Buletin EXPEDISI Edisi VIII 2012 - Kegalauan Mahasiswa Kelas International

Page 1

EXPEDISI EDISI VIII FEBRUARI 2013

MEMBANGUN

Kegalauan Mahasiswa Kelas Internasional Mempertanyakan Masa Depan Kelas Internasional Pascaputusan MK

B U D AYA

KRITIS


surat pembaca Harapan Mahasiswa KI Kelas “Internasional” di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Penulisan kata internasional diapit tanda kutip karena label internasional sekedar kata dan tak berarti apa-apa. Tidak jauh beda dengan kelas reguler. Salah satunya ialah fasilitas yang diberikan. Kami membayar biaya yang lebih mahal. Angkatan saya mendapat kelas dengan fasilitas yang baik berupa ruang kelas berpendingin ruangan, komputer, dan wifi namun saat memasuki semester tiga, itu semua tidak berfungsi maksimal. Saat ketika saya bertanya mengenai maksud dan tujuan Kelas Internasional (KI) adalah ketika RSBI dan SBI dihapus. Sementara mahasiswa KI, salah satunya, dipersiapkan untuk mengajar RSBI dan SBI. Setelah resmi dihapus, mahasiswa dan orang

tua sangat keberatan dengan biaya pendidikan tetap namun fasilitas sama dengan kelas lain. Amalia Febri Pendidikan Kimia Internasional 2011

Kecewa pada Pemilwa 2012 Hingat-bingar Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) 2012 di UNY, yang kebetulan berbarengan dengan Pemilihan Rektor (Pilrek), telah usai. Pengurus Organisasi Mahasiswa (Ormawa) periode yang baru telah terbentuk bahkan ada yang sudah dilantik. Namun, ketika melihat gelaran Pemilwa saya lumayan gelisah. Pemilwa yang diperankan mahasiswa nyatanya menjadi ajang untuk memperjuangkan

editorial Mempertanyakan Masa Depan Kelas internasional Niat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengikuti per­­kem­b ang­ an pen­d i­d ik­a n di Indonesia de­ ngan mem­buka Kelas Internasional (KI) ha­r us meng­h a­d api rea­l i­t a yang ada. Ditetapkannya pu­t us­ an Mahkamah Konstitusi (MK) yang meniadakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) mem­bu­at UNY memutar otak dan ber­ta­nya tentang kelanjutan KI. Mahasiswa KI pun ikut resah me­mi­kir­kan kelanjutan nasib me­ reka. Meskipun birokrat menyatakan bahwa KI tidak akan terpengaruh oleh putusan MK namun tetap saja timbul pertanyaan. Per­ta­nya­an­nya ia­lah apakah KI sudah dikonsep secara matang oleh UNY. Perlu juga kita ingat bahwa salah satu tujuan birokrat membuka KI adalah un­tuk men­du­kung UNY meraih cita-cita men­j adi World Class University (WCU). Sangat disayangkan ji­ka me­mang itu yang menjadi alasan. KI bukan batu loncatan bagi UNY jika ingin menjadi WCU namun seharusnya pula KI dibentuk melalui rencana yang matang.­­­­­­­

2

Adanya RSBI dan SBI sa­ngat ti­dak ra­mah ba­gi war­ga ne­ga­ra Indonesia. Bi­aya yang mahal sehingga ti­dak bisa dijangkau oleh seluruh rakyat akan memudahkan terjadinya pungutan liar yang seharusnya tidak terjadi di sekolah. Ketidakmatangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam mengonsep kebijakan pendidikan juga dilakukan oleh UNY dengan membuka KI, yang tentunya berimbas pada mahasiswa dan para pelaku di bidang pendidikan lainnya. Pendidikan yang ber­taraf in­ter­ na­si­onal bukan hanya gengsi namun juga harus mengerti kompetensikompetensi yang dibutuhkan. UNY sudah seharusnya bertanggung jawab pada mahasiswa KI yang resah memikirkan nasib mereka. Di waktu mendatang, Kemendikbud maupun UNY harus mengonsep secara matang jika ingin membuat kebijakan baru. Jangan membuka program baru hanya karena ingin menaikkan gengsi. Lakukan riset terlebih dahulu jika ingin membuat perubahan. Redaksi

kepentingan golongan. Pemilwa sarat dengan permainan politik untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang ingin eksis di UNY. Harusnya, kampus dapat menyuguhkan budaya demokrasi yang terbuka, jujur, adil, dan sarat keteladanan. Namun, perlu kita ingat bahwa tidak ada kata terlambat untuk menata ulang, Kawan. Asnan Arifin Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial 2005

Dilema Ormawa FIS UNY Judul tulisan ini adalah yang hal yang dirasakan ketika diberi kesempatan berdiskusi dengan pihak birokrat. Kami membahas mengenai penggunaan dan perawatan fasilitas kampus oleh mahasiswa. Banyak informasi mengambang yang didapat, bahkan hingga saat ini. Misalnya kenyataan Sekretariat Ormawa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang belum tahu hendak dibawa ke mana karena pembangunan gedung Pusat Kreativitas Mahasiswa (PKM) FIS tak kunjung jadi. Padahal, gedung yang ditempati bersama Ormawa Fakultas Ekonomi (FE) akan segera dialihfungsikan menjadi gedung baru untuk FE. Sebenarnya masih banyak keluhan mahasiswa yang belum sempat disampaikan ketika diskusi karena terbatasnya waktu yang diberikan. Libriana Candra Dewi Pendidikan Sosiologi 2011

sempil + Ta­pi nan­ti­nya ki­ta tam­ bah ser­ti­fi­kat-ser­ti­fi­kat yang men­du­kung.” - Sertifikat tanah, ser­ti­ fi­kat ospek, atau ser­ tifikat seminar, Pak? Pimpinan Proyek Faqihuddien Abi Utomo | Sekretaris Akhmad Muawal H.| Bendahara Nimas M. Firdausa | Redaktur Pelaksana Nia Aprilianingsih | Redaktur Akhmad Muawal H, Ebma Yudhasatria, Irfah Lihifdzi A, Nia Aprilianingsih, Nur Janti, Octandi Bayu P, Taufik Nurhidayat, Sofwan Makruf | Reporter Abi, Bayu, Dini, Ebma, Farid, Heri, Irfah, Neti, Pras, Taufik | Redaktur Foto Ebma Yudhasatria | Artistik Sofwan Makruf | Produksi Latif Aminudin, Octandi Bayu, Siti Khanifah | Iklan Nur Janti, Dini Permatasari, Irfah Lihifdzi A. | Tim Polling Arif Setiabudi, Najih Shu'udi, Neti Mufaqoh | Sirkulasi Taufik Nurhidayat | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yoyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@ yahoo.com | Web ekspresionline.com Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

edisi vIII | FEBRUARI 2013


sentra

Rabu, 13 Februari 2013. Diskusi terbuka antara mahasiswa dan rektorat mengenai Kelas internasional yang diadakan oleh BEM FMIPA, bertempat di ruang seminar FMIPA.

RSBI Dibubarkan, Mahasiswa Kelimpungan

Ebma | Expedisi

RSBI dan SBI dibubarkan. Lalu, bagaimana nasib mahasiswa KI UNY yang dipersiapkan untuk mengajar di sekolah-sekolah itu?

M

a­ha­sis­wa Ke­las In­ter­na­sional (KI) Fa­k ul­t as Ma­t ematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) di­re­s ah­kan o­l eh pu­t us­a n Mahkamah Konstitusi (MK) un­tuk mem­bu­bar­kan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasioanal (SBI) Selasa, (8/01/13) ka­re­na di­ni­lai ti­dak se­su­ai de­ngan kons­ti­tu­si. Ma­ha­sis­wa bi­ngung me­nge­nai ke­lan­jut­an na­sib me­re­ka ke­lak ke­ti­ka lu­lus. “Se­ta­hu ka­mi KI di­per­si­ap­ kan un­tuk meng­aj­ar Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),” ka­t a Devita Yuliana, ma­ha­sis­wa Pendidikan Kimia Internasional, ang­ka­tan 2010. Ma­ha­sis­wa KI FMIPA te­lah me­nyam­ pai­kan ke­ge­li­sah­an me­re­ka de­ngan me­ min­ta ad­vo­ka­si ke­pa­da Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM). Ad­vo­ka­si ini ber­kait­an de­ngan ke­je­las­an KI dan meng­hen­daki a­da­nya fo­rum an­ta­ra ma­ha­sis­wa dan pi­hak rek­ to­rat. Fo­rum ter­se­but ak­hir­nya di­se­leng­ ga­ra­kan o­leh BEM FMIPA pa­da Rabu (13/02/2013) di Ruang Seminar MIPA pa­da pu­kul 15.30 WIB. Ma­ha­sis­wa me­na­nya­kan ge­lar yang a­kan me­re­ka san­dang ke­ti­ka lu­lus ser­ta pe­rin­cian da­na. ka­re­na fa­si­li­tas yang me­re­ka da­pat­kan ti­dak ber­be­da de­ngan

