3 minute read

BHS) Malaysia Mengkritik Saran WHO terhadap Minyak Kelapa Sawit selama masa wabah Covid 19

MALAYSIA MENGKRITIK SARAN WHO TERHADAP MINYAK KELAPA SAWIT SELAMA MASA WABAH COVID-19

MMalaysia mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia karena menasihati orang dewasa untuk menghindari konsumsi minyak kelapa sawit dalam makanan mereka selama wabah COVID-19 dan menggunakan alternatif lain seperti minyak zaitun. Kantor Wilayah Mediterania Timur WHO menyatakan pada nasihat baru-baru ini bahwa orang-orang harus mengkonsumsi lemak tak jenuh yang bisa ditemukan dalam ikan, alpokat, kacang-kacangan, minyak zaitun, kedelai, kanola, minyak bunga matahari dan minyak jagung; daripada lemak jenuh yang ditemukan dalam daging berlemak, mentega, minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, krim, keju, minyak samin serta lemak babi. Malaysia, produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua, mengatakan kalau nasihat seperti itu “kuno”. "Berkenaan dengan lemak makanan sebagai sumber utama kalori, WHO melalui nasihat terbarunya kembali jatuh pada topik yang sama yaitu mempromosikan minyak komoditas tertntu sambil menyisihkan minyak kelapa sawit,” kata Sundram, presiden direktur Malaysian Palm Oil Council (MPOC), sebuah badan negara yang bertanggung jawab mempromosikan komoditas tersebut, dalam artikel opini MPOC. Kantor Wilayah Mediterania Timur WHO tidak langsung menanggapi permintaan komentar atas posisi MPOC. Dalam artikel MPOC disebutkan bahwa minyak kelapa sawit memiliki keseimbangan antara lemak jenuh dan lemak tidak jenuh untuk memastikan penyerapan berbagai nutrisi mikro, tidak lagi diperlukan hidrogenasi pengolahan minyak dengan hydrogen untuk meningkatkan masa kadaluarsa dan tersedia dalam jumlah besar. "Di negara-negara yang konsumsi lemaknya masih di bawah rekomendasi WHO, seperti halnya di sebagian besar Asia dan Afrika, fokus kesehatannya berbeda,” sahut MPOC. “Kebutuhan untuk menyediakan sumber kalori yang terpercaya, berkelanjutan dan terjangkau agar masalah kekurangan gizi dapat dihindari (dan meningkatkan imunitas terhadap infeksi) adalah yang terpenting.” Kalyana mengatakan WHO seharusnya fokus untuk memberikan “gagasan manajemen kesehatan yang berbeda” dan bukan memberikan “pesan-pesan kuno”. Minyak kelapa sawit digunakan dalam segala hal mulai dari susu formula hingga kue, namun permintaan minyak sayur telah menurun karena penutupan restoran- restoran terkait penutupan akses keluar masuk di banyak negara. Negera bertetangga Malaysia and Indonesia sama-sama menghasilkan 85 persen minyak kelapa sawit dunia, namun industri tersebut menghadapi kritik keras dari para pecinta lingkungan atas penebangan pohon di hutan tropikal demi menanam tanaman yang lebih menguntungkan.

INDUSTRY NEWS MALAYSIA CRITICISES WHO’S ADVICE AGAINST PALM OIL DURING COVID-19 OUTBREAK

Malaysia criticised the World Health Organisation for advising adults to avoid palm oil in their diet during the COVID-19 outbreak and use alternatives such as olive oil. The WHO Eastern Mediterranean Regional Office said in a recent advisory that people should consume unsaturated fats found in fish, avocado, nuts, olive oil, soy, canola, sunflower and corn oils rather than saturated fats found in fatty meat, butter, palm and coconut oils, cream, cheese, ghee and lard. Malaysia, the world's second biggest producer of palm oil, said such advice was "antiquated". "With regards to dietary fats as a major source of calories, WHO through its most recent advisory has again fallen into the same previous well of promoting certain commodity oils while brushing aside palm oil," Kalyana Sundram, CEO of the Malaysian Palm Oil Council (MPOC), a state agency responsible for promoting the commodity, said in an MPOC opinion piece. The WHO Regional Office for the Eastern Mediterranean did not immediately respond to a request for comment on the MPOC's position. The MPOC article said palm oil has a natural balance of saturated and unsaturated fats to ensure the absorption of various dietary micronutrients, does not require hydrogenation treating oils with hydrogen to increase their shelf life and is available in large quantities. "In countries where fat consumption is below recommendations of the WHO, as is the case in large parts of Asia and Africa, health focus is different," the MPOC said. "The need to provide a reliable, sustainable and affordable source of calories to ward of undernutrition (and increased susceptibility of infection) is paramount." Kalyana said the WHO should focus on coming up with "radically different health management ideas" instead of falling back on "antiquated messages". Palm oil is used in everything from infant formula to cookies, but demand for the vegetable oil has been hammered due to the closure of restaurants during virus-linked lockdowns in many countries. Neighbours Malaysia and Indonesia together produce 85 per cent of the world's palm oil, but the industry has faced intense criticism from environmentalists over mass stripping of tropical forests to grow the lucrative crop.

This article is from: