2021FEBRUARY,7-JANUARY8THTH
EXHIBITION BY: Abdi WimoMaryantoJumaldiJokoEviErwinErikEldwinEddyDuaAntonSetiawanIsmaelStudioPrabandonoPradiptaPauhriziWinduPangestuAviantoAlfiAmbalaBayang
1
Sebuah kehadiran dalam kebaruan, sepatutnya diikuti dengan perkenalan, agar relevansi dapat terbangun dan kesesuaian dapat diupayakan. Pameran ini kemudian kami selenggarakan sebagai sarana untuk memperkenalkan diri. Melalui pameran kita dapat bertemu dan berbincang, lantas bertukar pikiran, menemukan gagasan, dan mengembangkan apa yang dimiliki. Terlepas dari kondisi saat ini dimana semuanya serba dibatasi, pertemuan dan perkenalan ini tentu masih dapat difasilitasi, karena sejatinya melalui interaksi kita dapat tumbuh berkembang menjadi diri yang madani. Judul influx yang ditambatkan, dalam definisinya sebagai ‘Memulai keterlibatan’, dipilih untuk menggambarkan partisipasi tidak hanya jumlah dan basis tinggal seniman, namun juga keragaman karya yang dihadirkan. Dengan kebersamaan ini, maka kami mampu mengumpulkan sejumlah seniman dari berbagai residensi dan beragam konsep kekaryaan untuk berpameran di Ruang Dini. Disamping rekan-rekan kami dari Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, bahkan beberapa diantaranya sedang menetap di mancanegara. Meski banyak diantara seniman ini tidak dapat hadir secara langsung, presensi mereka yang terwakili melalui karya ini, setidaknya menawarkan sebuah semangat dan harapan tentang pentingnya keberlangsungan seni dan kebudayaan walaupun dalam situasi yang serba tidak ideal. Adanya keterlibatan dari berbagai seniman dalam sebuah kebaruan, apa ini awal dari sebuah ambisi? Tentunya bukan, anggap saja sebagai sebuah semangat dan harapan. Jika boleh kami mengajukan sebuah proposisi, apa yang hendak ditawarkan adalah substansi partikular dalam kesederhanaan yang mungkin terkesan minimal, namun tetap mengandung potensial. Mengikuti visi dari Founder kami, Dini Triani Harianti, “kami berharap bahwa Ruang Dini dapat menjadi ruang bertumbuh dan katalis dalam mengembangkan potensi.”
SebuahInfluxCatatan dari
Ruang Dini
*)SalamDituliskan
oleh Gumilar Ganjar, setelah melalui beragam diskusi dengan Andy Dewantoro dan Dini Triani Harianti
2 CONVERSATIONS
3 NOTESCURATORIAL ARTWORKS
2020ARTWORK
Abdi Setiawan
Abdi Setiawan lahir di Sicincin,Padang Pariaman, Sumatera barat ,1971. Setamat dari Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) melanjutkan studi ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1993 di jurusan Patung. Sekarang tinggal dan bekerja di Yogyakarta sebagai seniman. Abdi Setiawan banyak mengerjakan karya patung instalasi dan kadang mengerjakan drawing dan lukisan. Dalam mematung, Abdi Setiawan memakai kayu jati sebagai media utama , tema sosial kehidupan sehari hari banyak menjadi inspirasi, figur-figur patungnya merupakan aktor-aktor dalam karya instalasinya. “Dalam menata karya intalasi saya merasa saya adalah sutradara.”
4
Seimbang
Acrylic on wood, 34 x 21 x 56 cm,
SANCTA202080cm,X110canvas,onOil ARTWORK
Anton Ismael
Anton Ismael adalah seorang seniman dan pengajar fotografi di Indonesia yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Karyanya berkaitan erat dan mendalam dengan budaya dan lanskap Jawa, ditambah dengan daya tariknya dengan Barat yang tercerminkan pada masa formatif karyanya ketika melanjutkan studi di Australia. Karyanya acap kali menyoal perihal Indentitas, sebuah tema yang terus diekslorasi Anton selama 20 tahun berkomitmen untuk belajar, memproduksi dan mengajar.
(Dikutip dan diterjemahkan dari tulisan Dianna Snape pada portofolio Anton Ismael)
5
Dua Studio adalah studio arsitektur dan desain yang berbasis di Jakarta dengan minat pada area konseptual dan eksplorasi. Senang mengarang ruang dengan karakter unik dalam gerakan sederhana, dan menskalakan arsitektur lebih dekat ke tubuh manusia. Suka ide bahwa setiap desain memiliki cerita di baliknya, dan saat ini masih mempertanyakan apakah arsitektur dapat menyampaikan pesan. Dua Studio terdiri dari Dimas Satria dan Ardy Hartono, dengan Wilusty Tengara, Ellyshia Candra, dan Nadya Winaga.
cmARTWORK
6
Dua Studio
celebrating our relationship with ground stainless steel, inflated, 16,5 x 18,8 x 6
ARTWORK
Eddi Prabandono lahir pada 8 Juli 1964, di Pati, Jawa Tengah. Eddi melangsungkan studinya di Fakultas Sosial Politik, Universitas 17 Agustus (1974), Desain Interior di Politeknik Jawa Dwipa (1990) dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1992). Karyanya mulai dipamerkan pada tahun 1992, dilanjutkan dengan pameran tunggal pertamanya yang terselenggara pada tahun 1994. Eddi Aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan kesenian termasuk residensi dan dirinya terpilih menjadi “Indonesian Artist of the year 2011” oleh Majalah Tempo. Dalam karyanya, Eddi berusaha untuk mengubah persepsi penonton mengenai ruang, serta obyek seni itu sendiri.
“I want my art to be a spectacle for the viewer. It should be funny, entertaining and even stupid to those who see it.”
Eddi Prabandono
7
Greedy Chair, Dinner Plates, and Plants, Variable Dimensions, 2016
8
Eldwin Pradipta, lahir di Jakarta tahun 1990, merupakan lulusan jurusan studio seni intermedia dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Saat ini Eldwin tinggal dan bekerja di Bandung, Indonesia. Eldwin menjadikan eksplorasi video dan proyeksi digital sebagai media utamanya dalam berkaya. Baginya, seni media baru berada di antara seni tinggi (high art) dan seni rendah (low art). Karya-karyanya menempatkan fokus pada subjek populis atau seni rupa rendah di Indonesia, dalam penjajaran dan dikotomi dengan objek dan praksis seni tinggi. Dengan menggunakan Bahasa satir dalam karyanya, Eldwin berharap untuk memberikan kritik terhadap aspek-aspek yang menurutnya menyebabkan keterbatasan bagi seorang seniman, penonton, karya seni dan segala pihak dalam dunia seni rupa kontemporer.
IWalltheonArtworkArtwork, 2020cm,6x20x15acrylic,camera,screen,LCDinch3.5 ARTWORK
Eldwin Pradipta
9 IiWalltheonArtworkArtwork,2020cm,6x20x15acrylic,camera,screen,LCDinch3.5 ARTWORK
ARTWORK
Erik Pauhrizi
Erik Pauhrizi, seniman kelahiran Bandung (1981) yang telah menyelesaikan studinya dengan gelar Meisterschüler di bawah Profesor Michael Brynntrup pada tahun 2016 (memenangkan Meisterschüler Prize juri 2016). Erik mempelajari seni video 2009-2012 / film eksperimental dan Fotografi di bawah Professor Michael Brynntrup dan Profesor Dörte Eißfeldt di Universitas Seni Braunschweig / Hochschule für Bildende Künste Braunschweig (HBK). Gagasan kekaryaan Erik berfokus pada masalah Pasca Kolonial melalui pendekatan konseptual. Karyanya kerap mengandung gambar, lukisan, foto, video/film, objek/instalasi untuk menganalisa bagaimana sosok-sosok manusia direpresentasikan dalam budaya politik. Erik menelaah hubungan antara kaum imigran, baik dari Timur, Barat dan Timur Tengah. Juga para pengungsi, warga negara dan kebangsaan demi mengeksplorasi persoalan memori, identitas, kehidupan dan kematian.
10
#3Dialektika2020cm,5x110x120paint,polyurethanesheet,Steel ARTWORK
Erwin Windu Pranata (b. 1981) merupakan seorang seniman multi-disiplin yang tinggal dan bekerja di Bandung, Indonesia. Karya Erwin mengeksplorasi hubungan antara seni dan kehidupan sehari-hari melalui metode kerjanya. Erwin bekerja dengan berbagai medium, terutama dalam bentuk trimatra dengan menggunakan benda-benda temuan dan readymade objects. Erwin adalah anggota aktif dari beberapa grup music, Pemandangan dengan genre folk progresif dan A stone A, sebuah band bergenre noise rock. Erwin juga merupakan pendiri dan direktur dari Omnispace, sebuah kolektif dan ruang alternatif di Kota Bandung
Erwin Windu Pranata
11
12
Evi Pangestu memiliki metode dan konsep tersendiri dalam berkarya. Karya Evi mengkonstruksi struktur bingkai dan memanfaatkan warna sebagai jalan untuk menonjolkan modifikasi melalui kontras yang dihasilkannya. Evi tertarik pada gagasan adaptasi konstan di dunia yang mengharuskan seseorang beradaptasi untuk bertahan hidup. Ide tentang upaya untuk terus menyesuaikan diri merupakan refleksi dari pengalaman pribadinya selama lebih kurang sepuluh tahun. Dimana Evi selalu berpindah dan tidak pernah tinggal di suatu tempat lebih dari dua tahun.
InteractionForced 2020cm30x30canvasonAcrylic ARTWORK
Evi Pangestu
matter.sculpturethetobackgotoneedsmyselflikelooksitcase,anyIn2020sintetis,HDPEx150cm,cm60xcm60 ARTWORK
Joko Avianto, lahir di Cimahi 1976, lulus dari Fakultas Seni Rupa Desain ITB pada tahun 2001 dan menyelesaikan program masternya di institusi yang sama pada tahun 2005. Selain berpameran juga aktif mengajar di Studio Patung Institut Seni dan Budaya Bandung. Semenjak 2003 Joko dikenal luas sebagai seniman Instalasi bambu, dengan pendekatan seni patung, beberapa karyanya sempat dipamerkan di dalam dan luar negeri seperti, ART JOG 2012, Triennale Seni Patung Galeri Nasional Jakarta, Georgetown Festival Penang 2014, Frankfurt Book Fair 2015, Yokohama Triennale 2017, dan solo exhibition di Esplanade Singapore 2018. Di tahun 2020 berkenaan dengan pandemi, diundang ARTCHANGE 21 untuk turut serta dalam pameran MASKBOOK 21 di Perancis
13
Joko Avianto
Jumaldi Alfi
14
MeForPaintPainter,Dear 2019-2020cm,90x120canvas,onAcrylic ARTWORK
Jumaldi Alfi (b. 1973, Lintau, Sumatra) merupakan salah satu seniman berpengaruh dalam kancah seni rupa kontemporer Indonesia saat ini. Alfi tinggal dan bekerja di Yogyakarta. Lukisannya telah menarik perhatian internasional mulai dari akhir era 90-an, sebagai salah satu anggota dan pendiri kelok seni di Kota Yogyakarta, yaitu kelompok Jendela. Alfi secara spesifik dikenal melalui ikonografi personalnya serta tanda-tanda visual yang mencerminkan pengalaman eksistensial dan spiritual, baik pada tingkat personal maupun kolektif. Dalam karyanya, Alfi mengambil ruang lingkup referensi atas teks, objek dalam alam, hingga lukisan Renaissance dan kenangannya sendiri. Karya Alfi menghadirkan efek misterius sekaligus intim.
Umbul Manten (Wadon)
55 cm x 80 cm, charcoal on paper, 2020
ARTWORK
15
Maryanto (lahir 1977, Indonesia) menyajikan citra lanskap dengan kesan teatrikal. Karyanya berisi narasi pengetahuan sejarah, mitos dan cerita yang digabungkan dengan imajinasi artistik dan konstruksi bentuk olehnya. Hasilnya adalah bentuk karya monokromatis hitam-putih yang dramatis dan romantis, berbentuk karya lukis, etsa dan gambar charcoal.
Maryanto
Clouds.Holy 2019cm,40x40aluminium,onpaper,photographprint,Archival1/3Edisi ARTWORK
16
Wimo Ambala Bayang
Wimo Bayang, salah satu pendiri Ruang Mes 56 dan Video Battle, selain bekerja secara kolektif, karya individualnya mencerminkan perspektif unik, tidak untuk mengkritik namun membuat kita memikirkan kembali kebiasaan yang tampaknya ‘selalu ada di sana’; sejarah, fakta, mayor dan minor dalam kehidupan seharihari. Bermain realitas visual, menggabungkan pandangan nyata dan fantasi yang dibayangkan, cenderung membuka lapisan budaya yg berbeda, guna memahami masyarakat kontemporer yang heterogen. 10 tahun ini mengikuti program residensi seniman internasional, di China, Australia, Belanda, Denmark, dan Rumania. Sebagai co-curator Festival Foto Internasional Jimei X Arles dan Mes X Foam. Dimana ia mengeksplorasi ide, metode dan perbedaan konteks terkait perkembangan fotografi kontemporer.
‘BLOSSOMING THROUGH LIFE.’
Saya rasa akan lebih baik jika bisnis tetap mengandung nilai humanis, dapat memfasilitasi pembelajaran diri dan mengkatalisasi perkembangan kreativitas. Awalnya tidak menduga juga untuk mengolah ruang ini sebagai ruang pamer, namun di dalam prosesnya - utamanya ketika saya banyak berdiskusi dengan mas Andy (Dewantoro) - pengembangan ke arah sana (galeri seni) semakin terbuka. Seperti tadi saya bilang, awalnya sebatas meningkatkan value, tapi jika nilai humanis dan kultural bisa sekalian, mengapa tidak diserasikan? Interest saya pribadi memang pada bidang edukasi dan pengembangan kreativitas, namun itu semua masih perlu dibangun dari inti bisnis yang kuat, fasilitasi yang demikian tentu perlu sumber daya yang tidak sedikit, maka semua itu membutuhkan banyak proses, pengembangan dan pembelajaran yang terus menerus. Dengan adanya Cafe dan Studio disini, diharapkan dapat saling mendukung keberlangsungan kegiatan kreatif dan keberadaan ruang pamer itu sendiri. Aspek bisnis seni sendiri tentu masih menjadi hal baru bagi saya, dan sebagai periset pasar, saya rasa ada beberapa keutamaan dan sifat khusus dari market ini, saya jadi tertarik untuk mempelajari hal ini - dengan mencoba secara langsung terlibat. Tentu, ini semua
masih berproses, dalam pencapaian visi dan harapan. Untuk pemantik? Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya bahwa, saya melihat potensi lain dengan ketersediaan ruang dibangunan ini, dan tentunya setelah saya banyak berdiskusi dengan Mas Andy yang banyak mendorong saya untuk menjalani ini.
