Buletin Expedisi Edisi Reguler V Maret 2017 - Sistem Asuransi UNY Belum Maksimal

Page 1

EXPEDISI EDISI V MARET 2017

MEMBANGUN

B U D AYA

Sistem Asuransi UNY Belum Maksimal Dua tahun sudah semenjak UNY memutuskan mengelola dana asuransi secara mandiri. Sosialisasi yang kurang membuat para mahasiswa tidak mengetahui adanya asuransi.

KRITIS


SURAT PEMBACA Membangun Kompetensi Kerja dalam Ormawa Organisasi mahasiswa (Ormawa) di UNY beraneka ragam. Dimulai dari Hima, BEM, DPM serta UKM. Berbagai organisasi tersebut diharuskan memiliki komitmen untuk membangun mahasiswa UNY sebagai tenaga kerja terdidik dan berkompeten di bidangnya masingmasing, sesuai jurusan yang diambil. Mahasiswa UNY diharuskan dapat menjadi bagian dari jumlah sarjana yang terserap dalam kesempatan kerja. Untuk mendukung hal tersebut, Or­ ma­wa diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak kemahasiswaan, dalam upaya membentuk keahlian mahasiswa. Ke­gi­at­ an kuliah dalam kelas hanyalah se­ ba­gi­an kecil langkah untuk membangun kom­pe­ten­si kerja mahasiswa. Langkah yang juga penting dan sangatlah penting a­da­lah mem­bang­un pe­ra­da­ban ke­gi­a­tan

Or­ma­wa yang memiliki kurikulum dan si­ la­bus ber­e­sen­si. Oleh karena itu, setelah men­da­pat­kan gelar sebagai sarjana ma­ ha­sis­wa sudah ahli di bidangnya, ka­re­ na sudah terlatih dan terdidik melalui ke­gi­a­tan organisasi kampus khususnya di UNY. Iqbal Setiawan Kepala Departemen Jaringan BEM FE 2017

UKT dan Segala Permasalahan­ nya Uang Kuliah Tunggal (UKT) memang men­ja­di per­ma­sa­la­han yang se­la­lu mun­ cul se­ti­ap se­mes­ter. Berbagai upaya telah di­la­ku­kan, salah satunya men­da­tang­i Wakil Rektor II. Langkah yang saat itu diambil oleh pihak birokrasi ialah me­ nye­tu­jui adanya peng­ang­su­ran UKT dan per­pan­jang­an pembayaran UKT. Hal tersebut memberikan peluang bagi beberapa mahasiswa yang terancam cuti,

EDITORIAL Sosialisasi Tidak Maksimal, Klaim Dana Sedikit BERPINDAHNYA pengelolaan ke­bi­ ja­kan a­­su­­ran­­si di UNY, dari pe­ru­­sa­ha­ an a­su­ran­si Indolife menjadi dikelola sen­di­ri memberikan angin segar bagi kampus. Diharapkan semenjak per­ pin­da­han ter­se­but UNY tidak meng­a­ la­mi banyak ke­ru­gi­an. Pa­sal­nya, saat be­ker­ja sama dengan Indolife, UNY harus mem­ba­gi dua sisa premi yang tidak diklaim. Perubahan peraturan tersebut ber­ lan­das­kan pada Pe­ra­tu­ran Nomor 03 tahun 2015 tentang Dana Ke­se­jah­te­ ra­­an Kesehatan Mahasiswa yang telah di­te­tap­kan pada tanggal 2 Maret 2015. Peraturan baru tersebut membuat aturan klaim lebih fleksibel dan tidak terkesan ketat. Syarat klaim yang singkat ke­mu­di­an ber­dam­pak pada se­ma­kin ce­pat­nya dana cair. Hal ter­se­ but di­ung­kap­kan oleh Akhir Yuliana, mahasiswa Ilmu Sejarah, yang sempat klaim dana pada 2016 lalu. Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes. se­la­ ku Wakil Rektor (WR) III men­je­las­kan bahwa be­da­nya pegelolaan asuransi dulu dan sekarang adalah meng­e­nai dana sisa klaim yang se­pe­nuh­nya milik UNY, tidak dibagi dua. Hal ter­ se­but tentu sangat meng­un­tung­kan pihak UNY. Namun, perlu diingat oleh pihak birokrat agar dana sisa harus

2

di­ke­lo­la dengan sebaik-baiknya guna mem­bang­un UNY yang lebih baik lagi. Sayangnya, pihak bi­ro­krat tidak me­li­bat­kan ma­ha­sis­wa dalam so­si­a­li­ sa­si meng­e­nai dana yang menyangkut ke­se­jah­te­ra­an ma­ha­sis­wa. Hal ter­ se­but diamini oleh Zaky Mubarok Izzudin selaku ketua BEM UNY 2016. Ia meng­ung­kap­kan bahwa ia sempat diberitahu me­nge­nai a­su­ran­si ke­se­ha­ tan UNY, te­ta­pi se­te­lah­nya ia tidak tahu apa pun oleh pihak birokrat. Pihak ke­ma­ha­sis­wa­an meng­a­ta­kan so­si­a­li­sa­si su­dah di­la­ku­kan di internal UNY me­la­lui masing-masing ka­pro­di karena ka­pro­di dianggap lebih dekat dengan ma­ha­sis­wa. Kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang belum tahu mengenai dana ke­se­jah­te­ra­an ini. Seperti yang dikatakan Akhir bahwa proses pen­ca­ir­ an memang cepat tapi banyak te­man­nya yang belum meng­ e­ta­hui­nya. Se­ha­rus­nya pihak bi­ro­krat me­li­ bat­kan ma­ha­sis­wa dalam proses so­ si­a­li­sa­si. Pihak bi­ro­krat juga harus mem­b ang­u n si­n er­g i yang bagus dengan ma­ha­sis­wa Agar dana a­su­ ran­si ter­se­but benar-benar ber­man­ fa­at dan ber­gu­na bagi ke­se­jah­te­ra­an ma­ha­sis­wa. Redaksi

karena pada hari itu adalah dua hari menjelang penutupan pembayaran UKT. Kabar baik lainnya adalah, pada tahun 2017 ini Men­ris­tek­dik­ti ber­ka­ta bahwa para rektor tidak boleh me­na­ik­kan UKT dengan alasan apapun. Ke­pa­da ma­ ha­sis­wa, jujurlah dalam pengisisan data UKT karena akan berimbas pada kawankawan lainnya. Kepada mahasiswa lama, jangan menginstruksikan ketidakjujuran pada calon mahasiswa baru. Thifli Habibi Nur Salim Nava Ketua BEM KM UNY 2017

Mahasiswa, Agen Perubahan Bangsa Kini krisis multidimensi menampakkan diri. Berbagai krisis terjadi di pelosok negeri, mulai dari krisis politik, ekonomi, budaya, pendidikan, sosial, juga moral mulai menghantui. Perlulah kita mengingat kem­ba­li po­ten­si se­o­ rang pemuda se­per­ti yang disampaikan Bung Karno. Pe­mu­da sudah se­la­yak­ nya meng­am­bil peran dalam kehidupan berbangsa. Sebab, setiap perubahan yang terjadi se­la­lu dikaitkan dengan campur ta­ng­an pe­mu­da. Demi mengatasi krisis mul­ti­di­men­si yang ada, seorang pemuda harus bisa mengisi perannya sebagai agen perubahan bangsa. Mahasiswa sudah se­la­yak­nya ikut berjuang dalam mengatasi berbagai krisis yang terjadi di negeri ini. Memang, setiap mahasiswa mem­pu­nyai ja­lan­nya sen­di­ri dalam ber­ju­ang, entah dengan turun ke jalan, fokus me­ning­kat­kan IPK, mengikuti ber­ba­gai macam perlombaan, dan lain se­ba­gai­nya. Sejatinya itu semua sarana untuk ber­ju­ang. Darul Hamim Mahasiswa PGSD 2014

SEMPIL + Yang lebih dekat dengan mahasiswa adalah Ka­ prodi sehingga keputusan ter­se­but adalah yang terbaik - Nyatanya banyak mahasiswa belum tahu asuransi di UNY... Pimpinan Proyek Singgih Norma | Sekretaris Meida Rahma | Bendahara Nisa Maulan | Redaktur Pelaksana Umi Zuhriyah | Redaktur Danang Suryo, Fahrudin, Nisa Maulan, Singgih Norma, Wachid As-shidiq | Reporter Nisa, Umi | Redaktur Foto Muhammad Sukron | Artistik Danang Suryo, Gigih Nindia | Produksi Wachid As-shidique | Iklan Fahrudin, Silvana Marsha | Tim Polling Heni Wulandari, Iwan, Yazra Muhammad | Sirkulasi Moh Agung | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ­Ekspresionline. com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

EDISI V | MARET 2017


SENTRA

Klaim Asuransi UNY Belum Maksimal Klaim dana asuransi yang rendah di UNY dirasa merugikan karena sisa premi harus dibagi dua dengan Indolife.

T

Umi | EXPEDISI

erhitung sejak tanggal 2 Maret 2015, UNY mengelola dana a­su­ ran­si secara mandiri. Sebelumnya UNY bekerja sama dengan perusahaan a­su­ransi bernama Indolife. Perubahan tersebut dipayungi oleh Surat Keputusan (SK) Nomor 03 tahun 2015 tentang Dana Kesejahteraan Kesehatan Mahasiswa. “Pihak UNY banyak mengalami kerugian selama bekerja sama dengan Indolife,” jelas Drs. Mujiran, Kepala Subag Kemahasiswaan, ketika ditanya alasan perubahan kebijakan (27/12). “Premi yang disediakan oleh Indolife sebesar Rp150.000.000,00 sedangkan UNY hanya bisa mengklaim sebanyak Rp80.000.000,00,” ujar Mujiran lebih lanjut mengenai kerugian yang diterima

Mujiran, Kepala Bagian Kemahasiswaan.

MARET 2017 | EDISI V

UNY. Selanjutnya ia mengatakan bahwa perusahaan asuransi memang mencari untung. Tidak hanya mengenai klaim dana yang harus semaksimal mungkin, ke­ ru­gi­an lain yang diterima UNY adalah karena syarat klaim yang rumit. Hal tersebut ditanggapi oleh Mujiran, “Aturan yang ditetapkan sangat ketat, seperti kecelakaan yang terjadi di luar wilayah kampus atau di luar jam kuliah tidak bisa mengklaim dana asuransi.” Agar dana asuransi cair harus melalui persetujuan Wakil Dekan (WD) III di fakultas dan Wakir Rektor (WR) III lalu ke pihak Indolife. Mujiran mengatakan bahwa proses tersebut memakan waktu yang lama karena letak kantor Indolife jauh dari UNY. Permasalahan kerugian tersebut juga di­te­gas­kan oleh WR III, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., “Dari segi ke­ten­ tuan mereka yang memutuskan sehingga sedikit yang dapat dicairkan agar sisa uangnya banyak. Jika sisa uangnya banyak kemudian dibagi dua dan menjadi keuntungan bagi Indolife,” ungkapnya (13/2). Dikatakan oleh Mujiran, SK baru meng­ e­nai dana kesejahteraan UNY memang baru di­ sah­kan rektor tanggal 2 Maret 2015, tetapi UNY sudah mengelola a­ s u­ ran­ s i secara mandiri sejak Januari 2015. Pe­ ru­ba­han ini diklaim oleh Sumaryanto lebih fleksibel dan cepat diatasi daripada se­be­lum­nya. Mujiran menjelaskan bahwa regulasi yang baru akan men­j a­m in semua ma­ha­sis­wa UNY men­da­pat dana ban­tu­an dengan persyaratan yang lebih lunak daripada re­ gu­lasi yang lalu. “Semua mahasiswa UNY bisa meng­k la­i m dana ini dengan syarat telah di­a­ ju­kan langsung oleh WD III,” ungkapnya.

Ketentuan dalam SK Baru Di dalam SK Dana Ke­se­jah­te­ra­an dan Kesehatan Mahasiswa di­je­las­kan bahwa mahasiswa yang berhak mendapat klaim dana kesehatan adalah ma­ha­sis­wa yang mengalami sakit akibat kecelakaan, meninggal dunia, sakit bukan karena ke­ce­la­ka­an, dan men­ja­la­ni rawat inap di rumah sakit. Dana yang di­se­di­ak ­ an untuk ma­ha­sis­wa yang meng­a­la­mi ke­ce­la­ka­an mak­si­mal se­be­sar Rp4.000.000,00. Ke­ mu­dian bagi yang menjalani rawat inap mem­pe­ro­leh Rp200.000,00 setiap hari maksimal 10 hari terhitung sejak men­ ja­la­ni rawat inap. Sedangkan ma­ha­sis­ wa yang meninggal dunia akan diberi santunan sebesar Rp5.000.000,00 kepada keluarga mahasiswa. Mujiran menjelaskan bahwa nilai klaim yang ada di SK tersebut adalah nilai maksimal. Artinya mahasiswa yang harus menjalani operasi besar yang mem­bu­tuh­kan biaya lebih dari nilai klaim maka tidak bisa dibantu. “Jika ni­lai­nya lebih dari itu, maka kami tidak bisa membantu penuh.” Namun ia juga menjelaskan dana kesehatan tersebut berbentuk dana bantuan sehingga ketika mahasiswa membutuhkan dana lebih bisa mendapat klaim asuransi dari luar UNY. Penentuan nominal klaim kesehatan tersebut disesuaikan dengan jumlah asuransi yang pernah ada sebelumnya. Selanjutnya Mujiran mengungkapkan, “Jika ada masukan bahwa dana yang disiapkan untuk klaim saat ini ternyata kurang dan perlu ditambahkan, maka akan kami bahas lagi setidaknya setelah regulasi ini berjalan selama 2 tahun,” tegasnya. Sumaryanto menjelaskan bahwa dana yang disiapkan untuk dana kesejahteraan dan kesehatan mahasiswa setiap tahunnya adalah 100 juta. Dana tersebut diambil dari UKT mahasiswa setiap semester. “Selanjutnya, uang yang tidak terserap untuk klaim tersebut akan kembali sepenuhnya ke UNY,” kata Sumaryanto. Menurutnya, hal tersebutlah yang membedakan dengan regulasi sebelumnya. “Sekarang dikelola oleh kemahasiswaan sehingga sisa dana tidak perlu dibagi dua dengan pihak lain,” jelasnya lebih lanjut. 3


SENTRA

“Premi yang disediakan oleh Indolife sebesar Rp150.000.000,00 sedangkan UNY hanya bisa mengklaim sebanyak Rp80.000.000,00.” Drs. Mujiran. saat sakit atau kecelakaan, jurusan terlebih dahulu yang membayar biaya perawatannya lalu akan diklaimkan ke UNY melalui WD III FT. Total Klaim Tiap Fakultas Berbeda Berdasar data yang didapat oleh Tim EXPEDISI, pada tahun 2016, klaim dana kesejahteraan dan kesehatan mahasiswa UNY mencapai 44 kasus dengan dana pencairan sebesar Rp81.645.336,00. Dana tersebut terbagi dalam tujuh fakultas di UNY. Sebanyak Rp11.600.000,00 dicairkan oleh FIP dari 5 klaim. FBS tercatat mencairkan Rp16.020.500,00 dari 10 klaim. FMIPA mencairkan Rp5.400.000,00 dari 2 klaim. FIS mencairkan Rp5.053.000,00 dari 3 klaim. FT mencapai Rp20.320.336,00 dari 10 kasus klaim. FIK mencairkan sebanyak Rp23.094.000,00 dari 13 klaim. Dan, terakhir FE yang mencairkan Rp157.500,00 dengan 1 kasus klaim. FT memiliki klaim yang paling banyak dan dijelaskan oleh Giri karena banyak kecelakaan saat pelaksanaan praktik. Melihat hal tersebut, ia merencanakan ke depannya himpunan mahasiswa (Hima) masing-masing jurusan di FT akan dilibatkan untuk membuat bidang yang khusus menangani masalah asuransi kecelakaan praktik. “Tahun ini

akan kami atur di setiap Hima agar bisa menangani masalah kecelakaan tersebut. Sehingga jika ada kecelakaan mereka akan menangani secara langsung dan dapat diatasi lebih cepat,” ungkap Giri. Berbeda dengan WD III FT yang be­ren­ca­na menyerahkan masalah pe­ nang­a­nan asuransi kecelakaan praktik ke Hima, WD III FIS menyerahkannya kepada BEM fakultas. “Tidak perlu sampai Hima karena di FIS tidak banyak praktik yang beresiko kecelakaan,” jelasnya lebih lanjut . Dikatakan oleh WD III FIS bahwa sosialisasi di wilayah FIS sudah di­la­ ku­kan secara menyeluruh baik melalui dosen, forum rapat kerja fakultas, hingga saat Ospek. Namun, Akhir Yuliana, salah satu mahasiswa yang ikut mengajukan klaim dana asuransi di tahun 2016 mengungkapkan hal sebaliknya. “Pelayanan memang cepat, tetapi banyak mahasiswa yang belum tahu. Alangkah baiknya jika sosialisasi lebih digencarkan,” pungkas mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2016 tersebut (8/1). Wachid As-siddiq Nisa, Mia

Repro.Danang | EXPEDISI

Sosialisasi Asuransi Tidak Libatkan BEM Ketua BEM UNY 2016, Zaky Mubarok Izzudin, me­ng­ung­­kap­­kan bahwa pihak BEM tidak dilibatkan dalam so­­si­a­li­sa­si mengenai dana kesejahteraan mahasiswa. “Kami tahu mengenai a­da­ nya dana kesejahteraan tersebut, te­ ta­pi kami belum pernah sama sekali meng­on­so­li­da­si­kan­nya dengan rektorat,” ungkapnya ketika ditemui di sekretariat BEM (16/12). Pihak kemahasiswaan rektorat me­ nga­ta­kan telah menyerahkan per­ma­sa­la­ han sosialisasi kepada kemahasiswaan di masing-masing fakultas. Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa sosialisasi dilakukan di internal UNY melalui WD III di ma­ sing-ma­sing fakultas yang kemudian di­te­rus­kan kepada Kaprodi. “Yang lebih dekat dengan mahasiswa adalah Ka­ prodi sehingga keputusan ter­se­but adalah yang terbaik,” jelas Mujiran lebih lanjut (27/12). Hal ini diamini oleh Wakil Dekan III FT, Dr. Giri Wiyono, M.T.. Ia mengaku telah me­la­ku­kan sosialisasi mengenai dana ke­se­jah­te­ra­an mahasiswa sewaktu Ospek dan melalui masing-masing jurusan sebagai tangan pertama yang mengatasinya. Menurutnya, jika ada mahasiswa yang membutuhkan dana

4

EDISI V | MARET 2017


POLLING

Birokrat UNY Minim Sosialisasikan Asuransi Pendidikan

S

MARET 2017 | EDISI V

Sosialisasi Asuransi di UNY 394 dari 28.627 Mahasiswa UNY 81.6% Mahasiswa tidak mengetahui tentang asuransi di UNY

dibuktikan 96,7% mahasiswa setuju jika UNY memberikan asuransi pendidikan, dan sisanya 3,3% mahasiswa tidak setuju. Minimnya mahasiswa yang meng­e­ta­ hui tentang asuransi pendidikan di UNY membuat mereka menginginkan adanya sosialisasi. Hal ter­se­but dibuktikan dengan data terkait perlu mendapatkan so­si­a­li­sa­si info asuransi pendidikan di UNY sebesar 97%, sedangkan yang 3% tidak perlu mendapatkan sosialisasi info asuransi UNY. Setelah itu terkait dengan program asuransi pendidikan kurang sosialisasi, 53.2% mahasiswa meng­a­ta­kan sangat setuju, mahasiswa yang mengatakan setuju sebesar 38.1%, se­dang­kan 3% mahasiswa tidak setuju, 2.7% mahasiswa sangat tidak setuju, dan 3% mahasiswa tidak menjawab. Tim Polling

81.6%

18.4%

1.7% Mahasiswa mengetahui syarat perlindungan asuransi UNY.

97% Mahasiswa membutuhkan adanya sosialisasi tentang asuransi di UNY

Danang | EXPEDISI

alah satu unsur penting dalam dunia pen­di­di­kan yaitu asuransi pendidikan. Pada jenjang per­gu­ru­ an tinggi peraturan meng­e­nai asuransi pen­di­di­kan diatur pada UU Nomor 12 tahun 2012. A­su­ran­si dalam jenjang per­gu­ruan tinggi di­mak­sud­kan agar se­ ti­ap ma­ha­sis­wa men­da­pat ja­mi­nan ke­ se­la­ma­tan selama me­nem­puh jenjang perguruan tinggi. Adanya fasilitas asuransi pendidikan bagi mahasiswa ternyata masih belum diketahui oleh mahasiswa. Pihak kampus dinilai kurang dalam menggalakkan sosialisasi fasilitas asuransi pendidikan. Ma­sa­lah yang di­ha­dap­kan kepada ma­ha­ sis­wa a­ki­bat dari minimnya sosialisasi a­da­lah ma­ha­sis­wa tidak mengetahui meng­e­nai adanya asuransi pendidikan, me­ka­nis­me dan persyaratan dalam meng­ a­ju­kan asuransi pendidikan. Padahal hal tersebut sangat berguna bagi mahasiswa yang mendapatkan musibah ketika melakukan pendidikan di kampus UNY. Dalam permasalahan tersebut, maka tim EXPEDISI melakukan polling untuk mengetahui bagaimana respon dari mahasiswa tentang asuransi pendidikan di UNY. Metode yang digunakan adalah aksidental yaitu membagikan angket secara langsung kepada responden. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan angket dengan 5 pertanyaan dan 4 pernyataan. Peng­ gu­na­an sampel menggunakan rumus slovin dengan sampling error sebesar 5%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 394 sampel untuk mewakili 28.627 jumlah mahasiswa UNY. Angket selanjutnya disebar secara langsung kepada res­pon­ den di seluruh fakultas di UNY. Berdasarkan hasil dari pengolahan angket yang disebar, diperoleh bahwa sebanyak 81.6% mahasiswa tidak me­ nge­ta­hui tentang asuransi pendidikan di UNY. Sisanya yaitu 18.4% mengetahui tentang a­su­ran­si pendidikan di UNY. Lalu mengenai persyaratan mendapatkan perlindungan asuransi UNY, hanya 1.7% saja mahasiswa yang mengetahui syarat mendapatkan perlindungan a­su­ ran­si UNY, sedangkan 98.3% tidak mengetahui. Sehubungan hal tersebut,