FEBRUARI 2013 | edisi VIII

ke­las re­gu­lar. “Fa­si­li­tas yang ki­ta da­pat ti­dak se­ban­ding de­ngan bi­aya SPP (Sum­ bang­an Pembinaan Pendidikan-red) yang ki­ta ba­yar­kan se­ti­ap se­mes­ter. Ba­han la­bo­ra­to­ri­um pun ba­nyak yang ku­rang leng­kap,” ka­ta Elsa Rahmaningrum, ma­ ha­sis­wa Pendidikan Kimia Internasional ang­ka­tan 2011. “Ha­ra­pan­nya su­pa­ya SPP bi­sa tu­run,” u­sul Bina Rahayu Setyasih, ma­ha­sis­wa Pendidikan Biologi Internasional ang­ka­tan 2010. Men­ja­wab ke­ge­li­sah­an ma­ha­sis­wa KI, Wakil Rektor (WR) III, Sumaryanto, M.Kes. me­nga­ta­kan pi­hak­nya a­kan me­ nam­pung as­pi­ra­si ma­ha­sis­wa KI dan bi­la i­ngin di­ad ­ a­kan fo­rum pi­hak­nya a­kan meng­u­sa­ha­kan. Se­na­da de­ngan Sumaryanto, Wakil Dekan (WD) I FMIPA, Dr. Suyanta me­nga­ta­kan, “Ini se­dang ki­ta e­va­lua­si le­bih du­lu. Ki­ta a­kan me­ngam­bil si­kap se­per­ti apa gam­bar­an ser­ta so­lu­si. Nan­ti ki­ta a­kan ber­bi­ca­ra de­ngan ma­ha­sis­wa.” Suyanta ju­ga meng­him­bau ma­ha­sis­ wa KI a­gar ti­dak re­sah ka­re­na me­nu­rut­ nya pu­tus­an MK ti­dak ter­la­lu ber­dam­pak be­sar ke­pa­da ma­ha­sis­wa KI. “Mes­ki­pun ti­dak bo­leh ber­na­ma RSBI/SBI, ta­pi ji­ka se­ko­lah yang me­mang ung­gul­an pas­ti­nya a­kan te­tap mem­pu­nyai kon­sep yang le­bih ung­gul. Ja­di, lu­lus­an KI kami

pro­mo­si­kan ke se­ko­lah yang ung­gul­an,” tam­bah­nya. Hal se­na­da di­u­cap­kan pu­ la ol­eh Wakil Dekan I (WD I) Fakultas Ekonomi (FE), Dr. Murdiyanto, M.Pd., M.M. bah­wa ma­ha­sis­wa ti­dak per­lu kha­ wa­tir ji­ka me­mang me­ra­sa me­mi­li­ki ke­ mam­pu­an le­bih. Ter­ka­it ge­lar un­tuk ma­ha­sis­wa lu­lus­ an KI, Suyanta me­nam­bah­kan, “Se­be­ nar­nya ma­sih sa­ma (ge­lar-­red), sar­ja­na pen­di­dik­an. Ka­re­na pe­me­rin­tah pun ju­ga be­lum me­mu­tus­kan. Ta­pi nan­ti­nya ki­ta tam­bah ser­ti­fi­kat-ser­ti­fi­kat yang men­ du­kung.” Wakil Rektor II (WR II), Dr. Moch. Alip, M.A. ke­ti­ka di­min­tai ke­te­rang­ an me­nge­nai pe­rin­ci­an da­na KI yang meng­aki­bat­kan bi­a­ya pen­di­dik­an KI ma­ hal me­nga­ta­kan, “Ba­han-ba­han yang ha­rus di­siap­kan ka­lau ba­ha­sa Ing­gris de­ngan ba­ha­sa Indonesia kan be­da la­lu prak­ti­kum di MIPA ju­ga ber­be­da.” Dia me­nam­bah­kan bah­wa bi­a­ya pen­di­dik­an un­tuk KI me­ru­pa­kan kon­se­kuen­si da­ri pro­gram dan un­tuk se­lan­jut­nya ti­dak a­da pe­nu­run­an bi­a­ya SPP ba­gi ma­ha­sis­wa KI yang di­ba­yar se­ti­ap se­mes­ter. “Ja­di ka­re­na po­la­nya se­per­ti i­tu ke­mung­ki­nan (bi­a­ya pen­di­dik­an KI-red) te­tap.” Me­nge­nai ku­ri­ku­lum KI Suyanta men­je­las­kan bah­wa da­lam se­ti­ap se­

3


sentra

Rabu, 13 Februari 2013. Dr. Suyanta, Wakil Dekan I FMIPA (tengah), dalam Diskusi Terbuka Implementasi Pembubaran RSBI Terhadap Penyelenggaraan Kelas Internasional. Ebma | Expedisi

mes­ter ter­da­pat ku­liah ba­ha­sa Inggris yang di­tam­bah de­ngan na­ti­ve spea­ker. Pro­gram ini men­da­tang­kan o­rang a­sing u­ntuk me­nga­jar ba­ha­sa.Inggris. Se­lain itu, ter­da­pat tam­ba­han ma­te­ri ba­ha­sa Inggris yang se­su­a­i bi­dang stu­di­nya. Is­ti­lah-is­ ti­lah ba­ha­sa Inggris yang se­su­a­i de­ngan bi­dang stu­di­nya. Ma­ha­sis­wa ju­ga di­ki­rim ke lu­ar ne­ge­ri dan di­fa­si­li­ta­si Prak­tik Pe­nga­la­man La­pa­ngan (PPL) di se­ko­lah in­ter­na­si­o­nal. Na­mun, da­lam pro­gram pe­ngi­ri­man ke lu­ar ne­ge­ri ter­se­but ma­ha­ sis­wa ma­sih ha­rus mem­ba­yar mes­ki­pun men­da­pat ban­tu­an da­ri rek­to­rat. PPL di se­ko­lah in­ter­na­si­o­nal pun nya­ta­nya ti­dak a­kan bi­sa la­gi ka­re­na su­dah ti­dak di­per­bo­leh­kan. Se­dang­kan Wa­kil Rek­tor I (WR I), Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt. eng­ gan mem­be­ri­kan ke­te­ra­ngan dan me­nya­ ran­kan un­tuk me­na­nya­kan pe­ri­hal KI ke­pa­da Rek­tor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Na­mun, Rochmat Wahab su­lit di­te­mu­i ka­re­na ke­si­bu­kan­ nya. Tak Ada KI Lagi Ang­ka­tan 2012 me­ru­pa­kan KI te­ ra­khir ka­re­na un­tuk ta­hun be­ri­kut­nya, UNY ti­dak mem­bu­ka KI la­gi. Hal i­ni di­ka­re­na­kan ter­da­pat per­be­da­an bi­a­ya pen­di­di­kan an­ta­ra ma­ha­sis­wa re­gu­lar de­ngan ma­ha­sis­wa KI. Ting­gi­nya bi­a­ya pen­di­di­kan ma­ha­sis­wa KI me­nye­bab­kan ma­ha­sis­wa yang ku­rang mam­pu ti­dak me­mi­li­ki ke­sem­pa­tan un­tuk me­ngi­ku­ti KI. “A­ra­han da­ri Dirjen ja­di pem­ba­ya­ ran ti­dak bo­leh di be­da-be­da­kan ke­cu­a­li ka­re­na pro­gram stu­di­nya me­mang be­da. Ja­di, wa­jar ba­yar­nya be­da ka­re­na ke­bu­tu­ han­nya ju­ga be­da,” kata Moch. Alip. Wa­lau­pun KI ren­ca­na­nya a­kan di­ tu­tup, pi­hak rek­to­rat me­mi­li­ki pro­gram se­ru­pa de­ngan KI yang di­se­but ke­las ung­gu­lan. Pro­gram i­ni ma­sih di­bi­ca­ra­ kan o­leh pi­hak rek­to­rat. Da­lam pro­gram ke­las ung­gu­lan yang a­kan di­u­sung o­leh pi­hak rek­to­rat i­ni ber­la­ku mu­lai ang­ka­tan tah­un 2013. Ren­ca­na­nya ma­ha­sis­wa yang ma­suk pro­gram ung­gu­lan a­kan di­se­lek­si mu­lai se­mes­ter 3. 4

Sis­tem pem­ba­ya­ran pa­da pro­gram ke­ ha­sis­wa Pendidikan Kimia Internasional las ung­gu­lan a­kan sa­ma di­ra­ta­kan. Se­lu­ ang­kat­an 2011. ruh pem­ba­ya­ran se­mes­ter un­tuk ma­ha­sis­ Me­nu­rut Prof. Suwarsih Madya, wa ba­ru ang­ka­tan 2013 da­lam sa­tu pro­di Ph.D., se­la­ku Wakil Rektor IV Kelas nan­ti­nya ti­dak a­kan a­da per­be­da­an ka­re­na Internasional ja­ngan ha­nya me­mi­li­ki la­bel a­da­nya per­be­da­an pro­gram. Pem­ba­ya­ran in­ter­na­si­o­nal, “Ja­di ka­lau a­da ke­las in­ da­ri se­mes­ter 1 hing­ga se­mes­ ter­na­sio­nal bu­kan ha­nya ka­re­na ter a­khir a­kan di­ra­ta­kan. ba­ha­sa Inggris­nya sa­ja, ta­pi “Selama ini Kelas “Sis­tem pem­ba­ya­ran­nya pan­dang­an­nya. Dia da­ Internasional belum ja­di sa­ma da­ri se­mes­ter pat meng­i­ku­ti tren du­ 1 sam­pai a­khir. Ka­lau berjalan mulus,” Suyanta, nia dan ta­hu tun­tu­tan Wakil Dekan I FMIPA. du­lu kan a­da SPP, SPI a­bad ke-21 ser­ta ta­hu (Sum­ba­ngan Pe­ngem­ in­te­gri­tas a­tau kom­pe­ ba­ngan Ins­ti­tu­si-red), dan ten­si-kom­pe­ten­si yang di­ la­in­nya se­hing­ga se­mes­ter sa­tu bu­tuh­kan du­nia.” ba­yar ma­hal dan se­mes­ter be­ri­kut­nya Ka­re­na ku­rang lan­car­nya pe­nye­leng­ mu­rah. Ja­di to­tal bi­a­ya i­tu di­ba­gi 8 se­ ga­ra­an KI, be­be­ra­pa ma­ha­sis­wa KI me­ mes­eter dan pem­ba­ya­ran­nya sa­ma da­ri nya­ran­kan un­tuk meng­ha­pus pro­gram KI. a­wal sam­pai a­khir,“ ka­ta Alip. “Le­bih ba­ik ke­las in­ter­na­sio­nal di­ha­pus dan di­ja­di­kan ke­las Pen­di­dikan Kimia Kejar Target Konsep Tak Mantap Swadana sa­ja,” kata Elsa. “Ki­ta ju­ga se­dang meng­e­va­lu­a­si, Pen­da­pat lain da­tang da­ri Adhe bah­kan se­be­lum MK me­mu­tus­kan. Ki­ta Premanaafi’ PN, ma­ha­sis­wa Pendidikan un­dang rek­tor dan do­sen-do­sen. A­pa­pun Akuntansi Internasional, Fakultas ki­ta e­va­lu­a­si. Ka­re­na se­la­ma i­ni KI be­lum Ekonomi ang­kat­an 2011. Adhe me­nga­ta­ ber­ja­lan mu­lus, ki­ta me­nar­get­kan KI men­ kan bah­wa pem­be­nah­an ha­rus di­la­ku­kan ja­di ke­las ung­gu­lan. In­ti­nya ki­ta se­dang se­ca­ra ber­ta­hap. Hal per­ta­ma yang ha­rus men­ca­ri for­mat ba­ru,” ka­ta Suyanta. di­be­na­hi a­da­lah pe­nye­lek­si­an ma­ha­sis­wa Pa­da mu­la­nya KI di­bu­ka un­tuk me­ KI. “Ma­ha­sis­wa yang ma­suk KI ha­rus me­nu­hi ke­i­ngin­an UNY men­ja­di World ber­mi­nat, kom­pe­ten, dan me­mi­li­ki kua­ Class University (WCU) a­gar lu­lus­an li­tas. Pi­hak rek­to­rat ha­rus be­nar-be­nar UNY ti­dak ha­nya ber­sa­ing di ting­kat me­nye­lek­si a­gar KI le­bih ber­kua­li­tas dan lo­kal dan na­sio­nal, bah­kan da­pat ber­ bu­kan ha­nya la­bel­nya sa­ja.” Di­ri­nya ju­ga saing di ting­kat in­ter­na­sio­nal. “Se­la­ma me­nya­yang­kan pro­ses se­lek­si yang ha­nya ini di In­do­ne­sia ti­dak a­da lem­ba­ga yang meng­gu­na­kan ha­sil Test of English as a me­nyi­ap­kan te­na­ga ker­ja yang khu­sus Foreign Language (TOEFL). Hal lain un­tuk se­ko­lah in­ter­na­sio­nal. Ja­di, me­re­ka yang ha­rus di­be­na­hi a­da­lah ku­ri­ku­lum. (se­ko­lah in­ter­na­sio­nal-red) ke­bi­ngung­an Ku­ri­ku­lum ha­rus di­se­su­ai­kan de­ngan men­ca­ri gu­ru,” ka­ta Suyanta. Na­mun, ku­ri­ku­lum in­ter­na­sio­nal dan bu­kan se­ ren­ca­na UNY men­ce­tak gu­ru khu­sus un­ ke­dar me­ning­kat­kan ke­mam­pu­an ba­ha­sa tuk se­ko­lah in­ter­na­sio­nal sir­na lan­tar­an Inggris se­ma­ta. RSBI/SBI su­dah di­bu­bar­kan. Ke­ti­ka i­ngin meng­gu­na­kan se­bu­ah Da­lam pe­nye­leng­ga­raan KI, UNY ku­ri­ku­lum, me­nu­rut Suyanta, Indonesia ku­rang me­ma­tang­kan kon­sep­nya se­hing­ se­la­lu me­li­hat ne­ga­ra lain. Me­mak­sa­ ga pe­lak­sa­na­an KI pun men­ja­di ku­rang kan ku­ri­ku­lum lu­ar ne­ge­ri pa­da­hal di lan­car. A­lat la­bo­ra­to­ri­um yang ku­rang Indonesia be­lum ten­tu co­cok. Pa­da da­ leng­kap, pro­ses pe­ne­ri­maan ma­ha­sis­wa sar­nya Indonesia ku­rang me­ne­ka­nkan im­ KI yang ku­rang si­ap, dan ku­ri­ku­lum yang ple­men­ta­si dan ha­rus ha­ti-ha­ti ji­ka i­ngin ti­dak ja­uh ber­be­da de­ngan ma­ha­sis­wa re­ meng­a­dop­si ku­ri­ku­lum ne­ga­ra la­in. gu­lar. “Kan KI cu­ma la­bel sa­ja, da­lam­nya Nur Janti ti­dak be­nar-be­nar KI,” ka­ta Fitria, ma­ Abi, Dini, Farid, Heri, Neti, Pras edisi VIII | FEBRUARI 2013


polling

Masa Depan Mahasiswa Kelas Internasional

U

niversitas Negeri Yogyakarta (UNY) me­miliki Ke­las In­ter­na­si­ onal (KI) yang ber­a­da di Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Dihapuskannya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) oleh Mahkamah Konstiusi (MK)ia­lah ka­re­na tidak sesuai de­ngan kons­ti­tu­si. Penghapusan ini me­ nye­bab­kan ke­ti­dak­je­las­an nasib mahasiswa KI. Se­la­in i­tu, KI juga belum mempunyai kon­sep yang matang terkait kukrikulum, sa­ra­na, pra­sa­rana, dll. Untuk mengetahui respon ma­ha­sis­wa KI terhadap penghapusan RSBI/SBI dan kua­litas KI maka EXPEDISI meng­a­da­kan polling. Metode yang digunakan a­da­lah des­krip­tif kuan­ti­ta­tif dengan sam­pling ak­si­den­tal yaitu memberikan angket se­ ca­ra langsung kepada responden. Tek­nik pe­ngum­pulan data dilakukan de­ngan ang­ket yang terdiri dari 7 per­ta­nya­an dan 10 pernyataan . Dalam pengambilan sampel me­nu­rut Suharsimi Arikunto, be­sar­nya sam­pel da­pat dia­mbil 10%-35% da­ri po­pulasi, tergantung besar ke­cil­nya jum­lah po­pu­ la­si. Jum­lah angket yang disebar a­da­lah

171 a­tau 34,68% dari seluruh ma­ha­sis­wa KI yang berjumlah 493 mahasiswa. Mengenai kekhawatiran ma­ha­sis­ wa KI setelah keputusan MK ten­tang peng­ha­pus­an RSBI/SBI di Indonesia se­ba­nyak 63,9% mahasiswa kha­wa­tir RSBI/SBI di­ha­pus sedangkan 36,1% ma­ha­siswa tidak khawatir. La­yan­an pen­ di­dik­an yang diberikan untuk KI be­lum ba­ik. Sebesar 88% responden me­nye­tu­jui sedangkan 12% reponden me­ni­lai bah­ wa layanan sudah baik. Per­ma­sa­lah­an la­yan­an ini tentunya berkaitan de­ngan ke­lan­jut­an KI. Hasilnya sebanyak 71,5% ma­ha­sis­wa ingin KI di­lan­jut­kan dan 28,5% mahasiswa tidak mnyetujui ji­ka KI dilanjutkan. UNY membuka KI sudah se­ha­rus­ nya pula kurikulumnya sesuai de­ngan stan­dar in­ter­nasional. Me­nang­gapi hal i­ni sebanyak 44% ma­ha­sis­wa se­tuju, 47,5% ma­ha­siswa sangat setuju, 5,7% ma­ha­sis­wa tidak setuju, dan 2,8% ma­ ha­sis­wa sangat tidak setuju. Penyelengaraan KI di UNY su­dah ba­ik. Se­ba­nyak 40,5% ma­ha­sis­wa se­tu­ ju dan 0,7% ma­ha­sis­wa sangat se­tu­ju de­ngan pernyataan tersebut. Se­men­ta­ra 46,9% ma­ha­sis­wa tidak setuju se­dang­kan

Mahasiswa KI Khawatir RSBI/SBI Dihapuskan. 36,1% Tidak Khawatir.

63,9% Khawatir

11,9 % ma­hasiswa sangat ti­dak se­tu­ju. Sa­ra­na dan prasarana selalu ber­hu­bung­ an penyelenggaraan KI. Se­ba­nyak 24,6% mahasiswa setuju bahwa sa­ra­na dan prasarana di KI sudah me­me­nuhi stan­ dar se­dang­kan 59,2% ma­ha­sis­wa ti­dak se­tuju dan 16,2% ma­ha­sis­wa sa­ngat ti­dak setuju. KI sudah direncanakan dan di­kon­ sep se­ca­ra ma­tang oleh bi­rokrat. Me­ nang­gapi hal itu sebanyak 17,6% ma­ ha­sis­wa setuju, 0,7% ma­ha­sis­wa sa­ngat setuju, 70,4% tidak se­tuju, dan 11,3% mahasiswa sangat ti­dak se­tuju de­ngan per­nya­ta­an tersebut. Peng­gu­na­an bahasa Inggris dalam setiap per­ku­li­ah­an di­se­tu­ jui oleh 52,8% mahasiswa bahkan 19% ma­ha­sis­wa sangat setuju. Hal itu ti­dak di­se­tujui oleh 27,5% ma­ha­siswa dan 0,7% sangat tidak setuju. Se­ba­gian besar ma­ha­sis­wa KI meng­ i­ngin­kan a­da­nya pe­ning­kat­an ku­ali­fi­ kasi dosen dan ma­ha­sis­wa KI. Se­ba­ nyak 33,3% mahasiswa setuju, 63,8% ma­ha­sis­wa sangat setuju. Hanya 0,7% ma­ha­sis­wa yang tidak setuju, 2,1% ma­ ha­sis­wa sangat tidak setuju se­dang­kan 0,1% tidak menjawab. Tim Expedisi

Mahasiswa KI menginginkan adanya peningkatan kualifikasi dosen dan mahasiswa KI.

0

100

33,3% Mahasiswa Setuju 63,8% Sangat Setuju 2,1% Sangat Tidak Setuju

Sofwan | Expedisi

0,7% Tidak Setuju 0,1% Tidak Menjawab. Sofwan | Expedisi

FEBRUARI 2013 | edisi VIII

5


persepsi

S

elasa (11/09/ 2012) Pekan Olahraga Nasional (PON) ke18 dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apa yang menarik dari PON kali itu? Bukanlah persiapan atlet menuju PON akan tetapi malah buruknya persiapan infrastuktur. Bisa kita lihat dari kesiapan lapangan olahraga dan sarana penunjang lain seperti asrama atlet, yang bahkan sehari sebelum pembukaan masih belum tuntas. Berbagai komentar muncul dari politisi DPR, praktisi olahraga, dan tentunya komentar pembelaan diri dari pemerintah (pusat/daerah) atas persoalan tersebut. Provinsi Riau telah ditunjuk sebagai tuan rumah PON ke-18 sejak tahun 2006. Meskipun sudah diberi waktu enam tahun namun persiapan masih tidak optimal. Sebenarnya apa yang salah? Masih banyak sederet pertanyaan menyoal kesiapan pelaksanaan PON ke18. PON yang sarat berbagai persolaan bahkan mantan atlet catur nasional yang juga politisi di senayan, Utut Adianto, mengusulkan agar PON ditiadakan. Sesungguhnya Riau merupakan provinsi yang telah siap secara fisik dan finansial untuk menyelanggarakan PON. Akar persoalan sesungguhnya lagi-lagi korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menangkap sejumlah politikus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau dan Kepala Dinas Olahraga setempat terkait dugaan adanya suap untuk memperlancar kucuran anggaran negara. Skandal korupsi ini yang menjadikan anggaran terhambat dan berdampak terhadap macetnya pembangunan sejumlah fasilitas PON. Dewasa ini korupsi di Indonesia semakin mewabah ke berbagai sisi kehidupan dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Dalam konteks olahraga skandal korupsi PON Riau bukan satu-satunya, pembagunan infra­ struktur olahraga seperti Proyek Wima Olahragawan SEA Games Tahun 2011 di Palembang dan pembangunan Sport Center di Hambalang telah dijadikan sarana korupsi berjamaah para oknum

6

politisi di DPR. Secara kasat mata hal-hal di atas menunjukkan betapa bobroknya ka­ rakter dan lemahnya pemahaman tentang filosofi olahraga di kalangan para elit bangsa. Seharusnya nilai-nilai filosofis dalam olahraga seperti fair play, kejujuran, sportivitas, siap menang dan siap kalah dapat ikut mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Semakin banyak para elit bangsa paham filosofis olahraga, kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan semakin demokratis dan terhindar dari perilaku-perilaku anarkis. Sama halnya ketika berbicara politik dan kekuasaan, olahraga tidak mengajarkan saling mematikan lawan namun siap menang dan siap kalah. Fair play yang berperan sebagai konsep moral berisi penghargaan terhadap lawan serta harga diri nampaknya sudah tidak dijunjung. Seharusnya seluruh upaya perjuangan pembinaan dan permainan itu dilaksanakan dengan bertumpu pada pengembangan karakter yang dihayati dan dilaksanakan oleh semua pelaku olahraga. Karakter yang dikembangkan melalui olahraga akan menentukan perjalanan dan harga diri sebuah bangsa. Karakter manusia yang kuat akan membentuk sebuah bangsa yang maju dan berwibawa. Sebaliknya, karakter yang lemah akan berujung pada kehancuran bangsa. Keterpurukan prestasi olahraga Indonesia, khususnya sepak bola, bukan disebabkan oleh penaklukan dari luar melainkan lemahnya karakter akibat pembusukan moral yang datang dari para birokrasi yang terlibat dalam olahraga. Memperhatikan situasi dan kondisi karakter yang terjadi dalam dunia olahraga tersebut memang sungguh ironis. Dalam berbagai literaur olahraga dapat mengembangkan karakter namun dalam tataran praksis banyak pelaku olahraga yang mencerminkan perilaku sebaliknya. Seharusnya pembangunan karakter

Repro. Sofwan | Expedisi

Olahraga Membangun Karakter Bangsa

melalui olahraga menjadi arus utama (main stream) dalam pembangunan dan pembinaan olahraga nasional. Pembangunan karakter akan membentuk pelaku olahraga yang bermoral, beretika baik, serta bertutur dan berperilaku baik. Bukankah menurut Baron Piere de Coubertin, penggagas Kebangkitan Olympiade Modern, tujuan akhir olah­ raga terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan karakter dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian kuat, karakter baik, dan sifat yang mulia. Begitu pula yang disampaikan oleh Bung Karno, bahwa olahraga selain seba­ gai alat pembentukan jasmani dan rohani yang sangat efektif juga merupakan alat penting untuk mengembangkan bangsa dan karakter (Nation and Character Building). Drs. Dimyati, M.Si. Dosen Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY.

edisi VIII | FEBRUARI 2013


persepsi

Bermain Tren Lewat Kurikulum

S

elama beberapa dekade pada pemerintahan orde baru, metode guru mengajar sedangkan murid mendengarkan masih membekas pada pola pendidikan di Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengajak siswa mengembangkan kompetensi, berpikir kreatif, mandiri, dan diberi kebebasan untuk mengeluarkan pertanyaan maupun pendapat. Lain halnya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru diwajibkan memiliki kriteria profesional yang tinggi dan diberi kekebasan menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa di sekolah. Sekolah pun dituntut mandiri dan menyusun visi dan misi. KTSP adalah produk reformasi yang sangat dibutuhkan setelah terbelenggu dalam orde baru. Perubahan dari KBK ke KTSP mengalami kendala. Banyak yang menganggap arah dan tujuan KBK dan KTSP tidak konkret dalam pelaksanaannya. Siswa aktif dan guru sebagai fasilitator agaknya kurang meyakinkan karena pada dasarnya guru dituntut harus kreatif. Permasalahan lain ialah KBK dan KTSP tumbang karena dievaluasi melalui Ujian Nasional (UN). KBK dan KTSP dianggap gagal

