengan baik, sesuai dengan SOPnya. Terselenggaranya pembelajaran seluruh civitas akademik bisa berjalan dengan baik. Ini terkait juga dengan sarana dan prasarana, kenyamanan dosen dalam mengajar, relevansi dan kuantitas fasilitas kampus, realisasi kurikulum yang diberikan. Jadi mengontrol pelaksanaan akademisi, sitem pembelajaran di PT dapat berjalan dengan baik. Semua kaum intelek dan profesional hadir di dalam kampus, tinggal bagaimana mengatur segala peraturan agar berjalan dengan baik. Apa langkah-langkah anda dalam merealisasikan visi dan misi ? Visi dan misi pribadi, bagaimana melihat dan membangun kampus ini sesuai
dengan visi dan misi kampus. Visi bukan hanya untuk diingat tetapi bagaimana kita melakukan sesuatu selalu berdasar pada Perguruan Tinggi, bukan untuk dihafal tapi bagaimana untuk diimplementasikan. Nah, semua ini harus diwujudkan bersama. Program kerja apa yang telah anda rumuskan ? Rencana kegiatan satu semester kedepan ada enam poin diantaranya: Pertama, melakukan koordinasi internal untuk sinkronisasi tenaga pelaksana AAKK pada lingkup rektorat, lingkup fakultas dan lingkup pasca yakni Wakil Direktur, Kepala Prodi (Kaprodi)/Sek dan penjaminan mutu. Kedua, melakukan koordinasi untuk review terhadap pelaksana kegiatan, anggaran pada biro, dan sinkronisasi pelaksana kegiatan AAKK yakni antar internal rektorat, antar rektorat dan fakultas, antar fakultas dan jurusan dan antar internal jurusan. Ketiga, memastikan pelaksanaan pembelajaran sesuai dan mengacu pada UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Presiden (PP) Republik Indonesia (RI) No 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) No 44 tahun 2015 tentang standar nasional (mutuproses-hasil). Memastikan claster capaian pembelajaran sesuai keluasan dan kedalaman ilmu bersandar pada prodi (menelaah kurikulum) pada tiap jurusan/prodi S1, S2 dan S3. Keempat, mengurai keruwetan capaian akreditasi yakni prodi/jurusan, fakultas, dan universitas. Kelima, mencari solusi untuk pembiayaan dan peningkatan akreditasi untuk mencapai nilai A minimal B+, meletakkan panduan strategis yang efektif tentang penyusunan borang pada semua tingkatan, menetapkan kebijakan pendampingan internal dengan melibatkan asesor internal, dan memastikan sinergitas pelaksanaan tridarma PT yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Keenam, melakukan review dan kepastian database alumni dan sebarannya. Apa langkah awal anda setelah menjabat sebagai Kepala Biro AAKK ?
Pertama, melakukan koordinasi dengan rektor bahwa saya siap bekerja dan saya siap dibimbing. Kedua, memanggil semua Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubag) dalam lingkup rektorat, tujuannya sama untuk menjalin koordinasi. Ketiga, hal serupa juga saya lakukan terhadap Kabag dengan bidang-bidang akademik di masing-masing fakultas. Tujuan dari koordinasi ini adalah untuk mengetahui program yang sudah berjalan dan apa saja hambatan-hambatannya, setelah diketahui program-programnya, kemudian didiskusikan program prioritas untuk dijalankan. Menjelang proses akreditasi kampus, adakah arahan khusus dari rektor? Bukan arahan dari rektor, tapi rektor berbagi agar bagaimana kita serius menangani persoalan ini dan bisa membantu untuk bersama-sama menghadapi akreditasi. Sekarang, sementara proses beberapa prodi yang secara keseluruhan untuk ditingkatkan akreditasinya. Pekerjaan pertama saya adalah meningkatkan akreditasi karna untuk meneropong suatu lembaga dilihat dari akreditasi, kalau akreditasinya C sudah bisa tergambar bahwa lembaganya di bawah rata-rata. Intinya kita harus kerja keras. Karena meyangkut administrasi, artinya menyangkut semua manejemen. Masalah nomor ijazah yang belum terdaftar di Dikti, tindakan seperti apa yang Anda ambil dalam menangani hal tersebut ? Masalah nomor ijazah yang belum terdaftar di Dikti, salah satu penyebabnya adalah masalah komunikasi, ada kemungkinan terlambat melapor ke Dikti, atau ada berkas/ dokumen yang belum lengkap. Jadi, langkah sementara yang dilakukan yaitu sinkronisasi data, dilanjutkan dengan program yang sudah berjalan. Solusi ketika ada permasalahan adalah diskusi, unsinkronisasi pendataan mahasiswa mulai dari jurusan, fakultas dan rektorat, sementara dicarikan jalan keluar. Ini penting karena kampus milik mahasiswa calon intelektual. Kalau dari data saja tidak sinkron, bagaimana kemudian membahas tentang mutu pendidikan di kampus. Apakah anda berencana untuk membuka prodi/jurusan baru di UIN Alauddin
Makassar ? Tidak menutup kemungkinan, karena masalah dibukanya jurusan baru, tergantung dengan animo masyarakat dan rata-rata jika prodi baru dibuka jumlah mahasiswa akan membludak. Saya kira pengaturan yang baik adalah sinkronisasi antara kebutuhan pembelajaran dengan sarana dan prasarana, atau kurikulum bisa terimplementasikan dengan baik. Meskipun dilakukan penggenjotan kurikulum tetapi sarana dan prasarana tidak mendukung, tidak akan tercipta sinergitas, begitupun sebaliknya. Pada dasarnya kami membuka diri, tapi tidak serta merta karena ada beberapa proses, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan anggaran yang ada. Sebelumnya dilakukan survey-survey ke sekolah sekolah dengan melihat minat dan kesukaan anak-anak. Terkait masalah bentrok, sebenarnya apa faktor penting yang harus dibenahi di UIN Alauddin Makassar ? Mahasiswa baru harus diberi pembinaan karakter, saya dengar ada program Caracter Building Training (CBT) tapi sejauh ini belum maksimal, harus dievaluasi. Jadi, mahasiswa harus digembleng sabaik-baiknya, bagaimana dia harus mencintai kampusnya sendiri bukan malah merusak fasilitas kampus sendiri. Itu terkait juga dengan Pembimbing Akademik (PA), kalau seandainya kita konsisten menjalankan tugas paling tidak, bisa meminimalisir masalah seperti ini, berilah sedikit arahan dan motivasi. Jangan hanya sekedar diberi tanda tangan, melihat mahasiswanya pun tidak. Hal seperti ini sudah di luar tanggung jawab, jadi kesadaran masing-masing pihak. Makanya hal seperti itu yang harus diperbaiki ke depannya. Tugas apapun yang dilakoni, harus dilaksanakan secara tanggung jawab. Apa harapan Anda ke depan agar sistem manajemen pendidikan di UIN Alauddin dapat berjalan dengan baik ? Saya berharap di kampus akan ada satu aplikasi, begitu dibuka aplikasi itu, bisa mengetahui keadaan mahasiswa, kinerja pegawai, dosen dsb. Jadi ada satu link atau situs aplikasi yang mengatur, ketika dibuka, seluruh manejemen di PT semua bisa dibaca. Sebenarnya butuh kerja keras, tapi saya kira modern ini, zaman serba digital semua serba teknologi yang sudah canggih, jadi sudah seharusnya seperti itu. Ketika misalnya dosen ada yang mengeluh masalah sarana yang tidak bagus, itu kemudian bisa terbaca. Fungsinya memantau, mengevaluasi dan mengetahui secara detail masalahmasalah di kampus. UIN itu luas, dengan hadirnya aplikasi ini akan memudahkan pemantauan ke tiap-tiap fakultas. Juga berharap melahirkan mahasiswa yang memiliki kecerdasan komprehensif dan mahasiswa yang mampu menjiwai visi dan misi kampus. *Penulis: Nur Fitri Rauf *Editor: Suhairah Amaliyah
LINTAS
www.
washilah .com
Edisi 107| Rabiulawal 1440 Hijriyah | November 2018 Masehi
23 Foto bersama peserta PJTLN dengan Gloria Faransisca , salah satu pemateri PJTLN Pijar Universitas Sumatera Utara (USU). Gloria membawakan materi tentang bagaimana cara menjadi jurnalis yang Multikultural di Mess Pemprov USU. Rabu (18/07/2018).
