EVALUASI PROYEK REVITALISASI ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

Page 1

LAPORAN AKHIR EVALUASI PROYEK REVITALISASI


LAPORAN AKHIR EVALUASI PROYEK REVITALISASI ALUN-ALUN KOTA BANDUNG Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Perencanaan (TKP 507) Dosen Pengampu : Widjonarko, S.T., M.T. Dr.Eng. Maryono, S.T., M.T. Ir. Parfi Khadiyanta, M.Si. Dr. Ing. Santy Paulla Dewi, S.T., M.T

Disusun Oleh : KELOMPOK 7A Mahda Huriyatul S. S

21040117120008

Parandita Anisa FM

21040117120030

Fathiyyah Nur Andina

21040117130068

Kinanthi Niart

21040117130070

Syifa Nurfathia A

21040117130073

Ariel Nathasya

21040117130084

Sendi Rafitama

21040117140056

Ersan Putro Santoso

21040117140068

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2020

2


DAFTAR ISI DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 5 1.1.

Latar Belakang .................................................................................................... 5

1.2.

Rumusan Masalah ............................................................................................... 6

1.3.

Tujuan dan Sasaran ............................................................................................. 6

1.3.1.

Tujuan ............................................................................................................. 6

1.3.2.

Sasaran ............................................................................................................ 6

1.4.

Ruang Lingkup.................................................................................................... 7

14.1. Ruang Lingkup Materi ........................................................................................... 7 1.4.2.

Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................. 7

1.5.

Ruang Lingkup Waktu ........................................................................................ 8

1.6.

Sistematika Penulisan ......................................................................................... 8

1.7.

Logical Framework ........................................................................................... 10

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PROGRAM ...................................... 14 2.1. Gambaran Umum Wilayah ................................................................................... 14 2.2. Gambaran Umum Program .................................................................................... 16 BAB III KAJIAN LITERATUR ...................................................................................... 17 3.1. Ruang Publik......................................................................................................... 17 3.2. Fungsi Ruang Publik .............................................................................................. 18 BAB IV METODE EVALUASI DAN HASIL ANALISIS EVALUASI PROGRAM ... 20 4.1. Variabel, Indikator dan Parameter Evaluasi........................................................... 20 4.2. Metode Evaluasi..................................................................................................... 20 4.3. Hasil Analisis ............................................................................................................. 22 4.3.2. Hasil Analisis dengan Metode Regresi Linier Sederhana ................................... 27 BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 30 5.1.

Kesimpulan ....................................................................................................... 30

5.2.

Rekomendasi Rencana Tindak Hasil Evaluasi .................................................. 30

5.2.1.

Peningkatan Fasilitas Pusat Infomasi Pariwisata .......................................... 30

5.2.2.

Peningkatan Fasilitas Ramah Anak, Lansia dan Disabilitas ......................... 31

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 32 LAMPIRAN...................................................................................................................... 33

3


DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Citra Satelit Kawasan Alun-Alun Bandung .................................................... 8 Gambar 2.1. Kawasan Alun-Alun Bandung ..................................................................... 14 Gambar 2.2 Alun-Alun Bandung Tahun 1925 .................................................................. 15 Gambar 2.3 Alun-Alun Bandung Setelah Revitalisasi ...................................................... 15 Gambar 2.4 Kawasan Komersial di Sekitar Alun-alun Kota Bandung ............................. 16 Gambar 4.1 Jumlah Pengunjung dengan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung............. 16

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Logical Framework Revitalisasi Alun-Alun Bandung..................................... 10 Tabel 4.1 Variabel, Indikator dan Parameter Evaluasi .................................................... 20 Tabel 4.2 Analisis Evaluasi Perencanaan Proyek Revitalisasi Kota Bandung dengan Metode Village History ..................................................................................................... 23 Tabel 4.3 Jumlah Pengunjung Alun- Alun Kota Bandung dan PDRB Kota Bandung .... 27 Tabel 5.1 Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Penyediaan Pusat Informasi Pariwisata ..... 31 Tabel 5.2 Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Peningkatan Fasilitas Ramah Anak, Lansia dan Disabilitas................................................................................................................... 31 Tabel Lampiran Logical Framework Revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung .................. 33

4


BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang mengenai evaluasi proyek Revitalisasi Alun-alun Kota Bandung, rumusan masalah, tujuan, sasaran, ruang lingkup, sistematika penulisan, dan kerangka kerja logis (logical framework). 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu bagian dari elemen perkotaan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pembangunan kota. Menurut UndangUndang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka di dalam penataan ruang perkotaan minimal harus tersedia 30% luas wilayah, dengan ketentuan 20% berupa RTH publik. Sementara itu, adanya Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 adalah mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika. Aspek tersebut menjadikan RTH publik sebagai penyeimbang kualitas lingkungan hidup kota. Salah satu RTH publik di perkotaan yang sering menjadi perhatian dalam pembangunan adalah taman kota. Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan Indonesia dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik yang tinggi. Kota ini menjadi Ibukota Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk mencapai 2.507.888 jiwa pada tahun 2019 (BPS, 2020). Proses konversi lahan yang tinggi di Kota Bandung akibat dinamika perkembangan perkotaan dan semakin padatnya penduduk akan berdampak pada keterbatasan lahan terbuka perkotaan. Hal itu dikhawatirkan akan dapat menimbulkan masalah penurunan kualitas lingkungan di Kota Bandung. Kota Bandung mulai memperhatikan ruang terbuka hijaunya sejak tahun 2013 dalam rangka menjadikan Kota Bandung sebagai kota berbasis lingkungan. RTH kota khususnya taman kota mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandung dengan adanya program pembangunan berbagai taman tematik. Salah satu taman yang menjadi perhatian Pemkot adalah Alun-alun Kota Bandung yang terletak di pusat kota. Program revitalisasi Alun-alun Kota Bandung dimulai sejak akhir tahun 2014 dan diresmikan pada awal tahun 2015. Program revitalisasi ini menjadikan Alun-alun Kota Bandung dapat kembali menjalankan fungsinya sebagai Positive space, yaitu ruang publik yang keberadaannya dapat memberikan manfaat untuk kegiatan yang bersifat positif serta dikelola oleh Pemerintah (Carmona, et al.: 2008, p. 62).

5


Sejak diresmikan, Alun-alun Kota Bandung mendapat atensi yang luas dari publik dan media. Hal ini dikarenakan adanya perubahan landsekap Alun-alun Kota Bandung yang sangat signifikan pasca revitalisasi. Selain itu, terdapat perbaikan infrastruktur dan fasilitas taman yang menambah daya tarik dari Alun-alun ini. Hal itu kemudian membuat Alun-alun Kota Bandung dikunjungi sebagai tempat rekreasi oleh masyakat baik dari Kota Bandung sendiri maupun dari luar kota. Peningkatan jumlah kunjungan ini juga diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan perkenomian kota karena letaknya yang berada di jantung Kota Bandung. Sebagai program yang bisa dikatakan berhasil karena telah memberikan dampak positif pada banyak aspek, penulis memiliki tujuan untuk mengevaluasi program ini dalam rangka untuk melihat hal apa yang masih perlu ditingkatkan atau ditinjau ulang, agar keberlanjutan program dapat terus optimal dan dipertahankan.

1.2. Rumusan Masalah Alun-alun Kota Bandung merupakan salah satu ruang terbuka hijau berbentuk taman kota yang aktif di Kota Bandung. Keberadaan alun-alun ini pasca di revitalisasi oleh Pemkot Bandung telah memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Untuk melihat keberlanjutan dari manfaat yang didapatkan tersebut, maka rumusan masalah dalam kegiatan evaluasi ini akan berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Seberapa jauh manfaat yang didapatkan dari adanya Program Revitalisasi Alun-alun Kota Bandung?”

1.3. Tujuan dan Sasaran Evaluasi program revitalisas Alun-Alun Kota Bandung memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut. 1.3.1.

Tujuan Evaluasi program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung dilakukan dengan maksud

untuk mengidentifikasi kesesuain pelaksanaan program revitalisaasi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh program revitalisasi tersebut. Termasuk mengidentifikasi seberapa jauh program revitalisasi yang dilakukan memberikan manfaat sesuai dengan yang direncanakan. 1.3.2.

Sasaran Sasaran yang perlu dicapai dalam rangka mencapai tujuan yang telah diutarakan

sebelumnya sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi hal-hal terkait program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung.

6


2. Menyusun kerangka logis evalusai terkait program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung. 3. Menyusun variabel, indikator dan parameter evaluasi program revitalisasi AlunAlun Kota Bandung. 4. Menganalisis dan mengevaluasi program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung. 5. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung.

1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup evaluasi program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung meliputi ruang lingkup materi, wilayah, dan waktu. 14.1. Ruang Lingkup Materi Secara materi evaluasi program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung ini memiliki batasan dimana pembahasan yang dilakukan adalah terkait dengan pengkajian rencana revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung, pengkajian kondisi Alun-Alun Kota Bandung sebelum dan setelah pelaksanaan program revitalisasi dan kesesuain pelaksanaan program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung dengan rencananya, termasuk terkait tujuan dan manfaat. 1.4.2.

Ruang Lingkup Wilayah Evaluasi dilakukan di dalam lingkup kawasan Alun-Alun Kota Bandung.

Kawasan ini sendiri berada di Jl. Asia Afrika, Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. Kawasan ini menyatu dengan kawasan Masjid Raya Bandung, seperti terlihat pada peta berikut.

7


Gambar 1.1 Citra Satelit Kawasan Alun-Alun Bandung Sumber: Google Earth, 2020

1.5. Ruang Lingkup Waktu Program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung dilakukan selama akhir tahun 2014. Oleh karena itu ruang lingkup waktu evaluasi adalah tahun 2014 sebagai baseline dan tahun setelah 2014 sebagai target, dimana pada evaluasi kali ini menggunakan tahun 2020.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan akhir evaluasi ini ditulis berdasarkan urutan berikut ini : BAB I PENDAHULUAN Bab pertama berisi mengenai latar belakang mengenai kegiatan evaluasi Program Revitalisasi Alun-alun Kota Bandung, rumusan masalah yang dihasilkan, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup (materi, wilayah dan waktu), sistematika penulisan, dan kerangka kerja logis evaluasi yang akan disajikan dalam bentuk Logical Framework. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PROGRAM Bab kedua berisikan tentang gambaran umum Kota Bandung sebagai ruang lingkup wilayah dan gambaran umum dari Program Revitalisasi Alun-alun Kota Bandung yang memuat deskripsi gambaran umum wilayah dan gambaran umum program. BAB III KAJIAN LITERATUR

8


Bab ketiga membahas mengenai kajian literatur yang diperoleh dari telaah dokumen. Kajian literatur ini memuat beberapa sub penjelasan yaitu mengenai ruang public dan fungsi ruang publik baik dari segi fungsi umum ruang publik dan fungsi ekologis ruang publik. BAB IV METODE EVALUASI DAN HASIL ANALISIS EVALUASI PROGRAM Bab keempat adalah bab yang berisi penjelasan mengenai variabel, indikator, parameter evaluasi yang digunakan dalam evaluasi, metode evaluasi dan hasil analisis. BAB V PENUTUP Bab kelima adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan dan rekomendasi rencana tindak hasil dari evaluasi Program Revitalisasi Alun- Alun Kota Bandung. Bagian kesimpulan memberikan ringkasan hasil analisis yang dijabarkan pada bab empat, sementara rencana tindak memberikan rekomendasi dan saran untuk perbaikan kedepan.

9


1.7. Logical Framework Tabel 1. 1 Logical Framework Revitalisasi Alun-Alun Bandung Hierarki Logis Tujuan

Deskripsi

Indikator

Parameter

Baseline (2014)

Target (2020)

MOV

Asumsi dan Risiko

Terwujudnya Alun-alun Kota Bandung sebagai wadah aktivitas warga dan daya tarik wisata andalan di Kota Bandung sehingga meningkatkan perekonomian Kota Bandung.

-

-

-

-

-

-

Pendanaan dan promosi Alun-alun Bandung sebagai objek wisata andalan Dukungan kebijakan Alun-alun Bandung sebagai objek wisata andalan. Kualitas dan daya tarik alun-alun terus dijaga dan dikembangkan sehingga semakin dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakat. Dukungan (pendanaan, promosi, infrastruktur,dll) pengembangan kawasan kawasan

Impact

Alun-alun menjadi positive space (ruang publik yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif ) yang menarik kunjungan wisatawan dan dapat meningkatkan perekonomian Kota Bandung.

Pertumbuhan Ekonomi

PDRB Kota Bandung tahun 2014-2019 (milyar rupiah)

Rp. 172,697,869.44 (Juta rupiah)

PDRB Kota Bandung mengalami peningkatan

Telaah dokumen

Outcome

Peningkatan kualitas dan daya tarik Alun-Alun Bandung sebagai ruang terbuka aktif

Peningkatan jumlah kunjungan di Alun-Alun Kota Bandung

Jumlah kunjungan wisatawan lokal dan luar kota di AlunAlun Kota Bandung tahun 2014-2019 (jiwa)

Pengunjung sebagian besar masyarakat lokal sehingga jumlahnya relatif sedikit (40311 jiwa)

Pengunjung merupakan masyarakat lokal dan wisatawan sehingga terjadi peningkatan jumlah pengunjung

Telaah dokumen


Alun-alun sebagai objek wisata . Pengembangan Alunalun sebagai objek wisata mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi.

Output

1. Terciptanya visual atau keindahan (good view) di Alun-alun Kota Bandung 2. Tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana di Alun-alun Kota Bandung 3. Terciptanya kondisi Alun-alun Kota Bandung yang aman. 4. Terciptanya kondisi Alun-alun Kota Bandung yang bersih dan nyaman. 5. Terciptanya kemudahan akses menuju Alunalun Kota Bandung

1. Ketersediaan vegetasi hias dan peneduh. 2. Ketersediaan fasilitas penunjang aktivitas. 3. Ketersediaan fasilitas keamanan. 4. Ketersediaan fasilitas kebersihan. 5. Ketersediaan fasilitas transportasi.

1. batang dan spesies 2. unit 3. unit 4. unit 5. unit dan meter

1. Terdapat 21 pohon peneduh ditengah kursi berbentuk persegi yang tersebar di alun-alun. Elemen landsekap sisi selatan dan timur terdiri dari pohonpohon besar. Elemen perkerasan di tengah alun-alun. 2. Alun-alun hanya bersifat taman pasif, fasilitas penunjang aktivitas seperti tempat bermain anak masih minim. 3. Belum adanya CCTV di Alun-alun Kota Bandung. 4. Penyediaan tempat sampah masih minim yang

1. Pohon peneduh dihilangkan dan diganti dengan taman bunga di sisi barat. Pohonpohon besar di sisi selatan dan timur dipertahankan. Elemen perkerasan diganti dengan elemen perlunakan berupa rumput sintetis. 2. Tersedia berbagai fasilitas penunjang aktivitas seperti tempat bermain anak pada sisi timur alun-alun,

Telaah dokumen

1. Anggaran program yang dipersiapkan dapat dicairkan tepat waktu dan diserap secara maksimal. 2. Timeline program dapat berjalan sesuai rencana dengan mengedepankan transparansi. 3. Adanya bantuan dari swasta dalam pembiayaan pembangunan. 4. Adanya dukungan dari masyarakat untuk menaati peraturan yang berlaku, seperti membuang sampah di tempatnya, dsb. 5. Adanya sikap kondusif dari setiap komponen yang ada

11


hanya diletakkan di beberapa titik dan masih menggunakan tempat sampah non3R. 5. Belum tersedianya fasilitas tempat parkir yang memadai.

shelter PKL dan toilet yang terletak di basement, tempat duduk yang tersedia hampir disetiap penjuru Alun-alun, dll 3. Tersedianya CCTV di berbagai sudut Alun-alun Kota Bandung yang terhubung langsung dengan Bandung Command Center. 4. Tersedia tempat sampah di banyak titik dengan menggunakan tempat sampah 3R. 5. Tersedia tempat parkir di lantai basement Alun-alun Kota Bandung serta halte bus dan angkot di sisi timur alun-alun (menjadi salah

di Alun-alun Kota Bandung, terutama PKL yang sebelumnya menjajakan dagangan mereka di tengah alun-alun.

12


satu ikon dengan ciri khas tulisan ALUN-ALUN BANDUNG).

Input Kegiatan

Aktivitas Monev

1. Penyediaan vegetasi hias dan peneduh untuk menciptakan visual dan keindahan di Alun-alun Kota Bandung. 2. Penyediaan Fasilitas Penunjang Aktivitas di Alun-alun Kota Bandung. 3. Penyediaan fasilitas keamanan dalam rangka memberikan rasa aman di area Alun-alun Kota Bandung. 4. Penyediaan fasilitas kebersihan dalam rangka memberikan rasa bersih dan nyaman di area Alun-alun Kota Bandung. 5. Penyediaan fasilitas transportasi untuk memudahkan akses menuju Alun-alun Kota Bandung.

-

-

-

-

-

-

1. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan pembangunan. 2. Menganalisis kesesuaian rencana program dan implementasi. 3. Menganalisis efektivitas dari pelaksanaan pembangunan. 4. Menganalisis manfaat dan dampak program. 5. Perumusan rencana tindak lanjut.

-

-

-

-

-

-

Sumber : Analisis Penulis, 2020

13


BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PROGRAM

Bab ini berisikan gambaran umum wilayah dan gambaran umum program revitalisasi Alunalun Kota Bandung. Subbab gambaran umum wilayah membahas terkait profil dan sejarah Alun-alun Kota Bandung. Adapun subbab gambaran umum program membahas terkait deskripsi proyek revitalisasi Alun-alun Kota Bandung.

2.1. Gambaran Umum Wilayah Alun-alun Bandung merupakan ruang terbuka publik yang berada di Jalan Asia Afrika, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Selain sebagai pusat kota Bandung, alunalun ini juga menjadi salah satu alternatif tempat wisata keluarga di kota Bandung yang selalu ramaidikunjungi baik oleh masyarakat setempat maupun wisatawan domestik dan mancanegara.

Gambar 2.1 Kawasan Alun-Alun Bandung Sumber: Google Earth, 2020

Letak Alun-alun Bandung yang sangat strategis menjadikan ruang terbuka ini sebagai salah satu lokasi di kota Bandung yang selalu ramai dengan berbagai aktifitas. Selain lokasinya yang berada di tengah pusat kota Bandung, Alun-alun kota Bandung juga dikelilingi oleh pusat bisnis masyarakat seperti pusat perbelanjaan, mall, pusat perbankan serta berbagai tempat kuliner di Bandung dan tentunya menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan Masjid Raya Bandung. 14


Alun-alun Bandung sendiri dibangun tahun 1811 setelah pemindahan Krapyak (Dayeuh Kolot/ Kota

Tua) ke daerah Cikapundung (nama sebuah sungai) yang sebelumnya difungsikan untuk

membendung serangan tentara Inggris. Sebagai ruang publik di tengah pusat kota, alun-alun menjadi tempat dimana memiliki simbol kewibawaan, kekuasaan pemerintahan, dan pusat kebudayaan Kota bandung pada zamannya (Wibowo et al, 2015).

Gambar 2.2 Alun-Alun Bandung Tahun 1925 Sumber: ayobandung.com

Alun-alun Bandung yang merupakan salah satu ruang publik bersejarah terus mengalami perubahan seiring waktu dan kebudayaan yang terus berkembang. Alun-alun Bandung mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2014 sebagai bentuk peremajaan kota yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung saat masa jabatan 2013-2018. Bentuk yang pada periode sebelumnya berupa taman pasif, pada revonasi terakhir taman seluas 1.200 meter persegi itu berubah kembali lagi kepada bentuk awal terbentuknya Alun-alun Bandung yakni berupa lapangan terbuka dengan dilapisi rumput sintetis.

Gambar 2.3 Alun-Alun Bandung Setelah Revitalisasi Sumber: travel.kompas.com

Revitalisasi Alun-alun Kota Bandung yang dilakukan membuat fungsi sosial budaya pada sebuah alun-alun kembali meningkat. Dimana masyarakat dapat kembali menggunakan Alunalun Bandung untuk berbagai aktifitas yang ada, seperti piknik keluarga, tempat bermain anakanak, tempat berwisata, bahkan hingga hanya sekedar berfoto-foto. Sehingga dapat disimpulkan, 15


fungsi alun-alun yang pada awalnya memiliki konsep sebagai lapangan terbuka yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai ruang terbuka dengan berbagai aktifitas didalamnya, telah kembali dan diterapkan pada Alun-alun Bandung yang baru.

2.2. Gambaran Umum Program Kota Bandung mulai memperhatikan ruang terbuka hijaunya sejak tahun 2013 dalam rangka menjadikan Kota Bandung sebagai kota berbasis lingkungan. RTH kota khususnya taman kota mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandung dengan adanya program pembangunan berbagai taman tematik. Salah satu taman yang menjadi perhatian Pemerintah Kota adalah Alunalun Kota Bandung yang terletak di tengah-tengah kota. Program revitalisasi Alun-alun Kota Bandung dimulai sejak akhir tahun 2014. Program revitalisasi Alun-alun Kota Bandung merupakan bagian dari program unggulan Kota Bandung dalam pembangunan ruang terbuka publik. Proyek ini tertuang dalam Peraturan Daerah dan RTRW Kota Bandung tahun 2013-2031 yang mana difokuskan untuk mewujudkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Perbaikan infrastruktur dan fasilitas umum seperti taman kota bagi masyarakat Kota Bandung bertujuan untuk juga meningkatkan daya tarik wisatawan luar untuk berwisata ke Kota Bandung. Alasan Pemerintah Kota Bandung lainnya adalah untuk meningkatkan indeks kebahagiaan dan mengembangkan kreativitas anak muda Kota Bandung.

Gambar 2.4 Kawasan Komersial di Sekitar Alun-alun Kota Bandung Sumber: www.tempatwisataseru.com

Kawasan alun-alun merupakan kawasan pusat primer yang berfungsi sebagai kawasan komersial, perdagangan dan sosial budaya. Program revitalisasi Alun-alun Kota Bandung realisasinya menghabiskan anggaran dana sebesar Rp10 milyar menurut DPKP3 Kota Bandung. Anggaran dana sebesar itu dikucurkan untuk merenovasi tembok beton kolam air mancur, mengganti rumput sintetis dan merubah seluruh konsep desain lama alun-alun Kota Bandung menjadi desain yang lebih elegan dan nyaman bagi wisatawan. Proyek ini telah direnovasi dan diresmikan sejak Desember 2014. Lahan berukuran 1.200 meter persegi ini sebelumnya hanya berupa lahan kosong yang dihiasi beberapa tanaman dan air mancur di tengahnya. Melalui revitalisasi Alun-alun Kota Bandung menjadi lebih hidup dan lebih berkarakter untuk masyarakat kota Bandung dan wisatawan Kota Bandung.

16


BAB III KAJIAN LITERATUR 3.1. Ruang Publik Ruang publik dapat diartikan sebagai suatu ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dan ritual dalam suatu ikatan komunitas, baik dalam kehidupan rutin sehari-hari maupun dalam perayaan berkala. Ruang publik dapat digunakan untuk kepentingan pribadi, untuk kegiatan jual beli, untuk bertaman dan juga untuk berolahraga. Ruang publik juga dapat digunakan untuk beraktivitas secara bersama-sama dalam rangka pertemuan seperti demonstrasi, kampanye, bahkan upacara resmi. Sesuai dengan namanya maka suatu ruang publik harus terbuka terhadap setiap orang (Carr, 1992). Sedanglam ruang terbuka menurut Carr (1992) merupakan wadah kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat, dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik. Beberapa jenis ruang terbuka menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 sebagai berikut: • Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau terbagi menjadi 2, yaitu ruang terbuka hijau privat dan ruang terbuka hijau publik. • Ruang terbuka non hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. Ruang Publik adalah ruang di mana semua orang dapat beraktivitas dengan bebas. Mengenai unsur-unsur yang harus dimiliki sebuah ruang terbuka publik, dapat disimpulkan terdapat elemen ruang publik yang harus diperhatikan seperti vegetasi, furniture, dan jalur pedestrian (Carr, 1992). Menurut Hidayat (2010) elemen fisik yang membentuk ruang terbuka publik adalah elemen-elemen yang menentukan bentuk enclosure setiap ruang yangdikelilinginya yaitu berupa elemen dinding dan fasad bangunan yang berdekatan, deretan elemen tiang, deretan vegetasi dan elemen pagar yang dilihat sebagai unsur suatu bidang sejajar. Elemen ruang terbuka publik dapat di definiskan sebagai elemen pembentuk/ pelingkup seperti vegetasi dan elemen pengisi seperti public furniture. Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang secara harmonis, baik dari segi bentuknya, tekstur, warna, aroma, suara, bunyi, cahaya atau lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain sirkulasi, iklim atau kekuatan alam, kebisingan, aroma atau bau-bauan, bentuk, keamanan, kebersihan, dan keindahan (Rustam, 2011). Ruang Terbuka Publik diharapkan memiliki dua aspek penting, yaitu aspek estetika dan aspek kenyamanan. Aspek estetika suatu Ruang Terbuka Publik yaitu sebagai sarana penunjang keindahan kota dan sarana pembingkai pemandangan untuk melembutkan kesan kaku dari bangunan kota. Aspek kenyaman pada Ruang

17


Terbuka Publik adalah mampu memperbaiki iklim mikro kota sehingga masyarakat nyaman untuk beraktivitas di dalam maupun di sekitar taman publik (Gunawan, 2005).

3.2. Fungsi Ruang Publik Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, ruang terbuka hijau terbagi menjadi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat, keduanya memiliki fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). Fungsi utama ruang terbuka publik adalah sebagai berikut: (1) Memberi jaminan pengadaan ruang terbuka; (2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dan berlangsung lancar; (3) Sebagai peneduh; (4) Produsen oksigen; (5) Penyerap air hujan; (6) Penyedia habitat satwa; (7) Penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta; (8) Penahan angin. Fungsi tambahannya yaitu terdapat fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Dalam suatu wilayah perkotaan, fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati. Berikut merupakan beberapa fungsi yang dimiliki ruang terbuka publik menurut Rustam (2004), yakni: 1. Fungsi umum •

Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat interaksi sosial baik secar indivdu ataupun kelompok, tempat peralihan dan tempat menunggu

Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan udara segar dari alam.

Sebagai sarana penghubung dari suatu lokasi ke lokasi lain. •

Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan.

2. Fungsi ekologis •

Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir, menstabilkan ekosistem.

Pelembut arsitektur bangunan.

Terkait dengan peran masyarakatnya dan pembentuk karakter kotanya, fungsi-fungsi ruang publik yaitu (Carr, 1992) pertama sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat baik formal seperti upacara-upacara bendera, dan peringatan lain; informal seperti pertemuan-pertemuan individu kelompok masyarakat dalam acara santai dan rekreatif atau demonstrasi dalam menyampaikan aspirasi atau protes.

18


Kedua sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang menuju kearah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota, sekaligus sebagai pembagi ruang fungsi bangunan disekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah kearah tujuan lain. Ketiga sebagai paru-paru kota akibat perkembangan penduduk kota yang semakin padat, sehingga masyarakat banyak yang memanfaatkan sebagai tempat olahraga, bermain, dan bersantai bersama keluarga. Sebuah kota menjadi daya tarik yang besar karena dituntut untuk menyediakan kemudahan fasilitas pelayanan yang dapat merangsang dan memberikan tantangan bagi kaum intelektual, serta memberikan peluang pada lapangan pekerjaan. Dalam menciptakan kebutuhan fasilitas kota yang tepat bagi penghuninya, perlu dikaji kebutuhan dasar yang diinginkan oleh penghuni kota itu sendiri. Ruang terbuka publik kota yang baik, harus dapat mewadahi semua kegiatan dan kepentingan pengguna masyarakat kota tersebut, tidak terkecuali bagi para penyandang cacat. Namun untuk tingkatan negara berkembang, ruang publik kota yang dapat mengakomodasi semua pengguna dari berbagai umur sudah dirasa mencukupi. Kebutuhan warga kota pada ruang publik diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang menunjang segala aktivitas warga kotanya, seperti kebutuhan kesan perspektif dan vista pada pemandangan kota. Hal ini diperlukan terutama di kawasan padat. Manusia dalam memandang memerlukan jarak pandang sehingga dapat menikmati pemandangannya. Kebutuhan rekreasi dan berkomunikasi. Pusat kota merupakan akumulasi berbagai kegiatan.

19


BAB IV METODE EVALUASI DAN HASIL ANALISIS EVALUASI PROGRAM 4.1. Variabel, Indikator dan Parameter Evaluasi Evaluasi Alun-Alun Kota Bandung ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Alun-Alun Kota Bandung sebagai destinasi wisata andalan dapat berpengaruh terhadap perekonomian Kota Bandung. Untuk memberikan arahan/pedoman terhadap hal-hal yang dievaluasi, maka terlebih dahulu menentukan komponen yang dievaluasi. Adapun tabel di bawah ini memberikan gambaran yang lebih jelas dan rinci tentang kaitan antara aspek dan komponen yang dievaluasi, indikator yang dikembangkan berdasarkan komponen tersebut, jenis dan sumber diperolehnya data, serta metode/teknik pengumpulan data.

Tabel 4.1 Variabel, Indikator dan Parameter Evaluasi VARIABEL

Pertumbuhan Ekonomi

Daya Tarik

INDIKATOR

PARAMETER

Jenis Data Sekunder

1. PDRB Kota Bandung 1. Laju Pertumbuhan tahun 2014-2019 (milyar Ekonomi rupiah) 2. Jumlah 2. Jumlah pengunjung AlunPengunjung Alun Tahun 2014-2019 (jiwa) 1. Ketersediaan vegetasi hias dan peneduh. 2. Ketersediaan fasilitas penunjang aktivitas. 3. Ketersediaan fasilitas keamanan. 4. Ketersediaan fasilitas kebersihan. 5. Ketersediaan fasilitas transportasi.

Sekunder

2. 3. 4. 5. 6.

Batang dan spesies Unit Unit Unit Unit dan meter

Metode Metode pengumpulan data : Survey data sekunder Metode Analisis : Regresi Linear Metode pengumpulan data : Telaah Dokumen Metode Analisis : PRA (Village Historical)

Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020

4.2. Metode Evaluasi Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah metode analisis kuantitatif. Adapun Teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa perlakuan terhadap obyek yang dievaluasi, metode analisis village historical dan metode analisis regresi linear sederhana.

20


Metode analisis Village History (sejarah desa/sejarah kawasan) merupakan salah satu teknik analisis Participatory Rresearch Apraisal (PRA) yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi perencanaan. Metode ini mengkaji keadaan masyarakat disuatu lokasi dari waktu ke waktu dengan berdasarkan pada informasi dari masyarakat itu sendiri. Informasi tersebut dapat berupa asal usul tempat, manusia, sumber daya, lingkungan, keadaan ekonomi, budidaya, keadaan sosial-politik, dan kejadian penting di masa lalu. Metode village history ini disusun secara beruntun secara kronologis dari peristiwa masa lalu hingga saat ini. Tujuan dilakukan analisis ini untuk mengetahui daya tarik yang dimiliki Alun-Alun Kota Bandung yang mempertimbangkan aspek sejarah perkembangan serta perbedaan kualitan dan kuantitas fisik sebelum dan setelah dilakukan revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung. Pada evaluasi proyek Revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung, metode analisis Village History digunakan untuk mengetahui fungsi atau peran Alun-Alun Kota Bandung sebagai ruang terbuka bagi masyarakat Kota Bandung. Metode ini dipilih karena memberikan gambaran kronologis perkembangan Alun-Alun Kota Bandung baik secara fisik maupun fungsional secara fungsi yang telah ditetapkan selama perkembangan waktu dan perubahan fungsi tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kondisi Alun-Alun Kota Bandung sekarang ini. Penggunaan analisis village history yang merupakan salah satu teknik analisis PRA, para perencana dan stakeholder yang terlibat dapat mengetahui pemahaman mereka mengenai sejarah peristiwa di daerah tersebut pada masa lalu sehingga menjadi pertimbangan evaluasi para perencana untuk melakukan pembangunan selanjutnya melihat dari kekurangan maupun kelebihan yang ada di masa lalu. Teknik analisis regresi linear sederhana merupakan suatu teknik analisis untuk menunjukan dua hubungan matematis dalam bentuk persamaan antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel bebeas (variable independent) dan variabel Y sebagai variabel terikat (variable independent). Dalam evaluasi program Revitalisasi Kota Bandung, analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya pembangunan revitalisasi Alun-Alun terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Data yang digunakan sebagai variabel terikat adalah jumlah pengunjung sementara data yang digunakan sebagai variabel bebas adalah PDRB Kota Bandung. Adapun bentuk persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut.

Y = a + bX

Keterangan : Y = variabel terikat a = parameter intersep (garis potong kurva terhadap sumbu Y) b = koefisien regresi (kemiringan atau slop kurva linear) X = variabel bebas

21


4.3. Hasil Analisis Analisis evaluasi pada proyek revitalisasi Alun- Alun Kota Bandung dilakukan dengan metode Village History dan metode regresi linier yang digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh peningkatan kualitas Alun- Alun Kota Bandung yang ditandai dari jumlah kunjungan terhadap tingkat ekonomi Kota Bandung berdasarkan PDRB Kota Bandung, yang akan dijelaskan pada subbab berikut. 4.3.1

