Puisi-Puisi
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
I
Puisi-Puisi
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita! Diterbitkan pertama kali di Porong Sidoarjo tahun 2012 Hak Cipta @Penerbit Kanal 2012 Penyusun: Daris Ilma, Rere Christanto, Hisyam Ulum (Sanggar Al-Faz) Editor: Imam Shofwan Desain Sampul & Tata letak Isi: Rahman Seblat Diterbitkan Oleh: Penerbit Kanal Buku ini diterbitkan atas kerjasama Penerbit Kanal, Wahana Lingkungan Hidup Jawa Timur, Pantau, Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) dan Sanggar Anak-Anak Al-Faz Besuki, Porong, Sidoarjo
Penerbit Kanal www.korbanlumpur.info dicetak oleh: RTJ Printing & publishing (Isi diluar tanggungjawab percetakan)
II
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Daftar Isi Judul dalam | 1 Halaman Hak Cipta | 2 Kata pengantar | 4-5 Opini | 6-10 Puisi-Puisi | 11-60
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
III
Puisi-Puisi
Kata Pengantar “punya mata tapi tidak dipakai melihat, punya telinga tapi tak mendengar, punya otak tapi otak bisnis� Pertama, aku meminta maaf kepada anakku dan kawanku. Ketika muncul ide mengumpulkan puisi dari anak-anak korban Lumpur Lapindo, aku menilai ide itu akan sia-sia dan tidak akan berhasil. Tapi kegigihan, ketelatenan juga kesabaranmu mendatangi tiap gedung sekolah, bertemu dengan Kepala Sekolah dan murid-murid di sekolah untuk mengajak mereka berkarya melalui tulis menulis akhirnya ide itu membuahkan hasil. Dapat dikatakan bahwa ide itu diterima oleh pihak sekolah dan anak-anak korban Lumpur Lapindo. Meski ada beberapa Kepala Sekolah yang menolak ide itu. Beberapa minggu setelah ide itu disosialisasikan ke beberapa sekolah akhirnya tumpukan kertas penuh coretan itu datang. Rasa haru, kagum, juga rasa bersalah karena pesimisku, maafkanlah aku putriku, kawanku. Kebiasaan buruk orang-orang dewasa yang menganggap tidak penting mendengar celoteh anak-anak seharusnya kita buang jauh-jauh. Celoteh mereka adalah ungkapan hati mereka. Dari situ kita dapat mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan anak-anak kita. Dari sekian IV
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
banyak celoteh anak-anak yang terangkai dalam puisi, cerita pendek, foto yang mereka ambil sendiri dan beberapa gambar yang tergores dari tangan mungil mereka nampak bahwa sebenarnya mereka marah karena kehidupannya terusik. Mereka marah karena kota yang tak lagi indah. Mereka marah karena rumah atau tempat tinggal mereka yang baru ternyata banyak masalah dan menimbulkan masalah baru. Mereka rindu kedamaian yang dulu. Kenyaman desa yang kini telah terkubur lumpur. Amburadul. Memang amburadul penanganan kasus Lumpur Lapindo yang memporak porandakan segala sektor kehidupan warga Sidoarjo. Ganti rugi di hitung dengan perameter persegi (jual beli aset). Lalu, bagaimana dengan kesehatan? Pendidikan? pemulihan ekonomi? pemulihan kerusakan lingkungan? Dan kerugian in material yang seharusnya lebih penting tenyata di abaikan. Pemerintah yang seharusnya melindungi warga negaranya ternyata tak berkutik di ketiak bos PT Lapindo Brantas. Saat ini pemerintah atau negara memang bukan tempat yang nyaman untuk berlindung. Maka teruskan coretan-coretanmu. Keraskan celotehmu. Karena tuhanpun tak akan merubah nasib seseorang sehingga orang itu mau merubahnya sendiri. Terimakasih kepada putriku, kawanku, siswa-siswi yang berani berceloteh. Terimakasih juga kepada Bapak dan Ibu guru yang telah membimbing siswa-siswinya. Semoga celoteh ini dapat didengar oleh orang dewasa, pejabat dan pemerintah karena anak-anak juga mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasinya. SALAM SATU HATI, SATU BUMI... Cak Irsyad Sidoarjo, 02 Mei 2012. lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
V
Puisi-Puisi
Biarkan Bulan Mendengar Cerita Mereka
Kumpulan opini dan puisi Lumpur Masih Menggila Dengarkan Anak-anak Bercerita! ini bukan bingkisan kemeriahan memperingati enam tahun tragedi semburan lumpur Lapindo. Enam tahun masih tak terselesaikannya kasus ini adalah potret ketidakbecusan dan hilangnya nurani pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Lapindo dalam mengatasi krisis yang menimpa warga. Dalam krisis ini, letupan-letupan suara anak-anak korban Lapindo sulit mendapatkan tempat di tengah maraknya sengketa penyelesaian dampak lumpur lapindo terkait persoalan ganti rugi. Padahal, mereka yang akan menanggung akibat bencana ini lebih lama. Sanggar Al Faz asuhan Cak Irsyad mencoba mendengar suara lirih ini. Mereka mewadahi proses kreatifitas anak agar tidak berhenti dan terhanyut dalam arena-arena perdebatan orang dewasa, dengan menyediakan arena bermain dan belajar. Anak-anak inilah yang kemudian secara jujur menyuarakan apa yang mereka saksikan dan rasakan sehari-hari hidup di wilayah semburan lumpur Lapindo. Apresiasi setingginya untuk Daris Ilma yang menginisiasi pengumpulan puisi, gambar, dan aneka bentuk kreatifitas anak-anak yang hidup di wilayah semburan dan dengan optimisme tinggi, di tengah padatnya jadwal kuliah, menyelesaikan gagasan hingga kumpulan puisi ini bisa diterbitkan. Kepada Hisyam Ulum dan Rere Christanto yang telah sepenuhnya bersama Daris dalam menggagas dan merealisasikan kumpulan puisi ini. Kepada Imam Shofwan yang telah dengan sangat cepat melakukan penyuntingan, dan Rahman Seblat yang dengan sigapnya menata dan mendesain kumpulan puisi ini. VI
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Salut dan terimakasih kepada kawan-kawan Jaringan Advokasi Tambang, Walhi Jawa Timur, dan Pantau yang bersama-sama menginisiasi penerbitan buku ini bersama Kanal Penerbit. Kepada guru-guru di sekolah sekitar area lumpur Lapindo yang mendukung anak didik menuangkan kreasi mereka. Tak lupa kepada kawan-kawan yang telah membantu penerbitan buku ini dengan membudayakan iuran solidaritas. Terima kasih untuk dukungan maupun iuran pencetakan kepada Siti Maimunah-CSF, Mujtaba Hamdi, Mohammad Faisol, Phoebe Anggraeni, Fathkul Khoir, Hening Putri Yosepyn, Ibrahim Isa, Firdaus Cahyadi, Komaruddin, Chik Rini, Nusyahbani Katjasungkana, Subagyo, Lovina Soemni, Devi Fitria, Iratasty Sidharta, Bonnie Triyana, Angeline K Tahir, Tri Mariyani Parlan, Ronny Agustinus, Aang Ananda Suherman, Nivell Rayda, Chrestella Tan, Irma Dana, Gandrasta Bangko, Nazla Anastasia, Budi Setiyono, Bivitri Susanti, Volkes Dadi Lado, Nurun Nisa’, Nilam Indahsari, Hamzah Sahal, Jonathan Lassa, Dewayani Tjhin, M.F. Mukthi, Fahri Salam, Alfa Nugroho, Rm Luluk Widyawan, Rm Sabas, Fathun Karib, Solidaritas Darurat Nasional Jatim, dan kawan-kawan yang tidak bisa kami sebutkan seluruhnya. Kumpulan puisi ini merupakan terbitan kedua Kanal Penerbit setelah buku 29 Cerita Menentang Bungkam: Aneka Suara dan Tuturan Korban Lumpur Lapindo, pada tahun 2010. Semoga kedepan lebih banyak lagi kreasi dan kumpulan berbagai hal terkait korban Lapindo yang bisa diterbitkan. Upaya publikasi ini semata-mata untuk menunjukkan secara obyektif kondisi krisis lumpur Lapindo dari kacamata korban Lapindo. Harapan kami, krisis yang terjadi di Porong tidak mudah dilupakan agar menjadi pembelajaran bagi warga di wilayah lain. Agar anak-anak di wilayah lain juga tidak terenggut masa depannya. Biarlah rembulan tetap merasakan keceriaan dan mendengar cerita-cerita mereka. Porong, 8 Mei 2012 Kanal Penerbit lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
VII
Puisi-Puisi OPINI
Lumpur Lapindo Ada sebuah Desa Renokenongo Kec. Porong kab. Sidoarjo hidup dengan seribu kepala keluarga dengan tenang. Tiba-tiba ada sebuah kejadian yaitu Lumpur Lapindo. Katanya minta izin untuk dibuat pabrik ayam disebuah tengah sawah. Terus terjadi pengeboran secara diam-diam tanpa sepengetahuan warga desa. Semua ini rekayasa orang-orang pangkat. Tapi orang kecil jadi sasaran. Orang menjadi susah tidak punya rumah. (Akhmad Fachrudin, kelas 3 SD) Lumpur Lapindo Dahulu desaku sangat indah. Penuh persawahan, dan pepohonan. Dengan tanah yang subur. Dahulu desaku sangat disukai banyak orang. Tetapi kini desaku telah lenyap. Dilalap oleh Lumpur Lapindo. Semua warga yang tinggal didesaku sengsara. Rumah, Jalan, Perswahan, dan pepohonan kini lenyap sudah. Kini desaku tidak seperti dahulu yang indah dan penuh persawahan dan pepohonan. Semua warga mengungsi dan banyak kehilangan harta dan bendanya. Banyak warga yang menderita sakit, sesak nafas. Itu semua karena bau gas yang sangat menyengat. (Luluk Retnowati, kelas 1 SMP) Komentar saya tentang Lumpur Lapindo Dengan adanya Lapindo, warga yang terkena bencana menadi kehilangan semua harta, benda, dan tempat tinggal, sudah menghilang dengan cepat. Membuat pengguna jalan merasa tidak nyaman karena jalan berlubang dan macet.
Puisi-Puisi OPINI
Banyak warga yang terlantar. Tidur di jalanan, kelaparan, dan menjadi setres karena Lumpur Lapindo. Lapindo sampai sekarang belum juga melunasi ganti rugi korban Lumpur Lapindo. Disamping itu, Lapindo juga mengganggu kelancaran jalannya kereta api yang melintas di sekitar tanggul-tanggul Lumpur Lapindo. (Erlan Ladzina. K, kelas 2 SMP) Akibat Lapindo Bencana Lumpur Lapindo adalah bencana yang tak pernah kami harapkan. Desa yang dulunya indah, kini telah rata dan dipenuhi lumpur. Dulu kami bahagia dan selalu tersenyum. Tapi kini kami menderita terus. Kenapa? Kenapa kau umbar janji-janji palsumu kepada kami? Kami tidak pernah menginginkan janji. Kami hanya menginkan bukti. (Yolanda P. kelas 2 SMP) Lumpur Lapindo Lumpur Lapindo mengapa kamu datang dengan tiba-tiba? Dan membuat orang-orang menjadi sengsara. Baumu yang menyengat membuat kepala orang-orang menjadi pusing. Sudah banyak desa yang kau tenggelamkan karena sumbermu semakin membesar. Sekarang desaku tak terlihat lagi. Kini menjadi derita bagi orang-orang. Lumpur Lapindo telah membuat orang-orang kehilangan harta benda dan orang-orang yang disayanginya berhamburan entah kemana. (Suci Lestari, kelas 1 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
9
Puisi-Puisi OPINI
Lumpur Lapindo Dahulu desaku sangat indah. Penuh persawahan dan pepohonan. Dahulu desaku sangat disukai banyak orang. Tetapi kini desaku telah lenyap dilalap Lumpur Lapindo. Semua warga yang tinggal di desaku sengsara. Rumah, jalanan, persawahan dan pepohonan kini lenyap sudah. Kini desaku tidak seperti dulu. Semua warga berpencar. Banyak warga yang menjadi sesak nafas karena mencium bau gas yang sangat menyengat. (Iluk Retnowati, kelas 1 SMP) Kesaksianku Dengan adanya Lapindo semua warga yang terkena bencana jadi kehilangan semua harta benda dan tempat tinggal. Serta membuat pengguna jalan merasa tidak nyaman karena jalan yang berlubang dan macet. Banyak warga yang stress karena terkena lumpur. Mereka stress karena ganti rugi korban yang belum dibayar. Lapindo mengganggu kelancaran kereta api yang melintas di sekitar tanggul-tanggul Lumpur Lapindo. (Ervan Ladzina, kelas 2 SMP) Kekejaman Lapindo Lapindo. Puaskah kau dengan kekejaman yang kau buat? Banyak orang yang kehilangan rumahnya tapi tak ada kebijaksanaan yang kau perbuat Lapindo. Tidak hanya itu saja. Akibat lumpurmu yang terus meluas banyak perekonomian rakyat yang menjadi mati,, tidakkah kau sadar lapindo? Kesalahan yang kau perbuat dan rakyat yang harus menerima imbasnya. Untuk PT. Lapindo Brantas tolong dengarkan suara dan jeritan hati 10
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi OPINI
kami. Yang kami inginkan hanya hidup bahagia. Tolong Lapindo berikan tangggung jawabmu terhadap rakyat yang menderita akibat kesalahanmu. Agar mereka yang terkena dan menderita bisa hidup tentram dan tenang kembali. (Enes Aria P., kelas 2 SMP) Tentang Lumpur Lapindo Lumpur Lapindo adalah salah satu bukti nyata keteledoran manusia. Yah.. Memang manusia tidak ada yang sempurna. 2006 dianggap tahun sial bagi penduduk kabupaten Sidoarjo. Bagaimana tidak. Tepat pada 29 Mei 2006 adalah tahun dimana hilangnya banyak nyawa, harta, rumah dan seluruh barang berharga korban Lumpur Lapindo. Semua telah ludes dimusnahkan olehnya. Itupun belum membuatnya puas. Tawa dan senyumpun direnggut olehnya. Digantikan tetesan air mata dan tangis yang membuat hati pedih bila memandangnya. Banyak anak kecil terpisah dari keluarganya dan orang-orang yang dicintainya. Hatipun dapat sangat sakit apabila membayangkan ank-anak kecil itu kehilangan keluarganya dan merasakan sebuah pengalaman mengerikan dlama hidupnya. Bedakan dengan kehidupan para koruptor yang mulai menjamur di Indonesia. Hidup mereka bergelimang harta. Hartapun dengan mudah dapat didapatkannya. Apa yang sebenarnya ada dalam kepala koruptor itu? apakah mereka tidak pernah membayangkan sedikitpun bagaimana penderitaan rakyat kecil? Andai saja para koruptor itu dapat merasakan bagaimana tersiksanya menjadi korban lapindo. Not everyone can get the best thing. But, just the best one can do manything. (Alexandria Putri, kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
11
OPINI Puisi-Puisi
Enam Tahun Lumpur Lapindo Telah enam tahun sudah Lumpur Lapindo ada di wilayah ini. Bertambah umur semoga cepat menyelesaikan maslah yang tak kunjung usai. Agar mereka yang menjadi korbannya tak semakin sengsara. Buatlah mereka tersenyum indah dimana mereka waktu itu tak merasakan kesengsaraan dan keresahan yang dialami saat ini. Korban dari Lumpur LApindo hanya manusia biasa yang ingin merasakan hidup yang selayaknya. Mereka resah dnegan semua ini. Mereka semua hanya ingin emndapatkan kehidupan yang nyaman tatkala seperti kehidupan mereka yang dulu. Mereka juga bisa marah. Dampak dari amukan mereka dapat meresahkan warga lain. Demo, kegiatan yang selalu mereka lakukan saat mereka sudah tak sabar dengan janji-janji yang diberikan. Maka, cepatlah selesaikan masalah ini. Mereka terus menangis karena Lumpur Lapindo. (Kharisna D.E., kelas 2 SMP) Lumpur Lapindo Lumpur Lapindo yang membuat warga kehilangan rumah tersayang dan orang-orang tersayang. Semua berhamburan entah kemana. Aku melihat kejadian lumpur itu 6 tahun yang lalu. Membuatku menangis melihat korban yang kehilangan rumah dan orang-orang tersayang terendam oleh lumpur yang panas. Sekarang apa yang dilakukan pemerintah kepada warga yang terkena bencana lumpur? Semua tinggal kenangan. Aku berdoa biar pemerintah dan Lapindo memikirkan keadaan korban lumpur dan bertanggung jawab atas semua ini. (Arienka Putri, kelas 2 SMP) 12
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
OPINI Puisi-Puisi
Lumpur Bakri Nakal Enam tahun yang lalu saya kelas 0 kecil. Ada lumpur Bakri yang nakal saya tau itu. karena dia sudah merusak pernafasanku. Terus dia sudah merusak jalan raya. Sekarang saya sudah tidak punya teman lagi. Semua pindah entah dimana. Harapan saya adalah lumpur bakri nakal harus pergi sejauh-jauhnya. (Putri Dwi Novita, kelas 4 SD) Lumpur Lapindo Dulu sebelum adanya lumpur semuanya aman. Udaranya sejuk karena banyak pohon dan rumah-rumah yang berjejer. Semuanya masih utuh. Sekolahku masih ada. Tapi kini setelah adanya lumpur semua orang pindah dari rumah. Sekolahku tenggelam. Masjid juga tenggelam. Pohon-pohon mati semua. Hilang dan hangus. Aku sangat sedih. Mereka kehilangan rumahnya, barang-barang dan sekolahnya. Anakanak tidak bisa bermain dan sekolah. Mereka kesusahan dan kelaparan gara-gara lumpur itu. mereka kehilangan konsentrasi dan kepinteran. Kasihanilah mereka. Harapanku adalah aku ingin lumpur itu hilang dan pergi jauh dari Desa Besuki biar aman dan semuanya kembali utuh dan damai seperti dulu. (Nita, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
13
Puisi-Puisi
Puisi-Puisi
14
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Panas Lapindo Dari izin yang tak pasti Bapak besar menggali bumi Untuk ambil kekayaan negri Buat makan orang-orang berdasi Tanpa perhitungan Jadi kebocoran Rakyat kebingungan Sampai kapan Sejak keluar dari muka bumi Lambat tapi pasti Kita rakyat jadi sengsara sekali Gak tau tinggal dimana lagi (Ach. Putra, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
15
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Puaskah kau? Setelah apa yang kumiliki Kau renggut begitu saja Tanpa bekas dan arti Kau muncul Kemunculanmu membuat Kehidupan di sekitar jadi runyam Kau menyembur Semburanmu membuat Kehidupan di sekitar jadi ambradul Kau mengalir Aliranmu membuat semua hilang Tenggelam Kini semua telah berubah akibatmu Kini semua telah hilang Yang tampak hanyalah dirimu Lautan Lumpur Lapindo Berhentilah kamu memporak-porandakan Kehidupan sekitar (M. Yusuf Afreza, kelas 5 SD)
16
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Korban Lumpur Panas Lapindo Wahai saudaraku Sungguh malang nasibmu Rumahmu telah hancur karena musibah itu Dan keluargamu tidak bisa menjumpaimu Hartamu hilang entah kemana Masa-masa indah dengan tetangga Ki ni lenyap begitu saja Dan entah bagaimana kita berjumpa Kita mau ke rumah saudara Tetapi tak tahu entah di mana Saudaraku hilang begitu saja Sungguh bencana yang menyakitkan buat saya (Manilatul Ursiyah, Kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
17
Puisi-Puisi
Korban Lumpur Lapindo Wahai orang yang kucintai Sungguh malang nasibmu Banyak orang yang terluka Dan kehilangan harta benda Lumpur Lapindo Kau membuat semua orang menjadi resah Rumah mereka hancur semua Karena lumpur Lapindo Engkau sudah merusak sawah mereka Rumah dan ladang semuanya hancur Berpisah dengan tetangga Tiada teman untuk bercanda (Anjela Kriskurnia, , Kelas 5 SD)
18
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Korban Lumpur Panas Lapindo Mengapa di kota Sidoarjo Terdapat bencana yang menyusahkan? Ada semburan lumpur panas lapindo Yang membuat semua berantakan Rum-rumah hancur Sawah lading musnah Kapan mereka kembali makmur Kalau mereka semua berpisah Dia merusak apa saja yang dilaluinya Bangunan, tumbuh-tumbuhan semua rata Dia memakan banyak jiwa manusia Dia mencemari air dan udara Banyak orang kehilangan keluarganya Banyak orang kehilangan tetangganya Yang dulu menyayangi dan mengasihi mereka Mereka hilang entah ke mana Sampai kapan mereka menderita Karena kehilangan harta bendanya Mari kita serentak untuk menolongnya Membantu meringankan beban mereka (Tsabitah Amaliyah, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
19
Puisi-Puisi
Lumpur Panas Lapindo Banyak bubur dan nanas Cuma satu buatan Pak Bakri Banyak lumpur yang panas Cuma satu yang membawa bencana ini Makan nanas di Teluk Banda Asap panas di Kedung Bendo Biarpun lumpur panas di Sidoarjo Kita belajar, cari ilmu di Sidoarjo (M. Ajri)
20
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Enam tahun sudah terlewati Banyak orang-orang menderita Dan banyak orang kehilangan rumahnya Oh Lumpur Lapindo Mengapa terjadi di desaku tercintta Di desa Porong yang terjadi Sekarang desaku terasa sunyi Susahnya mencari transportasi Sampai kapankah ini semua? Sampai berapa tahunkah? Lumpur yang membuat resah Membuat orang-orang selalu takut Oh lumpur Lapindo (Ach. Yusuf, Kelas 4 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
21
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Hari demi hari berlalu Karena sebuah bencana yang terjadi Akibatnya semua harus pergi Meninggalkan tempat yang dimiliki Sebuah lumpur yang menyembur Dari sebuah tempat yang subur Bukan hanya harta yang etrkubur Kenangan juga hancur lebur Banyak orang kehilangan pekerjaan Anak-anakpun menjadi korban Pendidikan menjadi terabaikan Masa depan pun berantakan (Lailatul Mufida, Kelas 4 SD)
22
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Wahai lumpur Lapindo Mengapa kau buat Masyarakat jadi sengsara Betapa kejamnya dirimu Sudah enam tahun Kau telah membuat Masyarakat meneteskan air mata Karena rumah mereka telah kau rendam Dengan lumpur yang sangat panas Wahai lumpur Lapindo Berhentilah Membuat masyarakat sengsara (Nur Af’idatul R., kelas 6 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
23
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lapindo Kau membuat orang menderita Ratusan rumah telah tiada Entah mereka tinggal dimana Lapindo Kau membuat mereka sengsara Kehilangan canda tawa Mereka kehilangan segalanya Lapindo Kapan semburanmu usai 6 tahun sudah kau hadir dikehidupan kami Kuharap kau tak kembali di kelak nanti (Dwi Mahdiana, kelas 2 SMP)
24
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Yang Kejam Kau membuat mereka kehilangan rumah Saudara, anak, orang tua dan sekolah Kau membuat mereka sengsara Mereka kehilangan harta benda yang berharga Dan kau juga menelan banyak jiwa Betapa kejamnya engkau Andai engkau tahu desaku yang dulu indah Kini sudah tak terlihat lagi Dan kini yang hanya terlihat Hanyalah asap hitam yang tebal Kini desaku sudah terendam lumpur Lapindo (Nabila Agus Shinta, kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
25
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lapindo‌ Kau membuat warga resah Dan menyusahkan mereka Sungguh kasihan mereka sekarang mereka tidak punya rumah Dan mereka pun berpencar dari keluarganya Lapindo‌ Semuua desa pun kau habiskan Bahkan kau menyapu semua rumah (Naili Atqiya’ kelas 2 SMP)
26
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Di tanggul yang menjelang tinggi Ku tatap hamparan semburan lumpur panas Bau yang menyengat menyelimuti udara di sekitarku ini Pemerintah seakan berpacu dengan waktu Dengan waktu yang terus bergulir cepat Secepat ia menenggelamkan rumah-rumah di sekitarnya Berapa banyak orang lagi yang menjadi korban? Berapa hektar tanah lagi yang akan tenggelam? Berapa rupiah lagi yang harus dikeluarkan pemerintah? Aku pun sejenak berpikir Apa yang di cari bencana ini? Apakah ini sebuah karma? Atau sebuah bencana yang maha dahsyat? (Yolanda Olivia, kelas 1 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
27
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lumpur Lapindo Kau telah merasahkan warga Tumbuhan hijau tak lagi ada Dan rumah warga telah tenggelam Lapindo Desa yang dulu indah Dan penuh ketentraman Kini kau jadikan lautan derita bagi warga Oh lapindo Di mana hati nuranimu Semua warga menjerit kehilangan tempat tinggal Karena semua kelakuanmu (Kiki Irmawati, kelas 1 SMP)
28
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Tatapku Betapa ku terpaku ketika desa ku Menjadi lautan l umpur Lapindo Betapa ku rinduhnya pada desaku Kini kenangan berubah menjadi air mata Seuntaian kata menjadi janji-janji manis Hanya kau memikirkan dirimu sendiri Tak kelak kau menoleh kepada kami yang sengsara Di sana orang tak berdosa atas ulahmu Menjadi korban Lumpur Lapindo (M. Rochkiza Arddiansyah, kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
29
Puisi-Puisi
Jangan Beri Janji Desaku kini menjadi sebuah lumpur yang deras Padi pun mulai bercampur lumpur Sawah pun tak bisa lagi untuk ditanamkan Desaku kini menjadi lautan Lumpur Lapindo Bapak–bapak yang duduk disana dengan santainya Dimanakah janji–janji manismu Ketika desaku menjadi lautan bercampur lumpur Lapindo Betapa banyak orang menjadi menderita karena lumpur Lapindo (Roza Dwi Mantara, kelas 1 SMP)
30
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Kedatanganmu membawa bencana Kau sangat meresahkan warga Baumu sangat tidak nyaman Oh lumpur Lapindo Kau jadikan kampung menjadi lautan lumpur Air mata menetes di kota Porong Dan kau menyingkirkan kami (niya lisfiya ningsih, kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
31
Puisi-Puisi
Hancurlah Kotaku Oh kota ku Keindahan dan kebersihan membuat engkau dikenang Kemakmuran dan kesejahteraan warganya membuat engkau diidam– damkan Tapi Sekarang engkau dielu–elukan Karna munculnya Lumpur Lapindo Oh kotaku Tangisan dan jeritan itulah yang selalu kau tumpahkan Eluhan dan ketakutan itulah yang selalu aku rasakan Oh Tuhan Bantulah kami Bukalah mata hati Pak Bakrie dan para pemerintah Oh tuhan Dengarkanlah tangisan dan doa kami Kurangkanlah derita yang kami rasakan Oh tuhan Kabulkanlah doa kami‌.amin (Tyas Setyaning A. kelas 2 SMP)
32
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lapindo Kuberdiri tegak diatas tanggul Kulihat semburan Lumpur Lapindo Kuhirup bau yang menyengat Keindahan alam yang hijau Kini berubah menjadi kuning mengering Sawah yang luas membentang Kini berubah menjadi lautan Rumah penduduk yang bagus Tenggelam oleh Lumpur Lapindo Ini semua sungguh cobaan tuhan yang maha esa (Dwi Rizki A.L., kelas 1 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
33
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lapindo Lagi–lagi Lapindo Kau sengsarakan masyarakat dengan kedatangmu Masyarakat kau jadikan korban kesengsaraan Lapindo‌ Bertahun-tahun engkau tak selesai Kau rendam rumah, sawah, pohon beserta tanahnya Gedung sekolah, rumah makan, tempat beribadah ikut terendam (Algita puspita N., kelas 1 SMP)
34
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
LUMPUR LAPINDO Dahulu damai kotaku Dahulu tentram negriku Tetapi setelah peristiwa itu Hancur leburlah lingkunganku Sawah-sawah yang dulu hijau Alam indah yang memukau Kini semakin rusak Pemerintahnya pun tak terhirau Rumah-rumah tenggelam Jalan pun menghilang Membuat hati tak tenang Dunia sekarang sakit Yang ada hanya penyakit Sungguh saat yang sulit Dan tak mampu bangkit Lumpur Lapindo telah mengisi Tragedi di kota kami Lumpurnya menyembur di muka bumi Terus dan tiada henti. (Ana Mardiyana, kelas 1 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
35
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Bencana lumpur Lapindo Mengakibatkan rumah, sawah dan jalan tenggelam Gas yang panas mengakibatkan udara tercemar Udara yang panas membuat pohon - pohon dan sawah menjadi kering Air menjadi tercemar karena lumpur Lapindo Rumah-rumah yang rusak Mengakibatkan penghuninya menjadi sengsara dan akhirnya mengungsi Hidupnya penuh dengan kesedihan Karena keluarganya banyak yang menjadi korban lumpur Lapindo Alam yang dulunya indah dan sejuk Kini menjadi sebuah lautan lumpur Ini semua ulah manusia Bukan bencana alam (Irma Yuningsih, kelas 1 SMP)
36
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Kepedihan Lumpur Lapindo Betapa pedihnya hatiku Debu–debu bertaburan Menyelimuti kenafsuan Jiwa raga manusiawi Yang bertanggung jawab Nafas menyesak di dada Yang begitu menyakitkan Orang–orang menangis Dengan penderitaan yang begitu menyakitkan Beribu ribu janji Yang ditaburkan Entah hilang tanpa kepastian Ya allah…. Hanya do’a yang dipanjatkan kepadamu Ya allah…. Sadarkanlah orang orang yang menyelimuti kemurkaan Serta keserakahan di dunia ini Yang tak pantas untuk dimiliki (M.dicky setia achmanda, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
37
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Jahat Hari dan bulan telah berganti Bencana pun telah terjadi Menyusahkan masyarakat ini Lumpur Lapindo yang ada di desaku ini Rumah, sekolah hancur karena ulahmu Kejadian seperti sungguh menyakitkan hatiku Mengapa kejadian ini terjadi di desaku Desa yang sangat aku sayangi Dan yang sangat aku cintai itu Padahal aku ingin desaku seperti dahulu Oh lumpur‌ Sungguh teganya dirimu Menghancurkan semua impian ku Dan menghancurkan harapanku (Mufidatul Aula, kelas 6 SD)
38
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lapindo Lapindo Sudah enam tahun kau menimpa warga di sekitamu Kau membentang seluas samudra Baumu yang menyengat Lumpurmu yang panas Barang-barang dan rumah hanyut karenamu Duka mendalam bagi korban Sungguh kejam kau Lapindo (I Kadek Devan B., kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
39
Puisi-Puisi
Lapindo Awalnya kau hanya semburan lumpur Kau mengeluarkan lumpur yang panas Semburan itu semakin lama semakin berkembang Kau telah membuat warga kesusahan Lapindo Kau sudah meluas ke beberapa desa Karena kau Desa itu terendam lumpur Lapindo Kau telah membuat warga sedih Kau telah menghancurkan rumah mereka Karena kau warga menjadi kesusahan (Imroh Atus S., kelas 2 SMP)
40
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Oh lumpur Desa yang makmur kini sekarang telah hilang Menjadi kawasan lumpur Bau asap pun berkumpul Air dan lumpur bercampur menjadi satu Lumpur yang panas membuat rumah roboh Pohon yang hijau mulai mengering Lumpur semakin tinggi Membuat desa yang makmur tenggelam Kau membuat warga tidak bisa melihat Rumah yang dulu mereka buat Rumah tempat ia dilahirkan dan dibesarkan (Imelda Eka H., Kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
41
Puisi-Puisi
Sekolahku Karena keserakahan segelintir orang Kau menyembur di mana-mana Mana sekolahku yang dulu Mana temanku yang dulu Mana keceriaan yang dulu Yang selalu membuat hatiku senang Kini engkau tiada lagi Terkubur dalam luapan lumpur (Fira, kelas 3 SD)
42
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Panas Lapindo Engkau telah menghancurkan sekolahku Engkau telah menghancurkan rumahku Engkau memporak-porandakan teman-temanku Engakau memisahkan saudara-saudaraku Enam tahun sudah berlalu Engakau tetap mempertahankan kebusukanmu Sampai kapan derita ini? (Zidan, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
43
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo 6 tahun Lumpur Lapindo Sekolahku kena lumpur Lapindo Aku sedih sekolahku kena lumpur Rumahku kena lumpur Lapindo Aku sedih Banyak orang tidak mempunyai tempat tinggal Kalau makan bau lumpur Lapindo Aku kedinginan Harapanku Lumpur tidak lagi menyembur Lapindo harus mengembalikan rumahku Lapindo harus mengembalikan teman-temanku dan senyumku (Dwi Yuliana, kelas 5 SD)
44
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Nakal 6 tahun lumpur Lapindo Rumah warga tenggelam Aku jadi sedih Karena kau lumpur nakal Aku ingin bertemu Dengan teman-temanku lagi Aku jadi sedih tidak ada teman bermain Aku kehilangan rumah Teman Sahabat Keluarga Baunya lumpur sangat busuk Aku jadi sakit pusing Gara-gara lumpur nakal Aku sering menghirup bau busuk (Putri, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
45
Puisi-Puisi
Lapindo Lapindo Kau hancurkan rumah warga yang tidak bersalah Lumpurmu kian meluber kemana-mana Lapindo Brantas kau membrantas desa-desa yang asri Kini uap panasmu Membuat warga terkena sakit sesak nafas Lumpur panasmu membuar warga menderita dan menangis Di mana hati nuranimu? Rumah warga telah kau lenyapkan Lapindo tak bertanggungjawab Aku benci kamu (Dwi Ayu, kelas 2 SMP)
46
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Panas Lapindo Tanggul-tanggul berjajar rapi Mengingatkan tragedi terjadinya bencana ini Lumpur panas bercampur gas ini Semakin lama semakin benci Banyak nyawa yang hilang karenanya Banyak harta dilahap olehnya Sekolah tempatku mencari ilmu Rumah Allah tempatku memohon Rumah tempatku berlindung Semua hilang karenanya Angin yang bertiup segar Udara yang lembut dan sejuk Pohon-pohon yang tumbuh rindang Rumah-rumah yang berbaris rapi Kini telah hilang Digantikkan hamparan Lumpur Lapindo Ulah siapakah ini? (Winda Ayu Tri P., kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
47
Puisi-Puisi
Kesedihan Di Desaku Desaku kini telah hilang Dilenyap lumpur panas Hanyalah kenangan yang tertinggal Isak tangis Terdengar di setiap mendengar kata lumpur Lapindo Meratapi rumah dan harta yang hilang Hilang terkubur lumpur Harapanku kini telah lenyap Di atas puing-puing rumah yang tengggelam Ya Allah Apakah semua ini akan terus begini? Tiada canda tawa Tinggallah kesedihan hati Ya Allah Bantulah kami Agar dapat melewati semua ini (Salma Nabila, kelas 1 SMP)
48
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Ya Tuhan Mengapa engkau berikan cobaan ini kepada kami Apa salah kami Tuhan? Sehingga lumpur Lapindo menenggelamkan desa kami Lumpur Engkau memakan banyak korban Rumah, toko, pabrik dan sekolah ikut tenggelam Kini engkau semakin merajalela Tetes air mata tak mampu kutahan Sumbermu kini semakin membesar Kini desa kami hanya tinggal kenangan (Giri Pratama, kelas 1 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
49
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lumpur panas Kau meresahkan banyak warga Kau telah menenggelamkan banyak rumah Baumu yang menyengat dan asapmu Membuat udara tercemar Sumber lumpur panas Membuat air yang jernih Menjadi hitam dan berbau Tumbuhan hijau menjadi mati Karena kau semua orang tak bisa menikmati hidup yang indah lagi Sekarang kau telah menjadi lautan Dengan hamparan air yang berwarna hitam Oh sungguh malang nasib tempat tinggalku Tuhan Kapan musibah ini akan berhenti? Aku merasa iba melihat orang-orang disekitarku Harta benda mereka telah ditenggelamkan Oleh lumpur panas lapindo (Choirun Niisa’, kelas 2 SMP)
50
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Pasir–pasir yang gersang Batu–batuan yang besar menutupi tanggul Angin yang begitu panas melewati tanggul Pohon menjadi kering dan mati Lumpur yang telah menenggelamkan Seluruh harta benda penduduk Debu yang selalu mengiringi setiap saat Rumput-rumpur yang layu Rumah-rumah yang rusak dan roboh Asap lumpur yang selalu menyembur Air yang bercampur lumpur Desa itu sudah dilalap lumpur Hilang tak berbekas (Ika Fira Wati, kelas 2 SMP)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
51
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lumpur panas yang menyembur dari muka bumi Asap hitam yang menyelimuti awan biru Udara segar menjadi busuk Banyak rumah yang tenggelam Pasir dan baru yang menjadi bendungan Diselimuti rumput yang berwarna hijau Lumpur dan minyak yang terus menyembur Pipa–pipa yang mengalirkan lumpur ke Sungai Porong Membuat jalan raya macet Rel kereta api hamper tertutup Bencanaitu dibuat oleh PT. Lapindo Brantas Yang tidak bertanggung jawab Dan kami hanya bisa berkata Kapan semua ini dapat kembali seperti dulu? (Winantyo G.A., kelas 2 SMP)
52
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Yang Kejam Pada tanggal 29 Mei 2006 Datanglah lumpur Lapindo yang kejam Pada hari itu dimulailah penderitaan Dan aku sangat sedih Lumpur Lapindo ulah manusia Namanya Pak Bakri Sekolahku tenggelam dan rumah teman-temanku Kapan pemerintah datang untuk orang-orang warga desa Besuki Lalu orang-orang demo Hai Bakri! Mengapa kamu tidak bisa membantu warga Desa Besuki? Warga Desa Besuki sudah tidak punya apa-apa lagi (Zulfika Rohmah, kelas 5 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
53
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Yang Kejam Kau hilangkan rumahku Kau sakiti keluargaku Kejam kau itu Kau rendam sekolahku Kejamnya kau itu lumpur Aku tak bias lagi sekolah Rumahku, rumah teman-temanku, sekolahku Kau habiskan semua Semua orang takut padamu Pohon-pohon subur menjadi layu Aku kecewa sama kamu Semua kau habiskan Kasihanilah aku dan keluarggaku Kasihanilah orangtuaku Ibuku menangis kehilangan rumahnya Gara-gara lumpur kejam itu Ibu sakit sesak gara-gara lumpur itu Hatiku terasa terpukul melihat lumpur itu Sudahlah lumpur Aku tak mau melihat kamu lagi Aku bosan melihat kamu lagi Aku mau tidur ini sudah malam (Nita Lisdianah, kelas 4 SD) 54
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo yang Nakal Lumpur Lapindo yang nakal Rumah saya ditenggelam oleh lumpur Lapindo yang nakal Wahai Lumpur Lapindo yang nakal Rumah saya ditenggelam oleh lumpur Lapindo yang nakal Pohon-pohon mati semua Karena Lumpur Lapindo yang nakal Bukuku dan mainanku tenggelam lumpur Lapindo yang sangat nakal itu Adik saya tenggelam oleh lumpur Lapindo yang sangat nakal Ibuku menangis Karena adikku tenggelam oleh lumpur Lapindo Orang gila pembuat lumpur Lapindo yang nakal (Putri, kelas 4 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
55
Puisi-Puisi
Sekolahan Sekolahku yang indah Dulu sekolahku bagus Tapi sekarang Aku sekolah menumpang Kalau ujian aku terganggu Belajar tidak tenang Aku diganggu orang banyak Karena sekolahan menumpang Perpustakaanku hilang Kantor guruku hilang Tempat untuk ibadah juga hilang Semua hilang Karena Lumpur Lapindo (Miyah, kelas 5 SD)
56
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Hai lumpur Kenapa kamu jahat Kamu juga menghilangkan rumah kami Kamu juga tega menghilangkan sekolahan kami Kita tidak bisa bekerja Semua kau telan Kami tidak punya apa-apa Kamipun kelaparan Dan semua meninggal karena Lumpur Lapindo (Eka Maulidiya, kelas 6 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
57
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Lumpur bonex mania Bakri telah didemo orang Hai bakri Semua orang jadi takut Hai babi babi Ooo salah ternyata bakri Bukan babi babi Burung-burung kenapa kamu pergi Pohon-pohon telah mati Mayit-mayit juga tenggelam Lumpur Lapindo Keadilan untuk Munir Keadilan untuk semua Nasik tidak suka Lumpur Lapindo karena baunya busuk Nasik tidak suka Lumpur Lapindo karena jahat Rumah saya, tempat bermainku sudah tenggelam Lumpur Lapindo (Nasik, kelas 5 SD)
58
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
Lumpur Lapindo Pada tanggal 29 mei 2006 mulailah bencana lumpur Warga barat tol terkena Lumpur Lapindo Dan lumpur itu mengalirlah ke warga timur tol Lumpur Lapindo mengalir pada saat malam hari Datanglah seorang pejabat pak presiden Pak presiden melihat rausan rumah yang terkena lumpur Pohon-pohon pada mati, sawah dan beberapa hewan Seperti ayam dan kambing Sawah rugi besar karena tiidak bias ditanami lagi Ikan-ikan di sungai pada mati semua Karena yang mengalir di sungai adalah Lumpur Bukanlah air yang bersih dan jernih (Iin, kelas 4 SD)
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
59
Puisi-Puisi
60
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
Puisi-Puisi
lumpur masih menggila, dengarkan anak-anak bercerita!
61