SARGA edisi Juli 2011

Page 1

Volume XXI Edisi II Bulan Juli Tahun 2011

Fakultas Teknik UNTAG Semarang

SARGA Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang

Dalat - The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages ~ Arch. MA. Nguyễn Huy Văn

Using Google Earth for the Curriculum in Department of Architecture ~ Gunawan Hendro Cahyono,S.Kom. and Eko Nursanty, ST.,MT

Penerbit : Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Lembaga Penerbitan Kota yang Ramah Lingkungan – Ir. Anwar, MT. Fakultas Teknik UNTAG SEMARANG Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore ~ Eko Nursanty, ST.,MT. dan Paul Septi Anis

ISSN : 0853-4748

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah ~ Ir. H. Djatmiko Waloejono, MT

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam ~ Ery Fatarina Purwaningtyas, ST., MT

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu ~ Wikanastri Hersoelistyorini dan Sri Sinto Dewi

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi ~ Ir. Retno Ambarwati, S.L., MT.; Ir. Darwati, MT.; Dedet

Foto by, Centre of Study Architecture and Tourism UNTAG Semarang; Nguyễn Huy Văn Location : Ho Chi Minh Post Office interior, eksterior; Dalat Architecture, Vietnam

i


MAJALAH ILMIAH TEKNIK – VOLUME XXI - EDISI 2 - BULAN JULI 2011

SARGA merupakan Jurnal Teknik yang diterbitkan oleh Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang, sebagai media publikasi ilmiah. Sajian tulisan dalam Jurnal Teknik ini dimaksudkan agar komunikasi antar pakar ataupun insane akademik selalu terjadi dan terakomodasi, sehingga akan terwujud perkembangan IPTEK sesuai dengan tuntutan pembangunan. Ketentuan penulisan naskah;

1. Tulisan merupakan naskah asli dan belum pernah dimuat atau diterbitkan pada media lain, 2. Naskah ditulis dengan tata bahasa ilmiah menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris, 3. Naskah diketik rapi 1,5 spasi dengan model huruf “Times New Roman 12” atau “Arial 11”, 4. Jumlah halaman naskah maksimal 15 halaman termasuk ABSTRAK terdiri maksimal 200 kata, 5. Redaksi berhak untuk menolak atau tidak menebitkan naskah yang kurang memenuhi persyaratan sebagai tulisan ilmiah.

6. Redaksi dapat menyesuaikan, mengedit penggunaan istilah atau bahasa sepanjang tidak mengubah isi maupun pengertiannya tanpa memberitahu penulis. Redaksi akan menghubungi penulis jika dipandang perlu mengubah isi naskah.

Redaksi: Pelindung: Dekan Fakultas Teknik UNTAG Semarang; Pembina: Prof. DR. Sarsintorini, SH. Mhum; Prof. Totok Roesmanto, M.Eng. : Penanggungjawab: Pembantu Dekan I FT UNTAG Semarang; Pemimpin Umum: Dr. Ir. Priyono Kusumo, MT. Dewan Redaksi: Ir. St. Muryanto, MEng.Sc.Ph.D. ; Ir. FM.Roemiyanto.MS; Ir. Loekman Mohamadi. MSc; Eko Nursanty. ST. MT. Ketua Lembaga Penerbitan : Ir. Retno Ambarwati, MT. Distributor: Supardi,SH. A l a m a t : Fakultas teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jl. Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur, Telp: 024-8320920 Fax: 024-8310939 Semarang. Online edition : http://www.scribd.com/sarga_untagsmg


Dari Redaksi Pembangunan IPTEK diarahkan agar pemanfaatan, pengembangan dan penguasaannya dapat mempercepat peningkatan kecerdasan dan kemampuan bangsa, mempercepat proses pembaharuan, meningkatkan kualitas, harkat dan martabat bangsa serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengembangan dan penerapan IPTEK harus didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan, penataan sistim kelembagaan serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Jurnal Ilmiah “SARGA” merupakan salah satu sarana yang disediakan bagi para sivitas akademika Fakultas Teknik UNTAG Semarang dalam upaya mengembangkan IPTEK, sehingga Kampus sebagai wahana kehidupan masyarakat ilmiah akan selalu tercipta. Jurnal Ilmiah „SARGA” terbit dengan menampilkan karya-karya ilmiah yang diangkat dari berbagai fenomena, sehingga materi yang disajikan pada terbitan kali ini cukup bermanfaat untuk dibaca dan dijadikan referensi. Pada edisi ini, perkenankan kami memperkenalkan penulis internasional pertama yang tulisannya berhasil kami tampilkan untuk menambah isi SARGA, seorang nara sumber, dosen dari Ho Chi Minh City University of Architecture. Diawali dengan kunjungan studi banding Prodi Arsitektur UNTAG Semarang pada bulan April 2011 ke Vietnam diharapkan menjadi awal kerja sama ilmiah antar universitas yang diantaranya adalah pertukaran informasi pada jurnal ilmiah satu sama lain. Akhir kata, selamat berkarya. Salam SARGAVASTU.

i


Daftar Isi Dari Redaksi ............................................................................................................................................................... i Dalat - The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages ............................... 1 1)

Arch. MA. Nguyáť…n Huy Văn ............................................................................................................................... 1

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture ....................................... 11 1)

Gunawan Hendro Cahyono,S.Kom. and 2) Eko Nursanty, ST.,MT.................................................................... 11

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan ...................................................................................................................................................... 18 1)

Ir. Anwar, MT. ................................................................................................................................................... 18

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore .............................................. 25 1)

Eko Nursanty, ST.,MT. dan 2) Paul Septi Anis .................................................................................................. 25

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah ......................................... 34 1)

Ir. H. Djatmiko Waloejono, MT. ........................................................................................................................ 34

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam ...................................................................................................... 38 1)

Ery Fatarina Purwaningtyas, ST., MT. ............................................................................................................... 38

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu ................................. 46 1)

Wikanastri Hersoelistyorini dan 2) Sri Sinto Dewi ............................................................................................. 46

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi ...................................................................................................................................................... 56 1)

Ir. Retno Ambarwati, S.L., MT.;

2)

Ir. Darwati, MT. dan 3) Dedet .................................................................... 56

ii


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Dalat - The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages 1) 1)

Arch. MA. Nguyễn Huy Văn

Faculty of Architecture – HCM City University of Architecture, Vietnam Email: 1) nguyenhuyvan@gmail.com

ABSTRACT Located in the NorthEast, about 280 kms from HCM city, with convenient connections both by highway and aviation, Da Lat is a famous tourist city of Vietnam. Dalat also known by the names: City of thousand flowers, Misty mountain town ... “The Valley of Love” – a romantic landscape of Dalat - is the sublimation space of lovers. Having similarities with Genting (Malaysia), Tagaytay (Philippines), Dalat is blessed to give a precious pearl; that is fresh air, cool weather around the year and the romantic landscapes with hills, valleys and the mix greenery to the urban spaces. Moreover, Dalat also attracts visitors by unique water landscapes. In the heart of the city, Xuan Huong Lake is a mirror reflecting the clouds and the attractive buildings looming in the mist. Chain of lakes stretching from northeast to southwest are connected by Cam Ly stream, that form several impressive waterfalls giving the famous sights for the city. Keyword: Dalat, architecture, landscapes, lake, attractive tourism, City of thousand flowers.

On its spectacularly natural background, the end of XIX century to middle of XX century, the French had built Dalat by orientation to develop a resort city recorded their hallmark. In here, architectural and natural space are closely intertwined, urban spaces interspersed with trees form an urban structure as ―spreading hand‖. Desire for ―a city of trees and greenery in the city"

as a version, not only full improvisation but also realistic of "Garden City" (Ebenazer Howard) - the famous utopian urban theory in the end of XIX century, the French honed ―precious natural pearl‖ for Dalat becoming a European style city in the SouthEast Asia with the architectural heritage and the urban landscapes marked by culture and history.

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

1


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

surrounding majestic mountains. Northern of the city is the highest peak of Langbian, including five deep blue tops. At the height of 2,615 m, it is like the "mother mountain" and its cubs are the hills and mountains forming the city. Dalat city is the best climates area in Asia. Although located in the tropics, in fact, the climate of this city have nuanced temperate with average 0 temperatures around 18 C degrees, creating cool air around the year. In here, they can sense the circle/ rotation of four seasons in one day. That is the thing makes the difference between Dalat with its surroundings. Dalat also creates a strongly impression with visitors by the rich of flora and fauna. The basic features of the city are forest and green carpets. Dalat pine forest includes over 10 different species, covered all valleys and slopes. Forest resources of Dalat are abundant, including orchids, bonsai, herbs and animal species. The forest of this city is the giant lungs, it is effective to cleaning the cool air of the highlands. So it is called: the city of pines, the city of thousand flowers. Below the hills and the mountains are the lakes and winding streams. By the rough terrain, they form numerous waterfalls and rapids. Cam Ly waterfall is less than 2 kms from city center. Around the city, Datanla and Prenn waterfall hid in valleys and hill slopes,

Figure 1: The Valley of Love – famous landscape of Dalat (Image source: Dalat Tourist Company)

Today, citizens of Dalat aware that nature and unique development history of the city are an invaluable asset and special significance, not only in the present but also in the period next stage of development in the future. Architectural heritage and urban landscapes of Dalat is reflected in the value of the morphological structure of urban space based on the topographic landscape and the harmonious combination between natural elements with culture and European architecture style, the most decisive style is architecture and urban planning of French. In Dalat, the architectural buildings in many categories marked the reception of the tendency and movement of architecture in the world. That are composed in all stages of Dalat historical development and combined with the value of natural and indigenous cultural for the formation of urban architecture spaces and unique landscapes to this highland city. CLIMATE AND NATURAL Located on the top of Langbian plateau, at an altitude of 1,500 m above sea level, Dalat terrain includes rounded hills and wavy undulating mountain top; all of them are covered by the

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

2


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

more distant place is cascade hydropower Ankroet with smooth grassy hills.

map of Indochina (including Vietnam, Laos and Cambodia at that time - the French colony). Late afternoon on 21th June 1893, Dr. Alexandre Yersin overcame the rugged mountains and came to this land in his expedition. There are the vast and stretches space, including the undulating terrain of plants carpet and species of pine between the fresh and cool atmosphere. All of them opened up before his eyes. Until then, A. Yersin never knew that he recorded his name as the man opening a new era for the city - as the prince woke the sleep of princess and she will be named Dalat. Up to half of century later, the French Figure 4: Alexandre Émile John Yersin (1863-1943), a Frenchlaid the Swiss Doctor. In 1889, he went to foundation Indochina and Attached his life in for Vietnam. He was the first Rector of the Hanoi Medical University development and founder of the Institute of of Da Lat Medical Epidemiology. He with mainstream orientation to build a resort city for their military officers and civil servants working in Indochina.

Figure 2: The attractive natural sceneries of Dalat (Image source: [7])

Figure 3: The ethnic minority women were exchanging agricultural products front of the villa, Dalat (Photographer: Raymond Chaneau, French 1925)

The chain of natural and man-made lakes is also a unique feature of Dalat. Cam Ly stream is a strip of silk connecting the big blue water reservoirs including Than Tho and Xuan Huong lake. Over many stages of development, Dalat people created water reservoirs. Lakes not only regulate water against flood but also form the charming beauty of the highland city. The water landscape is also the important idea throughout the planning projects of this city. HISTORY History of the city - starting from the accidental discovery

The formation period of city (19001914) In 1900, General Governor of Indochina Paul Doumer surveyed the

Until the late of XIX century, the Langbian highland was still a mystery and Dalat had never been appeared on a

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

3


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Langbian highland and decided Dalat to become a resort place for the French in Indochina. It is a great significance decision opening a period of the first development and mark the location Dalat on the map of Vietnam, Indochina and the world. The door for Da Lat becoming a resort and travel city in the future were half-opened. Railway development plan across the Indochina approved in 1898. Based on that, the connection railway from Phan Rang to Dalat formed at the same time the system road from Saigon to Dalat. In 1914, the first car appeared in Da Lat after going through many dangerous roads and steep hills. The planning program for development of Da Lat was also deployed.

initiative of Cunhac - Plenipotentiary of Dalat at that time. This landscape is valued as an important landmark for the city. The development period (1923-1939)

The regeneration period (1915-1923) The First World War (1914-1918) opened up new opportunities for Dalat because of increasing demand in vacation and residence of the French. Meanwhile, there were economic difficulties and the way to return France in the context of war. In addition, the system roads and rail-way completed, creating favorable conditions for the rapid development of Dalat. In March 1916, Dalat became the provincial capital of the newly founded Langbian province. Then, a wave of Europeans looking to Dalat for their living increased. The first hotel named "hotel du Langbian Palace" was started and it inaugurated in 1922. The hotel had its facade overlooking Xuan Huong Lake and still retain to now. Xuan Huong Lake (Grand Lac) with the area of 4.5 ha were created by engineer Lablé acording to the

Figure 5: Connection by air to Dalat from other cities in Vietnam (Image source: Vietnam Airline)

The first Urban Planning Project of Dalat made by Arch. Enerst Hébard. It is called "birth the shape of Dalat city" with broad vision and correct orientation. In this planning, the city population was 300,000 peoples and developed according to two axes East - West and North - South as the capital of the Union of Indochina (based on the political intention of the French). The prosperous period (1939-1954) The Second World War created a new transformation for the city. Again, the history gives this city a chance to

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

4


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

develop. The French continued the choice Dalat as the capital of Indochina, gathering their strength to develop urban and economy. Which was including farm economy to produce flowers, tropical fruits and vegetables along with tourism function. In 1943, the project of urban refurbishment was submitted by Arch. Lagisquet. The main content of this project inherited ideas of Hébrard. Concurrently, it formed a program to expand and develop more residential areas, farms and other urban areas. During this period, the city developed comprehensive and prosperous, reaching its zenith in 1944. At this time, the most important works were built and the French Governor Palace was located in Da Lat, demonstrating the role of capital of Indochina - both on political and military.

natural landscapes and urban architecture. There are many spectacular and unique landscapes, combined with the advantages of geographical location, climate, human resource diversity, architectural space. The famous features of the city will get excelent dominant at developing tourism within the region and internationally. Dalat is now a Vietnam Grade I City, its population is 1.2 million people, including 12 wards and 3 communes and expansion area of city is 20,000 ha. City wishes to welcome 2 million visitors per year by completing infrastructure and travel service. Dalat is a convenient place in connecting from other cities of Vietnam by road and aviation. New Liên Khương Airport has been on inaugurated 2010 and visitors are always received the best service. Immersed in the quiet, cool air; cheery spirit with urban space and unique architecture interspersed by trees and flowers; enjoy the magnificent natural landscape - it is the feeling awaits you when you come to Dalat city.

Dalat was under the control of the Government of South Vietnam (19541975) During this time, Dalat city became the center of a province. The development of massively powerful affected the achievements of the previous stages. However, almost beyond the effects of war, Dalat has good conditions to develop into an urban center is not only tourist and resort but also the center of culture, education and science in Vietnam. Dalat nowadays Dalat city is the center of Lâm Đồng - a province on highland of Vietnam. It has not only economic social potentiality but also value of

CULTURE – ARCHITECTURE AND URBAN SPACE The diversity of indigenous cultures Langbian highland is the cradle and living space of many ethnic minorities( Lạch or Lạt, Mạ, Stiêng, Kơho, etc.) before A. Yersin discovered. To this day, we still see the beautiful images and surprising: the ethnic minority peoples with their traditional costumes are participating in the purchase and sale, barter in ―the daily breath‖ of the city. Interference between the various ethnic groups and bringing many cultural

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

5


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

identities have long been a beauty of this city. There is an interesting story with visitors: where does the name of Da Lat originates from? Long time ago, the ethnic minorities living in Langbian highland chosen Cam Ly stream being the main water source – ―the breast milk‖ brought to their daily lives. So, the named of Da Lat proceeds from the language of Lạch people, it means "stream of Lạch‖. Thus, even spending modern development of 118 years, this city still has the name sticking with profound indigenous cultures of this land.

Western civilization. It is a type pun by putting together the first letter of a Latino maxim . By this way, the name of this city sounds like a particular city in Europe. That maxim is "Dat Alliis Laetitum Alliis Temperriem". It means "fun for this people, cool for the other." They graft all the first letter in the maxim: D, A, L, A, T, to form the name of Dalat. The poetic story showed that the imprint of French culture had began by the way named for the city. Architecture and the cultural imprint of ethnic minorities are shown in many works and decorating projects, beautifying and richer cultural values for Dalat. One can see the exchange between Oriental culture and Western civilization in Cam Ly Cathedral - a religious building combined harmonious the Western architectural style and elements of indigenous culture. Moreover, in many other works including villas and public architecture, the cultural imprint of Langbian highland is also recorded graceful and harmonious with the style and trend of architecture imported from abroad during the city building. Western culture left for Da Lat in the mode of economic production and the features of urban areas. That is farm system of flower, tropical fruit and vegetables, the artisans in crafts and fine arts. All of them have enriched the local cultural characteristics and make Dalat becoming the place where exchanges and convergences of cultural factors in an urban space and the ideal landscape. A rich humanities city always opens its arms to welcome visitors.

The process of cultural exchange with the Occident

Figure 6: Icon "Nhà Rông" - a form of ethnic minorities architecture in Dalat and other decorative details of the Langbian highland culture in Cam Ly Cathedral (Image source: [7])

After accepting the French culture, the name of Dalat was described by a term bearing the hallmark of

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

6


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Architectural works in Dalat is arranged skillfully in the intentions of the city's master plan and exploited fully terrain characteristics, the natural landscape. All of them contribute to forming a city looking romantic and charming.

The value of architecture and urban space The development of Dalat urban space in the early XX century based on the planning projects of HĂŠbrard and Lagisquet. They are considered "a model of art in space disposition" and are inherited to the present day.

Dalat is the urban getting successful in application of "Garden City" theory (E. Howard) according to urban conditions in Asia. The structure of urban space as "opening hand" or "the tidbits shape", including spatial factors: terrain - trees - the works - the water are held swirled together. The buildings with the natural landscape harmoniously are arranged precise in urban planning as a bright symphony. Architecture of Dalat is considered "the museum of the French architectural styles". There is many buildings, houses, villas having origin from European architectural styles and converging here. Besides, elements of Oriental culture appearance in buildings and overall adorning urban space. We can draw the main characteristics: - Architecture is harmony with the hilly terrain, cleverly nestled in nature. - Architecture has met the useful funtions and mixed between the Western aesthetic styles with the Oriental decorates. - Buildings and their details are simple and standard but the rate of them is absolutely harmony.

Figure 7: Imprint of Western architectural style was harmony with the natural landscape of Dalat (Image source: [2])

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

7


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Figure 8: Urban landscape and Architectural works of Da Lat today (Image source: [7])

In the context of development of architecture and urban space nowaday, the appearance of Dalat is changing and does not avoid the negative impacts. However, the city retains the charm, intrigued by the natural space and its cultural capital. By giving you the sense of Dalat, we hope that you will come to Vietnam - the country of greenery nature, friendly peoples and exciting discoveries.

Dalat City toward City of Modernity and Identity”, Symposium on Urban Issue; [3] Na, Lê Thị Hồng (2003), Dalat Architecture in French Colonial Period (1893-1954), The Thesis of Master Architecture; [4] Tranh, Nguyễn Hữu (2001), Dalat in Golden years, HCM City Press; [5] Văn, Nguyễn Huy (2003), Imprint of the French planning in the development of urban space and landscape architecture in Da Lat, The Thesis of Master Architecture; [6] Website: People Committee of Lâm Đồng province: www.lamdong.gov.vn; [7] Website: People Committee of Dalat City: www.dalat.gov.vn;

References: [1] Architect Association of Lâm Đồng province, Preserving and promoting the identities in process of modernization and development for Dalat City, The theme of Scientific Research, 2002; [2] HCM City University of Architecture & Architect Association of Lâm Đồng province (2008), “Planning vision for

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

8


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

CURRICULUM VITAE PERSONAL INFORMATION Full name: NGUYỄN HUY VĂN Present address: 128/3/21 Đinh Tien Hoang St., Ward 1, Binh Thanh District, HCM city Age:36 Date of birth: Dec.,20,1975 Marital status: Married

Name of school

EDUCATION RECORD Major/ Degree/ Highest attainment

Globalization Research Center - Hawaii University & HCM City University of Architecture, Hanoi Architecture University National University of Singapore & Energy Conservation Center, HCM City – Vietnam Ho Chi Minh City Open University Ho Chi Minh City University of Architecture University of Social Science and Humanities Ho Chi Minh City University of Architecture

Occupation: Architect - Lecturer Telephone: 08.3517.1394 Cellphone: 090.3.641.619 Email: nguyenhuyvan@gmail.com Palace of birth: Nam Sex: Male Ha – Vietnam Nationality: Vietnam Religion: None

Entered

Period Graduated

International course in ―Planning for sustainability‖

2011

2011

International course in ―Energy Efficient Design for Construction‖

2008

2008

Project Management Certificate Master of Architecture

2005 2000

2005 2003

English Level C Certificate

2002

2002

Architect

1993

1998

PROCESS IN RESEARCH AND TEACHING:  From 1998 to 2003: Lecturer of Architecture & Construction Faculty - Van Lang University Research: Orientation renovated on architecture and landscape along the rivers in Mekong Delta.  From 2003 to 2007: Vice-Dean of Architecture & Construction Faculty - Van Lang University Research: The imprint of the French planning in the development of urban space and

-

landscape architecture in Da Lat. From 2007 to now 2011: Lecturer of Architecture Department – HCM City University of Architecture Research: Architectural Style of Dalat Villas, Dalat Architecture. Invited-Lecturer Ho Chi Minh City Open University, Ho Chi Minh City University of Technology, Tôn Đức Thắng University.

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

9


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

PROFESSIONAL ACTIVITIES: 

From 2008 to 2010: ViceDirector of Kien Anh Architecture & Construction Coporation.  From 2010 to now 2011: Project Manager of Saigon Invest Group (SGI). EXTRA-ACTIVITIES:  From 2004 to now 2011: Member of Vietnam Architecture Association, Ho Chi Minh city Architecture Association.  From 2005 to 2010: VicePresident of Youth Architecture Club - Ho Chi Minh city Architecture Association.

From 1998 to 2002: ArchitectDesigner of Architecture & Constructure South Area (ACSA – Ho Chi Minh City Architecture Association) - Office No. 8 From 2002 to 2004: Design Manager of Dream Home Design Co. in Consult – Design – Decorate and Material Trade. From 2005 to 2006: ViceDirector of CONCECON (Construction Investment & Consultant Center – Construction Company No. 2, Ministry of Agriculture & Rural development)

Dalat- The City of Natural Landscape and Urban Architecture Heritages

10


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture 1)

Gunawan Hendro Cahyono,S.Kom. and 2) Eko Nursanty, ST.,MT. 1)

Pusdiklat MIGAS Cepu Program Studi Arsitektur; Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Email: 1)gunawanhc@pusdiklatmigas.com and 2) santy@archuntagsmg.co.cc

2)

ABSTRACT Saat ini google earth dirancang untuk membantu para pendidik dengan beberapa ide untuk menggunakan Google Earth di kelas mereka. Kebanyakan orang mendengar "Google Earth" akan berpikir Geografi, namun Google Earth dapat digunakan sebagai alat instruksional di seluruh kurikulum. Google menambahkan beberapa label baru untuk Google Earth. Sekarang ketika Anda menggunakan "Borders dan Label" dalam menu Layer, Anda dapat melihat label untuk pegunungan, padang pasir, dan dataran. Untuk pegunungan besar, padang pasir, dan dataran yang tidak dapat dilihat secara keseluruhan tanpa zoom out, Anda dapat mengarahkan mouse ke fitur untuk melihat sejauh mana fitur itu. Beberapa ide untuk menggunakan Google Earth di sekolah menengah dan program sekolah tinggi, sekarang diterbitkan oleh google.com. Jadi, sekarang, masih ada lagi yang dapat ditemukan di Google Earth dari pada sekedar menemukan rumah Anda. Google Earth terus berupaya untuk memikat pengguna kalangan muda dengan kemampuannya untuk meletakkan informasi geografis dunia di ujung jari mereka. Pendidik di seluruh dunia telah menciptakan keterlibatan kegiatan kelas yang melampaui geografi untuk mengajar sastra, sejarah, matematika, ilmu lingkungan, dan banyak lagi. Google Earth untuk masyarakat pendidik menyediakan semua tips dan trik untuk menggunakan Google Earth sebagai alat pengajaran. Di situs ini, Anda dapat melihat rencana pelajaran untuk berbagai tingkat kelas dan mata pelajaran, membahas taktik Google Earth dengan mengajar sesama pendidik, dimana murid menciptakan tugas sekolah / kuliah, dan membaca bagaimana guru lain menggunakan Google Earth di dalam kelas. Kata kunci : arsitektur, google earth

Google Earth. Google Earth is a virtual globe, map and geographical information program that was originally called EarthViewer 3D, and was created by Keyhole, Inc, a company acquired by Google in 2004. It maps the Earth by the superimposition of

images obtained from satellite imagery, aerial photography and GIS 3D globe. It was available under three different licenses, 2 currently: Google Earth, a free version with limited function; Google Earth Plus (discontinued which included additional features; and Google Earth Pro

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

11


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

($399 per year), which is intended for commercial use.1 The product, re-released as Google Earth in 2005, is currently available for use on personal computers running Windows 2000 and above, Mac OS X 10.3.9 and above, Linux kernel: 2.6 or later (released on June 12, 2006), and FreeBSD. Google Earth is also available as a browser plugin which was released on May 28, 2008.

lines or customs or anything else. Just go! Because Google relies upon many outside providers for its satellite and aerial imagery, the quality of images in different locations varies somewhat. The program‘s clean interface design as well as the kind of detail it can achieve. This close shot of New York‘s Yankee Stadium is typical of the world‘s major metropolitan areas. The same level of detail is not, of course, generally available in rural areas, which have not been as extensively photographed from space. This is not a limitation of Google Earth but rather of the current state of available data, and this constraint applies to all GIS programs. The simple rule is that the more expensive the real estate, the more likely it is to have been the subject of detailed — and costly — satellite analysis. Although it relies upon imagery from satellite photos taken anytime in the past three years, Google Earth isn‘t merely a static collection of warmed-over satellite images from dusty sources. Rather, it‘s continuously kept current through a vigorous program of updates. Such attention to detail and timeliness is one of the reasons why people ranging from casual users to real estate professionals have come to rely upon the Google Earth service. Google Earth also makes it a point to respond quickly to breaking news. As an example, when a deadly earthquake struck Pakistan, Google Earth had updated, higher-quality satellite imagery of the quake area available online in less

Introduction Google Earth. Google Earth is not just another map program or some kind of digitized globe inside your computer, but rather, a social phenomenon. Although it can stand on its own with other Geographic Information System (GIS) software, its focus is on giving the public a unique experience. With everything from National Geographic articles to live Webcams to local commentaries built into it, the program doesn‘t just display maps and photos but launches the era of satellite tourism. Calling it a 3-D interface to the planet, the folks at Google are backing it to the hilt with both their incredible wealth and their enviable marketing savvy, and it seems destined to grow into one of the largest of all the online communities. With Google Earth, you have wings. You can fly high above the planet or zoom right down to the ground. In seconds, you can zip from the deserts of the American West to the tropic Bali in Indoneia. No tickets to buy, no bags to pack, no long

1

"Google Earth Plus Discontinued".

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

12


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

than a week, freely available to everybody from news junkies to international rescue workers. The first time such on-the-fly updating was used was during the Hurricane Katrina response. Google Earth, working with the National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA), had very detailed imagery of the entire affected region online within five days after the event.

of major buildings are in the Google Earth location database. Life isn‘t all about geography and satellite tourism, though. Sometimes you‘ve just got to do simple, practical things — and once again, Google Earth comes through for you. You can do everything from hunting down the nearest Computer City to mapping out the locations of the seafood restaurants in your town. You can see the results of my hunting for seafood restaurants in Honolulu. You can even give Google Earth two locations and have it plan the best way for you to drive between them.

The images in Google Earth are composed of zillions of separate photographs. Most were taken from orbit by satellites or the Space Shuttle, but there are also much more detailed close shots taken from airplanes. Each of these images is a tile, and these tiles are laid together side by side to form a mosaic of the entire planet. In most cases, the tiles are seamless, but in some places, the structure is a bit more obvious because the tiles come from different sources and have varying appearances. Figure shows an example of one of these areas with varying tiles. It‘s nice to just buzz around the planet, seeing whatever there is to see. Sometimes, though, you need to get really specific, and the Search portion of Google Earth provides you with a tremendous helping hand. You can enter an address and go right to it, or you can specify a particular set of longitude/latitude coordinates. You can find monuments, famous locations, cities, and just about anything else you can think of by just typing in the appropriate name. Want a look at the Eiffel Tower of Paris, France? Just tell Google Earth, and it‘ll take you right there. Even the names

Some Options by Google Earth. For the most part, sophisticated GIS software has always been out of reach of the public. It‘s generally very costly, and it isn‘t easy to use. In fact, you generally needed a Masters Degree in GIS to begin to comprehend how to work with it. Until Google Earth, that is. However, Google Earth isn‘t a toy, either. It has three levels, each a bit more powerful than the last. The free version is simply called Google Earth; the midlevel one is Google Earth Plus; and the high-end, professional level is, of course, Google Earth Pro. You get an astonishingly powerful piece of software for free with Google Earth. It‘s not some pathetic little wimp of a program that doesn‘t do much of anything; it‘s actually everything that the average person could need — and then some.

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

13


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Not only do you get the program itself for zero bucks, but you get the data for free, too. This is perhaps the most incredible deal you will ever see because the cost of the satellite and aerial imagery alone would bankrupt the average citizen. And you can spend all the time you want checking out every square inch of the

Earth without ever buying one photo. You never have to learn what SRTM means or deal with the technicalities of geocoding or anything like that. Just fire up Google Earth, and you‘re ready to rock and roll.

Figure 1: Google Lit's site. http://googlelittrips.com/GoogleLit/Home.html

Google Lit Trips. mode and students can create sci. fic. Stories about space travel. In Department of Architecture, we can use this application in curriculum for some subjects like : History of Modern Architecture; Teory and Developing Architecture Growing.

The most famous use of Google Earth in English/Language Arts courses is Jerome Burg‘s Google Lit 2Trips. Google Lit Trips maps out the story-lines of books providing students with a geographic context for the stories they read. Google Lit Trips maps the biographies of authors. Some Google Lit Trips include video segments within the tour. With a little instruction your students can create their own Google Lit Trips. Students can map their autobiographies. Switch to Sky 2

http://googlelittrips.com/GoogleLit/Home.html

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

14


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Real World Math. Real World Math is commonly regarded as one of the best collections of mathematics lessons that incorporate the use of Google Earth.3 Some of the things that a mathematics teacher can do with Google Earth include measuring distances, angles, depths, and elevations. Switch Google Earth into Sky mode and challenge them to calculate distances between stars. Switch to Moon or Mars view and ask students to calculate and compare the size of the two. Real World Math includes some excellent lessons which use Google Earth to explore fractals and graph theory.

Figure 2: Real World Math. http://realworldmath.org/Real_World_Math/Lessons.html

3

http://realworldmath.org/Real_World_Math/Real WorldMath.org.html

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

15


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

KML Factbook. The possibilities are endless for Social Studies teachers to use Google Earth in their classrooms. In history classes students can view and create their own tours of military campaigns. Take advantage of the historical imagery in Google Earth to compare and contrast the views of cities today with the views of the past. Go on a virtual field trip Figure 3: KML Factbook. http://www.kmlfactbook.org/#&db=ciafb&table=2002&col=2008& to the Great Pyramid. In a Civics course you could have students record a narrated tour of their hometown as part of a ―tourism campaign.‖ Use the KML Factbook4 to create layers of demographic data. In Department of Architecture, we can use this application in curriculum for some subjects like : Architecture and tourism concepts, Eco and Green Architecture based of local wisdom, etc.

4

http://www.kmlfactbook.org/#&db=ciafb&table= 2002&col=2008&

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

16


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Campus Bird.

References. Crowder, A. David (2007), „Google Earth FOR Dummies‟, Wiley Publishing, Inc. http://college.campusbird.com/ "Google Earth Plus Discontinued". http://googlelittrips.com/GoogleLit/Hom e.html http://www.kmlfactbook.org/#&db=ciafb &table=2002&col=2008& http://realworldmath.org/Real_World_M ath/RealWorldMath.org.html http://www.sea-seek.com/

Take health and physical education students on a virtual climb of Mount Everest to inspire interest in life-long physical activity. High school students exploring their college options may want to virtually tour campuses and their surrounding cities. Egiate5 makes an application for that.

Figure 4: Campus Bird. http://college.campusbird.com/

Sea Seek. Take a virtual submarine tour via Sea Seek6. Sail worldwide. Here Sailors, Boaters, Crew, Surfers or sea lovers from around the world can share information about anchorages or surf spots, marinas and services in their area to create the "Sea-Seek" boating resource. Just tell us and if you encounter anything missing or out of date just change it!

5 6

Figure 5: Sea Seek. http://www.sea-seek.com/

http://college.campusbird.com/ http://www.sea-seek.com/

Using Google Earth in the Curriculum Department of Architecture

17


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan 1) 1)

Ir. Anwar, MT.

Program Studi Arsitektur, Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Email: 1)anwar@archuntagsmg.co.cc

ABSTRACT Ketersediaan RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) dalam permukiman di Indonesia sudah tercatat sejak zaman kolonial dan sebelumnya, baik di pedesaan maupun di kota-kota lama, baik dalam bentuk ruang terbuka (tidak hijau) maupun RTH. Penyediaan RTH dilatarbelakangi oleh kebutuhan upacara, bermain dan berolah raga , maupun alasan-alasan estetik/romantik berupa pembangunan tamantaman kota . jadi dapat dikatakan bahwa RTH bukanlah “barang baru” dalam khasanah permukiman/perkotaan kita. Namun, RTH yang dimaksud disini adalah bagian dari ruang permukiman. RTH tumbuh menjadi suatu barang baru, karena harus dipandang dengan wawasan baru yang multifaset, mengingat munculnya tantangan dan keterbatasan baru yang tidak ditemukan pada waktu yang lampau. Kepadatan penduduk di perkotaan, keterbatasan lahan, ekonomisasi sumberdaya alam, birokrasi Pemerintahan Kota dan sebagainya adalah variabel-variabel baru yang menentukan RTH zaman sekarang. Ruang Terbuka Hijau menjadi aspek yang diperhitungkan dalam permukiman di tanah air kita tidak lebih dari 20 tahun terakhir ini seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan hidup. Bahkan kurang dari itu, mengingat pada awalnya isu lingkungan hidup hanyalah seputar pencemaran lingkungan akibat industri, pencemaran dari kendaraan dan lain-lain. Implementasi dari gagasan dan konsep Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Indonesia secara konkret telah dinyatakan dalam Inmendagri no. 14 tahun 1988 mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan serta secara jelas dimasukkan pada UU .26/2007 tentang penataan ruang yang memberi penegasan guna menjamin keseimbangan ekosistem kota dibutuhkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayah. Dalam peraturan tersebut juga ditegaskan bahwa RTH di perkotaaan tersebut terdiri atas 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Untuk mewujudkan persyaratan 30% tersebut bukan pekerjaan mudah. Faktanya banyak kawasan terutama di kota-kota besar yang semula peruntukkannya sebagai RTH justru berubah menjadi hutan beton, perumahan, perkantoran atau mall Kata kunci : ruang terbuka hijau, pemerintah, penggunaan lahan terbuka.

Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau.

tertentu baik yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan. Ruang Terbuka Hijau pada umumnya bersifat publik (umum), atau merupakan fasilitas pelayanan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai tertinggi dari ruang terbuka adalah

Pengertian Ruang Terbuka Hijau adalah total area kawasan yang tertutupi oleh hijau tanaman dalam satu satuan luas

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

18


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

apabila ruang-ruang terbuka tersebut dapat dimanfaatkan secara layak dan optimal. Secara umum kegiatan utama yang dilakukan dalam RTH adalah : kegiatan

Gambar 1: RTH publik (park) Ho Chi Minh City. Vietnam

aktif dan kegiatan pasif. Kegiatan Aktif pada ruang terbuka hijau dapat berupa lapangan olah raga atau tempat-tempat bermain anak-anak dan wisata aktif terbatas (berkemah).

Gambar 2: Hutan kota sebagai RTH publik , Ho Chi Minh City

elemen – elemen yang dapat menunjang kualitas RTH tersebut, seperti :

Kegiatan pasif adalah suasana yang dibentuk dari hasil rancangan (penataan lansekap) ruang terbuka hijau tersebut, sehingga ruang terbuka hijau tersebut dapat tampil dalam satu kesatuan rancangan di kawasan tersebut. Dalam mengakomodasi kegiatan dalam Ruang Terbuka Hijau diperlukan

Gambar 4: ruang terbuka hijau yang bersifat aktif

  

Penataan elemen lansekap (vegetasi, tata lampu, street furniture). pengamanan pengelolaan

Gambar 3; ruang terbuka hijau yang bersifat pasif

Ruang Terbuka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan dalam permukiman karena fungsi-fungsi yang diembannya bagi kehidupan masyarakat di lingkungan permukiman,

khususnya di perkotaan. Fungsi Ruang Terbuka hijau secara umum adalah sebagai berikut :

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

19


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

 

 

Sebagai areal untuk perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, keselamatan, keserasian dan keindahan lingkungan Sebagai sarana rekreasi. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam perencanaan, baik di darat, perairan maupun udara. Sebagai sarana penelitian dan pendididkan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah. Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.

Konsep pengembangan ruang terbuka hijau pada dasarnya terbagi atas 3 (tiga) kategori/bentuk :  Ruang Terbuka Hijau sebagai taman kota (park), yaitu taman-taman umum kota yang juga dimanfaatkan sebagai wadah kegiatan rekreasi bagi warga kota.  Ruang terbuka hijau sebagai lapangan (plein), yaitu merupakan tempat berkumpul dan aktivitas olahraga maupun sosial.  Ruang Terbuka Hijau sebagai boulevard, yaitu jalur hijau (green belt) dan jalur pemisah jalan.  Ruang Terbuka Hijau privat sebagai taman rumah tinggal

Apresiasi Terhadap Kebijakan Teknis Ruang Terbuka Hijau. Hal yang cukup penting untuk dapat dijadikan acuan adalah aturan-aturan normatif yang telah ada. 1. Klasifikasi dan Tipologi Ruang Terbuka Hijau Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau di lingkungan permukiman, dalam penyelenggaraannya telah diatur dalam SNI 03-1733-2004 tentang Petunjuk Perencanaan Kawasan Permukiman Kota. Secara lebih spesifik pengadaan Ruang Terbuka Hijau di lingkungan permukiman dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

Jenis ruang terbuka tersebut terdiri dari : - Taman untuk 250 penduduk dibutuhkan 250 m2 - Taman untuk 2500 penduduk, berupa open space seluas 2500 m2 - Taman dan lapangan olah raga untuk 30.000 penduduk - Taman dan lapangan olah raga untuk 120.000 penduduk - Taman dan lapangan olah raga untuk 480.000 penduduk - Jalur Hijau / green belt - Kuburan sebagai raung terbuka hijau.

a. Ruang Terbuka Hijau Umum (Publik space) di lingkungan permukiman.

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

20


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Bagan 2: Ruang terbuka hijau publik skala kota, ,Royal Palace , Cambodia.

b. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan dalam tiap kavling rumah.

Pekarangan merupakan lahan terbatas yang merupakan luas sebuah persil dikurangi luas bangunan , sisanya merupaka n ruang terbuka (pekarang an) yang terdiri dari area gambar 5 : RTH Privat, sebagai daerah hijau (DH) yang diperkeras dan area hijau (tidak diperkeras). Bagian yang tidak diperkeras ini yang kemudian disebut sebagai Daerah Hijau (DH). Selain itu area hijau pekarangan juga dibatasi Garis Sempadan Bangunan (GSB : kiri, kanan, depan, belakang) dan juga dipengaruhi oleh Garis Sempadan Jalan (GSJ) dan Garis Sempadan Pagar (GSP). Oleh karenanya area hijau pekarangan merupakan areal privat yang pengelolaannya akan sangat tergantung dari selera pemilik lahan tersebut, dengan

Bagan 1: ruang terbuka hijau publik pada lingkungan permukiman, Pnom Penh.

tetap memperhatikan fungsi sosial, ekologis, estetis dan keserasian dengan lingkungannya. Selain itu, dalam pengelolaan ruang terbuka pekarangan perlu memperhatikan Koefisien Daerah Hijau (KDH) yang merupakan angka prosentase perbandingan antara luas ruangan terbuka untuk pertamanan/penghijauan dengan luas persil yang telah ditetapkan dan tata bangunan yang ada. Masing-masing pekarangan memiliki luas persil yan berbedabeda, sedangkan RTH merupakan luas persil dikurangi luas bangunan dan dikurangi pula dengan luas perkerasan di ruang terbuka. Maksimal luas RTH = 100%, namun hal ini hampir tidak mungkin sehingga tidak operasional karena pada areal hijau pekarangan membutuhkan area parkir dan sirkulasi, sehingga pemanfaatan RTH hanya berkisar antara 10% - 90%.Biasanya luasan taman dalam kavling mengikuti ketentuan KDB ( Koefisien angunan). Fungsi dan persyaratan ruang terbuka hijau pekarangan :

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

21


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Ruang terbuka hijau adalah ruang yang diperuntukan sebagai daerah penanaman dikota / wilayah /halaman yang berfungsi untuk kepentingan ekologis, sosial, ekonomi, maupun estetika. Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan dengan bangunan gedung dan terletak pada persil yang sama disebut Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan air, sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatan maupun ruang amenity. Sebagai ruang transisi, RTH merupakan bagian integral dari penataan bangunan gedung dan sub system dari penataan lansekap kota. Syarat – syarat RTH ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata bangunan baik langsung maupun tidak langsung dalam bentuk penetapan GSB, KDH, parkir, dan ketetapan lainnya. RTH yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata bangunan tidak boleh dilanggar dalam

mendirikan atau memperbaharui seluruhnya atau sebagian dari gedung. Apabila RTH sebagaimana disebutkan pada butir e di atas belum ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata bangunan, maka dapat dibuat ketetapan yang bersifat sementara untuk lokasi/ lingkungan yang terkait dengan setiap permohonan bangunan. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir e dapat dipertimbangkan dan disesuaikan untuk bangunan perumahan dan bangunan sosial dengan memperhatikan keserasian dan arsitektur bangunan.

c. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan pada Bangunan Umum di lingkungan permukiman

Daerah Hijau pada Bangunan dapat dikelompokkan atas 2 bagian : o Daerah Hijau Bangunan (DHB) dapat berupa taman atap (roof garden) maupun penanaman pada sisi-sisi bangunan seperti pada balkon. Cara-cara perletakan tanaman lainnya pada dinding bangunan.

o

Gambar 7: daerah hijau bangunan

DHB merupakan bagian dari kewajiban pemohon bangunan untuk menyediakan RTH. Luas DHB diperhitungkan sebagai

Gambar 6: contoh daerah hijau pada atap, NTU Singapore

luas RTH namun tidak lebih dari luas 25% luas RTH.

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

22


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Tata Tanaman : Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter tanaman sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu yang sistem perakarannya destruktif, batang dan cabang rapuh, mudah terbakar, serta bagian-bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Penetapan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air, kestabilan tanah/wadah, sehingga memenuhi syarat keselamatan pemakai. Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman dengan struktur daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus lebih diutamakan. Untuk pelaksanaan kepentingan tersebut pada butir b, kepala daerah dapat membentuk Tim Penasehat untuk mengkaji rencana pemanfaatan, jenis-jenis tanaman yang layak tanam di RTHP berikut standar perlakuannya yang memenuhi syarat keselamatan pemakai. Khusus untuk penghijauan pada area parkir, dijelaskan bahwa penyediaan parkir dipekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang telah ditetapkan.

 Koefisien dasar hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukkan dalam rencan tata ruang wilayah yang telah ditetapk an. KDH Gambar 8: ruang terbuka hijau privat minimal 10% pada daerah sangat padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah.  RTH sebanyak mungkin diperuntukan bagi penghijauan/penanaman diatas tanah. Dengan demikian parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon peneduh yang ditanami di atas tanah, tidak dalam wadah/ kontainer yang kedap air. d. Ruang Terbuka Hijau Koridor

Ruang terbuka hijau ini merupakan ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk pergerakan sirkulasi, yang umumnya berbentuk koridor. Sekalipun sifatnya yang Gambar 9: ruang terbuka hijau koridor, Geylang West Sinagapore. dinamis tetapi ruang terbuka koridor hanya dapat digunakan secara terbatas untuk kegiatan aktif. Pada dasarnya ruang terbuka koridor dapat dibagi atas Ruang Terbuka

Ruang sempadan bangunan bagi penyediaan RTHP sebagaimana disebutkan pada butir diatas, adalah sebagai berikut :  Pemanfaatan ruang sempadan depan bangunan harus mengindahkan keserasian lansekap pada ruang jalan yang terikat sesuai dengan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada. Keserasian tersebut antara lain mencakup : pagar dan gerbang, vegetasi besar/pohon, bangunan seperti pos jaga, tiang bendera, bak sampah, dan papan nama bangunan.

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

23


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Koridor Pergerakan, yaitu untuk pergerakan pejalan kaki dan kendaraan dan Ruang Terbuka Koridor utilitas berupa prasarana kota, antara lain : bantaran sungai, jalur tegangan tinggi, jalur pipa minyak/gas dan jalur hijau pembatas kota (green belt). Keduanya meruapakn sarana dan prasarana penting bagi kehidupan dan kegiatan masyarakat kota dan memberi kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan RTH.

koridor memiliki keterbatasan dalam menampung suatu kegiatan, karena keduanya merupakan sarana vital kota yang sulit dialihfungsikan dari satu kegiatan menjadi jenis kegiatan lainnya. Besaran ukuran lebar suatu koridor umumnya telah ditetapkan oleh instansi/sektoral terkait lainnya. Namun ketetapan ini menjadi tidak berlaku apabila ada kepentingan yang lebih besar, misalnya pada sebuah muara sungai yang biasanya garis sempadan sungai antara 30m – 50 m, maka pada muara sungai dapat berubah sampai dengan 100 m atau lebih.

Dalam RTH, masalah pergerakan perlu dijaga tingkat kelancarannya, sehingga aktifitas yang dapat mengganggu kelancaran dan keamanan kedua belah pihak dapat dihindari. Untuk RTH utilitas lebih mengutamakan keamanan dari sistem jaringan utilitas itu sendiri. Misalnya jalur tegangan tinggi sangat berbahaya digunakan untuk kegiatan umum, sehingga lebih untuk kegiatan penghijauan dan pertanian terbatas masih dimungkinkan, demikian juga halnya dengan bantaran sungai tidak dapat digunakan secara leluasa karena fluktuasi air sungai perlu diantisipasi secara cermat. Pertimbangan fungsi ekologis dalam pengaturan ruang terbuka hijau seputar daerah aliran sungai sangat penting, guna mempertahankan habitat tertentu dan kehidupan satwa liar lainnya. Apabila terdapat suatu habitat yang menjadi bagian dari ekologis lingkungan setempat, maka selayaknyalah koridor sungai tersebut di preservasi atau dikonservasi demi kelangsungan makhluk hidup lainnya dan tidak hilang plasma nutfah tertentu. Pada dasarnya ruang terbuka koridor pergerakan maupun ruang terbuka

DAFTAR ACUAN  

Beyer, Glenn H., Housing: A Factual Analysis, The Macmillan Company, New York, 1958 Hakim, Ir. Rustam, MT.IALI dan Utomo, Ir. Hard, MS.IAI, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, Jakarta, 2003 Howard, Ebenezer, Garden Cities of Tomorrow, M.I.T. Press Massachussetts, 1965 Lauri, Michael, Introduction to Landscape Architecture, Pittman Publishing Limited, 1978 Simmonds, John Ormsbee, Landscape Architecture An Ecological Approach to Enviromental Planning, Mc Graw Hill Book Company, New York, 1961. ACUAN KHUSUS Undang-undang No.26 tahun 2007 , tentang Penataan Ruang.

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Permukiman Kota yang Ramah Lingkungan

24


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore 1)

Eko Nursanty, ST.,MT. dan 2) Paul Septi Anis

1)

2)

Program Studi Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Email: 1)santy@archuntagsmg.co.cc dan 2)paulroseman@yahoo.co.id

ABSTRAK Dalam perkembangan dunia yang sangat cepat dan sangat tidak bisa dievaluasi dengan tepat, maka yang akan terjadi adalah sebuah perkembangan didunia pariwisata dan dunia arsitekturnya. Pada saat sebuah negara memacu diri untuk turut serta dalam situasi perkembangan seperti ini, maka yang akan terjadi adalah sebuah fenomena dimana dunia arsitektur akan sangat berperan dalam mengajak seluruh orang yang terlibat dalam dunia pariwisata. Lalu apa yang akan dilakukan oleh para ahli arsitektur ini ? Sebuah kemampuan akan dikaji kebenarannya dengan melalui sebuah percobaan yang melibatkan masyarakat pemakainya. Demikian juga dengan kemampuan para ahli arsitektur ini akan diuji oleh dunia pemakainya. Dalam era globalisasi, sebuah karya arsitektur akan benar benar mandapat pengujian dari para ahli dibidang pariwisata sedang hasil dari ujian ini akan dinikmati oleh para pelaku wisata dari seluruh wilayah negara baik dari dalam maupun dari luar negeri. Arsitektur adalah sebuah dasar dari petualangan imajinasi seorang manusia dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Sedang dunia pariwisata adalah tempat dimana seseorang mencari tempat dimana dia dapat menikmati apa yang dia inginkan dan tempat dimana dia dapat merasakan dirinya dengan lingkungan sekitar dalam suatu kebersamaan yang sesuai dengan keinginannya. Kata kunci : arsitektur pariwisata, sentosa island, wisata, singapore Arsitektur adalah sebuah dasar dari petualangan imajinasi seorang manusia ARSITEKTUR PARIWISATA dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Dalam era globalisasi, sebuah karya arsitektur akan benar benar mendapat pengujian dari para ahli dibidang pariwisata sedang hasil dari ujian ini Sedang dunia pariwisata adalah tempat akan dinikmati oleh para pelaku wisata dimana seseorang mencari tempat dari seluruh wilayah negara baik dari dimana dia dapat menikmati apa yang dia dalam maupun dari luar negeri. inginkan dan tempat dimana dia dapat merasakan dirinya dengan lingkungan Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

25


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

sekitar dalam suatu kebersamaan yang sesuai dengan keinginannya. Jika kita amati kedua hal diatas, maka sebenarnya apa yang menjadi kendala sehingga seringkali dunia arsitektur tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk menumbuhkan rasa kebersamaan yang diinginkan manusia dengan lingkungannya ? Kita lihat beberapa perkembangan pariwisata dunia yang sangat mempu menarik arus wisatawan dunia. Misalnya: 1. Sebuah tempat pariwisata yang sangat menggugah minat para wisatawan adalah sebuah tempat yang menampilkan keunikan negaranya dengan berbagai atraksi kedaerahan dan juga atraksi kemampuan masyarakatnya, sehingga orang akan benar benar merasakan suatu kebersamaan dirinya dengan lingkungannya saat dia berada ditempat tersebut. 2. Sebuah tempat pariwisata akan sangat menarik jika didalamnya ada sebuah fasilitas bersama dimana para wisatawan dapat merasakan betapa dirinya menjadi teramat penting untuk menjadi bagian dari kebersamaan alam yang membuat dirinya menjadi satu dengan alam sekitarnya. 3. Apabila terjadi sebuah kesalahan didalam pengolahan tempat ini, maka yang harus dilihat bagaimana sebenarnya sebuah obyek wisata dapat diolah dengan sebuah kemampuan yang sangat baik dan profesional sehingga segala hal yang menjadi daya tarik pariwisata itu akan sangat terolah dan tertampilkan secara optimal.

4. Kedalam sebuah kajian mengenai kepariwisataan tidak hanya membuat sebuah usulan tempat dengan bentuk pariwisata yang akan ditawarkan, tetapi yang paling harus diperhatikan adalah bagaimana sebuah tempat pariwisata dapat diolah dan dikemas dengan baik sehingga akan dapat menjadi tujuan yang sangat diminati oleh para wisatawan. 5. Seperti halnya pariwisata dunia, sebuah obyek wisata, tidak akan pernah bisa diminati oleh para wisatawan apabila segala penunjang dari obyek wisata tersebut tidak tersentuh oleh tangan para ahli yang bergerak dibidang pembuatan sarana maupun prasarananya. 6. Ketika seorang pengusaha mempunyai minat untuk membuat sebuah obyek pariwisata, maka yang harus dia pikirkan adalah bagaimana dia dapat mewujudkan impiannya dengan membangun berbagai fasilitas fisik yang akan menjadikan tempat tersebut menjadi sangat menarik dan membuat para pelaku wisata merasa jadi bagian dari lingkungannya. Dengan melihat keenam faktor diatas, maka jelas kelihatan bahwa sebuah obyek wisata akan benar benar terasa sebagai obyek yang menarik apabila didalam proses pembangunan atau proses pembuatannya, dilakukan oleh sebuah team ahli yang bergerak didalam pengadaan sarananya dan dibantu oleh sebuah team ahli yang akan membuat perhitungan perhitungan logis bagi batasan batasan yang harus diikuti oleh para pembuatnya. Lalu ketika seorang wisatawan datang kesuatu tempat obyek wisata, kira kira apa yang mereka cari selain alam atau

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

26


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

obyek lainnya ? Jawabannya hanya satu, kenyamanan. Sebuah obyek wisata akan menjadi sangat berkesan dan akan menjadi sebuah tempat yang selalu diinginkan oleh para wisatawan, apabila disana mereka merasakan sebuah kebersamaan dengan lingkungan dengan kenyamanan yang maksimal. Seperti halnya seorang wanita yang sangat menginginkan dirinya menarik minat kaum pria untuk melihatnya, maka sebuah tempat pariwisatapun memerlukan upaya yang maksimal untuk dapat menarik minat wisatawan untuk melihatnya. Sebuah upaya, itulah kata kunci yang akan memulai sebuah karya arsitektur dalam sebuah tempat wisata dimana dengan karya ini diharapkan para pengunjung tempat ini akan benar benar merasakan suatu kenyamanan yang mereka inginkan sehingga kebersamaan yang mereka harapkan dengan lingkungannya akan benar benar mereka dapatkan dan seperti halnya orang yang sudah merasakan sebuah kebersamaan dengan kenyamanan yang maksimal, maka dia akan menginginkannya kembali dan inilah yang dinamakan sebuah keberhasilan dari obyek wisata tersebut.

Pulau Sentosa ini memiliki luas 5 kilometer persegi. Pulau Sentosa Ini terletak hanya setengah kilometer dari dari pantai selatan pulau utama Singapura. Pulau Sentosa Ini merupakan pulau terbesar ke empat yang ada di dalam Singapura. Untuk Vegetasi yang ada di Pulau Sentosa ini 70%nya ditutupi oleh hutan sekunder. Pulau Sentosa juga merupakan tempat hidup habitat berbagai macam fauna antara lain : biawak, monyet, merak, beo serta fauna dan flora asli lainnya. Pulau ini juga memiliki stretch 3,2 kilometer dari pantai pasir putih. SEJARAH Pulau wisata Sentosa, saat ini dapat menarik lebih dari 5 juta pengunjung dalam setahun, terletak di selatan Singapura, terdiri dari sekitar 2030 landmark. Pada awalnya Fort Siloso, dibangun sebagai benteng untuk pertahanan negara Singapura melawan Jepang selama Perang Dunia ke-II. Pada abad kesembilan belas, pulau ini dianggap penting karena melindungi bagian ke Keppel Harbour. Rencana untuk membentengi pulau sebagai bagian dari rencana pertahanan untuk Singapura telah disusun pada awal 1827, tetapi benteng dapat terwujud pada tahun 1880an, ketika pertumbuhan yang cepat dari pelabuhan menyebabkan keprihatinan atas serangan musuh. Kemudian benteng dibangun di pulau itu Fort Siloso, Fort Serapong, Fort Connaught dan Gunung Imbiah Baterai yang berada di ujung barat Pulau Blakang Mati, tempat di mana Fort Siloso sekarang, pada awalnya disebut Rimau sarang. Pada tahun 1930an, pulau ini dijaga ketat dan menjadi komponen penting dari pertahanan Singapura, dengan digunakan sebagai basis dari pertahanan artileri.

SENTOSA ISLAND

Figure 1: Peta Singapore dan Sentosa Island. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

27


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

dan Underwater World. Jembatan jalan lintas dibuka pada tahun 1992 menghubungkan Sentosa ke daratan. Sentosa Monorail sistem dibuka pada tahun 1982 untuk mengangkut pengunjung menuju berbagai stasiun yang terletak di dalam pulau Sentosa. KONSEP PERENCANAAN Kebutuhan akan suatu tempat atau kawasan wisata untuk rekreasi yang dapat dikunjungi oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali sosial, fisik, maupun ekonomi yang dapat di akses baik secara individual maupun kelompok aktivitas. Sehingga pada 1970-an, pemerintah memutuskan untuk mengembangkan pulau Sentosa ini menjadi resor dan taman hiburan bagi pengunjung lokal dan turis. 1972 awal Pulau ini berganti nama menjadi "Sentosa", yang berarti perdamaian dan ketenangan di Melayu, yang merupakan usulan dari masyarakat Singapura.

Figure 2: Gambaran Site Plan Sentosa Island. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Pada 1970-an, pemerintah Singapore memutuskan untuk mengembangkan pulau ini menjadi resor liburan bagi wisatawan lokal dan turis. Awal tahun 1972 Pulau ini berganti nama menjadi "Sentosa" pada tahun 1972, yang berarti perdamaian dan ketenangan di Melayu, yang merupakan usulan dari masyarakat Singapura. Sentosa Development Corporation dibentuk dan didirikan pada tanggal 1 September 1972 untuk mengawasi perkembangan pulau. Sejak itu, sejumlah S $420 juta dari modal swasta dan S $ 500 juta dari dana pemerintah yang telah diinvestasikan untuk mengembangkan pulau itu.

Figure 3: Sentosa Island dari Vivo city. Sumber: KKL Singapore 2010

Figure 4: Peta Sentosa Island. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Pada tahun 1974 Singapore Cable Car mulai dibangun, menghubungkan Sentosa ke Mount Faber. Serangkaian atraksi ini kemudian dibuka untuk pengunjung termasuk Fort Siloso, Kamar museum lilin, Fountain Musik,

Reklamasi dan Perluasan daratan terus di lakukan di Pulau Sentosa Secara signifikan dengan menggunakan pasir dan tanah dari negara tetangga yaitu

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

28


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

indonesia untuk menambah dan melengkapi fasilitas-fasilitas yang sudah dibangun di dalam Pulau Sentosa. Sentosa, yang berarti perdamaian dan ketenangan di Melayu, adalah sebuah pulau resor yang populer di Singapura, pulau Sentosa dikunjungi oleh sekitar lima juta orang per tahun. Termasuk pantai yang terlindung di Fort Siloso, di dalam pulau Sentosa Terdapat dua lapangan golf khusus dan hotel berbintang, Sedangkan untuk Resorts World Sentosa menampilkan taman bermain yaitu Universal Studio Singapura.

Akses Melalui darat dapat melalui Harbour Front MRT Station dari Timur Laut MRT Line. Perjalanan dari Darata Singapura yaitu pada Terminal bus Harbour Front memakan waktu empat menit sampai dengan Pulau sentosa. Di Sentosa ada tiga rute bus yang berbeda yang diidentifikasi sebagai Biru, Kuning dan garis Merah yang dimana bus langsung menuju ke tiap rute yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk layanan di sekitar kawasan tepi pantai dapat menggunakan disebut Kereta Beach. Sejak tahun 1998 mobil penumpang telah diizinkan masuk ke pulau Sentosa.

KONSEP SIRKULASI Pulau Sentosa dapat dicapai dari daratan Singapura melalui jalan lintas lewat jalur darat atau Cable Car, yang berasal di Mount Faber yang melewati Harbour Front perjalanan. Pulau Sentosa ini juga dapat diakses oleh Express Sentosa monorail, yang memiliki empat stasiun di Sentosa. Dibuka pada 15 Januari 2007, Dengan terminal awal adalah di Vivo City pusat perbelanjaan di daratan utama Singapura. Figure 6 : Pembagian Model Transportasi Sentosa Island. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Figure 7 : Rute bis jalur merah. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Bus warna merah ini memiliki trayek atau rute Mulai berangkat dari Imbiah Lookout kemudian menuju Artillery Avenue setelah itu menuju Ficus (Sentosa Office) kemudian berhenti ke Palawan kemudian dilanjutkan perjalanan menuju ke Allanbrooke setelah itu menuju ke The Merlion kemudian perjalanan di teruskan menuju Siloso Point.

Figure 5: Pencapaian menuju Sentosa Island. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

29


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

kemudian perjalanan di teruskan menuju ke The sentosa Resort & Spa, bus kuning ini perjalanan terakhir berhenti di The merlion yang kemudian dilanjutkan menuju ke Beach Station dengan rute terbalik. Dengan jalur yang sudah di tentukan di dalam Pulau sentosa.

Figure 8: Rute bis jalur kuning. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Bus warna kuning beroperasional dengan rute atau trayek mulai dari Beach Station kemudian menuju Artillery Avenue kemudian menuju Ficus dilanjutnya dengan Pahlawan, setelah itu dilanjutkan menuju Allanbrooke (Sentosa Office)

pada titik-titik akses utama menuju Pulau sentosa maka dibuatlah Sentosa Monorail yang mengangkut pengunjung dari luar Pulau Sentosa yaitu dengan awal rute dari VivoCity kemudian monorail masuk ke Pulau sentosa. Sentosa Express, beroperasi mulai pukul 07.00 pagi waktu Singapura dan berakhir pukul 24.00 malam. Di perlukan akses monorel melalui Sentosa Express maka konsentrasi pengunjung bisa di urai dan di angkut dengan cepat aman. Pulau Sentosa menggunakan Monorail sebagai sarana transportasi untuk mobilitas para wisatawan dan pekerja yang mau berkunjung menuju Pulau Sentosa maupun pulang dari pulau Sentosa.

Figure 9: Bus jalur biru. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Bus Biru ini mempunyai rute awal dari Beach Station kemudian menuju ke Imbiah Lookout setelah itu berhenti di Siloso Point dilanjutkan menuju ke Artilery avenue dan kemudian perjalanan bus Biru ini berakhir di The Merlion. Setelah dari The Merlion Perjalanan bus Biru kembali lagi menuju Beach Point dengan melalui rute pemberhentian sebelumnya sesuai dengan jalur bus MRT yang sudah di tentukan. SIRKULASI SENTOSA ESKPRES Pulau Sentosa dengan pengunjung yang terus meningkat setiap tahunnya, Untuk menghindari terjadinnya kemacetan pengunjung penumpukan pengunjung

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

30


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Figure 11: Beach tram di Sentosa Island. Sumber: KKL Untag 2010

Figure 10: Sentosa ekspres berupa kereta monorail. Sumber: KKL Untag 2010

Beach Tram di dalam Pulau Sentosa memiliki Rute sebagai berikut pada awal keberangkatan di beach station kemudian menuju ke Tanjong Beach Terminal setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Palawan car Park kemudian dilanjut ke palawan kemudian berhenti di Southermmont Point, setelah itu di lanjut menuju Food & Retail Outlet, kemudian menuju ke Beach Pubs setelah itu dilanjut menuju saphire hall dan perjalanan dengan menggunakan Beach Tram berakhir di Siloso Beach Terminal.setelah dari Siloso Beach terminal perjalanan Beach Tram kembali menuju Beach Station Dengan rute yang sudah di tentukan.

Figure 12: Jalur transportasi monorail Sentosa Ekspres. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

BEACH TRAM Beach Tram beroperasi mulai pukul 09.00 pagi sampai 23.00 malam setiap hari minggu sampai kamis dan hari libur umum dan apabila hari jumat, sabtu, dan hari libur hari raya keagamaan tutup operasional Beach Tram pukul 24.00 malam waktu Singapura.

ZONING Pulau Sentosa merupakan pulau yang di rancang dan di desain untuk menarik para wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Pulau Sentosa ini di bagi menjadi beberapa kawasan wisata yang dimana pada peta Pulau Sentosa di bedakan berdasarkan Warna Peta. Pembagian wilayah kawasan itu atara lain A.Serapong, B.Resort World, C.Imbiah Lookout, D.Siloso Point, E.Kawasan Pantai.

Figure 13: Rute Beach tram. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

31


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Figure 14: Zoning pada Sentosa Island. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

Serapong

Resort world Imbiah lookput

Siloso point

Beach area

Figure 15: Zoning Sentosa Island 3 dimensi. Sumber: Brosur Singapore Tourism.

wisata berjalan kaki menikmati alam.  SERAPONG : berisi area golf beserta resort golf yang mewah. Secara umum area ini adalah area konservasi yang paling banyak memiliki area hijau.  SILOSO POINT : Area ini memberikan porsi edu-tainment melalui perjalanan sejarah pulau Fort Siloso, dsb.  BEACHES : adalah area yang langsung berbatasan dengan tepian laut sepanjang 3,2 km yang terbagi atas 2 wilayah, yaitu : Siloso beach (di lokasi Siloso PoinT, Pahlawan beach (di bagian tengah berbatasan dengan Imbiah lookout), Tanjong beach (berada di wilayah Serapong). Antara zoning satu dan lainnya dihubungkan dengan transportasi bus berbagai jalur warna. Sedangkan dalam satu zona yang terpanjang yaitu zona beaches dihubungkan oleh transportasi beach tram. Sedangkan transportasi dari arah luar, yaitu Vivo city menuju Sentosa Island bias digunakan cable car dan Sentosa Ekpres.

KESIMPULAN Sentosa Island menerapkan konsep Arsitektur pariwisata yang dibutuhkan oleh sebuah Negara yang cukup maju di Asia. Fasilitas yang ada meliputi beberapa zoning, yaitu : Serapong, Imbiah Lookout, Resort World, Siloso Point dan Kawasan pinggiran pantai (Pahlawan Beach, Siloso Beach, Tanjong Beach). Pembagian zoning dilakukan dengan pengelompokan berciri sebagai berikut :  RESORST WORLD : berisi hotel-hotel mewah, kompleks restoran perbelanjaan dan atraksi eksklusif berkelas dunia dan mewah seperti Universal Studio.  IMBIAH LOOKOUT : berisi permainan-permainan pemancing adrenalin, edu-tainment dan

DAFTAR PUSTAKA Aitchison, C., Macleod, N.E., and Shaw, S.J. (2001), Leisure and Tourism Landscapes: Social and Cultural Geographies (Routledge Publications: London). Anderson, A.E. (1994), „Ethnic Tourism in the Sierra Tarahumara: A Comparison of Two Raramuri Ejidos‟, University of Texas at Austin. Dissertation. Atkins, P., Simmons, I., and Roberst, B. (1998), People, Land and Time: An

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

32


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Historical Introduction to the Relation Between Landscape, Culture and Environment (London and New York: Arnold). Barnes, T. and Gregory, D. (1997), ‗Place and Landscape‘, in Reading Human Geography: The Poetics and Politics of Inquiry, T. Barnes and D. Gregory, (eds).(New York: John Wiley & Sons). Birks, H.H. et al. (1988), The Cultural Landscape: Past, Present, and Future (Cambridge and New York: Cambridge University Press). Carr, E. (1998), Wilderness by Design: Landscape Architecture and the National Park Service (Lincoln, NE: University of Nebraska Press). Cosgrove, D. (1998), Social Formation and Symbolic Landscape, Second Edition (Madison, WI: University of Wisconsin Press). Dann, G.M.S. and Jacobsen, J.K.S. (2003), „Tourism Smellscapes‟, Tourism Geographies 5:1, 3-25. Edensor, T. (2000), ‗Staging Tourism: Tourists as Performers‘, Annals of Tourism Research 27:2, 322-44. Government of Mauritius (1988), „White Paper on Tourism‟ (Port Louis, Mauritius: Ministry for Tourism). Government of Mauritius (2003), Tourism Development Plan – Mauritius and Rodrigues 2000 2002 (London: Emerging Markets Group Report). Graham, B. (1998a), „Introduction‟, in Modern Europe: Place, Culture, Identity, B. Graham, (ed.). (London: Arnold). Lewis, P. (1979), ‗Axioms for Reading the Landscape‘, in The Interpretation of Ordinary Landscapes, D.W. Meinig, (ed.). (New York: Oxford University Press).

Lorzing, H. (2001), The Nature of Landscape: A Personal Quest (Rotterdam: 010 Publishers). Lowenthal, D. (1972), ‗Geography, Experience, and Imagination; Towards a Geographical Epistemology‘, in Man, Space, and Environment: Concepts in Contemporary Human Geography, P. English and R. Mayfield, (eds.). (New York: Oxford University Press). MacCannell, D. (1976), The Tourist: A New Theory of the Leisure Class (New York: Schocken Books). Squire, S. (1994), „Accounting for Cultural Meanings: The Interface Between Geography and Tourism Studies Re-examined‟, Progress in Human Geography 18:1, 1-16. Tuan, Y.F. (1974b), Topophilia: A Study of Environmental Perception, Attitudes, and Values (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc). Turner, M., Gardner, R., and O‘Neill, R. (2001), Landscape Ecology in Theory and Practice: Pattern and Process (New York: Springer). Urry, J. (1992a), „The Tourist Gaze and the Environment‟, Theory and Culture 9:1,1-26. Urry, J. (1995), Consuming Places (London and New York: Routledge). Urry, J. (2002), The Tourist Gaze (Sage Publications: London). Second Edition. Zukin, S. (1991), Landscapes of Power: From Detroit to Disney World (Berkeley: University of California Press).

Tinjauan Arsitektur Pariwisata Pada Sentosa Island, Singapore

33


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah 1)

Ir. H. Djatmiko Waloejono, MT.

1)

Staf pengajar Prodi Arsitektur UNTAG Semarang Email: djatmiko.waloejono@gmail.com

ABSTRAK. Otonomi merupakan isu penting yang terus berkembang selama satu dasawarsa terakhir. Berlakunya Undang-Undang no 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah membawa tata pemerintahan ke arah yang sama sekali baru. Ide dasar dari kebijakan ini adalah pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri. Sebagai contoh, pemerintah bebas mengatur organisasi pemerintahannya sesuai dengan potensi wilayah dan strategi pembangunan. Struktur Organisasi Tata Kerja dapat diatur sedemikian rupa untuk menunjang efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah daerah. Kata kunci : otonomi daerah, masyarakat, otonomi daerah

Otonomi daerah bukan berarti bahwa pemerintah daerah dapat mengatur segala urusan. Ada beberapa bidang yang pengaturannya masih dibawah kewenangan pemerintah pusat. Pasal 7 ayat 1 UU 22/99 misalnya, menyebutkan bahwa urusan politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal dan agama masih menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Sedangkan pasal 7 ayat 2 menerangkan bahwa perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro diatur oleh pemerintah pusat.

pembangunan daerah. Daerah didorong untuk lebih kreatif mencari sumbersumber pendapatan. Pintu investasi dibuka lebar untuk menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagai timbal baliknya daerah akan mendapatkan bagi hasil yang lebih besar daripada jumlah yang didapatkan pemerintah daerah. Hal ini menjawab keluhan sejumlah daerah kaya potensi alam yang dulu merasa diperah oleh pemerintah pusat tanpa kompensasi yang sepadan bagi pembangunan daerah. UU 22/1999 di satu sisi merupakan kesempatan emas bagi daerah untuk mempunyai kewenangan mengatur hajat hidupnya, di sisi lain hal tersebut menimbulkan kecemasan dapatkah suatu daerah -kota atau kabupaten- benar-benar

Bahasan paling populer dari otonomi daerah adalah tentang keuangan daerah. UU ini menyebutkan bahwa pemerintah pusat mengurangi porsi pembiayaan

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah

34


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

menjadi mandiri. ketergantungan terhadap pusat yang telah berlangsung lama dirasa akan membuat daerah menjadi lembam, malas bertransformasi mengikuti perkembangan jaman.

pemerintah daerah. Pembangunan diserahkan kepada masing-masing daerah. Manajemen sepenuhnya menjadi wewenang pemerintah daerah. Penurunan peran pemerintah pusat ini diikuti pula oleh turunnya nominal bantuan keuangan dari pusat untuk daerah. Kemandirian pada aspek pengelolaan diharapkan diikuti oleh kemandirian pada aspek keuangan. Pemerintah daerah diharuskan dapat menjalankan pemerintahan dengan dana dari sumber pendapatan lokal.

Pakar perencanaan kota Yeremias T. Keban menyatakan rendahnya kinerja pemerintah daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Pemerintah daerah tertutup terhadap masyarakat lokal 2. Berorientasi pada kebijakan dari pusat (top-down policy) 3. Pergeseran tujuan pemerintahan untuk kepentingan segelintir birokrat 4. Pemerintah menjadi sick organization karena mengalami bureaucratic disfunction yang luar biasa 5. Pemerintah daerah tidak dapat menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) karena alasan struktural dan manajemen 6. Struktur organisasi yang ada menghambat efektifitas kerja 7. Praktek manajemen lebih bersifat make up

Kemampuan pemerintah kabupaten/kota yang perlu dikaji adalah pada peningkatan PAD. Mampukah proporsi pembiayaan pusat-daerah yang dulunya 80:20 diubah menjadi 20:80? Perubahan yang drastis tersebut dipastikan menimbulkan kekagetan. Daerah yang terlena oleh asuhan pemerintah pusat tiba-tiba harus menghidupi dirinya sendiri. Semangat reformasi dinamis menjadi prasyarat bagi pemerintah kota/daerah untuk bangkit dan maju menjadi pemenang. Profesi perencanaan wilayah dan kota menjadi salah satu profesi yang menjadi mesin uap pembangunan daerah. Perencana dengan pengetahuan yang integratif dan holistik diharapkan mampu mengeluarkan strategi-strategi segar pembangunan yang menjawab tantangan otonomi daerah. Pelibatan masyarakat dalam pembangunan merupakan salah satu strategi yang dapat diambil. Keharusan untuk memproduksi sumber pendapatan baru mau tidak mau bertumpu pada aktivitas ekonomi masyarakat, baik usaha skala besar, menengah maupun kecil.

Pemerintah daerah tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas situasi yang terjadi. Apapun, strategi pengembangan pemerintah daerah juga merupakan bagian dari strategi pembangunan di masa lalu. Adanya kecacatan birokrasi pemerintah daerah adalah produk dari kesalahan grand strategy pengelolaan lembaga pemerintahan di level nasional. Undang-Undang Otonomi Daerah secara tegas menyatakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah

35


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Pengikutsertaan masyarakat dalam pembangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, empowering dan sustainable. Konsep pemberdayaan masyarakat lebih luas daripada hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme mencegah kemiskinan lebih lanjut. Konsep ini memberikan adanya suatu model pembangunan alternatif yang menghendaki demokrasi yang melekat pada pertumbuhan ekonomi yang tepat, keseimbangan gender dan keadilan antar generasi. Pembangunan tidak lagi hanya bersifat vertikal mengikuti teori growth pole, melainkan juga bersifat horizontal.

memunculkan sense of belonging sekaligus solusi bagi implementasi tata ruang. Cara ketiga adalah penguatan sektor informal. Lebih dari 60% aktivitas ekonomi masyarakat berasal dari sektor informal. Masyarakat Indonesia yang mayoritas berasal dari kelas menengah ke bawah adalah pemutar roda perekonomian yang sesungguhnya. Telah terbukti pada krisis ekonomi tahun 1998 lalu bahwa sektor informal adalah sektor yang paling kuat bertahan terhadap krisis. Profesi yang mereka lakukan seperti pedagang, kuli bangunan dan pembantu rumah tangga menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menghidupi keluarga. Sayangnya mereka juga adalah kelompok masyarakat dimarginalkan oleh pemerintah. Mengingat ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan cukup lapangan kerja, sudah semestinya pemerintah melindungi sektor informal dengan kebijakan yang pro-rakyat.

Cara kedua adalah penarikan aspirasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah. RTRW selama ini adalah dokumen teknis yang dibuat oleh teknokrat murni. Ia dibuat berdasarkan data statistik yang eksak. Teknik perencanaan tanpa pelibatan masyarakat seperti ini memiliki kelemahan, yaitu minimnya keberterimaan masyarakat. Masyarakat merasa tidak diperlakukan sebagai stakeholders yang mesti didengar suaranya. Selain itu strategi yang diambil bisa jadi tidak tepat sasaran. Akibatnya dokumen rencana acapkali dilanggar. Pembangunan lebih didasari pada tekanan pasar daripada visi jangka panjang. Praktek pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan akan

Masyarakat merupakan pemilik sejati negeri ini. Merekalah yang seharusnya menikmati limpahan potensi sumber daya alam. Matahari yang bersinar sepanjang tahun, tanah yang subur, perut bumi yang mengandung mineral dan lautan yang kaya potensi perikanan lebih dari cukup untuk membuat masyarakat hidup dalam kemakmuran. Belum datangnya kesejahteraan merupakan kritik keras kesalahan penanganan pemerintah sebagai lembaga yang diberi mandat mengurus rakyat. Otonomi daerah merupakan titik balik perubahan tata kelola pemerintah. Kini saatnya

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah

36


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat bersatu mewujudkan mimpi menjadi negeri gemah ripah loh jinawi, tentrem karta raharja. REFERENSI Soegijoko, Budhy T et al. 1997. Perencanaan Pembangunan di Indonesia; Mengenang Prof. Dr. Sugijanto Soegijoko. Jakarta: Grasindo. Budiharjo, Eko. 1999. Kota Berkelanjutan. Bandung: ALUMNI. Kaho, Josep R. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Kunci Sukses Otonomi Daerah

37


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam 1)

Ery Fatarina Purwaningtyas, ST., MT.

1)

Staf pengajar Prodi Tekni Kimia UNTAG Semarang Email: ery_fatarina@yahoo.co.id

ABSTRACT Kelarutan atau solvasi adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat, zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Kelarutan secara umum tergantung pada : Sifat solvent/ solute (zat terlarut), temperatur,tekanan,dan polaritas. Kelarutan sangat penting dalam berbagai terapan disiplin ilmu seperti teknik kimia ; ilmu bahan ; geologi dan ilmu lingkungan. Kelarutan merupakan Characteristic properties of substance. Kelarutan pada umumnya menggambarkan substansi dari suatu zat, juga dapat memberikan petunjuk kegunaan suatu zat dalam terapannya. Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat dibedakan sebagai larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit Kata kunci : solubility,solute,solvent. PENDAHULUAN Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Molekul komponenkomponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni

ataupun campuran, palarut yang paling banyak digunakan sebagai acuan adalah air. Zat yang terlarut dapat berupa gas, cairan atau padatan. Kelarutan bervariasi dari mudah larut , hingga sukar larut dalam air. Istilah tak larut biasanya disebut insoluble sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut seperti pada Gambar 1, walaupun sebenarnya hanya sedikit larut. Dalam beberapa kondisi,titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

38


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

(superheated)

yang

metastabil.

(www.wikipedia.org)

.

Gambar 10: Campuran 2 senyawa tak larut (minyakair) www.wejick.wodpress.com

Pada saat konsentrasi zat terlarut sudah mencapai harga yang maksimum ( tidak dapat diperbesar lagi ) maka larutan tersebut telah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi maksimum dan konsentrasi ini dinamakan kelarutan (S) dari zat terlarut dan keadaan larutan disebut jenuh. Setiap elektrolit mempunyai suatu besaran yang disebut hasil kali kelarutan (Ksp). Ksp didefinisikan sebagai hasilkali konsentrasi ion-ion suatu elektrolit dalam larutan yang tepat jenuh.

konsentrasi yang lebih tinggi (konsentrasi maksimum). Kelarutan pada dasarnya merupakan proses pecahnya ikatan antar molekul-molekul solute dari keadaan kristal menjadi molekul lepas yang terbawa oleh molekul-molekul air di sekelilingnya. Kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut ( cair , gas , padat ) ada zat yang mudah larut tetapi ada zat yang tidak larut. Kelarutan secara umum tergantung pada : Sifat solvent/ solute (zat terlarut). Kelarutan yang besar akan terjadi jika molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan dari sifat-sifat kelistrikan seperti momen dipol yang tinggi antara solvent-solvent, maka gaya tarik yang terjadi antara solute-solvent adalah kuat. Sebaliknya, jika tidak ada kesamaan maka gaya tarik solute-solvent lemah. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam solvent

TEORI Kelarutan juga digunakan secara kualitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan dikatakan larutan tidak jenuh jika solute dapat ditambahkan untuk mendapatkan larutan yang berbeda konsentrasinya. Dalam kondisi tertentu ternyata penambahan solute tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana penambahan solute pada sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain yang memiliki

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

39


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

polar daripada dalam pelarut non-polar. Jika solvent lebih polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.

yang terbentuk jika air dipanaskan adalah kenyataan bahwa udara yang terlarut menjadi berkurang larut pada temperatur yang lebih kecil. Hal yang serupa, juga berlaku untuk kelarutan sistem cair-cair dan padat-cair. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2 mengenai hubungan kelarutan terhadap temperatur dari beberapa garam.

