5
Radar Mukomuko senin, 2 november 2015
Aspal Hotmix Jalan Nasional Tanpa Finisher 140 Poktan Dibantu Pupuk dan Irigasi METRO – Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan (DP3K) Kabupaten Mukomuko beri bantuan pupuk dan perbaikan irigasi pada 140 kelompok tani (Poktan). Adapun jenis pupuk yang diberikan adalah NPK dan urea. Diperuntukan pada lahan seluas 4.353 hektare se-kabupaten, dalam satu hakter poktan dapatkan 50 kg pupuk. Sedangkan pembuatan irigasi dalam satu hektare diterima poktan Rp 1.100.000. Untuk saat ini pembagian pupuk sudah selesai tinggal lagi perbaikan irigasi. Kemungkinan akan rampung pada pertengahan November 2015. Kepala DP3K Kabupaten Mukomuko, Eddy Aprianto, SP, M.Si melalui Kabid Sarana dan Prasarana, Elsandi Ultria Darma, S.TP M.Ec. Dev mengatakan luas lahan se-kabupaten 4.353 haktere dari 140 poktan yang ada dan dibagi dalam satu hektare sebanyak 50 kg. Pupuk ini merupakan bantuan dari pusat melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). ‘’Jadi jumlah pupuk keseluruhan yang dibagikan kepada masyarakat sesuai luas lahan sebanyak 217.650 kg. Bagi yang berhak menerima pupuk NPK dan urea adalah petani yang masuk kedalam poktan. Sedangkan bantuan pupuk untuk tahun selanjutnya belum bisa dipastikan, karena keputusannya berada ditangan pusat,’’paparnya. Dia menambahkan selain pupuk poktan juga menerima bantuan perbaikan dan pembuatan irigasi pengairan. Untuk pembuatan dan perbaikan irigasi diberikan bantuan dalam satu hekatar Rp 1.100.00. Adapun tim pendamping pembuatan irigasi adalah Petugas Pertanian Kecamatan (PPK) dengan Bintara Pembina Desa (Babinsa). Kalau ditotolkan anggaran yang diserap untuk bantuan perbaikan irigasi pengairan sebanyak Rp 4.788.300.000. ‘’Untuk pengeolaan perbaikan dan pembuatan irigasi pengairan diserahkan kepada poktan dan didampingi oleh PPK dan Babinsa. Dengan adanya program perbaikan irigasi ini dapat membantu masyarakat dalam bercocok tanam baik itu padi, jagung, kedelai dan lainnya,’’tutup Elsandi Ultria Darma.(dom)
PPK: Boleh, Tergantung Medan METRO –Pembangunan jalan nasional program Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU), melalui Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Provinsi Bengkulu, diharapkan dapat terlaksana sesuai mutu. Salah satunya, proyek pelebaran Jalan Mukomuko-Bantal dengan panjang sekitar 50 kilo meter. Pelaksanaan pembangunan ini bersumber dari dana pinjaman bank dunia program Western Indonesia National Roads Improvement Project (WINRIP). Dengan nilai kontrak lebih kurang Rp 228 miliar yang dimenangkan oleh PT Hutama Karya (HK) persero. Anehnya, beberapa lokasi pekerjaan, penghamparan aspal tanpa menggunakan alat asphalt finisher. Seperti yang ditemukan ketika pengaspalan di kawasan Kelurahan Koto Jaya, Kecamatan Kota Mukomuko pada Jum’at dan Sabtu (30-31/10) lalu. Penghamparan aspal dengan sistem manual, menggunakan alat berat jenis grader. Hal ini menimbulkan pertanyaan warga. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Bengkulu, Diky, ketika dihubungi Radar Mukomuko (RM) kemarin.