Perjalanan PJTLN Dengan Beragam Cerita M edan adalah Ibu Kota Sumatera Utara dan menjadi tujuan wisata dengan keberagaman etnis dan budaya. Medan menjadi salah satu lokasi Pelatihan Jurnalistik Tingkat Nasional (PJTLN) yang dilaksanakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Universitas Sumatera Utara (USU) untuk pertama kalinya. Di usianya yang masih terbilang belia yaitu lima tahun, mereka mampu mengadakan kegiatan besar seperti ini dengan mendatangkan peserta dari berbagai LPM yang ada di Indonesia. Meskipun masih banyak kekurangan-kekurangan, hal itu patut diapresiasi dan bisa menjadi pelajaran untuk kegiatan selanjutnya. Selama kurang lebih lima hari kegiatan, cukup meninggalkan banyak cerita dan tak mudah untuk dilupakan khususnya saya pribadi. Dengan rasa percaya diri, akhirnya saya bisa berangkat untuk mengikuti PJTLN. Meskipun banyak guncangan yang
saya hadapi sebelum berangkat, mulai persiapan yang masih belum ada, dana yang masih kurang dan lain sebagainya. Namun karena tekad yang kuat, saya berangkat pada tanggal 14 Juli 2018 dengan dukungan orang-orang terdekat. Cukup beranikan diri untuk selangkah lebih maju. Maka semua akan berjalan dengan baik. Seminar Nasional merupakan kegiatan pertama yang diadakan dengan Mengusung tema “Writerpreneur” Penulis Tak Sekedar Penulis,” mengajak kami untuk lebih memahami penulis itu seperti apa. Namun karena terlambat sampai di lokasi, saya diberi waktu untuk beristirahat sembari menunggu materi pertama selesai dan sorenya kami akan berangkat ke Brastagi, yang menjadi lokasi PJTLN selama beberapa hari kedepan. Satu yang paling teringat tentang Brastagi, suasana dingin yang menyelimuti, namun itu tak membuat kami untuk berdiam diri dan merasakan dingin,
Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) Teras Horas 2018 di Mess Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU) Kabupaten Tanah Karo pada Senin (16/07/2018). kami tetap bercengkrama dan saling mengenal satu sama lain. Desa Karo dikenal dengan adatnya yang masih kental, salah satunya dengan memakai sarung ketika berkunjung ke tempat tersebut. Sarung yang dipakai perempuan harus sampai mata kaki, sementara laki-laki sampai bawah lutut, hal itu untuk menghargai masyarakat setempat. Karena dulunya mayoritas masyarakat Karo menggunakan sarung sebagai pakaian. Tarian khas suku Karo menyambut kedatangan kami, dengan menampilkan empat jenis tarian dan pada tarian terakhir peserta dan panitia diajak untuk ikut menari bersama sam-
bil berteriak mengatakan “Teras Horas Majuajua,” sekedar mengucapkan tanpa tahu artinya. Setelah itu, kami diberi arahan untuk bergabung dengan kelompok yang telah dibagikan sebelumnya. Kelompok saya mendapat tugas untuk meliput tentang aksara suku Karo, yang dulunya dipercaya orang-orang dapat menyembuhkan penyakit. Namun saat ini sudah tidak lagi digunakan. Setelah beberapa hari mengikuti PTJLN, danau Toba menjadi perjalanan yang paling menyenangkan. Meskipun awalnya merasa ragu untuk menyeberang ke Pulau Samosir, karena baru saja terjadi insiden teng-
gelamnya kapal di danau Toba dan hanya beberapa orang saja yang selamat, bahkan masih ada korban yang belum ditemukan. Alhamdulillah kami sampai di pulau Samosir dengan selamat. Setibanya di sana, makam raja Sidabutar menjadi kunjungan pertama kami, setelah itu ke patung si Gele-gele dan menari bersama. Membeli souvenir menjadi perjalanan terakhir kami, sebelum kembali ke daerah asal masing-masing. *Penulis: Rahmania *Editor: St Nirmalasari