GG
DTH
DTH
Transkrip wawancara ini disarikan dari diskusi lepas antara Dini Triani Harianti (DTH), seorang business developer, market reseracher, dan founder dari Ruang Dini, bersama Gumilar Ganjar (GG), seorang kurator independen. Diskusi sendiri menyinggung beragam hal dan persoalan dengan dimulai dari pembahasan awal ketertarikan Dini Triani terhadap seni rupa, tentang potensi pasar, dan posisi ruang sebagai katalis pengembangan potensi diri dan kreativitas.
DTH
GG Namun Ibu telah menunjukkan komitmen lebih dalam mengapresiasi tersebut, ditandai dengan putusan untuk membeli dan mengkoleksi karya. Boleh diceritakan Bu, apa yang akhirnya memantik Ibu untuk membeli sebuah karya seni? Apa sebetulnya motif dibalik aktivitas koleksi tersebut? Apa ada agenda bisnis seperti investasi, dan lain-lain?
Berawal dari ketersediaan ruang ruang yang ada dalam bangunan ini. Dalam perspektif bisnis, tentunya semua sumber daya perlu sekali kita maksimalkan, dan awalnya saya lihat ini (kehadiran ruang pamer) bisa meningkatkan value dari tempat ini sendiri, terlepas dari posisinya sebagai cafe (Morgy), saya rasa akan kian menarik ketika interaksi pengunjung cafe tidak terhenti hanya sebagai tempat kumpul – kumpul semata, kami sediakan ruang belajar, serta ruang untuk mengembangkan dan membagikan kreativitas melalui studio foto atau ruang kreatif yang didalamnya terdapat ruang pamer itu sendiri.
GG
Belajar dengan langsung terjun di lapangan, metode ini sering dibilang paling efektif ya. Namun sebelum kita bahas lebih jauh ke visi misi galeri, boleh diceritakan tentang bagaimana ketertarikan Ibu pada seni rupa sendiri berkembang?
Pada awalnya saya memang ada ketertarikan dengan hal – hal yang berhubungan dengan Estetik. Pada dasarnya memang suka mengapresiasi karya.
Terkait dengan pertimbangan karya, soal tulisan yang mendampingi karya bagi saya juga menjadi elemen yang turut menentukan. Saya suka tulisan dan karya sastra, apalagi yang cukup dalam, selain menjelaskan, kita juga jadi cukup memahami apa yang sebenarnya dibicarakan dalam karya. Karya yang awal awal saya beli karya Mas Andy, karena buat saya tulisan-tulisannya (artist statement) cukup berkesan, dituliskan juga dalam bobot yang lumayan panjang jadi saya punya rujukan untuk memaknai lebih jauh. Tulisan dari kuratornya juga waktu itu sangat baik, pak Jim ya? Saling menguatkan satu sama lain. Dalam membeli karya Saya belum memikirkan motif investasi. Motivasi dalam membeli karya, saya melihat dari segi unsur estetik karya itu sendiri.
GG
Kalo boleh saya bilang, mungkin Ibu memang secara umum tertarik pada estetika itu sendiri ya Bu, keindahan, kan dari sejumlah contoh yang Ibu singgung semuanya mengandung nilai estetika, ada yang sifatnya terapan seperti arsitektur dan desain, ada juga yang murni seperti karya seni dan sastra. Terkait ‘tulisan’ dan karya seni, memang itu juga menjadi bahan
Boleh diceritakan bagaimana mulanya gagasan tentang ‘Ruang Dini’ muncul? Dan apa pemantiknya?
CONVERSATIONS
CONVERSATIONS /
18
DiniPERBINCANGANTrianiHarianti
CONVERSATIONS
DTH
Persoalan yang tadi Ibu singgung, tentang akses pada ruang seni secara umum di luar lingkaran seni rupa memang terkesan menjadi masalah laten yang mungkin, terkesan ‘diabaikan’. Seni rupa Bandung memang cukup signifikan posisinya terhadap seni rupa Indonesia, tapi bagi masyarakat Bandung sendiri ia masih cenderung terisolasi. Ini sempat menjadi perbincangan, baik di kalangan kolektor maupun kolektor, tentang potensi kolektor di Bandung yang sampai ini belum sebegitunya distimulasi. Bagaimana Ibu merespon hal ini?
GG
Saya rasa kami bersama team memiliki visi dan misi yang sama ke depan yang mendorong diri untuk terus belajar dan memperkuat fondasi bisnis kami. Saya percaya kami dan tim dapat menjalankan visi dan misi ini.
GG
Baik, untuk arahan dan visi yang lebih spesifik tentang bagaimana Ruang Dini akan berkembang, apa Ibu sudah ada bayangan? Atau ini banyak diperankan oleh Mas Andy?
DTH
19
DTH
pertimbangan Bu di konteks seni rupa kontemporer sekarang. Karena seni umumnya menjadi representatif, ketepatan manifestasi gagasan pada medium, visualitas, dan aspek formal juga menjadi rujukan dari kualitas karya seni kontemporer. Dan ini mungkin cukup amat kentara di Bandung, persoalan konsep yang melandasi karya terus menjadi perbincangan sepertinya. Terakhir soal koleksi Bu, koleksi sebetulnya koleksi bisa dilihat sebagai ‘portofolio’, mungkin ditangani sebagai saham, atau di titik terjauhnya bisa sebagai sumber pengetahuan. Seniman berkarya di atas landasan dan paradigma sosiokultural yang boleh jadi spesifik dan berdinamika, suatu saat, bisa kita lihat sebagai penanda zaman dan kita ekstrak pengetahuannya. Baik, saya coba mulai tanya soal aspek pengelolaan ruang secara lebih spesifik ya Bu. Tadi Ibu bilang bahwa ini bermula dari pemanfaatan ruang yang awalnya dibangun untuk industri FnB, dan beberapa diantaranya menjadi studio foto, store, dan terakhir ruang pamer. Mengapa format ini yang kemudian di pilih?
Kembali pada ketertarikan saya terhadap aspek edukasi dan pengembangan kreativitas. Saya rasa format ini cukup bisa menampung tujuan yang tadi. Ini juga menimbang dari segmen pengunjung di sini (Morgy) yang umumnya dewasa muda dan banyak yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Tentu mereka punya potensi, dan tentu akan lebih baik jika tempat ini bisa memfasilitasi. Format ruang pamer juga bisa cukup leluasa untuk menampung berbagai kegiatan edukasi dan kreatif lain. Tempat ini bisa menjadi katalis. Untuk aspek seni sendiri, terkait dengan bisnis, saya pribadi memang tertarik untuk mendalami seni dari sisi marketing. Ini mungkin ada kaitannya dengan riwayat karir di bidang riset pasar, riset yang lebih aplikatif di bidang bisnis. Terkait tempat (di Bandung) saya sempat juga bertanya apa cukup efektif untuk menjadikan Bandung sebagai pusat aktivitas kerja, kala itu kami coba, dan ternyata bisa jalan. Lantas saya berfikir apa bisa juga pola yang sama diterapkan di seni rupa? Fasilitas tempat yang tersedia bila dikelola dengan professional dan didukung dengan konsistensi, saya rasa mungkin potensinya bisa terwujud. Bisnis seni sendiri saya rasa memiliki pola yang khusus, sangat berlandaskan pada hubungan interpersonal dan relasi, yang perlu dirintis dan terus dirawat. Di mulai dari sini lah saya kemudian makin tertarik untuk mendalami seni, didukung dan didorong juga oleh Mas Andy dan Team. Di dukung dengan ruang ini berada di tengah kota, sehingga lebih bisa dekat dengan masyarakat.