Hasil Analisis dengan Metode Village History Pada analisis metode village history pada proyek revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung

disusun secara beruntun secara kronologis dari peristiwa awal pendirian alun-alun sehingga kondisi yang terbaru saat ini. Kelompok kami akan menyusun kronologis peristiwa tersebut menjadi tujuh tahapan yang terdiri dari kumpulan tahun-tahun yang mengindikasikan adanya perubahan fungsi maupun fisik berbeda. Selanjutnya kami juga akan menganalisis fungsi yang terbagi menjadi administratif maupun sosial budaya dan kelengkapan fasilitas dari waktu ke waktu untuk melihat adanya perkembangan yang dapat mempengaruhi kelanjutan proyek revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung Berikut ini merupakan hasil analisis kelompok mengenai Proyek Revitalisasi Alun-alun Kota Bandung dengan menggunakan metode village history :

22


Tabel 4.2 Tabel Analisis Evaluasi Perencanaan Proyek Revitalisasi Kota Bandung dengan Metode Village History

Tahapan

Tahun

Bentuk

Tahap Awal

Tahun 1800 1919

Berupa lapangan terbuka kosong yang memiliki bentuk persegi seperti alun-alun pada umumnya

Tahap ke 2

Tahun 19201959

Berupa ruang terbuka hijau dalam bentuk lapangan terbuka yang terletak di lingkup area pemerintahan Kota Bandung. Alun- Alun Bandung memiliki tipologi ruang publik berupa lapangan rumput terbuka yang oleh masyarakat Bandung dijadikan sebagai ruang terbuka dengan berbagai aktivitas yang dilakukan.

Fungsi Administratif Sebagai pusat pemerintahan yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi panggilan atau mendengarkan pengumuman dan juga melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat. Sebagai pusat pemerintahan yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi panggilan atau mendengarkan pengumuman dan juga melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat.

Sosial Budaya Sebagai alun-alun yang bersifat aktif dengan fungsi yang beragam seperti aktivitas olahraga, perdagangan, interaksi masyarakat, beristirahat dan juga rekreasi. Namun kegiatan masyarakatnya masih terbatas oleh penguasa daerah Alun- Alun Bandung memiliki fungsi sebagai tempat melakukan berbagai macam aktivitas seperti sebelumnya. Namun dengan penambahan elemen fisik berupa pagar di sekelilingnya menjadikan para pedagang tidak dapat memasuki area dalam Alun- Alun Bandung

Kelengkapan Fasilitas Belum memiliki elemen street furniture, lampu penerangan hanya terletak di beberapa bangunan sekitar, tidak ada jalur pedestrian

Telah terdapat street futniture yakni adanya pagar pembatas di sekeliling Alun- Alun dan 4 pintu masuk di tiap sisi Alun- Alun

23


Tahap ke 3-4

Tahun 19601969

Penataan lansekap masih berbentuk persegi berupa lapangan terbuka dengan jalur sirkulasi pada sisi utara dan selatan

Tahap ke 5

Tahun 19702001

Penataan lansekap dengan bentuk persegi yang simetris dan bersumbu ditengah. Pembagian elemen perlunakan (softscape) berupa tanaman hijau dan elemen perkerasan (hardscape) berupa paving. Terdapat jalan hijau dan jalan taman (greenways and parkways), karena pada saat itu alun-alun memiliki elemen lansekap yang tertata dan jelas antara perkerasan dan perlunakan.

Tahap ke 6

Tahun 20022013

Beralih dari sebuah taman kota menjadi sebuah plaza dengan persentase elemen perkerasan

Sebagai pusat pemerintahan yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi panggilan atau mendengarkan pengumuman dan juga melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat. Pergeseran fungsi AlunAlun Bandung yang semula merupakan sebuah ruang publik kota menjadi Taman Kota. Taman Kota lebih dimanfaatkan sebagai wadah interaksi sosial, kegiatan rekreatif, edukatif dan kegiatan lain setingkat kota.

Sebagai wadah aktivitas sosial yang bersifat serbaguna seperti, bermain bola, upacara, kegiatan tradisional dan dimanfaatkan sebagai tempat usaha untuk mencari nafkah

Terjadi pelebaran jalur sirkulasi pada pintu bagian utara dan selatan yang semula merupakan jalur perdagangan berubah fungsi sebagai jalur parkir kendaraan bermotor dan terminal angkutan dalam kota.

Sebagai taman kota, fungsi alun-alun lebih mengarah pada fungsi sosial budaya yang dimanfaatkan sebagai wadah interaksi sosial, kegiatan rekreatif, edukatif dan kegiatan lain

Pada awal tahun 2002 terjadi pergeseran fungsi alun-alun kini digantikan

Alun-alun Bandung yang semula sebuah taman kota kini sudah

Karena perubahan yang pada awalnya berupa lapangan menjadi taman kota, sehingga dilengkapi perabot taman untuk menunjang aktivitas masyarakat. Dapat diakses oleh pejalan kaki melalui sisi barat dan utara saja. Dilakukan pula penambahan jembatan di depan Masjid Agung yang menjadi akses baru bagi pengunjung yang ingin langsung ke alun-alun pada saat itu. Dimensi pedestrian semakin diperkecil, karena adanya penambahan jalur parkir. Terdapat banyak lampu penerangan dan kursi yang berada di sisi-sisi taman kecil

24


Tahap ke 7

lebih dominan dibanding dengan elemen perlunakan yang bersifat taman pasif. Alun-alun Bandung tahap ini memiliki elemen lansekap pada sisi selatan dan timur berupa pohon-pohon besar. Pada tahun ini bentuk alun-alun berupa trapesium. Pada tahun 2002 sebutan taman kota pada alunalun berubah menjadi plaza, dimana plaza ini merupakan hasil tergabungnya Masjid Agung dengan alun-alun yang menghilangkan jalan pada sisi barat dan menghilangkan jembatan akses Masjid Agung menuju alun-alun, sehingga alun-alun kini merupakan plaza dari akses Masjid Agung menuju alun-alun. Tahun Tahun 2014, Pemerintahan 2014 kota Bandung merenovasi Sekarang Alun-alun Bandung dengan konsep yang baru, konsep dimana Alun-alun Bandung lebih mengedepankan fungsionalitas secara maksimal dari fungsi Alun-alun sendiri pada awalnya. Bentuk yang

dengan Plaza Masjid Agung. Yang mana Plaza Masjid Agung lebih dimanfaatkan sebagai wadah interaksi sosial, kegiatan rekreatif, edukatif dan kegiatan lain setingkat kota. Sehingga pada periode ini juga, fungsi alun-alun lebih mengarah pada fungsi sosial budaya.

menjadi bagian dari halaman Mesjid Raya Bandung sehingga menjadi Plaza dari masjid tersebut. Alunalun Bandung sendiri menurut peruntukannya sekarang adalah taman pasif dalam arti taman yang mewadahi kegiatan rekreasi yang bersifat pasif, antara lain jalan-jalan, dudukduduk, istirahat dan sebagainya.

yang berbentuk persegi dan kolam. Pada area luar AlunAlun terdapat pedestrian yang digunakan sebagai akses masuk ke dalam alun-alun.

Terdapat perubahan dengan menggabungkan halaman masjid Agung dengan AlunAlun menjadi Plaza dari Masjid Agung tanpa menghilangkan fungsi Alun- Alun dan tidak ada lagi fungsi administratif

Alun-alun Bandung yang baru kembali menjadi lapangan terbuka, fungsi sosial budaya pada sebuah alun-alun kembali meningkat. Dimana masyarakat Bandung dapat kembali

Penambahan fasilitas yaitu adanya area taman bunga pada bagian selatan AlunAlun, terdapat sejumlah 21 pohon peneduh di tengah kursi berbentuk persegi yang tersebar di alun-alun, area taman baca di bagian timur Alun- Alun dan halte bus, di

25


pada periode sebelumnya berupa taman pasif, kali ini berubah secara drastis kembali lagi kepada bentuk awal terbentuknya Alun-alun Bandung yakni berupa lapangan terbuka dengan dilapisi rumput sintetis

menggunakan Alunalun Bandung dengan berbagai aktivitas yang ada, dari mulai piknik keluarga, anak-anak yang bermain, mengadakan acara penutupan akhir tahun, bahkan hingga hanya sekedar berfoto-foto.

bagian basemen terdapat food court, kemudian terdapat toilet dan parkir yang luas, kemudian juga muncul banyak akomodasi seperti hotel dan penginapan lainnya, ada WiFi, rental sepeda, kid’s playground dan public fitness area, juga terdapat tourist information centre dan kantor Satpol PP yang di peruntukan menjaga keamanan alun-alun. Namun masih terdapat kekurangan fasilitas penunjang seperti kurangnya tempat bermain anak, belum adanya kamera pengawas, minimnya tempat pembuangan sampah dan tempat parkir. Sehingga diharapkan pada program revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung selanjutnya, fasilitas penunjang yang kurang tersebut dapat dilengkapi sesuai standar yang tersedia dengan tujuan meningkatkan kepuasan para pengunjung.

Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020

26


4.3.2. Hasil Analisis dengan Metode Regresi Linier Sederhana Variabel yang digunakan untuk melakukan analisis regresi linear adalah data jumlah pengunjung Alun-Alun Kota Bandung dan PDRB atas harga konstan tahun 20142018. Data yang didapatkan menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengunjung beserta PDRB setiap tahunnya. Karakteristik pengunjung mayoritas berasal dari luar kota dan dari kelompok usia 21-30 tahun (Mua, 2018). Berikut merupakan tabel data-data yang digunakan beserta tahunnya:

Tabel 2.3 Jumlah Pengunjung Alun- Alun Kota Bandung dan PDRB Kota Bandung

Tahun

Jumlah Pengunjung (Jiwa)

PDRB (Milliar)

2014

40311

Rp138.958.094,12

2015

44027

Rp149.556.785,03

2016

47743

Rp161.227.831,96

2017

48073

Rp172.851.960,77

2018

48404

Rp185.084.175,81

Sumber: Kota Bandung dalam Angka 2019, 2020.

Selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk mengetahui korelasi antara kedua data yang dijadikan variabel, yakni variabel jumlah pengunjung Alun- Alun Kota Bandung dan PDRB Kota Bandung. Analisis regresi dipilih karena dapat melihat hubungan antara dua variabel, apakah bersifat kausalitas (sebab akibat) atau tidak. Hal ini sesuai dengan tujuan analisis yang ingin mengatahui apakah jumlah pengunjung AlunAlun Kota Bandung meningkat setiap tahunnya yang berimbas kepada meningkatnya PDRB. Berikut ini adalah hasil analisis SPSS yang telah dilakukan:

Model 1

Variables Entered/Removeda Variables Variables Entered Removed b

PDRB

Method

. Enter

a. Dependent Variable: Pengunjung b. All requested variables entered. Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020.

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa metode yang dilakukan adalah Enter dengan PDRB Kota Bandung sebagai variabel independent dan Jumlah Pengunjung sebagai data dependent.


Model Summary Model 1

R

Adjusted R Square

R Square a

.906

.820

Std. Error of the Estimate

.760

8947570.9499 8

a. Predictors: (Constant), Pengunjung Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020.

Selanjutnya dari Tabel Model Summary, diketahui R Square sebesar 0,821. Artinya ada hubungan kausalitas antara kedua variabel, yaitu Jumlah Pengunjung dengan PDRB per tahun Kota Bandung sebesar 82%. Sehingga dipastikan jika H1 diterima dan H0 ditolak. ANOVAa Sum of Model 1

Squares Regression Residual Total

df

Mean Square

109574886691

1 109574886691

0739.000

0739.000

240177077715

3 800590259050

033.720

11.230

133592594462

F

Sig. .034b

13.687

4

5772.800 a. Dependent Variable: PDRB b. Predictors: (Constant), Pengunjung Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020.

Kemudian untuk Tabel Anova di atas, didapatkan Sig. sebesar 0,034 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan kausalitas dari dua variabel seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant)

Std. Error

Beta

- 58592629.04 54725234.74

Coefficients t -.934

Sig. .419

3

1

28


Pengunjung

4730.987

1278.796

.906

3.700

.034

a. Dependent Variable: PDRB

Pada tabel Coeffisients, didapatkan nilai t tabel sebesar 3,700 dan bersifat positif. Nilai ini lebih besar dari t tabel, yaitu 2,35336. Hal ini juga mengindikasikan keterhubungan antara variabel Jumlah Pengunjung dan juga PDRB Kota Bandung.

Hubungan Jumlah Pengunjung dengan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung 200,000,000.00

60000

180,000,000.00 50000

160,000,000.00 140,000,000.00

40000

120,000,000.00 100,000,000.00

30000

80,000,000.00 20000

60,000,000.00 40,000,000.00

10000

20,000,000.00 -

0 2014

2015

2016

Jumlah Pengunjung (Jiwa)

2017

2018

PDRB (Milliar)

Gambar 4. 1 Hubungan Jumlah Pengunjung dengan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020.

Grafik diatas menujukan hubungan antara variabel jumlah pengunjung dengan variabel PDRB. Masing-masing variabel menunjukan garis yang saling meningkan hal ini dapat membuktikan bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi yang mana artinya apabila terjadi peningkatan jumlah pengunjung maka pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga ikut meningkat.

29


BAB V PENUTUP

Bab kelima mengakhiri laporan akhir evaluasi Revitalisasi Alun- Alun Kota Bandung dengan bagian simpulan dan rekomendasi tindak lanjut. Subbab simpulan berisi ringkasan hasil evaluasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun subbab rekomendasi tindak lanjut berisi saran bagi komponen yang belum terealisasi di AlunAlun Kota Bandung berdasarkan hasil evaluasi. 5.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung berupaya untuk merevitalisasi Alun- Alun Kota Bandung sebagai wadah aktivitas warga dan daya tarik wisata andalan di Kota Bandung sehingga meningkatkan perekonomian Kota Bandung. Dalam evaluasi proyek Revitalisasi AlunAlun Kota Bandung digunakan metode village history dan metode regresi linier sederhana. Adapun dari hasil analisis evaluasi ini disimpulkan bahwa proyek Alun- Alun Kota Bandung telah meningkatkan kelengkapan fasilitas dan menjadi daya tarik kunjungan, baik wisatawan dalam kota maupun luar kota dan berhasil menaikkan tingkat ekonomi Kota Bandung ditandai dengan adanya hubungan positif antara variabel Jumlah Pengunjung Alun- Alun Kota Bandung dan PDRB Kota Bandung 5.2. Rekomendasi Rencana Tindak Hasil Evaluasi Rencana tindak lanjut yang diusulkan atas dasar hasil evaluasi berupa peningkatan fasilitas Pusat Informasi Pariwisata dan peningkatan fasilitas ramah anak- anak, lansia dan difabel

5.2.1.

