2 minute read
Wawancara dengan Narasumber Habib Abdurrahman Izzudin
banyak kasus yang pada akhirnya merugikan pelaku. “Penyakit HIV muncul pada tahun 1981 mulainya dari LSL (Lelaki Seks Lelaki) lewat dubur, cacar monyet juga dimulai dari perilaku semacam itu. Penyakit ini memang diawali dari perilaku yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Bahkan menurut data Kementrian Kesehatan mulai 2020 faktor tertinggi penderita HIV adalah pelaku LSL. Kalau hal ini tidak dicegah bagaimana Indonesia 10 tahun lagi?” Tegas dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK. “Saya sudah 5 tahun membantu Pemerintah Kota Depok, setiap 3 bulan mengumpulkan 150 penderita HIV dan 90 di antara mereka adalah LSL. Saya berharap Pemerintah lebih peduli dengan hal ini, mereka butuh pendampingan psikologis, pendampingan kesehatan, pendampingan agama, dan juga keterampilan agar mereka dapat melanjutkan hidup”. Lanjutnya Ini adalah salah satu kasus dari banyaknya kasus penyimpangan yang berdalih dengan open minded. Berawal dari ketidaktahuan disertai kebebesan berfikir yang keliru, seakan memaksa hal baru yang ada di dunia ini harus dibenarkan, ‘kita saling suka, kita memang diciptakan Tuhan untuk bersama, pelaku LGBT justru harus dilindungi, sudah zamannya kita harus open minded!’. Ya kurang lebih begitu alasan mereka. Alih-alih membedakan mana yang benar dan salah, berfikir terbuka yang tidak didasari ilmu dan diikuti hawa nafsu ini malah menjadi sebuah pertentangan agama maupun norma. Sebagai seorang wanita yang hidup di era modern ini, seharusnya sudah dapat membentengi diri dengan keilmuan, minimal bijak dalam menggunakan media sosial, mampu menyaring apapun yang terlintas di media massa. Karena apa yang kita baca atau saksikan akan terekam dalam otak kita.
Penulis Atik Fitriyati Mahasiswi International University of Africa
Advertisement
Wawancara (Open Minded)
Narasumber: Habib Abdurahman Izzudin
Kepala pusat Kajian dan Literasi PPIDK Timtengka 2021 - Sekarang Wakil ketua PPI Sudan 2020/2021 Pimpinan P4 PPI Sudan 2021
Belakangan ini marak sekali orang-orang yang dapat disebut sebagai influencer atau seseorang yang berpengaruh di masyarakat memberikan argumen-argumen yang keliru bahkan menyimpang terkait open minded, di mana para influencer tersebut memberikan argumen yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan sopan santun kita sebagai bangsa Indonesia.
Terkait dengan isu tersebut tim redaksi kami berkesempatan untuk mewawancarai salah satu dari kakak kelas kita yang sudah berkenan menjawab beberapa pertanyaan terkait open minded yang saat ini sedang hangat-hangatnya. Yuk kita simak jawaban beliau.
Pertama-tama apa sih yang dimaksud dengan open minded?
Yang saya pahami, open minded itu adalah di mana kita bisa berpikiran terbuka. Berpikiran terbuka di sini dalam artian kita bersikap terbuka dengan orang yang berbeda pandangan dengan kita. Kita mampu mendengarkan dan menerima dialog dengan orang yang berbeda pandangan.