Re

karena kedua kurikulum ini sebenarnya mengedepankan proses. Tahun 2013 pemerintah kembali menggagas sebuah perubahan dengan membentuk Kurikulum 2013 dan akan disahkan bulan Juli 2013. Kendala kecil yang jelas terlihat ialah sebentar lagi siswa Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) menghadapi UN. Guru dan siswa belum siap menyambut kurikulum baru ini karena tidak adanya pemberian sosialisasi dan uji publik belum disahkan. Pemerintah tergesa-gesa meluncurkan kurikulum 2013. Ditambah lagi mengenai pengadaan buku oleh pemerintah yang akan didistribusikan di setiap sekolah. Anggaran untuk perubahan kurikulum sebesar 2,49 triliun akan sia-sia karena temuan yang digagas oleh menteri pendidikan hanya mengubah pola pendidikan kebangsaan dan pengurangan mata pelajaran. Siswa di SD hanya mempelajari Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, Olahraga, dan Seni. Mereka yang ingin melanjutkan ke SMP harus beradaptasi lagi dengan mata pelajaran baru. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan

pro .S

ofw an

|E

xp

ed

isi

Sosial ( I P S ) lebih baik jika tidak dihilangkan Alasannya adalah mereka akan memahami bagaimana dia hidup dan berinteraksi dengan orangorang di sekitarnya serta mencintai alam. Apabila tidak diajarkan sejak SD maka penanaman karakter kebangsaan pun akan lebih sulit. Alangkah lebih baik jika melanjutkan KTSP karena guru yang kurang profesional saat menjalankan proses belajar-mengajar mendapatkan pelatihan secara terpadu. Perubahan secara nasional yang berkelanjutan seperti ini akan lebih bermanfaat untuk anak didik bangsa. Kualitas guru juga akan semakin berkembang. Anggaran yang sangat besar itu seharusnya dialihkan untuk melengkapi sarana dan prasarana sekolah. Pembangunan sekolah di daerah tertinggal juga tidak kalah penting dan dijadikan perhatian khusus pemerintah. Sudah semestinya perubahan kurikulum 2013 ini dipikirkan kembali dengan matang. Ebma Yudhasatria

INFO KAMPUS IDB Berbicara tentang Ekonomi Islam

Chemistry and English Competition 2013

SELASA, (5/2/2013) di Au­ditorium FE telah ber­lang­sung Se­mi­nar Na­si­onal E­ko­no­mi dan Pen­di­dik­an. A­ca­ra yang di­ha­di­ri o­leh ma­ha­sis­wa dan do­sen ini mengusung to­pik "Mem­ba­ngun Ekonomi dan Pen­didik­an Indonesia Ber­dasar­ kan UUD 1945 dan Syariat Islam”. Pem­bi­ca­ra u­ta­ma seminar ini ialah Dr. Makhlani, M.A. dari Islamic Development Bank (IDB). “Ha­rap­an ka­mi meng­a­da­kan se­mi­nar i­ni a­da­lah a­gar o­rang-o­rang Fakultas Ekonomi (FE) me­lek bah­wa. Mes­ki­pun se­la­ma i­ni yang di­pe­la­ja­ri a­da­lah e­ko­no­mi ka­pi­ta­lis­tik ta­pi im­ple­men­tasi yang co­cok a­da­lah e­ko­no­mi Islam,” u­jar Dr. Murdiyanto, M.Pd., M.M., Wakil Dekan (WD) I FE, se­la­ku ke­tua pa­ni­tia.

Himpunan Mahasiwa (Hima) Kimia UNY meng­a­da­kan se­rang­kai­an a­gen­da Chemistry and English Competition (CEC) 2013. A­gen­da be­sar ter­sebut meng­u­sung tema “Changing Im­possible to be I’m Possible”. Ada 3 kompetisi yaitu Lom­ ba Kar­ya Tu­lis Il­mi­ah (LKTI), Writ­ing and Story Tell­ing Contest, dan Liga Kimia. Dua kompetensi di­lak­sana­kan pada 6/1–9/2/2013 sedangkan Liga Kimia bergulir mulai 23/2/2013 dan final­di­laksana­kan pada 9/3/2013. CEC me­rupa­kan agenda rutin yang di­mulai sejak tahun 2011. “Target peserta Liga Kimia ada­lah siswa SMA se-DIY. rangkaian agenda CEC diselenggarakan untuk me­nambah wa­wa­san siswa SMA,” ujar Firidiawan Eka Putra, se­la­ku ke­tua panitia.

Taufik Nur Hidayat

Taufik Nur Hidayat

FEBRUARI 2013 | edisi VIII

7


tepi

Sofwan | Expedisi

Memburuh di Kampus Pendidikan Kamis, 7 Februari 2013. Seorang pegawai outsourcing sedang membersihkan halaman di sekitar kawasan Museum Pendidikan Indonesia (MPI).

Meski outsourcing berstatus legal, pegawai outsourcing di UNY menghadapi masalah pengupahan dan asuransi. “

Y

a, se­be­nar­nya e­­nak ker­ja lang­sung. Soal­nya ka­lau a­da ke­sa­la­han kan e­nak, ka­lau i­ni kan ber­te­le-te­le, ja­di­nya la­ma. Ha­rus le­wat a­ta­san da­hu­ lu la­lu CV, ke­mu­di­an man­dor, dan ba­ru sam­pai­lah pa­da sa­ya. Peng­ga­ji­an­nya ju­ga be­gi­tu.” I­tu­lah ka­li­mat yang ke­lu­ar da­ri li­san Dion Teguh Setiawan sa­at mem­ban­ ding­kan be­ker­ja an­ta­ra sis­tem outsourcing de­ngan sis­tem kon­trak lang­sung. Su­dah du­a ta­hun Dion be­ker­ja se­ba­gai pe­tu­gas ke­ber­si­han di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ia di­pe­ker­ja­kan o­leh UNY me­la­lui Pe­ru­sa­ha­an Pe­nye­dia Ja­sa Pe­ker­ja (PPJP) ber­ben­tuk Commanditaire Vennotschap a­tau yang se­ring ki­ta se­ but CV. CV. Ko­ta Ba­ru, yang men­ja­di pe­nya­lur­nya, a­da­lah sa­lah sa­tu pe­ru­ sa­ha­an pe­nye­di­a ja­sa cleaning service yang be­ker­ja sa­ma de­ngan UNY se­ba­gai re­ka­nan. Ber­sa­ma ti­ga be­las ka­wan­nya ia ber­tu­gas mem­ber­sih­kan ge­dung Fa­kul­tas Il­mu So­sial (FIS). La­in Dion la­in pu­la Sahid. Sahid, yang ba­ru sa­tu ta­hun be­ker­ja, ber­tu­gas mem­ber­sih­kan dan me­ra­wat ta­man di kom­pleks Museum Pendidikan Indonesia (MPI). Sahid pun ber­u­jar, “Mung­kin le­bih e­nak bi­la di­kon­trak lang­sung o­leh UNY dan ti­dak me­la­lui pe­ru­sa­ha­an”. “Te­man -te­man ju­ga bi­lang gi­tu, ka­lau bi­sa ma­lah ja­di pe­ga­wai te­tap!” ce­ro­cos Sahid. Sahid be­ser­ta ke­li­ma ka­wan­nya be­ ker­ja se­la­ma de­la­pan jam per­ha­ri mu­lai pu­kul 07.00-15.00 WIB. Me­re­ka be­ker­ ja se­la­ma li­ma ha­ri, da­ri Se­nin hing­ga Jum­at. “Ga­ji­nya di­hi­tung per­ha­ri se­be­ sar Rp25.000,00 un­tuk sa­tu ha­ri,” tu­tur 8

Sahid. “Ga­jian­nya se­ming­gu se­ka­li,” je­lek lang­sung minta ganti ke CV. Lebih tam­bah­nya. he­mat karena sistem borongan. Mi­sal­nya me­nya­pu se­kian meter bayarannya se­ki­an Outsourcing tara Legalitas dan ru­piah,” Winarso menambahi. Kemanusiaan Apa boleh dikata, pekerjaan yang di­ Grendi Hendrastomo, do­sen Program ge­luti Dion, Sahid, dan kawan-kawan me­ Studi Pendidikan Sosiologi, ti­dak se­ mang legal diterapkan di Indonesia. UU tu­j u jika Dion, Sahid dan kawan- No. 13/2004 Tentang Ketenagakerjaan kawan harus bekerja dengan sis­tem di­ma­na pekerjaan pokok atau pe­ker­ja­an outsourcing. “Outsourcing se­be­nar­nya inti tidak boleh di­a­lih­da­ya­kan. Se­men­ ti­dak memanusiakan manusia!” ka­tanya. tara pekerjaan tambahan yang bo­leh di­ “Mau tidak mau outsourcing ha­rus hi­ alih­da­ya­kan ha­nya ada lima jenis yaitu lang,” im­buh­nya. “Saya pun da­ri du­lu cleaning service, ke­am ­ an­an, transportasi, ti­dak se­tu­ju de­ngan adanya outsourcing ka­te­ring, dan pekerjaan penunjang pe­ ka­re­na ke­ti­ka mendapat masalah ti­dak nam­bang­an. Namun, hanya jasa cleaning bi­sa protes ke UNY me­la­in­kan ha­rus ke service sajalah yang menggunakan sis­tem CV. Kalau tidak puas de­ngan ki­ner­ja me­ outsourcing. re­ka yang ditegur ialah CV dan pe­tu­gas outsourcing. Bekerja Tanpa Asuransi Pekerjaan Tanggapan berbeda da­t ang da­r i Mereka yang bekerja sebagai pe­ga­ Winarso, S.Pd.T yang men­ja­bat se­la­ wai outsourcing di UNY tidak men­da­pat ku Ke­pala Bagian Rumah Tangga UNY. a­su­ran­si a­pa­pun, baik dari UNY a­tau­pun Malah menurut Winarso kalau per­lu pe­ pi­hak CV. Winarso menjelaskan, “UNY tu­gas la­in seperti sopir dan sat­pam le­bih ti­dak dapat memberi asuransi ka­re­na ba­ik outsourcing juga. “Jika so­pir ti­dak ti­dak punya ikatan. Ikatan ka­mi ha­nya be­ker­ja mengapa harus di­ba­yar. Ka­lau de­ngan perusahaan, ha­nya sa­tu tahun dan outsourching kan dibayar ketika be­ker­ja. ti­dak ada jaminan untuk di­per­pan­jang. Kalau perlu, tinggal panggil saja,” ce­tus Ji­ka ti­dak se­su­ai dapat diganti. Pe­ga­wai Winarso. outsourcing di gedung Student Center UNY sudah bebarapa kali me­me­cat dan LPPMP baru saya ganti,” jelasnya pe­ga­wai outsourcing karena di­ni­lai ku­ panjang lebar. rang memuaskan ketika be­ker­ja. I­tu­lah Masih ada santunan yang di­be­ri­kan salah satu alasan meng­a­pa UNY me­ne­ ke­pa­da me­re­ka dari CV. Walau ti­dak a­da rap­kan sistem kerja outsourcing di sek­tor hi­tam di atas putih pegawai outsourcing te­na­ga ke­bersihan. “Kami beberapa ka­li yang bekerja di CV. Ratna Jaya te­tap me­me­cat orang. Jika rajin maka a­kan men­da­pat san­tun­an. “Secara ter­tu­lis di­per­ta­han­kan,” ujar Winarso. “Ka­mi bu­ruh tidak menerima asuransi ta­pi ti­dak pu­nya be­ban dengan mereka. Ji­ka se­cara kemanusiaan jika ada pe­ga­wai edisi VIII | FEBRUARI 2013


tepi ia be­ker­ja di UNY le­wat CV. Amarta Niaga Jasa. Ia mem­ber­sih­kan ge­dung Student Center UNY dan u­pah yang di­te­ri­ma pun tak ber­be­da de­ngan me­re­ ka. Wardi di­u­pah se­be­sar Rp25.000,00 oleh UNY dan ba­ru da­pat di­te­ri­ma se­ te­lah se­bu­lan be­ker­ja. “Ga­ji ka­mi per ha­ri Rp25.000,00. A­da bo­nus mi­sal­kan ji­ka be­ker­ja se­bu­lan pe­nuh men­da­pat Rp50.000,00,” u­jar Wardi. Ber­be­da de­ngan Sri, Sahid, dan Wardi, Dion yang di­pe­ker­ja­kan me­la­lui CV. Kota Baru, mem­per­o­leh u­pah se­ti­ap bu­lan se­ka­li. Dion be­ker­ja du­a ka­li da­ lam se­ha­ri. Shift per­ta­ma mu­lai pu­kul 06.00-14.00 WIB dan shift ke­du­a mu­lai pu­kul 14.00 WIB hing­ga jam per­ku­liah­an u­sai. Ja­tah shift ke­dua yang ia da­pat­kan ini me­ru­pa­kan o­to­no­mi da­ri FIS. Da­ri dua shift yang ia da­pat­kan Dion men­ da­pat u­pah Rp600.000,00 un­tuk shift pa­gi dan Rp500.000,00 un­tuk shift so­re. “Ka­lau pe­tu­gas ke­ber­sih­an ha­nya be­ker­ ja sa­tu shift per­ta­ma sa­ja na­mun yang ke­dua men­ja­di o­to­no­mi fa­kul­tas,” je­las Wianarso. “Te­na­ga ker­ja ka­mi ma­sih ku­ rang,” tam­bah­nya. Ma­sih be­lum se­su­ai­nya u­pah yang di­te­ri­ma pe­ga­wai outsourcing de­ngan UMK Sleman yang ber­la­ku di­ang­gap Winarso se­ba­gai ke­ke­li­ru­an peng­hi­tung­an u­pah. Me­nu­rut­nya ka­lau ha­nya di­hi­tung da­ri jum­lah uang yang di­te­ri­ma me­mang be­lum men­ca­pai UMK, ta­pi ju­ga ha­rus di­li­hat da­ri fa­si­li­tas se­per­ti ru­ang is­ti­ra­ hat, mi­num­an a­tau ma­kan­an ke­cil sa­at is­ti­ra­hat. “Ka­lau de­ngan kal­ku­la­si se­per­ti i­tu bang­krut. Ka­mi me­nye­dia­kan mi­num dan ru­ang­an,” pung­kas Winarso. Sofwan Makruf Bayu, Ebma, Irfah, Taufik

Sofwan | Expedisi

outsourcing yang sa­kit a­da san­tun­an Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor yang di­be­ri­kan,” je­las Wiri Atmoko yang 370/KEP/2012 Tentang Upah Minimum be­ker­ja di CV Ratna Jaya se­ba­gai man­ Kabupaten/Kota Tahun 2013 di Daerah dor pe­ker­ja. Istimewa Yogyakarta. Da­lam Su­rat Be­gi­tu pu­la CV. Kota Baru. Ke­pu­tus­an ter­se­but be­sar­an Dion yang be­ker­ja di pe­ru­sa­ pem­be­ri­an u­pah se­ha­rus­ “Outsourcing ha­an ter­se­but me­nga­ta­kan nya su­dah di­mu­lai se­jak 1 sebenarnya tidak a­pa­bi­la a­da pe­ker­ja yang Januari 2013 na­mun ke­ sa­k it a­t au ke­c e­l a­ka­a n memanusiakan bi­jak­an i­ni be­lum ber­la­ku yang me­nang­gung bi­ay­ a­ manusia!” Grendi di UNY. nya da­ri Bos CV tem­pat Hendrastomo Sri Mujiati ia­lah se­o­ ia be­ker­ja. Pa­da­hal da­lam rang i­bu ru­mah tang­ga yang a­tu­ran­nya, lem­ba­ga yang mem­ ju­ga ber­pro­fe­si se­ba­gai pe­tu­gas pe­ker­ja­kan pe­ga­wai se­la­in ber­ke­wa­jib­an ke­ber­sih­an di UNY. Pe­ru­sa­ha­an yang mem­be­ri u­pah se­su­ai Upah Minimum mem­ban­tu me­nya­lur­kan­nya un­tuk be­ker­ Kabupaten atau Kota (UMK) na­mun ja di UNY se­la­ma ti­ga ta­hun be­la­kang­an ju­ga ha­rus men­da­pat a­su­ran­si. i­ni ia­lah CV. Ratna Jaya. U­pah yang di­be­ Se­per­ti di­lan­sir da­ri la­man www. ri­kan UNY me­la­lui CV, ia te­ri­ma se­ming­gu kompas.com, pa­da Rabu (7/03/2012) se­ka­li. “Se­ming­gu Rp150.000,00 ka­lau Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah di­to­tal se­bu­lan Rp600.000,00,” te­rang Yusuf me­ngung­kap­kan hal i­tu di Surabaya Sri. De­ngan be­sar­an ter­se­but je­las bah­wa da­lam Sosialisasi Putusan Mahkamah u­pah yang me­re­ka te­ri­ma ma­sih be­lum Konstitusi ten­tang Outsourcing. Sa­at i­ni me­me­nu­hi kri­te­ria UMK. pe­ru­sa­ha­an ber­u­pa­ya fo­kus me­na­nga­ni CV. Ratna Jaya mem­be­ri u­pah ke­pa­ pe­ker­ja­an in­ti bis­nis at­au core business, da pa­ra pe­ga­wai­nya du­a ming­gu se­ka­li. se­dang­kan pe­ker­ja­an pe­nun­jang di­se­ “Ta­pi ka­dang-ka­dang a­da yang min­ta rah­kan ke­pa­da pi­hak la­in. Pe­ru­sa­ha­an di­be­ri u­pah se­ming­gu se­ka­li. Bi­as­ a­ ju­ga wa­jib mem­bu­at per­jan­ji­an ter­tu­lis nya pe­ga­wai outsourcing yang i­bu-i­bu yang me­mu­at ke­ten­tu­an ter­ja­min­nya hak- me­min­ta se­ming­gu se­ka­li,” je­las Wiri. hak pe­ker­ja, an­ta­ra la­in je­nis pe­ker­ja­an, “Ka­re­na ka­lau di­hi­tung-hi­tung ti­dak u­pah ti­dak bo­leh ku­rang da­ri UMK dan se­be­ra­pa ka­lau di­be­ri­kan per ming­gu. ha­rus di­a­su­ran­si­kan, ser­ta su­rat per­jan­ Ja­di, di­be­ri­kan per du­a ming­gu. Ga­ji ti­ ji­an di­daf­tar­kan ke Dinas Tenaga Kerja dak di­be­ri se­bu­lan se­ka­li ka­re­na me­re­ka se­tem­pat. ju­ga pu­nya ke­bu­tuh­an men­de­sak. Ka­lau se­bu­lan se­ka­li ter­la­lu la­ma,” tam­bah­nya Upah di Bawah Kriteria me­ne­rang­kan. U­pah Minimum Kabupaten (UMK) Bu­kan ha­nya Dion, Sahid, dan Sri Sleman pa­d a ta­h un 2013 se­b e­s ar yang mem­bu­ruh di kam­pus pen­di­dik­ Rp1.026.181,00 se­ti­ap bu­lan­nya, dan an i­ni. Wardiyono pun tu­rut me­nga­du di­te­tap­kan se­jak 20 November 2012 na­sib­nya dan be­ker­ja se­ba­gai pe­tu­gas me­la­lui Surat Keputusan Gubernur ke­ber­sih­an di UNY. Ba­ru sa­tu bu­lan

Kamis, 7 Februari 2013. Winarso, S.Pd.T, Kepala Bagian Rumah Tangga UNY.

FEBRUARI 2013 | edisi VIII

9


resensi

Campur Aduk a’la Mama Judul: Mama Jenis Film: Horror Produser: Barbara Muschietti, J. Miles Dale Produksi: Universal Pictures Artis: Jessica Chastain, Nikolaj Coster-Waldau, Megan Charpentier Sutradara: Andres Muschietti Homepage: www.mamamovie.com/ Durasi: 100 menit

K

e­ber­un­tung­an sedang mam­pir ke Andres Muschietti. Su­tra­dara a­sal Argentina ini men­da­pat ke­sem­pa­ tan membawa film horor pen­dek ber­ba­ ha­sa Spanyol-nya yang berjudul Mama ke la­yar lebar. Sang produser, Guillermo Del Toro, terkesan dengan ke­te­gang­an yang disajikan se­la­ma kurang lebih ti­ga me­nit dalam film pendek buatan ta­hun 2008 ter­sebut. Secara sederhana namun apik, Andres me­nam­pil­kan kegamangan dua o­rang ga­dis ke­cil menyambut ke­da­tang­an i­bu­ nya pulang ke rumah. Kegamangan i­tu ber­u­bah menjadi petaka ke­tika so­sok i­bu yang memasuki pintu su­dah men­ ja­di han­tu. Visualisasi perempuan yang me­nye­ram­kan me­nge­jar ke­dua ga­dis i­tu hing­ga ka­mar tidur. Plot pen­dek ter­se­but mun­cul la­gi di film dengan judul yang sa­ma na­mun dengan jalinan ce­ri­ta yang le­bih kompleks. Depresi akibat krisis ekonomi yang me­lan­da dunia tahun 2008 mem­bu­at Jefrey Desange (Nikolaj Coster-Waldau) mem­bu­nuh re­kan kerja dan is­tri­nya la­ lu mem­ba­wa kedua putrinya, Victoria (Megan Charpentier) berusia 3 tahun dan Lilly (Isabelle Nélisse) 1 tahun, ke se­bu­ah ka­bin di tengah hutan. Sesaat se­be­lum Jefrey membunuh Victoria, sebuah so­sok ge­lap ber­wu­jud pe­rem­pu­an terlebih dulu mem­bu­nuh Jefrey. A­pakah Victoria dan Lilly akan bertahan hidup sen­di­ri? Ti­dak. Sosok gelap itulah yang me­ra­wat me­re­ka. Hingga lima tahun ke­mu­di­an dua o­rang tim SAR menemukan me­re­ka di ka­bin da­lam kon­di­si le­bih ter­li­hat se­per­ti he­wan da­ri­pa­da ma­nu­si­a. 10

Dok. Istimewa

Lucas Desange (juga di­pe­ran­kan o­leh Nikolaj Coster-Waldau), a­dik Jefrey De­ sange, dan pasangannya, Annabel (Jessica Chastain), mendapat ke­sem­pat­an meng­ a­suh kedua ke­po­nak­an­nya se­te­lah di­ni­lai pu­lih dan lebih bersikap ma­nu­si­a­wi oleh seorang psikiater ber­na­ma dr. Gerald Dreyfuss (Daniel Kash). Pro­ses peng­a­ suh­an i­ni­lah yang men­ja­di menu u­ta­ma film ber­du­ra­si 1 jam 40 menit ini. Lucas dan Annabel tidak hanya meng­ha­dapi dua o­rang ga­dis ke­cil yang le­mah se­ca­ra psi­ko­lo­gis, na­mun juga sosok Mama yang ter­lan­jur cem­bu­ru karena meng­ang­gap me­re­ka te­lah me­re­but bu­ah hatinya. Andres berhasil me­nge­mas film ber­ bi­a­ya 15 miliar dolar ini dengan ar­tis­tik, ba­ik peng­am­bil­an sudut pandang ka­me­ra mau­pun kua­li­tas gam­bar. Se­per­ti Pan’s Labyrinth, kekhasan film horor pro­duk­ si Del Toro ter­li­hat pa­da as­pek do­ngeng yang me­la­tar­be­la­kangi ce­ri­ta. Sosok Mama mengingatkan kita pa­da ka­rak­ter khas bikinan Tim Burton, kisut dan seram dalam balutan gotik. Ter­li­hat lu­cu memang, namun kesan itulah yang membuat me­non­ton film ini serasa sedang me­na­iki roller coaster: cam­pur aduk. Ti­ dak ha­nya ka­rak­ter, na­mun di sebagian plot kita a­kan di­buat ter­ta­wa, menahan na­pas se­je­nak, tertawa lagi, hingga ak­ hir­nya menjerit takut. Ada adegan ketika Lilly se­dang ber­ main tarik-menarik selimut di ka­mar sam­bil tertawa gembira. A­de­gan i­ni memperlihatkan kepolosan se­o­rang a­nak berusia 5 tahun tanpa di­per­li­hat­kan dia se­dang bermain de­ngan si­a­pa. Pe­non­ ton mengira ia sedang ber­ma­in de­ngan

Victoria, namun ketika Annabel ham­pir memasuki kamar, Victoria ter­li­hat se­dang di luar kamar sembari ber­bi­ca­ra se­ben­tar dengan Annabel. La­lu mun­cul ba­yang­an sesosok perempuan di din­ding ka­mar. Ter­nya­ta Lilly sedang ber­ma­in de­ngan Mamanya. Film Mama masih memakai me­to­de kla­sik yang hampir ada di semua film ho­ror un­tuk membuat suasana tegang, se­ per­ti su­ara keras dan mengagetkan di ti­ap ke­mun­cu­lan Mama. Hal i­ni se­be­nar­nya sangat disayangkan ka­re­na me­ngu­rangi nilai kemampuan Andres da­lam bermain sudut pandang ka­me­ra. Su­a­tu ke­ti­ka, Vic­to­ria per­nah ber­tu­tur bah­wa terkadang Mama mem­be­ri mim­pi tentang masa lalu ke­lamnya. A­da­lah Edith Brennan, seorang pasien ru­mah sa­kit ji­wa, mem­bawa ka­bur anak­nya da­ri se­ orang sus­ter. Ia di­kejar war­ga dan me­milih meng­akhir­i hidup­nya deng­an ter­jun ke se­buah te­bing ter­jal. Su­atu hari Annabel ber­mimpi hal sa­ma, na­mun jus­tru ber­kat mim­pi itu­lah Annabel ber­hasil me­nye­le­ sai­kan kon­flik­nya de­ngan Mama. Plot ini ter­asa jang­gal. Se­bo­doh itu­kah Mama mem­be­ri mim­pi kun­ci ke­pa­da se­se­orang yang sa­ngat di­cem­buru­i­nya? Film yang ri­lis mu­lai tang­gal 18/1/2013 ini me­ngu­sung tagline “Cinta seorang ibu itu se­lama­nya”. Ta­pi ji­ka da­lam film ter­ ung­kap siapa so­sok Mama se­benar­nya, bukan­kah definisi “ibu” itu meng­alam­i pe­ nyempit­an mak­na? Jangan-jangan in­ter­ pre­ta­si yang mun­cul nan­ti ada­lah ha­nya se­orang ibu de­ngan ma­sa­lah mentallah yang me­milik­i cinta selamanya. Akhmad Muawal Hasan

edisi Viii | FEBRUARI 2013


wacana

Awas Jebakan Populisme!

P

o­pu­lis­me menurut Kamus Be­sar Ba­ha­sa Indonesia (KBBI) ber­ar­ti pa­ham yang mengakui dan men­jun­ jung tinggi hak, kearifan, dan ke­u­ta­ma­an rak­yat ke­cil. Bila menurut Immanuel Wallerstein seorang sosiolog da­lam bu­ku­ nya The End of The World as We Know It, mengatakan bahwa po­pu­lis­me menjadi daya tarikan kepada o­rang da­ri segi hasil perundangan, pe­ran­an so­si­al, dan dalam kekayaan. Go­long­an po­li­tik secara tradisional ialah po­pu­lis a­tau paling tidak dari segi tra­di­si­onal berpura-pura populis. Golongan yang bercakap a­tas nama orang, go­long­an mayoritas, golongan lemah, a­tau go­lo­ngan terasing. Paham inilah yang sedang ra­mai di­ te­rap­kan oleh Partai Politik (parpol) di Indonesia. Memasuki tahun 2013 dan men­je­lang Pe­milihan Umum (Pemilu) 2014 banyak parpol melakukan kam­pa­nye de­ngan mengobral janji-janji politik da­ri mem­be­ri­kan pen­di­dik­an dan kesehatan se­ca­ra gratis hingga Bahan Bakar Minyak (BBM) murah sudah mulai ter­se­bar di ra­ nah ma­sya­ra­kat. Para politisi dan par­pol men­co­ba menjalin komunikasi me­la­lui jan­ji­nya kepada masyarakat. Tu­ju­an­nya a­gar ma­sya­ra­kat bi­sa me­mi­lih me­re­ka sa­at pe­milu. Masyarakat ha­rus me­ nen­tu­kan pi­lih­an di te­ngah ban­jir in­for­ma­si ter­se­but. Me­ re­ka ha­rus pin­tar dan cer­das dan me­mi­lih. Jika me­re­ka sa­lah me­mi­lih ti­dak mung­kin la­gi me­re­ka a­kan ter­je­bak da­lam lim­pah­an janji-janji ma­nis yang di­l on­t ar­kan par­p ol.

Rakyat de­ngan be­ra­gam ting­kat pen­di­ dik­an, la­tar be­la­kang so­sial, ekonomi dan agama a­kan me­nen­tu­kan parpol dan calon le­gis­la­tif ma­na yang cocok dan sesuai de­ngan me­reka. Sebagaimana telah disinggung, par­pol me­nyam­pai­kan janji-janji politik se­per­ti ke­se­hat­an gratis. Patut di­per­ta­nya­kan pu­la se­cara moral, hukum, dan lo­gi­ka se­ba­gai bentuk per­tang­gung­ja­wab­an. Pertanyaan-pertanyaan moral se­la­lu ber­ke­na­an dengan pembenaran pa­da nu­ra­ni atau suara hati. Karena nu­ra­ni se­la­lu konsisten dan tidak ber­se­dia di­a­ jak menyimpang, maka nilai dan nor­ma se­la­lu dikatakan bersifat jujur, mut­lak atau absolut. Dalam perkembangan po­l i­t ik Indonesia, jar­gon dan ci­tra po­pu­lis­me co­ba ditawarkan sebagai al­ter­na­tif pi­li­ han po­li­tik yang i­deal di Indonesia. Ka­ta e­ko­no­mi ke­rak­yat­an sem­pat ber­gu­lir dan di­ang­gap se­ba­gai pi­lih­an ter­ba­ik bagi ekonomi liberal. Po­pu­lis­ me men­ja­di alternatif bagi upaya pen­ ca­p ai­a n ke­ makm ­ u r ­a n .

Tawaran-tawaran pro­gram yang ber­bau ke­rak­yat­an men­ja­di fe­no­me­na me­na­rik dan meng­gi­ur­kan ba­gi se­ba­gi­an ke­lom­ pok ma­sya­rakat. Populisme acapkali me­nyo­dor­kan ke­rin­du­an ter­ha­dap ma­sa la­lu, yang di­ang­ gap le­bih ba­ik da­ri kon­di­si yang se­dang di­ha­dapi oleh masyarakat. Populisme u­mum­nya me­nar­getkan ma­sya­ra­kat me­ ne­ngah ke bawah sebagai sasaran. Ma­ sya­ra­kat yang kecewa terhadap ber­ba­gai pe­ru­bah­an yang sedang terjadi pun ma­suk da­lam tar­get. Selain itu, da­pat pula me­ la­lui si­kap yang otoriter dan nasionalis, se­per­ti apa yang te­lah di­tun­juk­an oleh Hiter di Jerman. Populisme selalu meng­ a­cu pa­da rak­yat sebagai kekuatan yang u­ta­ma dan men­coba mengkontradiksikan de­ngan ke­pen­ting­an elit politik dan e­ko­ no­mi yang di­ang­gap merusak pem­ba­ngun­ an dan mengambilnya untuk ke­pen­ting­an me­re­ka semata. Kita tidak hanya bagian da­ri ge­ra­kan pro­gre­sif, tetapi juga bagian dari rak­yat. Tan­tang­an dan tu­gas­nya ialah mem­ba­ ngun dan mempraktikkan de­mo­kra­si yang li­be­ra­tif dan partisipatoris se­di­ni dan se­ ke­cil mung­kin. Pen­di­dik­an juga menjadi kun­ci mes­ki­pun bu­kan hal yang mutlak. De­ngan sa­ling be­la­ jar, tidak hanya bi­sa me­ngu­ sir ra­sa takjub melainkan juga si­kap a­cuh tak acuh. Kecerdasan masyarakat ke­ti­ka men­ja­wab serangan populisme sa­ngat di­bu­tuh­ kan da­lam u­paya mem­ben­ tuk ta­ta­nan po­la pe­me­rin­ tah­an yang ba­ik dan ti­dak ha­nya pen­ci­tra­an be­laka. Octandi Bayu Pradana

Dok. Istimewa

FEBRUARI 2013 | edisi Viii

LA

N

Baca berita-berita seputar kampus UNY di

E

IK

www.ekspresionline.com

SP AC

SP AC

E

IK

LA

N

Follow Twitter Kami @ekspresionline

11


eksprespedia

Wing Chun, Kungfu Warisan Kuil Shaolin bernama Ng Mui. Dalam pengembaraannya Ng Mui me­wa­ris­kan teknik beladirinya ke­pada seo­rang ga­dis yatim piatu bernama Yim Wing Chun. Wing Chun menikah de­ngan seo­rang ah­li be­la­di­r i bernama Leung Bok Cho. Ia mengajarkan beladiri wa­ ris­an Ng Mui kepada suaminya. Leung Bok Cho pun mengembangkan aliran kung­f u i­n i menjadi salah satu aliran kung­f u yang layak diperhitungkan di da­ra­tan Tiongkok. Akhirnya nama Wing Chun di­a­ba­di­kan menjadi nama aliran kung­fu i­ni dan sekarang telah dikenal di se­lu­r uh du­n ia. Kungfu ini bahkan meng­i ns­pi­ra­si la­h ir­nya film berjudul IP Man 1 dan IP Man 2 yang dibintangi oleh Donny Yen.

N LA E SP AC

E

IK

LA

N

SP AC N LA

IK

E

SP AC

SP AC

E

IK

Jagalah Aku, dan Aku Menjamin 100% Nafasmu!

12

Nia Aprilianingsih

IK

LA IK E SP AC

LA

N

SP AC

E

IK

LA

N

per­t e­mu­a n ra­h a­sia. Mereka hendak merancang a­l ir­a n be­la­d i­r i ba­r u yang dapat di­k ua­sai da­lam 3-5 tahun. Gaya bertarung dan per­ge­rak­a n yang simpel, mengutamakan per­l in­dung­a n ga­r is tubuh untuk bertahan, dan ti­dak me­ la­wan kekuatan dengan kekuatan ia­lah prin­sip dasar aliran kungfu yang ber­ ha­sil me­re­ka ciptakan. Namun, sebelum aliran ini di­a­jar­kan se­c ara konsisten kepada pa­ra mu­r id, se­o­rang pengkhianat melaporkan ke­ gi­at­a n ra­ha­sia ini kepada pemerintah. Ak­hir­nya pra­ju­rit Manchuria menyerang ku­il Shaolin bahkan dibakar dan di­ra­ta­ kan de­ngan tanah. Tidak banyak yang se­la­mat na­mun salah satu dari kelima pen­de­kar ber­ha­sil me­nye­la­mat­kan di­ ri. Ia a­da­lah se­orang pendekar wanita

N

K

uil Shaolin menjadi pusat be­ la­d i­r i pa­l ing terkenal pada dinasti Han. Na­m un, ketika era dinasti Ching, yang ber­a ­s al dari orang Manchuria, rak ­y at China dilarang berlatih beladiri ke­cu­a li un­tuk keperluan militer. Kuil Shaolin ti­dak boleh lagi dijadikan tempat ber­l a­t ih be­la­di­r i. Akhirnya Kuil Shaolin di­tu­tup dan hanya digunakan untuk ber­i­ba­dah sa­ja. Pemerintah dinasti Ching kha­wa­ tir a­k an timbul pemberontakan dan da­pat ber­a ­k i­bat fatal bagi orang-orang me­re­k a. Se­mua orang yang ketahuan ber­la­t ih be­la­d i­r i ditangkap dan tidak segan-segan dieksekusi. Lima orang pendekar, yang ju­ ga pe­ne­r us di­nas­t i Han, menanggapi per­a ­t ur­a n i­t u dengan mengadakan

Dok. Istimewa

edisi Viii | FEBRUARI 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.