5 minute read

Sejarah Kebudayan Islam

Next Article
Opini I

Opini I

Bagaimana pandangan anda tentang open minded dan orang-orang yang mengklaim dirinya open minded?

Melihat fenomena akhir-akhir ini, penggunaan istilah open-minded seolah-olah terjadi pergeseran makna dari yang semula. Tidak jarang kita melihat fenomena saat ini yang muncul adalah saling menjuluki open-minded dan close-minded, seolah-olah orang yang setuju dengan pendapat kita disebut open-minded sedangkan yang berbeda pandangan disebut close-minded.

Advertisement

Apa yang membedakan open minded dengan close minded?

Orang yang open minded atau pikirannya terbuka akan mampu mendengarkan dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan gagasan/ide walaupun berbeda pandangan. Sehingga muncul dialektika yang akhirnya masing-masing akan menentukan sikapnya dengan bijaksana tanpa paksaan.

Bagaimana cara pandang Islam dalam menanggapi tentang open minded?

Penulis Zaid Abdul Aziz Mahasiswa Internasional University of Africa

Manusia sebagai makhluk yang bersosial atau kalau istilah Aristoteles, zoon politicon, tentunya tidak akan lepas dari kehidupan bersosial atau bermuamalah. Tidak jarang kita berselisih terhadap suatu persoalan. Dalam Islam, kita mengenal istilah musyawarah. Bermusyawarah akan membentuk kita berpikir terbuka terhadap pendapat/ide/gagasan dari orang lain, di mana kita akan menganalisa berdasarkan respons yang akhirnya kita akan menentukan solusi terbaik dari hasil yang telah dimusyawarahkan. Bukankah dulu Rasulullah saw pun di suatu kesempatan pernah meminta dan mendengarkan pandangan dari para sahabat terkait suatu persoalan?

Terang dan Redupnya Islam di Sisilia

A. Latar Belakang Sisilia adalah nama pulau otonomi di selatan Italia yang terpisahkan oleh selat Messina. Pulau ini memiliki bentuk seperti segitiga dengan luas wilayah sebesar 25.703km persegi. Terdapat teluk Palermo di sebelah utara dan teluk Catania di sebelah timurnya. Sisilia juga berbatasan langsung dengan laut Tyrhenian di sebelah utara, laut Lonian di timur, serta kawasan laut Mediterranian di wilayah barat dan selatannya. Hampir 91% wilayahnya ditutupi pegunungan, sebagian besar dari gunung berapi. Iklim Sisilia biasanya Mediterania, dengan musim panas yang terik dan musim dingin yang ringan dan singkat. Pulau ini terbagi menjadi tiga bagian; Val di Mazara (barat), Val di Noto (Tenggara), dan Val Dmone (di bagian timur laut). Islam menjadi agama resmi hanya di Val di Mazara (barat), sedangkan bagian lainnya menganut agama Kristen. Sebelum masuknya Islam, kekuasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium. Sisilia pula merupakan salah satu wasilah mengalirnya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa.

B. Sejarah masuknya Islam Masa Khalifah Utsman ibn Affan adalah awal ekspedisi muslim di dataran Eropa. Pada tahun 649 M, Khalifah Utsman memberikan izin kepada Muawiyyah ibn Abi Sufyan

untuk memimpin serangan pertama ke kepulauan Cryprus diikuti dengan penaklukkan pulau Rhodes dan Crete. Pulau Cryprus, Rhodes, dan Crete merupakan markas utama angkatan laut Byzantium ditimur laut Mediterania. Penaklukkan pulau-pulau ini hanya berlangsung singkat, karena penaklukkan yang berdampak jauh lebih signifikan akan terjadi di pulau Sisilia.

Pada tahun 652 M angkatan laut Byzantium (Alexandria) mendapat serangan, mengakibatkan peralihan kekuasaan terhadap orang Arab. Di waktu yang sama, atas perintah Muawiyyah ibn Abi Sufyan dikirimlah pasukan untuk melakukan serangan ke Byzantium (Sisilia) dengan panglima Muawiyyah ibn Khudaij. Sekalipun gagal, ia berhasil merampas harta kekayaan perang dari pasukan Byzantium.

Setelah Muawiyyah menjadi khalifah (Daulah Bani Umayyah), ia kembali menyerang Sisilia pada tahun 667 M. Penyerangan juga dilakukan pada zaman khalifah Abdul Malik, dan dilanjutkan oleh anaknya Al-Walid ibn Abdul Malik sampai ke masa gubernur Afrika Utara. Setelah berhasil menguasai Andalusia, Musa ibn Nuhair (gubernur Afrika Utara) kembali menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya Abdullah. Namun, semua penyerangan itu belum berhasil menaklukkan pulau Sisilia.

Penaklukan Sisilia sebenarnya di latar belakangi oleh adanya konflik internal penguasa Romawi. Be-

rawal dari kaisar Romawi yang memerintahkan Constantin (gubernur Sisilia) untuk menangkap komandan angkatan laut Byzantium Commander Euphemius. Perintah penangkapan tersebut disambut oleh pasukan Euphemius hingga terjadi pertempuran. Ketika terdesak, Euphemius mengundang Ziyadatullah (Sultan ketiga dari Dinasti Bani Aghlabiyyah) untuk melakukan intervensi dan menawarkan kekuasaan atas Sisilia. Tawaran itu diterima oleh Ziyadatullah.

Pada tahun 827 M Panglima perang Asad ibn Al-Furat atas perintah Sultan Zidayatullah bergabung dengan pasukan Euphemius dan mendarat di Mazara. Setelah berhasil menaklukan pasukan Byzantium di Mazara, penyerangan dilanjutkan ke kota Sirakusa (bagian timur Sisilia). Selama setahun setelah mengepung kota tersebut, Panglima Asad diserang wabah penyakit yang mematikan dan banyak menelan korban jiwa.

Pada tahun 830 M seorang Barbar dari Andalus Ashbag ibn Wakil melanjutkan kembali penyerangan. Tahun 831 M, Palermo pun berhasil direbut dan sejak saat itu ia menjadi ibukota pemerintahan Islam Sisilia. Pasukan muslim terus mengokohkan kedudukannya, terutama bagian barat Val di Mazara. Castrogiovanni (ibu kota yang dulunya Sirakusa) baru dapat ditaklukan pada tahun 859 M. Penyerangan disempurnakan pada masa Gubernur dan

Panglima Perang berikutnya. Sehingga seluruh Sisilia pada tahun 902 M berada di bawah kekuasaan Bani Aghlabiyyah dan kemudian di bawah gubernur-gubernur Fatimiyah sampai penaklukan oleh pasukan Normandia pada abad kesebelas.

C. Dinasti penguasa Sisilia 1. Dinasti Bani Aghlabiyyah (903 – 909 M) Tunisia merupakan pusatnya dinasti Bani Aghlabiyyah. Selama dinasti tersebut Sisilia diperintah oleh seorang gubernur yang disebut juga dengan Shahib. Shahib tersebut mempu- ISLAM DI SISILIA

nyai kekuasaan penuh dan hak otonom dalam hal perang ataupun damai, pembagian harta rampasan, mencetak uang, menentukan pajak, dan lain sebagainya. Penduduk Sisilia terdiri dari berbagai ras, yaitu Bangsa Sisilia, Yunani, Lombard, Arab, Barbar, Persia, dan Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas muslim Sisilia berasal dari keturunan Barbar, Sisilia, dan Arab yang menganut Mazhab Maliki.

Ketika dikuasai dinasti muslim, populasi penduduk Sisilia bertambah seiring datangnya imigran muslim dari Afrika, Asia, Spanyol dan Barbar. Pada masa ini mulai diperkenalkan reformasi Agraria. Hal itu dilakukan agar hak tanah tidak hanya dikuasai orang-orang kaya saja dan setiap kota di Sisilia juga mempunyai sebuah dewan kota. Sistem Irigasi juga mulai ditemukan, sehingga sektor pertanian berkembang pesat. 2. Dinasti Fatimiyyah (909 – 965 M) Gubernur Daulah Fatimiyyah, Ali ibn Ahmad ibn Abi Al-Fawaris yang berpusat di Mesir menggulingkan Ahmad ibn Husein gubernur Dinasti Aghlabiyyah terakhir. Ketika masa transisi Bani Aghlabiyyah ke Daulah Fatimiyyah juga mengalami pergolakan. Bukan masalah politik, melainkan pertentangan antara Syiah dan Sunni.

Ziyadatullah ibn Qurthub, Abu Musa Al-Dayf, Salim Rasyid dan Khalil ibn Ishaq merupakan gubernur-gubernur dinasti Fatimiyyah yang berhasil membangun peradaban dengan berbagai kemajuan. Gubernur terkuat dinasti Fatimiyyah Hasan ibn Ali Al-Kalby seorang keturunan Arab suku Kalb yang berhasil mendirikan dinasti Kalbiyah di Sisilia. Namun, tetap dengan kesetiaan kepada daulah Fatimiyyah.

This article is from: