CAKRAWALA
EDISI I OKTOBER 2011
FOKUS, INTELEK, DAN KRITIS
GedungTrainingCenter = BOROS
EDITORIAL
2
S
Polemik Pembangunan Gedung Training Center
ejak beberapa waktu lalu, pembangunan Gedung Training Centre sebagai pemekaran UNY Hotel telah di mulai. Gedung ini nantinya berfungsi sebagai fasilitas akademik seperti kegiatan pelatihan, rapat, seminar, penataran, serta kegiatan akademik lain. Gedung yang terletak di sebelah UNY Hotel dulunya merupakan area parkir mahasiswa FIS dan FE. Pemekaran hotel di lahan parkir ini memaksa mahasiswa untuk berangkat lebih awal karena lahan parkir yang menyempit. Padahal sebagian besar mahasiswa menggunakan sepeda motor ketika kuliah. Bagaimana bisa hal penting semacam ini diab aik an oleh birokrat. Gedung ini nantinya akan lebih menguntungkan karena merupakan inventarisasi UNY. Namun, kenyamanan ma hasiswa juga perlu diperhatikan. Belum lagi jika ada kendaraan proyek yang masuk ke lokasi pembangunan. Dapat dipastikan akan terjadi kemacetan mengingat lokasinya yang strategis. Selain itu, timbul masalah baru. Pembangunan gedung ini menghalangi FE sehingga menjadi sumpek dan pengap. Sama sekali tidak efektif untuk proses pembelajaran. Harusnya birokrat lebih bisa mengutamakan mana yang lebih penting, pembangunan hotel atau kenyamanan belajar mahasiswa. Mahasiswa punya hak untuk mendapat fasilitas belajar yang nyaman. Suar a-suara alat berat yang digunakan ketika proses pembangunan juga mengganggu konsen trasi belajar mereka. Proyek pembangunan gedung dianggarkan dari biay a APBN sebesar 49 miliar rupiah. Angka yang fantastis sekali gus ironis. Masih banyak mahasiswa kurang mampu yang kesulitan membayar uang kuliah. Konsentrasi mereka me nempuh studi agak terganggu dengan tunggakan kuliah. Tentu sangat merugikan bila UNY kehilangan insan cendekia cerdas hanya karena kesulitan membayar SPP. Kebijakan birokrat akan jauh lebih baik bila dana yang digunakan untuk membangun gedung dialihkan untuk menganggarkan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu. Tim Redaksi
SEMPIL + Proyek pemekaran UNY hotel menelan anggaran 49 miliar rupiah - Bisa untuk gratisin kuliah ma hasiswa sekecamatan tuh
a ew
tim . Is
k
Do
Pimpinan Proyek Ninda Arum Rizky R. | Redaktur Pelaksana Singgih Indratama | Redaktur Galih, Singgih, Ninda, Hangger | Reporter Bayu, Arif, Riyes, Ebma, Dwi, Fitri, Anif, Singgih, Ninda | Redaktur Foto Ebma Yudhasatria | Artistik Boy Adi Sakti, Agus Girianto, Siti Munasiroh | Produk Irfah Lihidzi | Iklan Gunadi | Sirkulasi Irma Suci | Polling Joseph Sebastian | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
3
Dok.Galih Pranowo
BIDIK
Tahap pembangunan Gedung Training Center yang merupakan pemekaran Hotel UNY.
Pemekaran Hotel UNY, Gedung Training Center “Pembangunan itu beneran pembangunan Gedung Training Center? Semua pembangunan itu sebetulnya dibutuhkan gak sih sama Universitas? Kalau memang dibutuhkan sih nggak apa-apa.”
P
emekaran Hotel UNY yang terletak di Jl. Colombo, Kam pus UNY Karangmalang ter nyata menimbulkan pro dan kontra. Hotel yang semula dianggap tidak memberikan manfaat bagi mahasiswa UNY malah mengadakan perluasan bangunan. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan kalau pelebaran hotel ini mengganggu kegiatan belajar menga jar mereka. Selain manfaat yang belum jelas, kepemilikan Hotel UNY pun ma sih menjadi tanda tanya. Menyikapi hal ini, beberapa ma hasiswa UNY angkat bicara. Ruby Kandar, Mahasiswa Pendidikan Seja rah 2010 mengatakan, “Kalau menurut saya, sarana prasarana UNY itu bukan hanya milik UNY. Tapi kayaknya ada pihak luar juga. Tapi kalau Hotel UNY sendiri saya tak tahu.” Ketidaktahu
an mengenai kepemilikan Hotel UNY juga dirasakan Mansur Riadli, Maha siswa Manajemen Pendidikan 2009. “Saya kurang tahu terkait dengan ke pemilikan gedung baru yang dibuat. Tapi saya kira itu milik UNY karena dibangun di wilayah UNY,” ujarnya. Pendapat di atas diluruskan oleh Sutrisna Wibawa M,Pd selaku Wakil Rektor II UNY. Sutrisna mengatakan bahwasanya fasilitas baru hotel ini kerja sama dua belah pihak. Investasi milik UNY bekerja sama dengan CV. Smart Manajemen Indonesia sebagai pengelola utamanya. “Gedung baru Training Center milik UNY dengan konsep minimalis bernuansa akade mis,” tambah Sutrisna. Pengelola hotel CV. Smart Manaje men Indonesia, Dewi Asmarawati juga menyampaikan, “Jika terkait dengan pembangunan, mereka tidak tahu. Ka rena mereka hanya mengelola yang su dah ada saja. Semua investasi yang ada di dalamnya semua milik UNY (baik itu mulai dari gedung sampai pada sen dok dan tisu).”