Temperatur Kalarutan gas dalam air biasanya menurun jika temperatur larutan dinaikkan. Gelembung-gelembung kecil

Gambar 2 : Kelarutan berbagai garam terhadap perubahan Temperatur (www.wikipedia.org )

Contoh lain adalah pada saat kita memesan minuman es syrup . Pada kondisi ini kelarutan suatu bahan akan sangat dipengaruhi oleh temperatur. Jadi kalau sudah terlanjur dingin, untuk dapat melarutkan gula tersebut harus diaduk dengan kuat dan perlu waktu yang lebih lama. Pada kondisi Gambar 3: Minuman es syrup temperatur rendah (www.iqmal.staff.ugm.ac.id ) karena adanya es

batu, maka kelarutan bahan menjadi sangat berkurang. Untuk bahan cair relatif tidak masalah, tetapi untuk bahan padat maka akan menjadi sukar larut. Gula yang ditambahkan pada air dingin atau air yang bercampur es maka gula tidak akan terlarut dengan sempurna. Untuk membantu pelarutan, orang harus melakukan pengadukan sehingga kristal gula akan bergerak dan memudahkan proses pelarutan. Tetapi apabila

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

40


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

temperatur air sudah dingin, meskipun dibantu dengan pengadukan, proses pelarutan gula

tetap tidak mudah larut. Gambar 3 menggambarkan kelarutan syrup (gula cair) pada air dingin. dibedakan sebagai larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit mengandung zat elektrolit sehingga dapat menghantarkan listrik, sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. 1. Kelarutan cair-cair. Cairan dapat larut ke dalam cairan lain seperti etanol larut dalam air. Kelarutan zat cair dalam zat cair lain secara umum kurang peka terhadap perubahan suhu. Kelarutan zat cair dipengaruhi oleh kepolaran dari masingmasing zat cair, seperti misalnya : Aldehide dan keton. Kedua senyawa ini adalah molekul polar, karena keduanya mempunyai ikatan rangkap C= ... tetapi keduanya tidak memiliki atom hidrogen yang terikat langsung pada oksigen, sehinmgga tidak bisa membentuk ikatan hidrogen sesama. Aldehid dan Keton yang mempunyai jumlah atom C kecil mudah larut dalam air, tetapi kelarutannya akan berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah atom C atau panjang rantai. Hal ini disebabkan adanya gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara Aldehid atau Keton dengan molekul air. Gaya tarik ini melepaskan energi yang digunakan untuk membantu memisahkan molekul air dan Aldehide atau Keton satu sama lain sebelum bisa bercampur. Beberapa data yang diambil acak dari Yaws,Carl W (1999) menunjukkan fenomena seperti diuraikan di atas, disajikan dalam Tabel 1.

Tekanan Kelarutan dari semua gas naik jika tekanan gas di atas larutan dinaikkan.Secara kuantitatif, hal ini dinyatakan dalam hukum Henry yang menyatakan bahwa pada tempereratur tetap perbandingan dari tekanan dari solute gas dibagi dengan mol fraksi dari gas dalam larutan adalah tetap. (www.noekpunya.com ). Polaritas Solute dapat larut dengan baik dalam solvent, ternyata ada hubungannya dengan sifat polaritas dari solute-solvent Sebagai contoh, solute yang sangat polar (hydrophilic) seperti urea mempunyai kelarutan yang tinggi terhadap air (polar) , sedikit larut dalam metanol dan tidak larut dalam larutan non-polar seperti benzene. Berbeda dengan solute yang non-polar ( lipophilic) seperti napthalene tidak larut dalam air, sedikit larut dalam metanol dan mudah larut dalam nonpolar seperti benzene. (www.wikipedia.org.) Kelarutan sangat penting dalam berbagai terapan disiplin ilmu seperti teknik kimia ; ilmu bahan ; geologi dan ilmu lingkungan. Kelarutan merupakan Characteristic properties of substance. Kelarutan pada umumnya menggambarkan substansi dari suatu zat, juga dapat memberikan petunjuk kegunaan suatu zat dalam terapannya. Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

41


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Tabel 1: Kelarutan beberapa senyawa organik ( Yaws,1999)

Nama senyawa organik

Kelarutan dalam air (ppm.wt)

Aceton

1,0000.E+06

Hexanon

1,6400.E+04

Oktanon

9,0000.E+02

Propanal

4,0450.E+05

Hexanal

5,6440.E+04

Oktanal

2,7030.E+02

Dari beberapa data menunjukkan bahwa semakin banyak atom C atau semakin panjang ikatan , harga kelarutan zat cair tersebut juga semakin kecil sehingga kelarutannya dalam air juga semakin tidak mudah larut Alkohol mempunyai berat molekul rendah dan bersifat larut dalam air. Kelarutan ini disebabkan oleh ikatan hydrogen antara alcohol dan air. Bagian hidrokarbon alcohol bersifat hydrophobic (menolak air) , sehingga semakin panjang bagian hidrokarbon akan makin rendah kelarutannya dalam air.Alkohol berkarbon-tiga 1-dan 2-propanol bercampur (miscible) dengan air. Sedangkan 1-butanol larut dalam air 8,3 gram/100ml.

hydrogen positif dari H2O. Batasan jumlah garam yang dapat dilarutkan dalam air ( misalnya 1 liter ) ditentukan oleh harga Ksp-nya, jika harga Ksp terlampaui maka garam akan mengendap atau sudah tidak bisa larut lagi. Perhitungan Ksp untuk AgCl, jika diketahui kelarutannya 10-5M adalah sebagai berikut : AgCl -------------- Ag + + Cl10-5 10 -5 10 -5 Ksp = [ Ag+] x [ Cl-] Ksp = 10-5 x 10 -5 = 10 -10 Hubungan Ksp dengan kelarutan (S) adalah sebagai berikut : Misalkan elektolit LmXn, L adalah kation ; X adalah anion ; m = bilangan yang diikat kation dan n = bilangan yang diikat anion ,maka : S (kelarutan ) = (√ Ksp / mm.nn )m+n AgCl sangat larut dalam air. Contoh lain adalah garam (NaCl) , pada suhu 250C mempunyai nilai kelarutan 35,9 gr/100 ml air.Pada Tabel 2 menunjukkan jenisjenis larutan berdasarkan fase komponenya.

2. Kelarutan Padat – Cair. Senyawa ionik (garam) larut dalam air sebab dapat mengikat ion bermuatan positif dan negatif. Misalnya, ion positif dari garam ( Ag+) dapat mengikat oksigen negatif dari H2O. Sedangkan ion negatif dari garam (Cl-) akan mengikat

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

42


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Tabel 2: Jenis-jenis larutan

CONTOH LARUTAN Pelarut

ZAT TERLARUT Gas Udara (oksigen dan gas-gas lain dalam nitrogen)

Cairan Uap air di udara (kelembapan)

Cairan

Air terkarbonasi (karbon dioksida dalam air)

Etanol dalam air; campuran berbagai hidrokarbon (minyak bumi)

Padatan

Hidrogen larut dalam logam, misalnya platina

Air dalam arang aktif; uap air dalam kayu

Gas

Fenomena kelarutan beberapa jenis garam juga dapat dilihat pada Gambar 1 , untuk garam Na2SO4 memberikan gambaran yang tidak ideal , sedangkan untuk NaCl menunjukkan kelarutan yang stabil karena tidak menunjukkan kenaikan yang berarti.

Padatan Bau suatu zat padat yang timbul dari larutnya molekul padatan tersebut di udara Sukrosa (gula) dalam air; natrium klorida (garam dapur) dalam air; amalgam emas dalam raksa Aloi logam seperti baja dan duralumin

dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarikmenarik listrik (gaya intermolekul dipoldipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekulmolekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air. Seperti misalnya tingginya konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna turquoise,

3. Kelarutan Gas – Cair. Contoh sederhana dari kelarutan gas pada zat cair ( air ) adalah adanya uap air dalam udara (Kelembaban) atau kelarutan Oksigen dalam air . Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. Misalnya Amonia ( NH3) pada suhu 00C mempunyai harga kelarutan = 89,9 gr/ 100 ml air. Fenomena sistem kelarutan di alam Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur

Gambar 4: Air terjun Havasu (www.wikipedia.org.)

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

43


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Gambar 4 menunjukkan fenomena alam karena adanya kelarutan.

Terjadinya pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah AAT. AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk pembangunan fondasi bangunan, pembuatan tambak dan sebagainya. (www.wicaksonoario.blogspot.com ) Gambar 6 menunjukkan danau yang terbentuk dari air asam tambang

Gambar 5: Pemisahan garam dari air (www.selaluadacara.blogspot.com )

Fenomena alam yang lain dan berkaitan dengan kalarutan adalah air laut yang berasa asin, hal ini disebabkan adanya garam (NaCl) yang terlarut dalam air. Gambar

5

menunjukkan

kegiatan

pemisahan garam dari air.

Gambar 6: Danau air asam tambang (ww.wicaksonoario.blogspot.com )

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

44


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

KESIMPULAN

REFERENSI

1. Kelarutan atau solubilitas suatu

Anonim, 2011, Kelarutan dan action ,

zat adalah kemampuan zat terlarut

www.wikipedia.org, 17 Mei 2011.

(solute) untuk dapat larut ke

Anonim, 2011, Menentukan konsentrasi

dalam zat pelarut (solvent).

ion sulfat maksimum yang harus

2. Kelarutan ( S ) dinyatakan dalam

ditambahkan ke dalam larutan BaI

jumlah maksimum zat terlarut

agar larutan menjadi tepat jenuh,

dalam

www.belajarkimia.com.17 Mei

pelarut

pada

keadaan

kesetimbangan.

2011.

3. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh

:

sifat

temperatur

solvent/solute ;

tekanan

Anonim, 2011, Kelarutan produk-produk

;

instan. www.noekpunya.com ,17

dan

Mei 2011.

polaritas. 4. Kelarutan

Anonim, 2011, Kelarutan Garam di pada

umumnya

Laut,

menggambarkan substansi dari

www.selaluadacara.blogspot.com ,

suatu zat, juga dapat memberikan

28 Juni 2011

petunjuk

kegunaan

suatu

zat

dalam terapannya.

Perry,

1995,

Engineering

Perry‟s Hand

Chemical Book.

6th

edition, Mc-Graw Hill. Wicaksono A, 2011, Penengelolaan Air Asam Tambang, www.wicaksonoario.blogspot.com , 25 Juni 2011. Yaws, Carl W, 1999, Chemical Properties Handbook, 1st edition, Mc-Graw-Hill, New york.

Sistem Kelarutan (Solvasi) di Alam

45


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu 1)

Wikanastri Hersoelistyorini dan 2) Sri Sinto Dewi

1) 2)

Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang Program Studi D3 Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Email: 1) wikanastri@yahoo.com

ABSTRAK Cassava peel can be used as substrate for microbial growth to produce single cell protein through fermentation process. The fermentation process can also reduce the cyanide content of cassava peel. The microbial growth in fermentation process is strongly influenced by nutrient substrate content, such as carbon, nitrogen, organic campound, and vitamins. Vitamins are very important to adjust coenzyme and enzyme. Generally, vitamins can be found ini substrate and water in varying amounts. Some natural sources of carbon and nitrogen contain all or some of the vitamins needed, however the vitamin deficiency still occur. By adding vitamins in the substrate, can prevent this deficiency. The aim of vitamin B supplementation in the fermentation process of cassava peel is to optimize the growth of microbes, in order to produce potential feed. The fermentation process using yeast inoculum and supplementation of a single type of vitamin B or more than one types of vitamin B, can be used to increase protein content and to decrease the cyanide toxic content in cassava peel. Kata kunci : supplementation of vitamin B, cassava peel fermentation, single cell protein.

PENDAHULUAN Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz atau Manihot esculenta Pohl) adalah tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia terutama di pedesaan. Ubi kayu dikenal sebagai tanaman rakyat yang mudah didapat dan harganya murah. Tanaman ini berasal

dari Brazil Amerika Selatan dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852 (Rukmana, 1997). Di Indonesia umbi ubi kayu merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung, sehingga umbi ubi kayu mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Saat ini

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

46


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

umbi ubi kayu telah dikembangkan menjadi komoditas agroindustri seperti industri tepung tapioka, industri fermentasi, dan industri produk makanan. Industri-industri pengolahan umbi ubi kayu ini menghasilkan kulit umbi ubi kayu yang pada umumnya dibuang sebagai limbah. Produksi umbi ubi kayu di Indonesia pada tahun 1995 adalah 15,44 juta ton dan mencapai 19,98 juta ton pada tahun 2007 (BPS, 2008),dengan perkiraan kulit umbi yang akan dihasilkan kurang lebih 16% dari produksi umbi ubi kayu (Darmawan, 2006). Jumlah limbah kulit umbi ubi kayu yang cukup besar ini bila tidak ditangani dengan baik dan benar dikhawatirkan akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Saat ini, pemanfaatan limbah kulit umbi ubi kayu untuk pakan ternak, masih dilakukan dalam jumlah yang terbatas. Hal ini dikarenakan tingginya kandungan sianida dalam kulit umbi ubi kayu, sehingga bila diberikan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan kematian ternak yang mengkonsumsinya (Gushairiyanto, 2006). Mengingat potensi dan jumlah yang besar dari limbah kulit umbi ubi kayu ini, maka perlu suatu upaya mengolahnya menjadi pakan ternak yang potensial. Kulit umbi ubi kayu masih mengandung bahan-bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan mineral (Hersoelistyorini dan Busairi, 2010). Bahan-bahan organik ini dapat digunakan sebagai bahan dasar potensial untuk proses biokonversi oleh mikroba, antara lain dengan memanfaatkan kulit umbi ubi kayu sebagai substrat pertumbuhan mikroba untuk

memproduksi protein sel tunggal melalui proses fermentasi (Judoamidjojo dkk., 1989). Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan energi dan protein, menurunkan kandungan sianida, dan kandungan serat kasar, serta meningkatkan daya cerna bahan makanan berkualitas rendah. Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat menghasilkan enzim yang akan mendegradasi senyawa-senyawa kompleks menjadi lebih sederhana dan mensintesis protein yang merupakan proses pengkayaan protein bahan/protein enrichment (Darmawan, 2006). Karena itu, kulit umbi ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai substrat pertumbuhan mikroba untuk memproduksi protein sel tunggal melalui proses fermentasi . Penelitian Ofuya dan Obilor (1993) menyatakan bahwa anak unggas yang diberi pakan kulit umbi ubi kayu terfermentasi mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi dan tingkat kematian lebih rendah bila dibandingkan dengan anak unggas yang diberi pakan kulit umbi ubi kayu segar, berdasarkan hasil autopsi diketahui bahwa kematian anak unggas disebabkan karena keracunan sianida dan diketahui pula kandungan protein kulit umbi ubi kayu terfermentasi lebih tinggi dibanding kulit umbi ubi kayu segar. Penelitian Darmawan (2006) melaporkan bahwa proses fermentasi dengan kapang Aspergillus niger dapat mendetoksifikasi racun sianida dan meningkatkan nilai nutrisi kulit umbi ubi kayu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak kambing. Hasil penelitian Muhiddin dkk (2001) menyatakankan bahwa proses fermentasi

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

47


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

dapat meningkatan kandungan protein kulit umbi ubi kayu. Kandungan protein meningkat dari 3,14% sebelum fermentasi menjadi 4,69% setelah fermentasi selama 5 hari pada perlakuan substrat ditambah NPK dan vitamin B1. Penelitian Busairi dan Hersoelistyorini (2009 dan 2010) menyimpulkan bahwa penambahan vitamin B1 dan diammonium phospat [(NH4)2HPO4] dapat meningkatkan kandungan protein dan munurunkan kadar sianida dalam kulit umbi ubi kayu setelah proses fermentasi selama 5 hari. Pertumbuhan mikroba pada proses fermentasi sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrien substrat, antara lain carbon, nitrogen, garam-garam organik, dan vitamin. Vitamin sangat penting untuk mengatur coenzim dan enzim dan umumnya sudah terkandung di dalam substrat dan air dalam jumlah yang bervariasi. Beberapa sumber C dan N alam mengandung semua atau beberapa vitamin yang diperlukan, namun demikian defisiensi vitamin sering terjadi, dengan menambahkan vitamin pada substrat dapat mencegah defisiensi ini (Stanbury dan Whitaker, 1984). Penelitian ini bertujuan mengkajian pengaruh suplementasi vitamin B pada proses fermentasi terhadap peningkatan kadar protein dan penurunan kadar sianida kulit umbi ubi kayu, agar dihasilkan pakan ternak yang potensial.

pada penelitian ini adalah kulit umbi ubi kayu yang diperoleh dari PT. Indofood Fritolay Semarang. Kulit umbi ubi kayu dipotong kecil–kecil dan dikeringkan pada temperatur 50oC kemudian digiling menjadi tepung. Inokulum yang digunakan pada penelitian ini adalahragi tape merk Gedang. Media kultur yang digunakan untuk identifikasi mikroba adalah Sabarout Glukosa Agar (SGA) yang terdiri dari campuran pepton P.A. (Oxoid Ltd.), glukosa P.A. (Merck) dan agar-agar merk Swallow ditambah dengan antibiotik tetrasiklin (Kimia Farma). Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah vitamin B1, B6, B12, dan Bcomplex produksi IPI. Alat

Alat yang digunakan antara lain : erlemenyer 250 mL, cawan petri, kawat ose, lampu spiritus, neraca analitis (OHaus), tabung reaksi, pipet mikro, autoclaf, inkubator, dan spectronic 20 ( Baush and Lomb Optical Company). Peralatan lengkap untuk analisis kadar air (metode toluen), kadar abu (metode gravimetri), kadar sianida(metode titrasi Liebig), kadar protein (metode Kjeldahl), dan kadar lemak (metode soxhlet). PELAKSANAAN PERCOBAAN Penepungan Kulit Umbi Ubi Kayu

Kulit umbi ubi kayu diambil bagian putihnya, dicuci bersih dan direndam selama 1 malam dengan tujuan untuk mengurangi kandungan sinidanya. Langkah selanjutnya kulit umbi ubi kayu dikeringkan sampai kering benar dan digiling menjadi tepung dan siap digunakan sebagai bahan baku penelitian.

