3 minute read
Menjumpai Karakter Perempuan pada Sastra
from BSE
Agung Prayoga
16
Advertisement
PERJUMPAAN ITU tak disangka. Akibat dari pembacaan ulasan yang serampangan, bertemulah saya dengan karya sastra ini. Saya tidak yakin harus menyebutnya dengan karya sastra apa. Entah sastra stensil, sastra dewasa, atau bahkan sastra saru. Yang jelas, mereka tak bisa didefinisikan dengan gampangan, dengan ‘karya yang memuat konten mesum’ atau definisi semacamnya.
Agar tulisan ini memiliki pokok pembicaraan yang jelas, maka saya akan menyebutnya dengan sastra perempuan. Lalu agar lebih jelas, saya akan mengatakan bahwa sastra perempuan yang saya maksud ialah karya sastra yang menjadikan atau melibatkan perempuan dalam penceritaannya. Banyak sekali karya yang menjadikan perempuan menjadi objek cerita atau hanya menjadi pemanis atau pelengkap.
MENJUMPAI KARAKTER PEREMPUAN PADA SASTRA
Namun saya akan menceritakan apa yang bisa diceritakan. Dalam pembacaan selama ini, saya menjumpai berbagai macam karakter dari berbagai macam cara dan gaya penceritaan. Dalam novel Vegetarian, saya menjumpai banyak tokoh perempuan. Dengan gaya bercerita sudut pandang kedua, tokoh utama bernama Young Hye dikisahkan menjadi seorang vegetarian akibat dari mimpi-mimpi aneh yang ia alami. Seakan-akan mimpi itu adalah suatu aturan, ia memutuskan menjadi vegetarian selama hidupnya. Meski tak bicara banyak soal vegetarianisme—bahkan tak bicara apa pun soal itu, novel ini mengisahkan tentang hal yang sepatutnya tidak diusik. Keputusan untuk menjadi apa dan bagaimana, meski akan menyakiti atau merugikan diri sendiri adalah mutlak milik pribadi. Sehingga ketika orang-orang di sekitar Young Hye panik, marah, dan tidak terima, timbul arah penceritaan yang lebih suram dan memikat sekaligus. Novel ini memberikan sedikit gambaran bahwa untuk menjadi berbeda, meski untuk diri sendiri, akan menimbulkan gejolak sosial.
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh Haruki Murakami dalam novel pertamanya, Kaze No Uta O Kike atau dapat dikenali oleh pembaca Indonesia dengan judul dengan Dengarlah Nyanyian Angin menceritakan kisah kehidupan tiga orang pemuda melewati delapan belas hari di suatu musim panas. Novel ini berhasil memberi gambaran bagaimana kehidupan pemuda Jepang pada masa 60-an melalui tokoh Aku, Nezumi, dan pacarnya. Dalam novel ini, kedua tokoh perempuannya (Nezumi dan pacar tokoh Aku) memiliki kebiasaan yang tak sesuai dengan budaya timur. Hal ini dapat dirasakan saat membacanya, begitu kental nuansa 17
18
AGUNG PRAYOGA
kebarat-baratan baik dari segi latar maupun karakter dan tingkah laku tokoh yang tak bersesuai dengan adat ketimuran. Mulai dari budaya seks bebas hingga minum-minuman keras dilakoni oleh mereka. Dalam novel ini ditunjukkan karakter perempuan yang liar dan sembarangan. Meski saya tak bisa mengatakan bahwa sang tokoh Aku lebih baik, dalam hemat saya yang bersifat patriarkis, hal-hal yang dilakoni oleh kedua tokoh perempuan itu tak pantas dilakukan oleh perempuan.
Bagaimana dengan cerita pendek? Saya pernah membaca beberapa cerpen yang berkaitan erat dengan perempuan. Satu cerpen yang menarik perhatian saya adalah cerpen karya Clara Ng yang berjudul Malaikat Jatuh. Dalam cerpen ini ditunjukkan bagaimana hubungan seorang ibu dengan anaknya. Dikemas dengan unsur magis, saya melihat bagaimana sang ibu harus bergulat dengan konflik yang ia alami. Cerpen ini dengan sungguh-sungguh berusaha menarik simpati pembaca. Sang tokoh ibu, Louissa Manna yang telah hidup beratus tahun dan kehilangan beratus perihal yang ia cintai merasa tak sanggup lagi kehilangan seorang anak, Mae yang terkena penyakit ganas. Karena itu, Louissa Manna melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan dan dituliskan dalam tulisan ini. Jika saya melihat ada kegigihan seorang ibu, lain hal-nya dengan Milan Kundera dalam novelnya yang berjudul Pesta Remeh-Temeh. Saya diperlihatkan kegigihan yang lain. Jika dalam cerpen Malaikat Jatuh diperlihatkan sebuah kegigihan untuk mempertahankan, maka dalam novelnya Milan Kundera memperlihatkan sebuah kegigihan untuk membinasakan. Yang bisa diketahui jika telah mem-
MENJUMPAI KARAKTER PEREMPUAN PADA SASTRA
baca novelnya.
Seluruh tokoh perempuan yang saya temui dalam pembacaan selama ini memiliki karakter yang berbeda. Ada kompleksitas dalam diri perempuan yang ingin ditunjukkan dalam Vegetarian, yang meski tak sepenuhnya setuju, sejalan dengan pernyataan ‘wanita itu sulit dipahami’. Lalu kenakalan-kenakalan perempuan coba ditunjukkan dalam Dengarlah Nyayian Angin. Dari novel ini saya dapat melihat bahwa perkembangan zaman yang begitu pesat dan merebak bagai virus dapat mengubah wajah suatu bangsa. Saya mengenal negeri Jepang, dalam buku-buku pegangan sewaktu sekolah menengah, bahwa Jepang merupakan negara yang erat dengan unsur tradisional. Dan masih banyak lagi macam karakter perempuan yang pernah dan belum saya temui dalam karya sastra.
Dalam pembacaan selama ini, saya menemukan bahwa karakter perempuan dalam karya sastra memiliki satu kesamaan, yaitu mereka tak pernah sama. Mereka selalu tampil dengan gaya dan penampilan masing-masing. Dan begitu juga dengan karakter lelaki, mereka juga tak pernah sama. Namun yang menarik dalam penceritaan perempuan dalam karya sastra adalah mereka tak pernah sama! Ya, setidaknya dalam pembacaan saya selama ini. [] 19