1.7%

98.3%

97%

3%

Minimnya mahasiswa yang meng­e­ta­hui tentang asuransi pendidikan di UNY membuat mereka menginginkan adanya sosialisasi. 5


PERSEPSI

Hoax: Pencipta Malapetaka

G

6

Tak bisa dimungkiri, dengan ba­nyak­ nya in­for­ma­si, kadang bahkan kita sering lupa akan substansi informasi tersebut. Kita lebih tertarik hanya pada judul yang men­ja­di topik populer. Tentang ko­mu­nis, mi­sal­nya. Isu komunis sudah men­ja­di ru­ti­ni­tas tahunan, sialnya kita yang lucu ini, meng­i­ma­ni in­for­ma­si ter­ se­but. Pa­da­hal kita tak benar-benar tau (si)apa komunis itu. In­for­ma­si yang kita dapatkan perihal ko­mu­nis se­la­lu dipandang negatif. Komunis itu yahudi, kafir, anti Pancasila dan klaim buruk lainnya. Akhirnya ke­ben­ci­an kita ter­ha­ dap ko­mu­nis begitu meng­a­kar. Ya, tujuan dari pe­nye­ba­ran be­ri­ta hoax memang untuk me­num­buh su­bur­kan ke­ben­ci­an ter­ha­dap diri ma­nu­sia. Saat se­se­o­rang ber­ha­sil di­pu­pu­ki ke­ben­ci­an, maka dalam di­ri­nya akan dikuasai oleh ke­ma­ra­han. Tentu kita sepakat, se­s e­o­r ang dalam ke­a­da­an marah akan mudah di­ ha­sut, suk­ses­lah pem­bu­at berita hoax me­nge­la­bui se­se­o­rang. Maka, yang akan dilampiaskan oleh seseorang itu membagikan informasi yang di­da­pat­kan­ nya. Kemudian membabi buta, me­nyi­yir, me­lam­pi­as­kan kemarahannya dan me­ ra­sa di­ri­nya paling benar. Sialnya, se­se­ o­rang yang melahap berita hoax a­da­lah

tokoh ma­sya­ra­kat yang mempunyai ri­bu­ an pengikut. Seperti halnya kasus di desa Curug Kecamatan Kendanghaur Ka­bu­pa­ ten Indramayu, dimana seseorang yang me­ning­gal karena kecelakaan tunggal di­pro­vo­ka­si oleh salah satu temannya, ke­ma­ti­an yang dialami karena dikeroyok. Hal itu diviralkan memalui facebook. Sontak warga desa se­se­o­rang yang me­ ning­gal mem­bom­bar­dir desa Curug. Pu­ lu­han rumah warga desa Curug rusak parah. Dengan begini hoax tak bisa kita bi­ar­ kan lebih jauh lagi, kita harus me­ma­rang­i sedini mungkin. Se­be­lum ber­tam­bah­nya korban. Yang wajib kita la­ku­kan se­ka­ rang, lebih cerdas lagi dalam me­nik­ ma­ti in­for­ma­si. Lebih selektif dalam me­mi­lih be­ri­ta. Me­la­ku­kan ve­ri­fi­ka­si pada sumber yang ter­per­ca­ya (LPM Ekspresi, misalnya) dan men­dis­ku­si­ kan­nya. Niscaya ke­be­na­ran akan lekas di­da­pat­kan­nya. Sulthoni Ad-Dzulqornain Mahasiswa Ilmu Sejarah 2015

Repro.Danang | EXPEDISI

enerasi milenial me­ru­pa­kan ge­ne­ ra­si yang sangat bergantung pada gawai. Ak­ti­vi­tas ke­se­ha­ri­an­nya se­la­lu sibuk me­nye­la­mi in­ter­net dan so­si­al media. Nenek saya men­ci­bir­nya sebagai generasi pe­ma­las, karena ak­ti­vi­ tas yang di­la­ku­kan cukup memakai jari. Terserah sepakat atau tidak, yang pasti kehadiran internet dan sosial media ter­ da­pat virus yang tak bisa dihindari, hoax. Pesatnya kemajuan komunikasi dan in­for­ma­si membuka peluang besar mun­ cul­nya hoax. Hadirnya memang bukan saat pesatnya kemajuan komunikasi dan in­for­ma­si. Tapi, jauh sebelum itu ber­ kem­bang, hoax sudah mengiringi ke­hi­ du­pan ma­nu­sia. Masih ingat cerita nenek moyang kita, Adam. Adam me­ru­pa­kan korban dari kabar hoax yang di­lon­tar­kan oleh iblis. Bayangkan saja, era Adam belum lahir sosial media, namun hoax lebih dahulu lahir menyapa ma­nu­sia. Apalagi di era ke­cang­gi­han tek­no­lo­gi saat ini, tak perlu repot-repot me­nye­ bar­lu­as­kan hoax dari telinga ke telinga, cukup duduk manis sembari membuka te­le­pon pintar lalu me­nye­bar­kan situs hoax—entah ber­ben­tuk gambar atau tu­li­san. Bim salabim, hoax dengan sendirinya akan menyebar dan me­n­ ye­rang si­a­pa­pun yang menikmatinya. Kalau boleh berlebihan, dengan ha­dir­nya sosial media, hoax mem­pu­nyai tem­ pat­nya untuk lebih eksis. Bagaimana tidak, derasnya arus informasi yang tak te­re­lak­kan. Kita dengan mudah bisa me­ngen­yam se­su­ka hati. Tentu melahap in­for­ma­si yang sesuai dengan selera kita. Pa­rah­nya in­for­ma­si yang kita lahap, kita telan cuma-cuma. Namanya juga selera, a­pa­pun akan segera dilahap. Hoax sebuah kebohongan yang ter­ struk­tur, sengaja dibuat untuk sebuah ke­pen­ting­an — meraup keuntungan (meng­e­jar traffic kunjungan), me­ne­bar ke­ben­ci­an, mendiskreditkan seseorang dan lain sebagainya. Siapapun berpotensi me­nye­bar­lu­as­kan hoax. Bisa jadi tanpa kita sadari, kita bagian dari penyebaran hoax. Sebagai generasi milenial, pe­nik­ mat sejati yang kafah ter­ha­dap sosial media dan internet. Diam-diam meng­ a­mi­ni setiap arus informasi yang begitu deras ber­da­tang­an. Barangkali ini salah satu kelebihan masyarakat kita, haus wawasan. Akibatnya, informasi apapun dilahap.

EDISI V | MARET 2017


PERSEPSI

Privatisasi dan Laman Baru UNY

A

MARET 2017 | EDISI V

akun? Atau memang benar hanya bisa diakses oleh pihak dengan menggunakan koneksi UNY, jika demikian berikan dahulu pengumuman di depan laman situs UNY dengan besar dan jelas. Privatisasi koneksi semacam ini sangat tidak masuk akal dan merugikan. Menuju WCU, Laman Baru UNY? UNY digadang-gadang akan menjadi universitas dengan tingkat World Class University (WCU) pada tahun 2025 dan berbagai langkah telah UNY lakukan untuk hal tersebut. Peningkatan langkah menuju WCU juga dijanjikan oleh rektor baru terpilih UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. Namun, sepertinya rektor baru belum ingin atau tidak memasukan perubahan tatanan laman resmi UNY sebagai langkahnya untuk meningkatkan kampus menuju kampus yang tingkatannya WCU. Anggapan setiap orang berbeda-beda dalam melihat suatu universitas. Orang tersebut bisa menilai suatu kampus bisa dari gedung, koleksi perpustakaan, fa­si­ li­tas, atau bisa dilihat ketika membuka laman resmi suatu universitas. Mengapa harus merubah tatanan laman UNY? Laman resmi seperti pintu masuk u­ni­ver­ si­tas se­ca­ra vir­tu­al. Terlebih untuk tingkat di universitas sendiri ta­ta­ nan­nya sudah pasti harus mudah dimengerti peng­gu­na baik yang membuka laman lewat seluler atau komputer. Tidak lupa de­sa­in­nya yang harus me­man­ja­kan mata. Dalam tatanan laman resmi UNY yang sekarang, kesan pertama yang muncul setelah se­le­sai membuka laman u­ta­ma a­da­lah tatanan laman

utama yang ter­li­hat sangat penuh, sesak, dan masifnya be­ri­ta dari dalam UNY. Pemberitahuan tentang pengumuman resmi, jika dibuka terkadang akan memunculkan softcopy dari surat peng­u­ mu­man itu sendiri dengan format ukuran yang tak tentu, atau dengan lampiran berkas dengan format pdf. Ada banyak hal yang se­ha­rus­nya lebih penting ter­pam­pang di depan dengan meng­u­rang­i masifnya jumlah be­­ri­­ta atau peng­u­mum­an yang UNY tam­­pil­­kan. Penawaran yang UNY berikan untuk calon mahasiswa, dosen, atau staf la­in­nya terlihat lebih pantas. Atau, ba­ gai­ma­na kehidupan di kampus, besaran biaya yang akan ditempuh, fasilitas di kampus atau fakultas, sehingga UNY tidak perlu membuat subdomain baru lagi yang terlalu banyak. Semestinya laman resmi UNY itu tampak simpel, hal yang lebih urgen se­ha­ rus­nya tampil dalam laman awal, kon­sis­ ten ta­ta­nan de­sa­in­nya dan tidak berbeda antar subdomain satu dengan yang la­in­ nya sehingga tidak memunculkan per­ sep­si bahwa salah satu sub­do­ma­in itu di­­bi­­ar­­kan begitu saja atau tidak terurus sama sekali. Danang Suryo

Repro.Danang | EXPEDISI

lkisah, Joni adalah seorang mahasiswa UNY yang mengikuti pekan kreativitas mahasiswa (PKM). Saat itu dia sedang berada di kota asalnya, Surabaya. Joni mendapat kabar dari teman timnya bahwa akun PKMnya sudah diasese oleh pihak panitia, lantas Joni langsung bergegas ke warnet dekat rumahnya. Sesampainya di warnet, di bilik nomor 10, Joni langsung membuka peramban dan mengetikkan alamat situs UNY. Memilih kolom 'Kemahasiswaan' lantas memilih kolom dengan teks PKM. Tidak seperti yang diharapkan Joni, ketika memilih kolom PKM yang didapat malah laman dengan pemberitahuan bahwa situs tersebut tidak dapat dijangkau. Joni lantas coba memeriksa dengan membuka situs UNY yang berdomain lain dan ternyata dapat diakses. Joni menemukan hal baru di situs universitasnya itu bahwa ternyata situs dengan subdomain PKM dan program mahasiswa wirausaha (PMW) tidak dapat diakses dengan koneksi dari luar UNY. Yang artinya harus menggunakan koneksi dari dalam UNY sendiri seperti mengakses lewat jaringan wi-fi UNY, atau LimUNY. Adanya situs UNY yang tidak bisa diakses oleh koneksi selain dari dalam UNY atau lebih tepatnya privatisasi koneksi jelas membuat susah para mahasiswa yang sedang tidak berada di dalam lingkup jaringan UNY, terlebih untuk para mahasiswa yang mengikuti PKM atau PMW. Privatisasi ini, kalau alasannya untuk keamanan, bukankah ada laman yang mengharuskan untuk memasukan akun terlebih dulu agar yang bisa mengakses hanya pemilik

7


Nisa | EXPEDISI

TEPI

Di Balik Layar Petugas Kebersihan PKM FIS

Eni Winarsih, Petugas kebersihan PKM FIS.

Banyaknya peralatan kegiatan mahasiswa yang berserakan membuat PKM FIS terlihat kotor. Hal tersebut menyusahkan Eni sebagai petugas kebersihan di sana.

T

umpukan spanduk dan peralatan kegiatan begitu berantakan di ruang Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang terdapat di Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Masing-masing saling tumpang tindih di atas rak sepatu depan ruangan organisasi mahasiswa (Ormawa). Sampah-sampah mahasiswa pun berserakan. Suasana seperti itulah, yang dilihat oleh tim EXPEDISI saat bertandang di ruangan PKM untuk menemui Eni Winarsih selaku petugas kebersihan, Kamis (27/2). Ruangan Ormawa berukuran sekitar 4x2,5 meter. Di dalamnya terdapat rak untuk tempat inventaris peralatan dan barang organisasi yang menumpuk, seperti papan-papan, buku, piala dan 8

plakat. Rak dengan ukuran sekitar 3x0,5 meter dan tinggi sekitar 2 meter semakin mempersempit ruangan Orwama. Ketika rak tersebut penuh maka dengan terpaksa peralatan dan barang yang tidak bisa ditampung harus disimpan di luar ruangan, di atas rak sepatu depan ruangan Ormawa. Pagi itu, sekitar jam 7 pagi suasana PKM masih sepi. Belum ada mahasiswa yang datang. Kendati demikian, suasana di sana terlihat kotor. Sampah-sampah begitu berserakan di depan ruangan Ormawa. “Kalau pagi itu kotornya sepeti pasar,” tutur Eni. Eni pun merasa heran dengan ke­ sa­da­ran mahasiswa terkait kebersihan gedung PKM FIS. Berkali-kali menegur

mahasiswa, namun kesadaran untuk menjaga kebesihan tetap saja sulit diwujudkan. Sampah-sampah dan pe­ ra­la­tan kegiatan mahasiswa tetap saja berantakan. “Saya itu ingin kalau PKM sudah bersih, mahasiswa juga ikut bersama-sama menjaga kebersihannya,” kata Eni. Akhirnya, kondisi berantakan ter­ se­but membuat ruang Ormawa seperti sa­rang tikus. Ditambah lagi, rak sepatu di depan ruang Ormawa yang tidak tertata dengan baik dan kotor menimbulkan bau yang tidak sedap. Banyak barang dan peralatan kegiatan Ormawa yang ter­ sim­pan menumpuk di sana. “Hal itulah yang sering di keluhkan Ibu Eni,” kata Adam Surya Dewangga Wakil Ketua EDISI V | MARET 2017


TEPI “Saya itu ingin kalau PKM sudah bersih, mahasiswa juga ikut bersama-sama menjaga kebersihannya,” Eni Winarsih.

