EXPEDISI Edisi Khusus Ulang Tahun ke-23 / 21 April 2012 / ekspresionline.com
MEMBANGUN
B U DAYA
KRITIS
Seiring berjalannya waktu, tanpa terasa 23 tahun EKSPRESI sebagai wahana pembelajaran pers mahasiswa UNY . Apabila diibaratkan sebagai perjalanan hidup manusia, usia 23 tahun telah mencapai fase kedewasaan. Kami jajaran kemahasiswaan mengucapkan selamat ulang tahun kepada EKSPRESI. Teriring doa dan harapan bagi kemajuan UNY melalui goresan pena yang semakin berkualitas, santun, dan berbudaya.
EDITORIAL
Sumaryanto M.Kes Wakil Rektor III UNY
23: Beraksi dengan Solusi
M
omen ulang tahun selalu terasa spesial. Ada kenang an yang membuncah atas apa yang telah dilalui. Bagi EKSPRESI sendiri, ulang tahun tahun kali ini mem buka kembali cerita pergerakannya sebagai persma dari awal pertama berdiri tahun 1989 sampai pada usianya yang ke-23 di tahun ini. Jargon “Refleksi Pemikiran Intelektual” yang dius ung tentu tidak berhenti pada tataran wacana saja. Sejak dari berdirinya sampai saat ini, EKSPRESI terus mencoba merefleksikannya pada kultur, produk, sampai pada aksi dalam satu panji per juangan: idealisme perlawanan. Melawan pada kesewenangwenangan, ketidakadilan, maupun segala bentuk penindasan baik itu di ranah kampus UNY maupun lebih luas lagi di ma syarakat umum. Di usia yang semakin dewasa ini, EKSPRESI tetap bertahan sebagai watchdog yang berusaha netral dalam memperjuangkan sistem yang bersih dari kepentingan-kepentingan yang sempit dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Untuk itulah, semangat perlu terus dijaga walaupun kenyataan men jaga idealisme sebuah lembaga persma memang kadang sulit untuk diterjemahkan pada konsistensi aksinya. 23 tahun bukanlah waktu yang singkat. Ada masa-masa di mana idealisme tersebut mengendur dan membuat perjuangan sedikit melemah. Ada masa dimana pengejawantahan idealisme tersebut kehilangan sedikit substansinya, sehingga yang ada hanya berusaha melawan tanpa solusi. Maka, ulang tahun kali ini adalah momen yang tepat bagi EKSPRESI untuk merefleksi kan perjuangan idealisme yang sedari dulu dijargonkan. Bahwa untuk menjadi seor ang intelektual yang utuh, sikap kritis se harusnya juga diimbangi dengan penawaran solusi atas segala perihal yang dikritisi. Hal ini tentu lebih arif ketika berhadapan dengan kenyataan bahwa memperjuangkan sebuah sistem yang baik memang tidak mudah. Namun selama semangat masih membara, maka idealisme haruslah tetap dijaga. Menyelami dunia jurnalistik yang penuh tantangan diharap kan menjadi pemantik tersendiri bagi EKSPRESI untuk terus beraksi dalam solusi, merefleksikan bagaimana intelektual yang kritis, serta terus belajar dan berjuang dalam sebuah bingkai pers mahasiswa. Tidak hanya menjadi perenungan pada mo men ulang tahun ke 23 ini, tapi untuk terus dijaga konsistensi pergerakannya sampai kapanpun juga. Semoga! Redaksi
Selamat HUT EKSPRESI yang ke-23, semakin ber tambah usia bukanlah semakin cepat mati, tetapi lahir semangat baru untuk selalu mengekspresikan kebenaran melalui tulisan. Avesina Wisda Burhana Ketua Hima Sastra Indonesia 2012
Menjadi yang ternama mungkin hanya soal biasa, na mun menjadi yang terpercaya, kritis, memuat fenomena menarik bukanlah menjadi hal yang mudah. EKSPRESI telah 23 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kami, anda, dan kita semua. Dan usia 23 tahun bukanlah usia yang belia lagi untuk menjadi media yang kritis terha dap permasalahan. Selamat ulang tahun media EKSPRESI ke-23, sukses selalu. Fitra Ramadhan Ketua Hima Ilmu Sejarah 2012
Selamat ulang tahun ke-23 LPM EKSPRESI UNY. Semoga sukses kedepannya serta berkembang baik dari kualitas dan kuantitas dimasa kedepannya. Aloysius Setya Rohadi, M.Kes. Dosen FIP
Selamat ulang tahun ke-23 LPM EKSPRESI UNY. Semakin baik dan berkembang tulisannya, serta jangan hanya menjadi sebatas kertas saja. H.Y.Agus Murdiyanto, M.Hum. Dosen FIS
Selamat ulang tahun ke 23 LPM EKSPRESI UNY. Se moga sukses dan serta bisa membawa UNY menjadi jauh lebih baik kedepannya. Sitoresmi Dyah Santika Mahasiswi Pendidikan Sejarah NR 2010
Selamat ulang tahun ke 23 LPM EKSPRESI UNY. Sukses kedepannya dan tetap berkarya dan berkembang tulisan-tulisan yang kritis. Maharani Mahasiswi Pendidikan Sejarah R 2010
Selamat ulang tahun EKSPRESI semoga semakin jaya, membumi dan dirindukan. Revolusi adalah praktek Bergerak, berkarya, dan mengabdi. Maju terus. Ulfa Pemimpin Umum LPM ARENA
21 APRil 2012 edisi KHUSUS ULANG TAHUN KE-23
persepsi
Jurnalisme Kaum Muda Oleh Nurhadi*
B
2
erkembangnya dunia maya dan teknologi informatika, juga diikuti dengan perkembangan dunia tu lis-menulis. Dunia komunikasi tidak ha nya sebatas via suar a tetapi juga melalui tulisan, bahkan gabungan dari berbagai bentuk komunikasi. Satu period e yang lalu, belum di kenal jejaring sosial seperti facebook, twitter, weblog, dan sejenisnya yang me mungkinkan seseor ang berkomunikasi dalam rentang wilayah, rentang waktu, dan rentang pribadi yang cukup luas. Komunitas dunia maya hampir sebagian besar didominasi oleh kaum muda, ka um remaja. Setidaknya para remaja lah yang banyak mengikuti perkembangan IT. Baik yang tinggal di perkotaan ma upun daer ah pinggiran. Mereka yang seringkali menulis kon disi terakhir atau yang dikenal dengan istilah up-date status menggambarkan perkembangan berbagai hal tentang diri dan lingkungannya dengan tradisi tulis. Bahkan di negara-negara diktator Timur Tengah semacam Tunisia, Mesir, ataupun Libiya, revolusi penggulingan terhadap para pemimpinnya beraw al dari pesanpesan solidaritas yang dibangun lewat dunia maya semacam facebook, twitter, blog, atau sejenisnya. Sudah menjadi kodrat jika para in telektual muda menjadi agen penggerak perubahan bangsa. Kesadaran semacam ini berawal dari adanya kesadaran terha dap penindasan, ketidakadilan, ataupun tindak korupsi para pemimpinnya. Kesa daran semacam ini hanya dapat dicapai melalui tulisan-tulisan menggugah yang didasari pemikiran matang. Tidak bisa dipungkiri, kesadaran ko lektif yang mampu menggerakkan re volusi berawal dari koran-koran yang dicetak harian, buku-buku sastra yang diterbitkan secara massal, film dan mu sik yang disebarkan, termasuk jejaring sosial dunia maya. Pada abad ke-17 dan ke-18, salon-salon di sejumlah negara Eropa menjadi pusat peredaran pemi kiran semacam itu. Dalam konteks lain, masjid-masjid pun bisa menjadi tempat awal revolusi seperti yang terjadi di Iran pada akhir 1970-an. Dalam berbagai kasus, revolusi pa da sebuah negara seringkali berangkat
Repro . Rahadian | Expedisi
dari pemikiran-pemikiran kritis dunia kampus. Para intelektual kampus, baik dosen maup un mahasiswa yang kritis seringkali menjadi pangkal perubahan di berbagai negara. Bahkan termasuk di negara kita (sementara di tempat la in bisa berasal dari kaum buruh pabrik atau kaum tani). Banyak kesadaran terbangun mela lui sebuah tradisi jurnalisme yang ku at. Sebuah tradisi yang mengedepankan pemikiran kritis terhadap sesuatu yang timpang. Kita patut bersyukur karena situasi kampus di Indonesia masih relatif kritis terhadap berbagai hal yang dirasa menyimpang dari kebenaran atau kepen tingan rakyat. Tentu saja, kesadaran para mahasiswa yang melakukan demonstrasi terhadap sesuatu tidak hanya terbangun oleh banyaknya media-media jurnalisme kampus, tetapi juga berdasarkan mediamedia massa yang mengalami kebebasan berekspresi yang luar biasa. Demonstrasi mahasiswa yang relatif masif menentang kenaikan BBM pada 1 April 2012 lalu, menjadi salah satu ben tuk kekuatan penekan yang dilakukan kaum intelektual muda (selain oleh poli tisi di DPR) yang berhasil menggagalkan niat pemerintah untuk menaikkan BBM. Pemikiran-pemikiran kritis semacam ini terkait dengan wahana latihan melalui penuangan gagasan lewat “jurnal-jur nal” kampus yang berserakan, baik be rupa majalah, buletin, newsletter, atau bahkan selebaran. Memang belum ada penelitian yang membuktikan korelasi antara banyaknya demonstrasi mahasiswa dengan banyak nya jumlah jurnal kampus. Akan tetapi,
bukan hal yang keliru jika kesadaran mahasiswa seringkali terbentuk dari lati han-latihan berpikir kritis yang diwadahi dalam berbagai “jurnal-jurnal” kampus (selain tentu saja lewat berbagai bentuk diskusi). Fenomena semacam ini harus disam but baik, meski kritik atau penolakan pihak mahasiswa seringkali tidak sejalan dengan pengambil kebijakan. Banyaknya mahasiswa menulis dan menuangkan ide-idenya dalam berbagai jurnal kam pus merupakan bentuk penyemaian bagi penerus bangsa yang baik. Hal ini patut disyukuri mengin gat banyak mahasiswa yang masih mengalami kesulitan dalam menulis. Hingga masa akhir perkuliahan pun seringkali kita dengar ada maha siswa yang kesulitan menulis skripsi, bahkan ada yang “pesan” skripsi kepa da orang lain atau biro jasa penulisan skripsi (yang keberadaannya antara ada dan tiad a). Kemampuan menulis adalah kete rampilan langka yang menuntut sese orang untuk rajin membaca. Tanpa du kungan bacaan yang banyak, sepertinya sulit bagi seseorang untuk bisa menjadi penulis. Dan pada masa perkembangan IT seperti sekarang ini, latihan semacam itu bisa berawal dari menulis di facebook, twitter, blog, ataupun lainnya. Dengan catatan, harus mau mengembangkan diri guna menjadi penulis yang baik. Dosen PBSI FBS UNY, dan juga pemimpin redaksi majalah PERWARA DINAMIKA
21 APRil 2012 edisi KHUSUS ULANG TAHUN KE-23
persepsi
Di Bawah Lindungan Kampus Oleh : Kresna *
P
nya dengan permasalahan organisasi internal kampus, maka sudah menjadi kewajiban kampus untuk turut campur dalam penyelesaiannya. Termasuk dalam kasus pembredelan pers atau kasus lain nya, kampus sudah seharusnya menjadi tempat berlindung pers mahasiswa. Mungkin terkesan aneh ketika pers mahasiswa berlindung dibawah kampus mengingat fakta yang terjadi selama ini justru kerap berbenturan dengan pers mahasiswa adalah pihak kampus. Namun tampaknya tak ada pilihan lain untuk berlindung dibawah kampus karena pers mahasiswa sendiri tidak terwadahi dalam undang-undang pers. Berlindung dibawah kampus yang dimaksud, adalah mendorong adanya kebijakan di kampus yang bisa jadi ber bentuk nota kesepakatan tentang jami nan terhadap kebebasan pers mahasiswa untuk melakukan kerja-kerja jurnalistik, sejauh tidak melanggar kode etik pers mahasiswa yang disepakati oleh pemang ku kebijakan di kampus. Nota kesepakatan antara pemangku kebijakan kampus dan lembaga pers ma hasiswa inilah yang nantinya dijadikan ta meng pelindung bagi kerja-kerja jurnalis tik yang secara otomatis juga melindungi para wartawan kampus dalam melakukan kerja-kerjanya. Dengan nota kesepakatan ini, jika dikemudian hari terjadi pem bredelan terhadap pers mahasiswa yang dilakukan oleh oknum mahasiswa atau pun birokrat maka lembaga pers maha siswa bi
sa mendesak para pemangku kebijakan di kampus untuk turut campur. Selain itu dengan nota kesepakatan pihak kam pus juga harus siap pasang badan ketika lembaga pers mahasiswa berhadapan dengan permasalahan dalam kerja-kerja jurnalistik di luar kampus. Nota kesepakatan ini juga berfungsi sebagai alat kontrol pihak kampus ter hadap lembaga pers mahasiswa untuk bekerja sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Sehingga ketika terjadi pem beritaan yang berisi fitnah atau tidak sesuai dengan fakta, pihak kampus juga bisa mengambil tindakan tegas terhadap lembaga pers mahasiswa. Bahkan jika diperlukan dibentuk dewan pers maha siswa yang berfungsi melakukan kontrol terhadap kerja-kerja jurnalistik lemba ga pers mahasiswa yang diambil dari perwakilan pers mahasiswa, pemangku kebijakan kampus, pakar jurnalistik dan seorang yang independen. Dengan demikian kebebasan pers di kampus bisa mendapatkan jaminan dari kampus dan pers mahasiswa bisa bekerja dengan leluasa tanpa adanya lagi halangan dalam melakukan kerja-kerja jurnalistik. Terlepas dari permasalahan yang ada, yakinlah bahwa tidak ada kam pus yang ingin membungkam pers ma hasiswa, jika ada maka bisa dipastikan kampus itu adalah kampus yang tidak ingin kebenaran dan keadilan dijunjung tinggi. Lawan!
3
*) Alumni Ekspresi
Repro . Rahadian | Expedisi
erbincangan tentang perlindung an terhadap pers kampus tidak akan pernah surut selagi belum ada kejelasan tentang jaminan kebebas an pers mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya sebagai corong demokrasi di kampus. Berkaca pada kejadian yang sudah-sudah terkait dengan pembredelan media kampus, ancaman terhadap pers mahasiswa, wartawannya, dan sebagai nya, maka pers mahasiswa harus mulai memikirkan secara serius jalan keluar dari permasalahan ini. Dalam melakukannya kerja-kerjanya, pers mahasiswa kerap berseberangan dengan pihak kampus dimana pers ma hasiswa itu bernaung dan tentunya tidak ada payung hukum yang jelas seperti undang-undang pers. Hal ini menye babkan lembaga pers mahasiswa dan wartawannya tidak mendapatkan per lindungan yang cukup dalam ranah ke bijakan. Ini menyulitkan pers mahasiswa ketika mengalami sengketa pers atau permasalahan lainnya terkait dengan kerja-kerja mereka. Posisi pers mahasiswa sebagai lem baga pers internal kampus tidak me mungkinkan untuk mendorong atau pun memaksakan diri masuk dalam perlindungan undang-undang pers. Jika pun memaksakan menjadi badan hu kum untuk mendapatkan perlindungan undang-undang, maka konsekuensinya pers mahasiswa akan didepak keluar dari kampus dan dengan sendirinya kehilang an cirinya sebagai pers mahasiswa. Menanggapi isu tersebut, bebera pa waktu yang lalu, PPMI, AJI dan LBH menyepakati Memorandum of Understanding (MoU) bersama yang berisi kesediaan AJI dan LBH untuk melakukan advokasi terhadap kasuskasus pembredelan media kampus dan masalah lainnya terkait dengan sengketa pers. Ini boleh dikatakan sebagai sebu ah langkah terobosan yang diambil oleh PPMI sebagai wadah lembaga-lembaga pers mahasiswa. Namun, perlu diingat bahwa lem baga-lembaga pers mahasiswa adalah organisasi internal kampus yang pada hakekatnya merupakan organisasi yang secara struktur berada dibawah naungan kampus. Oleh karena itu, dalam kaitan
21 APRil 2012 edisi KHUSUS ULANG TAHUN KE-23
persepsi
Keberpihakan Pers Pada Kebenaran dan Keadilan Oleh Suroso*
M
Repro . Sofwan | Expedisi
4
enurut Kofi Annan (mantan Sekjen PBB), ketika diwawan cara The World Asociation of Newspaper berkaitan Hari Pers Sedunia satu dasawarsa lalu, media massa dunia berperan dalam memajukan kebebasan dan pertukaran informasi global. Kebe basan merupakan prasyarat utama bagi demokrasi, pembangunan, dan perda maian. Bahkan kebebasan informasi merupakan investasi melawan tirani. Pernyataan Kofi Annan tersebut saya kutip 12 tahun lalu dalam artikel “Ke bebasan Pers Prasyarat Kebangkitan Demokrasi” yang dimuat di surat kabar Suara Pembaruan pada edisi Hari Pers Sedunia. Dalam kredo klasik, pers merupakan pilar ke-4 (the fourth estate) selain pilah eksekutif (pemerintah), legislatif (ang gota dewan) dan yudikatif (kehakiman). Jika dilakukan survei saat ini, mungkin dari ke-4 pilar tersebut pembaca akan memilih pers. Hal itu bisa dilihat dari makin tidak bermutunya pemerintah dalam mengur us kebijakan berkait de
ngan politik dan hukum, makin menjauh nya peran DPR sebagai wakil rakyat, dan kekuasaan kehakiman yang seringkali tidak berpihak pada dewi kead ilan. Sejarah mencatat lahirnya suatu tatanan bangsa tidak lepas dari perju angan mahasiswa dan pers yang dike lolanya. Namun benarkah pers masa kini, termasuk di dalamnya pers kampus benar-benar netral dari berbagai kepen tingan? Alih-alih menjadi institusi pers yang mampu mengembangkan kebe basan dan pertukaran informasi dalam rangka demokratisasi, pembangunan, dan perdamaian. Walaupun ada UU Pers dan rambu-rambu Kode Etik Jurnalistik, sesungguhnya