EXPEDISI EDISI II MARET 2012
MEMBANGUN
Kenaikan Biaya Pendidikan
B U D AYA
KRITIS
Rektor Ditantang Turun Panggung
surat pembaca Jam Malam yang Memberatkan PEMBERLAKUAN jam malam di kampus memang memberatkan bagi mahasiswa, terutama mahasiswa yang mengik uti Or ganisasi Mahasiswa (Ormawa). Saya dan teman-teman aktivis lain adalah salah satu korbannya. Seringkali kegiatan organisasi di orma wa sampai larut malam. Dengan adanya jam malam, kegiatan organisasi menjadi tidak maksimal. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan visi dan misi kampus yang seharusnya tidak hanya sampai pada tataran teori saja, melainkan penerapan aplikasinya dalam kehidupan kampus. Kontribusi nyata dalam masyarakat da pat diperoleh melalui pengalaman berorga nisasi. Bagaimana caranya mahasiswa dapat berkontribusi di masyarakat jika kegiatan organisasi di kampus saja dibatasi?
Optimalkan Sisa Anggaran Untuk Kebutuhan Mahasiswa
Biaya Kuliah Naik, Mahasiswa Protes
KITA harus bisa belajar berhemat. Jika sisa anggaran digunakan untuk pelesir atau studi banding, itu hanya membu ang-buang uang saja. Lebih baik bila ditabung atau untuk beasiswa bagi ma hasiswa. Contohnya untuk jurusan Se ni Rupa, sisa anggaran bisa digunakan untuk membeli kuas, kanvas, atau cat. Disamping itu, bila ingin membangun fasilitas harus memperhatikan kebutuhan masyarakat juga. Bolehlah membangun hotel dan car washing, namun jangan mengurangi porsi untuk mahasiswa dan rakyat kecil. Jadi, slogan “Orang miskin dilarang kuliah” itu hanya isapan jempol saja, karena idealnya setiap orang berhak mendapatkan pendidikan.
RENCANA kebijakan kampus UNY yang akan menaikkan Biaya Pengembangan Program (BPP) bagi maba jalur non reguler untuk mahasiswa baru tahun 2012 menimbulkan berbagai polemik serta pro-kontra. Menurut saya kebijakan ini terasa janggal. Jika kita cermati di salah satu surat kabar Yogyakarta yang terbit pa da tanggal 7 Maret kemarin, salah satu pej ab at rekt or at men gat akan bahw a pembangunan UNY Hotel & Training Center, cucian mobil, dan sebagainya ad al ah unt uk men ingkatkan income kampus dan untuk kesejahteraan war ga kampus. Namun jika akhirnya kam pus tetap menaikkan bia ya kuliah, ya sam a saj a boh ong. Leb ih bai k ua ng untuk membangun aset-aset komersil tadi digunakan untuk keperluan yang dapat dirasakan langsung manfaatnya bagi mahasiswa. Termasuk bisa mem bua t bia y a kul ia h menj ad i sem ur ah mungkin. Dan kejanggalan inilah yang menyebabkan aksi demonstrasi di Hall Rektorat kemar in muncul. Kita patut menunggu aksi ataupun gerakan dari saudara-saudara BEM la in yang kemarin belum terlibat dalam aksi. Atau mereka akan tetap diam dan berpangku tangan saja di ruang kerja masing-masing?
Gigih Endra Utama Putra Pendidikan Seni Rupa 2010
Rizki Petronaso Pendidikan Sosiologi 2010
editorial Biaya Pendidikan Semakin Mencekik APA yang selama ini dikhawatirkan akhirnya terjadi juga: jajaran birokrat UNY menaikkan biay a pendidikan ba gi mahasiswa baru 2012. Dalih tidak akan menaikkan biay a SPP sebelum nya hanyalah kamuflase untuk mena ikkan biaya lain yang terinci sebagai Biaya Pengembangan Program (BPP) sebesar Rp 300.000,- bagi maba jalur reguler, dan Rp 600.000,- bagi maba jalur non reguler. Tambahan ini bu kan biaya di awal masuk UNY saja, namun berlaku untuk tiap semester nya. Apapun alasannya, keputusan ini pasti akan semakin membebani tiap lulusan sekolah menengah yang ingin menikmati bangku perkuliahan di UNY. Sungguh ironis mengingat pemerintah sebenarnya akan mem berikan subsidi untuk UNY sebesar 24 milyar rupiah. Lantas apa bedanya UNY yang berstatus Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang bisa seenaknya menaikkan biaya pendidikan, tanpa mempertimbangkan biaya hidup lain yang tiap tahun kian mahal? Pemerin tah baru saja menaikkan harga BBM wahai para birokrat. Tuli atau kurang peka kah Anda dengan larangan Di rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi
2
(Dirjen Dikti) tentang kenaikan biaya pendidikan bagi setiap PTN? Aset-aset UNY yang tegak berdiri dan sudah terlanjur dikomersialisa sikan seharusnya bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan mahasiswa. Kenaikan biaya pendi dikan ini membuktikan para birokrat UNY kurang becus mengelola UNY Hotel & Training Center, UNY Sport Center, Auditorium, GOR UNY dan aset-aset komersil lainnya. Perbaikan manajemen pengelolaan aset-aset ter sebut sudah mendesak untuk dilak sanakan. Jika nantinya pembangunan dan pengelolaan tersebut tetap gagal menekan biaya pendidikan bagi para maba (pada tiap ajaran baru), bongkar saja aset-aset itu dan ganti dengan aset baru yang lebih pro-mahasiswa. Menyikapi aksi di Hall Rektorat UNY pada Kamis (22/03) kemarin, sungguh disayangkan tanggapan rek tor mengenai tuntutan mahasiswa de ngan menolak menandatangani nota kesepakatan mundur bagi beliau jika nantinya biay a pendidikan di UNY tetap naik. Apakah ini sua-tu pemak luman atas kepengecutan seorang rektor yang menghadapi kenyataan bahwa biaya pendidikan sejatinya sudah pasti naik?
Aris Wahyudi Pendidikan Sejarah 2010
sempil + Eh, biaya pendidikan maba taun depan naik lho - Ah biarin, yang penting EXPEDISI tetep gratis!
Pimpinan Proyek Akhmad Muawal H | Sekretaris Neti Mufaiqoh | Bendahara Dwi Handari | Redaktur Pelaksana Ninda Arum R | Redaktur Akhmad Muawal H, Dwi Handari, Najih Shu'udi, Ninda Arum R, Nia Aprilianingsih, Neti Mufaiqoh, Septiadi, Taufik Nurhidayat | Reporter Arif, Bayu, Ebma,Irma,Najih, Rahadian, Yekti, | Redaktur Foto Rahadian Rahmad| Artistik Rahadian Rahmad, Sofwan Makruf | Produksi Irfah Lihifdzi A | Iklan Ayushinta, Hanif, Nia Aprilianingsih | Sirkulasi Septiadi Setia W | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yoyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
edisi II | MARET 2012
sentra
Kenaikan Biaya Pendidikan Resahkan Mahasiswa Rahadian | Expedisi
Mahasiswa baru menjadi korban biaya pendidikan di UNY yang kian membeng kak. Rektor tak sudi berta ruh jabatan demi jaminan biaya turun.