Pihaknya menyebutkan, ada beberapa titik lokasi penghamparan aspal yang boleh dikerjakan secara manual, tanpa menggunakan alat asphal finisher. Hal ini telah mendapat persetujuan semua pihak dan telah dirapatkan secara bersama dengan PPK. Menurutnya, pekerjaan secara manual ini, malah merugikan rekanan kontraktor. ‘’Untuk ruas Mukomuko-Bantal, kalau tidak salah sekitar 5 hingga 10 kilo meter boleh dilaksanakan secara manual,karena tidak terjangkau dengan alat finisher. Ini dikarenakan medannya yang sempit dan tidak bisa menggunakan alat finisher. Sebenarnya, pekerjaan secara manual ini malah merugikan kontraktor. Namun memang ada sedikit pengaruhnya terhadap kualitas pekerjaan, terutama suhu kalori aspal,’’ ungkap Diky. Dia menjelaskan, yang diharuskan menggunakan alat finisher, pengaspalan jalan minimal dengan lebar 2 meter. Jika ditemukan adanya pekerjaan tanpa menggunakan finisher, hal itu bukan disebabkan tidak adanya alat tersebut. ‘’Bukan dikarenakan alat finishernya tidak ada. Tetapi untuk memakai alat finisher itu minimal bukaan jalan 2 meter, dan itu
RUSDI/RM
HOTMIX: Pengasapalan jalan nasional tanpa menggunakan finisher, terlihat pelaksanaan penghambaran aspal menggunakan alat motor grader di wilayah Kelurahan Koto Jaya pada Sabtu (31/10) lalu
harus. Bahkan kalau dilaksanakan s ecara manual, dengan meng gunakan tenaga orang pekerjaan akan lamban, maka pakai bantuan alat grader. ‘’Kalau lokasinya lebar, rugi kontraktornya pakai sistem manual,’’ tegasnya. Disisi lain, ia berterima kasih kepada masyarakat yang ikut mengawasi
jalannya pembangunan di daerah masing-masing, untuk menciptakan pembangunan yang berkualitas. ‘’Kita berterima kasih kepada warga yang telah ikut mengontrol jalannya pembangunan jalan. Kami sebagai PPK, untuk pelaksanaan di lapangan juga telah menugaskan konsultan pengawas,’’ pungkasnya. (nek)
MTQ Tingkat Provinsi, Mukomuko Rangking 5 METRO – Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat provinsi beberapa waktu lalu, Kabupaten Mukomuko mengutus 29 orang kafilah, untuk mengikuti beberapa cabang perlombaan. Namun dari jumlah tersebut, hanya 2 bidang yang bisa dikuasai, yaitu Tartil juara I atas nama Nugroho, kemudian juara 1 Fahmil Quran yang diwakili Fadjri, Windi, Desi. Juga berhasil menyabet juara 2 tilawah dewasa oleh Islamis-
asni, juara II Qiraat sab’ah laki-laki atas nama Asahar dan perempuan juara III diwakili Tintin. Selebihnya ada diantara mereka hanya memperoleh juara harapan. Hasil ini membuat Kabupaten Mukomuko hanya bisa berada pada 5 besar se Provinsi Bengkulu. Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Mukomuko, Drs. H Zainal Abidin, MH melalu Kasi Bimas Islam, Drs. H
Harmaini mengatakan lomba MTQ yang dilakasanakan pada Senin (26/10) hingga Sabtu (31/10) kemarin. Kabupaten Mukomuko menduduki peringkat kelima se-provinsi. Walau demikian mereka bangga, ini membuktikan bahwasan peserta dari Mukomuko mempunyai skil dalam ilmu keagamaan. ‘’Hasil yang diperoleh peserta Mukomuko lumayan merupakan usaha dan semangat mereka selama
m e n g i ku t i p e r l o m b aa n , juga tidak terlepas dari doa masyarakat. Disamping itu seleksi yang dilaksanakan dua kali kemarin tidak siasia,’’paparnya. Dia menambahkan setelah selesai diumumkan hasil perlombaan MTQ pada Sabtu (31/10) semua peserta langsung dipulangkan. Untuk jadwal keberangkatan perlombaan ditingkat nasional sementara waktu belum dapatkan informas-
inya. Apakah dilaksanakan bulan ini ataupun pada akhir tahun. Begitu juga dengan tempat penyelenggaraannya nanti, kemungkinan akan dilaksanakan di pulau Jawa. ‘’ Tentang masalah perlombaan tingkat nasional saya belum mendapatkan i nfor masi . Kare na p e n anggung jawab perlombaan tingkat nasional oleh Provinsi Bengkulu,’’tutup Harmaini.(dom)
Cabai Naik Tipis, Pedagang Belum Untung Setiap Minggu, Nelayan PIM Keluarkan 48 Ton Udang Sae METRO – Kemarin Minggu (1/11) di pasar Koto Jaya, Kelurahan Koto Jaya harga cabai merah mencapai yaitu Rp 17 ribu/kg. Harga ini sedikit mengalami kenaikan dari harga sebelumnya yaitu Rp 15 ribu/ kg. Walaupun mengalami kenaikan pedagang belum puas, sebab masih jauh dari harapan. Penyebab tidak kunjung naiknya harga cabai ini karena jumlah pengunjung sedikit sedangkan pemasokan cabai cukup besar. Selain cabai dari Kerinci, cabai kampung juga cabai dari Jawa dan Medan. Pedagang pasar Koto Jaya, Zulkarnaen men-
gatakan memang padagang cabai akhir minggu tidak mengalami keuntungan malahan mengalami kerugian. Karena harga cabai yang diambil dari petani yaitu ke Kerinci Rp 16 ribu/kg. Sedangkan harga yang dijual di pasar ini hanya Rp 17 ribu/kg. Selisih Rp 1 ribu tidak mencukupi dengan biaya tranfortasi pulang balik ke Kerinci. Ditambah lagi daya jualnya saat ini sangat berkurang karena pengujungnya sedikit. ‘’Jangankan untung malah modal yang ditariknya. Karena harga yang dijual tidak jauh berbeda dengan harga yang dibeli. Sudah murah dijual seperti ini stok cabai tidak kunjung habis,’paparnya. Senada disampaikan, Buyung mengatakan untuk saat ini harga cabai sedikit mengalami kenaikan dari harga minggu lalu. Dimana sebelumnya Rp 15 ribu/kg sekarang dijual Rp 17 ribu/kg. Kalau penyebab turunnya harga cabai, karena turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS). Ditambah lagi hasil panen sedikit mengalami penurunan. ‘’Mungkin gara-gara harga TBS turun maka pembeli cabai juga berkurang. Selain itu kemungkinan disebabkan karena pemasokan cabai dari luar cukup banyak,’’tutup Buyung. (dom)
METRO – Setiap minggu setidaknya, 48 ton udang sae keluar dari nelayan PIM Kelurahan Koto Jaya. Data ini terlihat dari penjualan 6 orang toke udang sae yang ada di wilayah ini. Rata-rata satu orang pedagang membawa udang keluar daerah 2 kali dalam seminggu sebanyak 8 tons. Adapun tangkapan nelayan PIM akhir minggu ini, dalam satu hari mengeluarkan udang sae 5 pis atau setara 350 kg dalam keadaan basah. Ditambah lagi tangkapan ikan lainnya seperti baledang, gambolo, kape-kape, blato dan lainnya. Pedagang ikan kering, Novita Sari mengatakan dalam satu minggu mampu menjual ikan kering keluar daerah Padang, Sumatera Barat (Sumbar) rata-rata 8 ton dan sedikitnya 4 ton. Ikan kering yang dijual ini didominasi oleh udang sae. Apalagi dalam minggu ini tangkapan nelayan mengalami peningkatan dari minggu sebelum setelah digelar doa bersama. ‘’Seperempat tangkapan nelayan ini menjual kepada saya, selebihnya mereka jual ke pedagang lain. Dalam satu minggu udang sae kami jual ke Padang sebanyak dua kali, sekali jual mencapai 4 ton lebih. Ditambah lagi ikan kering lain seperti mencapai ratusan kilo gram,’’tutur Novita Sari. Nelayan PIM Kelurahan Koto Jaya, Syarial mengatakan jumlah pedagang ikan kering yang ada disini sebanyak 6 orang dan ditambah pedagang musiman. Mereka mengumpulkan ikan kering yang didominasi udang sae dalam satu minggu mencapai 8 ton lebih. Kalau dikalikan dengan jumlah pedagang maka nelayan PIM mengeluarkan udang sae dalam seminggu sekitar 48 ton. Walaupun demikian ketika tidak musim udang sae maka pedagang mampu menjual keluar daerah 24 ton. ‘’Saat ini tangkapan nelayan cukup lumayan yaitu satu harinya mencapai 5 pis dalam keadaan basah. Namun kendala sekarang ini, nelayan kesulitan pergi melaut pagi harinya karena pandangan tergganggu kabut asap. Tentu hal ini sangat merugikan nelayan PIM ini,’’tutup Syarial.(dom)