Halo Jepang Volume 05/2013

Page 1

Edisi Juni 2013/I

Publikasi dalam Kelompok The Daily Jakarta Shimbun

Terbit 24 Halaman halojepang

Berlangganan

@halojepang

sale@jkshimbun.com Iklan

untuk warta harian klik

ad@jkshimbun.com

www.halojepang.com

Nomor Promosi

Titian Informasi Indonesia - Jepang

PERISTIWA

Itoh Chubei, pendiri Itochu & Marubeni.

8

WISATA

12

Iwasaki Yataro, pendiri Mitsubishi Group.

PENDIDIKAN

18

RESTO

22

Masuda Takashi, presiden direktur pertama Mitsui.

Bertransformasi, atau Kandas Liputan Utama 4 Hal 3


2

Juni 2013

PENGANTAR

Dari Redaksi Penerbit: PT Bina Komunika Asiatama Penasihat: Riris I Silam Ueno Taro Haishima Katsuhiko Tim Redaksi Redaktur Pelaksana: Arry Raymonds Staf Redaksi: Nova Auliatun Nisa Beny Halfina Meiskhe Fratel Bunge Sujika Hakiki

L

ebih dari seabad per­­seroan dagang ter-integrasi asal Jepang, sogo shosha berbisnis di Indonesia. Sebagian besar dari masa itu difokuskan untuk membeli produk hasil bumi atau memproduksi barang di negeri ini untuk kemudian di jual kembali ke Jepang atau negara lain. Namun beberapa tahun terakhir, mereka agaknya juga harus mulai mengan-

dalkan jurus lain alias bertransfromasi agar mampu mempertahankan kejayaannya. HaloJepang! kali ini berupaya menelisik sejauh mana transformasi itu— khususnya di Indonesia— telah berlangsung. Tak lupa tabloid ini juga menggali informasi tentang sejarah jaringan konglome­ rasi khas Jepang ini di tanah air melalui seorang narasumber senior yang telah aktif sejak masa pemerintah-

an Presiden Sukarno. Hayase Masato, Supervisor Manga Production Department di Ishimori Productions Ltd, sementara itu, hadir di rubrik Figur dan mengungkapkan keinginan untuk mengulang kesuksesan Tokusatsu Jepang di Indonesia. Juga dipaparkan bagaimana mimpi masa kecil Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, anak instruktur Pasukan Khas TNI-AU untuk membuKyodo

Artistik: Agus H A Medianto Abdul Gafur Revolita Rizal Marizki A Alhaz

Perempuan Penangkap Ikan Ayu Selama lebih dari 1.300 tahun penangkapan ikan Ayu di Kota Inuyama, Prefektur Aichi—dikenal sebagai Kisogawa Ukai—selalu dilakukan kaum lelaki. Namun, tahun ini menjadi berbeda karena untuk pertamakalinya perempuan ditunjuk melakukan ritual ini. Inayama Kotomi (23 tahun), merupakan perempuan keenam yang ditunjuk sebagai penangkap ikan Ayu dalam perayaan Ukai di Jepang. Namun, ia yang pertama dalam tradisi Kisogawa Ukai. Ikan Ayu merupakan ikan khas musim panas yang rasanya manis. Festival Ukai disebut-sebut sebagai penanda awal musim panas di suatu daerah. Tradisi ini dilaksanakan di sejumlah wilayah Jepang, dan menjadi daya tarik wisatawan karena cara menangkap ikan yang unik, yakni dengan menggunakan burung Umiu (Phalacrocorax capillatus). Dalam tradisi Ukai, burung Umiu dipasangi cincin di leher, sehingga ikan Ayu yang tertangkap tidak langsung tertelan. Seorang penangkap ikan Ayu dalam tradisi ini biasanya mengendalikan 5-10 ekor burung Umiu.

Email : redaksi@halojepang.com Bagian Iklan: Ekana Yulianti Ota Tsutomu Shimizu Jumpei Telp : (021) 230-3830 Fax : (021) 230-3831 Alamat Redaksi Menara Thamrin Suite 305 Jl M H Thamrin Kav 3 Jakarta 10340, Indonesia.

Daftar Isi 3 Liputan Utama Bertransformasi, atau Kandas 8 Peristiwa Siasat Pendiri NU Hadapi Tentara Jepang 12 Wisata Aset Tradisional daerah Chubu 18 Pendidikan Kokushikan University 22 Resto MIka Bistro 23 Budaya Kurumi-e

Erratum Pada edisi Mei, di hal 3 pada keterangan foto seharusnya tertulis Peringatan Hari Kebersamaan Keluarga PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan PT Toyota Astra Motor.

at radar kemudian membawanya ke Chiba University dan menciptakan pesawat tanpa awak. Selain itu, juga ada artikel tentang program studi Japanology untuk tingkat pasca sarjana di Kokushikan University sementara beberapa rubrik menarik tentang wisata, kuliner hingga budaya, juga tampil untuk menginformasikan dan menghibur pembaca. Selamat menyimak!

Suara Pembaca Tulisan yang Lebih Bermanfaat dan Inspiratif HaloJepang! sudah cukup informatif dan menarik, antara lain karena menyajikan cukup banyak pemaparan tentang perusahaan-perusahan Jepang yang telah, sedang

dan akan berekspansi ke Indonesia. Topik yang diangkat tabloid ini sebaiknya termasuk hal-hal yang memberi manfaat pada bidang industri di Indonesia, terutama industri kecil dan menengah mengingat sebagian besar pelaku industri di negeri ini ada dalam kategori kecil dan menengah.

Ke depan, saya berharap HaloJepang! juga memaparkan lebih banyak tren fesyen, kerajinan tangan dan perkembangan teknologi. Di pihak Indonesia, mungkin banyak juga yang ingin memahami lebih lanjut tentang filosofi kerja warga Jepang termasuk cara mereka bangkit dengan cepat

dan maju setelah Perang Dunia II. Pembahasan tentang hal tersebut di tabloid ini tentunya bakal menarik. Selanjutnya, saya berharap HaloJepang! akan secepatnya lebih luas diterima di kalangan masyarakat Indonesia.

Arif Purnomosidi Staf JETRO


Juni 2013

LIPUTAN UTAMA

3

Bertransformasi, atau Kandas HaloJepang!/Ueno Taro

Jaringan perusahaan raksasa dengan kaki dan tangan di berbagai belahan dunia tak bebas tantangan. Demikian pula dengan sogo shosha, perseroan terintegrasi khas Jepang, yang selama 30 tahun terakhir lebih banyak berinvestasi di bidang energi dan manufaktur di Indonesia namun kini juga melirik segmen consumer goods. Oleh Arry Raymonds

L

aiknya kiprah sogo shosha di wilayah lain, di Indonesia pun mereka mulanya masuk pada abad ke-20 sebagai perusahaan pedagangan umum (general trading) komoditas hasil alam untuk keperluan ekspor. Namun, formula yang membawa kejayaan di tahap awal itu belakangan menemui sejumlah tantangan. Beruntung pada saat nyaris bersamaan kelas menengah di negeri ini membesar pesat serta berujung pada kesempatan bisnis amat menjanjikan. Sogo shosha— Mitsubishi, Mitsui, Sumitomo, Marubeni, Itochu, Sojitz, dan Toyota Tsusho—sebagai merek (brand) mungkin tak terlalu tenar di Indonesia, namun proyek yang mereka tangani sejak dasawarsa 60-an sejatinya sangat mewarnai pengembangan industri nasional karena dalam banyak kasus mereka juga menjalankan peran sebagai pionir strategis. Iseda Junichi, Senior Vice President Chief Regional Officer Indonesia and Papua New Guinea Mitsubishi Corporation menjelaskan, saat awal berbisnis di negeri ini pada 1919, Mitsubishi membeli produk seperti gula dan mengekspornya ke Jepang, selanjutnya mengimpor berbagai barang dari sana untuk dijual ke pasar domestik. Tapi sejak sekitar 30 tahun silam perusahaan mulai