tidak ada pers yang benarbenar objektif. Pers tidak lepas berafiliasi dari suatu kepentingan dan golongan. Mengutip apa yang dikatakan Daniel Dakhidae (via Bimo Nugroho, 1999) tidak pernah ada objektivitas dalam jur nalisme. Namun, masyarakat Barat masih meyakini pers sebagai kekuatan keempat yang mengontrol jalannya kekuasaan. Kemerdekaan pers yang sesung guhnya muncul pasca reformasi 20 Mei 1998 dan diundangkannya UU No 44 tahun 1999 tentang pers oleh rezim B.J. Habibie. Pada masa Soeharto, pers kampus harus bergerilya dan sembunyisembunyi melawan kekuasaan negara. Jaringan Pers Mahasiswa Poros JakartaBandung-Yogyakarta yang dimotori bebe rapa perguruan tinggi berpengaruh masih menerbitkan pers dalam mengontrol kekuasaan negara. Saat ini masih saja terlihat peraturan jam kampus untuk kegiat an kemahasis waan dan pembubaran organisasi maha siswa yang tidak sejalan dengan kepen tingan penguasa. Pernah ada survei yang” agak lucu”, dilakukan oleh salah satu pengelola pers kampus tentang respon mahasiswa terhadap jam kerja mahasiswa di Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM). Da lam simpulannya sejumlah 64% respon den menolak pemakaian gedung UKM hanya jika sampai jam 16.00. Namun, dalam keterangan bagan masih diselipkan kata “survei ini bukan mencerminkan
pendapat mahasiswa.” Ada apa ini? Pers kampus, khususnya majalah Ekspresi yang masih “idealis”, potensi kan kemampuanmu dalam menciptakan insan pers kampus yang mengabdi pada kebenaran dan keadilan, bukan mengabdi kepada kekuataan dan takut untuk mengungkapkan yang benar. Kalau mau jujur, pers kampus sudah terfragmentasi dari berbagai kepentingan dan golongan mahasiswa karena imbas politik praktis yang dilakukan partai. Mahasiswa masih terkotak-kotak dalam berbagai isu agama dan primordialisme yang tercermin dalam kelompok-kelompok tertentu yang kurang berpihak kepada bangsanya. Mahasiswa tidak dilarang berkumpul dan berorganisasi seperti dijamin oleh UUD 1945, asalkan masih dalam ko ridor akademik yang diamanahkan pada kepentingan bangsa dan negara, bukan pada golongan. Kembali kepada fitrah mahasiswa sebagai inovator dan motivator bangsa, mahasiswa aktivis pers harus selalu memiliki hikmat, ke bijaksanaan, dan kecerdasan untuk me wujudkan kejayaan bangsa seperti yang dicita-citakan tersurat dalam preambul pembukaan UUD 1945. Mahasiswa harus mampu mewujud kan Indonesia lebih baik dari hari ini. Bentangkan sayapmu untuk terus bela jar, bahkan kamu harus mencucurkan darah dan airmata ketika keyakinanmu yang benar harus berhadapan dengan kekuas aan. Masih banyak hal yang harus dibenahi oleh pers kampus. Setidaknya ada wacana yang benar, objektif, balance yang ditulis oleh warga kampus sendiri tentang kebaikan dan “kejelekan” kam pusnya, daripada hanya menjual pen citraan dengan kata-kata, poster, dan baliho yang dipasang di pinggir jalan dan tidak ada yang meliriknya. Era sekarang tidak ada yang tidak bisa dilihat dunia. Menulislah dan up-load karyamu untuk mengubah dunia. Semangat! *Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia matakuliah Jurnalistik dan Menulis Karya Ilmiah
Pimpinan Proyek Akhmad Muawal Hasan | Sekretaris Neti Mufaiqoh | Bendahara Dwi Handari | Redaktur Pelaksana Ninda Arum R R | Pj. Ucapan Selamat Ulang Tahun Ninda, Janti, Joseph, Najih, Netti, Nia | Pj Persepsi Ninda, Neti, Nia | Redaktur Foto Rahadian Rahmad | Artistik Rahadian Rahmad, Sofwan Makruf | Produksi Irfah Lahifdzi | Iklan Ayushinta, Hanif, Nia Aprilianingsih | Sirkulasi Septiadi Setia W | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini, dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi