EDISI OSPEK I 2011
EXPEDISI B U D AYA
KRITIS
Lynda | EXPEDISI
MEMBANGUN
Keberadaan penjual perlengkapan OSPEK seperti gayung bersambut untuk Maba yang mempunyai banyak penugasan
Tugas Ospek : Apa Manfaatnya? Penugasan Ospek menjadi tradisi turun-temurun yang dipertanyakan manfaatnya. Ospek dijadikan ajang bisnis, dan perlahan meninggalkan tujuan utama Ospek.
O
r ientasi Studi dan Pengenalan Kam pus (Ospek) merupakan agenda tahunan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), masing-masing fa kultas memberi penugasan yang berbedabeda. Namun, penugasan untuk tiap tahun di UNY tidak ada perubahan yang signifikan. Penugasan tersebut masih de ngan atribut semacam topi toga, cocard dengan segala macam bentuk, slayer dengan aneka ragam gambar, maupun warna. Hal tersebut dirasa memberatkan Maba dalam memenuhi tugasnya. Insan, Mahasiswa Baru (Maba) da ri jurusan Pendidikan Kimia menge luhkan tentang penugasan-penugasan yang diberikan oleh panitia fakultas. “Ini terlalu ribet untuk ukuran sebu ah Ospek,” tuturnya. Padahal, hal ter sebut sudah mendapatkan himbauan.
Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Herminanto Sofyan, Pembantu Rekor III. “Saya sudah menghimbau agar me reka mengurangi penugasan-penugasan yang kurang efektif, tetapi mereka tetap saja seperti itu.” Tugas Ospek Tidak Ada Perubahan Menurut Yunus, ketua Ospek Fakultas ilmu Pendidikan (FIP), Ospek tahun lalu dengan tahun ini ada sedikit perbedaan. “Untuk tahun ini warna slayer yang lebih cerah dan tidak membawa air minum yang macam-macam.” tegasnya. Yunus menam bahkan bagi yang sedang tidak berpuasa diperbolehkan membawa bekal sendiri. Berbeda di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), menu rut Avi, ketua Ospek FMIPA, tidak ada perbedaan penugasan tahun ini dengan
tahun lalu. “Itu hanya teknisnya saja, yang terpenting adalah penugasan itu mengembangkan kreativitas dari Maba. Semua yang ditugaskan di fakultas telah didesain dengan apik oleh panitia, sehing ga Maba hanya mengikuti skenarionya saja,” jelas Avi. Menurut Avi, penugasan ini semua sudah ada takarannya sendiri. Setiap penugasan sudah ditimbang untung dan ruginya. Ia mengambil contoh untuk pembuatan topi toga, di mana pembua tan atribut tersebut dimaksudkan untuk melindungi Maba dari sinar matahari ketika berjalan ke laboratorium, Student Senter, dan juga Museum Pendidikan Indonesia. Ia tak membantah bahwa Fakultasnya memang menugaskan Maba untuk membawa barang-barang yang agak merepotkan bagi Maba.
Tugas Ospek Bikin Ribet Sementara itu, Insan, Maba dari ju rusan Pendidikan Kimia mengeluhkan tentang penugasan-penugasan yang di berikan oleh panitia fakultas. “Ini terla lu ribet untuk ukuran sebuah Ospek,” tuturnya. Menurutnya, topi toga terlalu ribet untuk dibawa. Insan juga menge luhkan tentang air wudu yang mesti ia bawa. Lebih baik wudu pakai air dari keran. “Masa sholat mau tidak sah cu ma gara-gara peraturan seperti ini?” tungkasnya. Penugasan yang diberikan panitia fakultas terlalu memberatkan Maba. Pa salnya, banyak Maba yang mengeluhkan penugasan yang terlalu banyak dalam waktu yang singkat dan berbenturan dengan penugasan dari jurusan, seperti yang dikatakan oleh Maida, Maba dari jurusan Pendidikan Geografi, “Penuga sannya bertabrakan, sehingga menyita waktu, tenaga, dan juga biaya. Jadi, kalau dikerjakan sendiri sangat memberatkan bagi kami,” keluh Maida. Ketika hal tersebut diklarifikasikan kepada Herminanto. Menurutnya, penu gasan yang dibutuhkan adalah penugasan yang edukatif. Berdasarkan pemaparan nya, penugasan yang edukatif itu ketika mahasiswa baru ditugaskan untuk mem buat artikel, makalah, atau karya tulis. Herminanto juga menambahkan akan lebih edukatif lagi ketika Maba tersebut mempresentasikan artikel, makalah dan karya tulis yang telah dibuat. “Dengan menulis, Maba akan mendapat pengeta huan yang bisa menambah intelektual nya, ”tambah Herminanto. Hal ini dirasakan oleh mahasiswa dari jurusan Pendidikan Seni Rupa dan
Saat ini tak semestinya Ospek mengedepankan simbolik, akan lebih baik jika penugasan tersebut bersifat edukatif, ungkap Herminanto.
Kerajinan. Menurut sepengetahuan Roni Kurniawan, Maba dari jurusan Pendidik an Bahasa dan Sastra Indonesia, “Pe nugasan untuk jurusan saya aman jika dibandingkan dengan jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan yang harus mengenakan kaos putih dengan lubang 10, dan juga celana yang mirip tani, 2
Lynda | EXPEDISI
sentra
Maba FMIPA sedang pengecekan tugas Ospek di depan gerbang FMIPA pada Ospek haro pertama serta tas gendong yang mirip dengan pemulung.” Sedang di FIP, berbeda dengan fakul tas yang lain dalam penyediaan slayer. Di FIP, slayer yang harus dibawa adalah slayer warna hijau dengan gambar bu rung hantu. Hal tersebut memberatkan Maba karena susah memperoleh slayer seperti itu, sedang pihak panitia tidak menyediakan cukup banyak persediaan slayer seperti itu. Hal itu ditegaskan oleh Yunus, “Awalnya memang kita usahakan agar ada slayer seperti itu, tetapi pada akhirnya setelah melihat Maba lebih ba nyak daripada jumlah slayer yang ada, maka kami memberi kelonggaran pada Maba, asal warna dasarnya sama.” Mengenai hal tersebut, pihak birokrat memberi kejelasan bahwa pihak birokrat sudah menghimbau untuk mengurangi penugasan yang tidak efektif. Seperti yang dikatakan oleh Herminanto, “Saya sudah menghimbau agar mereka mengu rangi penugasan-penugasanyang kurang efektif, tetapi mereka tetap saja seperti itu. Saat ini tak semestinya Ospek me ngedepankan simbolik, akan lebih baik jika penugasan tersebut bersifat edukatif. Sudah tidak zaman lagi mereka menjual koran, atau buku, untuk alasan ekono mi. Dana dari universitas sudah cukup untuk membiayai Ospek, dan tidak perlu berjualan atribut Ospek.” Ospek Ajang Bisnis Banyak orang yang memanfaatkan Ospek sebagai ajang untuk mencari ke untungan. Dari pihak panitia sendiri ada yang menyediakan perlengkapan Ospek tersebut, memang tidak ada paksaan da lam hal ini. Seperti yang dikatakan oleh Avi, bahwa dalam penyediaan atribut
Ospek, panitia bekerja sama dengan kantin Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang memang sudah menyediakan per lengkapan tersebut. “Bahannya sudah disediakan di sini, walaupun beli, tetapi harganya tentu lebih murah.” Dia juga menambahkan bahwa tidak ada larang an bagi Maba untuk membeli atribut di luar, asalkan Maba meminta cap pada panitia. Begitu juga tutur Yunus, “Pada intinya, panitia tidak menjual perleng kapan Ospek pada Maba.” Sesuai dengan pernyataan yang di lontarkan oleh Herminanto, di mana memang dia tidak melarang panitia untuk berjualan. Tetapi menurutnya, panitia yang berjualan atau mengambil untung dari Maba merupakan hal yang tidak etis. Sepatutnya panitia memberi contoh yang baik kepada Maba agar dicontoh oleh Maba, ditambahkan pula bahwa perlu disosialisasikan agar jangan ada panitia yang berjualan. Maba yang Membeli Atribut Ospek. Di pinggiran jalan berjejer pedagang kaki lima yang menjual atribut Ospek. Menanggapi kasus Maba yang ingin ins tan dalam pencarian atribut Ospek, Avi mengatakan, “Silakan cek saja jika ada Maba yang membeli atribut di pedagang kaki lima, karena sampai sekarang kami belum mendapat laporan.” Lain halnya dengan Maida. Menu rutnya, hal itu tergantung waktu. “Kalau waktunya sudah tidak memungkinkan, ya lebih baik beli saja,” katanya. Hal itu dirasanya lebih efektif dari segi waktu dan tenaga yang sudah tersita oleh ke giatan dan tugas Ospek. Sulyanti Ade, Dwi, Odi, Ratih
edisi ospek I | AGUSTUS 2011
INFO OSPEK Maba Minta Tanda Tangan UKM
Geladi Bersih Ospek Universitas
Kebersamaan PBSI Menjelang Ospek
MAHASISWA Baru Universitas Ne geri Yogyakarta (UNY) mendatangi Student and Multicultural Center (SC) pada Senin, 1 Agustus 2011. Mereka mendatangi beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di dalamnya, guna memenuhi tugas Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek). Bentuk penugasan tersebut adalah meminta tanda tangan dan cap dari 12 UKM. Mahasiswa Baru nampak lelah dalam memenuhi tugas tersebut. “Sebe narnya capek,” ungkap Nova, Mahasiswa Baru jurusan Pendidikan Sejarah saat meminta tanda tangan dan cap di LPM EKSPRESI. Pengumpulan tugas tersebut bersa maan dengan display UKM, yakni hari kedua Ospek, Rabu (3/8)
ACARA geladi bersih persiapan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) universitas berjalan lancar. Bertempat di Gedung Olah Raga (GOR) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada hari Senin (1/8). Agenda geladi bersih diisi oleh pihak birokrat, fakultas, dan dari pengisi acara. “Sudah 99% persiapan fix sampai hari ini. sisanya yang 1% jumlah Maba fluktuatif,” ungkap Ikhwanul Habibi koordinator Sie acara Ospek universitas saat dijumpai seusai geladi bersih. Habibi menambahkan bahwa konsep acara Ospek tahun ini akan sedikit berbeda dengan tahun kemarin. Sekarang, di selasela acara akan menghadirkan beberapa bintang tamu untuk mencairkan suasana. Acara Ospek universitas ini akan dimulai dari jam 08.00–15.00 WIB.
SENIN (1/8), Mahasiswa Baru (Maba) jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) berkumpul di Pendopo Tedjo Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mereka berkumpul bersama satu gugus dan pemandu dari gugus masing-masing guna mengerjakan tugas yang diberikan panitia Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) jurusan. “Tugas yang diberikan sangat bagus untuk mengkreasikan kreativitas Maba. Kegiatan ini sangat efektif, karena dapat berinteraksi dengan Maba yang lain, dan sebagai ajang perkenanalan bagi Maba, sekaligus sebagai perekat antara mahasiswa,” ungkap Rony Kurniawan, Maba PBSI, menanggapi kegiatan tersebut.
Lynda
Ody
Ade
MABA BICARA UNTUK pemberitahuan-pemberitahuan terkesan mendadak, yang memang bikin agak gimana-gimana, contohnya waktu Technical Meeting (TM) pertama disu ruh bawa kaos yang warnanya sesuai sama warna prodi, tapi malah waktu TM kedua tiba-tiba malah disuruh bawa kaos berwarna putih semua biar seragam. Lha kaos sesuai prodi yang memang sudah disiapkan, jadi tak terpakai. Agatha, Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi 2011
TERKADANG memberi penugasan yang sulit dicari. Contohnya kaos putih polos berkerah panjang. Khoinurisa, Pendidikan Bahasa Inggris 2011
KALAU menurut saya, dibandingkan dengan fakultas lain, FMIPA agak ribet. Walaupun begitu, saya merasa enjoy terhadap penugasannya. Hera, Pendidikan Matematika 2011
MEMBAHAS penugasan Ospek terlalu singkat, padahal barang yang harus di carib itu banyak. Hingga ada informasi yang kurang jelas masalah slayer, tali pada toga.
editorial Atribut Ospek: Simbol Tanpa Manfaat ORIENTASI Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sudah berjalan de ngan berbagai penugasan. Lagi-lagi panitia Ospek masing-masing fakultas belum mau menghapus tradisi penu gasan berbagai atribut bagi Maba. Di Fakultas Matematika dan Ilmu Penge tahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Teknik (FT), topi toga masih saja di wajibkan bagi Maba. Slayer yang dise suaikan dengan warna fakultas pun tak mau kalah meramaikan Ospek yang berjalan selama lima hari. Terlebih mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) direpotkan dengan mencari slayer hijau bergambar burung hantu, lambang FIP. Sudah tradisi pu la bahwa penugasan tersebut berhasil membuat Maba tunduk dan tak berani mempertanyakan alasan penugasan, hingga susah payah mencari atribut yang diwajibkan. Jika semua sepakat bahwa Ospek bertujuan untuk mengenalkan lingku ngan kampus pada Maba, serta melatih kreativitas dan solidaritas, lalu apa gu
nanya atribut-atribut itu? Adakah slayer warna-warni mampu mengkondusifkan jalannya Ospek, atau mampukah topi toga membuat Maba paham akan esensi kegiatan yang tengah dijalaninya? Kead aan lalu diramaikan dengan aksi panitia yang menjual sejumlah ba han pembuatan atribut, seperti yang terjadi di beberapa fakultas, seperti menjual kertas beserta cap, ataupun slayer bergambar. Hal ini menunjukkan sikap kurang etis bagi panitia yang me nugaskan, tapi kemudian malah menju al sendiri bahan-bahan atribut Ospek. Akhirnya, Ospek jadi ajang mencari keuntungan finansial, namun tak me nguntungkan Maba. Kiranya adakah satu kesinambungan antara topi toga, slayer bergambar burung, dan lain sebagainya dengan Ospek? Akan lebih baik bila panitia menghapus bentuk-bentuk penugasan yang tak bermanfaat semacam itu. Selain mengikis esensi Ospek itu sendiri, penu gasan atribut malah menunjukkan Ospek sebagai kegiatan yang konsumtif. Redaksi
Chikara, Pendidikan Teknik Boga 2011
Pimpinan Proyek Maria M.R. Fernandez | Sekretaris Sulyanti | Bendahara Dwiningsih Afriati | Redaktur Pelaksana Ade Rakhma N.S | Redaktur Suly, Sari | Reporter Ade, Dwi, Lynda, Ody, Ratih, Suly | Redaktur Foto Ferlynda Putri S. | Artistik Rohhaji Nugroho, Rudianto Dika | Produksi Triana Sari Fadhilah | Iklan Maulida M. Nugroho | Sirkulasi Irawan S. Adhi | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yoyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
AGUSTUS 2011 | edisi ospek I
3
PERSEPSI
O
rientasi studi dan pengenalan kam pus (Ospek) menjadi agenda tahu nan di setiap universitas. Acara ini menjadikan Mahasiswa Baru (Maba) lebih tahu tentang apa saja yang ada di kampus, siapa saja pihak birokrat, dan seperti apa kampus tempat mereka be lajar untuk beberapa tahun ke depan. Maba yang benar-benar buta, tuli, dan bisu, menjadi sedikit ‘terbuka’ pikirannya setelah melewati acara rutin tahunan ini. Setidaknya mereka mendapatkan apa yang mereka tidak tahu sebelumnya. Mereka dijejali berbagai identitas dari kampus tempat mereka berkuliah. Anak baru, dunia baru, informasi baru. Mereka membutuhkan berbagai informasi yang menyangkut diri mereka. Di sinilah dibutuhkan informasi yang benar-benar nyata, baru, dan mampu memberikan mereka berita untuk mem perbarui informasi yang ada. Keinginta huan Maba akan berbagai hal inilah yang
melatarbelakangi media kampus untuk selalu memberikan informasi yang aktual kepada mereka (khususnya saat Ospek berlangsung). Keterbukaan informasi menjadi sa lah satu hal yang menjadi titik balik akan adanya transparansi berita. Ar tinya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Semua informasi dari mahasiswa dapat langsung tersampaikan kembali kepada mahasiswa. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk mengekspre sikan pikiran dan pendapat. Termasuk kebebasan dalam mengeluarkan pikiran dan pendapat melalui media kampus. Ketika media kampus mendapat ham batan dalam menyampaikan informasi kepada Maba, seharusnya hal ini dapat membuat kita prihatin. Prihatin karena ternyata sampai saat ini kebebasan pers masih menjadi barang langka yang ter pinggirkan atas nama kepentingan dan ketakutan pada pihak-pihak tertentu.
Rohhaji | EXPEDISI
Kebebasan Pers: Kepentingan dan Ketakutan
Pihak-pihak tertentu yang mempunyai kepentingan merasa tidak terima keti ka muncul pemberitaan yang kurang enak didengar, apalagi jika didengar oleh Maba. Ketakutan mereka semata-mata karena faktor pencitraan positif di ma ta Maba. Sebenarnya mereka tidak perlu me nutup-nutupi pemberitaan yang ada, baik berita positif, maupun negatif. Tidak ada niatan menjatuhkan atau merugikan sa lah satu, ataupun beberapa pihak. Media kampus adalah media yang dikelola dari, oleh, dan untuk mahasiswa. Oleh karena itu, Maba yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa mempunyai kekuas aan penuh untuk mendapatkan akses pemberitaan ihwal kampusnya sendiri. Maka, timbul pertanyaan besar ke tika ada pihak yang ketakutan terhadap pemberitaan yang menyangkut nama besar mereka. Tidak dapat dipungkiri jika kita sempat berpikir bahwa mere ka menutupi sesuatu yang tidak ingin diketahui orang lain. Sebagai contoh, beberapa hari yang lalu menjelang Ospek, suatu media kam pus melakukan peliputan untuk suatu pemberitaan. Saat di lapangan, muncul pihak yang menghalangi media untuk melakukan peliputan. Apa salah media kala melakukan tugasnya? Lalu apa tuju an dari menghalangi kerja media? Media dianggap seperti orang asing, ditakuti dan disegani. Masih pantaskah kita menghalangi kinerja media? Masih pantaskah ada pihak yang ketakutan dalam menyikapi berita yang menyangkut dirinya? Sebe narnya hal itu tidak akan terjadi jika kita menghormati media. Karena dari media itulah kita mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Triana Sari Fadhilah
4
edisi ospek I | agustus 2011