EXPEDISI EDISI I APRIL 2017
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
Dana Dipangkas Produktivitas Terbatas
surat pembaca UNY Kekurangan Lahan Parkir MASALAH klasik yang masih hangat diperbincangkan hingga saat ini adalah lahan parkir untuk UNY yang terus berkurang. Akibatnya, pihak universitas telah menambah lahan parkir, tapi mengurangi lahan terbuka hijau. Seperti yang terjadi pada Taman Pancasila (Tampan) UNY yang kini telah berganti wajah menjadi tempat parkir. Ketika pertama kali dijadikan tempat parkir, sepeda motor tidak terlalu memenuhi seluruh Tampan. Namun, setelah hampir satu tahun digunakan, taman tersebut juga sudah kembali penuh. Itu baru permasalahan kendaraan bermotor milik mahasiswa. Belum lagi kendaraan beroda empat milik dosen yang harus diparkir sembarangan karena parkir untuk mobil dosen juga kurang. Di salah satu fakultas di UNY, mobilmobil tersebut diparkir di bahu jalan.
Selain itu, mobil tidak ditata sebagaimana mestinya sehingga penataan terkesan semrawut. Hasna Anggriani Pendidikan Sejarah 2015.
Kurangnya Buku “Bagus” di Perpustakaan UNY MUNGKIN bukan hanya saya yang merasa di perpustakaan pusat UNY minim buku “bagus”. Maksud saya adalah buku-buku yang dapat menarik perhatian kita terlepas dari masalah perkuliahan. Buku-buku yang membuat kita memahami dunia kita ini dan prosesnya sampai bisa seperti sekarang. Kebanyakan mahasiswa datang ke perpustakaan hanya untuk mencari referensi tugas kuliah. Tidak ada salahnya memang, tapi saya rasa membuka pikiran
editorial Dana Kemahasiswaan Diciutkan PERMASALAHAN “duit maha siswa” terjadi lagi. Kali ini yang ber masalah adalah adanya pengurangan dana Rencana Kegiatan Penganggaran Terpadu (RKPT) yang berpengaruh pada pendanaan ormawa. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan remunerasi oleh pihak universitas. Faktor lainnya disebabkan turunnya dana dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Ormawa paling terdampak akibat pengurangan dana adalah Lembaga Pers Mahasiswa Teknik (LPMT) Feno mena dan Badan Eksekutif Maha siswa (BEM) FT. Dengan adanya pengurangan dana RKPT, dana LPMT Fenomena turun dari yang sebelumnya 15 juta rupiah, menjadi sebesar 5 juta rupiah. Untuk BEM FT sendiri, dana Program Kerja Gelar Produk/Teknologi Fair dan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar mengalami penurunan, dari 40 juta rupiah menjadi 24 juta rupiah. Tentu hal tersebut membuat mereka gigit jari. Pa d a h a l d e n g a n t u j u a n dibentuknya ormawa adalah untuk mewadahi minat mahasiswa. Mahasiswa dapat belajar di luar kelas dengan mengikuti kegiatan positif yang dapat mengembangankan minat
2
dan bakat mereka. Ketika dana tidak mendukung mereka dalam berkegiat an, tentunya hal itu akan merugi kan. Tidak adanya transparansi dal am proses penetapan dana kemaha siswaan juga menimbulkan polemik. Dalam proses penetapan anggaran dana RKPT sendiri ditetapkan oleh pihak fakultas bersama pembina or mawa. Dari lima belas ormawa di FT hanya himpunan mahasiswa yang memiliki pembina. Sementara BEM FT, DPM FT, dan UKMF sendiri di asuh langsung oleh Wakil Dekan III (WD III). Bisa dikatakan, pemang kasan dana RKPT adalah keputusan sepihak. Ketimpangan drastis dalam pe mangkasan RKPT milik LPMT Feno mena dan BEM FT dibandingkan dengan tahun sebelumnya juga men jadi tanda tanya. Jika ditilik, kinerja mereka memberikan manfaat bagi mahasiswa FT. Belum adanya advo kasi tentang RKPT dari pihak DPM FT pun juga disayangkan. Ini menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai bagi UNY dalam melibatkan mahasiswa di setiap pengambilan kebijakan. Redaksi
kita ke sesuatu yang baru bukanlah ide buruk. Malah itu memang harus dilakukan jika kita ingin menjadi mahasiswa yang bijaksana. Saya pikir mengetahui tentang dunia itu penting. Buku-buku yang mengubah dunia di zamannya tak ada salahnya dapat dibaca oleh kita, masyarakat UNY, walaupun untuk mendapatkannya mungkin bukan hal mudah. Taufik Nur Akbar Hadi Sastra Indonesia 2015.
AC Ruang Kelas Tidak Memadai MENURUT saya di UNY masih banyak kekurangan di bidang fasilitas. Contohnya tidak seluruh ruang perkuliahan memiliki AC atau kipas angin yang memadai. Setelah kuliah di lapangan pada siang hari, sebagian dari kami--anak FIK Prodi PKO merasa sangat gerah dan tidak nyaman ketika masuk di ruang kuliah, AC tidak bekerja dengan baik. Padahal kami sudah ganti baju. Saya berharap setidaknya seluruh ruang kelas di FIK memiliki AC atau kipas yang memadai sehingga kami tidak merasa gerah atau kepanasan pada saat perkuliahan di ruang kelas. Dengan demikian, mahasiswa akan merasa nyaman dan dapat konsentrasi kala mengikuti perkuliahan. Rendy Revo Ferdian Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2016.
sempil + “Turunnya dana RKPT karena dana dari Kemenristekdikti juga turun.” - “UKT turunin juga dong pak...”
Pemimpin Proyek Khansa Nabilah | Sekretaris Bagas Nugroho Pangestu | Bendahara Maulidya Alhidayah | Redaktur Pelaksana Ahmad Yasin | Redaktur Bagas Nugroho Pangestu, Maulidya Alhidayah, M. Noor Alfian Choir, Riri Rahayuningsih, Rofi Ali Majid, Sunardi | Reporter Alfi, Alfian, Ali, Ardi, Bagas, Maul | Redaktur Foto Yongki Rizki Munandar | Artistik Gilang Ramadhan, Mar’atu Husnia Alfi, Nossis Noer Dimas Hertanto, Sunardi | Produksi Rofi Ali Majid | Iklan Haris Dwi Saputra, Khairuddin Ahmad, M. Noor Alfian Choir, Roni Kurniawan | Tim Polling Ikhsan Abdul Hakim, Mu’arifah, M. Afrizal, Prawala Adi Wara | Sirkulasi Romadhoni Satria Gunawan | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web Ekspresionline. com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
edisi I | april 2017
Ali | Expedisi
sentra
n Selasa (4/4), beberapa mahasiswa terlihat berjalan dan berkegiatan di sekitaran PKM FT. Salah satunya UKMF Mapala FT, Carabiner, yang sedang berkegiatan di luar PKM.
Dana Ormawa FT Dipangkas Anggaran dana beberapa ormawa FT dikurangi. Wakil Dekan III FT mengatakan mahasiswa kurang bisa mengawal dana.
J
atah dana Rancangan Kegiatan dan Penganggaran Terpadu (RKPT) un tuk organisasi mahasiswa (orma wa) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 2017 mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Hal tersebut diamini oleh Dr. Giri Wiyono, M.T. selaku Wakil Dekan (WD) III FT. “Terkait dana RKPT, tahun ini dari universitas memang turun, akibatnya dana untuk ormawa juga turun,” kata Giri saat ditemui di Kantor Pusat Layanan Terpadu FT UNY pada Selasa (4/4). Giri mengatakan bahwa salah satu penyebab turunnya dana dari universitas adalah efek dari kebijakan remunerasi. Remunerasi sendiri merupakan suatu kebijakan di mana pemberian bonus bukan lagi berdasarkan pangkat atau jabatan, melainkan berdasarkan kinerja dosen. Hal inilah yang harus dilakukan ketika status PTN menjadi Badan Layanan Umum. Pada akhirnya,sistem pendanaan pun berubah. Pendanaan untuk remunerasi menjadi yang paling utama, setelah itu baru sisanya digunakan untuk pendanaan lain seperti dana kemahasiswaan. april 2017 | edisi i
Selain karena efek kebijakan remunerasi, Giri juga mengatakan bahwa di tahun sebelumnya ada program yang dianggarkan menggunakan dana Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), tapi batal direalisasikan. Akibatnya UNY harus menanggung dana tersebut, sehingga berimbas ke pengurangan dana. Penurunan dana RKPT untuk FT juga dibenarkan oleh pihak birokrat UNY. Menurut Drs. Cipto Budi Handoyo, M.Pd. selaku staf ahli Wakil Rektor III Bidang Seni, tahun ini dana dari Kemenristekdikti mengalami penurunan dibanding tahun lalu, sehingga berdampak pada penurunan dana RKPT untuk ormawa di UNY. LPMT Fenomena dan BEM FT paling terdampak Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) LPMT Fenomena menjadi ormawa yang paling terkena dampak dari penurunan dana RKPT FT tahun ini. Edwin Widianto selaku Pemimpin Umum LPMT Fenomena menjelaskan, jatah
dana RKPT untuk LPMT Fenomena dipotong sampai 66 persen. Majalah Protech yang tahun lalu dianggarkan 10 juta rupiah, tahun ini hanya dianggarkan 3 juta rupiah. Untuk buletin Teknopost tahun lalu dianggarkan 5 juta rupiah, tahun ini dipangkas menjadi 2 juta rupiah. Total tahun lalu LPMT Fenomena dianggarkan dana RKPT oleh pihak fakultas sebesar 15 juta rupiah, tetapi untuk tahun 2017 dipangkas menjadi 5 juta rupiah. Tidak jauh berbeda dengan LPMT Fenomena, Ormawa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT pun turut merasakan dampak pengurangan dana RKPT. Ada dua program kerja dari BEM FT yang anggaran dananya dipangkas sampai 40 persen. Program kerja tersebut adalah Gelar Produk/Teknologi Fair dan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMMTD). Anggaran untuk program kerja Gelar Produk/Teknologi Fair tahun lalu sebesar empat puluh juta rupiah, tahun ini dipangkas menjadi 24 juta rupiah. Sementara LKMM-TD yang tahun lalu dianggarkan sebesar 20 juta rupiah, 3
sentra tahun ini juga dikurangi menjadi 12 juta rupiah. Tidak ada pembina Ormawa BEM, DPM, dan UKMF “Kami tidak dilibatkan dalam proses penganggaran dana tersebut,” tambah Edwin saat ditemui di sekretariat LPMT Fenomena pada Selasa (28/03). Menanggapi hal tersebut, Giri menjelaskan bahwa proses penganggaran dana RKPT untuk ormawa berdasarkan musyawarah. “Penetapan anggaran dana RKPT dilakukan oleh pihak fakultas bersama dengan pembina ormawa,” kata Giri. Hal tersebut sangat disayangkan oleh Edwin karena hingga saat ini ormawa yang memiliki pembina hanya himpunan mahasiswa (Hima), sedangkan untuk BEM, DPM, dan UKMF FT langsung di bawah binaan WD III. Menurutnya ketika ada pembina untuk BEM, DPM, dan UKMF, maka permasalahan pemotongan dana yang tajam seperti ini tidak akan terjadi. “Hima merupakan inti dari mahasiswa, anggotanya sangat banyak, sehingga kami beri pembina. Berbeda dengan BEM, DPM, dan UKMF yang anggotanya tidak sampai seratus, sehingga langsung di bawah pengawasan saya,” kata Giri menanggapi keluhan Edwin. “Untuk masalah jumlah dana per ormawa, ditentukan berdasarkan kinerja masing-masing ormawa,” kata Giri. Berkurangnya dana untuk program kerja Gelar Produk/Teknologi Fair, menurut Giri disebabkan oleh hasil kegiatan tahun lalu yang kurang memuaskan. Acara yang digelar tahun lalu tidak mencerminkan jumlah dana yang dianggarkan. “Mahasiswa jika diberi dana besar, malah kurang bisa mengawal dana tersebut,” kata Giri. Giri memberikan contoh, untuk kegiatan
LKMM-TD tahun lalu dianggarkan 20 juta rupiah, tetapi hasil pelaksanaannya kurang memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah partisipan yang sedikit. Pada tahun ini LKMM-TD dipangkas dananya menjadi 12 juta rupiah, tapi hasilnya bisa lebih baik dari tahun lalu. Contoh lainnya adalah UKMF Matriks. Menurut Giri, UKMF tersebut produktif dan memberikan banyak prestasi sehingga dana UKMF Matriks untuk tahun ini sedikit ditambah. Alfian, pengurus BEM FT periode 2016 mengatakan bahwa penurunan dana bukan hanya terjadi di tahun ini. Berdasarkan penuturannya, dana ormawa pada tahun 2016 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Dia mengatakan jika dana ormawa berkurang, pasti akan ada dampak terhadap pelaksanaan program kerja ormawa. “Jika dana dipotong, maka akan berpengaruh pada produktifitas majalah dan buletin. Padahal majalah dan buletin merupakan produk utama LPMT Fenomena,” kata Edwin. Beberapa pembaca buletin Teknopost juga menanggapi turunnya dana anggaran buletin. Eri, mahasiswa FT angkatan 2014 menyayangkan pemotongan dana yang besar tersebut. Menurutnya, buletin Teknopost memberi banyak manfaat untuk mahasiswa. Martakim selaku Kepala Departemen Kajian Riset dan Politik
Nossis | Ekspedisi
4
(Karispol) BEM FT pun menanggapi pengurangan dana RKPT tersebut. “Wajar jika dana ormawa berkurang karena di FT ada banyak ormawa, tapi jika ada ormawa baru seharusnya dianggarkan terlebih dahulu, tidak dengan memotong anggaran ormawa yang lain,” kata Martakim pada Jumat (31/3). Giri berpesan bahwa seharusnya mahasiswa punya rasa memiliki UNY. Ketika dana berkurang, maka mahasiswa terlebih dahulu mencari tahu apa penyebabnya. “Jangan langsung protes, harus bisa membuktikan dengan dana sekian tetap mampu melaksanakan program kerja dengan baik,” kata Giri. Belum ada advokasi dari DPM Isna Latif selaku Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FT sudah mengetahui penurunan dana RKPT yang terjadi di fakultasnya. “Hasil keputusan pembagian dana Ormawa FT sudah ditetapkan akhir tahun lalu sebelum saya menjabat sebagai ketua DPM FT,” kata Isna saat ditemui di sekretariat DPM FT pada Selasa (29/3). Untuk masalah dana RKPT LPMT Fenomena yang dipangkas 66 persen, Isna mengatakan, Edwin sendiri sudah menghadap WD III. Namun, mengenai alasan besarnya persentase pemotongan dana RKPT LPMT Fenomena, Isna kurang mengetahui karena dia sendiri tidak mendampingi Edwin saat menghadap WD III. Saat ditanya mengenai tindakan yang akan dilakukan DPM, Isna menyatakan sikapnya yang netral. Isna mengatakan bahwa saat ini dana sudah disahkan, sehingga tidak mungkin menambah dana untuk periode 2017. Menurutnya, lebih baik masalah dana dicari solusinya bersama-sama, jika memang mau menambah dana maka bisa diajukan untuk periode tahun depan. Rofi Ali Majid Alfi, Bagas, Alfian
edisi I | april 2017
polling
Pemangkasan Dana Mengganggu Kegiatan Ormawa
P
enurunan anggaran dana Rancangan Kegiatan dan Penganggaran Terpadu (RKPT) untuk Fakultas Teknik (FT) membuat beberapa ormawa mengalami pemangkasan anggaran. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT dan Lembaga Pers Mahasiswa Teknik (LPMT) Fenomena menjadi ormawa yang paling terdampak. Dua program kerja BEM FT dipotong dananya hingga 40 persen. Sedangkan jatah dana RKPT bagi LPMT Fenomena dipangkas hingga 66 persen. Anggaran RKPT untuk ormawa FT diputuskan melalui musyawarah yang diikuti pembina ormawa dan pihak fakultas. Namun,pembina ormawa di FT hanya diperuntukkan bagi himpunan mahasiswa, sedangkan BEM FT dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas langsung di bawah binaan Wakil Dekan III. Ketiadaan pembina ini membuat beberapa ormawa merasa tidak dilibatkan, dan menyebabkan pemangkasan anggaran yang cukup besar. Berdasarkan kasus tersebut, tim EXPEDISI melakukan polling untuk mengetahui respons pengurus ormawa dan mahasiswa FT pada umumnya. Menggunakan sampel 366 mahasiswa FT, polling dilakukan dengan rumus Slovin dengan sampling error sebanyak 5%. Hasil polling menunjukkan sebanyak 74,5% responden tidak tahu prosedur penyaluran dana RKPT, 24% tahu, dan 6% tidak menjawab. Mengenai penyebab penurunan dana RKPT, 10,7% mengetahui, 89% tidak tahu, dan 3% tidak menjawab. Penurunan dana RKPT berpengaruh dalam kegiatan ormawa; 27,4% responden sangat setuju, 59,1% setuju, responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju masing-masing 1,6%, dan 10,4% tidak menjawab. Penurunan dana itu juga berpengaruh dalam penurunan hasil produk dari kegiatan ormawa, sebanyak 19,5% sangat setuju, 54,7% setuju, 2,2 % sangat tidak setuju, 13,5% tidak setuju, dan tidak menjawab sebanyak 10,1%. Proker baru ormawa juga terdampak oleh penurunan dana RKPT, 22,6% sangat setuju, 53,5% setuju, 10,4% tidak setuju
april 2017 | edisi I
Nossis I Expedisi
dan 2,8% sangat tidak setuju, sedangkan 10,7% tidak menjawab. Mahasiswa merasa perlu terlibat dalam audiensi penurunan dana RKPT. Sebanyak 54,1% menyetujui perlunya keterlibatan itu, dan 29,6% sangat setuju. Sedangkan 3,8% tidak setuju, 2,2% sangat tidak setuju, dan 10,1% tidak menjawab. Mahasiswa pun perlu tahu prosedur penurunan dana RKPT, sebanyak 36,2% sangat setuju, 48,7% setuju, 4,1% tidak setuju, 1,3% sangat tidak setuju, dan 9,7% tidak menjawab. Tim Polling
5
persepsi
Ancaman Kejahatan via Media Sosial
M
edia sosial merupakan salah satu penemuan penting yang mendorong orang untuk berinteraksi, menyebarkan informasi secara langsung, bebas dan nyata. Kebebasan dan kemudahan menggunakan media sosial menjadikan medium ini rentan untuk digunakan dalam aksi kejahatan dan kriminalitas. Jaringan ISIS menggunakan media sosial untuk merekrut simpatisannya; Facebook digunakan untuk seks daring; Whatsapp digunakan untuk menyebarkan berita bohong (hoax) dan menyebarkan konten pornografi. Terakhir, awal Maret 2017 publik lagi-lagi dibukakan kesadarannya bahwa kejahatan melalui media sosial memang nyata. Polisi mengungkap keberadaan grup komunitas pedofil “Loly Candy” yang menggunakan Facebook sebagai sarana untuk menyebarkan informasi tentang cara menjerat anak-anak, hingga berbagi konten video tentang aksi pedofil. Kasus ini menarik untuk dicermati. Selain syarat untuk masuk menjadi anggota grup yang mengharuskan calon anggota berbagi konten video yang mengandung unsur pedofil, juga karena muncul setelah undang-undang tentang perlindungan anak mensahkan hukuman kebiri untuk pelaku pedofil. Media sosial sebagai medium yang efektif untuk melakukan aksi kejahatan tidak lepas dari karakteristiknya yang bebas, mudah dan mampu menjangkau individu dalam jumlah besar secara cepat dan murah. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan ada 65 juta pengguna Facebook di Indonesia. Aksi-aksi kriminalitas menggunakan celah-celah itu untuk menyebarkan kebencian dan kejahatan. Media sosial mengajak dan mendorong alam bawah sadar manusia untuk bertindak seolaholah berada dalam dunia nyata, dan itu pula yang mendorong tindakan di dunia maya seakan berada di dunia nyata.
6
Nossis | Expedisi
Hampir sebagian besar pengguna media sosial hanya tahu bagaimana menggunakan, tetapi tidak begitu memahami cara bekerja media sosial. Pengguna media sosial lebih bertindak sebagai konsumen atau pengikut dibandingkan yang memang benar-benar aktif memanfaatkan media sosial. Ditambah dengan karakteristik individu yang mudah tergiur dan ingin eksis. Ikut bergabung di grup media sosial bukan karena kebutuhan tetapi lebih didorong untuk menunjukkan keberadaannya, supaya tidak dianggap ketinggalan zaman dan tidak dianggap gagap teknologi. Kemudahan untuk membuat akun tanpa verifikasi yang ketat, anonimitas identitas hingga keunggulan privasi yang tidak bisa diakses aparat pene gak hukum, turut mendorong tumbuh suburnya kejahatan siber. Lantaran keterbatasan bukti dan sifat teknologi
sendiri yang semakin canggih, membuat aparat penegak hukum sulit mendeteksi pelaku kejahatan. Penindakan pun sulit dilakukan, UU ITE No. 11 Tahun 2008 yang ada masih sulit digunakan. Dari sisi internal penyidik belum cukup banyak yang paham terkait dengan pembuktian digital. Dari sisi eksternal, korban kejahatan tidak banyak yang melapor, sehingga kesulitan untuk melakukan penyidikan. Kesulitan-kesulitan t e r s e b u t m e n j a d i ka n kejahatan di dunia maya memerlukan perhatian yang cukup serius. Upaya-upaya pencegahan, dan penindakan perlu dilakukan bersama-sama. Paling tidak ada empat hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak kriminal yang menggunakan jejaring sosial. Pertama, diperlukannya kesadaran dari pemakai untuk saling mengawasi, menggunakan konsep Foucault tentang panopticon. Dengan kata lain, antar pengguna bisa saling mengawasi sehingga tindak kejahatan bisa diminimalisir. Kedua, peningkatan pemahaman pemakai bahwa media sosial tidak hanya memberikan informasi yang benar, tetapi juga banyak informasi yang tidak benar yang berujung pada kejahatan. Ketiga, elemen penegak hukum harus dikuatkan. Artinya, perubahan undang-undang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, sekaligus juga memaksa penyedia/pembuat media sosial untuk melakukan penyaringan pemblokiran terhadap akun-akun yang ditengarai digunakan untuk kejahatan. Keempat, peran masyarakat untuk melaporkan dan menggungkap tindak kejahatan di dunia maya. Dalam hal ini perlu edukasi terkait dengan ancaman kejahatan di dunia maya yang harus diwaspadai. Grendi Hendrastomo, MM. MA. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi
edisi I | april 2017
persepsi
Gondrong Bukan Tolok Ukur Moralitas
S
tereotip buruk tentang rambut g o n d ro n g m e m a n g t e l a h tersematkan dalam pikiran banyak orang. Di dalam kehidupan sosial, laki-laki gondrong diidentikkan dengan karakter negatif, seperti anarkis, apatis, hingga impolite (tidak sopan). Begitu pun yang terjadi di dalam film. Lakilaki gondrong lebih sering memainkan peran sebagai preman, perampok, atau penjahat. Sebagai media massa, film seolah-olah ingin menunjukkan kebenaran bahwa laki-laki gondrong adalah laki-laki yang tidak baik. Penilaian buruk itu pun membuat rambut gondrong menjadi sesuatu yang dilarang tanpa undang-undang. Bahkan, di era Orde Baru tahun 1970 silam polisi tak segan-segan membawa gunting dan merazia rambut-rambut gondrong. Gunting mereka memotong rambut siapa saja yang menjadi korban razia. Tiada ampun, tidak peduli meski mereka memprotes. Kala itu pihak kepolisian menggeneralisasikan mereka yang berambut gondrong dengan kriminal. Rambut gondrong dianggap sebagai simbol gerakan politik pemuda (mahasiswa) yang menentang pemerintah. Memang, saat itu suara mayoritas pada rezim Soeharto banyak dikritisi kalangan mahasiswa berambut gondrong. Kini, rambut gondrong tidak lagi digeneralisasikan dengan kriminal. Tidak ada lagi polisi yang turun ke jalan membawa gunting dan mencari rambut gondrong lantas memotongnya. Akan tetapi, penilaian buruk tentang rambut gondrong tetap berlanjut. Rambut gondrong masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak berada pada tatanan yang seharusnya. Terlebih di dunia pendidikan. Memiliki rambut gondrong bagaikan dosa besar yang pantang dilakukan. Tidak hanya berlaku di sekolah tingkat menengah, pelarangan rambut gondrong juga berlaku di beberapa perguruan
april 2017 | edisi i
tinggi, tak terkecuali Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kampus negeri yang notabene kampus keguruan ini memang melarang mahasiswanya berambut gondrong. Bahkan, peraturan terbaru yang dikeluarkan di Fakultas Bahasa dan Seni menggolongkan rambut gondrong ke kategori penampilan yang tidak sopan.
mahasiswa sebagai standar etis. Justru yang diperlukan adalah “pengembangan pengetahuan fundamental” yang terdiri dari etika yang sebenarnya, seperti jujur, bertanggung jawab, menghargai karya orang, dan tidak menjiplak karya orang (plagiarisme). Jika alasan rambut gondrong dilarang demi membentuk penampilan rapi maha siswa UNY yang nantinya menjadi tenaga Mengapa tak boleh gondrong? Mel arang mahasisw a bera mbut pengajar, itupun terlalu cepat dalam gondrong dengan dalih bahwa penampilan memutuskan. Tidak semua mahasiswa UNY setelah lulus men tersebut tidak sopan memang terdengar sanga t berlebihan. Saya jadi tenaga pengajar. Kalaupun kelak menjadi yakin, tenaga pengajar, mere ka tentu mengerti etika penampilan yang harus dipraktikkan. Justru kam pus seharusnya menjadi ruang untuk mengekspresikan kebebasan sebelum mereka terikat peraturan dalam pekerjaan. Lagi pula, mahasiswa gondrong juga pasti tahu harus bagaimana agar rambutnya tetap rapi. Sesungguhnya, membuat peraturan “mahasiwa dilarang gondrong” sama saja meng amini penilaian buruk tentang rambut gondrong. Peraturan itu juga membatasi, bahkan merampas Nossis | Expedisi kebebasan mahasiswa sebagai individu dosen tidak bodoh yang memiliki hak-hak asasi. Apalagi dengan menghubungkan ram jika peraturan dibuat sepihak tanpa but gondrong dengan nilai-nilai moral melibatkan suara mahasiswa. Lagi pula, itas. Apalagi jika kemudian disangkut- selama rambut gondrong tidak merugi pautkan dengan proses belajar mengajar. kan orang lain, mengapa harus dilarang? Sesungguhnya mereka hanya ingin me Toh, rambut gondrong bukan tindak lihat mahasiswanya rapi. Itu saja. kejahatan. Oleh karena itu, perlu kita tekankan Pandangan subjektif ini sejatinya tidak menjadi masalah apabila digunakan kembali bahwa ukuran moralitas sebagai nasihat atau pitutur dosen mahasiswa tidak dapat diukur secara terhadap mahasiswanya. Akan tetapi, sederhana menggunakan penampilan menjadi sangat salah jika pada akhirnya fisik mereka. Rambut gondrong tidak dituliskan di atas kertas sebagai peraturan selalu mewakili karakter anarkis, apatis, yang harus dilaksanakan. Sebab, ukuran maupun impolite. Sama halnya dengan moralitas mahasiswa tidak dapat penampilan rapi para pejabat yang tidak diukur secara sederhana menggunakan selalu mewakili karakter cerdas, jujur, dan bebas korupsi. penampilan fisik mereka. Syamsu Qamar Badu dan Basri Amin melalui buku berjudul Civitas Academica Riri Rahayuningsih pun menjelaskan bahwa tidak ada satupun yang menuntut penampilan fisik
7
tepi
Jam Malam di Kampus Ungu
Ardi | Expedesi
Diterbitkannya surat edaran pembatasan jam malam PKM FBS menimbulkan keresahan bagi mahasiswa yang berkegiatan di ormawa.
n Jumat (31/3) lantai pertama PKM FBS terlihat sepi. Mahasiswa sudah keluar dari PKM sebelum pukul 22.00.
J
umat (31/3) sekitar pukul sembilan malam, empat orang satuan petugas keamanan (satpam) masuk ke dalam Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Mereka memeriksa satu per satu ruangan. Tak berselang lama, beberapa mahasiswa keluar dari PKM. Ada yang langsung pergi. Ada pula yang sekadar duduk di depan pelataran PKM. Ketika PKM sudah steril dari mahasiswa, akhirnya satu per satu ruangan dimatikan lampunya oleh satpam dan menguncinya dari luar. Sebagaimana diketahui, PKM FBS sudah harus tutup pada pukul 22.00. Hal itu tak lepas dari kebijakan yang dikeluarkan Dekan FBS untuk menetapkan jam malam bagi PKM. Terhitung sejak 23 Februari 2017 pihak dekanat membatasi jam operasional PKM FBS dari yang sebelumnya 24 jam penuh, kini hanya sampai pada pukul 22.00. Diterbitkannya surat edaran tentang pembatasan jam malam PKM di FBS yang dilakukan oleh pihak dekanat, rupanya cukup mengagetkan sejumlah pihak. Terutama untuk organisasi mahasiswa (ormawa) yang menjadi penghuni PKM. 8
Surat itu dinilai dikeluarkan secara mendadak, tanpa adanya sosialisasi ataupun mediasi terlebih dahulu. Sejak dikeluarkannya aturan itu, seluruh kegiatan ormawa yang berlangsung di PKM terkena imbasnya. ormawa yang biasa aktif melakukan kegiatanya di PKM selama 24 jam, harus menyesuaikan dengan tenggat waktu yang baru. Contohnya seperti dari Sangkala dan Seruker, mereka merasa terganggu dengan adanya aturan tersebut, karena bisa menghambat mereka dalam latihan dan berkarya. Sangkala dan Seruker merupakan dua organisasi mahasiswa di FBS yang sering menggunakan PKM sebagai tempat berkegiatan mereka. Setelah ditetapkannya peraturan itu, mereka jadi tidak bisa memaksimalkan aktivitasnya di PKM, yang seharusnya menjadi wadah menyalurkan bakat dan kemampuan. Pihak dekanat sendiri mengungkapkan, kebijakan jam malam PKM FBS didasari oleh pelaporan warga Karangmalang terhadap keramaian di dalam PKM. Kenyamanan warga Karangmalang terusik oleh ramainya
PKM, apalagi ketika malam hari. Pos ronda mereka yang persis berada di belakang gedung PKM, secara tidak langsung menyebabkan kegiatan warga terganggu oleh kebisingan PKM. Wakil Dekan III FBS. Menurut Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd, pihak dekanat mengaku tidak melakukan sosialisasi dahulu tentang peraturan pembatasan jam malam di PKM lantaran khawatir dapat membuat warga marah seandainya laporannya tidak cepat ditanggapi. “Ketika ada laporan dari warga, bahwa itu menggangu, apakah saya perlu sosialisasi dulu,” tegas Kun. Kun menambahkan, saat pertama kali meresmikan gedung PKM baru, sebenarnya sudah ada peraturan terkait pembatasan jam operasional PKM. “Di awal-awal jam lima sore sore sudah ditutup. Karena ada toleransi-toleransi akhirnya sampai jam sembilan malam. Kalau ada kegiatan harus ada izin dahulu, atau sepengetahuan dari kami,” ujar Kun. Selain alasan laporan dari warga, ada pula laporan dari beberapa dosen yang mengeluhkan banyaknya mahasiswa yang suka bolos saat ada kuliah di pagi hari. Ketika waktu berkegiatan di PKM tidak dibatasi, mahasiswa sering bangun terlambat. Hal itulah yang menyebabkan mahasiswa tidak lulus mata kuliah yang dilaksanakan pada pagi hari, demikian penuturan Kun. Muhammad Wahyudi, selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS, menanggapi adanya pembatasan jam malam di FBS (29/3), “Ya, sebenarnya kita kaget. Dengan adanya aturan ini, kesempatan untuk rapat semakin dibatasi.” Wahyudi sendiri belum mengetahui alasan secara pasti mengenai pembatasan jam malam PKM. PKM Berisik, Warga Sekitar Kesal Semula, PKM FBS berlokasi di sebelah barat Masjid Mujahidin. Namun, sejak tahun 2011 lokasinya dipindah ke sebelah timur gedung kuliah Jurusan Pendidikan Seni Rupa. Letak PKM yang berbatasan dengan perumahan warga itu rupanya menimbulkan edisi i | april 2017
tepi persoalan. Aktivitas PKM hingga larut malam mengganggu kenyamanan warga sekitar. Rakaisa Langit Bengras Somara, selaku ketua Sangkala, yang kami jumpai pada Sabtu (1/4) mengatakan, “Dekanat melarang karena adanya keluhan dari warga bahwa PKM kita berisik dan sering berkegiatan di luar jam umum.” Ia mengatakan bahwa dari Sangkala sendiri merasa terganggu dengan adanya jam malam. Kalau untuk latihan dari Sangkala setidaknya bisa pindah tempat, yang disayangkan Raka adalah ruangruang diskusi dan komunikasi jadi terbatas. Sementara itu, ketua Seruker Hakim Al Ghafaru dari jurusan Pendidikan Seni Kriya, berpendapat bahwa warga yang terganggu disebabkan oleh ramainya PKM belaka, bukan lantaran adanya kegiatan selama 24 jam penuh. Ia dan teman-teman yang aktif berkegiatan di PKM pernah mendatangi kediaman Darman, Dukuh Karangmalang, untuk mendiskusikan permasalahan tersebut. “Beliau tidak menyalahkan kita berproses sampai malam, tetapi cuma karena keramaiannya, dan teman-teman sekarang sudah mulai sadar,” ungkap Hakim.
untuk berkarya sudah tersedia dan bisa dibilang lengkap. “Kalau latihan seperti teater dan musik bisa dilakukan di pelataran. Kalau kita, tempat dan peralatan praktek mau dibawa ke mana,” ujar Hakim. Dia sangat menyayangkan bahwa pembatasan jam malam menyebabkan berkurangnya ruang komunikasi. “Bahkan sekarang teman-teman yang tidak ada kepentingan apa-apa langsung pulang,” ungkapnya. Menanggapi pernyataan dekanat tentang jam operasional PKM selama 24 jam penuh yang menjadi penyebab mhasiswa suka membolos, Raka mengatakan bahwa itu tergantung dari pribadi masing-masing. “Teman saya ada yang suka membolos, ada juga yang sangat rajin, “ jelasnya. Masalah ini juga
Dampak Adanya Jam Malam Seperti penuturan Raka di awal, untuk tempat berlatih teater, Sangkala biasa menyesuaikan tempat di mana saja. Yang disayangkan adalah ruang berkomunikasi, diskusi ataupun rapat anggota ormawa itu menjadi semakin kesulitan. “Biasanya setelah Nossis | Expedisi rapat, kita ‘kan ngobrol-ngobrol santai. Nah, ruang diskusi seperti itulah d i t a n g g a p i yang sekarang tidak ada. Rapat cuma oleh Hakim. Alasan seperlunya, sehingga ya cuma seadanya,” mahasiswa tidur di PKM dikarenakan tuturnya. Raka juga mengharapkan mengerjakan tugas kuliah sekaligus adanya peninjauan ulang pembatasan berproses maksimal di dalamnya. “Kita jam malam tersebut. Baginya fungsi kuliah dari pagi sampai sore, bahkan bisa PKM adalah tempat untuk membangun sampai jam setengah sembilan malam. komunikasi yang lebih intens antar Itu pun praktek belum selesai dengan anggota. maksimal, maksimalnya ya waktu kita Lain halnya dengan kegiatan yang ngelanjutin di PKM,” ujarnya. dilakukan oleh Sangkala, yang bisa menyesuaikan tempat latihannya di Menanti Solusi yang Belum Pasti mana saja, Seruker mengalami kendala Beberapa perwakilan dari ormawa dalam mencari tempat untuk berkarya. menginginkan adanya solusi terbaik dari Mereka tidak bisa pindah tempat, karena permasalahan penetapan jam malam di dalam PKM sendiri peralatan praktek di PKM. Sejak penetapan peraturan april 2017 | edisi i
yang baru, para ormawa belum tahu kejelasan kedepannya akan seperti apa. Hingga saat ini belum ada mediasi antara ormawa, warga Karangmalang, dan perwakilan dari dekanat. Raka menuturkan bahwa sudah ada advokasi dari pihak BEM FBS ke dekanat, tapi hal itu dinilai sangat lambat. “Mereka baru akan melaksanakan mediasi antara tiga pihak dekanat, warga, dan mahasiswa itu pertengahan bulan April, sementara jarak penutupan PKM dan mediasi itu terlalu lama.” kata Raka. Ia juga berharap dari acara tersebut menjadi benar-benar sebuah mediasi, bukan hanya sekadar sosialisasi kepada para mahasiswa. Sementara Darman yang juga mewakili warga Karangmalang menginginkan diadakan sebuah forum yang mempertemukan antara warga, mahasiswa dan perwakilan dekanat. “Kita sebenarnya pengen dan siap untuk dipertemukan, Tapi monggo kapan dari dekanat untuk mempertemukan, karena kita perlu mejaga etika,” ucapnya, ketika ditemui di kediamannya pada Rabu sore (29/3). Perihal rencana diadakannya mediasi, Hakim kembali menuturkan bahwa akan diadakan acara ngangkring bareng yang diselenggarakan oleh BEM FBS. Dari acara tersebut kabarnya akan dihadiri oleh Kepala Dukuh Karangmalang dan beberapa warga, perwakilan dekanat, dan tentu dari warga PKM sendiri. Sunardi Alfian, Maulidya
9
resensi
Mengenal Rumah, Mengenal Sejarah
B
uku berjudul “Rumah Tusuk Sate di Amsterdam Selatan dan Cerita-Cerita Lain” merupakan kumpulan cerita pendek karya Joss Wibisono, yang merupakan seorang jurnalis sekaligus penulis. Kumpulan cerpen ini awalnya seperti memberikan kesan bahwa isinya akan menceritakan cerita horor atau seram. Namun di buku ini Joss menyajikan cerita berbeda dari mitos yang berkembang di masyarakat tentang rumah tusuk sate. Buku yang terdiri atas lima cerita pendek ini memuat tentang kompleksitas masalah manusia. Joss menyisipkan tentang nilai-nilai keluarga, kebudayaan, dan cinta dalam narasi yang ia bangun. Nilai-nilai tersebut seolah melebur bersama alur cerita, dan setiap cerita berdiri masing-masing. Sebagai contoh, cerpen berjudul“Rumah Tusuk Sate di Amsterdam Selatan”. Cerpen tersebut bercerita tentang Amsterdam pada tahun 1941 yang sedang dikuasai oleh Nazi. Keadaan ini membuat kota Amsterdam dan wilayah lain di Belanda terasa mencekam. Di balik keadaan itu, muncul pergerakan yang dimotori oleh studenten Indonesia di Belanda. Mereka menerbitkan koran kuning, surat kabar yang berisikan tentang propaganda, sebagai bentuk perlawanan terhadap kekuasaan Nazi. Terlepas dari kisah heroik itu, ada satu nilai cerita yang dapat dipetik dari perjalanan tokoh utamanya, Menco. Dia akhirnya menemukan jawaban atas identitasnya yang selama ini belum ia ketahui, bahwa setengah dari darahnya merupakan darah seorang lelaki Jawa keturunan bangsawan. Informasi itu diperoleh setelah mendengar penuturan dari ayah tirinya, justru ketika ia sudah makan asam garam dalam dunia pergerakan. Cerpen ini seakan mengatakan, ada satu hal yang tak boleh dilupakan, yaitu keluarga. Cerpen berikutnya berjudul “Rijsttafel Versus Entrecôte”. Menceritakan dua orang gadis yang sedang makan di Hôtel des Indes di Batavia. Dalam cerita ini diceritakan pada saat itu kedua gadis memesan menu rijsttafel. Menu yang 10
menghidangkan masakan asli Indonesia seperti semur, rendang, sate kambing, ayam opor, ayam panggang, sayur lodeh, urap-urap, cah toge campur ikan asin yang disajikan dengan gaya khas Eropa. Meskipun keseluruhan cerita ini mengisahkan tentang hubungan dua gadis yang berakhir dengan hubungan di atas ranjang, tapi melalui adegan di restoran cerpen ini hendak menunjukkan akulturasi dari kebudayaan berbeda. Rijsttafel, sebagai cara menghidangkan makanan yang menjunjung etiket Eropa, dipadukan dengan menu-menu Indonesia yang jelas berbeda secara kultural. Makanan tampaknya memiliki porsi lebih dalam cerita-cerita Joss. Dalam cerpennya yang lain diceritakan juga tentang makanan, seperti persamaan antara asari ramen ala Jepang dengan yamien ala Salatiga, yang keduanya samasama mie yang cocok untuk menu makan siang. Ada lagi cerpen yang menceritakan masakan dari Belanda, yaitu stampot yang terbuat dari semur sosis yang dicampur dengan bubur kentang dan sayur rebus. Joss memberikan hal baru yang berbeda dalam cerpennya. Dengan memunculkan hal yang dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari, membuat karya Joss dekat dengan pembaca. Pada cerpen yang berjudul “Terbalut Songket di Kyoto” menceritakan sepasang kekasih yang bertemu di Amsterdam dan kisah asmaranya berlanjut di Kyoto. Setelah beberapa lama hubungan mereka semakin dekat dan suatu waktu sang lelaki yang bernama Tsu mengajak sang perempuan yang bernama Arum untuk pergi ke kampung halaman Tsu di Kyoto. Selain itu, dalam cerpen ini juga dijelaskan hubungan antara kakek Tsu dengan pribumi yang bernama Shiman. Hubungan ini merupakan hubungan antara sesama jenis. Membuat Joss
Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal
: Rumah Tusuk Sate di Amsterdam Selatan dan Cerita-Cerita Lain : Joss Wibisono : OAK : Maret 2017 : VII + 149 halaman
seperti memandang hubungan antar manusia itu universal, tidak dibatasi oleh gender. Di kumpulan cerpennya, Joss juga menambahkan unsur-unsur yang baru bahkan terbilang unik. Salah satunya dalam cerpen “Rumah Tusuk Sate di Amsterdam Selatan”. Joss menggunakan ejaan lama sebagai cara untuk mengkreasikan masa lalu ke dalam cerita yang dikemasnya secara menarik. Penggunaan ejaan lama dan istiah asing yang jarang digunakan barangkali menjadi kekurangan karya Joss. Hal itu berpotensi menyulitkan pembaca dalam melakukan pembacaan maupun memahami makna cerita. Tetapi kekurangan itu bisa dilengkapi dengan gaya penuturan Joss yang unik. Bagas Nugroho Pangestu
edisi I | april 2017
wacana
Sepotong Pertanyaan untuk PTN-BH
M
encerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tugas pemerintah, sesuai yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Kata “cerdas” dalam KBBI berarti sempurna perkembangan akal budinya atau bisa juga tajam pikirannya. Jika kita menengok kembali UUD 1945 tersebut, timbul pertanyaan, cerdas macam apakah yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga zaman reformasi ini? Pertanyaan itu bakal beranak, apalagi jika dikerucutkan untuk mempertanyakan pendidikan tingkat perguruan tinggi (PT). Telah kita ketahui, pengaruh dan peran PT dalam menentukan arah perubahan suatu bangsa, khususnya dalam membangun dan mendidik bangsa, memanglah teramat besar. Kini, salah satu caranya yakni dengan berlombalomba untuk menjadi sebuah Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH). PTN-BH sendiri merupakan PT dengan kewenangan untuk mengurusi bidang akademik maupun non akademik secara otonom, seperti tertuang dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 65. Adapun syarat menjadi PTN-BH terbagi dalam tujuh bidang pengelolaan, yaitu: mahasiswa, mata kuliah, manajemen, sumber daya manusia, keuangan, perolehan pendapatan serta administrasi pendapatan. Selain hal itu, PTN terkait juga akan dievaluasi berkala oleh pemerintah, karena yang menentukan status PTN dapat beralih menjadi PTN-BH adalah ketetapan peraturan pemerintah. Kerumitan syarat untuk beralih menjadi PTN-BH tersebut telah terbukti. Sejauh ini perguruan tinggi negeri yang telah berbadan hukum hanya berjumlah sebelas dari 376 PTN di Indonesia. Di antaranya, IPB, UI, ITB, UGM, UPI, UNAIR, USU, UNDIP, ITS, UHM serta UNPAD. Lantas, apakah dengan berganti status tersebut, dapat mewujudkan cerdas yang diinginkan pemerintah? Atau malah menyimpan kepentingan lain? Kembali ke permasalahan awal, tugas PT khususnya PTN adalah mencerdaskan
april 2017 | edisi i
Nossis I Expedisi
kehidupan bangsa dengan menjadi wadah pembelajaran mahasiswa. Tetapi jika wadah yang dimaksud adalah sistem PTN-BH, akan menjadi rancu dan menuai banyak pertanyaan. Apabila dicermati, sistem otonom PTN-BH sendiri memungkinkan birokrat menjadi otoriter dalam pengelolaannya. Wewenang untuk membuka, menyelenggarakan dan menutup program studi serta mengangkat dan memberhentikan dosen sepenuhnya berada di tangan universitas. Jika mahasiswa tidak dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan, mahasiswa bakal berposisi sebagai pihak yang pasif dan akhirnya menjadi korban kebijakan. Selain otoriter, PTN-BH hanya terfokus pada pertumbuhan finansial PTN. Dengan kata lain, kampus dapat mengelola, mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi. Mencetak Tenaga Buruh PT juga memiliki peran dalam menyikapi permasalahan serta perubahan aktual yang dihadapi dalam masyarakat. Seperti ditunjukan Badan Pusat Statistik, tenaga kerja Indonesia dengan kualifikasi pendidikan tinggi hanya 11,01%. Sedangkan, mayoritas tenaga kerja Indonesia yang memiliki pendidikan dasar hanya mencapai 62,3%. Di era MEA, tenaga kerja asing akan membanjiri pasar kerja Indonesia. Tugas
perguruan tinggi untuk mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki daya saing global. Namun, apakah peran perguruan tinggi hanya sebatas mencetak lulusan tenaga kerja buruh, bukan akademisi, intelektual bahkan ilmuwan? Di tengah krisis ekonomi yang berlangsung, Indonesia memang membutuhkan banyak tenaga kerja, khususnya lulusan universitas. Lulusan universitas diharapkan dapat bersaing di pasar kerja. Ijazah cuma dijadikan bukti seseorang berpengalaman di bidang akademik ataupun nonakademik. Lantas, bagaimanakah nasib pendidi kan—khususnya perguruan tinggi dengan sistem PTN-BH—yang mencerdaskan bangsa jika tujuannya hanya mencetak tenaga kerja, bukan tenaga ahli. Apakah PTN-BH akan mencerdaskan bangsa? Jika gagal, kemungkinan terbesar hanya akan meningkatkan pengangguran, dan menambah jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Secara terselubung, sistem PTN-BH dapat menggiring pada neokapitalisme pendidikan. Apakah seperti itu pendidikan yang Indonesia butuhkan? Saya rasa tidak. Mari kita cari tahu jawabannya dengan mengawal kebijakan PT bersistem otonom berbasis hukum tersebut bersama-sama. M. Noor Alfian Choir
11
eksprespedia
Berbagi Pengalaman dengan Kamera 360 Derajat
M
Dok. Istimewa
LA
N
LA
IK
E
LA IK E SP AC
E
IK L
N
AN
SP AC
E
SP AC SP AC
AN IK L E
Maulidya Alhidayah
IK
LA IK E SP AC SP AC 12
memungkinkan para penontonnya menentukan sudut pandangnya sendiri. Sehingga, penonton dapat mengeksplorasi lebih jauh tentang video yang ditontonnya. Sekali lagi, inovasi terbaru dari dunia VR ini menarik untuk dinikmati. Sayangnya, untuk saat ini tidak semua perangkat dapat menerapkan teknologi tersebut. Seperti film yang akan kesulitan sekali mengatur pencahayaan dan penempatan para kru pada saat pengambilan gambar. Selain itu, fokus para penonton pun akan terpecah dengan angle yang 360 derajat itu. Terlepas dari kekurangan itu, video 360 derajat adalah ide yang sangat cemerlang dalam perkembangan teknologi Virtual Reality.
N
Belakangan video-video dengan format ini sudah banyak beredar di YouTube. Mulai dari video blog hingga video dokumeter National Geographic. Membuat video terasa lebih menarik. Seolah-olah merasakan sendiri suasana dalam video tersebut. Setidaknya hal itulah yang ingin dihadirkan oleh video 360 derajat. Video 360 derajat
N
enonton video kini menjadi lebih menyenangkan dengan adanya immersive video. Immersive video atau video 360 derajat adalah sebuah teknologi baru dalam dunia Virtual Reality (VR)yang tengah menjadi tren sejak 2016 lalu. Teknologi ini semakin populer setelah YouTube dan Facebook mendukung konten video dengan format ini. Terlebih lagi setelah perusahaan IT raksasa mengeluarkan kamera yang memungkinkan mengambil gambar dengan sudut 360 derajat. Awalnya video 360 derajat dirancang untuk dinikmati dengan kacamata VR. Namun, pada perkembangannya video 360 derajat dapat dilihat melalui perangkat mobile, seperti gawai. Hanya dengan mengandalkan jari pada layar sentuh, penonton dapat mengubah angle pada video tersebut. Pengguna dekstop PC juga dapat menggunakan format video ini dengan memindahkan kursor pada layar PC.
edisi I | april 2017