EXPEDISI EDISI III JANUARI 2012
MEMBANGUN
Portal Benar-Benar Membatasi
B U D AYA
KRITIS
surat pembaca Kemewahan Gedung FIK dan Perawatan Fasilitas GEDUNG Olahraga (GOR), Stadion, Kolam Renang UNY dan bangunan De kanat yang baru, itu semua merupakan bangunan mewah yang selalu dirawat dan dimiliki oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Semua itu merupakan daya tarik tersendiri, untuk menarik mahasiswa baru (maba) di FIK. Namun, hampir empat bulan, semester awal kegiatan kuliah, maba dibingungkan dengan fasilitas yang kurang memadai. Keluhan serupa juga datang dari dosen. Faktanya, keadaan lapangan di sebelah utara stadion bola sangat memprihatinkan, perlengkapan olahraga dan keadaan ruang kelas minim, sampai kritik unik dari pihak dosen. Apakah bangunan-bangunan yang mewah itu cukup menutupi kekurangan tersebut.Hal yang diharapkan adalah tinda kan tegas dan tanggung jawab dari petinggi,
sebagai jawaban yang kami nanti. Arifin Ika Nugroho PJKR 2010
Luasnya Hotel Sempitnya Ruang Kelas SAYA sering mendengar keluhan-keluhan dari teman-temanmahasiswa FE, menge nai ruangan kelas eks FBS yang hanya berkapasitas 30 tetapi diisi dengan 55 mahasiswa. Teman-teman mahasiswa yang harus mencari kursi dan memin dahkannya, karena jumlah kursi tidak mencukupi. Bahkan Bapak/Ibu dosen kadang rela berbagi meja dengan maha siswa yang tidak memperoleh tempat ka rena kelas terlalu penuh hingga menutupi pintu kelas. Kami bukannya iri dengan fakultas yang lain, tapi kami iri dengan pembangun an Hotel UNY, yang seperti nya lebih diut amakan dibandingkan kelas kami. Apalagi, proses pembangunannya
editorial Portal, Penjara Aktivitas Mahasiswa PORTAL sedianya akan mulai bero perasi dengan rentang waktu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. Pengop erasian portal dida hului dengan sistem uji coba yang diberlakukan di tiga titik. Diantara nya Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Matematika dan Ilmu Peng etahuan Alam (FMIPA), dan gerbang depan rektorat. Hal ini disampaikan oleh Prawoto, S.E., staf bagian Umum Hukum Tata Laksana dan Perleng kapan (UHTP). Tetapi anehnya, uji coba tidak berjalan secara maksimal. Buktinya tidak ada petugas yang ber jaga. Prawoto menjelaskan alasan ketiadaan petugas karena mereka se dang berteduh dan mencari rambu tan. Apa-apaan ini? Berarti petugas tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Padahal, mereka sudah dibayar untuk itu. Lain halnya dengan Gunawan Ariyantapa, ST., Kepala Bagian UHTP, yang menyatakan hal berbeda. Dia me nyampaikan bahwa portal akan dibuka pada jam sebelum kuliah, yakni pukul 7 dan maksimal tutup pada pukul 22.00. Hal itu secara tidak langsung akan menjadi petaka bagi organisa si mahasiswa (ormawa). Bagaima na tidak, dengan waktu yang sudah
2
ditentukan, hanya akan membuat mahasiswa harus memilih. Pertama, terperangkap di dalam kampus, bagi yang sudah di dalam. Kedua, tidak bisa masuk kampus, bagi mereka yang di luar. Apabila mahasiswa memilih opsi yang pertama, sudah pasti pihak kampus akan mencak-mencak, karena berlakunya jam malam. Menangga pi opsi yang kedua, Gunawan dan Prawoto menyatakan bahwa di atas jam 10, portal di gerbang depan akan diserahkan pada satpam dan akan te tap beroperasi selama 24 jam, semen tara portal yang lain ditutup. Dengan kata lain ormawa masih tetap bisa berjalan. Lalu, bagaimana dengan jam malam? Hal ini tentu membingungkan sebagian besar aktivis ormawa. Kemudian, masih mengac u pada pernyataan Prawoto yang mengung kapkan, apabila uji coba portal depan berhasil maka yang lainnya juga harus berhasil. Prawoto juga menambahkan pernyataan jika portal gagal maka ada kemungkinan untuk dicopot. Apabila melihat fakta, dimana tampak antrean panjang sepeda motor, sebaiknya por tal dilepas saja. Apakah pihak birokrat hendak menyulap UNY jadi ibukota negara yang kedua? Yakni Jakarta. Redaksi
cukup mengganggu dengan suara-suara bisingya. Jika melihat perbandingannya antara gedung Hotel UNY dengan ruang kelas kami, terbesit pertanyaan “UNY lembaga pendidikan atau Badan Usaha?” Kami akan sangat berterimakasih apabila hak kami didahulukan. Iftihatin Jannah Pendidikan Akuntansi 2009
Balkon FIS vs Ruang Kelas SAYA adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) atau yang dulu dikenal dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Dari pembangunamnpembangunan yang terjadi muncul dampak. Baik pembangunan di FE maupun FIS. Saya melihat sesuatu yang cukup menarik pada pembangunan di FIS, yakni renovasi balkon. Pada gedung dekanat terdapat balkon yang sebelumnya kecil, kini menjadi luas. Jika dipandang sekilas, sekarang ini wajah FIS dan FE bisa dibilang kembar. Hal yang disayangkan ialah mengapa balkon FIS yang semula baik-baik saja direnovasi. Padahal, sudah tentu perenovasian itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Daripada untuk repot-repot merenovasi balkon FIS, ada baiknya dana lebih dialokasikan untuk menambah ruang kelas baru, karena sejak saya masih semester I hingga sekarang, masih saja masalah kekurangan ruang kelas terjadi. Ironis bukan, jika gedung dekanat begitu tampak megah, namun hak-hak mahasiswa untuk mendapatkan fasilitas yang memadai belum juga terpenuhi. Abid Rosadi Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, 2007
sempil + Pak. kok nggak ada petugas yang jaga portal? - Oh, petugas saya lagi berteduh cari rambutan. Pimpinan Proyek Dwiningsih Afriati | Sekretaris Maria M.R. Fernandez | Bendahara Triana Sari Fadhilah | Redaktur Pelaksana Yulinda R Yoshoawini | Redaktur Aan, Ade, Dwi, Lynda, Ody, Ratih, Suly, Yulinda | Reporter Ade, Dwi, Lynda, Maulida, Ody, Ratih, Rohaji, Sari, Suly, Yulinda | Redaktur Foto Maulida M. Nugroho | Artistik Rohhaji Nugroho, Irawan S. Adhi | Produksi Irawan S. Adhi | Iklan Ferlynda Putri S. | Sirkulasi Sulyanti | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yoyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
edisi IiI | januari 2012
sentra
PORTAL, BUI RUANG GERAK MAHASISWA Pelaksanan portal diragukan jika tetap berlangsung. Keberadaannya bukan lagi menjadi sistem keamanan, namun menjadi pembatasan ruang gerak mahasiswa.
Portal Membatasi Ruang Gerak Mahasiswa Prawoto menjelaskan bahwa dalam kontrak sudah disepakati bahwa portal buka jam 6 pagi sampai jam 6 malam. “Ini ada 2 shift, dibagi dua, shift pertama jam 6-12, shift kedua jam 12-18. Kalau di depan itu tiga shift, nah yang terakhir itu sampai jam 10 malam, kalau 24 jam itu belum bayar, tapi mungkin itu untuk tahun depan. Nanti lebih dari jam 10 di serahkan ke satpam,” jelas Prawoto. Pemberlakuan waktu portal antara jam 6 pagi sampai jam 6 sore, menuai penolakan dari pihak Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). “Kalau dibuka dari jam 6-18 sama rata di fakultas, itu tidak pas. Karena di FBS, kepentingannya usai magrib sampai jam 11 malam, jadi mungkin khusus FBS, harus disesuaikan dengan kegiatan mahasiswa,” ungkap Drs. Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd., Wakil Dekan III FBS tahun 2010. Penentuan waktu portal beropera si dirasa telah membatasi ruang gerak januari 2012 | edisi iii
Ade | Expedisi
P
ada tahun 2012, portal di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) akan beroperasi. Prawoto, S.E., staf bagian Umum Hukum Tata Laksana dan Perlengkapan (UHPT) menjelaskan bahwa sistem portal beroperasi jam 6 pagi sampai jam 6 malam. Kebijakan tersebut menimbulkan keresahan bagi mahasiswa. “Rekan-rekan saya merasa resah andai kata jam kerja portal yang dari jam 6 pagi sampai jam 6 malam diberlakukan. Hal tersebut akan sangat membatasi kegiatan kita. Bagaimana Himpunan Mahasiswa (Hima) kita ke depannya kalau jam kegiatan di kampus hanya pada saat kuliah?” ungkap Rizal Izmi, mahasiswa Pendidikan Sejarah 2009, sekaligus aktivis di Fakultas Ilmu Sosial (FIS).
Jumat (06/01), dua pengendara motor bebas dari sistem portal karena portal tidak beroperasi.
mahasiswa, seperti halnya Rizal yang mengiyakan pernyataan tersebut. “Ke banyakan mahasiswa kan menggunakan motor untuk transportasi mereka seha ri-hari. Kupikir portal menjadi klimaks dari adanya pembatasan terhadap ke giat an mahasiswa. Sebelumnya sudah ada tindakan yang diindikasikan untuk membatasi kegiatan mahasiswa, seperti pintu gerbang sebelah timur FIS ditutup. Pintu antara Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan rektorat juga sering digembok. Sekarang dengan adanya portal akan se makin membatasi,” tambah Rizal. Portal yang dianggap membatasi ru ang gerak mahasiswa akan mendapat perlakuan khusus dari pihak universitas. Seperti yang diungkapkan Ajat, “Itu kan sesuatu yang naif kalau kegiatan-kegiatan mahasiswa dihambat, pihak universitas juga tidak mungkin diam saja, pasti cari solusi.” Tanpa tindakan yang belum tampak, keberadaan portal dirasa mengkhawa tirkan bagi mahasiswa. “Yang paling
dikhawatirkan adalah saat kita tengah melakukan kegiatan-kegiatan yang pen ting, yang harus dikejar di malam ha ri, tapi malah tak terlaksana gara-gara portal. Kasihan juga kan Hima kita ke depannya kalau portal benar-benar mem batasi, bagaimana perkembangannya? Menurut saya, keberadaaan portal ini memungkinkan adanya penerapan jam malam juga,” ungkap Rizal. Dari kekhawatiran tersebut, Prawoto menjelaskan bahwa portal di gerbang depan rektorat sampai jam 10, selan jutnya penjagaan portal dilimpahkan pada satpam. Dengan demikian, maha siswa dapat berkegiat an di kampus lewat gerbang depan rektorat. Namun, harus dengan alasan yang realistis. “Kalau mau pacaran, ya tidak boleh,” tambah Prawoto. Segala bentuk kebijakan di universi tas dapat dibicarakan baik-baik. Seperti yang diungkapkan oleh Herwin bahwa mahasiswa tidak perlu takut karena ma hasiswa bisa dialog, diskusi baik-baik 3
sentra
Keputusan Lanjut atau Bongkar Portal akan tetap beroperasi pada tahu 2012 dengan pertimbangan dari pimpinan, sekalipun dengan uji coba seadanya. "Keputusannya itu kebijakan dari pimpinan-pimpinan," ungkap Prawoto. Fakultas yang terkait dengan portal adalah pelaksana selanjutnya dari teknis portal itu sendiri, maka dekan dari fakultas yang terkait turut andil memutuskan. “Kalau mau bangun portal, ada keputusan bersama dari dekan,” tambah Prawoto. Lain halnya dengan Dekan FIS yang mengaku tidak ada sosialisasi dari pihak birokrat. “Sampai hari ini tidak ada pembicaraan mengenai hal itu, dan prakteknya seperti apa juga tidak tahu persis,” ungkap Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag., Dekan FIS. Untuk kelanjutan portal ini, Ajat mengaku tidak mengetahui karena tidak ada pembicaraan sebelumnya. “Saya kurang tahu. Nanti kalau saya ngomong menimbulkan kesalahpahaman karena memang belum ada pembicaraan mau seperti apa,” lanjut Ajat. Terdapat kemungkinan bahwa uji coba portal akan gagal. Prawoto menjelaskan bahwa jika uji coba tidak berhasil, maka portal dicopot. Namun, kecil kemungkinannya hal itu terjadi.
“Lihat saja besok, UNY macet, mirip Jakarta,” tegas Ari.
Sementara dari segi biaya, pembangunan empat portal menghabiskan dana jutaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). “Pendanaan portal dari DIPA, menelan biaya sekitar 700-750 juta, untuk empat portal,” tambah Prawoto. Pembuatan portal menunjukkan ketidaktepatan dalam mengalokasikan dana, padahal ada yang lebih membutuhkan dana. “Dari banyak teman-teman mahasiswa banyak mengeluh, membuang biaya yang tidak ada gunanya, mungkin dibuat alat-alat laboratorium saja, kan masih kekurangan,” ungkap Bagus Sadewa, aktivis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA). Walaupun banyak menelan dana, Ari 4
berpendapat bahwa portal dicopot saja, kampus tidak tepat untuk dibangun portal karena tidak strategis. Pembangunan portal dirasa hanya kebutuhan proyek. “Lihat saja besok, UNY macet, mirip Jakarta,” tegas Ari. Uji Coba Portal Tak Maksimal Pihak birokrat menyebutkan bahwa uji coba portal berlangsung satu bulan, kemudian berhenti karena ada rencana baru. “Ada rencana baru, rencananya ada jalan pemisah antar motor dan mobil,” terang Gunawan Ariyantapa, ST., Kepala Bagian UHPT. Lebih lanjut Gunawan menegaskan bahwa rencana tersebut masih dipertimbangkan pada uji coba portal saat ini. Beberapa rencana tersebut menampakkan kemiripan dengan kampus tetangga. Seperti yang diungkapkan Akhmad Kurniawan, m a h a s i s w a J u r u s a n Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum,”Portal di UNY hanya ikut-ikutan kampus lain.
Hingga 2012, portal belum ada kejelasan kapan beroperasi dan masih menjalani uji coba. Seperti yang diungkapkan oleh Gunawan, “Akan dilanjut lagi bulan Februari, namun masih menunggu konsultasi dari pihak kontraktor maupun keputusan dari PR 2.” Salah satu tolok ukur keberhasilan portal adalah uji coba yang hanya di laksanakan di gerbang depan rektorat. “Sudah dilaksanakan di gerbang depan rektorat. Kalau depan berhasil, yang lainnya juga berhasil,” ungkap Prawoto. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak ada uji coba yang dilak sanakan di gerbang depan rektorat. “Ya, penjaganya berteduh di audito rium, ambil rambutan,” jelas Prawoto menganggapi hal tersebut. Keberadaan portal tidak menun jukkan kesungguhan beroperasi. “Dari pengamatanku ini, keberadaan portal hanya seperti ogah-ogahan. Tidak ada petugas yang mengop erasikannya. La ma-lama kalau memang tidak diop era sikan, peralatan di dalamnya bisa rusak atau hilang,” ungkap Rizal. Sementara, Gunawan menambahkan tolak ukur keberhasilan portal adalah ketika kendaraan berjalan lancar, semuanya lancar, dan juga perihal keamanannya. Namun, uji coba portal dirasa tidak lancar. “Bikin antrean panjang dan bikin macet,” ungkap Akhmad.
Hambatan Saat Uji Coba Ada beberapa kendala yang menjadi
Maulida | Expedisi
hingga ada penyelesaian yang lebih baik. “Masih bisa, kita bukan robot,” Herwin menegaskan.
Rabu (11/01) Gunawan Ariyantapa, S.T., staff UHTP saat ditemui di ruangannya
alasan uji coba portal pada NovemberDesember 2011 tidak maksimal. “Uji cobanya belum selesai. Ternyata banyak hambatan, seperti gelombangnya tidak bisa cepat memprogram karena gelom bangnya lurus tak bergelombang seper ti radio,” ungkap Gunawan. Prawoto menambahkan kendala terletak pada Wifi yang tidak bisa tersambung karena terhalang gedung pascasarjana. Secara sistem, portal belum siap diuji cobakan pada bulan November-Desember 2011. Seperti yang diungkapkan Ajat , “Barangkali, ada kendala teknis yang belum siap. Jadi, tidak bisa dipaksakan. Kalau semua belum siap, ya, masa mau dipaksa?” Hal tersebut mendapat sorotan dari Istihani, mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa, yang menyebutkan bahwa portal tidak efektif dalam mendeteksi kendaraan yang keluar masuk kampus, karena yang namanya sistem sensor portal seperti itu bisa saja terjadi kerusakan. “Pakai Kartu Identitas Kendaraan (KIK) saja, portal canggih kurang efektif,” tambah Istiani. Kecanggihan tersebut tidak dibarengi dengan kegunaan yang lain. Namun malah menimbulkan kemacetan. Seperti yang diungkapkan Istihani bahwa portal tidak memberi kenyamanan karena membuat kemacetan. Apalagi pada saat datang terlambat ke kampus, harus mengantre, dan semakin membuat terlambat. Ade Rakhma Novita Sari Dwi, Ody, Ratih, Yulinda
edisi iii | januari 2012
polling
Portal Mengekang Kebebasan Organisasi Mahasiswa Portal Membatasi Ruang Gerak Mahasiswa
Rohhaji | Expedisi
Portal Dibatalkan
Rohhaji | Expedisi
P
ortal sudah mulai beroperasi. Sis tem pengoperasian portal didahului dengan sistem uji coba. Pengopera sian portal sedianya akan dilaksanakan pada pukul 06.00-18.00 WIB. Hal ini disampaikan oleh Prawoto, S.E., staf bagian Umum Hukum Tata Laksana dan Perlengkapan (UHTP). Pemberla kuan jam ini dikhawatirkan berdampak pada kelangsungan kegiatan organisa si mahasiswa (ormawa). Rizal, aktivis Hima Pendidikan Sejarah mengutarakan kekhawatiran dengan jam pengoperasi an portal.
januari 2012 | edisi IIi
Untuk mengetahui respon mahasiswa mengenai portal di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Tim EXPEDISI mengadakan polling. Metode yang di gunakan adalah metode kuantitatif. Jenis sampling aksidental, yaitu memberikan angket langsung kepada responden. Tek nik pengumpulan data menggunakan angket, yang terdiri dari tujuh pertanyaan tertutup dan 3 pertanyaan terbuka. Perhitungan pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dengan sampel eror 5%. Penyebaran angket di lakukan di 1 sun yang mencakup 4 fa kultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dan Fakultas Ekonomi (FE). Jumlah angket yang disebar seba nyak 389. Prosedur uji coba portal dimulai dengan menekan tombol, selanjutnya akan memperoleh karcis yang keluar dari mesin. Karcis itulah yang akan digunakan mahasiswa untuk keluar dari kampus. Namun, sistem uji coba tidak berjalan secara maksimal. Sebanyak 46,3% maha siswa menyatakan setuju membenarkan pernyataan tersebut. Uji coba portal yang diharapkan berhasil, malah menimbulkan dampak yang tentu saja membuat mahasiswa tidak merasa nyaman. Ketidaknyama
nan ini dirasakan oleh mahasiswa yang menyampaikan suaranya sebesar 78,1%. Salah satu bentuk ketidaknyamanan ma hasiswa adalah kemacetan. Bagaimana tidak dengan sistem kerja yang demikian, membuat motor harus berbaris mengu lar untuk antre memencet tombol dan mengambil karcis secara bergantian. Sebanyak 41,1% suara setuju portal membuat macet. Hal ini diperkuat de ngan suara sebesar 36,5% yang menya takan sangat setuju. Selain itu adanya portal, salah sa tunya ditujukan untuk menjamin ken daraan mahasiswa. Sebanyak 34,7% meragukan hal tersebut. Minimnya so sialisasi sistem kerja portal, ditunjukkan dengan pendapat mahasiswa sebanyak 41,4% yang menyatakan setuju. Semen tara keef ektifan portal dalam mendeteksi kendaraan yang keluar masuk kampus, juga memperoleh tanggapan dari maha siswa. Suara mahasiswa sebesar 61,7% berpendapat tidak efektif. Pemberlakuan jam portal yang akan dilakukan antara jam 06.00-18.00, me nuai respon dari sejumlah mahasiswa. Sebanyak 5,4% mahasiswa sangat setuju dengan jam portal, 27,2% setuju, 22,1% ragu-ragu. Sementara 28,0% menyata kan tidak setuju dengan penerapan jam portal tersebut, sedangkan 16,5% meng ungkapkan sangat tidak setuju. Sebesar 0,8% tidak menjawab. Pemberlakuan tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembata san ruang gerak mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh, 4,4% menyatakan sangat tidak setuju, 15,4% tidak setu ju, 17,0% ragu-ragu. Sementara 24,9% mahasiswa menyatakan sangat setuju dan 38,3% berpendapat setuju, portal membatasi ruang gerak mahasiswa. Prawoto menyampaikan, jika uji coba tidak berhasil, ada kemungkinan portal dicopot. Berkaitan dengan pembatalan portal tersebut, sebesar 5,9% mahasiswa berpendapat sangat tidak setuju, 15,2% tidak setuju, dan 31,1% menyatakan ragu-ragu. Mahasiswa yang menyata kan sangat setuju sebanyak 26,0% dan 21,1% setuju portal dibatalkan, sisanya 0,8% tidak menjawab. Tim EXPEDISI
5
persepsi
Sosialisasi dan Transparansi KKN/PPL
K
uliah Kerja Nyata (KKN)/Prak tik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan salah satu mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, sebagai prasyarat kelulusan untuk tingkat Strata 1 dan diharapkan dapat menjadi penga laman awal bagi para mahasiswa, dalam berkegiatan atau berkecimpung di dunia pekerjaan yang sesuai dengan jurusan/ program studinya masing-masing. Selain itu juga sebagai bekal untuk terjun di masyarakat luas. KKN/PPL ditujukan kepada mahasiswa semester enam yang telah menempuh mata kuliah sebanyak 110 SKS. Untuk dapat mendaftar dan melaksanakan KKN/PPL, mahasiswa tersebut sudah menyelesaikan ma ta kuliah minimal 90 SKS. Selain itu syarat lain yang harus dipenu hi adalah menempuh mata kuliah Micro Teaching bagi mahasiswa program pendidikan. Sementara untuk lembaga yang mengurusi persoalan KKN/PPL sendiri, UNY memiliki Unit Program Pengalaman Lapangan (UPPL) yang memberikan kebijakan-kebijakan kaitannya dengan kegiatan KKN/PPL. Mekanisme dari pendaftaran KKN/ PPL, dengan telah memenuhi syarat akademis seperti yang telah dituliskan di atas, mahasiswa calon peserta KKN/ PPL membayar biaya KKN/PPL di bank yang telah ditunjuk oleh pihak universi tas. Selanjutnya mahasiswa mendaftar di website sikap.uny.ac.id, setelah itu memasukkan nomor PIN yang tercetak di slip pembayaran KKN/PPL, untuk kemudian memilih lokasi penempatan (lembaga pendidikan (sekolah dan pra sekolah) ataupun instansi pemerintah). Masing-masing lokasi memiliki kuota ter tentu dan sistem yang digunakan adalah “siapa cepat dia dapat.” Sistem ini telah berlaku sejak tahun 2010-2011. Banyak perubahan kebijakan yang diputuskan oleh pihak UPPL UNY, patut kita soroti bersama. Pertama, menge nai sistem penempatan lokasi (sekolah) yang terkesan tidak adil. Tidak adanya transparansi dari pihak UPPL tentang penempatan lokasi, memicu anggapan bahwa pihak UPPL kurang memfasilitasi mahasiswa dengan baik. Dalam memilih lokasi pun para mahasiswa juga meng 6
komunikasi-kan dengan pihak Dosen Pembimbing Lapangan. Hal tersebut sama sekali tidak berguna karena pem berlakuan sistem di atas. Kemampuan ekonomi juga berperan penting, kare na siapa yang memiliki uang akan bisa mendaftar lebih cepat dan bisa memilih lokasi (sekolah/lembaga) yang diminati/ sesuai keinginan. Kedua, adalah biaya yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke ta hun. Tahun 2009-2010 biaya KKN/ PPL se kitar Rp
200.000,00. Lalu tahun 2010-2011 naik menjadi Rp 300.000,00. Kemudian ta hun ini biaya untuk mendaftar KKN/ PPL melonjak menjadi Rp 400.000,00. Sementara bagi kawan-kawan mahasis wa, kerjasama pihak universitas dengan pemerintah kabupaten suatu daerah di kenakan biaya sebesar Rp 600.000,00. Hal seperti ini sempat dikeluhkan salah satu kawan bernama Topan (mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah), dari ker jasama UNY dengan Pemerintah Kabu paten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Transparansi mengenai pemakaian uang tersebut juga tidak diberikan oleh pihak UPPL. Mahasiswa hanya menge tahui realisasi dari uang tersebut berupa sebuah tas (yang kualitasnya kurang bagus) dan perlengkapan PPL mahasis wa yang hanya diberi peralatan seperti spidol, gunting, dan sebagainya. Ketiga, mengenai jangka waktu KKN/ PPL akan berlangsung, hingga saat ini
saya pribadi belum tahu pasti berapa lama KKN/PPL yang harus kami laksa nakan. Apakah delapan puluh hari atau selama enam bulan (satu semester)? Mahasiswa masih dibingungkan oleh kebijakan yang belum mencapai final ini. Apa sebenarnya yang menyibuk kan UPPL, sehingga hal yang mengenai jangka waktu pelaksanaan KKN/PPL sampai sekarang belum juga diputuskan. Pertanyaan selanjutnya dari diri saya pribadi, mengapa tidak ada sosialisasi yang transparan dari pihak universitas dan atau UPPL mengenai jangka waktu KKN/PPL? Sebagai informasi saja bahwa sebenarnya ada KKN (bukan KKN/PPL), yang dilaksanakan selama enam bulan yang disebut KKN mandiri. Minimnya sosialisasi dan transpa ransi, memunculkan stigma-stigma negatif dari kalangan mahasiswa. Seperti dalam mekanisme yang per tama, secara finansial menguntung kan pihak UPPL dan universitas, karena tidak semua mahasiswa yang mendaftar KKN/PPL (otomatis su dah membayar) kemudian lulus micro teaching. Dimana, bila mahasiswa yang tidak lulus micro teaching, tidak bisa mengikuti KKN/PPL). Satu lagi, syarat peserta KKN/PPL bagi mahasiswi yang hamil adalah usia kandungan maksimal tiga bulan saat pemberangkatan. Pada hal jarak antara pembayaran dengan pelaksanaan adalah tujuh bulan, waktu yang cukup untuk hamil lebih dari usia kandungan tiga bulan. Apakah akan ada pengembalian uang pendaftaran bagi mahasiswa yang gagal mengikuti KKN/PPL? Saya mencoba memberi solusi, bahwa para mahasiswalah yang nantinya akan melaksanakan KKN/PPL tersebut. Jadi, apa salahnya jika sosialisasi infor_ma-si diad akan secara continue kepada maha siswa? Tidak ada ruginya juga jika kita (Mahasiswa dan pihak univer-si-tas/ UPPL) duduk bersama, berdiskusi dan saling terbuka dalam memutuskan problema KKN/PPL ini, dengan harapan bahwa keputusan tidak hanya berasal dari satu pihak saja dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Octavian Galih Pambuko Pendidikan Sejarah 2009
edisi IiI | januari 2012
persepsi
Pentingnya Persatuan dan Kebersamaan dalam Berorganisasi
P
ersatuan dan kesatuan memang pen ting untuk dipertahankan. Apala gi bila kita berada di dalam suatu organisasi atau komunitas seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Persatuan dan kesatuan akan menimbulkan kekom pakan antar warga organisasi. Meskipun berbeda dalam segi keterampilan dan tujuan, tetapi dengan bersatu organisasi menjadi kokoh. Seperti pepatah mengatakan, “Tak kenal, maka tak sayang”. Saling menge nal satu sama lain antar individu dalam organisasi merupakan salah satu cara untuk memperkokoh persatuan dan ke satuan. Karena dengan saling mengenal satu sama lain, secara tidak langsung kekompakan juga akan terwujud. Dengan demikian, perselisihan-perselisihan antar warga organisasi dengan warga organi sasi lain atau dan antar organisasi tidak akan terjadi. Sebagai satu contoh, saat saya sebagai salah satu warga Unit Kegiat an Mahasis wa (UKM) sedang duduk di depan Stu dent Center, ada salah satu warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lain yang lewat didepan saya. Dia hanya berlalu begitu saja tanpa ada satu kata sapaan kepada saya. Bagaimana bisa bersatu bahkan bekerja sama apabila antar warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tidak saling mengenal satu sama lain.
Repro. Rohhaji | Expedisi
Contoh lain saat UKM EXPO berlang sung terjadi perselisihan kecil di akhir acara, antara salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan panitia pe nyelenggara UKM EXPO. Bersamaan de ngan itu, ada kericuhan yang ditimbulkan oleh seseorang yang bukan warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sedangkan warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang lain justru hanya menyaksikan ke ributan tersebut tanpa melakukan suatu hal apapun, seperti melerai. Alangkah baiknya apabila antar semua warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bekerjasa ma dengan panitia penyelenggara UKM EXPO untuk menyelesaikan masalah yang telah mengganggu acara mereka. Padahal mereka semua adalah warga Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang seha rusnya saling tolong menolong. Contoh kecil diatas membuktikan bahwa belum ada persatuan dan kesatu an yang kuat antar warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Apabila di dalam organisasi tidak ada rasa persatuan dan kesatuan, kekompakan pun tidak akan pernah terwujud. Selama persatuan dan kesatuan belum terwujud, pasti dapat memungkinkan timbul perselisihan-per selisihan lain antar warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hal ini menjadi sa saran empuk bagi musuh-musuh yang ingin merobohkan organisasi tersebut, karena hal itulah yang menjadi salah satu kelemahan UKM. Dengan kokohnya persatuan dan ke satuan di dalam berorganisasi, kerjasama antar warga organisasi pun akan mudah terjalin. Kerjasama yang harmonis dan suasana yang akrab akan terbentuk de ngan sendirinya, baik kerjasama untuk kepentingan organisasi internal maupun organisasi eksternal. Selain itu, tidak ada salahnya saling membantu dalam me mecahkan masalah organisasi maupun masalah pribadi. Dengan demikian, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menjadi kesatuan yang kokoh dan saling berto leransi. Hal itu akan menjadi kekuatan bagi organisasi itu sendiri. Aan Zaenul Romli
INFO KAMPUS Pertunjukan Akhir Tahun Ala Kamasetra
Pimpinan Baru Hima PBSI
RABU (30/11), UKM Keluarga Mahasiswa Seni Tradisi (Kamasetra) UNY, menampilkan sendratari bertemakan “Ramayana ; Lako Sintha Ilang”, dimeriahkan dengan “Roko Rogo ‘N Roll” kolaborasi musik Rock ‘N Roll dengan alunan dan tari Reog Ponorogo. Hal ini sebagai sebuah perwujudan karya, dimana kepedulian pemuda dan pemudi Indonesia terhadap seni semakin berkurang. Acara yang digelar dalam rangka pentas akhir kepengu rusan dan pelantikan warga baru ini berlangsung sejak pukul 17.00-22.45 WIB . Bertempat di Stage Tari Tedjokusumo, Faklutas Bahasa dan Seni (FBS). Ide penggarapan bertujuan menarik kembali minat terhadap seni tradisi dengan cara memasukkannya ke dalam seni modern. Seperti yang diungkap kan seorang penonton, Desta Putra, “Keren, meriah juga per tunjukannya, luar bias a untuk teman-teman Kamasetra”.
KETUA dan Wakil Ketua Hima Pendidikan Sastra dan Ba hasa Indonesia (PBSI) period e 2012-2013 telah terpilih. Diawali dengan pemaparan visi dan misi pada Selasa (10/1) di Pendopo PKM FBS, dilanjutkan dengan pemilihan lang sung yang dilaksanakan pada Rabu (11/1) di Gedung C.15 FBS. Pemungutan suara juga dilakukan di ruang-ruangkelas perkuliahan sebagai upaya jemput bola untuk memaksimalkan jumlah suara pemilih mahasiswa PBSI. Pasangan calon nomor 1 Fajar Setiawan dan Agung Widianarko melenggang menjadi pemenang pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Hima PBSI setelah unggul 11 suara atas Jalu Anugrah-Ade Rahma Novitasari sebagai pasangan calon nomor 2 yang hanya mendapat 109 suara, setelah dilakukan proses penghitungan suara di Laboraturium Karawitan FBS pada hari Rabu (11/1) malam.
Ody
Ody
januari 2012 | edisi iII
7
tepi
Jurnal Elektronik, Minim Sosialisasi Bermacam warna tampak menghiasi layar, seperti pelangi menyapu langit. Kelap-kelip yang sesekali singgah di monitor, seperti taburan bintang di angkasa.
Minim Sosialisasi UNY telah lama berlangganan jurnal, akan tetapi jumlah pengunjung layanan tersebut, belum mengalami kenaikan yang berarti. Hal yang kerap kali menjadi masalah adalah sosialisasi, yang ternyata tidak sampai kepada mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Saliman, M.Pd, dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bahwa selama ini belum ada ins truksi dari pusat kalau jurnal tersebut bisa digunakan untuk mahasiswa. “Terus terang selama ini Proquest dan yang la innya itu digunakan untuk kepentingan bapak ibu dosen, karena itu juga pakai password,” kata Pria kelahiran . Hal seirama juga diungkapkan juga oleh Adam Alhadi, mahasiswa Mana 8
jemen Pendidikan 2007, “Tidak tahu, dosen tidak ada yang kasih tahu. Pada hal penting untuk mempermudah, tapi tidak dikasih tahu. Dari UNY dan dosen kurang sosialisasi.” Ketika dikonf irm as ikan kep ad a Sukarjono, ia mengatakan bahwa pihak nya telah sosialisasi password lewat milis UNY tiap awal bulan. Ia membenarkan bahwa password memang selalu diganti tiap bulan. Tujuannya, untuk menekan angka penyalahgunaan supaya orang yang tidak berhak tak ikut mengakses. Menurutnya, sosialisasi sudah ia sam paikan kepada setiap dekanat, setiap jurusan atau program pendidikan. Harapannya, pihak-pihak tersebut menyampaikan kepada para dosen dan para mahasiswa. Namun, apa daya ingin memeluk gunung tapi tangan tak sampai. Itulah ungkapan yang tepat untuk jurnal elektronik di UNY
kemungkinan apapun bisa saja terjadi. Seperti nasib jurnal Proquest, yang ju ga sempat mengalami kemacetan dalam pembayaran. Ridwan menambahkan bah wa UNY telah mendapat peringatan dari pihak perwakilan Proquest di Jakarta, sekitar bulan April. Tapi masa tenggang habis, UNY belum juga mengangsur. “Da ri bulan November-Desember itu belum bayar, padahal bulan Juli itu seharusnya sudah bayar dan bayarnya itu per Juli,” ujar Ridwan. “Tanyakan saja ke Wakil Rektor II,” saran Ridwan ketika ditanya ala san kenapa belum dib ay ar. Leb ih lanjut Ridwan mengungkapkan bahwa anggaran untuk pembaya ran biaya lang ganan Proquest, juga belum dia lokasikan dalam Ranc anga n
Angsuran Sempat Macet Sebagai pelanggan, kewajiban yang sudah pasti harus dipenuhi ada lah membayar biaya langga nan. Jurnal Proquest dan ASME inilah yang men jadi tanggungan tiap tahun UNY. Jurnaljurnaldari Amerika mem il ik i harg a yang tidak mu rah. “Kalau yang proquest dan lain-lainnyaitu 300 juta per tahun. Kalau Asme sendi ri di bawah 100 juta,” u n g k a p Ridwan, Staff Penga daan UNY. B u k a n n o m i n al yang kecil Sukarjono, S.Sos, Ketua Perpustakaan UNY m e m a n g ,
edisi IiI | januari 2011
Maulida | Expedisi
U
ntuk membukanya, ada kata sandi tertentu yang digunakan. Setelah berhasil memasukkan password, kita akan disambut dengan tampilan war na biru muda yang kelihatan benderang. Itulah jurnal Proquest, yang merupakan salah satu jurnal elektronik yang diman faatkan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). UNY sudah berlangganan jurnal elektronik selama tujuh tahun, akan te tapi tingkat pengunjung jurnal elektronik belum signifikan. Berlangganan jurnal melalui dunia maya sudah dijalankan Universitas Ne geri Yogyakarta (UNY) sejak tahun 2004. “Tujuannya adalah untuk memberikan akses bagi seluruh civitas akademika,” kata Sukarjono, ketua Unit Pelayanan Teknis (UPT). Ada beberapa jurnal elek tronik yang dimanfaatkan UNY, dianta ranya, Proquest, Gale, Asme, dan Ebsco. Menurut Sukarjono, keempat jurnal itu memang dimanfaatkan UNY sebagai re ferensi, namun UNY tidak berlangganan semuanya. “Awalnya langganan Proquest bidang kependidikan pada tahun 2004. Lalu beberapa tahun berjalan bertambah di bidang sains, humaniora. Sementara Gale dan Ebsco itu bukan UNY yang berlangganan tapi Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). Termasuk Proquest selain tiga bidang tadi,” tutur Sukarjono.
Kegiatan dan Program Tahunan (RKPT) 2011. “Lah, anggarannya aja belum di alokasikan, kita ser t a merta belum mengadakan, kalau sekarang jadwalnya membayar tapi dananya nggak ada ya gimana,” katanya. Dalam pengadaan apapun, semua nya harus melalui tangan rektorat. Baik dalam hal pembangunan maupun pe ngadaan barang termasuk jurnal elektro nik. Sukarjono mengungkapkan bahwa UPT sendiri tidak pernah membeli apa pun. Jadi, segala sesuatu yang menjadi kebutuhan UPT dius ulkan kepada pihak rektorat untuk ditindak lanjuti. Entah nantinya disetujui untuk diad akan atau pun tidak, semua itu tergantung dari pihak rektorat. Begitu pula mengenai hal pengadaan dan pembayarannya. UPT tidak memiliki kewenangan ataupun kewajiban untuk mengurusi. Hanya sa ja, informasi dari penyedia jasa terkait dengan jurnal elektronik itu melalui UPT, yang kemudian dilanjutkan ke rektorat. Jadi tidak mengherankan kalau kemace tan ini menjadi tanggung jawab bagian penganggaran. Begitulah keterangan yang didapat dari Ridwan. “Apabila periode habis, maka penye dia jasa mengabari pihak kami (UPTred). Lalu, kami memberitahukan ke pihak rektorat untuk kemudian ditindak lanjuti. Langganan pertahun, saat perio de habis biasanya masih ada toleransi,” ungkap Sukarjono. Pria berkumis ini menambahkan bahwa hubungan kerja sama ini tidak semudah itu diputus kan, karena sudah berjalan dari tahun 2004. “Bukan waktu yang singkat un tuk kerjasama dan begitu saja putus.” Sukarjono menambahkan bahwa UNY telah menindaklanjuti peringatan dari pihak vendor. Sekarang ini website ber latar belakang warna biru muda itu bisa diakses kembali.
Maulida | Expedisi
tepi
Rabu (11/01)Mahasiswa terlihat tidak peduli terhadap banner proquest yang dipasang di UPT UNY
tidak boleh dibiarkan hal seperti itu.” Senada dengan Sukarjono, Sofyan juga mengungkapkan bahwa jurnal elek tronik memang lebih unggul dibanding jurnal cetak. “Pertama, murah. Kedua, merupakan koleksi sedunia. Tidak re pot. Kalau print out kita harus mengi rim menggunakan pesawat. Sementara kalau ngutip di internet dibatasi,” ujar Sofyan. Selain itu, ada lagi alasan terkait de ngan biaya. Sukarjono mengungkapkan, “Dulu cetak 100 juta cuma dapat 11 judul jurnal yang rata-ratasekitar empat no mor dalam 1 volume dalam 1 tahun. Jadi, misalnya isinya 1 judul itu 4 eksemplar. Kalau misalnya 11 ya dikalikan 4 jadi 44 eksemplar. Sekarang, dengan harga yang sama, kita bisa berlangganan 700 lebih Jurnal Elektronik pilihan tepat jurnal internasional.” Jurnal elektronik pun tak luput dari Sebelum berlangganan jurnal elektro nik, UNY sempat membeli jurnal-jurnal cela ataupun kendala. Apalagi jurnalcetak. Hal itu disebabkan karena status jurnalitu sudah bertaraf internasional. UNY sebagai lembaga pemerintahan. Kendala untuk user yang paling utama Di mana, prinsip pengadministrasian adalah dari segi bahasa. Hampir semua nya yaitu ada barang ada uang. Namun, bahasa yang digunakan dari awal mem karya ilmiah jurnal cetak sendiri dinilai buka website sampai ke link-link lainnya, tidak relevan dengan kebutuhan refe menggunakan bahasa asing. Seperti yang rensi UNY. Pasalnya, jurnal-jurnalcetak dikatakan oleh Sofyan bahwa bahasa itu diterbitkan dari karya-karya ilmiah -bahasa di Proquest, Gale dan Ebsco tahun sebelumnya. Hal itu bersambung biasanya adalah Inggris, Portugal, dan dengan penjelasan Sukarjono, “Salah Soviet. Bahasa dan sosialisasi, kedua faktor satu kelebihan jurnal itu kan karena kebaharuannya. Tapi kalau beli jurnal inilah yang membuat perjalanan jurnallama, itu tanda tanya besar, harusnya jurnal elektronik di UNY tidak mengala NOVEMBER 2012 | edisi IiI
mi peningkatan yang signifikan. Padahal, jurnal elektronik dinilai penting. Citra Kusuma Putri, mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) 2010, mengung kapkan bahwa jurnal itu penting karena membantu memberi banyak referensi. “Penting sih, soalnya dari jurnal itu kan banyak nyari-nyaribuat referensi tugas dan lain-lain. Semisal kita nyari dalam buku-buku kayak gitu bakal susah dan makan waktu lama. Belum lagi kebera daannya yang belum pasti ada,” ungkap gadis berkerudung itu. Ketika ditanya tahu atau tidak kalau UNY memiliki sistem layanan jurnal seperti itu, Citra menyatakan tidak tahu. Malang sekali nasib jurnal-jurnalini. Dianggap penting, tapi banyak pihak yang tidak tahu. Sujarwo, M.Or., dosen Fakul tas Ilmu Keolahragaan) mengungkapkan bahwa dirinya tahu tapi belum pernah membuka. “Tahu tapi belum pernah buka karena itu ada passwordnya. Password itu hanya berhenti pada ketua jurusan atau sekjur (sekertaris jurusan). Tidak disampaikan ke dosen,” kata Sujarwo. Sebagai dosen FIK, ia memperkirakan bahwa kemungkinan dosen yang me ngetahui adanya jurnal elektronik ha nya 40%. “Sebenarnya Proquest (jurnal elektronik -red) menambah wawasan dari luar seperti apa. Tapi, ya lagi-lagi ada kodenya,” tambah Sujarwo. Dwiningsih Afriati Ratih, Sari, Ody, Hoho, Linda, Lida, Suli
9
resensi
Suhu Fotografi Jurnalistik Indonesia
Doc. Istimewa
Judul: Fotobiografi Kartono Ryadi Pendobrak Fotografi Jurnalistik Indonesia Modern Penulis: Atok Sugiarto Pe n e r b i t : P T Ko m p a s M e d i a Nusantara Diterbitkan: September 2011 Jumlah halaman: 212 halaman
F
oto jurnalistik adalah bagian dari dunia jurnalistik yang menggunakan bahasa visual, untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dan tetap terikat kode etik jurnalistik. Demikian M. Zarqoni Maksum, seorang pewarta foto Antara, merumuskan pengertian fotografi jurnalistik. Keberadaan foto sebagai karya jurnalistik tidak semudah dan secepat karya tulisan. Butuh waktu yang sangat panjang untuk merubah predikat “pelengkap�, yang selama ini melekat pada karya foto jurnalistik. Nama pelopor fotografi Jurnalistik seperti Umbas dan Mendur bersaudara berlalu begitu saja, tanpa mampu menikmati kesetaraan karya-karyanya dengan karya tulisan dalam jurnalistik Indonesia. Namun siapa sangka, fotografi jurnalistik kini tak lagi sebagai bahan pelengkap untuk memenuhi kebutuhuan informasi masyarakat Indonesia. Profesi sebagai wartawan foto pun telah setara 10
dengan wartawan tulis. Nama mereka dimuat di kredit foto. Wartawan foto menjadi pemilik atas karyanya sendiri. Kartono Ryadi adalah salah satu wartawan foto Kompas yang dengan setia menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan lewat karya foto jurnalistiknya. Alhasil, ia pun menikmati saat-saat dimana karya foto mampu berdiri sejajar dengan karya tulisan. Berbagai penghargaan fotografi bergengsi diraihnya. Mulai dari World Press Photo Holland (19741978) sampai berkali-kali memenangkan Hadiah Adinegoro yang menjadi impian wartawan Indonesia. Predikat Suhu Fotografi Jurnalistik Indonesia pun didapatkannya dari banyak pelaku jurnalistik negeri ini. Kesuksesan KR (inisial dalam kredit foto kompas) mengangkat predikat fotografi jurnalistik Indonesia, terangkum dalam Fotobiografi Kartono Ryadi: Pendobrak Fotografi Jurnalistik Indonesia Modern. Buku setebal 212 halaman ini ditulis oleh Atok Sugiarto, seorang wartawan foto yang selalu menjadikan KR sebagai panutan dalam menjalankan profesinya. Dalam buku ini dipaparkan kehidupan KR, dimulai dari tempat asalnya Pekalongan Jawa Tengah dan latar belakang keluarganya. Seperti warga Tionghoa kebanyakan, KR sedari kecil telah diarahkan ayahnya, untuk menguasai ilmu dagang praktis melalui usaha berdagang dan membantu ayahnya menjadi agen surat kabar. Meski akrab dengan surat kabar, KR tak pernah bercita-cita menjadi seorang jurnalis. Pun tidak menjadi pedagang. Namun, ia berhasrat menjadi marinir dengan mengikuti tes di Surabaya selepas SMA. Lantaran masalah medis pada lututnya, impian itu harus dikubur KR. Kegagalannya itulah yang mengantarkan KR ke Jakarta, mendalami ilmu Sinematografi di Universitas Jayabaya, lalu jatuh cinta pada dunia fotografi hingga akhir hayatnya. Pemaparan KR dikumpulkan Atok dari pendapat orang-orang terdekat KR seperti keluarga, sahabat dan rekan-rekan kerjanya di Kompas. Melalui pendapatpendapat ini, Atok menggambarkan KR
sebagai sosok yang nyaris sempurna, karena dianggap sukses membumikan fotografi jurnalistik Indonesia. Lewat buku ini pula, Atok selain memaparkan sosok brilian KR, juga memaparkan Kompas, sebagai media yang tepat bagi KR untuk melakukan berbagai terobosan-terobosan penting, dalam mengembangkan fotografi jurnalistik Indonesia modern. Sebagai bibit, KR adalah baik. Sebagai tanah, Kompas sangat baik, terlebih karena para pengelola dan tempatnya dan para pimpinan merawatnya dengan baik. Sebagai buah, karya-karyanya menghasilkan sesuatunya secara baik. Demikian Atok menggambarkan hubungan Kompas dan KR sebagai simbiosis mutualisme. Penyajian karya-karya monumental KR yang berhasil meraih berbagai penghargaan fotografi, menjadi bagian paling menarik dari buku ini. Mulai dari foto Pangeran Bernhard dan Orang Utan yang menjadi cover buku ini, foto kelahiran Pesut Mahakam yang meraih Penghargaan World Press Photo 1979, sampai foto Air mata Emas-foto yang diambil saat Susi Susanti berlinang air mata di arena Olimpiade Barcelona, 1992. Untuk karya yang disebutkan terakhir ini dianggap KR sebagai karya terbaiknya, lantaran foto tersebut menjadi ungkapan cintanya bagi Indonesia. Buku ini cukup mampu membumikan fotografi jurnalistik lewat sosok KR yang amat konsisten pada karirnya. Ketika banyak wartawan foto yang tergiur untuk lebih menghasilkan karya tulisan, KR tetap yakin memotret dengan kepekaan mata hatinya. Baginya, fotografi itu bukan sekedar asal jepret tetapi haruslah sarat pesan dan nilai keindahan yang tinggi. Predikat KR sebagai suhu fotografi Jurnalistik Indonesia tersampaikan baik dengan bahasa yang tepat. Penyampaian kekaguman Atok pada KR, dalam buku ini tidaklah emosional dan berlebihan. Tak salah jika Jacob Oetama pada pengantar buku ini mengatakan bahwa buku ini dengan jeli menangkap, melestarikan dan mempublikasikan “otak dan hati� seorang KR. Maria MR Fernandez
edisi IiI | januari 2012
wacana
Kebudayaan Negeri yang Terpinggirkan
S
etiap negara dibelahan dunia memiliki kebudayaan, yang me nandakan ciri khas suatu bangsa dan merupakan keseluruhan yang kom pleks. Di dalamnya terkandung penge tahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan -kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat (Taylor, 1871). Kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta ma syarakat (Soemarjan,1964 ). Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan beragam kebudayaan. Budaya yang dimiliki mewakili semua aspek, mulai dari tari-tarian, lagu, ma kanan, dan pakaian. Salah satu budaya warisan bangsa adalah batik, yang telah mendapat pengakuan dari lembaga Per serikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang pendidikan dan kebudayaan (UNESCO), pada tangg al 2 November 2009. Pengakuan ini tentunya memerlukan jalan yang begitu panjang, melibatkan semua pihak terkait, baik itu pengusaha, pengrajin maupun pemerintah sendiri. Pemerintah baru mulai memperju angkan batik setelah terancam akan di rampas oleh negara lain. Seperti yang terjadi pada tari Reog Ponorogo (Jawa Timur), lagu Rasa Sayange (Maluku), tari Pendet (Bali), lagu Burung Kakak Tua (Maluku), lagu Injit-Injit Semut (Jambi), yang kesemuanya sempat di klaim oleh Malaysia. Sebelum menjadi budaya nasional yang diak ui oleh dunia, batik hanya bu
Repro. Rohhaji | Expedisi
daya milik daerah Jawa. Lalu bagaima na dengan Koteka? Hal ini tentu akan membuat segelintir masyarakat pemilik budaya tersebut, merasakan ketidaka dilan Pertanyaan selanjutnya, apakah pengakuan atau hak paten atas Koteka, harus menunggu klaim dari negara lain terlebih dahulu? Apakah Koteka baru mendapat pematenan sebagai budaya asli bangsa Indonesia.Pemerintah sea kan baru memberikan perhatian, setelah budaya itu lenyap dan dipatenkan oleh bangsa lain. Tindak perampasan terhadap budaya oleh bangsa lain ini, terjadi dikarenakan sikap tidak memiliki kebudayaan dari suatu bangsa itu sendiri. Ketika suatu kebudayaan itu tumbuh tercipta dalam suatu masyarakat, maka kebudayaan tersebut bukan hanya milik dari masya rakat tersebut, tetapi juga milik negara dimana masyarakat itu tinggal dan kebu dayaan itu tumbuh. Tetapi, yang terjadi di Indonesia adalah kebudayaan yang
telah ada hanya sekedar dimiliki, tidak pernah diperhatikan dan dilestarikan. Akibatnya, kebudayaan seperti tarian, pakaian, bahasa tidak berkembang. Jus tru yang lebih memprihatinkan adalah posisi kebudayaan itu antara ada dan tiada, antara dimiliki dan tidak. Dengan keadaan yang demikian, maka dengan mudah bangsa lain memanfaatkan situasi ini untuk mengembangkan kebudaya an kita di negara mereka. Selanjutnya, mengklaim budaya kita sebagai milik mereka. Hal ini bukan hanya sekedar kesala han mereka, namun juga kesalahan kita yang meminggirkan budaya itu. Bangsa Indonesia yang sekarang, kini lebih bang ga dengan kebudayaan asing dan begitu mengabaikan kebudayaan mereka sen diri. Kebanggaan terhadap budaya asing dan pengabaian budaya sendiri, yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia, juga merupakan faktor lepasnya kebudayaan ke tangan negara lain. Untuk mengatasi masalah budaya yang kompleks ini, yang perlu disadari masyarakat adalah dengan tidak men dewakan budaya asing. Selain itu, hal lain yang perlu ditanamkan pada mereka ialah kebanggaan akan budaya bangsa sendiri. Sementara, yang harus dilaku kan pemerintah, selain memperhatikan budaya yang kita miliki, langkah yang bisa ditempuh yaitu segera mematenkan budaya-budaya lainnya. Memperhatikan budaya dapat dilakukan dengan meles tarikannya mulai sekarang. Sulyanti
Kunjungi
www.ekspresionline.com Dapatkan Info-Info Seputar Kampus UNY januari 2012 | edisi IIi
11
eksprespedia
Vovinam, Olahraga Baru di Sea Games 2011 Vovinam jenis olahraga bela diri dari Vietnam. Di Indonesia sendiri, olahraga ini berpusat di Bali. Vovinam, merupa kan gabungan antara kekerasan silat dan kelembutan wushu. Vovinam ditemukan Nguyen Loc (8 April 1912 - 4 April 1960) dan diper kenalkan pada 1938. Nguyen lahir di Huu Bang, Distrik Thach That, Provinsi Son Tay, Vietnam, anak termuda dari li ma bersaudara. Ayahnya, Nguyen Dinh Xuyen dan ibu Nguyen Thi Hoa, selalu berpindah-pindah dan terakhir bermukim di dekat Hano. Vovinam merupakan seni bela diri dengan menggunakan atau tanpa senjata dan dalam latihan, yang diasah adalah ketahanan fisik dan kekuat an pikiran. Vovinam mengandalkan kekuatan reaksi lawan, kecepatan, kekuatan tangan, si ku dan tendangan. Keduanya, gerakan menyerang dan bertahan dilatih, bahkan menggunakan gerakan gulat tradisional,
12
Doc. Istimewa
sedangkan senjata di antaranya meng gunakan pedang, pisau, tongkat dan kipas berlipat. Teori dan latihan Yin dan Yang (baha sa Vietnam-nya: Am-Duong), menekan kan bahwa dalam kehidupan universal ada kaitan antara negatif dan positif . Vovinam menekankan pada keseim bangan yaitu adanya kekerasan yang mendasari kelembutan dan sebaliknya.
Para atlet Vovinam diajarkan tentang filosofi seni bela diri, yaitu: semangat juang, keberanian, keuletan, kejujuran, kesederhanaan dan toleransi. Dalam salam pembukaan, para atlet diingatkan tentang prinsipal dan tujuan Vovinam dalam setiap latihan Pada Sea Games 2011 ada dua no mor yang dipertandingkan, yaitu seni pementasan dan kategori pertandingan. Pada dasarnya atlet vovinam Indonesia mempunyai dasar silat. Teknik dasar dari Vovinam meliputi pukulan tangan (dong tay), sikut (cho), dan tendangan (da). Jurus yang terkenal dan cukup sulit dilakukan adalah guntingan kaki di leher lawan (Don Chan Tan Cong so 12). Bedanya dengan pencak silat, adalah serangan ke arah kepala lawan atau ba gian atas dibolehkan dan mendapatkan poin. Hal inilah yang menjadi kesulitan atlet vovinam Indonesia. Ferlynda Putri S.
edisi IIi | januari 2012