M
ahasiswa baru (maba) tahun 2012 akan membayar biaya pendidikan lebih mahal dari mahasiswa ang katan sebelumnya. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) me larang kenaikan biay a pendidikan bagi setiap Perguruan Tinggi (PTN) karena telah mendapat subsidi dari pemerin tah. Namun pihak birokrasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tetap saja menaikkan biaya pendidikan bagi maha siswa baru 2012. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Subag Keuangan dan Akuntansi, bahwa kenaikan biaya kuli ah bagi maba 2012 dikarenakan adanya tambahan Biaya Pengembangan Program (BPP) yang tidak bisa dipungkiri selalu meningkat. Sukarjo, Kabag Keuangan dan Akuntansi menambahkan, “UNY mendapat subsidi pemerintah sebesar 24 milyar rupiah”. Aset-aset komersil yang dimiliki UNY seperti UNY Hotel & Training Center , GOR UNY, Kol am Ren ang FIK, dan lain sebagainya ternyata tidak mampu untuk menekan biay a pendidik an yang semakin naik sehingga beban kenaikan biay a pendidikan dilimpahkan kepada mahasiswa baru 2012 nanti. Kenaikan biaya pendidikan bagi maba jalur reguler sebesar Rp 300.000,- dan bagi maba jalur non reguler sebesar Rp 600.000,-. Ketika ditemui di ruang ker janya, Sutrisna Wibawa selaku Wakil Rektor II melontarkan kalimat yang dirasa rancu, “SPP tetap tidak naik tapi hanya tarif pendaftaran bagi maba yang berbeda”. Walaupun pihak biro krasi UNY terus berkilah tidak akan menaikkan biay a pendidikan bagi maba 2012, namun kenyataannya tetap akan
MARET 2012 | edisi II
Kamis(22/03), Rektor UNY, Rohmat Wahab beserta jajarannya ; dan Dirjen Dikti, Djoko Santoso memberikan keterangan kepada massa aksi tentang SPP yang (katanya) tidak jadi dinaikkan.
naik. Rincian biaya kuliah minimal yang akan ditanggung oleh maba 2012 bisa dilihat melalui situs PMB UNY. Biaya Tetap Naik Pernyataan pihak birokrasi UNY un tuk tidak menaikkan biaya pendidik an terkesan rancu. Biaya Sumbangan Pendidikan dan Pembangunan (SPP) yang semula Rp 480.000,- berubah men jadi Rp 705.000,- sejak tahun 2004. Un tuk tahun 2012 ini pihak birokrat telah merencanakan akan dinaikkan lagi. Ke naikan yang sangat drastis dijadikan alasan mengingat selama 8 tahun terakhir ini UNY tidak pernah menaikkan biay a operasion al pendidikan. Biaya Pengembangan Program (BPP) yang biasa digunakan praktikum juga mengalami kenaikan. Biaya kegiatan praktik mahasiswa yang semula hanya dibayar sekali sebesar Rp 300.000,- ketika penerimaan mahasiswa baru, kini BPP harus dibayarkan tiap pergantian semes ter dengan nominal yang sama. Selain SPP dan BPP, Sumbangan Pengembangan
Institusi (SPI) juga mengalami kenaik an yang semula Rp.2.000.000,- menjadi Rp.2.500.000,-. Tidak hanya itu saja, kenaikan biaya juga akan direncana kan pada biaya Pembinaan Khusus dan Pengembangan Sarana (PKPS). Beban yang harus dibayarkan mahasiswa baru mengalami peningkatan, yang semula Rp 3.000.000,- menjadi Rp 3.250.000,-. Kenaikan senilai Rp 250.000,- diguna kan untuk biaya penambahan bandwith internet yang lambat. Dana dari PKPS yang harusnya diberikan untuk pengem bangan keorganisasian mahasiswa tidak pernah ditambah. Dana PKPS yang naik seharusnya disalurkan untuk mengem bangkan Ormawa dan UKM pusat Rp 825.000,- cenderung tetap. Pembinaan khusus buku juga cenderung tetap se besar Rp 675.000,-. Biay a PKPS akan digunakan sebagai pengembangan test akademik seperti TOEFL yang biasanya diselenggarakan setelah calon mahasiswa diterima di UNY. Kurangnya suntikan anggaran pe merintah menjadi penyebab bagi pihak 3
sentra
Rahadian | Expedisi
cukup, kan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dana juga”. UNY Hote l & Train ing Cent er, UNY Sport Center, Kopm a, Bengkel FT UNY, GOR UNY dan lainn ya me rup akan as et-a s et pent ing yang bis a menekan biaya pendidikan agar tidak nai k. Sel ai n it u, as et-as et ters eb ut bis a berm anf aa t jug a bag i par a ma has isw a unt uk memp rakt ikkan ilm u perkuliahan yang diperoleh. “Manaje mennya diperbaiki, selain mahasiswa bisa mempraktikkan ilmunya, juga ada keuntungan mater i”, imbuh Bayu.
Kamis(22/03),Massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) menuntut birokrat UNY untuk membatalkan kenaikan SPP bagi mahasiswa baru 2012. birokrasi UNY untuk menaikkan biaya pendidikan kepada mahasiswa. “Tahun ini memang berbeda, APBN untuk uni versitas berkurang 10 % sampai 20 % menjadikan alasan untuk menaikkan SPP, BPP, SPI, dan PKPS”, ungkap Setyo Budi Tarakanita, Kepala Bagian Perencanaan dan Alokasi Anggaran. Lan tas, ia menegaskan bahwa rasionalitas biaya operasional harus riil untuk mem bangun sebuah institusi pendidikan. Pro Kontra Persepsi Mahasiswa Ketika pihak birokrat asyik berdalih mengenai kewajaran kenaikan biaya pendidikan, para mahasiswa resah berta nya-tanya dan menanggapi isu tersebut dengan berbagai reaksi pro-kontra. Muhammad Azis Ali, mahasiswa Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengung kapkan, “Saya setuju SPP naik, tapi soal jumlahnya kurang setuju, terlalu besar naiknya”. Baginya, biaya operasional di segala lini naik, maka pemerintah akan repot jika harus terus mensubsi di. Hal senada juga diungkapkan Irwan Widodo, mahasiswa prodi PKnH yang menyatakan setuju dengan kenaikan biaya tersebut. Berbeda dengan Azis dan Irwan, Ni’mal Karemah mahasiswa jurusan PKnH lainnya berpendapat, “Saya kurang setuju, nanti sama saja dong kayak swasta . Terlebih lagi akan 4
menyulitkan orang ekonomi menengah kebawah untuk mendapatkan pendidik an layak”. Senada dengannya, Cornelius Bayu Astana yang merupakan aktivis salah satu UKM menanggapi, “Sebe narnya enggak perlu dinaikkan, subsidi pemerintah melimpah, apa yang sudah dimiliki harus dikelola dengan baik”. Aset-aset Komersil UNY Mandul Nyat an ya sel am a in i mem ang pih ak UNY ter us men gemb angk an as et-as et kom ers il yan g ad a. Tap i pen gemb anga n as et-as et ters eb ut tak mamp u menc uk upi bia y a op e ras io n al pend id ika n. Sukarjo, Kabag Keuangan dan Akuntansi menj el as kan bahw a UNY ad al ah un iv ers it as yang dib er ik an fleks ib il it as unt uk men gel ol a ap a yang dim il ik i. Mesk i pun Azis dan Irwan set uj u den gan ken ai ka n bia y a pend id ika n, tet ap i mereka men yay angkan pemb an guna n as et-as et kom ers il UNY yang tid ak dip rio r it askan bag i kep ent inga n ma has isw a. Ap al ag i as et-as et ters eb ut gag al men ek an nai kn ya bia y a pen did ika n. “UNY seharusnya bisa mengoptimal kan aset yang disewakan kepada swasta untuk menekan biaya pendidikan,” pa par Irwan. Azis pun berpendapat, “Aset perlu tapi tidak harus dikembangkan seperti sekarang, kayak dulu saja sudah
Memicu Aksi Mahasiswa Pih ak Rekt or at tel ah mel ak ukan sosialisasi “Penjelasan Tentang Unit Cost Biaya Pendidikan” pada Kamis, 15 Maret 2012 lalu di Ruang Sidang Rektorat Lantai II. Sosialisasi tersebut diu mumkan melalui surat undangan kepada jajaran Dekanat seluruh fakul tas dan menghimbau kehadiran BEMKM maupun selur uh BEM Fakultas. Dalam sosialisasi tersebut dijelaskan bahwa biaya pendidikan akan naik bagi maba 2012 berikut penyebabnya. Menanggapi hal ini, pada Kamis (22/03) aksi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) serta BEM-KM UNY menuntut pengka jian ulang Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi (RUU PT), pembatalan kenaikan SPP, dan menolak kenaikan tarif BBM-TDL. Aksi tersebut berlang sung di Hall Rektorat UNY. Saat itu Rochmat Wahab sebagai Rektor UNY tidak mau menjamin untuk mengundurkan diri dari jabatannya bila biaya pendidikan tetap naik. Apalagi ketika ia dan Susilo, perwakilan dari Ditjen Dikti, tidak mau menandatangani nota kesepakatan yang diajukan oleh BEM-KM UNY dihadapan massa aksi, hal tersebut sempat memicu ketegangan diantara massa aksi dengan Rochmat Wahab. Rektor sempat beradu mulut de ngan perwakilan dari mahasiswa karena menyela orasi yang sedang disampaikan oleh demonstran. Aksi tersebut selain diwarnai orasi juga diakhiri dengan aksi teatrikal dari salah seorang aktivis dari Forum Mahasiswa Progesif Revolusioner (FMPR). Sekitar pukul 13.30 WIB, mas sa aksi membubarkan diri karena pihak birokrat sudah tidak mau lagi menang gapi tuntutan mereka. Taufik Nurhidayat Ebma, Najih, Yekti, Irma
edisi II | MARET 2012
polling
Mahasiswa Tolak Kenaikan Biaya Pendidikan
Repro. Sofwan | Expedisi
U
iversitas Negeri Yogyakarta (UNY) n berencana menaikkan biay a pen didikan. Berdasarkan berita yang dimuat di situs pmb.uny.ac.id, biaya pendidikan meningkat untuk mahasiswa baru (maba) 2012. Untuk mengetahui respon maha siswa mengenai rencana tersebut, Tim EXPEDISI mengadakan poling. Metode yang digunakan adalah metode kuanti tatif. Jenis sampling aksidental, yait u memberikan angket secara langsung kepada responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang terdiri atas tiga belas pertanyaan tertutup. Perhitungan pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dengan sam pling error 5 %. Jumlah angket yang disebar ke seluruh fakultas di UNY se banyak 385, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 26. 892. Mengenai rencana kenaikan biaya pendidikan, 68,1 % responden mengeta hui tentang rencana kenaikan tersebut dan sisanya sebanyak 31,9% responden menyatakan tidak tahu. Biaya pendi dikan pada semester satu untuk maba
MARET 2012 | edisi iI
yang masuk melalui jalur SNMPTN di atas delapan juta rupiah, dan untuk sel eks i mand ir i dia t as sep ul uh jut a rupiah. Sedangkan pada semester dua dan seterusnya untuk SNMPTN diatas satu juta rupiah dan Seleksi Mandiri (SM) diatas dua juta rupiah. Sebanyak 32% mahasiswa mengetahui tentang besar nominal kenaikan biaya pendi dikan untuk maba 2012 dan sejumlah 68% mahasiswa tidak mengetahui hal ters eb ut. Seb es ar 55,6% resp ond en setuju dan 31,3% lainnya menyatakan sangat setuju bahwa biaya pendidikan di UNY sudah cukup tinggi, sehing ga tidak perlu adanya kenaikan biaya pendidikan. Sisanya, 9,7% menyatakan tidak setuju dan 3,4% menyatakan sa ngat tidak setuju. Ketika dikonfirmasi mengenai kena ikan biaya pendidikan, pihak rektorat menyatakan bahwa alasan menaikkan biaya pedidikan adalah karena UNY sudah delapan tahun tidak menaikkan biaya pendidikan. Pernyataan tersebut dirasa tidak logis oleh 57,9% responden dan 29,6% lainnya menyatakan sangat setuju bila pernyataan tersebut tidak logis. Sedangkan 7,9% dan 4,7% setuju dengan pernyataan dari rektorat. Jika ingin menaikkan biaya pendidik an, seharusnya pihak rektorat mengim bangin ya dengan peningkatan pelayanan pendidikan beserta segenap fasilitasnya. Sejumlah 71,4% responden sangat setuju dengan per nyataan tersebut, 26% se tuju dan sisanya 1,8% dan 0,8% menolak pernyataan tersebut. Jika pihak rekto rat ingin menaikkan biaya pendidikan, selain meng imb angi n ya den gan pe ningkatan pelayanan dan fasilitas pendidikan, 47,2% dan 18,3% responden me nyatakan bahwa kenaikan tersebut harus mendukung kegiatan mahasiswa. Hal ini mengingat mahasiswa masih kesulitan mencari dana un tuk melaksanakan berbagai kegiatan. UNY mempunyai bisnis