Tujuan pemekaran Hotel UNY Gedung Training Center Gedung yang sedang dibangun di samping Hotel UNY ini direncanakan akan menjadi Gedung Training Center. Pembangunan Training Center sendiri bertujuan untuk memberikan suasana akademik yang nyaman bagi pengun jung. Sutrisna menuturkan, “Tujuan pembangunan tersebut digunakan un tuk fasilitas akademik. Khususnya kegiatan pelatihan-pelatihan, rapat, seminar, penataran dosen-dosen serta kegiatan yang lain. Akan tetapi tujuan utama dari itu semua yaitu untuk kegi atan training.” Selain itu, pengembangan fasili tas juga bertujuan untuk income ge nerating universitas agar tidak terlalu membebani keuangan Negara. “Uni versitas dengan BLU dipersilakan un tuk mencari pendapatan lain dari biaya pendidikan,” tambahnya. Kurangnya sosialisasi membuat tujuan itu tidak banyak diketahui oleh mahasiswa. Mansur Riadli menutur kan, “Pembangunan itu beneran pem bangunan Gedung Training Center? Semua pembangunan itu sebetulnya
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
4
BIDIK Dok: Ebma
Tampak atas, Gedung Training Center saat pengerjaan
dibutuhkan gak sih sama Universitas? Kalau memang dibutuhkan sih nggak apa-apa.” Hal terpenting dari pembangunan itu yaitu dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya warga UNY. “Fasili tas tersebut juga dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menunjang kegiatan yang berasal dari dalam universitas itu sendiri,” kata Sutrisna. Pembangunan Gedung Training Center Konsep training center yang se dang dibangun sekarang mengikuti konsep hotel yang lama, yaitu bangu nan minimalis di kawasan akademis atau bernuansa akademis. Fasilitas yang ditawarkan tiap kamar dilengka pi dengan AC, TV 21”, air panas dan air dingin, telepon, kulkas, TV kabel, laundry service, ruang pertemuan, dan internet. Lokasi pengembangan ter sebut juga termasuk lokasi yang stra tegis. Hal ini dikarenakan posisinya berdekatan dengan fasilitas yang lain, seperti masjid kampus UNY, koperasi mahasiswa, student center dan fasilitas yang lain. Pemekaran ini memberi dampak secara langsung kepada beberapa fa kultas UNY, yaitu pada Fakultas Eko nomi (FE) dan Fakultas Ilmu Sosial
(FIS). Zayyinatul Khusna, Mahasiswa FE Akutansi 2010 menyatakan, “Bagi ku pembangunan ini menghalangi ge dung FE itu sendiri sehingga tambah sumpek dan jadi panas.” Pendapat senada diutarakan Ruby Kandar, Mahasiswa Pendidikan Seja rah 2010, ”Kalau infrastruktur sendiri bagus tidak apa-apa kalau bagi maha siswa. Tetapi terdapat poin-poin penting juga, misalnya pohon-pohon dite bang, kemudian masuknya kendaraan proyek bisa menimbulkan kemacetan bagi mahasiswa.” Lahan parkir yang hilang Hilangnya lahan parkir juga dira sakan oleh sebagian besar mahasiswa FE dan FIS. Pembangunan Gedung Training Center yang berada di sekitar dua fakultas tersebut memakan lahan parkir yang ada. Apalagi kebanyakan mahasiswa yang ke kampus datang menggunakan sepeda motor. “Nggak apa-apa sih bikin gedung baru di situ. Tapi ya, tempat parkirnya jangan dipa ke semua dong,” keluh Ruby. Terbatasnya lahan parkir yang ada sekarang memaksa Ruby untuk sela lu datang lebih awal dari biasanya. Ini dilakukan supaya tempat parkir masih lenggang dan memudahkannya untuk parkir. “Sekarang kalau parkir jadi re
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
butan sama yang lain. Kalau terpak sanya nggak dapet tempat ya diparkir di luar area kampus,” ujarnya lagi. Menanggapi hal ini, Sutrisna tidak terlalu cemas. “Area parkir masih cu kup menampung kendaraan yang ada. Kan nggak semua mahasiswa datang bersamaan ke kampus. Jamnya ma sing-masing beda. Jadi, area parkir nggak terlalu sempit.” “Pelebaran hotel UNY ini kan nggak selamanya. Jadi, nanti kalau sudah selesai, area parkir bisa dipakai lagi,” tambahnya. Dana yang dipakai “Pembangunan training center merupakan proyek yang sudah diren canakan sejak lima tahun yang lalu. Biayanya dari APBN sekitar Rp 49 M. Ini juga digunakan untuk proyek pengembangan fasilitas untuk Fakul tas Teknik dan Fakultas Bahasa dan Sastra. Pembangunan tersebut akan berakhir bulan Desember 2011,” tu tur Sutrisna. Dana sebesar Rp 49 M yang di gunakan pihak rektorat ternyata ju ga menuai kritik dari mahasiswa. Banyak yang beranggapan kalau bi aya ini bisa digunakan untuk dana pendidikan mahasiswa yang kurang mampu. Seperti yang diungkapkan oleh Zayyinatul Khusna, “Sebenar nya agak ironis juga ya membayang kan dana sebesar itu digunakan hanya untuk pelebaran hotel saja. Padahal banyak mahasiswa kita yang masih kesulitan bayar semesteran.” Bantuan dana dari pemerintah untuk meringankan beban ekonomi mahasiswa masih dirasa belum cuk up. “Ya kan nggak semua mahasiswa itu orang tuanya kaya. Walaupun ada beasiswa dan semacamnya kan nggak semua anak dapet. Menurut saya sih, daripada untuk pelebaran hotel yang nggak jelas buat apa, mending buat ngeringanin semesteran mahasiswa aja. Galih Pranowo Galih, Bayu, Riyes, Anifah
POLLING
5
Mahasiswa Meragukan Pemekaran Hotel UNY Oleh : TIM PSDM
H
otel UNY adalah hotel dengan konsep minima lis dengan atmosfer akademik yang kental. Sa at ini hotel UNY sedang melakukan pemekaran hotel. Manajemen hotel berpendapat pemekaran bertujuan meningkatkan pelayanan pada konsumen. Peningkatan di antaranya pada penambahan kamar serta berbagai fasilitas penunjang. Pemekaran hotel ini berdampak pada beberapa hal, di antaranya adalah penyempitan lahan parkir yang dulunya digunakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Padahal sebelumnya, lahan parkir yang ada tidak mampu menampung kendaraan yang masuk. Untuk mengetahui pendapat dan respon mahasiswa tentang hal tersebut, tim PSDM buletin CAKRAWALA mengadakan polling. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, jenis sampling aksidental, yaitu memberi angket pada responden. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan angket, terdiri dari empat pertanyaan penutup dan enam per nyataan tertutup. Perhitungan untuk pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin dengan sampling error 5%. Dari jumlah kese luruhan 30.165 mahasiswa, diperoleh sampel sebanyak 400 mahasiswa. Sasaran penyebaran angket ke seluruh fakultas UNY. Dari hasil polling diketahui sebesar 56.9% tidak tahu mengenai pengembangan Hotel UNY, sedang 43,1% me ngetahui tentang pembangunan tersebut. Ketika ditanya tentang perlu tidaknya pengembangan Hotel UNY, 57.3% menganggap bahwa pengembangan Hotel UNY tidak perlu dan 42.7% menyetujui pengembangan tersebut. Tentang mengganggu tidaknya pengembangan Hotel UNY pada proses perkuliahan, 33.4% responden mengang gap kalau pengembangan hotel memang mengganggu. Ha sil yang sama diperoleh pada suara responden yang me ngungkapkan sangat setuju dan tidak setuju, yaitu mencapai 23.7%. Sedangkan sisanya 15.9% merasa ragu-ragu dan 3% sangat tidak setuju. Sebanyak 36.6% responden meragukan manfaat pengem bangan Hotel UNY bagi mahasiswa sendiri. Presentasi ini disusul oleh tidak menyetujui manfaat pengembangan ho tel sebesar 33.2%, sangat tidak setuju 15.9%, setuju sebesar 11.3 % dan sangat setuju sebesar 3.1%. Sedangkan hampir setengah dari jumlah responden mera gukan tentang ramainya Hotel UNY. Terbukti 43% dari jum lah responden menyatakan keraguannya. Sebanyak 22.8%
tidak menyetujui tentang ramainya hotel dan yang setuju se besar 21.5%. Responden mahasiswa yang sangat menyetu jui ramainya Hotel UNY 10.5%, sedangkan mahasiswa yang menyetujui sebanyak 2.3%. Dari data yang telah disampaikan, mayoritas mahasiswa UNY meragukan kebijakan pemekaran hotel tersebut. Sa ngat jelas terlihat banyaknya suara mahasiswa yang mera gukan kebijakan itu. Ini membuktikan bahwa Hotel UNY kurang memberikan manfaat berarti dalam kegiatan akade mis dan non akademis bagi mereka. Perlu Tidaknya Pengembangan Hotel
Keterangan Ya Tidak
: : 42,7 % : 57,3 %
Manfaat Pengembangan Hotel
Keterangan Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju
: 15,9% : 33,2% : 36,6% : 11,3% : 3,1%
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
6
IDEA
Terorisme, Salah Siapa? Oleh: Nur Hidayanto PSP., M. Pd.
P
eristiwa terorisme yang kembali marak akhir-akhir ini sering ditengarai sebagai berdirinya kembali kelom pok terorisme di Indonesia. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Ada beberapa motif yang dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan pemboman di Indonesia. Bisa karena niat untuk menyebarkan teror, ada juga yang disebabkan kebutu han paling dasar manusia, ekonomi. Bisa kita lihat dari kasus pemboman yang terjadi di Gereja Bethel Solo dan ATM BRI Gejayan kemarin. Gere ja yang dibom pada tanggal 25 September lalu dinyatakan sebagai bom bunuh diri. Terbukti dari pelakunya yang ter masuk DPO polisi dari kasus Bom Cirebon. Sementara bom ATM BRI Gejayan adalah contoh aktivitas terorisme yang memiliki motif dasar murni karena faktor ekonomi. Dan sudah terbukti dari penyelidikan yang di lakukan oleh kepolisian sendiri. Di luar alasan tadi, banyaknya kasus pemboman memperlihatkan semakin bu ruknya karakter beberapa individu di Negara ini. Dengan dalih ekonomi, me reka melempar bom, seperti di ATM BRI Gejayan. Jelas ada beberapa pihak yang diun tungkan dari peristiwa ini, khususnya pihak yang sepaham dengan pelaku dan pihak lain yang tidak bertang gung jawab. Suka mengambil keuntungan dari kegaduhan yang terjadi. Namun, apakah ini bisa menjadi patokan bahwa masya rakat Indonesia telah terpecah belah? Tentu saja tidak. Pe ristiwa ini hanyalah aksi yang dilakukan oleh segelintir dari 250 juta-an penduduk Negara. Jadi, perilaku oknum segelin tir saja tidak bisa menjudge bahwa bangsa ini telah terpecah belah. Kenyataannya, sampai sekarang Universitas sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai suku tetap adem ayem. Ada sebagian orang yang menyamakan terorisme dengan jihad dan sebagainya. Terorisme tidak bisa dikategorikan sama dengan jihad. Jihad dalam bentuk perang harus jelas pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam peperangan. Se perti halnya perang yang dilakukan Nabi Muhammad yang mewakili Madinah melawan Makkah dan sekutu-sekutunya. Sedangkan terorisme adalah serangan-serangan terkoordi nasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi tero risme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti wak
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
tu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Aksi teror semacam ini tentulah membawa kita menca ri siapa dan apa tujuan mereka melakukan ini semua. Yang sering terjadi adalah ‘pengambing hitaman’ terhadap bebe rapa pihak tertentu. Dari segi politik bisa dari pemerintah terhadap pihak oposisi maupun sebaliknya. Dari segi sosi al juga bisa terhadap kaum yang dianggap sepaham dengan beberapa pelaku bom tersebut. Sedangkan dari segi budaya, yang jelas itu bukan budaya kita. Mungkin budaya “setan” atau kloning setan. Karena dari dulu budaya kita mengajar kan hal yang baik. Sebenarnya apabila masyarakat mau memahami dan menjalankan lima sila dari Pancasila, hal seperti ini dapat diminimalisir atau malah dihilang kan. Yang menjadi masalah adalah kebanya kan kemampuan pemahaman sebagian ma syarakat tentang Pancasila masih dangkal. Mahasiswa sebagai kaum intelektual belakangan ini lebih cenderung tidak pe duli dengan lingkungan sekitar. Misalnya, banyak sebagian dari mereka yang tidak ke nal dengan tuan rumah. Mereka hanya tahu tentang membayar kos. Padahal hal kecil seperti ini bisa meningkatkan rasa kepedulian. Mahasiswa hendaknya mulai dengan hal yang kecil, da ri pribadi, untuk membantu mewujudkan keamanan. Jangan pulang terlalu malam kalau beraktivitas di kampus. Kegi atan terlalu malam hendaknya diminimalisir atau bahkan dihilangkan karena mungkin menyamarkan kegiatan tero risme. Pemerintah juga bisa lebih menggalakkan BIN nya. Bisa dengan merekrut BIN lebih banyak atau dengan memberi penyuluhan tentang terorisme yang terjadi. Tetapi seperti nya semua itu tidak akan berhasil karena sebagian besar ma syarakat kita sudah mulai acuh dengan lingkungannya. Hal inilah yang sebenarnya memicu munculnya banyak ketidak beresan disebagian masyarakat kita sekarang ini. Oleh karena itu, marilah kita mulai saling peduli dengan sekitar, sehingga hal-hal seperti terorisme bisa diminimali sir. Dengan peduli, kita tahu lingkungan kita. Lingkungan lebih aman terjaga dan komunikasi antar warga lebih nya man, sehingga bisa saling mengamankan.
IDEA
7
Ingatkah Sumpahmu? Oleh: Singgih Indratama
S
Perkembangan teknologi serta laju moderenisasi dan globalisasi yang tidak bisa dibendung telah menyumbang kan pengaruhnya terhadap bangsa ini. Salah satu pengaruh negatifnya adalah menipiskan semangat sumpah pemuda di kalangan mahasiswa. Ini ironis. Perkembangan zaman memang menuntut mahasiswa untuk open minded. Namun apa ini juga berarti harus menghapuskan semangat Sum pah Pemuda di hati mereka? Diyakini mereka juga tidak hafal siapa saja tokoh-tokoh yang telah berjuang dalam Sumpah Pemuda. Oleh karena itu, diperlukan adanya filter untuk penguat an kepribadian dan identitas nasional di kalangan mahasis wa. Kita bangkitkan lagi semangat persatuan dan kesatuan di hati generasi muda. Pahami dan hayati nilai-nilai Sum pah Pemuda dan aplikasikan hal tersebut dalam menyikapi masalah nasional dan internasional yang terjadi di negara kita. Sumpah Pemuda diwujudkan untuk menyatukan rasa tanggung jawab dan kebersamaan masyarakat. Indonesia terlahir dari keanekaragaman tetapi satu tuju an yaitu hidup bersatu di dalam naungan Negara Kesatu an Republik Indonesia (NKRI). Sebagai bangsa heterogen dengan 250 bahasa daerah dan 17.000 pulau, perlu sekali pemahaman di setiap diri bangsa, khususnya di kalangan mahasiswa sebagai generasi penerus akan pen tingnya nilai kebangsaan. Karena itu, peringat an Sumpah Pemuda harus dijadikan sebagai momentum yang bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan mencintai Tanah Air.
a timew Dok. Is
ejak 83 tahun yang lalu, generasi muda Indonesia mendeklarasikan diri dalam Satu Tanah Air Indone sia, Satu Bangsa Indonesia dan Satu Bahasa Indone sia. Peristiwa yang lebih dikenal sebagai Hari Sumpah Pe muda ini terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada awal mula pergerakan pemuda, peristiwa Sumpah Pemuda ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menghilangkan imperial isme dan kolonialisme di Tanah Air. Dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda itu, seluruh organisasi pergerakan yang ada di Tanah Air harus mengacu pada hasil Sumpah Pemu da 1928. Sumpah Pemuda merupakan poin penting menuju pintu gerbang kemerdekaan Indonesia 1945. Sumpah ini menjan jikan adanya kesamaan keinginan untuk merdeka dari be lenggu penjajah saat itu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika Sumpah Pemuda dianggap sebagai potensi dasar terca painya kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu terjadi atas kesa daran para pemuda untuk menghilangkan sekat-sekat per bedaan yang ada. Kalau dulu, perbedaan itu lebih mengarah pada urusan primordialisme (kedaerahan), maka sekarang perbedaan yang ada pada tubuh pemuda Indonesia adalah perbedaan dalam aspek ideologis. Sekarang kebanyakan para generasi muda telah melupa kan makna dari Sumpah Pemuda itu sendiri. Bukti konkret lunturnya semangat Sumpah Pemuda di kalangan mahasiswa sekarang ini salah satunya dapat diamati dari kecenderungan sifat individual yang diperlihatkan. Kepentingan pribadi le bih diprioritaskan dibandingkan dengan kepentingan bang sanya. Disorientasi tujuan pun cukup terlihat melalui orien tasi materi dan kecenderungan berpikir pragmatis. Melihat dari banyaknya tawuran yang dilakukan semakin memperburuk citra persatuan dan kesatuan sebagai hasil dari Sumpah Pemuda itu sendiri. Mirisnya adalah pelaku tawur an kebanyakan dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa yang notabene adalah tulang punggung negeri ini, para ca lon pemimpin negara. Tak hanya terjadi di ibukota, tawuran sekarang juga telah menyebar di kota-kota besar Indonesia. Masyarakat sudah pasti gerah terhadap tawuran yang se makin marak terjadi. Para mahasiswa yang dipandang sudah cukup berilmu dan bisa menyelesaikan masalah dengan ke pala dingin namun kenyataannya banyak yang menjadi pela ku dan korban tawuran. Seolah-olah ilmu pengetahuan yang mereka pelajari di bangku kuliah tidak ada manfaatnya.
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
8
SOSOK
INOVASI SARANA PENYANDANG TUNANETRA Dok. Ebma
K
ini belajar braille terasa mudah dan menyenangkan melalui media pembelajaran tombol tekan dan penyuar aan. Pene litian Mashoedah, S.Pd, M.T, berhasil meraih juar a II Nasional 2011. Prestasi yang diperoleh di ajang Sang Penemu TVRI Pusat ini pernah diujikan di SLB Yaketunis. Mashoedah (41) adalah dosen Pen didikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Mashoedah telah menciptakan bebe rapa software tentang braille lainnya. Konverter Braille, bisa digunakan un tuk mengkonversi tulisan atau huruf abjad biasa menjadi braille. Editor Arab Braille digunakan untuk meng ubah tulisan arab menjadi braille. Dan yang paling baru adalah media pembe lajaran braille dengan tombol tekan dan penyuaraan. Pria kelahiran 8 November 1970 ini sempat mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri Margorejo. Kemudian di lanjutkan ke SMP Negeri 12 Surabaya. Sejak SMP, Mashoedah senang melu kis. Hobi melukis ini dapat memacu otak untuk terus berpikir. Dalam istilah medis dikenal dengan lateral thinking, yaitu kombinasi otak kanan dan kiri. Pendidikannya berlanjut ke STM Negeri 3 Surabaya jurusan Elek tronik. Dengan ketekunan belajar, Mashoedah berhasil masuk UNY ju rusan Pendidikan Teknik Elektronika S1. Mashoedah juga aktif diberbagai organisasi mahasiswa. Namanya per nah tercatat di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Sekretaris Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dia berhasil menyelesaikan studinya di UGM jurusan S2 Teknik Elektro sebe lum akhirnya menjadi dosen Teknik Elektronika UNY. Suam i dari Ninik Sugesti, M. Hum.
Mashoedah
ini dian ugerahi dua orang anak. Yang pertama bersekolah di SMP Kesatuan Bangsa Indonesia-Turki, sementara yang kedua masih duduk di SD Mu hammadiyah Condong Catur. Ketertarikannya menekuni braille dimulai tahun 2005. Saat itu pem belajaran braille dengan istilah Gemu ruh mulai populer digunakan. Hal inilah yang menggerakkan dirinya untuk me lakukan penelitian yang berkaitan de ngan huruf braille. Mashoedah ingin menciptakan metode pembelajaran mandiri bagi penyandang tunanetra. Melihat kenyataan bahwa penelitian tentang braille belum berkembang di Indonesia, Mashoedah pun membuat metode pembelajaran tunanetra meng gunakan peralatan yang sederhana. Alat yang diciptakannya berupa papan tulis braille (pantule). “Metode konvensional ini tidak membuat siswa mandiri karena harus selalu didampingi guru. Papan tulis braille juga cukup berbahaya karena terbuat dari paku yang mudah lepas,” ungkap Mashoedah. Respon dari penyandang tunanetra ternyata sangat bagus. Mereka menga takan ingin sekali mengakses informa si sehingga menunjang mereka untuk melihat suatu informasi dari tulisan braille. Menurut pria berkacamata ini, hasil karyanya tersebut pada dasarnya sa ma dengan media pembelajaran huruf
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
braille lainnya. “Saya hanya menam bahkan inovasi teknologi pada alat ini. Di antaranya, tombol tekan jenis tog gle, voice chip, dan microcontroller. Enam titik huruf braille pada alat ini digabung dengan konfigurasi huruf ab jad dari A-Z dan angka 0-99,” katanya menjelaskan. Meski sempat mengalami kegaga lan sebanyak 10 kali dalam membuat alat, Mashoedah tidak menyerah dan tetap menyelesaikan alat yang menelan biaya sebesar Rp 600.000,00 tersebut. Bahkan, berkat hasil karyanya, dia per nah menyabet juara 2 dalam kontes Sang Penemu di sebuah stasiun TV pe merintah. Untuk ke depan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) be rencana akan membuat 50-100 unit alat tersebut dan didistribusikan ke SLB seluruh Indonesia. Mashoedah me nyebutkan, alat yang telah didaftarkan hak patennya ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) ter sebut akan terus dikembangkan. “Alat ini akan terus dikembangkan sehingga anak-anak tunanetra semakin mudah dalam belajar huruf braille, membaca, membuka wawasan, dan mengakses informasi,” tuturnya. “Kalau kita memperoleh ilmu ha rus bisa beramal apa yang kita pero leh ke ranah ibadah. Misal ada sese orang yang menciptakan sesuatu tapi ia tidak banyak beramal jariyah, maka ia tertolong oleh amal lainnya berupa ilmu yang bermanfaat. Hal itu akan menemani atau menyelamatkannya di akhirat,” pesan Mashoedah. Tectona Hangger Ebma, Dwi, Fitri
BEKAM
Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Jerman UNY
9
UKM EXPO Dok. Ekspresi
NINDA ARUM
P
ada 10 November 2011, Jurusan Pendi dikan Bahasa Jerman FBS UNY akan menyeleng garakan seminar yang berta juk “Pengajaran Bahasa Asing dan Pendidikan Karakter” bertempat di Ruang Seminar Lantai III Gedung Pusat La yanan Akademik FBS UNY. Dok. Pribadi Tema ini diambil karena berita mengenai pendidikan karakter telah menjadi isu utama dalam dunia pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter juga diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat generasi muda bangsa Indonesia. Pendidikan karakter telah diaplikasi kan di pelbagai jenjang pendidikan, hanya saja hasilnya belum maksimal dan memuaskan. Oleh karena itu, dalam seminar ini nantinya diharapkan bisa mengkaji dan men cari alternatif solusi untuk pengamalan nilai-nilai pendi dikan karakter. Tidak mengherankan, pertanyaan seputar pengintegra sian pendidikan karakter dalam pengajaran bahasa asing menjadi topik mengemuka yang akan dibahas dalam ke sempatan tersebut. Untuk itu, panitia akan menghadirkan beberapa pembicara yang kompeten di bidangnya, yaitu Prof. Dr. Putu Wijana (Universitas Gajah Mada, Yogya karta), Dr. Manneke Budiman (Universitas Indonesia, Jakarta) dan Prof. Dr. Chaedar Alwasilah (Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung). Ketiga pembicara ini akan mengupas hubungan antara pengajaran bahasa asing dan pendidikan bahasa asing di tinjau dari segi linguistik, sastra dan budaya, maupun pe ngajaran. Selain itu, terdapat pula kesempatan bagi para peserta yang ingin menyertakan makalahnya dan mem presentasikan pemikirannya dalam kegiatan ini. Kontri busi pendaftaran sebesar Rp 75.000,00 untuk mahasiswa, peserta umum Rp 100.000, dan pemakalah dikenakan Rp 150.000,00. Seminar yang diketuai Dra. Retna Endah SM, M. Pd. ini terbuka untuk mahasiswa, guru, penerjemah, maupun praktisi bahasa asing yang ada di Indonesia.
Gedung Student Center UNY
F
orum Komunikasi (FK) UKM UNY akan mengada kan expo UKM sebagai sarana pengganti stanisasi yang sempat tertunda karena masalah ospek beberapa waktu lalu. Hal ini dilakukan karena mahasiswa baru mem butuhkan sarana pengenalan pada berbagai UKM yang ada di UNY. Display yang sudah dilakukan dalam ospek kemarin di anggap kurang cukup. Mahasiswa belum mempunyai info memadai mengenai UKM yang sesuai dengan bakat minat nya. Disamping itu, kecenderungan mahasiswa baru yang ingin “dijemput bola” untuk mendaftar di UKM pilihannya. Mereka mungkin masih bingung dan tidak tahu harus bagai mana untuk mengikuti proses masuk ke UKM pilihannya. UKM Expo ini akan diadakan pada tanggal 25-28 Okto ber 2011. Bertepatan dengan momentum mengenang ben cana gunung Merapi dan Sumpah Pemuda. Konsep acara dikemas unik dan berbeda ketimbang stanisasi yang biasa diadakan saat ospek. Hari pertama, akan ada arak-arakan be rupa performance atau unjuk gigi dari tiap-tiap UKM dari Student Centre (SC) ke Rektorat lalu kembali lagi ke SC Ada juga panggung yang akan diisi oleh performance dari masing-masing UKM dan juga akan ditampilkan berbagai permainan serta hasil karya UKM. Diharapkan, nantinya kegiatan UKM Expo akan menjadi agenda rutin tahunan FK UKM. Kegiatan ini digunakan se bagai sarana pengenalan UKM yang unik dan menarik pada mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa baru yang ingin me ngasah bakat minatnya dengan masuk UKM. NINDA ARUM
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
10
PINGGIR
Taman Kuliner Karangmalang : “Kalau Masak, Ya Senggol Pantat” Dok. Arif
Pemindahan lokasi warung kaki lima yang sekarang menjadi Taman Kuliner Karangmalang menuai banyak cerita. PKL protes, birokrat pun berargumen.
A
r oma bebek goreng dan wangi sambal terasi yang sedang di ulek menyeruak dari sebuah warung di area Taman Kuliner Karang malang (TKK). Malam itu, pembeli tampak sesak memenuhi warung yang terletak di ujung perempatan jalan de pan FE UNY itu. Sang pemilik warung, Prasetyo tampak kewalahan melayani pesanan pembeli yang antri. “Begini lah kalau sedang rame, Mas. Bisa gak berhenti saya meracik pesanan pembe li,” ungkapnya. Jajaran warung yang berjumlah sekitar 10 lapak di komplek Taman Kuliner Karangmalang memang terli hat ramai oleh pembeli. Kebanyakan adalah para mahasiswa atau anak kos yang sedang makan malam. Warung yang menyediakan aneka lauk baka ran, penyetan, hingga minuman segar ini mulai membuka dagangannya sejak pukul 7 pagi hingga pukul 11 malam. Ketika disinggung mengenai pin dahnya lokasi berjualan para pedagang kaki lima (PKL) yang semula berada di depan Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Prasetyo mengatakan kalau sebenarnya upaya pemindahan ini tidaklah salah. Namun yang disesalkan adalah tidak adanya koordinasi terlebih dahulu de ngan pihak PKL. ”Kami seperti diusir secara halus, Mas. Ya dengan dibuat trotoar itu. Se benarnya kami yakin UNY tidak akan menggusur kami. Toh, jalan tempat
Suasana TKK di malam hari
kami berjualan itu milik kampung Ka rangmalang. Kalo berani nggusur, ya berarti berhadapan langsung dengan warga Karangmalang. Sebagian be sar yang jualan disini ya penduduk Karangmalang. Paling hanya satu dua pendatang,“ tuturnya. Masih menurut penuturan Prase tyo, kondisi warung di lapak yang ba ru ini lebih bersih dan higienis karena ada tempat cuci dengan kran mengalir. Sayangnya dapur yang digunakan sa ngatlah sempit dan harus berbagi. “Da purnya itu kelewat sempit dan harus di pakai untuk dua warung. Kalau masak jadi ajang senggol pantat, Mas. Payah yo,“ keluhnya. Nasib serupa dialami warung Imam yang lokasinya tidak jauh dari warung Prasetyo. Imam yang juga berjualan aneka bakaran dan penyetan serta nasi goreng juga mengeluhkan tentang da pur sempit yang harus dipakai untuk dua warung. Menurutnya, hal ini ku rang efektif karena menghambat kele luas aan juru masak ketika memasak. Imam juga menambahkan masalah tempat parkir adalah hal yang meng ganggu di komplek Taman Kuliner
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
Karangmalang. “Kalau kita masaknya bisa di dalam semua mungkin area parkir nggak masuk jalan. Karena da purnya sempit nggak muat untuk dua orang, jadi masaknya podo di luar se mua. Yang seharusnya ini bisa untuk parkir, jadi untuk masak. Terutama ka lau musim hujan ya pada kehujanan, kalau nggak masang tenda lagi. TKK ini masih dalam tahap pembenahan se lama 6 bulan jadi belum maksimal,“ katanya memaklumi. Pemindahan lokasi ini juga bera kibat pada pendapatan yang masuk ke kantong para pedagang ini. Imam mengaku bahwa semenjak pindah, wa rungnya mengalami penurunan omzet yang cukup signifikan. “Kalau seka rang memang belum sebagus di sa na. Masalahnya dulu di sana kan luas warungnya. Pelanggan masuk bisa 25 orang. Sekarang bisa separuh lebih tu runnya. Dulu di sana sehari bisa 14 kg nasi, sekarang paling banyak cuma 7 kg aja. Paling banyak sehari juga an tara 300 – 400 ribu,” tuturnya sembari meracik nasi goreng pesanan pembeli. Berbeda dengan Imam, Prasetyo justru mengaku pendapatannya cen
PINGGIR derung naik dibandingkan di tempat lama. “Di tempat sekarang orang ma las buat belok. Taunya pelanggan kami yang lama kalau lewat jalan FISE sepi berarti tutup. Yang tahu lapak saya se karang kan kebanyakan mahasiswa ba ru UNY. Tapi kalau siang malah naik. Dulu hanya sekitar Rp 400 ribu seka rang bisa mencapai Rp 800 ribu. Tapi ini untuk kawasan lapak sini saja. Ka lau yang di sebelah saya kurang tahu. Kalau lagi ramai, sehari bisa mencapai Rp 1,8 juta,” akunya.
Dok. Singgih
Sistematika usaha Dibangun di komplek perkam pungan Karangmalang yang notabe ne juga dalam lingkup kampus UNY, sistematika usaha para pedagang di Taman Kuliner Karangmalang dijalan kan dengan cara membayar sejumlah agunan ke pihak UNY dan kampung Karangmalang. Hal ini diungkapkan oleh Sudarman, Kepala Dukuh Kampung Karangma lang. “Pengelolaan biaya ada 3, peme liharaan ke UNY, pemeliharaan listrik, dan parkir. Para PKL membayar sejum lah uang kepada UNY tiap bulan untuk penyewaan tempat. Ada pertemuan pe ngurus padukuhan setiap bulan sekali pada tanggal 8. Kalau dari UNY nggak rutin. Kalau hanya ada kepentingan
tertentu,” tutur beliau ketika ditemui di kediamannya. Menurut Sudarman, Taman Kuliner Karangmalang dibangun atas kerjasama pihak UNY dan padukuhan Karangma lang demi membangun lapangan kerja baru untuk warga Karangmalang yang menganggur. “Malah kami lho, Mas, yang usul supaya tempatnya pindah ke situ. Izin tempat juga sama kami”, ung kapnya. Sudarman mengatakan bahwa pe mindahan ini merupakan langkah te pat bagi pihak UNY maupun pedagang PKL itu sendiri. “Lingkungan UNY ja di kelihatan bersih dan indah. Makanan di sana jadi lebih bersih, otomatis se hat. Kalau dulu mungkin cara pencu cian makanannya yang kurang bersih karena air terbatas. Dari rumah PKL membawa beberapa ember, sementara yang sekarang kan pakai air kran. Jadi lebih bersih,” ungkapnya sambil terse nyum. Lebih lanjut, menurutnya hal ini ti daklah merugikan siapapun. Langkah pemindahan inilah jalan terbaik untuk kebaikan pihak UNY dan PKL sendi ri. “Sama-sama untung. UNY kan tetap butuh dana pemeliharaan. Kalau dile pas begitu saja kan paling 1-2 tahun TKK bisa rusak. Dana pemeliharaan yang mengelola UNY. Dana penyewa
11
an lapak per bulan langsung ke UNY. Tiap tahun ada surat perjanjian antara PKL dengan UNY,” jelasnya. Pembantu Rektor II : “Kalau perlu, sa ya yang jadi ketua PKL bagi mereka” Keluhan para PKL diang gap wajar mengingat mereka masih menyesuaikan dengan kondisi tempat yang baru. Pihak universitas pun me nanggapi hal ini dengan diplomatis, seperti dituturkan Pembantu Rektor II, Sutrisna Wibawa, M.Pd. Menurut beliau, UNY tak kurang baiknya dengan membangun komplek Taman Kuliner Karangmalang sebagai ganti lahan depan FE yang digusur itu. ”Kita kehilangan lahan untuk jalan ju ga lho, Mbak. Ini semua kan berangkat dari keprihatinan kami ketika melihat mereka kok nyuci mangkok pake air di ember. Pernah saya ditawari makan so to di sana. Ketika melihat tempat cuci yang hanya pake ember, saya langsung menolak. Bukan apa-apa, itu kan gak sehat, sumber penyakit. Iya ndak?” tu tur beliau. Masalah pengusiran halus dengan jalan membangun trotoar di depan FE itu bukanlah pengusiran menurut Pak Sutrisna, tapi merupakan upaya mener tibkan dan memperindah kampus. “Ki ta kasih trotoar buat pejalan kaki, kita tanami sulur-sulur bunga di atasnya. Bagus kan dilihat, jadi bukan mengusir mereka. Kalau mengusir mereka gak kita bangunin lahan,“ jelasnya dengan senyum pahit. Sutrisna berharap, para PKL ini bi sa bersabar meski omzet mereka belum stabil karena baru proses penyesuaian selama 6 bulan ini. “Kalau saya ada waktu, akan saya ajak mereka bikin koperasi. Kalau perlu, saya ketua PKL nya,” tutup Sutrisna mengakhiri per bincangan. Ninda Arum Rizky R Singgih, Arif, Boy, Giri
TKK saat siang hari
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011
CAKRAWALA EDISI I OKTOBER 2011