Peningkatan Fasilitas Pusat Infomasi Pariwisata Fasilitas Pusat Informasi Pariwisata untuk mempermudah pengunjung khususnya

wisatawan luar kota untuk mencari informasi terkait dengan pariwisata di Kota Bandung. ebab nantinya di sana akan menyuguhkan beragam informasi pariwisata. layanan ini supaya wisatawan nyaman, dan mudah mencari pariwisata yang diinginkan. Dengan demikian dapat menjadi karalisator untuk terus meningkatkan kunjungan.

30


Tabel 3.1 Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Penyediaan Pusat Informasi Pariwisata

Standar Operasional Penyediaan fasilitas pusat informasi pariwisata terkhusus untuk pengunjung luar Kota Bandung

Kegiatan

Waktu Penanggung Pelaksanaan Jawab Pembangunan Pos 1 kali selama Pemerintah Kota Pusat Informasi pelaksanaan Bandung Pariwisata program Promosi kepariwisataan Kota Bandung Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020

5.2.2.

Peningkatan Fasilitas Ramah Anak, Lansia dan Disabilitas Alun- Alun Kota Bandung sebagai wadah seluruh masyarakat tanpa terkecuali,

sehingga fasilitas yang disediakan harus ramah untuk seluruh lapisan masyarakat termasuk lansia dan disabilitas.

Tabel 5.2 Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Peningkatan Fasilitas Ramah Anak, Lansia dan Disabilitas

Standar Operasional Penyediaan akses, sarana dan prasarana penunjang bagi pengunjung termasuk anakanak, lansia dan penyandang disabilitas

Kegiatan

Waktu Penanggungjawab Pelaksanaan Pembangunan ramp 1 kali selama Pemerintah Kota sebagai jalan masuk pelaksanaan Bandung penggunaan kursi program roda ke dalam AlunAlun Kota Bandun Pengadaan tempat cuci tangan dan toilet ramah anak Pengadaan fasilitas berlindung saat terjadi hujan Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020

31


DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2020. Bandung Dalam Angka 2019. Bandung: BPS Kota Bandung. Badan Pusat Statistik. 2020. Bandung Dalam Angka 2020. Bandung: BPS Kota Bandung. Dea Paulina, Paramita. (2018). Kajian Kesesuaian Fungsi Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau (Studi Multisitus pada Tiga Taman Kota di Kediri). Swara Bhumi, 5(6). Dianty, G. P., & Dwisusanto, Y. B. (2020). Aktivitas di alun-alun sebagai ruang terbuka publik dengan konsep lapangan, kasus studi: Alun-alun Bandung. ARTEKS: Jurnal Teknik Arsitektur, 5(1), 53-62. Gunawan, A. 2005. Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia. 1(1):77-80. Hakim, Rustam. 2004. Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta Hakim, Rustam. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap (Edisi Kedua). Bumi Aksara. Jakarta Hariyadi, F., Widyastuti, D., & Purwohandoyo, J. (2015). Identifikasi Kualitas Fisik Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Publik (Kasus: Bagian Wilayah Kota I, II, III Kota Semarang). Jurnal Bumi Indonesia, 4(4). Imansari, N., & Khadiyanta, P. (2015). Penyediaan hutan kota dan taman kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik menurut preferensi masyarakat di kawasan pusat Kota Tangerang. Jurnal Ruang, 1(3), 101-110. Novitasari, H. 2010. Pendugaan Keindahan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang dengan Metode Scenic Beauty Estimation. Jurnal Penelitian Hortikultura. 17(4):20-28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan hlm. 3, 6,12, 17, 23, 24 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaandan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan hlm. 23 24 Putra, A. D., Azwir, M., Octaviany, V., & Nilamsuci, R. (2015). Kajian Transformasi Bentuk dan Fungsi Alun-alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka Publik. Reka Karsa, 3(3). Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Stephen Carr, “Public Space”, Cambridge University Press, 1992, hlm.91.

32


LAMPIRAN Tabel Lampiran Logical Framework Revitalisasi Alun-Alun Kota Bandung

Situasi

Input

1. Kota Bandung dengan luas 16.729.65 Ha, sampai tahun 2012 luas Ruang Terbuka Hijau tersedia seluas 2.2027,66 Ha atau sekitar 12,12 % dari luas Kota Bandung. 2. Luas RTH Kota yang belum optimal dan Adanya pergeseran fungsi, dengan tumbuhnya PKL

Dana Anggaran Program Revitalisasi Kota Bandung Tahun 20132014.

Process Pembelian bibit vegetasi hias dan peneduh. Penambahan dan penataan vegetasi hias dan peneduh. Penambahan fasilitas bermain anak Penambahan fasilitas olahraga Penambahan fasilitas tempat duduk Penyediaan fasilitas toilet Penyediaan fasilitas shelter PKL Penyediaan fasilitas free wifi Penyediaan fasilitas untuk penyandang

Output Terciptanya visual atau keindahan (good view) di Alun-alun Kota Bandung.

Outcomes Shot-term

Peningkatan kualitas dan daya tarik Alun-Alun Bandung sebagai ruang Tersedianya terbuka kelengkapan sarana aktif dan prasarana di Alun-alun Kota Bandung

Medium-term Alun-alun menjadi positive space (ruang publik yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif ) dan obyek wisata yang menarik kunjungan wisatawan

Long-term Terwujudnya Alunalun Kota Bandung sebagai wadah aktivitas warga dan daya tarik wisata andalan di Kota Bandung sehingga meningkatkan perekonomian Kota Bandung


disabilitas Penambahan jumlah lampu penerangan Penyediaan petugas keamanan Penyediaan pos keamanan Penambahan jumlah CCTV Penyediaan tempat sampah Penyediaan petugas kebersihan Penyediaan kanopi peneduh Penyediaan moda transportasi yang melewati Alun-alun Kota Bandung Penyediaan tempat parkir Penyediaan jalur pedestrian Penyediaan halte

Terciptanya kondisi di Alunalun Kota Bandung aman.

Terciptanya kondisi di Alunalun Kota Bandung bersih dan nyaman.

Terciptanya kemudahan akses menuju Alun-alun Kota Bandung

Sumber: Analisis Kelompok 7A, 2020

34



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.