EXPEDISI EDISI KHUSUS III OSPEK UNY 2016
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
Gedung Pusat Layanan Akademik yang berada di Fakultas Bahasa dan Seni (Foto oleh Putri R | EXPEDISI)
SENTRA
Kesimpangsiuran Aturan Media di FBS
S
etiap tahunnya sudah menjadi hal biasa jika seluruh universitas melakukan masa kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek). Di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) para anggota pers mahasiswa (Persma) saat menjelang kegiatan Ospek tidak putus-putus memberitakan krono logi kegiatan yang dilakukan mahasiswa baru (Maba), panitia, serta rutinitas yang sedang gempita terjadi. Dalam peraturan Undang Undangan Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang mengatur tentang prinsip, ketentuan, dan hak-hak penyelenggara pers di Indonesia disebutkan perlindungan terhadap pers saat peliputan
berita. Pada tanggal 22 Agustus 2016, Kreativa— Lembaga Pers dan Penerbitan Mahasiswa (LPPM) di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)— mendapat pelarangan edar dari Tim Media Ospek FBS. Seperti yang diungkapkan oleh Permadi Suntama, anggota Kreativa, bahwa Tim Media menolak untuk memberikan cap pada buletin Aksara. “Mereka menganggap buletin kami ilegal untuk beredar di FBS karena tidak mendapat cap dari Tim Media. Kami tetap menyebar tetapi di luar lingkungan FBS. Namun, kemudian buletin sebagian diambil oleh Penegak Kedisiplinan (PK) bahkan direbut dari tangan Maba,” jelas
Suntama ketika ditemui di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FBS, Selasa (23/8). Lebih lanjut, Suntama mengatakan bahwa alasan Tim Media tidak memberikan cap adalah karena mereka menganggap salah satu kutipan pada buletin Aksara tidak benar, sehingga mereka menyimpulkan bahwa buletin Aksara tidak layak edar. Merasa tidak melakukan kesalahan, pihak Kreativa membawa permasalahan tersebut ke pada Dekan FBS. “Pihak dekanat mengusulkan untuk membicarakannya dengan semua pihak,” kata Suntama. Mediasi dengan panitia Ospek, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Tim