EXPEDISI EDISI I MARET 2013
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
Menimbang UKT
Mengusut Kerugian Kredit Uang Kuliah
SURAT PEMBACA UKT Berdampak Defisit
sinya pihak lembaga mengalami defisit dalam pemasukan keuangan.
UKT (Uang Kuliah Tunggal) merupakan sistem baru yang akan diterapkan oleh UNY untuk mahasiswa baru (maba) angkatan 2013. Ketika suatu kebijakan diterapkan di suatu lembaga maka akan ada konsekuensi yang akan dihadapi. Yang pertama, tidak akan ada mahasiswa regular dan nonregular untuk angkatan 2013. Dilihat dari kesetaraannya di pandang bagus dan dirasa adil karena tidak ada perbedaan antara regular dan nonregular. Namun, ketika suatu kebi jakan diterapkan maka akan berdampak kepada yang lainnya. Ketika sistem UKT diterapkan di UNY maka akan berakibat pada defisitnya pemasukan keuangan fakultas. Ketika sistem UKT diterapkan dengan tujuan untuk mengangsur uang pangkal, praktikum, dan KKL, maka konsekuen
Bambang Supraiyanto M. Sc Dosen Fakultas Ekonomi
UKT Memberatkan Mahasiswa MENGENAI UKT menurut saya baik karena tidak ada kesenjangan antara kelas regular dengan kelas mandiri. Te tapi, pihak UNY juga harus memperbaiki fasilitas yang ada, misalnya untuk Kelas Internasional (KI). Biaya yang dibayar cukup besar, yaitu lima kali lipat lebih besar dari kelas regional, tetapi fasilitas yang didapat sama saja. Sebelum menurunkan keputusan sebaiknya harus dipertimbangkan dulu dari berbagai aspek, baik aspek sosi al maupun ekonominya. Tidak hanya itu saja, sistem dari birokrat mengenai jurusan juga harus jelas. Misalnya KI
EDITORIAL Hati-hati Uang Kuliah Tunggal Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah menyepakati akan menerapkan sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal) mulai tahun akademik 2013/2014. Kebijakan ini didasarkan pada surat edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Tujuannya untuk menghapuskan uang pangkal diawal masuk bangku perkuliahan yang cu kup mahal. Mendengar kebijakan tentang sis tem UKT ini beberapa pihak seperti mahasiswa dan dosen, sepakat. Sis tem ini dirasa adil karena tidak ada lagi perbedaan biaya bagi mahasiswa reguler dan nonreguler. Rektor UNY, Rocmat Wahab me nyatakan yakin dengan kebijakan sistem UKT. Alasannya apabila hal ini terwujud Kemendikbud melalui Dikti bisa konsen dengan pemberi an Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tiap tahun nya. Apabila hal tersebut bisa terwu jud, maka biaya kuliah bisa menjadi murah setiap tahunnya. Sementara Wakil Rektor II (WR II) Moch. Alip secara tidak langsung membantah hal tersebut dengan menyatakan bahwa BOPTN masih dalam proses dan be lum tahu akan turun kapan dan akan bisa digunakan kapan sehingga UNY
2
masih akan mengalami defisit dengan sistem UKT ini. Hal ini sangat timpang jika di bandingkan dengan sistem keuangan sebelumnya dengan uang pangkal. Karena dengan sistem pembayaran sebelumnya mahasiswa hanya mem bayar biaya besar. Sementara UKT seperti sistem perkreditan mahasiswa membayar murah di awal dan dicekik dengan biaya yang lebih besar untuk tiap semesternya. Ironisnya UKT yang menanggapi tentang visi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, untuk memberikan kesempatan mahasiswa miskin agar tetap bisa kuliah, malah seperti bumerang bagi mahasiswa yang tidak ayalnya seperti kredit. Jika kita memungut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang kredit, yang jika seseo rang menggunakan jasa kredit, maka ia harus dikenakan bunga tagihan. Dalam kondisi ini pihak lembaga harus mengkaji ulang tentang kepu tusan menerapkan sistem UKT, yang lagi-lagi itu membelenggu mahasiswa. Jangan sampai terjadi komersialisasi pendidikan oleh lembaga pemerin tahan. Redaksi
itu apa yang berstandar internasional? Apakah bahasanya, kurikulumnya, atau bahkan biayanya. Saya rasa UKT akan memberatkan orang-orang yang ingin lanjut sekolah tetapi dalam segi ekonomi tidak men cukupi. Febry Kurniawan Mahasiswa Pendidikan Kimia
Kembalikan UNY ke Semula! UKT merupakan representasi dari cara pemerintah dalam memperingan biaya administrasi perkuliahan tanpa mem bedakan jalur penerimaan mahasiswa. Keputusan pelaksanaan UKT ini memberi dampak yang besar. Hal ini dikarenakan spekulasi teknis, pelaksanaan UKT masih baru dan belum disosialisasikan secara menyeluruh. Pelaksanaan UKT dapat disebut pembayaran uang kuliah secara flat, dimana semua jumlah pembayaran biaya perkuliahan ditotal, kemudian di bagi jumlah semester yang kita tempuh, dengan standard 8 semester. Banyak cara dalam pemaknaan UKT. Untuk beberapa mahasiswa yang dirasa telah, memiliki persiapan yang cukup dalam menempuh kuliah. UKT dirasa bukan hambatan yang berarti untuk tu juan menuntut ilmu. Apalagi ilmu yang kita dapat serasa tidak sepadan apabila disamakan dengan biaya yang kita te lah bayarkan. Namun, sangat berbeda dengan tunas muda bangsa yang harus berpikir ulang ketika menatap biaya ku liah yang terus naik.UNY harus kembali pada Tri Darma PTN! Thoriq Abdunnasir Mahasiswa Ilmu Sejarah 2011
SEMPIL + “Sehingga, UNY
masih defisit sebanyak 42 milyar rupiah.“
- Sudah tahu defisit, kok tetap digunakan, Pak? Pimpinan Proyek Rizpat Anugrah | Sekretaris Prasetyo Wibowo | Bendahara Gresthi Pramadya Dewi | Redaktur Pelaksana Muhammad Nur Farid | Redaktur Agil Widiatmoko, Ginanjar Rohmat, Hesti Pratiwi, Irega Gelly Gera, Merynda Puspitaningrum, Muhammad Nur Farid, Prasetyo Wibowo Rizpat Anugrah | Reporter Amrih, Desinta, Hengki, Hesti, Randy | Redaktur Foto Muhammad Nur Farid | Artistik Agil Widyatmoko, Hesti Pratiwi | Produksi Desinta Kusumaningrum | Iklan Arde Candra Pamungkas, Fatmawati, Merynda Puspitaningrum | Tim Polling Herry, Randy Arba Pahlevi | Sirkulasi Bima Saputra | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yoyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini, dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
EDISI I | MARET 2013
SENTRA
Informasi UKT Belum Merata Mahasiswa baru (maba) tahun akademik 2013/2014 akan melakukan pembayaran dengan sistem UKT, dengan sistem ini mahasiswa akan membayar biaya kuliah dengan kredit.
M
ulai tahun ajaran 2013/2014 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) akan menerapkan sis tem pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) untuk mahasiswa baru (maba). Dengan sistem UKT maka mahasiswa tidak akan dikenai uang pangkal. Pem bayaran akan diratakan pada setiap se mesternya selama masa studi mahasiswa. Kebijakan ini diambil berdasarkan surat perintah dari Direktorat Jenderal Pendi dikan Tinggi (Dikti). “Karena Perintah dari Dikti, untuk seluruh Indonesia, bukan cuma UNY.” ungkap Mochammad Alip tegas selaku Wakil Rektor II (WR II) UNY yang bertanggungjawab me ngurus bagian sarana prasarana dan keuangan UNY. Surat Edaran Dikti Nomor 97/E/ KU/2013 yang menjadi acuan keputusan UKT tersebut berisi permintaan Dikti untuk: menghapuskan uang pangkal untuk mahasiswa program S1 tahun akademik 2013/2014, serta menetapkan dan melaksanakan UKT bagi mahasiswa program S1 tahun akademik 2013/2014. Surat edaran ini menanggapi tentang vi si Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh untuk memberikan ke sempatan mahasiswa miskin agar tetap bisa kuliah. “Pak Menteri pernah bilang ‘jangan sampai ada mahasiswa pintar yang tidak bisa kuliah karena miskin’.” ungkap Moch. Alip mengulangi kata-kata Muhammad Nuh. Sosialisasi UKT Namun keputusan universitas untuk menerapkan UKT ini belum banyak di ketahui oleh masyarakat kampus UNY. Joko Susilo, mahasiswa Pendidikan Se jarah angkatan 2011 mengatakan bah wa dia tahu perihal UKT hanya dari beberapa mahasiswa, “Sepengetahuan saya hanya dari beberapa mahasiswa, tidak ada pemberitahuan lengkap dan terperinci dari fakultas.” Hal serupa juga disampaikan Duha, mahasiswa Pendi dikan Bimbingan Konseling angkatan 2011, “Saya kira UKT masih abu-abu, ternyata sudah fix.” Tidak hanya mahasiswa saja, dosen
MARET 2013 | EDISI I
juga masih belum mengerti benar perihal UKT ini karena memang belum ada in formasi secara detail. “Secara informasi umum memang sudah ada, tapi secara detail kami belum tahu.” ungkap Samsuri selaku Ketua Jurusan Program Pendi dikan Kewarganegaraan dan Hukum (Kajur PKnH). Informasi yang didapat pun masih sebatas bahwa UKT dite rapkan di UNY, serta pemasukan uang akan minus, detail tentang pengelolaan UKT masih belum jelas diketahui. Hal senada juga disampaikan Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Wagiran. Dia menyebutkan bahwa sosialisasi masih terbatas, hanya konsepnya saja, masih belum secara detail. “Konsepnya sudah diberikan, dari WR II tapi secara detail nya belum” ungkap Wagiran. Menanggapi perihal sosialisasi UKT yang kurang ini, WR II mengatakan bah wa ia sudah menawarkan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bahkan sejak tahun lalu (BEM 2012) untuk dia dakannya sebuah forum untuk membahas UKT namun belum terlaksana, “Du lu pernah saya tawarkan kepada BEM
bahkan sejak tahun lalu, namun pada tahun itu UKT baru berita.” Selain pada BEM, WR II juga telah meminta pada Sumaryanto selaku WR III UNY untuk diadakan hal serupa, namun sampai saat ini belum juga terlaksana. Untuk BEM KM sendiri Iman se bagai ketua menanggapi permintaan WR II telah menyiapkan audiensi un tuk mengumpulkan seluruh Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dalam sebuah forum. Dalam forum tersebut juga akan mengundang WR II untuk mambahas UKT. “Kami sudah menyiapkan forum untuk audiensi, nanti Ormawa-ormawa akan kami undang.” ungkap Iman. Acara tersebut diagendakan akan dilaksanakan pada hari rabu (27/3). Masalah sosialisasi yang kurang ini kemudian menimbulkan banyak keresah an pada mahasiswa. Salah satunya me ngenai pembiayaan kegiatan kemahasis waan, seperti yang diungkapkan Agung Dirga Kusuma, Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial (FIS), “Kalau kekhawatirannya, dana kemahasiswaan akan dipotong, dana sarana prasarana juga akan dipo
Rabu, 20 Maret 2013. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Dr. Wagiran, saat dimintai keterangan tentang sistem UKT UNY.
3
SENTRA tong.” Kekhawatiran pun berlanjut pada m e n e k a n tentang kegiatan kemahasiswaan yang mahasiswa berkurang karena adanya UKT. “Yang untuk lulus 4 akan menjadi kekhawatiran, apakah ke d a l a m depannya kegiatan kemahasiswaan akan tahun?” WR berkurang akibat adanya pengurangan II menjawab, dana.” ungkap Dirga. “Bukan hanya Menanggapi hal tersebut, WR II m a h a s i s w a , mengatakan bahwa untuk operasio s e m u a n y a , nal tidak akan ada perubahan, “Untuk u n t u k operasional tetap kami stabilkan.” ujarnya. mahasiswa punya Moch. Alip juga mengatakan bahwa kesempatan lulus pembiayaan untuk kemahasiswaan dan d a l a m e m p a t UKM tidak akan ada pengurangan ”Untuk tahun.” kemahasiswaan dan ekstrakulikuler akan Lebih Mahal untuk Repro. Hesti | Expedisi dipertahankan tidak ada pengurangan.” Kelas Reguler Memang dengan sistem UKT ini maka UNY sendiri dalam menerapkan UKT Rp10.445.000,00 un universitas mengalami defisit sehingga ada 3 variasi tarif uang kuliah tunggal tuk biaya masuk, Rp4.000.000,00 un akan ada banyak anggaran yang ditekan, yaitu: Rp3.500.000,00, Rp3.000.000,00, tuk sumbangan serta biaya per semester namun universitas tidak akan menekan dan Rp2.600.000,00. “Untuk teknik Rp2. 205.000,00. Artinya dalam 8 tahun, bidang kulikuler dan ekstrakulikuler. Rp3.500.000,00,” Moch. Alip menjelaskan, Faby harus membayar Rp 29.880.000,00 “Untuk seminar dan bantuan untuk studi “Rp2.600.000,00 untuk sosial, ekonomi, untuk biaya kuliah. Nantinya dengan lanjut dan perbaikan fasilitas itu yang dan sastra, untuk IPA, olah raga, dan sistem UKT mahasiswa seperti Faby kita tekan.” ungkap WR II. kesenian Rp3.000.000,00.” akan membayar Rp20.000.000,00 atau Keresahan bukan hanya mengenai Perbedaan besaran harga UKT ini Rp9.880.000,00 lebih murah. pembiayaan kegiatan kemahasiswaan. didasarkan pada unit cost. Unit cost ini Permasalahan lain dari diterapkannya Mahasiswa juga resah mengenai nasib dihitung berdasarkan biaya operasional UKT ini adalah pemasukan keuangan UNY mahasiswa yang kuliah lebih dari 4 yang dibutuhkan untuk proses berkurang. Hal ini terjadi karena dalam tahun (8 semester). Mahasiswa yang pembelajaran mahasiswa selama satu sistem UKT, uang pangkal ditiadakan kuliah lebih dari 8 semester akan tahun. Untuk biaya operasional sehingga uang yang masuk ke universitas membayar lebih mahal jika setiap program studi dari maba akan berkurang. WR II sendiri membayar dengan sistem UKT "Secara berbeda-beda. Perihal membenarkan kondisi ini, dia menuturkan dibandingkan dengan sistem matematis UNY pendanaan pendidikan bahwa pada penerapan UKT untuk tahun yang saat ini digunakan Defisit 10 milyar, ini diatur dalam ajar 2013/2014 UNY akan mengalami di UNY. Hal ini karena namun secara Peraturan Pemerintah defisit. “Secara matematis UNY defisit 10 dalam sistem UKT besaran operasional lebih." Nomor 48 Tahun milyar, namun secara operasional lebih.” ungkap biaya kuliah ditentukan 2008. Dalam peraturan ungkap Moch. Alip. Dari keterangan yang berdasarkan dengan biaya Moch. Alip. pemerintah tersebut disampaikan WR II dengan menerapkan yang dibutuhkan mahasiswa di tetapkan bahwa biaya UKT pada tahun akademik 2013/2014 selama 8 semester. Bila dalam 4 pendidikan meliputi: biaya maka uang yang masuk ke universitas dari tahun mahasiswa membutuhkan biaya satuan pendidikan, biaya pengelolaan, dan mahasiswa baru sebesar 18 milyar rupiah, sebanyak Rp20.000.000,00 maka dalam biaya pribadi peserta didik. “Biaya pribadi padahal ketika menggunakan sistem yang satu semester mahasiswa harus membayar tidak kami tanggung, universitas hanya sebelumnya rata-rata pemasukkan UNY Rp2.500.000,00. Dengan demikian maka menanggung biaya satuan pendidikan dan dari mahasiswa baru sebesar 60 milyar. biaya pangkal yang tidak dibayarkan biaya pengelolaan.” terang WR II. “Sehingga UNY masih defisit sebanyak dalam semester satu akan lunas pada Dengan harga-harga tersebut, biaya 42 milyar rupiah.“ terang WR II. semester 8. Namun mahasiswa masih kuliah tidak sepenuhnya murah. Sebagai Moch. Alip juga menerangkan bahwa membayar dengan besaran yang sama contoh bagi mahasiswa prodi Bahasa dan untuk tahun ini UNY mendapat BOPTN untuk melunasi uang pangkal, padahal Sastra Indonesia (BSI). Bagi mahasiswa (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi uang pangkal sudah lunas pada semester angkatan 2012 kelas reguler, membayar Negeri) dari pemerintah sebesar 32 milyar 8. Ini berarti ada uang yang dibayarkan biaya kuliah sebesar Rp8.250.000,00 untuk rupiah. Namun BOPTN belum diketahui mahasiswa, namun ada bagian dari uang uang pangkal, serta biaya per semester akan dapat digunakan kapan, “BOPTN tersebut yang tidak dianggarkan oleh sebesar Rp1.005.000, 00 yang berarti masih proses, jadi belum tahu turunnya universitas. selama 8 semester mahasiswa BSI kelas kapan” kata WR II. Menanggapi perihal tersebut Moch. reguler akan membayar Rp16.290.000,00. Alip selaku WR II menyatakan bahwa Namun dengan sistem UKT maka dirinya belum memikirkan tentang itu, dalam 8 semester, mahasiswa BSI akan “Jujur kami belum memikirkan hal membayar Rp20.800.000,00, atau lebih tersebut.” Menurut Moch. Alip sekarang mahal Rp4.510.000,00. Sedangkan Muhammad Nur Farid UNY masih berfokus terhadap penerapan untuk mahasiswa non reguler BSI ang Desinta, Hesti, Randy UKT. Ketika ditanya, “Berarti universitas katan 2012, Faby mengaku membayar
4
EDISI I | MARET 2013
POLLING
Kebijakan Sistem UKT UNY Masih Samar
K
ebijakan pembayaran uang ku liah dengan sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal ) yang didasarkan pada Surat Edaran Direktorat Jende ral Pendidikan Tinggi (Dikti) Nomor 97/E/KU/2013, tentang penghapusan uang pangkal dan penerapan sistem UKT untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) , masih memberikan banyak pertanya an mengenai kesiapan universitas un tuk mengelola keuangan dengan sistem pembayaran yang baru. Salah satunya mekanisme prosedur alur dan transpa rasi dana dari sistem UKT yang masih belum jelas. Secara sederhana, dengan sistem UKT ini dana Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang biasanya dibayar kan sekaligus pada awal semester kini pembayaran diangsur di setiap semester. Dengan demikian dana pengeluaran ber banding lurus dengan target tahun ke lulusan bagi mahasiswa. Di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), sistem UKT masih terasa asing di beberapa kalangan mahasiswa karena sistem ini berlaku dan ditujukan untuk mahasiswa-mahasiswa baru tahun akademik 2013/2014. Dari permasalahan tersebut, maka EXPEDISI melakukan polling untuk mengetahui bagaimana respon dari maha siswa tentang kebijakan UKT yang akan diterapkan di UNY. Metode sampling yang digunakan adalah accidental, yaitu
pembagian angket secara langsung ke pada responden yang kita temui secara acak dan merata. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan angket dengan enam pertanyaan dan enam pernyataan. Pengambilan sampel menggunakan ru mus Slovin dengan sampling error 5%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 386 sampel untuk mewakili dari 26.717 ma hasiswa UNY. Angket selanjutnya disebar merata ke seluruh fakultas di UNY yaitu Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Fakultas Ma tematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Berdasarkan riset dan observasi hasil dari pengolahan data angket yang dise bar, diperoleh bahwa 55,2% mahasiswa mengetahui sistem UKT yang akan di terapkan di UNY dan mahasiswa tidak mengetahui tentang sistem UKT sebesar 44,8%. Mengenai anggapan bahwa sistem UKT belum dapat diterapkan di UNY se besar 33,7% mahasiswa sepakat dengan hal tersebut dan 65,8% mahasiswa meng anggap UNY dapat menerapkan sistem UKT, sisanya sebesar 0,5% mahasiswa tidak menjawab. Mengenai kekhawatiran terhadap pengolahan dana menggunakan sistem UKT, sebanyak 73,8% mahasiswa menya
takan khawatir dan 25,4% mahasiswa menyatakan tidak khawatir. Sisanya 0,8% mahasiswa tidak menjawab mengenai persoalan ini. Mengenai penerapan UKT hanya untuk mahasiswa angkatan 2013 se banyak 17,4% mahasiswa menyatakan sangat setuju, sebanyak 38,3% mahasis wa menyatakan setuju, sebanyak 19,7% mahasiswa menyatakan tidak setuju, dan sebanyak 12,2% mahasiswa menyatakan sangat tidak setuju, serta 11,9% maha siswa yang lain menyatakan tidak tahu mengenai hal ini, sisanya sebanyak 0,5% mahasiswa tidak menjawab. Dalam hal UKT mampu memperlan car prosedur biaya kuliah sebanyak 5,2% mahasiswa menyatakan sangat setuju, sebanyak 25,1% mahasiswa menyatakan setuju, dan sebanyak 31,3% mahasiswa menyatakan tidak setuju, serta sebanyak 11,9% mahasiswa menyatakan sangat ti dak setuju, dan sisanya sebanyak 26,4% mahasiswa menyatakan tidak tahu me ngenai hal ini. Untuk kejelasan mekanisme pem bayaran menggunakan sistem UKT se banyak 2,8% mahasiswa menyatakan sangat setuju, sebanyak 8,8% mahasiswa menyatakan setuju, sebanyak 32,9% ma hasiswa menyatakan tidak setuju, serta sebanyak 13,2% menyatakan sangat ti dak setuju, dan sisanya sebanyak 42,2% mahasiswa menyatakan tidak tahu. Tim Expedisi Sangat Tidak Setuju 13, 2%
Setuju 25,1 %
Sangat Tidak Setuju 11, 9%
Sistem UKT mampu memperlancar biaya kuliah.
MARET 2013 | EDISI I
Tidak Tahu 26, 4%
Tidak Setuju 32, 9% Setuju 8, 8%
Sangat Setuju 25,1 %
Sangat Setuju 2, 8% Hesti | Expedisi
Hesti | Expedisi
Tidak Setuju 31, 3%
Tidak Tahu 42, 2% Kejelasan mekanisme pembayaran menggunakan sistem UKT.
5
PERSEPSI
Senjakala Parpol Islam
P
emilihan umum (Pemilu) 2014 kian dekat. Partai po litik (Parpol) sudah mulai saling “sikut dan serang”. Mereka saling mencari titik lemah. Maka timbullah kegaduhan politik. Di tengah kegaduhan itu, par pol yang mengaku (klaim) diri berbasis Islam mendapat sorotan cukup tajam. Mulai dari korup si pengadaan sapi yang menyeret petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaq, isu dana korupsi haji di Kementerian Agama yang menjadi “jatah” Partai Persatuan Pembangunan (PPP), skandal korupsi di Badan Anggar an (Banggar) yang menyeret nama Wa Ode Nurhayati, politisi Partai Amanat Nasional (PAN), konflik internal Partai Keadilan Bangsa (PKB) yang tak kunjung usai, dan seterusnya. Bahkan, jauh sebelum isu mun cul ke ranah publik, sejumlah survei menempatkan Parpol Islam selain Partai Bulan Bintang (PBB) yang baru saja (18/3) mendapatkan no mor urut 14 untuk pemilu 2014 (PKS, PPP, PAN, dan PKB) pada urutan “buncit” dan hanya mempero leh dukungan tidak lebih dari 5 persen suara nasional. Itu artinya, elektabilitas parpol Islam sangat kecil jika dibanding kan dengan Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mencapai 15 persen. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa elektabilitas Parpol Islam rendah, padahal bangsa ini dihuni mayoritas penduduk Muslim? Posisi Minoritas Pada pemilu 1955, jumlah perolehan total suara partai berbasis Islam sebesar 43,5%. Pemilu 1999, jumlah total pero lehan suara hanya meraup 36,7%. Pada Pemilu 2004 sempat mengalami kena ikan menjadi 38,3% dan pada Pemilu 2009 mengalami penurunan kembali menjadi 29,2%. Catatan jumlah perolehan suara par tai Islam dari Pemilu ke Pemilu tersebut sepertinya masih meneguhkan apa yang pernah dirumuskan oleh Deliar Noer, sebagaimana dikutip Syamsuddin Haris
6
Repro. Agil | Expedisi
(2011), mengenai realitas relasi Islam dan politik di negeri ini, bahwa Islam adalah mayoritas secara sosiologis, te tapi minoritas secara politik. Dengan kata lain, meskipun hampir 90% jumlah penduduk Indonesia merupakan peme luk Islam, dalam realitas politik hampir selalu dalam posisi minoritas (Ridho Imawan Hanafi, 2013). Posisi minoritas semakin diperparah oleh jargon-jargon Parpol Islam yang hanya asal tempel. Artinya, parpol Islam tidak kreatif dalam membingkai seruan. Ia masih terjebak pada religiusitas yang pada gilirannya umat malah tidak sim patik. Umat menganggap Parpol Islam hanya menyitir ayat yang pada giliran nya dipergunakan untuk kepentingan pragmatis. Ironisnya, pragmatisme itu semakin mengerdilkan fungsi kepedulian dan pemanusiaan sebagaimana ayat itu diturunkan. Skeptisisme Lebih lanjut, kecilnya perolehan sua ra Parpol berbasis Islam pun dalam pan
dangan Vedi Hadiz (2011) sebagai imbas dari margina lisasi dan ketimpangan kelas yang dilakukan oleh rezim. Marginalisasi dan ketim pangan kelas saat ini telah menyeret arus utama umat Islam untuk tidak memilih Parpol Islam sebagai penya luran aspirasi. Bagi mereka, Parpol Islam dan tidak Islam sama saja. Sama-sama korup, tidak peduli terhadap rakyat kecil, dan mementingkan ke pentingan pribadi legislator terpilih. Watak “asli” legisla tor itulah yang menimbulkan skeptisisme umat untuk me milih Parpol Islam. Maka dari itu, jika Parpol Islam masih ingin mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia sudah selayaknya membuktikan diri. Membuk tikan bahwa ia amanat dalam mengembang aspirasi rak yat. Amanat itu berwujud dalam perilaku kesehatian yang jauh dari sifat hedonis dan glamor, sehingga mampu terbebas dari belenggu korupsi. Jika Parpol Islam masih saja terbe lenggu oleh arus utama korupsi, maka ia akan semakin ditinggalkan oleh umat. Umat akan semakin muak dan bosan melihat tingkah laku mereka. Ketika umat sudah demikian, maka tingkat partisipasi dalam Pemilu akan semakin turun dari tahun ke tahun. Keengganan masyarakat mendatangi bilik suara dalam pemilu merupakan senjakala kekalahan umat Islam dalam berpolitik. Umat Islam hanya akan men jadi “bulan-bulanan” kebijakan. Ia akan semakin menderita karena kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Pa dahal mayoritas rakyat Indonesia adalah masyarakat muslim.
Benni Setiawan, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Yogyakarta
EDISI I | MARET 2013
PERSEPSI
Generasi Digital
D
alam teori generasi (Generation Theory) ada 5 generasi, yaitu : generasi Baby Boomer (19461964), generasi X (1965-1980), generasi Y (1981-1994), generasi Z (1995-2010), dan generasi Alpha (2011-2025). Antara generasi Z dan generasi Alpha inilah terjadi perubahan pola pikir, cara hidup, cara bersosialisasi, hingga cara menatap waktu, termasuk menatap masa lalu hingga masa depan. Kemudian, muncul paham kosmopolitanisme, yang berpandangan bahwa mereka bukanlah warga negara, namun warga dunia. Generasi yang mungkin kita termasuk didalamnya ini kerap disebut sebagai iGeneration atau generasi internet yaitu gelombang manusia yang tumbuh menjadi Generasi Digital (manusia digital). Generasi ini menurut Tuhana Taufiq dalam Jusuf AN (2011) akan booming pada tahun 2020. Dari fenomena teknologi tersebut maka semua menjadi kacau dalam hal bagaimana mengaktualisasikan diri, karena perbincangan hanya melalui pesan dari SMS, telepon, email, dan alat elektronik lainya yang memungkinkan kita berkomunikasi tanpa harus bertatap muka. Kemudian, manusia dibentuk oleh perjumpaan dengan data dan kata yang mampu diakses oleh semua orang. Pertemuan tidak langsung ini melenyapkan kasih sayang antar manusia
yang disebut civil society, yang akan muncul adalah masyarakat modern yang konsumtif, hedonis, dan global yang menciptakan klaim tentang kepercayaan diri sendiri, tetapi saat itu juga mereka lenyap ke dalam kehidupan yang serba palsu. Teringat ketika seorang dosen bertanya pada mahasiswanya, “Dari mana kamu mendapatkan makalah ini?” dengan percaya dirinya mahasiswa tersebut menjawab, “Copy paste dari internet Pak!” Mahasiswa atau generasi seperti inilah yang kemudian menjadikan mereka atau bahkan kita sebagai generasi pemalas. Generasi yang tidak terusik ketika ditangannya sudah memegang gadget-gadget terbaru. Manusia-manusia pragmatis, dengan tas tipis tetapi padat penuh makna yang menjadikan mereka menjadi manusia yang malas membaca buku. Generasi yang sangat berbeda dengan generasi penulis dan pembaca (buku) yang mengeja semua huruf dan kata satu persatu, untuk dirangkum kedalam sebuah informasi dan menghafalkan tiap katanya dengan bangga. Sementara generasi ini (generasi digital) mengakses serta meresapi sebuah data, kata, dan makna dengan screen, kemudian mereka meng-copy sebuah data yang dianggapnya cocok untuk ditempelkan di dalam tesis
mereka. Dengan alatnya yang super canggih ini, mereka memindai semua yang diperlukan untuk dijadikan sebagai bahan di dalam pekerjaanya, tugas kuliahnya, bahkan tak tahu banyak, jika dibandingkan dengan generasi pembaca. Generasi inilah yang akan menentukan bagaimana suatu bangsa, negara, agama, dan kebudayaan akan dikembangkan di masa yang akan datang. Mungkin sebagian dari kita tak rela untuk dipimpin oleh mereka (generasi digital). Namun, betapa sudah terjangkitnya mereka, bak kanker stadium empat yang tidak hanya mengcopy karya orang lain untuk tesisnya, tetapi mereka mencoba meng-copy budaya bangsa lain untuk bisa masuk ke dalam kebudayaan kita. Lalu, dimana orang seperti Voltaire, Homerus, Pramoedya, atau Chairil Anwar dan Ronggowarsito? Mereka adalah manusia yang telah lama “memakan” buku-buku dalam kesehariannya. Komitmen dan konsistensi untuk membaca adalah kunci untuk secara bertahap memulihkan budaya membaca pada masyarakat sebagai bentuk aktualisasi dirinya dengan dunia luar. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa membaca menjadi solusi, ketika kita dihadapkan dengan krisis-krisis yang ada. Prasetyo Wibowo
INFO KAMPUS
Open House Ormawa FT
Mahasiswa Wayangan
RABU, (20/03) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (BEM FT UNY) menyeleng garakan Open house Organisasi Mahasiswa (Ormawa) FT. Acara ini berlangsung sampai kamis (21/03) di depan Pusat Kreativitas Mahasiswa (PKM). Open house ini merupakan program rutin yang diadakan setiap awal kepengurusan Ormawa. Acara ini dibuka langsung oleh Wakil Dekan III FT. Se lain sarasehan, dalam rangkaian acara ini juga ada beberapa perlombaan, yaitu lomba tumpeng, lomba puisi, lomba stan, lomba mading, dan lomba performa. “Acara ini bertujuan untuk mengenalkan Ormawa kepa da mahasiswa yang kurang aktif”, tutur Putra selaku ketua Open house.
KAMIS, (21/3) dalam rangka memperingati ulang tahun yang ke XXXII Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kamasetra menggelar pentas Wayang Kulit Semalam Senang di Balai Dusun Manggung. Pementasan yang mengangkat lakon Dursala Gugur tersebut didalangi Hendro Hatmoko, maha siswa Jurusan Seni Rupa 2009. “Dursala Gugur mengandung makna cerita bagaimana seorang anak harus berbakti kepada orang tua yang dibuk tikan dengan tindakan nyata” jelas Hendro. Menurut penuturan Ketua UKM Kamasetra, Cahya Ardi, tujuan diselenggarakan pentas ini juga untuk mengenalkan UKM Kamasetra ke masyarakat luas.
Ginanjar Rohmat
Merynda Puspitaningrum
MARET 2013 | EDISI I
7
TEPI
Problematika Prodi Baru Suatu hal yang diterima bagi mahasiswa yang masuk dalam prodi atau jurusan yang baru adalah ketimpangan informasi tentang lahan kerja
J
umat pagi (15/3) Lia Zulfa mahasis wa Program Pendidikan Kebijakan Pendidikan (Prodi KP) angkatan 2009 tampak duduk sambil berdiskusi dengan dua teman sekelasnya di perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), sesaat ia terlihat serius dan terkadang bersenda gurau, ketiganya sedang berdiskusi peri hal tugas akhir skripsi mereka masingmasing. Ketika ditanya perihal ke depan, sejenak ia terlihat berpikir dan tampak ragu untuk menjawab, begitu pula kedua temannya sama-sama diam. Ditemui di sela-sela waktu disku sinya Lia Zulfa yang merupakan ma hasiswa semester 8 sambil tersenyum mengungkapkan keluh kesah yang ia rasakan kelak ketika ia lulus nanti, “Ya kalau sudah lulus, aku coba daftar sa ja, memang benar kalau di Jogja belum ada formasi PNS untuk mahasiswa KP seperti saya, mungkin aku coba keluar Jogja atau luar Jawa sekalian”. Selain itu ia juga mengungkapkan keluhannya yang lain, “Aku sendiri tahunya orientasi kerja KP lebih ke penentu kebijakan bisa ke Dinas atau ke atasnya tapi sampai saat ini yang aku lihat di Dinas itu belum ada tempatnya." Bukan hanya Lia Zulfa yang mera sakan kebingungan tersebut mahasiswa kebijakan pendidikan yang lain pun me rasakan hal yang serupa, Aji Subo yang sama-sama merupakan mahasiswa KP semester 8 mengungkapkan, “Yang aku lihat di Dinas itu tidak ada bagian yang kaitannya tentang kebijakan, jadi ma sih membingungkan ke depannya KP sendiri." Prodi KP sendiri merupakan salah satu prodi baru di UNY, prodi ini masuk dalam Fakultas Ilmu Pendidikan di bawah Jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan. Prodi KP pertama kali membuka kelas pada tahun 2006 dengan angkatan perta
8
ma yang masuk berjumlah 23 mahasiswa, dan pada tahun 2008 jumlah kelas ditam bah menjadi dua kelas sampai sekarang. “Mahasiswa KP saat angkatan saya yang diterima berjumlah 23 hal ini karena prodi baru dan belum bisa memberikan kuota yang banyak.” ungkap Supriyanto, alumni KP angkatan 2006. Kebingungan Orientasi Kerja Banyak mahasiswa Prodi KP yang bingung tentang kesesuaian bidang di siplin ilmu dengan lahan kerja. Salah satu tujuan dibentuknya Prodi KP adalah mencetak sarjana yang mampu menganalisis kebi jakan pendidikan, memili ki integritas kepribadian dan keilmuan, arif, cer das, kreatif, responsif, dan antisipasif dalam menghadapi perkem bangan dan tantangan nyata dalam dinamika pendidikan. Kebingungan antara tujuan dibentuknya Prodi KP dengan lahan ker ja kedepan diungkapkan oleh Very Hendrawan, mahasiswa KP angkatan 2010, “Informasi yang diberikan kurang, hanya memapar kan secara umum visi dan misi terus kedepanya katanya kerjanya cuman di Dinas tapi apa kerjanya gak tau.” Orientasi kerja KP berada di Dinas Pendidikan namun belum adanya informasi yang jelas, “Karena kebanyakan PPL di Dinas (pendidikan, red.), saya tahunya KP kerjanya nanti di Dinas tapi memang sekarang aku rasa Dinas belum me nyediakan.” ungkap Anin Kanti, mahasiswa KP se mester 8. Menanggapi keluh
kesah mahasiswa, Sugito Wakil Dekan (WD I) FIP menerangkan bahwa untuk memperjelas lahan kerja terutama dalam sektor pemerintahan setiap prodi harus lah terdaftar di BKD (Badan Konsultasi Daerah), “Untuk bekerja pada sektor pemerintahan itu memang harus terdaftar di BKD biasanya permintaan ke masya rakat untuk jurusan apa dan macamnya untuk lowongan kerja itu berdasarkan pada daftar yang ada di sana.” Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Program Pendidikan (Kaprodi) Mami Hajaroh, bahwa lahan kerja KP se benarnya banyak dan ti dak harus di Dinas ini hanya kebelumtahu an mahasiswa, ”Lahan kerja KP itu banyak, tid ak han ya di Dinas.” Sugito, Wakil Dekan II, Fakultas Ilmu Kependidikan, UNY..
Heng
ki | Ex
pedis
i
EDISI I | MARET 2013
Agil | Expedisi
TEPI
Senin, 26 Maret 2013. Kantor Jurusan Filsafat Sosiollogi Pendidikan, Fakultas Ilmu Penididkan, UNY.
Timpang informasi kerja dalam PPL tentang penempatan dan pembagian kerja, Hal lain yang dirasakan agak berma ”Yang menerima kami di dinas bingung, salah pada lahan kerja KP adalah saat kami juga orangnya membingungkan jadi PPL. Untuk Prodi KP, jurusan bekerja kita sama-sama bingung semua.” ungkap sama dengan dua tempat PPL yakni Dinas Very Hendrawan. Pendidikan Provinsi Yogyakarta serta Menanggapi keluhan mahasiswa Prodi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan KP terkait ketimpangan informasi dengan mulai tahun 2012 ditambah lagi dua tem tempat PPL WD I FIP menerangkan pat yakni di Dinas Pendidikan Kabupaten bahwa semua ketimpangan ini bisa dan Dinas Pendidikan Kotamadya dikarenakan karena kurangnya informasi Magelang. Hal yang menjadi masalah saja, “Mungkin itu baru di tingkat atasan adalah ketidaktepatan tempat PPL de kebawahnya yang mengurusi PPL, kan ngan disiplin ilmu yang dipelajari seperti belum dapat informasi di dinas sudah yang diungkapkan oleh Anin Kanti, yang diinformaskan tetapi dinas ke bawah saat itu ditempatkan pada SLB 2 Bantul, belum sehingga disitu terjadi satu “Itu juga saya tidak tahu, tahunya ma komunikasi yang belum tersampaikan”. lah ke SLB, sempat tanya juga kenapa, Mami Hajaroh selaku Kaprodi kata Dinas sudah keduluan universitas menjelaskan bahwa masalah mahasiswa lain.” KP bukan ketidaksesuaianya, hanya Lain cerita yang dialami oleh Gita saja mahasiswanya yang belum bisa Billy mahasiswa KP angkatan 2010, ia menemukan masalah terkait kebijakan mengungkapkan bahwa selain di lembaga saja, “Mahasiswanya ketimpangan bidang studi de yang belum bisa melihat kalau ngan disiplin ilmu, hal-hal ini bidangnya kebijakan atau yang terkait dengan kebi ”Lahan kerja KP masalah yang bisa ditangani jakan pendidikan di Dinas itu banyak, tidak oleh mahasiswa KP.” hanya di Dinas.” Pendidikan itu tidak ada, ungkapnya. ”Aku sendiri dapatnya di Kurang jelasnya informasi BKKP la pas masuk ke sana tentang bidang kerja programnya bagian PLS kaya Dari kebanyakan informasi kejar paket c mengenai hal yang yang didapat oleh mahasiswa terkait kebijakan kok tidak ada.” KP dari dosen tentang bidang kerja Begitu juga dengan Dinas Pendidikan hanya bersifat umum yakni dosen Kabupaten dan Kotamadya Magelang hanya memberitahu bahwa lulusan KP yang merupakan tempat PPL yang baru hanya menjadi seorang ahli kebijakan bagi mahasiswa Prodi KP. Kurangnya pendidikan hal ini diungkapkan oleh informasi tentang bidang kerja membuat Billy, ”Seharusnya ada sosialisasi lah mahasiswa dan pembimbing PPL KP di sebelum kita masuk sini dikasih tau besok Magelang sama-sama merasa bingung kita kerjanya seperti apa lulusnya seperti
MARET 2013 | EDISI I
apa.” Kurangnya informasi berupa kur angn ya sosialisasi tentang kompetensi Prodi KP membuat banyak mahasiswa bertanya maksud dari jabaran kompetensi Prodi KP, yang mana jabaran kompetensi itu ada empat yakni peneliti, fasilitator, perencana, membangun jaringan. Hal ini dirasakan oleh Very, ”Untuk informasi kompetensi yang empat itu aku taunya cuma penelitian dan perencaan doang yang lainya tak pikir jarang dan saya nangkepnya blang.” ungkapnya. Dari empat kompetensi prodi KP hanya satu yang sering dipelajar yakni penelitian sedangkan yang lain sangat jarang seperti yang di ungkapakan Aji, ”Dilihat dari kompetensi lulusan KP menjadi peneliti, fasilitator tapi untuk menunjang itu di kuliahnya lebih ditonjolakan penelitianya, untuk yang fasilitator tidak begitu ditonjolkan.” Mami Hajaroh menerangkan bahwa informasi tentang bidang kerja sudah sering di sampaikan oleh dosen ketika perkuliahan, ”Sudah sering dosen menjelaskan di kelas bahwa lahan kp itu memang tidak teknis Seperti lulusan diploma.” Banyak tanggapan yang tercipta dari mahasiswa KP sendiri diantaranya kesiapan jurusan dalam mempersiapkan lahan kerja seperti yang diutarakan oleh Billy, ”Bukanya belum siap tapi lapangan kerjanya saja yang kita bingung mau kemana belum spesifik.” Tatkala prodi dibuka itu berarti terdapat kebutuhan lulusan dalam suatu bidang kerja “Sebenarnya prodi dibuka seharusnya sebelum itu harus ada kebutuhn paling tidak formasinya jelas kalo misalnya kayak gini terutama jurusan berarti belum siap.” ungkap Aji Menanggapi hal itu Mami Hajaroh menegaskan jika jurusan sendiri sudah mengusahakan dengan memperkenalkan KP pada setiap event, ”Kita sudah memperkenalkan ke dinas, kita setiap event sering mengundang, juga sudah memperkenalkan ke BKD.” Selain itu Sugito menegaskan jika fakultas membantu jurusan dalam mengusahakan lahan kerja, ”Fakultas membantu bagaimana sebaiknya untuk membantu teman-teman prodi, juga sudah memberikan sosialisasi ke berbagai lembaga,” ungkapnya. Irega Gelly Gera Amrih, Hengki
9
RESENSI
Ketunaan Sekolah
10
kehilangan ujung kaki kirinya, Rama menjadi orang cacat. Memasuki fase selanjutnya, sehari setelah Rama si uman, dia berkontemplasi dengan se mua yang telah iya dapat dan perbuat. Setelah beberapa hari tinggal di rumah sakit dan diizinkan pulang, Rama su dah dinyataka sembuh dan sehat meski harus kehilangan satu kakinya. Disini juga diceritakan tentang pengorbanan sang Ayah kepada anaknya. Ayah Rama hampir setiap hari menjenguk Rama di rumah sakit. Membaca Tak Sempurna seperti kemb al i ke masa SMA yang pe nuh cinta dan pers ahabat an nam un dic eritak an dengan sudut pand ang lain. Lebih mengekspose dari segi kenakalan re maja yang marak diberita kan seperti tawuran, minumminuman ke r as, sex bebas, aborsi. Memberikan gambaran ke adaan pendidikan di Indonesia yang sistemnya kacau tapi dengan kemasan bahasa yang ringan, mudah dipahami dan disajikan dengan gaya bahasa populer. Penulisannya juga fokus pada sistem pendidikan yang kurang sesuai. Mulai Judul: dari pendidikan di lingkungan keluarga, Tak Sempurna dimana orang tua yang seharusnya ada Pengarang: untuk mendidik anak-anakanya dengan Fahid Djibran kasih sayang. Kenyataannya banyak Penerbit: orang tua yang sibuk dengan aktifitas Kurniaesa Publishing nya masing-masing. Begitu juga dengan Tahun Terbit: guru yang harusnya menjadi orang tua Febuari 2013 kedua di sekolah, memahami muridJumlah Halaman: muridnya malah seperti diktator yang 245 halaman meneror siswanya untuk menghadapi masa depan yang seragam. Disiram hapalan dan dipupuki serangkaian ujian pergulatan emosi semasa SMA pada yang membuat murid ketakutan. keadaan di sekolah dan sistem pendidikan Banyak pelajaran yang bisa ditarik yang ada di Indonesia saat ini. dari Tak Sempurna ini. Adapun yang perlu dikritisi di sini, perhatian penulis tentang interlude atau selingan dengan musik, penjelasan keterangan kejadian, Rizpat Anugrah dan pendapat para tokoh tentang topik yang bersangkutan dengan isi buku malah sedikit menggangu. Namun membaca buku ini tetap terasa nyaman dengan Dok.Istimewa
S
etelah sukses dengan berkolabo rasi dalam buku berjudul Hidup Berawal Dari Mimpi di tahun 2011, Fahd Djibran dengan Bondan Prakoso dan Fade2Black kembali merilis novel yang berjudul Tak Sempurna. Hampir sama seperti buku sebelumnya buku ini diselingi juga nyanyian atau lagu-lagu dari Bondan Prakoso dan Fade2Black yang menjadi soundtrack alur ceritanya. Buku Tak Sempurna ini mengkisah kan tentang seorang remaja SMA, Rama Aditya Putra. Dalam buku ini Rama bercerita ketika masa sekolahnya. Se bagai tokoh utama, Rama menceritakan suka dan dukanya ketika menjalani ma sa SMA. Disini Rama lebih menyoroti tentang karut marut sisitem sekolah di Indonesia. Khususnya kebusukan dan kebohongan-kebohongan di sekolahnya dan sistem pendidikan yang menurutnya tak sempurna. Sejak masuk SMA Lazuardi, Rama mulai mengenal kata-kata kotor, um patan, dan makian. Disana dia perta ma kali berkelahi, mencoba jadi jagoan. Teman-teman memperkenalkannya pada video-video porno dan membuatnya ke canduan. Sekolah mengajarinya merokok, kadang-kadang melinting ganja, minumminuman, sesekali mencoba obat-obatan meski tak sampai kecanduan. Cerita bergulir sampai suatu saat Andri, salah seorang temannya di SMA tewas dalam sebuah tawuran melawan SMK Citra Bangsa di perempatan Jalan Bypass. Sementara tiga hari setelah ke matian Andri suasana kelas masih ber duka. Semua orang masih membicarakan kematian Andri, guru-guru lebih senang mengajak “ngobrol” terutama mengenai hari-hari bersama Andri. Hari itu pela jaran agama oleh Pak Saiful. Pelajaran agama yang tak pernah benar-benar memberi pencerahan bagi mendung batin kami? Mengapa harus mempela jari khalifah Islam atau esensi jihad di waktu yang tidak tepat sementara kami lebih membutuhkan hal lain untuk hi dup kami yang nyata. Setahun kemudian suasana mulai berubah, keinginan anak-anak SMA Lazuardi untuk balas dendam akan tewas nya Andri setahun yang lalu terencana dengan matang. Hingga konsekuensi dari pembalasan dendam itu Rama harus
EDISI I | MARET 2013
WACANA
Densus 88 Tak Perlu Dibubarkan
K
Repro. Agil Expedisi |
asus video kekerasan terh ad ap teror is yang melibatkan anggota Detasemen Khusus 88 (Densus 88) menjadi awal mul a munc uln ya wac an a pemb u baran Densus 88. Maj el is Ul am a Indonesia (MUI) begitu menyuarakan pembubaran Densus 88 karena tindakan itu term as uk pel angg ara n HAM berat sesuai dengan Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Pasal 4 tentang Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk di akui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum. Detasemen khusus 88 Mabes Polri atau Densus 88 MP dibentuk dengan ketetapan Surat Keputusan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 30/VI/2003 tanggal 20 Juni 2003. Kesatuan ini di resmikan pada tanggal 26 Agustus 2004 oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Inspektur Jenderal Firman Gani. Densus 88 memiliki tugas memburu te roris di seluruh penjuru Indonesia. Un tuk meningkatkan kualitas Densus 88, dilakukan kerjasama dengan beberapa negara diantaranya Inggris dan Jerman. Hal ini dilakukan sejalan dengan UU Pemberantasan Tindak Pidana Teroris me pasal 43. Op er as i yang pern ah dil ak ukan Densus 88 antara lain Operasi di Batu, Malang, yang menyebabkan gembong
teroris Dr. Azahari tewas. Operasi lain adalah peng gerebekan teroris nomor satu di Indonesia, ya itu Noordin M. Top di Solo, operasi di Wonosobo yang menewaskan ta ngan kanan Noor Din yaitu Abdul Hadi dan Jabir. Operasi yang dila kukan Densus 88 se hingga menyebabkan tersangka teroris tewas tidak sejalan dengan UU No mor 15 Tahun 2003 pasal 6 tentang Tindak Pidana Terorisme, yang mengatur pelaku teror harus dipidana. Artinya ha rus dihukum sesuai mekanisme peradilan yang berlaku. Dalam setiap operasinya para perso nil Densus 88 terlihat begitu bernafsu untuk membunuh teroris. Dapat dilihat dari penggerebekan yang dilakukan di Temanggung Jawa tengah, mereka mem babi buta hanya untuk melumpuhkan satu orang di dalam rumah yang diduga Noordin M Top. Proses penyergapannya pun memakan waktu sampai 18 jam serta menempatkan 200 personel dan 20 sniper dengan senjata dan peralatan lengkap. Menurut Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam buku Memburu Noordin M Top, proses penangkapan yang begitu lama menun jukkan bahwa informasi yang dikumpul kan oleh kepolisian dinilai cukup lemah. Sehingga hal ini menyebabkan kinerja kepolisian dalam pengepungan rumah
yang disinyalir terdapat buronan yang dicari itu, kurang efektif. Nama baik Densus 88 mulai goyah dikarenakan dugaan kasus salah tembak dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh personel Densus 88. Hal itu mem buat MUI menuntut pembubaran densus 88. Kasus terkini yaitu terkait beredarnya video penyiksaan terhadap seorang ter sangka teroris bernama Wiwin. Dalam video itu tersangka tidak diperlakukan layaknya manusia, dengan ditelanjangi, ditembak kakinya, diikat, serta diinjakinjak oleh oknum yang diduga anggota Densus 88. Kasus penyiksaan dalam video itu memang melanggar Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Pasal 4 tentang HAM, tapi yang perlu diingat adalah kontribusi Densus 88 terhadap bangsa Indonesia. Penilaian terhadap kinerjanya harus obyektif antara kelebihan dan ke kurangan. Selama hampir 9 tahun setelah terbentuknya Densus 88, sudah banyak kasus terorisme terungkap mulai dari penangkapan dalang di balik bom Bali 1 yaitu Ali Gufron, Imam Samudra, Amrozi dan Ali Imron sampai operasi di Solo yang menyebabkan tewasnya buronan Noordin M Top. Bangsa Indonesia ma sih membutuhkan penanganan terorisme dari Densus 88, anggota dari satuan itu hanya perlu berbenah terkait penegakan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU Nomor 15 Tahun 2003 pasal 6 tentang Tindak Pidana Terorisme.
Agil Widyatmoko
Baca berita seputar UNY dan sekitarnya, di www.ekspresionline.com MARET 2013 | EDISI I
11
EKSPRESPEDIA
Doodle, Budaya Inovasi Google
P
ernahkah anda menemukan logo mesin pencarian raksasa Google, berubah bentuk pada hari-hari ter tentu? Perubahan logo tersebut akan kita temukan pada homepage Google bertepatan dengan hari-hari libur besar, peringatan hari-hari penting dunia, per ingatan hari ulang tahun artis, ilmuwan, dan pelopor terkenal dunia. Logo unik yang diciptakan oleh Google ini akrab disebut dengan Google Doodle. Google Doodle diciptakan pertama pada tahun 1998, ketika pendiri Google, Larry dan Sergey bermain dengan logo perusahaannya untuk menunjukkan ke hadiran mereka di festival Burning Man di gurun Nevada. Mereka menempatkan 2 gambar tongkat di belakang "o" dalam kata Google yang dimaksudkan sebagai pesan lucu bagi pengguna Google bah wa pendirinya sedang out of office atau sedang tidak berada di tempat. Dengan diciptakannya Doodle pertama yang relatif sederhana ini, muncullah ide untuk men dekorasi logo Google untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dunia.
Larry dan Sergey akhirnya memu dirancang oleh tim Doodle, Google juga tuskan untuk membuat Doodle seca menyelenggarakan kompetisi ra teratur, setelah pada tahun 2000 untuk mendorong anak-anak Doodle peringatan Hari dan siswa untuk mencipta Bastille mendapat kan Doodle. tanggapan posi tif para peng gun a Google. Seiring berja lann ya wakt u permintaan un Dok. Istimewa tuk Doodle mening Tampilan artis kat, sehingga pembuatan Doodle sekarang ini menjadi tanggung jawab tim ilustrator tik Doodle ini men berbakat, yang disebut Doodlers. Untuk datangkan lebih banyak memutuskan peristiwa apa yang akan pengguna internet ke hala dirayakan dengan Doodle, sekelompok man situs Google. Namun, Ryan Germick, Googler berkumpul secara teratur untuk yang memimpin rancangan Doodle saat ini mengatakan nilai Doodle tidak eks bertukar pikiran. Doodlers menciptakan lebih dari 300 plisit ada dalam rencana bisnis Google. Doodle setiap tahun dalam berbagai baha Doodle dianggap menjadi sebuah cermin sa, tetapi tidak menyentuh topik-topik an budaya inovasi Google, sebuah proses yang berbau politik atau kontroversial. kreatif yang akan terus dikembangkan. Biasanya tim akan mencari hal apa saja yang inovatif, artistik, dan eksentrik, Hesti Pratiwi sesuatu yang cocok bagi Google. Selain Dikutip dari berbagai sumber.
Follow Twitter Kami @ekspresionline
Ingin tambah Rezeki, beriklanlah di EXPEDISI
Hubungi Arde Candra Pamungkas (0856433356050)
Space iklan ini, hanya untuk usaha yang ingin SUKSES! berminat? hubungi Arde Candra Pamungkas (0856433356050)
12
EDISI I | MARET 2013