Saya rasa sebetulnya ada sejumlah pihak yang sebenarnya memiliki kemampuan dan ketertarikan pada seni rupa, bahkan tidak menutup kemungkinan hingga tergerak untuk membeli dan mengkoleksi. Saya sering dapat pertanyaan tentang bagaimana cara membeli karya seni, atau bahkan pengakuan bahwa mereka tidak aware jika seni itu bisa dibeli. Mungkin ini terkesan terlalu simplisitik tapi saya rasa potential market ini masih kurang mendapatkan informasi dan merasa tidak bisa mengakses karya seni. Jika ini diupayakan secara konsisten dan profesional, mungkin kedepannya bisa punya basis kolektor yang cukup kuat. Saya berharap posisi Ruang Dini yang tidak hanya aksesibel dari sisi posisi, namun juga memiliki kesan yang sederhana dan membuka akses dan menstimulasi ketertarikan dari potential market ini untuk bisa terwujud.
Seorang seniman tentu punya visi artistik sendiri yang boleh jadi berlaku secara spesifik terhadap konteks penciptaan karya masing-masing. Posisi mas Andy di sini (Ruang Dini) menjadi menarik, menempati posisi direktur artistik - label yang cukup khas karena biasanya disebutkan dengan istilah lain seperti program manager - namun tentunya sulit dilepaskan dari posisi mas Andy sebagai seniman yang saya rasa punya privilese dan kedaulatan untuk menjadi idiosinkratik. Saya melihat bahwa meski ada resiko, tetap keduanya bisa sejalan karena sama-sama bersandar pada kreativitas dalam mencipta, berbeda di wilayah manifestasi dan metode kerja. Apa asumsi saya benar? Bahwa kerja direksi artistik yang mas Andy berikan di sini juga mencerminkan visi estetik sebagai seorang seniman? Atau menjadi kanal lain perwujudan visi tersebut? Sejauh apa ia tercermin dalam kerja mas Andy sebagai pengarah galeri?
GG
GG
AD Iya. Sebuah galeri yang baik bagi saya tidak hanya bagus dari segi arsitekturalnya saja, atau dari sisi senimannya saja, semuanya harus terkait dengan baik menjadi sebuah kesatuan. Itu juga yang saya usahakan bisa hadir di sini, meski ya pelan-pelan, itu semua kan perlu usaha dan sumber daya. Setidaknya kita punya standar yang dituju dan kalo ini diterapkan dan konsisten terus, visi yang tadi bisa sekali dicapai. Ya semuanya juga perlu diupayakan kan. Pengennya gini tapi kenyataannya seperti itu, tapi tetep akan bisa ‘ketemu di tengah’, asal semuanya dikomunikasikan dengan baik. Selain soal keutuhan tadi hal lain yang menjadi penting untuk saya adalah attention to detail, jangan pernah remehkan detail-detail kecil, karena itu menjadi bukti dari keseriusan.
Mungkin bahasan ini akan saya coba perlebar pada manifestasi kerja dari ruang ini. Akan saya bahas soal influx, terlepas dari keterlibatan saya di sini, mas Andy sebetulnya yang kemudian memilih seniman mana saja yang akan dilibatkan. Dan dari situ (daftar seniman) saya melihat adanya upaya lebih untuk menjadi proper, menghadirkan seniman-seniman kontemporer yang cukup signifikan setidaknya dalam lingkup Indonesia, lintas kota, dan dalam kuantitas yang bisa dibilang tidak sedikit. Sesuai judul yang kemudian dipilih, ‘kedatangan dalam jumlah besar’. Ada satu hal yang saya catat cukup menarik di sini, yakni soal basis dari senimanseniman ini yang sepertinya tidak biasa kita dengar. Ada beberapa seniman memang dilibatkan, namun tidak dijangkarkan sebagai konten utama. Pendekatan ini boleh jadi cukup berbeda. Apa boleh saya asumsikan bahwa manuver yang demikian menyiratkan sebuah keinginan untuk menjadi berbeda? Bagaimana?
Tentu, sisi individual seseorang tidak dapat dilepaskan meski pada ranah profesionalitas ya Mas. Di sini (keterlibatan sebagai direktur artistik) pun begitu, saya tetap mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip yang saya pegang ketika berkarya, meski harus disesuaikan karena selalu ada negosiasi. Saya sendiri bisa dibilang seseorang yang bisa dikatakan sedikit perfeksionis, yang tentu kita pahami bahwa kesempurnaan tidak akan pernah kita miliki. Apa yang bisa kita lakukan hanya lah mendekatinya saja, near perfect. Mengapa tidak diusahakan untuk terus menjadi ke sana? Mendorong sebuah galeri untuk menjadi ‘sempurna’ tentunya tidak mungkin, tapi setidaknya bisa kita usahakan untuk selalu proper, seharusnya terlihat dari segala aspek: identitas galeri, manajemen, penanganan karya, dan lain-lain.
GG
AD
Apa itu yang kemudian menjadi pendekatan mas Andy dalam memberikan direksi artistik di sini? Menjadi ruang yang utuh dan koheren, dengan identitas galeri yang kemudian tercermin tidak hanya dari aspek fisik ruang, konten pameran yang dikerjakan, serta pada elemen-elemen publikasi, bahkan mungkin branding
AndyPERBINCANGANDewantoro
CONVERSATIONS
20
AD
Untuk menjadi sepenuhnya berbeda mungkin enggak. DI sini saya mengharapkan bahwa Ruang Dini dapat menjadi wadah yang lebih terbuka secara global. Kehadiran saya di sini ingin memberi warna baru. Harapannya, perbedaan koneksi dan jejaring yang saya punya bisa menjadi modal awal untuk membangun keterbukaan itu. Diuntungkannya lokasi kita berada di pusat kota. Harapannya bisa menambah apresiator seni dari berbagai kalangan. Kalo perbedaan dari sisi estetik, apa ada visi khusus? Belum bisa dibilang sekarang sih Mas. Masih perlu kita coba untuk berjalan dulu baru yang tadi bisa keliatan.
CONVERSATIONS /
dari gallery itu sendiri?
Transkrip wawancara ini disarikan dari diskusi lepas antara Andy Dewantoro (AD), seniman dan direktur artistik dari Ruang Dini, kembali bersama Gumilar Ganjar (GG). Pada kesempatan ini diskusi berkembang bermula potensi direksi artistik sebagai kerja kreatif, kemudian pada visi dan pendekatan Andy terhadap ruang/ seni, tentang minimalisme, hingga pada persoalan order dan chaos
AD
Ah begitu, jadi ketertarikan pada ‘order’ ya? Dengan keseimbangan sebagai capaian akhirnya. Dan karena untuk seimbang kadang perlu ‘counterbalance’, menariknya, di sisi lain mas Andy ada interest juga pada karya-karya yang justru menekankan pada sisi rawness, kekasaran, eksplorasi medium yang acak, namun tetap seimbang dan proporsional terhadap ruang pamer. Ini jadi semacam counterbalance tadi pada persoalan order. Kita akan kian memaknai order ketika kita juga mengapresiasi chaos. Apa seperti itu?
GG
CONVERSATIONS21
Ya, bisa dibilang kurang lebih seperti itu mas.
GG
AD
Baik, bisa kita lihat mungkin ya bagaimana Ruang Dini ini akan berkembang kedepannya. Nah, sekarang mungkin saya kembali pada mas Andy lagi. Di beberapa hal, dan dari pengalaman saya bersinggungan dengan mas Andy, persoalan ‘berbeda’ itu memang sudah cukup keliatan. Saya ingat diskusidiskusi awal kita seputar perkembangan termutakhir dari seni rupa kontemporer global arah perbedaan itu sudah mulai terlihat, dan Mas memproyeksikan bahwa suatu saat kita - mungkin seni rupa Indonesia - akan juga mengarah ke sana. Dari segala keragaman, yang sering dominan muncul adalah visualitas yang sederhana, bernafaskan minimalisme. Fokus pada material, penekanan pada ruang kosong, strategi tata letak karya yang rapi menjadi beberapa kualitas yang saya tandai dari ketertarikan tersebut. Kalo saya boleh merespon, mungkin ini juga gejalagejala awal seni yang melampaui representasi, atau post-representasional.
Iya memang itu wujud dari ketertarikan saya pada perkembangan seni rupa kontemporer global ya Mas, pencapaiannya udah nyampe sana - eksplorasi material, pengolahan ruang kosong, penataan instalasinya sudah baik sekali. Harapan saya memang untuk galeri ini bisa sampai di sana. Minimalisme ya? Bisa juga diliat kaya gitu tapi sebetulnya tidak diniatkan juga. Saya sebetulnya suka pada keteraturan dan ruang kosong, jadinya terkesan minimal. Lebih pada suka menata dan merapikan yang berantakan aja sih Mas awalnya.
2001Grant/Awards
Sicincin,1971
1993 – 2003 Institut Seni Indonesia (ISI/ Indonesian Institut of Fine Arts) Yogyakarta Indonesia
2014 The Future is Here”, REDBASE Contemporary Art, Jakarta, Indonesia
2020 -Pameran FKY 2020 Mulanira 2 , Museum Sonobudoyo , Yogyakarta -Pameran Open Monumentendagen , Gallery Lukisan , Bergen op Zoom , The Netherlands -Pameran ARTJOG: RESILIENCE, Yogyakarta
1988Education/Residency–1992 Sekolah Menengah Seni Rupa ( SMSR ) Padang
2019 -Art Jakarta , Nadi Galllery , JCC Senayan , Jakarta -Pameran Potret “Penyelidikan Estetika , Bentara Budaya Yogyakarta -KunstRai ,Gallery Lukisan , Amsterdam -Pameran “Delapan puluh Nan Ampuh” , Bale Banjar Sangkring , by SICA ,Yogyakarta
2010 Solo Exhibition “ New Sculpture” ,Andre’ Simoens Gallery , Knokke – Zoute, Belgium Solo Exhibition “New Sculptures”, Metis Gallery , Amsterdam, Netherlands
2016 -Karya Terbaik BAKABA #5, Sakato Art Community
2013 Re-PLAY # 4 Abdi Setiawan , OFCA International , Yogyakarta , Indonesia
2019 Set And His People” Semarang Contemporary Art Gallery , Semarang, Indonesia
-Finalist of Phillip Morris Art Awards
ARTIST CV
Selected Solo Exhibition
2007 “The Flaneur” Nadi Gallery, Jakarta, Indonesia
2018 -Pameran Jateng Bienalle , Semarang CAG , Semarang -Pameran Small Thing , Hight Value , Visma Gallery , Surabaya -Pameran Spektrum Hendra Gunawan , Ciputra Artpreneur , Jakarta -Pameran “Legacies Landscape” ,Gajah Gallery , Singapore -Pameran “ To Landscape And…” Museum dan Tanah Liat , by SICA ,Yogyakarta -Pameran Kecil Itu Indah After Edwin ( KIIAE) . Miracle Prints Space, Yogyakarta
Selected Group Exhibition
22
2004 “Gairah Malam” France Cultural Center, Yogyakarta, Indonesia
BornSetiawanAbdi
2020 “Unconceptual Sal Project 2020 (Painting)
ARTIST CV
“Rumah” Bazaar Art 2016 (Photography)
Royal Melbourne Institute of Technology – Photography
Selected Group Exhibition
2016 “Rumah” Ruci Galerry – 2016 (Photography)
Selected Solo Exhibition
2019 “Abad Photography’’ Jogja Galeri 2019 (Photography)
Jakarta, 1975
BornIsmaelAnton
1992Education/Residency
23
2016 “Abad photography” Galeri Nasional 2016 (Photography)
2020 “Inner Pheriphery” Rubanah Galeri 2020 (Photography)
Reminiscence Sanctuary in Monsanto 1st Prize winner - ArkXsite competition Portugal
Three Uncommon Types - Installation at Artotel Thamrin Jakarta
Correspondence between the thick and the thin participation at Ruang Arkais exhibition held by PSA Parahyangan Catholic University Bandung
Selah - a performance and installation for odyssey opening at Artotel Sanur, Bali, a collaboration between Kezia Alyssa and Dua Studio with Talula Fidelia and Marco Victorio,
Art Jakarta architectural design
Dec 2018 - Mar 2019
September 2017 Blurry Boundary Rome Contemporary Chapel Finalist
24
July 2017
2019StudioDua
April 2017
Vertical Monopoly Installation for colorplan paper exhibition curated by each other company
May 2018
October 2018
August - October 2019
Nov 2017 - Nov 2018
Ways of Reading London - Curatorial and design team a collateral event for Indonesia participation in London Book Fair 2019
October 2019
ARTIST CV
Indonesia Pavilion - Curatorial team and pavilion design Venice Architecture Biennale 2018
Erase - participation at urban utopia art exhibition held by PSA Parahyangan Catholic University Bandung
BornPrabandonoEddi
2012Grants/Awards
1999 Handmade – Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia
Selected Solo Exhibition
2010 Artist in Residence in Vermont Studio Center, Johnson, Vermont, USA
2002 Artist Studio Program - The Okinawa Bank, Okinawa, Japan
Luzhu Artist Studio Program −Toufen, Miaoli, Taiwan
2002 Watashi Wo Mite Kudasai – Maejima Art Center, Okinawa, Japan Mini Series – Akane Animal Hospital, Okinawa, Japan
2003 Finalist of Philip Morris Indonesia Art Award, Jakarta, Indonesia
1992 Faculty of Fine Art, Indonesia Institute of Arts (ISI), Yogyakarta, Indonesia
2005 Asoka – Rougheryet Gallery, Okinawa, Japan
2000 Landscape – Benda Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2009 Winner of a 2009/2010 Asian Artist Fellowship, sponsored by the Freeman Foundation for the Vermont Studio Center, Johnson, Vermont, USA
2007 Artist Coming Home – Artist Studio Program NAP, Awaji City Hyogo, Japan
1998 Nagasawa Art Park (NAP) – The Japan Foundation, Japan
Pati, 1964
2015Education/Residency
2002 Maejima Artist Studio Program , The Okinawa Bank, Okinawa, Japan
2009 Strategic Presentation: Sculpture Luz, and Illusion – SIGIarts, Jakarta, Indonesia
1994 Graphic Way – Indonesia Institute of Arts (ISI), Yogyakarta, Indonesia
2018 “No Empty Chair” The Drawing Room Contemporary Art, Makati, 1231 Metro Manila, 2017 -Art Stage Jakarta, Representad by Bale Project, Sheraton Grand Jakarta, Gandaria City,Jakarta – Indonesia.“OBSCURE” Andy Dewantoro dan Eddi Prabandono, Galeri Salihara, Jakarta –Indonesia.MATRABARU CAN’S, Can’s Gallery Jakarta – Indonesia.
ARTIST CV
Indonesian Artist of the year 2011 Tempo Magazine
25
1984 Socials Politics Faculty, 17 August University, Semarang, Indonesia
1990 Interior Design and Gardens, Jawa Dwipa Polytechnic, Semarang, Indonesia
2011 After Duchamp : Bicycle Wheel - Ark Galerie, Jakarta, Indonesia.
2010 Wonderful Fool – Red Mill Gallery, Johnson, Vermont, USA
1998 ’98 Nagasawa Art Park Artist-in Residence, The Japan Foundation, Awaji City, Hyogo, Japan
2020 “konstalasi Benda-Benda, Gallery Semarang, Central Java.
Selected Group Exhibition
2016 Land Art Delft, Foundation Land Art Delft - Netherlands
2013 -Finalist of “Soemardja Award 2013”, Galeri Soemardja, Bandung, Indonesia -Finalist of “Indonesia Art Award 2013”, Yayasan Seni Rupa Indonesia, Jakarta, Indonesia -Finalist of “Young Artist Award”, Art|Jog|13, Yogyakarta, Indonesia
ARTIST CV
2014 -Winner of “Young Artist Award”, Art|Jog|14, Yogyakarta, Indonesia
-Finalist of “Bexco Young Artist Award 2014”, Busan, South Korea
Selected Group Exhibition
2015Grants/Awards
2008Education/Residency-2013
26
Faculty of Art and Design Institut Teknologi Bandung, Indonesia Bachelor in Fine Art Major, Intermedia Art Studio
2015 “Makan Angin #3 “, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia
2020 -“Seni Rupa Kontemporer ?”, Sakarsa Art Space, Bekasi, Indonesia -“Sumonar 2020”, on-line exhibition, www.sumonarfest.com “Use Your Illusion”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Indonesia -“Matter Matters – New Media, Materiality, and the Artworld”, Can’s Gallery, Jakarta, Indonesia 2019 -“Eclipse”, Galeri Salihara, Jakarta Indonesia -“Beyond Painting: Extend the Boundaries – ArtSociates Booth Art Expo Malaysia -”Matrade Exhibition and Convention Centre”, Kuala Lumpur, Malaysia -“Sinkronik – Pekan Seni Media 2019”, Taman Budaya, Samarinda, Indonesia -“Today, Tomorrow,The Future”, Senayan City, Jakarta, Indonesia -“ART_UNLTD Bekraf Booth - Art Jakarta”, Jakarta Convention Centre, Jakarta, Indonesia -“AGSI Booth - Artmoment 2019”, Grand Sheraton Gandaria City, Jakarta, Indonesia -“A Piece of Essensial Jakarta – CASA” Ballroom Ritz Carlton, Jakarta, Indonesia -“Eastern Rhytms Indonesia”, Triangle Tower of Serdika, Sofia, Bulgaria -“Essential Jakarta – Indonesia Booth for Milan Design Week 2019”, Superstudio Tortona, Milan, Italy -“Liber Primus”, Semarang Gallery, Semarang, Indonesia -“BaCAA – Assemblage”, Lawang Wangi Art Space, Bandung Indonesia 2018 -“Celebration of the Future”, Art Bali - Bali Collection, Bali, Indonesia -“XyZ Art unlimited”, Gedung Gas Negara, Bandung, Indonesia -“[not]ARTofficial[?] : Out of Track”, Lawang Wangi Art Space, Bandung, Indonesia -“Jogja International Batik Biennale”, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia -“The Alignment”, Artotel, Jakarta, Indonesia -“Spektrum Hendra Gunawan”, Ciputra Artpreneur, Jakarta, Indonesia “Pintas”, Thee Huis Gallery, Bandung, Indonesia -“Manifesto 6.0 – Multipolar”, Indonesia National Gallery, Jakarta, Indonesia -“Agenda”, De Tjolomadoe, Solo, Indonesia “The Village”, Purwokerto, Indonesia -“Special Art Project by CG Artspace”, Plaza Indonesia, Jakarta, Indonesia
Finalist of “Indonesia Art Award 2015”, Yayasan Seni Rupa Indonesia, Jakarta, Indonesia -Finalist of “BaCAA - Bandung Contemporary Art Award 2015”, ArtSociates, Bandung, Indonesia
Jakarta, 1990
BornPradiptaEldwin
2011 The Poison of Our Sins, CATM Chelsea, New York, USA.
2016Grants/Awards
2014 freiraum quartier21 INTERNATIONAL/ MuseumsQuartier, Vienna Austria.
Parallel Events of Rauma Biennale Baltic Laboratory and Vulnerability Exhibition, Rauma Art Museum, Finland.
2010 Westbeth Artists Community, New York, USA.
2017 Migrating In Your Own Home, Cans Gallery, Jakarta.
BornPauhriziErik
2010 International Residency, New Museum & Westbeth Artists Community, New York, USA (Asian Cultural Council).
2010 International Residency, New Museum of Contemporary Art & Westbeth Artists Community, New York, USA (Asian Cultural Council).
ARTIST CV
27
Diplom für Bildende Künste, Film Program Study, Hochschule für Bildende Künste Braunschweig, Germany.
Bandung, 1981
2016Education/Residency
-PLANAR II – UNGSI, Goethe-Institut Bandung, Indonesia.
2006 National Art Council Singapore (Bandung – Singapore Displacement Project).
Indistict Names, Semarang Contemporary Art Gallery, Semarang, Indonesia. Fictitious Biography, Richard Koh Fine Art, Kuala Lumpur, Malaysia.
-ExtensionAustria. Course of Philosophy, Parahyangan University of Catholic, Bandung, Indonesia.
2009 Face Phantasmagoria, Vivi Yip Art Room, Jakarta, Indonesia.
2015-2016 Meisterschüler für Bildende Künste, Film Program Study, Hochschule für Bildende Künste Braunschweig, Germany. (Won Meisterschüler Jury Prize and Scholarship)
Selected Group Exhibition
Meisterschüler 2016 Prize & Scholarship, Stiftung Braunschweigischer Kulturbesitz (SBK).
-Re-emergence, Selasar Sunaryo Art Space, Indonesia
2005 & 2007 Asia - Europe Foundation (The Third Asia-Europe Art Camp & Dislocate – Reconnect Project, Tokyo, Japan)
2018 -PRISONER OF HOPE, Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Selected Solo Exhibition
2009-2012
-Paradox, Lawang Wangi Art Space, Bandung.
2001-2005 Bachelor, Fine Art and Design Faculty, Bandung Institute of Technology, Indonesia. (Cum Laude).
-300. Stuttgarter Winter Film Festival, Germany.
2014 -Artist in Residence - freiraum quartier21 INTERNATIONAL/ MuseumsQuartier, Vienna
28
Selected Solo Exhibition
2018 -Art Unlimited XYZ - Gedung Gas Negara - Bandung -Celebrating of the future - Gedung AB BC (Art Bali) - Bali -Perempuan - Victoria College of Art - Melbourne - Australia -Duet Exhibition “Interlude” - Pullman Hotel - Jakarta -Contemporary Ikebana - Lawangwangi - Bandung -On Traces – Edwin Gallery – Jakarta -Museum of Creators - Public Art Installation - GWK - Bali -Patungan Payung - Rumah Radi - Bandung -Contemporary Ikebana - Lawangwangi - Bandung
Selected Group Exhibition
2010 1st Winner The Best Artwork, Juror’s Choice, Indonesia Art Award 2010
2001 1st Winner, Dago festival graffiti competition
2018-present MFA, Fine Art Major, Bandung Institute of Technology (ITB), Bandung, Indonesia
2005Education/Residency
2019 -Sinkorik - Pekan Seni Media - Taman Budaya Samarinda -Spatial Traces - Duet Exhibition - D Gallery- Jakata -13 Artniversary - Senayan City - Jakarta -Art Jakarta - Ruci Art Space - Jakarta -Spatial Trace - D Gallery - Bandung -Domestic Affair - Parlour - Bandung -Lazim - Galeri Yuliansyah Akbar (Urbane) - Bandung -Liber Primus - Gallery Semarang - Semarang -Assemblage - Lawang Wangi - Bandung -Bila Lapar Melukis - Omnispace - Bandung
2017 (Im) Perfection, Art stage Jakarta
2014Grants/Awards
2016 Ketok Majik, Omnispace Bandung
Erwin BornPranataWindu
ARTIST CV
Bandung, 1981
Indonesian Art Award (IAA) - Finalist
2011 We Are Toys, Asia One - Art Hongkong 2011 (HK11), Hong Kong
2011 Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) - Finalist
2019 Biro Estetika Nirlembaga, Studio Batur Bandung
BFA, Fine Art Department, University of Education Indonesia (UPI), Bandung, Indonesia
2013 Empowering Anxiety, Rachel Gallery Jakarta
2020 -Poetical Vector - Lawang Wangi - Bandung -Contemporary Art? - Sakarsa Artspace - Bekasi
2014 -Mewakili Institut Seni Indonesia dalam kunjungan kemitraan di Silpakorn University, Bangkok, Thailand.
2019 -Longlisted - Ivan Juritz Prize
Selected Artist on Friend of the Artist Volume 10
2011 - 2015 Seni Murni Lukis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Indonesia
2018 Component, The Old Biscuit Factory, London, UK
1992
2020 -Residensi PADA Studios, Barreiro, Portugal
MA Painting, Royal College of Art, London, UK
2019 We Can Only Have Fun on Certain Days, Stour Space, London, UK 2019 MICRO, Air Gallery, Altrincham, UK
Thumbnails, Hockney Gallery Royal College of Art, London, UK 2018 RCA WIP Show, Royal College of Art, London, UK
BornPangestuEvi
2017 Parataxis, Birmingham School of Art, Birmingham, UK
ARTIST CV
2016 Wawancara dengan Birmingham East Side mengenai UK Young Artist National Festival Derby
2017Education/Residency-2019
2018 -Beasiswa workshop di Anderson Ranch Art Center, Snowmass Village, Colorado, USA
2019 Sekala / Niskala, Kinship Studio, Bali, Indonesia
2015 - 2017 BA (Hons) Fine Art, Birmingham School of Art, Birmingham, UK
2019 Kunjungan mengajar, Reading University, UK
2019 Online Interview on Heap Magazine
Selected Group Exhibition
2019Grants/Awards
2016 -SVA Summer Residency, School of Visual Arts (SVA), New York, USA
2020 -Residensi PARADISE AIR, Matsudo, Japan
Royal College of Art Graduate Show 2019, Royal College of Art, London, UK
-Beasiswa workshop di Anderson Ranch Art Center, Snowmass Village, Colorado, USA
-Shortlisted - Bloomberg New Contemporaries
29
2020 Almost There, pameran online PADA Studios March Residency
Selected Group Exhibition
2001 “S.A.M.O” (Social Activator Mobile Object), Bandung, Indonesia
ARTIST CV
-Green is Gold Too, Mindscapes, visual arts, Esplanade Singapore.
1996-2001Education/Residency
Selected Solo Exhibition
Cimahi, 1976
2019 Poros Bandung, Galeri Salihara Jakarta.
30
2003-2005 Postgraduate Program at Bandung Institute of Technology, Art and Design Faculty
Studied sculpture at Bandung Institute of Technology, Art and Design Faculty
2001 “Astakona”, Benda Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2018 ART Bali, Beyond the Myth, Art Bali Bali Collection Nusa Dua, Bali. -SSAS / AS / IDEA, Bale Project in X with 20 Artists, Bale Tonggoh, Bandung. -Shifting, Orbital Dago Gallery, Bandung, Indonesia.
2017 Trienal Seni Patung Indonesia #3, Skala, Galeri Nasional Indonesia. -Yokohama Triennale 2017, Island, Constellations, and Galapagos. Yokohama Museum of -ART|JOG|10Art.Changing Perspective, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta.
