EXPEDISI E D I S I K H U S U S PA S C A I P K K M B U N Y | A G U S T U S 2 0 1 7
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
Yonky | Expedisi
SENTRA
n Beberapa penugasan pohon yang dibawa mahasiswa baru Fakultas Ekonomi belum ditanam. Jumat (25/8).
Penanaman Seribu Pohon Minim Persiapan Misi UNY menuju green campus terbentur masalah RTH.
U
ntuk mewujudkan World Class University, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melaksanakan Green and Clean Campus (GCC). Cepi Safruddin Abdul Jabar, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), mengatakan bahwa GCC merupakan salah satu indikator yang dijadikan acuan dalam penilaian kualitas kampus. Ia menambahkan, melalui kegiatan GCC, UNY dapat menanamkan kepedulian lingkungan kepada mahasiswa. Namun, sebelum dieksekusi, beberapa kendala masih dihadapi. Cepi menyatakan bahwa lahan terbuka di UNY terbatas. Ia mengatakan, di kampus pusat bangunan sudah cukup padat. “Area terbuka yang bisa ditanami di mana? Hampir tidak ada. Walaupun ada, itu sudah ada pohonnya,” katanya. Ia juga mengakui, bahwa UNY masih belum memenuhi Undang Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007 yang
mensyaratkan 30% ruang terbuka hijau (RTH) di lingkup publik. Jumlah RTH UNY yang belum memenuhi standar akhirnya berimbas pada mekanisme pelaksanaan program GCC. Riko Ilham S., koordinator fakultas (Korfak) PKKMB Fakultas Ekonomi (FE) mengatakan, kondisi FE yang memiliki sedikit RTH menyebabkan penanaman pohon dilakukan secara simbolis pada hari keempat PKKMB di fakultas, Kamis (24/8). “Untuk tempat penanaman, kami masih bingung karena FE sangat kecil sekali. Sebagai simbolisasi, jadi cuma dua pohon yang ditanam,” katanya. Perintah dari rektorat meminta, lima anak membawa satu pohon. “Tapi karena keterbatasan seperti ini (sambil menunjukkan lantai-lantai yang telah disemen), sangat tidak memungkinkan untuk menanamnya,” kata Riko. Akhirnya, FE memutuskan, satu pohon untuk setiap gugus yang berjumlah lima
belas orang. Riko mengatakan, belum ada kesepahaman antara panitia PKKMB FE dan rektorat terkait ketentuan pohon yang akan ditanam. Namun, di FE maba dibebaskan untuk membawa pohon apa pun. Melihat kesiapannya, Riko menyarankan agar program ini lebih baik dilaksanakan tahun depan. “Saat saya adakan forum komunikasi dengan teman-teman, yang jadi masalah saat ini adalah teknis yang belum jelas. Bolehlah programnya tahun ini, tapi mungkin pelaksanaanya tahun depan. Biar sama dulu frame-nya, terus persiapannya juga bisa matang,” ujarnya. Perihal jenis tanaman yang akan ditanam, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) telah menyusun dan menentukannya di dalam sebuah dokumen. Dokumen berjudul Penugasan Tanaman PKKMB FBS tertera berbagai jenis tanaman yang harus dibawa oleh mahasiswa baru.