BAHAN, ALAT, DAN METODE Bahan

Bahan baku utama yang digunakan sebagai substrat fermentasi

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

48


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Karakterisasi Tepung Kulit Umbi Ubi Kayu Karakterisasi tepung kulit umbi ubi kayu meliputi analisis kadar air (metode toluen), kadar abu (metode gravimetri), kadar sianida(metode titrasi Liebig), kadar protein (metode Kjeldahl), dan kadar lemak (metode soxhlet).

sebagai kontrol). Ke-9 fermentor kemudian diinokulasi dengan ragi tape sebanyak 0,3 gram [Muhiddin, dkk., (2001)] dan difermentasi selama 6 hari.Pengambilan sampel dilakukan setiap 24 jam sekali dan dilakukan analisis jumlah total mikroba (metode turbidimetri) serta kadar protein (metode Kjeldahl). Analisis kadar sianida (metode titrasi Liebig) hanya dilakukan terhadap sampel yang diambil pada kondisi optimum fermentasi.

Fermentasi Disiapkan 9 buah erlenmeyer 250 mL yang difungsikan sebagai fermentor. Ke dalam erlenmeyer dimasukkan 100 gram tepung kulit umbi ubi kayu dan 125 mL aquadest dan diaduk merata serta disterilisasi pada temperatur 121oC selama 15 menit, setelah dingin 8 buah fermentor disuplementasi dengan vitamin B (vitamin B1, Bcomplex, B6, B12, campuran vitamin B1 B6, B1 B12, B6 B12, dan B12 Bcomplex) dan 1 buah fermentor tidak dilakukan suplementasi (digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Proksimat Tepung Kulit Umbi Ubi Kayu

Analisis proksimat bertujuan untuk mengetahui kandungan materi dalam tepung kulit umbi ubi kayu yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil analisis proksimat tepung kulit umbi ubi kayu tersaji pada

Tabel 1. Tabel 1. Data analisis proksimat tepung kulit umbi ubi kayu No

Parameter

Jumlah (%)

1

Kadar protein kasar

9,6593

2

Kadar lemak kasar

1,6714

3

Kadar air

4,8300

4

Kadar abu

4,7750

5

Kadar karbohidrat

79,0643

Tepung kulit umbi ubi kayu yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar karbohidrat sebesar 79,0643 % dan kadar abu 4,7750 % (Tabel 1), sehingga memungkinkan digunakan sebagai sumber karbon dan mineral yang cukup untuk pertumbuhan mikroba. Kandungan sianida tepung kulit umbi ubi kayu yang digunakan sebagai bahan utama penelitian ini adalah 57,676 mg%.

Hasil pengeringan 100 gram kulit umbi ubi kayu segar yang digunakan pada penelitian ini, diperoleh kulit umbi ubi kayu kering sebanyak 19,8740 gram. Jadi total kadar air kulit umbi ubi kayu segar yang digunakan pada penelitian ini adalah 84,9560 %. Menurut Rukmana (1997), kulit umbi ubi kayu mengandung bahan kering sebesar 17,4500 gram, sehingga kulit umbi ubi kayu mempunyai

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

49


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

kadar air sebesar 82,5500 %. Penyebab perbedaan kadar air antara kulit umbi ubi kayu yang digunakan pada penelitian ini dan Rukmana, yaitu adanya perbedaan jenis umbi yang digunakan, area penanaman ubi kayu maupun musim saat tanaman ubi kayu ditanam.

Jenis vitamin B yang digunakan untuk suplementasi substrat fermentasi pada penelitian ini adalah vitamin B1, B6, B12, dan Bcomplex sertacampuran vitamin B1 B6, B1 B12, B6 B12, dan B12 Bcomplex. Hasil analisis pengaruh suplementasi vitamin B terhadap jumlah massa sel mikroba pada fermentasi tepung kulit umbi ubi kayu ini tersaji pada Gambar 1 dan 2. Metode analisis yang digunakan adalah metode turbidimetri.

Analisis Pengaruh Suplementasi Vitamin B terhadap Jumlah Massa Sel Mikroba pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu 0,1 0,09 0,08

Absorban

0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 1

2

3

4

5

6

Hari B6

C

BC

B12

B1

Gambar 1. Perubahan nilai absorbans berdasarkan waktu fermentasi padahasil fermentasi kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi satu jenis vitamin B

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

50


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011 0,1 0,09 0,08

Absorban

0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 1

2

3

4

5

6

Hari B12BC

B1B12

B1B6

B6B12

C

Gambar 2. Perubahan nilai absorbans berdasarkan waktu fermentasi pada hasil fermentasi kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi lebih dari satu jenis vitamin B

Gambar 1 dan 2 menyatakan bahwa semakin lama proses fermentasi maka terjadi kenaikan nilai absorbans (A). Hal ini menandakan bahwa semakin lama proses fermentasi dilakukan maka jumlah pertumbuhan mikroorganisme makin meningkat, sehingga makin banyak cahaya dihamburkan. Pada alat spectronic 20, cahaya yang mengenai selsel mikroorganisme di dalam suspensi akan dihamburkan, sedangkan cahaya yang lolos (diteruskan) setelah melewati suspensi akan mengaktivasi fototabung yang pada gilirannya akan mencatat persen transmitans (%T) pada galvanometer (Hadioetomo, 1990). Karena itu makin banyak jumlah sel di dalam suspensi, maka makin kecil nilai transmitans yang tercatat danmakin besar nilai absorbans (A). Jumlah massa sel mikroba terbesar dicapai pada hari keempat fermentasi, baik fermentasi dengan suplementasi dengan satu jenis

vitamin Bmaupun lebih dari satu jenis vitamin B. Pada penelitian ini, jumlah massa sel mikrobaterbesar terdapat pada fermentasi substrat dengan suplementasi vitamin B1. Jumlah massa sel mikrobaterbesar pada fermentasi substrat dengan suplementasi lebih dari satu jenis viamin B terdapat pada fermentasi substrat dengan suplementasi campuran vitamin B1 B6. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Stanbury dan Whitaker (1984) bahwa beberapa produksi strain memerlukan vitamin B1, maupun penelitian dari Arasaratman et al. (1996) yang menyatakan bahwa vitamin B6 sangat penting dalam biosintesa asamasam amino bagi bakteri (mikroba).Hasil identifikasi jenis mikroba ragi tape pada penelitian ini, diketahui bahwa ragi tape yang digunakan mengandung mikroba monokultur yaitu Rhizopus..

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

51


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Analisis Pengaruh Suplementasi Vitamin B terhadap Peningkatan Kandungan Protein Substrat pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

vitamin yang digunakan dalam formulasi substrat fermentasi antara lain : kalium pantotenat (vitamin B5) digunakan dalam formulasi substrat untuk memproduksi vinegar, biotin (vitamin B7) digunakan pada substrat untuk memproduksi asam glutamat (Stanbury dan Whitaker, 1984).Hasil analisis pengaruh suplementasi vitamin B terhadap peningkatan kandungan protein substrat pada fermentasi tepung kulit umbi ubi kayu ini tersaji pada Gambar 3 dan 4.

Suplementasi vitamin B pada penelitian ini bertujuan untuk mencegah defisiensi vitamin pada proses fermentasi yang sering terjadi, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba yang kurang optimal. Beberapa jenis 25

kadar Protein (%)

20

15

10

5

0 1

2

3

4

5

6

Hari B6

C

BC

B12

B1

Gambar 3. Perubahan kadar protein berdasarkan waktu fermentasi pada hasil fermentasi kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi satu jenis vitamin B

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

52


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011 25

Kadar Protein (%)

20

15

10

5

0 1

2

3

4

5

6

Hari B12BC

B1B12

B1B6

B6B12

C

Gambar 4. Perubahan kadar protein berdasarkan waktu fermentasi pada hasil fermentasi kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi lebih satu jenis vitamin B

Peningkatan kadar protein substrat terbesar pada penelitian ini, dicapai pada hari keempat fermentasi, baik fermentasi dengan suplementasi satu jenis vitamin B maupun lebih dari satu jenis vitamin B (Gambar 3 dan 4). Kadar protein substrat tertinggi pada penelitian ini terdapat pada fermentasi dengan suplementasi vitamin B1.Kadar protein tertinggi pada fermentasi substrat dengan suplementasi lebih dari satu jenis vitamin B terdapat pada fermentasi substrat dengan suplementasi campuran vitamin B1 B6. Jumlah kadar protein substrat ini sangat berkaitan erat dengan jumlah massa sel

mikroba, semakin banyak massa sel mikroba maka semakin besar pula kadar protein substrat, demikian juga sebaliknya. Analisis Pengaruh Suplementasi Vitamin B terhadap Kadar Sianida pada ProsesFermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu Analisis kadarsianida (HCN) pada penelitian ini dilakukan terhadap sampel tepung kulit umbi ubi kayu setelah difermentasi selama4 hari (waktu optimum fermentasi). Hasil analisis kadarsianida tersaji pada Gambar 5.

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

53


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011 40

34.43

35

30

Kadar HCN (mg%)

25

20

15

10 5.658

5.66

4.143

5 2.856 1.654

2.163

1.537

0.964

0 Control

B6

Bcom

B1

B12

B1 dan B6

B6 dan B12

B12 dan Bcom

B1 dan B12

Gambar 5.Pengaruh suplementasi vitamin B terhadap kadarsianida (HCN) pada proses fermentasi tepung kulit umbi ubi kayu

Penurunan kadar sianida tertinggi terdapat pada hasil fermentasi tepung kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi vitamin B1, kadar sianida tepung kulit umbi ubi kayu sebelum difermentasi 57,676 mg% turun menjadi 0,964 mg% setelah difermentasi. Penurunan kadar HCN terendah terjadi pada proses fermentasi dengan suplementasi vitamin B12yaitu turun menjadi 34,430 mg%. Penurunan kadarsianida tepung kulit umbi ubi kayu karena proses fermentasi sesuai dengan hasil penelitian Ofuya dan Obilor (1993), penelitian Darmawan (2006), dan penelitian Busairi dan Hersoelistyorini (2010).

satu jenis vitamin vitamin B maupun lebih dari satu jenis vitamin B, dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan protein dan menurunkan kandungan racun sianida (HCN) dalam limbah kulit umbi ubi kayu. Pada penelitian ini hasil terbaik dicapai pada fermentasi kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi vitamin B1 untuk suplementasi dengan satu jenis vitamin B dan suplementasi dengan campuran vitamin B1 B6 untuk fermentasi kulit umbi ubi kayu dengan suplementasi lebih dari satu jenis vitamin B, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengolah limbah kulit umbi ubi kayu menjadi pakan ternak yang potensial. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kopertis Wilayah VI

KESIMPULAN Proses fermentasi menggunakan inokulum ragi tape dengan suplementasi

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

54


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Kementerian Pendidikan Nasional yang menyediakan dana penelitian ini sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 024/006.2/PP/2010, tanggal 01 Maret 2010.

Gushairiyanto, 2006, Penurunan Kandungan Sianida Kulit Umbi Ketela Pohon Melalui Perendaman, Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Peternakan, 9 (2) : 106-114. Hadioetomo RS., 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia, Jakarta, 82-88. Hersoelistyorini, W. dan Busairi, AM. 2010. Biokonversi limbah Kulit Singkong Menjadi pakan Ternak Berprotein Tinggi. Prosiding.ISBN 978-979-984656-3. Judoamidjojo, RM., Sa‘id, EG. dan Hartoto, L., 1989, Biokonversi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor : 11–109. Muhiddin NH. Juli N. dan Aryantha INP, 2001, Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu melalui Proses fermentasi, Jurnal Matematika dan Sain, 6 (1), 1-12. Ofuya CO. and Obilor SN, 1993, The Suitability of Fermented Cassava Peel as A Poultry Feedstuff , Bioresource Technology, 44, 101104. Rukmana R., 1997, Ubi Kayu Budi Daya dan Pascapanen, Kanisius, Yogyakarta, 11-35. Stanbury, P.F. and Whitaker, A., (1984), ― Principles of Fermentation Technology‖, New York, Pergamon Press Ltd : 74-87.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Produksi Ubi Kayu Menurut Propinsi 2004-2007, Badan Pusat Statistik dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Arasaratnam V. Senthuran A. and Balasubramanian K., 1996, Supplementation of Whey with Glucose and Different Nitrogen Sources for Lactic Acid Productionby Lactobacillus delbrueckii, Enzyme and Microbial Technology,19, 482486. Busairi, AM. dan Hersoelistyorini, W. 2009. Pengkayaan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu melalui Proses Fermentasi : Optimasi Nutrien Substrat MenggunakanResponse Surface Methodology. Prosiding. ISBN 978-979-98300-1-2. Darmawan, 2006, Pengaruh Kulit Umbi Ketela Pohon Fermentasi terhadap Tampilan Kambing Kacang Jantan, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, IX (2) : 115-122.

Suplementasi Vitamin B Pada Proses Fermentasi Kulit Umbi Ubi Kayu

55


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi 1)

Ir. Retno Ambarwati, S.L., MT.;

2)

Ir. Darwati, MT. dan 3) Dedet

1&2) 3)

Dosen Program Studi Teknik Kimia Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang MahasiswaProgram Studi Teknik Kimia Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Email: 1) retnol@yahoo.com

ABSTRAK Pisang telah dikenal orang sejak jaman dahulu., tetapi jantung pisang pisang yang merupakan hasil samping belum banyak imanfaatkan. Begitupun juga dengan buah jambu mete selama ini hanya dibuang begitu saja. Padahal baik jantung pisang maupun jambu mete karena teksturnya menyerupai daging , maka dapat dimanfaatkan untuk campuran pembuatan abon daging sapi, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya . Pada penelitian ini dipelajari mengenai rasa , aroma, dan warna dari abon daging sapi yang dibuat dengan menambahkan campuran jantung pisang maupun jambu mete dengan varian campuran yang berbeda. Awalnya bahan-bahan dibersihkan dan dipotong-potong kemudian direbus hingga lunak. Bahan –bahan direbus dengan bumbu-bumbu gula merah, garam dapur, bawang putih, bawang merah, ketumbar, kemiri, dan daun salam yang sudah dihancurkan jadi satu. Setelah direbus kemudian ditumbuk menggunakan alu sampai hancur kemudian digoreng. Bahan yang sudah digoreng kemudian dimasukkan dalam kantong kemudian diperas minyaknya sampai habis, selanjutnya diawut- awut menggunakan garpu dan diangin-anginkan supaya cepat kering. Dari penambahan campuran jantung pisang dalam abon sampai 40% dan jambu mete 30% tidak mempengaruhi rasa dari abon murni. Sedangkan campuran untuk menghasilkan warna abon yang baik adalah 10%-40% untuk jantung pisang dan 10%-20% untuk jambu mete. Untuk campuran jantung pisang sampai 40% tidak mempengaruhi aroma abon yang dihasilkan, sedangkan untuk jambu mete sanpai 20%. Berdasar uji kandungan protein dan lemak tehadap abon daging sapi yang dicampur 40 % jantung pisang memiliki kandungan protein 11,46 %, dan kadar lemak 15, 32 %. Sedangkan untuk abon dari daging sapi yang dicampur 20 % jambu mete memiliki kandungan protein 15,53 %, dan kadar lemak 22,47 %. Kata kunci : jantung pisang, jambu mete, abon daging sapi

A. PENDAHULUAN

Indonesia baik di datran rendah maupun di dataran tinggi hingga ketinggan 2.000 m di permukaan laut yang dingin, pisang tetap bisa tumbuh dan mampu

Tanaman pisang termasuk jenis tanaman yang mudah tumbuh di seluruh pelosok

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

56


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

berproduksi. Hingga saat ini, orang baru memanfaatka prouk buah pisang dengan mengolah menjadi aneka ragam makanan atau memakannya langsung ketika buah sudah masak. Sementara itu, bunga atau jantung buah pisang belum ada yang memanfaatkanya secara optimal, bahkan sering dibuang begitu saja.