BEM tahun 2016. Sementara itu dari pihak dekanat menuntut agar gedung PKM selalu bersih dan rapi. Di sisi lain, belum ada gudang yang dipersiapkan untuk penyimpanan peralatan. Sehingga mem­ bu­at Eni kebingungan untuk menata pe­ra­la­tan dan barang Ormawa tersebut. Sempat ia meminta untuk disediakan gudang, sampai sekarang belum juga direliasasikan. Bekerja Seorang Diri Di kamar mandi terdengar suara percikan air yang selesai mengalir. Saat itu, Eni baru saja selesai membersihkan kamar mandi. Ia terlihat lelah dan a­khir­ nya me­mu­tus­kan istirahat se­ben­tar di tangga menuju ke lantai tiga. Eni merupakan satu-satunya pe­tu­gas ke­ber­ si­han PKM FIS. Status pekerjaannya merupakan pekerja outsourcing yang dikontrak selama satu tahun dari CV Kota Gede. Awalnya Eni bekerja sebagai petugas kebersihan di ruang Dekanat FIS lantai tiga. Ia dipindah tugaskan ke gedung PKM semenjak gedung tersebut pertama kali dibuka. Tepatnya, sejak tiga tahun silam. Mengingat jika petugas baru yang membersihkan PKM, dikhawatirkan tidak jalan. “Petugas baru itu belum berpengalaman,” keluh Eni. Sebagai satu-satunya petugas ke­ ber­si­han di PKM, ia harus bekerja se­ o­rang diri. Gaji yang di dapatkan tidak seberapa. Perbulan gaji yang diperoleh sebesar Rp850.000 yang sebelumnya hanya Rp800.000. “Kenaikan ini hasil perjuangan mahasiswa beberapa tahun lalu,” ungkap Eni. Gedung PKM, harus ia bersihkan dari

lantai 2 sampai lantai 3. Dari semua itu, ruangan yang harus dibersihkan sekitar sepuluh ruangan. Mulai kerjanya dari jam 6 pagi sampai jam 3 sore. Saat pagi hari, dirinya harus buru-buru untuk membersihkan setiap ruang gedung itu. Sebab, sekitar jam 7 pagi sudah ada mahasiswa yang akan menggunakan ruangan organisasinya. “Membersihkan ru­ang­an Ormawa itu, tidak mungkin hanya satu jam, harus lebih dari itu,” ung­kap­nya. Sepagi itu, ia mulai bekerja. Be­ rang­kat mulai jam 5 pagi dari rumah ke­di­a­man­nya di bantaran Kali Code. Sampai di gedung PKM sekitar jam 6 pagi. Pernah ia merasa kesusahan ketika lampu di PKM sedang rusak dan saat itu belum juga diperbaiki. Jumlah lampu yang mati sebanyak 15 lampu. Sampaisampai kesusahan untuk membersihkan kamar mandi karena ruangannya begitu gelap. Sudah beberapa kali ia mengadu ke mahasiswa untuk menyampaikan kepada pengelola PKM, namun kenyataanya keluhannya belum juga disampaikan ke pengelola. “Kalau saya yang laporan itu salah jalur. Seharusnya yang laporan pengelola terus ke Kabag. Kemudian Kabag ke dekan, begitu jalurnya,” tuturnya. Hal lain yang di permasalakan perihal kaca-kaca jendela yang sudah rusak, bahkan pintu-pintu ruangan Ormawa yang ada sudah jebol. Ini pun belum juga direnovasi. Saat ada akreditasi kampus, kerusakan tersebut langsung diperbaiki dan diganti oleh pihak dekanat. Selain membersihkan kamar mandi dan menata peralatan dan barang-barang Ormawa, Eni pun harus membersihkan kaca jen­ de­la yang ada di gedung PKM.

Ia sering kesusahan untuk mem­ ber­sih­kan kaca jendela yang tinggi, terutama yang berada di lantai tiga. Postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, mengharuskan dirinya untuk menaiki kursi saat membersihkan kaca jendela. Namun, tetap saja untuk beberapa kaca jendela tidak bisa diraihnya. Seringkali ia pun harus mencari, menyeret–nyeret dan mengangkat rak sepatu yang kosong untuk membersihkan kaca jendela ruangan Ormawa. Karena biasanya rak sepatu tersebut sering digunakan untuk menyimpan jualan mahasiswa. “PKM itu kan sampai malam, jadi harus minta ditambahin laki-laki untuk shift sore,” tutur Eni. Sebagai petugas kebersihan di gedung PKM, Eni memiliki tugas yang begitu berat. Pasalnya, ia harus membersihkan dan mengangkat barang-barang yang berat berupa peralatan kegiatan mahasiswa. Jumlah seluruh petugas kebersihan di FIS adalah 16 orang baik yang bertugas di dalam maupun luar ruangan. Di antara seluruh gedung FIS hanya ia sendiri yang membersihkan gedung PKM. Dalam satu gedung petugas kebersihan berjumlah 4 orang, 1 perempuan dan 3 laki-laki. Setiap gedung masing-masing punya jadwal shift pagi dan sore. Sama halnya di gedung PKM. Sebab, kegiatan mahasiswa sampai jam 10 malam. Sehingga sore harinya tidak ada yang membersihkan gedung PKM. Ini membuat sampahsampah menumpuk tatkala pagi harinya. Eni sangat menginginkan ada lagi penambahan petugas kebersihan di PKM, nanti kerjanya pada saat sore hari. Tapi itu belum bisa terwujud. Kalau dari ia yang mengusulkan nanti gajinya bisa dipotong untuk membiayai petugas kebersihan yang baru. Hal tersebut pun dibenarkan oleh Tri Hariyanto, S.E. selaku Ketua Subag UKP FIS. “Anggaran dananya memang harus sesuai dengan Rencana Keuangan Perguruan Tinggi (RKPT),” ungkap Tri lebih lanjut.

.....

Fahrudin Nisa, Umi

Repro.Danang | EXPEDISI

MARET 2017 | EDISI V

9


RESENSI

Keluarga adalah Harta Berharga

B

ioskop Tanah Air sepertinya memutuskan untuk meninggalkan toko tidak akan sepi. Berbagai film tersebut. Sontak hal itu membuat Koh berkualitas bakal menghiasi Afuk kecewa berat. Kekecewaan Koh belantika perfilman nasional akhir tahun Afuk berujung dengan dijualnya toko 2016 hingga awal tahun 2017. Salah kepada Tora Sudiro yang dari awal satunya adalah film Cek Toko Sebelah ingin membeli lahan dan toko Koh Afuk yang disutradarai oleh komika Indonesia, dan toko lainnya. Koh Afuk datang ke Ernest Prakasa. Selain menjadi sutradara perusahaan Tora dan menandatangani dan penulis skenario, Ernest juga ikut perjanjian jual beli tanah. andil berperan dalam film tersebut. Cek Mengingat jerih payah untuk Toko Sebelah bercerita tentang sebuah mendirikan toko bersama almahum keluarga kecil beretnis Tionghoa yang istri membuat Koh Afuk kembali terdiri dari Ayah, Kakak dan Adik. Sang jatuh sakit. Mendengar Ayahnya sakit, Ayah lebih menyayangi Erwin (Ernest Erwin langsung menemui sang Ayah. Prakasa) putra bungsunya yang memiliki Di sana sudah ada Yohan menunggu. karir gemilang daripada Yohan (Dion Pertengkaran pun terjadi. Mereka saling Wiyoko) yang suka berjudi. menyalahkan atas apa yang terjadi pada Sang Ayah, Koh Afuk (Chew Kin Repro.Danang | EXPEDISI Wah) memilki usaha toko sembako ‘Jaya Baru’. Toko yang didirikan dengan susah payah oleh Koh Afuk dan almarhum istrinya pun berbuah manis.. Namun, Koh Afuk harus bersaing dengan toko sebelah, ‘Makmur Abadi’. Permasalahan semakin rumit ketika Koh Afuk di usianya yang senja sering sakitsakitan. Sampai akhirnya, Koh Afuk merasa sudah tidak sanggup meneruskan toko. Koh Afuk berencana mewariskan toko kepada anak bungsunya, Erwin. Namun, keputusan tersebut ditentang oleh Yohan yang merasa dilangkahi sebagai anak tertua. Erwin sejatinya rumit menerima t a w a r a n Ay a h n y a . S e b a b , Erwinsudah melakukan interview untuk bekerja di perusahaan Singapura. Dengan alasan tidak sampai hati mmenolak keinginan sang Ayah, akhirnya Erwin menerima tawaran tersebut dengan perjanjiaan Judul : bekerja di toko hanya satu bulan. Cek Toko Sebelah Selain itu, jika Erwin tidak cocok Rilis : maka Koh Afuk tidak bisa memaksa 28 Desember 2016 Erwin untuk menjadi penerusnya. Durasi : Keputusan yang diambil Erwin 96 menit tersebut ditentang oleh sang kekasih Produser : Natalie (Gisella Anastasia). Natalie Chand Parwez Servia lebih suka melihat Erwin bekerja di Fiaz Servia Singapura ketimbang menjadi ‘koko Sutradara : cina juragan sembako’. Ernest Prakasa Setelah satu bulan di toko sembako dan dirinya dinyatakan diterima bekerja di Singapura, Erwin 10

Koh Afuk. Namun, mereka akhirnya sadar bahwa ada hal yang lebih penting dari pertengkaran tersebut yaitu membatalkan perjanjian jual beli toko. Erwin dan Yohan bekerja sama untuk membujuk Tora agar mau membatalkan perjanjian tersebut. Mereka bekerja sama dengan Anita (Yeyen Lydia), asisten Tora. Ide gila terlontar dari Yohan. Mereka mencampur roti Tora dengan obat tidur. Pulas tertidur Tora diseret ke hotel dan ditelanjangi bersama Anita. Yohan langsung memotret adegan tersebut untuk memojokkan Tora. Merasa terpojok dan takut reputasinya turun, Tora akhirnya bersedia membatalkan perjanjian jual beli tanah. Toko Koh Afuk kembali. Toko tersebut disulap menjadi toko kue dan studio foto milik Yohan dan istrinya. Sedangkan Erwin melanjutkan karirnya di Singapura. Kehidupan Koh Afuk, ErwinNatalie, dan Yohan-Ayu membuat film ini menampilkan tiga sisi kehidupan yang berbeda. Sehingga ceritanya lebih berwarna. Di film ini Ernest juga memakai banyak jasa komika seperti Dodit Mulyanto, Arafah Arianti, Hifzi, Yuda Keling, Abdur, dan Ayun. Tak ayal kekocakkan tergambar jelas di sana. Namun, di sisi lain plot film ini terasa melompat-lompat. Sehingga penonton merasa kebingungan memahami jalan cerita. Erwin yang diperankan Ernest juga terlalu sering memakai bahasa inggris dalam dialog. Padahal Erwin merupakan anak Tionghoa. Cek Toko Sebelah menyajikan konflik yang jarang diangkat dalam film lain. Tema yang diangkat mengenai sisi lain dari kehidupan etnis Tionghoa. Di Indonesia masih jarang film yang mengangkat tema tersebut. Film bergenre komedi ini memang layak untuk ditonton. Selain tingkah lucu pemainnya di film ini juga terselip nilai-nilai kehidupan. Bahwa keinginan orang tua dan anak tentu mempunyai sudut pandang yang berbeda tentang masa depan anaknya. Tapi jangan jadikan perbedaan itu menjadi pemisah. Walau bagaimanapun keluarga adalah tempat kita pulang, berkumpul dan berbagi cerita. MS Fitriansyah

EDISI V | MARET 2017


WACANA

Mengindonesiakan Indonesia-Pop

S

MARET 2017 | EDISI V

Repro.Danang | EXPEDISI

aat ini sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia terutama para remaja, pasti sudah tidak asing lagi mendengar istilah K-Pop. Memang tak dapat dimungkiri, kalangan remaja di Indonesia sangatlah menggandrungi budaya K-Pop. Mulai dari hafal nama boy band dan girl band semacam Super Junior, EXO, G Dragon, hingga SNSD. Sampai khatam dengan nama-nama personil dari boy band dan girl band tersebut. Wabah demam K-Pop menjangkiti hampir seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Kepopuleran tersebut tak dapat terlepas dari kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Korea dalam hal ini be­ra­ ni mengambil risiko dengan meng­ge­lon­ tor­kan dana US$1 miliar atau se­ki­tar 13 triliun rupiah untuk mendanai in­dus­tri K-Pop. Keberanian tersebut di­la­tar­be­la­ kang­i oleh kemarahan kultural bangsa Korea karena pernah diinvasi sampai empat ratus kali, tanpa menginvasi balik. Hal tersebut dimuat dalam buku karya Euny Hong, yang berjudul Korean Cool: Strategi Inovatif di Balik Ledakan Budaya Pop Korea. Euny Hong juga menjelaskan bahwa budaya K-Pop pada tahun 1985 belum sepopuler sekarang. Populernya budaya K-Pop sekarang merupakan bukti keberhasilan dari usaha pemerintah Korea. Pemerintah Korea pun membangun pusat K-Pop yaitu aula konser ber­ka­ pa­si­tas tiga ribu tempat duduk dan meng­o­pe­ra­si­kan noraebang alias ruang karaoke dalam negeri. Strategi penuh resiko yang diambil oleh pemerintah Korea pun membuahkan hasil. Hasil tersebut yaitu wabah K-Pop menyebar begitu pesatnya ke berbagai penjuru dunia. Mulai dari negara super power seperti Amerika Serikat, sampai negara berkembang seperti tanah air kita Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hong juga memaparkan bahwasannya Korea “dihukum” takdir selama lima ribu tahun. Karena mereka pernah diinvasi sampai empat ratus kali, tapi tidak sekalipun Korea menginvasi bangsa lain. Hasilnya adalah sebuah bentuk kemarahan kultural, orang Korea menyebutnya han. Atas kemarahan tersebut, bangsa Korea lalu membangun budaya K-Pop sebagai sarana untuk

menginvasi bangsa lain. Sebagai sebuah misi balas dendam dan misi itu berhasil terselenggara dengan lancar sampai saat ini. Hal tersebut terbukti dengan banyak negara yang berkiblat pada budaya K-Pop, seperti Indonesia. Tantangan Bagi Indonesian Pop Di kancah musik Indonesia sendiri, musik asli Indonesia masih kalah tenar jika dibandingkan dengan musik barat semisal Rock n Roll hingga musik yang digandrungi para remaja sekarang yaitu K-Pop. Para remaja pribumi lebih fasih menghafalkan lirik lagu K-Pop daripada menghafal lirik lagu musik Indonesia. Sebuah ironi tentunya, bahwa musik asli Indonesia hampir tidak ada taringnya di belantika musik tanah air. Padahal kalau mengulik lebih jauh lagi banyak aliran musik asli Indonesia yang patut untuk dilestarikan, semisal aliran musik keroncong dan dangdut. Agaknya para remaja memandang remeh dengan menyebut kedua aliran tersebut karena tidak kekinian sebab dianggap sebagai musiknya para orang tua. Peran dari pemerintah dan seluruh e­le­men ma­sya­ra­kat Indonesia sangat di­­bu­­tuh­­kan, guna membangun jati diri musik Indonesia yang pada akhirnya nanti bisa membuahkan budaya musik Indonesia-Pop. Tentunya budaya musik asli Indonesia. Dari pemerintah sendiri

harus membuat terobosan-terobosan seperti pemerintah Korea yang berani menginvestasikan dana untuk menunjang perkembangan budaya musik mereka. Dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan bermusik, tentunya dapat meningkatkan kualitas musik Indonesia itu sendiri. Sedangkan dari warga masyarakat Indonesia sen­di­ri, tentunya ikut melestarikan dan men­cin­ tai musik asli Indonesia. Hal tersebut merupakan pondasi untuk membuat jati diri Indonesian-Pop bisa bersaing dengan musik K-Pop Indonesia juga pernah dijajah oleh bangsa lain dalam waktu yang cukup lama, seperti Inggris, Belanda dan Jepang. Tentunya kemarahan kultural seperti apa yang dirasakan oleh Korea seyogyanya juga menjangkiti Indonesia. Jika terobosan-terobosan dari pemerintah itu terealisasi dan ditambah dengan kontribusi dari masyarkat Indonesia yang maksimal, maka budaya Indonesian-Pop atau I-Pop bisa sepopuler, atau bahkan lebih populer dari K-Pop. Adanya banyak aliran musik dari bangsa lain di Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesian-Pop. Apakah akan terbawa arus atau teguh pendirian dengan ber­ pe­do­man terhadap jati diri bangsa Indonesia sendiri. Singgih Norma

11


Repro.Danang | EXPEDISI

EKSPRESPEDIA

“Terima Kasih” Bukan Budaya Sopan

12

re­ka tidak memberikan balasan dengan u­ca­pan “terima kasih”, me­la­in­kan meng­ e­nang jasa penolong tersebut se­u­mur hidup mereka. Di­se­but­kan pula bahwa ma­sya­ra­kat suku Dayak akan men­ce­ri­ta­ kan ke­ba­i­kan se­se­o­rang yang me­no­long me­re­ka kepada seluruh keluarga dan ke­tu­ru­nan­nya. Masyarakat suku Dayak akan be­ ru­sa­ha untuk membalas kebaikan yang me­re­ka terima meski tidak langsung ke­pa­da orang yang menolong mereka, te­ta­pi mungkin untuk keturunannya. Tra­di­si mem­ba­las budi tersebut sama se­ka­li tidak dianggap sebagai beban, me­ la­in­kan suatu ke­hor­ma­tan untuk me­re­ka la­ku­kan. Ke­hor­ma­tan untuk mem­ba­las ke­ba­i­kan orang lain yang di­mi­li­ki ma­ sya­ra­kat suku Dayak itulah yang tidak ter­kan­dung dalam is­ti­lah “terima kasih”. Nisa MS Disarikan dari beberapa sumber

LA

N

LA

IK

IK E

AC

E

AC

E AC SP

AC

E

IK

IK

LA

N

LA

N

SP

SP SP

SP

AC

E

IK

LA

N

SP

AC

E

IK

LA

N

Se­ring­ka­li orang-orang me­nga­ta­kan “terima kasih” justru ketika mereka di­per­la­ku­kan se­ca­ra tidak adil. Me­re­ ka meng­u­cap­kan “terima kasih” secara sar­kas­tis lalu “terima kasih” be­ru­bah dari istilah bermakna sopan menjadi um­pa­tan halus. “Terima kasih” sendiri me­ru­pa­kan no­mi­na yang berarti rasa syukur. Jika di­pan­dang dari sisi ini, maka “terima kasih” hanya ung­ka­pan ba­ha­gia yang sama sekali tidak memiliki nuansa ba­las budi. Se­ka­dar meng­ung­kap­kan rasa syu­ kur maka segalanya usai, tidak ada ke­i­ ngi­nan untuk berbalas ke­ba­i­kan karena yang terpenting adalah se­se­or­ ang sudah me­ne­ri­ma sesuatu yang di­i­ng­in­kan­nya. Berbeda lagi dengan masyarakat suku Dayak. Mereka bahkan tidak meng­e­nal pa­da­nan is­ti­lah “terima kasih” dalam ba­ha­sa me­re­ka. Saat kemudian me­re­ka men­da­pat bantuan dari orang lain, me­

N

I

ndonesia yang dikenal sebagai peng­a­ nut bu­da­ya ramah dan sopan ter­nya­ta tidak ber­la­ku jika sudah ber­sing­ gung­an dengan istilah “terima kasih”. “Terima kasih” bukan suatu hal yang bisa diobral oleh masyarakat Indonesia, ter­le­bih sekarang ini. Seorang sarjana asing bahkan berpendapat bahwa “terima kasih” hanya diucapkan dalam 3 situasi untuk 3 sosok tertentu di Indonesia. Per­ ta­ma a­da­lah untuk Tuhan ke­ti­ka ber­doa. Kedua untuk orang yang tidak be­gi­tu dikenal dalam sebuah surat resmi. Te­ra­ khir adalah dalam sebuah pidato resmi untuk hadirin umum—yang juga tidak be­gi­tu mereka kenal. Pendeknya, te­ri­ma kasih tidak terbiasa diucapkan dalam jenis obrolan intim. Jika Janet Holmes berkata bahwa meng­u­cap­kan “terima kasih” saat di­be­ri ban­tu­an merupakan suatu bentuk ke­so­ pa­nan, maka lain dengan di Indonesia.

EDISI V | MARET 2017


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.