BornAviantoJoko
2018 Jumaldi Alfi, Blackboar Paintings, LATAR, Jakarta, Indonesia
Mind, Kiniko Art Room, Jogjakarta, Indonesia
Artist in Residence, STPI (Singapore Tyler Print Institute), Singapore
Derau-Noise, Bentara Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia 1998 Rekonstruksi, Aikon, Yogyakarta, Indonesia
1993 Indonesian High School of Arts (SMSR), Yogyakarta, Indonesia
BornAlfiJumaldi
1999 Indonesian Institute of Fine Arts (ISI, Institut Seni Indonesia) Yogyakarta, Indonesia
80 Nan Ampuh, Kiniko Art Room, Jogjakarta, Indonesia
WRITTEN IN THE SKY with Honold Fine Art, TONYRAKA Art gallery, Bali
2017 Art Stage Singapore with Nadi and Edwin’s gallery, Singapore
31
Kiniko Art Project, Kiniko Art Management, Yogyakarta, Indonesia
2018 Art Taipe DangDai, Roh Project, Taiwan
September Art Project, Malang, Indonesia
Art Jakarta, Rachel Gallery, Jakarta, Indonesia
Art Jakarta, Edwin’s Gallery, Indonesia
2013 Jumaldi Alfi’s Blackboard Paintings, Primo Marella Gallery, Milan, Italy
2014 Myth Sisyphus, Art Basel Hong Kong with Edwin’s Gallery, Hong Kong, China Melting Memories/Rereading Landscape, Mooi Indies, ARNDT Gallery, Singapore
2019 Art Bali 2019, Bali
2003 Cover, Centre Culturel Français, Yogyakarta, Indonesia
2012 Jumaldi Alfi, Asian One, Art Hong Kong with Sin Sin Gallery, Hong Kong, China
2010 Life/ Art #101: Never Ending Lesson, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia Life/ Art #101: Never Ending Lesson, Valentine Willie Fine Art, Kuala Lumpur, Malaysia
2006 Alfi, iPreciation Fine Art Gallery, Singapore
Selected Solo Exhibition
Re-PLAY #3, Jumaldi Alfi, OFCA International, Yogyakarta, Indonesia
2001 Alfi-Lukis, Lontar Gallery, Jakarta, Indonesia
ARTIST CV
Lintau, 1973
2011 Melting Memories #2, Nadi Gallery, Jakarta, Indonesia Nightswimmer, Metis Gallery, Amsterdam, The Netherlands Melting Memories, STPI (Singapore Tyler Print Institute), Singapore
Representasi 3, Pendopo Art Space, Yogyakarta, Indonesia Incumbent, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia
PostFEst2018, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indonesia
2020 Jumaldi Alfi, Footnote, SaRanG Building, Yogyakarta, Indonesia
Bebas, Sakato Art Community, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
Recent Works, Cult Gallery, Kuala Lumpur, Malaysia
Selected Group Exhibitions
Current Trend, Regent Hotel, Jakarta, Indonesia
Bakaba #7, Sakato Art Community, Jogja Gallery, Indonesia Skectches & Drawing, LATAR, Jakarta, Indonesia Redraw III, UGAHARI, Edwin’s Gallery, Indonesia
Prisoner Of Hope, 100Years Hendra Gunawan, Ciputra Artpreneur, Jakarta, Indonesia
2016 Jumaldi Alfi, Sanata Dharma University Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2010Education/Residency
2020 Roots #1, Bilai Art Space, Yogyakarta
2008 Color Guide Series, Nadi Gallery, Jakarta, Indonesia
‘The New Order’, Heden, Denhaag, Netherlands
Selected Solo Exhibition
BornMaryanto
2005 ‘A graphic art exhibitions’, Wisma Ary’s Yogyakarta, Indonesia
1977
32
2003 ‘Minggiran’ Quatro Gato Cafe, Alicante, Spain
2013 ‘RABKopen 2013’ Rijiksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, Netherlands ‘Contemporary Indonesia: Maryanto’, ArtAfairs, Amsterdam, Netherlands
2015 ‘Space of Exeption’, YEO Workshop, Singapore
-‘II. Industrial Art Biennial’, Labin Art Express XXI, Labin, Croatia -’Pressing Matters’, Framer Framed, Amsterdam, Netherlands
1997-2005Education/Residency
Faculty of Fine Art, Indonesia Institute of the Art, Yogyakarta, Indonesia
2008 ‘Once upon a Time in Rawalelatu’ Galeri Semarang, JAD Main Hall, Jakarta, Indonesia
2018 ’Java Ad Energy’ Institut des Cultures d’Islam, Paris, France
-‘Behind the Terrain - Sketches on imaginative landscape’, Koganei Art Spot Chateau, Tokyo, Japan
2017 -After Utopia. Revisiting the Ideal in Asian Contemporary Art”, Samstag Museum of Art -‘ACC-Adelaide,AustraliaRijiksakademie Dialogue and Exchange’, Asia Culture Centre. Gwangju, South Korea -‘Europalia’, Bozar Centre for Fine Arts. Brussels, Belgium
ARTIST CV
Selected Group Exhibition
2012 ‘RABKopen 2012’ Rijiksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, Netherlands
2017 ‘Story of Space’, YEO Workshop, Singapore
The Best Art Photography, Indonesia Institute of Arts, Yogyakarta
2017 -Identity Crisis: Reflection on Public and Private Life in Contemporary Javanese Photography, Herbert -F. Johnson Museum of Art, Cornell University, United State of America.
2009 Heden Kunst van Nu, The Hague, Netherlands.
Wimo BornBayangAmbala
2016 DIAS Kunsthal, Digital Interactive Art Space, Copenhagen, Denmark.
2012 You See Half, You Get Half, Ark Gallerie, Jakarta, Indonesia. 2013 THIS IS NOT THAT, Ruang Mes 56, Yogyakarta, Indonesia. 2014 Perisai Putih Yang Belum Sudah, BKdP, Yogyakarta, Indonesia. 2019 The Knowing Eye, Condo Shanghai 2019, Mao Space, Shanghai.
-What is Left? Apartment project interventions, and public presentation at Tranzit, Bucharest -LocalRomania.Genius, Pekan Seni Media, GOLNI, Palu, Indonesia.
2018 ODD, Bucharest, Romania.
33
-ArtJog; Resilience, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia.
1998Awards/Grants
2003 Select All, Ruang Mes 56, Yogyakarta, Indonesia.
Magelang, 1976
-#ICPConcerned; Global Images for Global Crisis, International Center of Photography, New York, US.
-X Factor, Indonesian Contemporary Art & Design 2019, Grand Kemang, Jakarta. Art Jakarta, Jakarta, -CONCEPT,Indonesia. CONTEXT, CONTESTATION-Contemporary Art from Myanmar and Southeast Asia Goethe Institut Yangon, Myanmar.
-Indonesia Now, A celebration of progression and preservation in Indonesian culture, Potato Head, Bali, -FutureIndonesia.ofHistory, Biennale Jawa Tengah #2, Oudetrap, Semarang Indonesia.
South Project & Monash University, Melbourne, Australia.
Selected Group Exhibitions
2008 Cemeti Art House, Landing Soon #7, Yogyakarta, Indonesia.
1995-1996Education/Residency
2011 I Shot!, Art Depts, Jakarta, Indonesia.
2009 Wimo Film and Video Festival, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta, Indonesia. 2010 Not So High (Heels), d Gallerie, Jakarta, Indonesia.
2020 -Corporeal/Material: On Performance Art and Photography, online exhibition, Isa Art and Design, Jakarta, Indonesia.
2019 -Specualtive Memories, Art Bali 2019, ABBC Building, Nusa Dua, Bali, Indonesia. -We Go Where We Now, Galeri RJ. Katamsi, ISI Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia.
Interior Design, Modern School of Design Yogyakarta, Indonesia.
2018 -The Future of History, Biennale Jateng#2, Semarang, Indonesia. Memory of the Unseen, A+ , Kuala Lumpur, Malaysia.
2020 Jogja_Kronik, Hibah Karya Normal Baru, SAM Fund for Art & Ecology dengan Biennale Jogja.
1996-2006 Photography Department, Indonesian Institute of Art Yogyakarta, Indonesia.
2012 Ka’bah, Ark Gallerie, Art Dubai | Marker, Dubai.
1997 The Best Black and White Photo Print, Media Faculty, Indonesia Institute of Art Yogyakarta
Selected Solo Exhibition
-Resipro(vo)kasi, Natioanal Gallery of Indonesia, Jakarta, Indonesia. Greetings From Indonesia.
-PHOTOMUTAGENESIS, Asian Culture Station, Chiang Mai, Thailand. Greetings From Indonesia, -Jimei X Arles Photography Festival, Xiamen, China.
ARTIST CV
34
Ruang Dini
All rights reserved. No part of this catalogue may be reproduced in any form or means without written permission from the publisher.
Copyright © 2020 Ruang Dini
Exhibition Organizer Ruang Dini
8TH JANUARY - 7TH FEBRUARY, 2021
Jl. Anggrek No.46, Cihapit, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40114
Ruang Dini
Published by Ruang Dini, 2020
Tel. +62 812 8248 2946
Curator Ganjar Gumilar
In conjunction with the group exhibition of INFLUX : INAUGURATION