Jantung pisang maupun buah mete samasama memiliki struktur serat seperti daging. Jika jantung pisang dan buah mete digunakan sebagai bahan campuran pembuatan abon, maka dapat meningkatkan nilai ekonomis dari jantung pisang dan jambu mete. Abon merupakan lauk yang umumnya terbuat dari daging sapi dengan tambahan bumbu sehingga memiliki cita rasa tinggi. Harga daging sapi yang cukup mahal, produk abon tidak dapat terjangkau oleh masyarakat ekonomi bawah. Dengan pemanfaatan jantung pisang dan buah jambu mete menjadi campuran abon , diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi masysrakat dan meningkatkan nilai ekoomi jantung pisang maupun buah jambu mete.

Begitu juga dengan jambu mete, orang hanya memanfaatkan kulitnya untuk bahan tinta, bahan penyelup atau bahan pewarna. Daun jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, sedangkan daun yang tua digunakan untuk obat luka bakar. Untuk buah mete sendiri selama ini belum banyak dimanfaatkan hal ini disebabkan karena cita rasa yang kurang disukai seperti rasa sepat dan sering membuat getir tenggorokan. Mete ( Anacardium occidentale L ) di Indonesia sudah mencapai areal lebih dari 233.000 ha dengan produksi gelondong sekitar 20.000 ton. Produksi tersebut diperkirakan terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Sedang buah semu jambu mete yang dihasilkan diperkirakan 390.000 ton. Dari jumlah tersebut 80-90 persen masih belum dimanfaatkan secara optimal dan dibuang dalam bentuk limbah. Di Indonesia pemanfaatan jambu mete masih sangat terbatas baik dalam jumlah maupun bentuknya. Di Beberapa daerah buah semu jambu mete sering di komsumsi langsung sebagai buah segar dan produk olahan tradisional.

Jantung Pisang Berdasarkan penelitian, ada empat rasa jantung pisang, yakni gurih, asam, sepat, dan pahit. Keempat rasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: rasa gurih dan hambar terdapat pada jantung pisang kepok, jantung pisang batu (klutuk), dan jantung pisang hutan. rasa asam pada jantung pisang marlin, jantung pisang kole, dan jantung pisang muli, rasa sepat pada jantung pisang susu, jantung pisang tanduk, dan jantung pisang raja,serta rasa pahit terdapat pada jantung pisang ambon putih, dan jantung pisang nangka. Berdasarkan beberapa literature kandungan gizi dari beberapa jenis jantung pisang adalah sebagai berikut :

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

57


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011 Table 1 Jenis

Protein

Lemak

Karbohidrat

Jantung

(gram)

(gram)

(gram)

pisang

Mineral

Vitamin

Kalsium

Besi

Fosfor

A

B

C

(gram)

(gram)

(gram)

(si)

(mg)

(mg )

Raja

1,38

0,43

8,65

4

0,2

60

160

0,04

8

Susu

1,32

0,32

7,72

4

0,3

40

150

0,05

10

Kepok

1,26

0,35

8,31

6

0,4

50

140

0,06

9

Klutuk

2,10

0,46

6,24

8

0,7

60

170

0,03

7

Lilin

1,02

0,38

7,50

3

0,1

30

165

0,04

8

(Sumber: Munadjim, 1983)

Buah Jambu Mete Kandungan gizi buah mete sangat bagus, yaitu mengandung riboflavin (vitamin B2), asam askorbat (vitamin C), dan kalzium senyawa aktif yang diketahui dapat mencegah penyakit kanker, dan disinyalir dapat menyembuhkan tumor. Kandungan vitamin C pada buah mete cukup tinggi mencapai 180 mg / 100g. Rasa sepat buah mete disebabkan karena adanya senyawa tanin dan senyawa alkaloid yang tinggi. Pada saat buah mete dikonsumsi akan berbentuk ikatan silang antara tanin dengan protein atau glikoproptein dirongga mulut sehingga menimbulkan perasaan kering dan berkerut. Peningkatan cita rasa buah mete ini dapat dilakukan dengan pengolahan yang sesuai dengan sifat dan karakteristik buah mete, disertai dengan penambahan bahan-bahan lainya. Tahap terpenting dalam pengolahan ini adalah menghilangkan rasa sepat yang disebabkan oleh tannin.

panas pada tekana 5 psi selama 5 menit, serta pemasakan buah dalam larutan garam 2% selama 30-40 menit. Kombinasi kedua cara diatas bisa mengurangi rasa sepat dengan cukup baik, akan tetapi pemasakan dalam larutan garam dalam menghasilkan sari buah berasa asin dan kehilangan citarasa khasnya. Abon Berdasarkan SNI 01-3707-1995, abon merupakan hasil pengolahan yang berupa pengeringan bahan baku yang telah ditambahkan bumbu-bumbu untuk meningkatkan cita rasa dan memperpanjang daya simpan. Standar Industri Indonesia untuk abon No. 036880 dan 0368-85 untuk abon, meliputi : lemak 30% (maksimum), gula 30% (maksimum) , protein 20 %, air (maksimum) 10 %, abu (maksimum) 9 %, aroma, warna dan rasa khas, logam berbahaya (Cu, Pb, Hg,Zn dan As) negatif, jumlah bakteri (maksimum) 3000/g

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan sepat, adalah : pemberian uap panas dan pemasakan dalam larutan garam. Pemberian uap

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

58


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian pembuatan abon campuran daging sapi, jantung pisang, dan buah jambu mete dilakukan dengan menggunakan 5 perlakuan dan diulang 5 kali. Disususn dengan rancangan acak lengkap (CRD). Macam perlakuan terdiri dari: a. Campuran daging sapi dengan jantung pisang 10% , 20%,30%,40%,50% b. Campuran daging sapi dengan jambu mete 10%,20%,30%,40%,50% c. Kontrol (100% daging) Bahan: daging sapi , jantung pisang, buah jambu mete Bumbu : Gula merah 85 gram, garam dapur 20 gram, bawang putih 15 gram (4 siung), bawang merah 15 gram (4 siung), ketumbar 2,5 gram, kemiri 12,5 gram, daun salam 3 lembar. Alat-alat : panci,wajan,kompor ,kertas koran, alat pengepres, timbangan, alat penumbuk.

campuran daging dan jambu mete. Minyak goreng dipanaskan sampai mendidih di dalam wajan kemudian bahan-bahan campuran abon digoreng sampai kering (bahan campuran campuran daging – jantung pisang dan daging- jambu mete). Abon yang sudah masak dalam keadaan panas dimasukkan kedalam kantong kemudian diperes sampai tuntas minyaknya. Abon dikeluarkan dari kantong dan diawutawut dengan garpu kemudian dijemur sampai kering. Dan abon siap disajikan atau dikemas untuk dijual Pengamatan / pengambilan data Produk abon campuran daging sapi dan jantung pisang pada berbagai perbandingan serta abon daging sapi dan buah jambu mete pada berbagai perbandingan selanjutnya dianalisis mengenai rasa, warna, serta aroma. Selanjutnya produk abon dengan campuran optimum yang masih memiliki rasa, warna, da aroma khas abon daging sapi dianalisis kandungan protein dn lemaknya. Uji rasa, warna da aroma dengan menggunakan penilaian panelis, sedangkan analisis protein cara Khydal dan analisa lemak menggunakan soklet.

Cara Penelitian Bahan berupa daging sapi, jantung pisang, serta buah jambu mete ditimbang sesuai ketentuan, bumbu-bumbu disiapkan dan ditimbang Selanjutnya daging direbus bersama bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan selama 2 jam. Jantung pisang dibersihkan/dicuci. Untuk jambu mete harus diperas dulu Selanjutnya dikukus sampai matang, kemudian didinginkan dengan air dan diperes dalam saringan. Ampasnya dikumpulkan untuk campuran pembuatan abon. Daging dan jantung pisang ditumbuk menggunakan alu kemudian disuwir-suwir. Begitu juga dengan

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

DAN

1. Pengaruh campuran jantung pisang dan daging sapi terhadap rasa abon Dari hasil penilaian responden terhadap rasa produk abon campuran jantung pisang dan daging sapi dengan variasi perbandingan daging sapi terhadap jantung pisang 10% - 40% seluruh responden menilai enak, sedangkan pada

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

59


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

campuran abon 50% responden yang menilai enak 93.33% dan sisanya 6.67% menilai tidak enak. Hal ini terjadi karena rasa yang dihasilkan semakin menurun

kualitasnya akibat penambahan bahan campuran jantung pisang yang semakin besar.

120

y = -0.0095x 2 + 0.4383x + 95.998 R2 = 0.8571

100

% RASA

80 60 40

ENAK

20

TIDAK ENAK

0

Poly. (ENAK)

-20

0

20

40

60

% CANPURAN BAHAN (DAGING + JANTUNG PISANG)

Grafik 1.Pengaruh campuran jantung pisang terhadap rasa abon daging sapi

perbandingan 10% - 40% seluruh responden menilai baik, sedangkan pada campuran jantung pisang 50% responden yang menilai baik 93.33% dan sisanya 6.67% menilai tidak baik.

2. Pengaruh campuran jantung pisang dan daging sapi terhadap warna abon Dari uji warna abon campuran daging sapi dan jantung pisang pada

y = -0.0095x 2 + 0.4383x + 95.998 R2 = 0.8571

120 100

% warna

80 60 BAIK

40 20

TIDAK BAIK

0 -20 0

20

40

60

Poly. (BAIK)

% CAMPURAN BAHAN (DAGING + JANTUNG PISANG)

Grafik 2.Pengaruh campuran jantung pisang terhadap warna abon daging sapi

perbandingan jantung pisang 10% - 40% terhadap daging sapi, seluruh responden menilai enak, sedangkan pada campuran 50% jantung pisang , responden yang

3. Pengaruh campuran jantung pisang pada aroma abon daging sapi Dari hasil penilaian responden terhadap aroma produk abon daging sapi yng dicampur jantung pisang pada

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

60


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

menilai enak 93.33% dan sisanya 6.67%

y = -0.0095x 2 + 0.4383x + 95.998 R2 = 0.8571

120 100

% AROMA

menilai tidak enak.

80 60 40 20 0

ENAK

-20 0

20

40

60

% CAMPURAN BAHAN (DAGING + JANTUNG PISANG)

TIDAK ENAK Poly. (ENAK)

Grafik 3.Pengaruh campuran jantung pisang terhadap aroma abon daging sapi

jambu mete 40% - 50% responden yang menilai enak 80% dan sisanya 20% menilai tidak enak. Hal ini dikarenakan rasa yang dihasilkan semakin menurun kualitasnya akibat penambahan bahan campuran berupa buah jambu mete dalam pembuatan abon.

4.

Pengaruh campuran jambu mete dan daging sapi terhadap rasa abon Dari hasil uji responden terhadap abon dari campuran daging sapi dan jambu mete pada pebandingan 10% - 30% buah jambu mete, seluruh responden menilai enak, sedangkan pada campuran buah

y = -0.0143x 2 + 0.2571x + 100 R2 = 0.8095

120 100

% RASA

80 ENAK

60

TIDAK ENAK

40

Poly. (ENAK)

20 0 -20 0

20

40

60

% CAMPURAN BAHAN (DAGING +JAMBU METE)

Grafik 4.Pengaruh campuran buah jambu mete terhadap rasa abon daging sapi

Dari hasil uji responden terhadap warna abon campuran buah jambu mete dan daging sapi pada

5. Pengaruh campuran jambu mete terhadap warna abon daging asapi

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

61


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

perbandingan 10% - 20% seluruh responden menilai baik, sedangkan pada campuran abon 30% - 50%

responden yang menilai baik mulai menurun sampai 86.67%.

y = 7E-06x 2 - 0.4003x + 105.34 R2 = 0.9

120 100

% WARNA

80 60

BAIK

40

TIDAK BAIK

20

Poly. (BAIK)

0 -20 0

20

40

60

%CAMPURAN BAHAN (DAGING + JAMBU METE)

Grafik 5. Pengaruh campuran buah jambu mete terhadap warna abon daging sapi

jambu mete 10% - 20% seluruh responden menilai enak, sedangkan pada campuran abon 30% - 50% responden yang menilai enak mulai menurun hingga 73.33% .

6. Pengaruh campuran jambu mete dan daging sapi terhadap aroma abon Dari hasil uji responden terhadap aroma abon campuran buah jambu mete dan daging sapi, pada perbandingan buah 120

y = -0.0191x 2 + 0.4763x + 97.332 R2 = 0.9949

% AROMA

100 80 60

ENAK

40 20 0 -20 0

20

40

60

TIDAK ENAK Poly. (ENAK)

% CAMPURAN BAHAN ( DAGING +JAMBU METE)

Grafik 6.Pengaruh campuran buah jambu mete terhadap aroma abon daging sapi

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

62


SARGA EDISI XXI – Volume 2 – Juli 2011

32 %. Sedangkan untuk abon dari daging sapi yang dicampur 20 % jambu mete memiliki kandungan protein 15,53 %, dan kadar lemak 22,47 %.

7. Pengaruh campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete terhadap Kadar Protein dan Lemak Berdasar uji kandungan protein dan lemak tehadap abon daging sapi yang dicampur 40 % jantung pisang memiliki kandungan protein 11,46 %, dan kadar lemak 15, 32 %. Sedangkan untuk abon dari daging sapi yang dicampur 20 % jambu mete memiliki kandungan protein 15,53 %, dan kadar lemak 22,47 %.

DAFTAR PUSTAKA Apriyantono. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Budiasih, S. Dunaelatun. 2005. ―Pengaruh Penambahan Gula Pasir Terhadap Kualitas Abon Belut”. Tugas Akhir. Semarang: TJP, FT, Universitas Negeri Semarang. Leksono, T. dan Syahrul. 2001. ―Studi Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Abon Ikan”. Jurnal Natur Indonesia III, 2: 178-184. Munadjim, 1983, ―Teknologi Pengolahan Pisang‖, PT Gramedia. Jakarta Saraswati, Sambelinglung. 1995. Abon Ikan. Jakarta: Bhatara. Standart Industri Indonesia. 1985. Nomor 0368-85. Standar Nasional Indonesia. 1995. Nomor 01- 3707-1995. Standar Nasional Indonesia. 2006. Nomor 01- 2354.3-2006. Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Abon daging sapi yang dicampur dengan jantung pisang sampai 40% mempunyai rasa yang tidak berbeda dengan abon daging sapi murni (100% daging), sedangkan abon yang dicampur dengan jambu mete sampai 30% mempuyai rasa yang tidak berbeda dengan abon murni 2. Abon campuran daging sapi dan jantung pisang memberikan warna terbaik pada 10 % - 40% jantung pisang , sedangkan campuran daging sapi dan buah jambu mete memberikan warna terbaik pada 10 % - 20% buah jambu mete. 3. Campuran jantung pisang sampai 40% tidak mempengaruhi aroma abon yang dihasilkan, sedangkan untuk campuran jambu mete sampai 20% 4. Abon daging sapi yang dicampur 40 % jantung pisang memiliki kandungan protein 11,46 %, dan kadar lemak 15,

Pengaruh Campuran Jantung Pisang dan Buah Jambu Mete Terhadap Kualitas Abon Daging Sapi

63


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.