komersil berupa UNY Hotel & Training Center, GOR UNY, serta penyewaan Auditorium UNY untuk berbagai aca ra. Sebanyak 50,4% sangat setuju dan 42,3% setuju dengan pernyataan bahwa seharusnya pihak birokrasi UNY bisa memanfaatkan pemasukan finansial yang ada untuk menekan meningkatnya bia ya pendidikan bagi maba 2012. Sisanya yaitu sebesar 4,2% tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan 3,1% sangat tidak setuju. Memiliki banyak bisnis komersil ti dak membuat UNY meringankan biaya pendidikan. Sebanyak 53,5% responden menyatakan bahwa keuangan UNY masih kurang transparan, 32,3% sangat setuju , sedangkan sisanya 9,8% tidak setuju dan 4,3% sangat tidak setuju. Berd as arkan per at ura n pem er in tah, perg ur ua n tingg i neg er i dil ar ang men ai kkan bia y a pend id ika n. Seb a nyak 59,9% resp ond en men yat akan bahw a ken ai ka n bia y a pend id ika n di UNY tid ak sej al an den gan pera t ura n ters eb ut. Pern yat aa n ters eb ut did u kung ol eh 32,3% resp ond en lai nn ya yang men yat akan san gat set uj u. Res ponden yang menyatakan tidak setuju seb es ar 6,3% dan 1,6% men yat akan san gat tid ak set uj u. Tim EXPEDISI Sofwan | Expedisi
5
persepsi
Kebodohan Skema Subsidi BBM
D
al am Angg ar an Pend ap at an dan Bel anj a Neg ar a (APBN) 2011, as ums i harg a min yak dun ia ad a lah US$ 80 per bar el, sed angk an subs id i Bah an Bakar Min yak (BBM) yang har us dikel ua rkan sek it ar Rp 93 tril iu n. Jika dib ua t hit un gan sed erh a na, ump am akan prem iu m yang harg a subsidinya Rp 4500, maka sebenarnya harga keekonomian (harga tanpa sub sid i) bis a menc ap ai Rp 8000-Rp9000 bahkan leb ih. Jika harg a ekon om in ya ad al ah Rp 9500 maka art in ya kit a ak an mem ak an subs id i set ia p lit er prem iu m se bes ar Rp 5000 / lit er Mari kita refleksikan, jika orang menengah ke baw ah dal am seh ar i rat a-rata mengha biskan bensin satu liter, orang mene ngah ke atas yang pun ya mob il kit a akan mengkonsum si sepuluh liter atau menerima subsidi se kitar Rp 50.000 sehari. Art inya orang menen gah ke atas mengkonsumsi subsidi sepuluh kali dari orang rata-ra ta ke baw ah. Hal in i sungg uh mir is karen a fakt an ya or ang kaya disubsidi lebih banyak na mun seb al ikn ya o rang misk in dit el ant arkan. Mem ang ben ar bahwa jika BBM nai k, maka akan timbul inflasi sehingg a beb an raky at meningkat terut ama masyarakat mis kin. Namun, beban ini bisa diringan kan dengan mengalihkan subsidi BBM yang salah arah tad i ke targ et (or ang misk in) mel al ui Bant ua n Langs ung Tunai (BLT) dalam jangka pendeknya serta dalam jangka panjangnya mem beri pelayanan kesehatan, pendidikan, pembangunan infrastruktur, dan lainlain. Nampaknya, presiden SBY takut untuk menaikkan harga BBM karena takut popularitasnya turun dan sikap nya sel am a in i leb ih mem ent ingkan
6
pencitraan semata. Padahal jika SBY beran i menaikkan harga BBM maka akan banyak subsidi sia-sia yang bisa dihemat. Dengan sosialisasi yang baik, raky at akan memah ami dan toh rak yat kecil juga akan bisa dikompensasi oleh subsidi kepada target. Den gan dic ab utn ya subs id i, pe merintah bisa member ikan k o m p e n s a si raky at kecil yang terb eb ani d e n g a n h a r g a BBM. Ke Repro. Rahadian | Expedisi
b i j a k an jangk a panj angn ya, pem er int ah bis a mel ak u kan pen ingkata n dal am pel ay ana n kes eh ata n grat is, pend id ika n grat is, dan keb ij aka n lai n unt uk mas yar a kat misk in. Selanjutnya, pemerintah jug a bis a memb an gun inf ras trukt ur yang leb ih baik seperti monorel dan subw ay unt uk Jakarta yang mac et dan sumpek. Lebih dari itu juga bisa dibangun infrastruktur lainnya di lu ar Jakarta. Dengan demikian, subsidi sia -sia sel am a set ah un seb en arn ya bis a dig unakan untuk pembangunan yang penting untuk manfaat bertahun -tah un. Bay angkan, Indonesia yang
mem il iki wil ay ah lua s dan panj ang jal an ray a menc ap ai pul uha n rib u kil om et er in i han ya pun ya jal an tol sepanjang kur ang lebih 500 kilome ter. Band ingkan den gan Malaysia, Jepang, AS, dan apalagi China. Me reka pun ya rib ua n bahkan pul uha n rib u kil om et er jal an tol at au jal an sek ua l it as highway. Kond is i in il ah yang menyebabkan Indonesia mem pun yai high cost economy, bel um lag i hamb ata n dar i sis i birok ras i yang penuh kor upsi. Dengan kondisi Jakarta yang di penuhi kemacetan setiap harinya, dapat kita bayangkan berapa ribu bahkan juta liter BBM yang sia-sia terbuang, padahal itu diperoleh dari BBM yang bersubsidi. In i bera rt i BBM yang se mestinya digunakan untuk red ist rib us i pend ap ata n mal ah justru sebal iknya meningkatkan disparitas pendapatan karena salah target terlebih akan ter buang sia-sia dengan kondisi infrastruktur yang ada. Negeri kita ini seolah salah dikelo la orang-orang yang juga salah. Banyak sekali pe mimpin yang tidak jujur dan rakus menghambur kan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. Se benarnya banyak pemimpin yang jujur, hanya saja jujurnya untuk kepentingan diri sendiri dan menyelamatkan diri. Jarang sekali ada pemimpin yang tegas dan berani ambil resiko. Mari kita mulai dari kita sendiri, tidak peduli PNS atau tidak, mari kita bekerja dengan sebaik -baiknya sesuai dengan amanah yang ada. Ayo kita mulai benahi dan tidak lupa juga untuk “bersih-bersih”. Bambang Suprayitno, M.Sc. Staff Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
edisi II | MARET 2012
persepsi
Jauhkan Ego, Adakan Rekonsiliasi
K
epengurusan sepakbola Indonesia sepertitiada henti dirundung ma salah. Dalam kepengurusan kali ini yang diketuai Djohar Arifin Husin, masalahnya hampir sama dengan ke pengurusan sebelumnya, yai t u dua l ism e kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang dianggap ile gal oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Indonesia Premier League (IPL) yang dilegalkan oleh PSSI. Masih teringat jelas dalam ingatan kita, kekalah an timnas Indonesia melawan Bahrain dengan skor 10-0, dan kekalahan pertama dalam Khasanal Bolkiyah Trophy se lama 32 tahun terakhir dengan Brunei Darussalam. Kekalahan timnas di kancah interna sional sepertinya belum bisa menggugah hati nurani PSSI dan Komisi Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI). KPSI pada 18 Maret 2012 lalu menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel Mercure yang menghasilkan keputus an La Nyalla Mattalitti sebagai Ketua Umum PSSI, dan hari itu juga PSSI dengan kongres tahunannya mengha silkan wacana untuk penggabungan kompetisi di bawah satu naungan yait u PSSI. Kedua keputusan tersebut ter
bentuk oposisi biner. PSSI berpendapat bahwa masalah dualisme kompetisi ini bisa diselesaikan dengan mengundang klub yang berada di ISL untuk memba has tentang sistem penggabungan dan sistemnya. Dari KPSI, masalah ini harus diselesaikan dengan mengganti pengurus sekarang, karena PSSI sudah melanggar hasil dari keputusan kongres sebelumnya yang di adakan di Bali dengan memi lih IPL sebagai kompetisi yang legal.
Repro. Rahadian | Expedisi
PSSI dalam kong res di Palangkaraya tanggal 18 Maret lalu sudah menghasilkan wacana yang posi tif, yaitu akan menggabungkan ISL de ngan IPL. Tentunya dengan persyaratan yang sudah ditentukan dalam kongres tahunan lalu. Di pihak lain, KPSI de ngan hasil KLB-nya menetapkan ketua umum PSSI, artinya dengan hasil KPSI tersebut ketua umum menjadi dua yaitu dari PSSI dan KPSI. Dua kubu saling mempunyai argumen untuk menguatkan keputusan yang mereka ambil dimana keduanya saling berlawanan, Disinilah ego dari masing masing pihak harus dike sampingkan dibutuhkan rekonsiliasi dari
pihak PSSI maupun KPSI. Acara rekon silias i sendiri pernah difasilitasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), tetapi dari PSSI tidak mau menghadiri nya karena alasan KONI adalah orang-o rang pendukung KPSI. “Rekonsili asi sangat dibutuhkan dalam kasus ini, sa ling menjauhkan ego masing masing, dan mencoba berdiskusi satu sama lain,” ung kap ketua KONI pusat F.E Hammady yang dikutip dari Media Indonesia Minggu tanggal 11 Maret 2012. Namp akn ya ben ar yang dikatakan ketua KONI tentang perlunya rekonsilias i dan menjauhkan ego masing masing pihak. Yang dibutuh kan disini adalah konsensus bersama untuk memecahkan masalah dualisme kompetisi, bukannya saling menjatuhkan dan membenarkan apa yang dilakukan oleh KPSI dan juga KPSI. PSSI sudah membuka wacana un tuk menggabungkan kompetisi, dimana masalah yang harus diselesaikan tinggal sistem kompetisi dan konsen terhadap pembinaan pemain yang berkualitas de ngan mengadakan kompetisi di tingkat bawah. Sehingga penjaringannya pemain bisa maksimal dan menyeluruh Najih Shu'udi
INFO KAMPUS Upgrading UKMF Al-Islah dan Al-Fatih
Aksi Donor Darah HIMA Pendidikan Geografi
UKM FIS ( Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ilmu So sial ) Al-islah UNY mengad akan kegiatan upgrading yang dipimpin oleh ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FIS Wahyudi Iman Satria. Acara ini berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 10 dan 11 Maret 2012. Kegiatan yang bertempat di Kadi Soka ini dimulai pukul 06.00 pagi berangkat dari UNY. Acara dimulai pukul 09.00 dan dihadiri oleh anggota Al-islah dan Al-fatih. Acara ini ber tujuan untuk memberi motivasi dan pengenalan lanjut kepada anggota Al-islah dan Al-fatih. Ketua panitia Wahyudi Imam Satria berkata dalam sambutannya, “Disini bukan tempat orang-orang yang baik tetapi disinilah tempat orang-orang yang ingin berus aha menjadi orang yang lebih baik".
Hima Pendidikan Geografi (HMPG) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) bekerja sama dengan PMI Yogyakarta mengad akan aksi donor darah pada hari Jumat 16 Maret 2012 lalu yang bertajuk “You’ll Never Lost What You Give”. “Acara ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kepedulian mahasiswa FIS dan khususnya pendidikan Geog rafi terhadap sesama,” jelas Anggoro Buana ketua panitia penyelenggara aksi donor darah. Acara yang bertempat di sekretariat HMPG ini dimulai pukul 13.00–16.00 dan dihadiri oleh 48 peserta yang mayoritas adalah mahasiswa FIS UNY. Setelah diadakan berbagai tes kesehatan, akhirnya dari 48 peserta yang layak mendonorkan darah hanya 18 orang. Aksi tersebut berhasil mengumpulkan sebanyak 19 kantung darah.
Dwi Handari
Neti Mufaiqoh
MARET 2012 | edisi Ii
7
tepi
Bersimbah Peluh Demi Tempat Parkir Aktivitas perkuliahan yang melelahkan sepatutnya tidak lagi diricuhi dengan perkara se pele soal sulitnya mencari area kosong untuk parkir. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang mendesak bagi birokrat dan masalah yang tak kunjung berkesudahan bagi mahasiswa.
S
Mahasiswa berambut cepak tersebut bernama Erbi Bunyanuddin. “Susah banget cari tempat parkir di sini. Pada hal saya sudah berangkat lebih pagi lho dari jadwal kuliah. Inginnya parkiran masih selo, ternyata malah sudah penuh sesak,” keluh mahasiswa FIP jurusan Pendidikan Luar Biasa 2011 tersebut. Area parkir FIP terbagi atas dua area, sisi timur untuk parkir dosen dan staf, sedangkan sisi barat untuk parkir ma hasiswa. Kondisi area parkir yang cu kup luas tersebut seharusnya mampu menampung kendaraan mahasiswa dan dosen. Namun, area parkir FIP tampak penuh sesak dan tidak cukup menam pung kendaraan mahasiswa, hingga ba nyak mahasiswa tidak mendapat tempat parkir yang leluasa.
Ninda | Expedisi
uatu Senin siang yang terik di pelataran parkir Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), seorang maha siswa berambut cepak menuntun sepeda motornya perlahan. Kepalanya celinguk an kesana-kemari mencari area parkir yang masih kosong. Peluh mengalir menuruni jidatnya sementara banyak mahasiswa lain lalu lalang di sekitar nya. Tiba-tiba, jaket yang disampirkan di bahunya jatuh tersungkur ke tanah karena tersenggol mahasiswa lain yang juga sedang berusaha memarkirkan mo tornya. Di penghujung area parkir dekat jalan masuk ke bangunan utama FIP, ada sedikit tempat kosong yang muat untuk satu sepeda motor. Dengan napas lega, dia memarkirkan sepeda motornya lalu bergegas memungut jaketnya yang jatuh ke tanah tadi.
Senin (19/03), Terbatasnya tempat parkir di pascasarjana membuat mahasiswa pasca memarkirkan kendaraannya di FIP. Seperti yang terlihat di foto, tempat tersebut adalah salah satu parkiran FIP yang sering ditempati oleh mahasiswa pascasarjana.
8
Pasca Sarjana Numpang Parkir Erbi tidak sendirian. Tidak jauh da rinya, ada seorang mahasiswi lain yang tampak kesulitan mengeluarkan sepeda motornya dari area parkir. Parkiran yang seharusnya hanya terisi oleh satu baris sepeda motor itu tampak penuh dijejali barisan sepeda motor lain dibelakang nya. Hal ini tentu menyulitkan jika ada sepeda motor yang akan keluar pada barisan terdepan. Diaz, mahasiswa ju rusan Kebijakan Pendidikan 2007 yang kesulitan mengeluarkan sepeda motor nya tersebut mengungkapkan, “Kalau masih pagi sekitar jam 7 gitu, parkir annya masih lowong. Tapi sekitar jam 9 keatas, sudah penuh sesak dan sulit sekali jika ingin keluar.” Pernyataan Diaz ini diamini oleh Kiki Dian Lestari ma hasiswa jurusan Bimbingan Konseling 2009. Kiki mengeluhkan dirinya kerap kali kesulitan jika ingin mengeluarkan sepeda motornya. “Namanya perempu an apalagi bila sedang pakai rok pasti sulit dong kalau mau ngeluarin motor. Belum lagi jalur keluar masuk motor itu sempit dan banyak mahasiswa lain lalu lalang,” tuturnya. Sumpeknya lahan parkir FIP sete lah ditengarai ternyata disebabkan oleh banyaknya mahasiswa Program Pasca Sarjana yang numpang parkir di area parkir FIP. Ketika hal ini dikonfirmasi ke Dekan FIP Haryanto, beliau bertutur bahwa kebijakan mengenai lahan parkir FIP dan siapa yang berhak menggunakan nya memang belum ada. Namun, beliau menegaskan bahwa dalam rapat koor dinasi pimpinan dengan Pasca Sarjana, mahasiswa Pasca Sarjana harus parkir di area parkirnya sendiri dan tidak me nyerobot area parkir FIP. “Hal ini sudah pernah dibahas dalam rapat koordinasi lalu, saya sendiri pun tahu sampai saat ini masih banyak mahasiswa Pasca Sarjana yang ngeyel tetap parkir di FIP.” Seperti yang telah lama kita ketahui, edisi II | MARET 2012
tepi
Jalan Kaki Saja ke Kampus Haryanto menuturkan, seharusnya pihak birokrat memang cepat tanggap akan masalah lahan parkir yang me nurutnya tidak hanya terjadi di FIP, namun juga nyaris di semua fakultas. Namun menurutnya, pihak birokrat FIP tidak bisa bergerak sendiri tanpa bantu MARET 2012 | edisi iI
an pihak rektorat. “Pihak birokrat FIP pun perlu bekerjasama dengan pihak rektorat terkait penanganan masalah ini. Namun sampai saat ini memang kami belum menetapkan kebijakan ter kait soal apakah ini parkiranku (FIP) dan ini parkiranmu (Pasca Sarjana)”. Lebih jauh lagi Haryanto mengharap kan mahasiswa juga ikut memberikan solusi dengan kesadaran berjalan kaki ke kampus atau berboncengan 2 in 1 agar jumlah motor yang parkir di FIP tidak membengkak. “Coba saja dili hat, kalau mereka kosnya di daerah Samirono atau Karangmalang, kan bisa jalan kaki saja ke kampus. Lebih sehat dan secara tidak langsung turut membantu mengurangi penuhnya lahan parkir khususnya di FIP ini,” bebernya. Hal ini menjadi semacam pengalihan solusi mengin gat banyak mahasiswa yang mobilitasnya tinggi. Sehabis kuli ah mereka mempunyai banyak aktivitas lain semisal organisasi, diskusi kelom pok, kerja paruh waktu, dan aktivitas di tempat lain yang menuntut kebutuhan akomodasi dan keef isiensian waktu. Hal ini juga dirasakan oleh Erbi yang rumahnya berlokasi cukup jauh da ri kampus yakni di daerah Godean. “Saya ikut salah satu UKM di tingkat universitas dan ke rap kali saya harus mobile karena mengurusi berbagai program kerja yang ada di UKM tersebut. Bisa diba yangkan bila pukul 1 saya harus mengantarkan surat ke Jalan Kaliurang sementa ra pukul setengah 1 saya bar u sel es ai kul iah. Motor akan sangat vit al diperl ukan. Itulah kenapa sa
ya naik motor ke kampus, ya karena memang tuntutan mobilitas,” pung kasnya panjang lebar. Menanti Solusi yang Tak Pasti Erbi, Kiki, dan Diaz hanyalah seke lumit contoh mahasiswa FIP yang kerap kali kesulitan ketika berur usan soal par kir di fakultasnya sendiri. Mereka yang setiap harinya harus bergelut dengan urusan perkuliahan yang melelahkan masih harus berjibaku dengan urusan remeh temeh semisal lahan parkir. Se harusnya sebagai mahasiswa, mereka berhak mendapat fasilitas dan sarana prasarana yang memuaskan dari pihak kampus. Hal-hal semacam tumpang tin dihnya lahan parkir ini tidak sepatutnya terjadi andaikata pihak birokrat serius menanggapi masalah ini dan segera me realisasikan tindakan lapangan yang nyata sebagai solusi dari masalah lahan parkir yang tidak berkesudahan ini. Nasib Febrika dan Titis pun tak jauh berbeda. Mereka yang notabene dicap sebagai penyerobot area parkir FIP sebenarnya tidak sepenuhnya salah atas hal ini. Ba gaimanapun, mereka tidak akan parkir di tempat yang tidak seharusnya jika ada solusi dan kebijakan tegas dari bi rokrat terkait area parkir yang menjadi hak mereka. Andaikata perkara area parkir ini segera diatasi, tentu tidak akan ada lagi cerita tentang Erbi yang susah payah berpeluh demi memarkirkan motor kesayangan nya atau Febrika yang terpaksa menyerobot area parkir FIP untuk memarkir kendaraannya. Ninda Arum Rizky Ratnasari Arif, Bayu, Rahadian
Ninda | Expedisi
mahasiswa Program Pasca Sarjana tidak memiliki lahan parkir yang memadai untuk kendaraannya. Banyak kendaraan yang diparkir di sepanjang tepi trotoar ja lan depan gedung Program Sarjana lama, padahal disitu sudah jelas terpampang papan perin gatan dilarang parkir. Seja tinya mahasiswa Program Pasca Sarjana sudah disediakan area parkir yang ter letak di basement gedung Program Pasca Sarjana baru disisi selatan gedung lama. Menurut penuturan penjaga parkir base ment Hahan Santoso, tempat parkir di basement kurang memadai karena me mang tidak diperuntukkan secara khusus bagi mahasiswa pasca. “Semua orang bisa saja parkir disitu meski sejatinya itu disediakan untuk mahasiswa Pasca Sarjana. Karena tidak ada kebijakan khu susnya semua akhirnya bisa parkir disitu. Mahasiswa yang tidak kebagian parkir di basement memilih parkir di FIP atau disepanjang jalan trotoar itu,” ungkapnya lebih lanjut. Hal senada juga disampaikan oleh mahasiswa Pasca Sarjana bernama Febrika dari jurusan Pendidikan IPA, “Parkiran basement ndak mencukupi dan sering kali sudah penuh ketika saya akan parkir disana. Terpaksanya ya lari ke FIP, mau bagaimana lagi. Ketimbang parkir di pinggir jalan,” paparnya. Selain Febrika, ada juga keluhan senada dari Titis mahasiswa Pasca Sarjana jurusan Ilmu Keolahragaan. Dia berujar, dirinya pun sering parkir di FIP karena sem pitnya area basement yang sekiranya digunakan untuk parkir mahasiswa Pasca Sarjana. “Saya berharap disana diberi space khusus untuk kami mahasiswa Pasca. Tidak enak sekali rasanya harus ribet memikirkan tempat parkir yang aman dan nyaman,” sambungnya lagi. Menanggapi keluhan ini, Hahan me nuturkan bahwa hal ini sering terjadi mengingat tidak adanya kebijakan te gas soal siapa saja yang boleh parkir di basement dan siapa yang tidak. “Dosen dan petinggi Pasca Sarjana maup un pe jabat rektorat juga banyak yang parkir disini. Kebanyakan mereka kan bawa mobil, jadi memakan banyak tempat. Mahasiswa ya otomatis hanya kebagian sedikit,” pungkasnya.
9
resensi
Doc. Istimewa
Kebijakan Pendidikan yang Tak Bijak
Judul: Manipulasi Kebijakan Pendidikan Penulis: Darmaningtyas dan Edi Subkhan Penerbit: Resist Book Diterbitkan: Januari 2012 Jumlah halaman: 312 + xiv halaman
P
endidikan adalah salah satu aspek terpenting dalam sebuah negara. Ketika pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), sebagai pembuat kebijakan dapat membuat sebuah kebijakan yang benar-benar bisa memajukan pendidik an di Indonesia maka visi “Indonesia Cerdas” pun akan terwujud. Namun, ketika Mendikbud mengelu arkan kebijakan dan program yang kon troversial dan hanya menghambur-ham burkan anggaran, maka dunia pendidikan Indonesia akan tetap sama suramnya seperti saat ini. Evaluasi dan kritik dari berbagai pihak pun terus mengalir baik dari kalangan guru, mahasiswa, dan para pemerhati kebijakan pendidikan. Beberapa diantara pemerhati pen did ika n Indonesia ters eb ut ad al ah
10
Darmaningtyas dan Edi Subkhan. Darmaningtyas telah menulis berbagai buku yang berisi kritikan terhadap kebijakan pemerintah dan dunia pendidikan Indonesia yang memp rih at ink an. Contoh bukunya adalah Pendidikan Pada dan Paska Krisis (1999), Pendidikan yang Memiskinkan (2004), Pendidikan Rusak-rusakan, dan Tirani Kapital Dalam Pendidikan, dan Menolak UU BHP (2009). Edi Subkhan pun sering menulis artikel dan jurnal yang beris i tentang peni laiannya terhadap berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Ia bersama dengan Darmaningtyas per nah terlibat dalam penulisan beberapa buku, yaitu Tirani Kapital Dalam Pendidikan, Menolak UU BHP (2009) dan Manipulasi Kebijakan Pendidikan (2012). Buku terbaru mereka yang terbit bu lan Januari lalu berjudul Manipulasi Kebijakan Pendidikan. Buku ini berisi evaluasi terhadap kebijakan yang berkai tan dengan pendidikan dan diberlakukan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla sam pai saat ini ketika kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Das ar ev al ua si mer ek a ad a lah Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Pendidkan Nasional 2005-2009 dan 2010-2014. Renstra adalah dokumen resmi yang menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pendidikan. Buku ini berisi programprogram pemerintah yang tertulis dalam Renstra tahun 2005-2009 dan 2010-2014. Penilaian mereka pun disertai dengan argumen dan bukti nyata berupa data tabel maupun kutipan dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Kebijakan dalam Renstra yang mereka evaluasi antara lain tentang Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional/ Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI/ SBI), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Ujian Nasional (UN), Kurikulum Pendidikan yang Berlaku, Anggaran Pendidikan, dan buku pelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain penilaian dan argumen penulis, dalam buku ini juga terdapat contoh penyimpangan yang banyak terjadi di lapangan. Dibuktikan dengan data berupa tabel dan kutipan pernyataan yang diambil dari berbagai media cetak ataupun elektronik. Penyimpangan yang terjadi ini membuktikan bahwa kebijakankebijakan tersebut belum diterapkan dan bahkan tidak sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam Renstra. Contohnya adalah kontroversi kebijakan BOS. BOS digunakan untuk menyukseskan program Wajib Belajar Sembilan Tahun untuk membuka akses pendidikan berkualitas pada jenjang pendidikan dasar bagi anak-anak yang tak mampu dan putus sekolah. Namun, ternyata dana itu berasal dari utang luar negeri yang jumlahnya tak sedikit. Di tiap akhir bab, penulis juga memberikan tawaran solusi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh Mendikbud sebagai pihak yang membuat kebijakan. Solusi yang ditawarkan pun berasal dari pengamatan langsung dan fakta yang terjadi di lapangan karena pihak yang secara langsung merasakannya tak lain adalah siswa dan para praktisi pendidikan. Kelemahan dari buku ini di antaranya adalah penyebutan kata Depdiknas padahal lembaga tersebut telah berganti nama menjadi Mendikbud. Selain itu di tiap akhir bab tidak disebutkan siapa yang telah menulisnya apakah Darmaningtyas ataukah Edi. Namun, seperti yang telah disebutkan, kelebihan dan manfaat buku ini jauh lebih banyak dan membuat pembaca lebih kritis dalam menanggapi kebijakan-kebijakan pemerintah baik di bidang pendidikan maupun di bidang lain. Nia Aprilianingsih
edisi II | MARET 2012
wacana
Memuja Fisik Mengikis Inner Beauty
P
erempuan yang mempersoalkan kecantikan akan selalu bergulat dengan segala tetek bengek yang bersifat fisik. Nampaknya, anggapan ten tang inner beauty semakin tidak relevan di zaman modern ini yang mempermudah perempuan mana saja memanjakan dan memermak fisik mereka agar memenuhi standar kecantikan yang telah dibuat oleh media. Ya, citra-citra ideal yang terusmenerus dikonstruksi dan ditanamkan serta disosialisasikan lewat dan oleh me dia perlahan tapi pasti berubah menjadi standar budaya mengenai kecantikan komersial yang mengendap dalam kesa daran banyak perempuan modern abad ini (Idi Subandi Ibrahim: 2011). Fen om en a di Indonesia saa t in i menunjukkan bahwa ada suatu stan dar kecantikan baru yang tumbuh dan berkembang: kecantikan wanita Asia Timur yang diwakili oleh kecantikan perempuan Korea. Drama-drama Korea yang membuat penonton remaja sampai ibu-ibu betah berlama-lama di depan televisi, tren girlband dengan fashion dan musik berbau Korea, semuanya menamp ilkan bag aim ana wuj ud ke cantikan ala Korea lewat para pemain dan anggota girlband. Tapi, tahukah anda bahwa kesem purnaan wajah dan fisik sebagian be sar artis Korea tersebut adalah palsu? Sudah bukan rahasia lagi bahwa demi mendapatkan bentuk wajah yang dii nginkan, para artis Korea melakukan operasi plastik pada beberapa bagian wajahnya. Tidak mengherankan Korea menempati peringkat pertama negara dengan operasi plastik terbanyak yang dilakukan oleh para artisnya. Sebut saja artis perempuan semisal Jeon Ji Hun,
MARET 2012 | edisi Ii
Repro. Sofwan Expedisi
Park Si Yeon, atau Song Hye Kyo si cantik pemeran Han Jie Eun di serial drama Full House. Beberapa anggota girlband SNSD seperti Kim Taeyeon dan Yoona juga mengakuinya. Fenomena ini merupakan hal yang lumrah mengingat status mereka seba gai publik figur menuntut sebuah citra baik di kalangan masyarakat sebagai konsumen. Ketika konstruksi citra ke cantikan ideal telah sukses dibangun oleh media (hidung mancung, kulit pu tih, tubuh langsing), para artis yang memiliki banyak keuntungan materi dari pekerjaannya tentu dengan mudah memermak tubuh mereka lewat operasi plastik. Kecantikan komersil ala Korea perlahan-lahan menjadi standar kecan tikan yang mengendap dalam benak ba nyak perempuan di Indonesia. Walaupun tidak seekstrem operasi plastik, demam Korea yang sedang melanda dunia musik, pertelevisian dan fashion di Indonesia cukup membuktikan hal tersebut. Fenomena tersebut sejalan dengan pemikiran post-strukturalis Prancis Jean Baudrillard dalam bukunya The Consumer Society: Myths and Structures (1998) bahwa tubuh muncul sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menjual komoditas dan jasa sekaligus
sebagai suatu objek yang dengan sendi rinya dikonsumsi. Agar bisa digunakan sebagai objek untuk menjual pelbagai hal, tubuh harus direka-ulang oleh pe miliknya dan dilihat secara narsistik ketimbang secara fungsional. Par a art is Korea ters eb ut tent u tid ak terl al u mem us ingkan perkar a fungs io n al tub uh mereka yang akan berubah setelah operasi plastik sukses dil aks an akan. Yang mereka pik irkan adalah bagaimana caranya agar tetap laris di ranah industri hiburan dengan bersikap sen arsis mungkin lewat ke sempurnaan fisik mereka. Adapun efek samping bisa diatasi dengan operasi ser ta per awatan selanjutnya. Begitulah cara para publik figur me muja tubuh mereka untuk bisa bertahan hidup. Kalau dicermati lebih lanjut, se benarnya terdapat krisis identitas yang mereka alami selama bekerja dalam cara hidup seperti itu. Identitas orisinal seba gai penegasan jati diri tiap-tiap subjek semakin luntur karena sekarang penca rian kebahagiaan utamanya bukan bero rientasi pada jiwa, melainkan pada fisik. Inner beauty sebagai kecantikan yang khas pada diri masing-masing perempuan semakin kehilangan substansinya. Jadi, munafik sekali bila girlband se macam Cherrybelle di lagu “Beautiful” bersenandung “Kamu cantik, cantik, dari hatimu…”, dimana mereka sendi ri tidak yakin akan inner beauty yang mereka miliki dengan harus berdandan, berperilaku, dan cantik ala Korea ketika berlenggak-lenggok menjual tampang dan fisik mereka di panggung industri hiburan Indonesia. Akhmad Muawal Hasan
11
eksprespedia
Kopi Luwak, Kopi Unik dari Indonesia
D
unia mengakui bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi berkualitas. Kopi dengan ber bagai varian semisal robusta, arabika, kopi Lampung, kopi Toraja, dan yang paling banyak digemari yaitu kopi luwak. Dalam sejarah kopi di Indonesia, pada era Tanam Paksa atau Cultuurstelsel pa da tahun 1830-1870, Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi. Akan tetapi, pekerja pribumi penasaran untuk mencicipi minuman kopi. Kemudian mereka menemukan bahwa ada sejenis musang (luwak) yang gemar memakan buah kopi. Mereka melihat pada kotor an luwak terdapat biji kopi yang tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipungut, diolah, dan dise duh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi luwak ini akhirnya diketahui oleh warga Belanda pemilik perkebunan dan lalu menjadi favorit mereka.
12
Sejak dahulu kopi luwak sudah me nempati posisi teratas dalam pemasaran, baik dilihat dari sisi rasa maupun harga. Hanya saja, karena dulu kualitas produk belum terjaga secara kontinu, harganya tidak bisa dinaikkan lebih tinggi lagi. Penyebab utamanya adalah karena ko pi luwak 100% masih tergantung pada alam. Seiring dengan maraknya penebang an hutan dan perburuan liar, luwak kehi langan ekosistemnya dan sulit berkem bang biak sehingga produksi kopi luwak
pun makin berkurang. Maka, jangan heran jika harga kopi luwak semakin mahal dan eks klusif. Saat ini pembuatan kopi luwak dilakukan dengan cara memelihara hewan luwak dida lam kandang khusus. Cara ini sebenarnya tidak banyak mem bantu meningkatkan produksi karena luwak yang dipelihara tetap berasal dari penangkapan luwak dari alam liar. Penangkar an luwak saat ini belum bisa dilakukan karena luwak adalah hewan liar yang mudah stress jika dikandangkan dan sulit untuk mendapatkan pasangan yang cocok untuk kawin. Selain itu, meme lihara luwak juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal inilah yang me nyebabkan mengapa kopi luwak menjadi sangat unik dan berharga mahal. Septiadi Setia W diikutip dari berbagai sumber
edisi II | MARET 2012