FamilyMart

berinvestasi di sektor manufaktur dan sumber daya alam. “Dalam beberapa tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh pesat, dan pasar konsumen domestik terus berkembang didorong bertambahnya jumlah kelas menengah yang kini diperkirakan mencapai 120 juta orang. Pada masa lalu, sektor ini belum terlalu atraktif, tetapi bakal segera menjadi sangat penting bagi kami,” ung-

kap Iseda. Menurut pria kelahiran Tokyo ini, sektor yang disasar Mitsubishi di pasar konsumen, adalah produk pertanian dan perikanan serta tekstil, keduanya berada di bawah unit bisnis living essentials, yang ditujukan untuk jangka panjang, karena investasinya termasuk dalam rantai nilai (value chain investment) di mana modal ditanam baik di sisi pemasok, grosir maupun eceran atau ritel. “Seperti di industri manufaktur, kami akan mengembangkannya bersama mitra lokal untuk jangka panjang.” Ditanya tentang alasan yang mendasari transformasi

PLTU Tanjung Jati B di Muria, Jepara, Jawa Tengah

bisnis Mitsubishi di Indonesia, Iseda menyatakan, sektor tambang seperti nikel dan batubara memang masih bisa diharapkan bertumbuh. Tetapi, untuk eksplorasi minyak dan gas pertumbuhannya sudah berhenti, bahkan Indonesia sudah mulai mengimpor kedua komoditas tersebut. “Mitsubishi tentunya berupaya memperluas bisnis di pasar konsumen, tapi tetap akan mempertahankan sektor yang telah lebih dahulu digarap. Pengalaman kami di sektor ritel sebelumnya memang masih sedikit, namun pasar terus meningkat dan kami menilainya sebagai peluang yang harus di manfaatkan.” Investasi Mitsubishi di unit bisnis living essentials yang sedang dan akan beroperasi, antara lain adalah minimarket Lawson, yang dikelola PT Sumber Alfaria Utama Tbk, dengan kepemilikan saham Mitsubishi Corp sebesar 9,09% dan Uniqlo, gerai pakaian kasual, di mana Mitsubishi berpatungan dengan Fast Retailing Co Ltd. Sementara itu, Morimatsu Takehiko, Executive Director and General Manager PT Mitsui Indonesia menilai, perluasan bisnis ke sektor consumer

goods yang dilakukan perusahaannya dipicu jumlah kelas menengah yang sekitar 120 juta-130 juta itu serta daya belinya terus tumbuh. “Ke depannya Indonesia akan menjadi pasar menarik, bukannya sekedar lokasi produksi atau pemasok sumber daya alam. Ini jelas merupakan perubahan besar dibanding era Sukarno dan Soeharto,” ungkap pria asal Osaka ini. “Jumlah warga dengan kesanggupan membeli serta memakai lebih banyak produk, semakin bertambah. Karena itu, kami akan berfokus untuk

menengah. Namun, soal jumlah modal yang bakal dibenamkan tentu tergantung pada jenis proyek dan industri yang digarap serta—tentunya—jenis risiko yang dihadapi di masa mendatang. “Itu sebabnya, kami ingin berbagi dengan mitra lokal yang dapat diandalkan,” katanya. Untuk bisnis baru, kini sistemnya memang masih trial and error, “Jika kami melakukan investasi dan tidak ada laba, maka kami akan berhenti dan mencari bisnis baru. Memang ini kiat jangka pendek, hanya tiga sampai lima tahun. Selanjutnya mungkin kami akan ikut serta dalam manajemen perusahaan mitra lokal, dan berupaya meningkatkan

Sari Roti

memenuhi hal-hal yang mereka butuhkan serta mengubah kiat bisnis dengan menyasar sektor ritel juga. Tetapi untuk strategi dasarnya tidak ada perubahan, masih menangani bisnis energi dan industri dasar,” jelasnya. Tentang investasi di pasar konsumen di Indonesia, Morimatsu menjelaskan Mitsui ke depannya berencana mendirikan perusahaan patungan dengan fokus pada segmen kelas

nilainya.” Selain Mitsubishi, dan Mitsui, sogo shosha lain yang juga mengincar bisnis ritel dan telah berinvestasi di sektor ini termasuk Itochu di minimarket Family Mart, Sumitomo di situs belanja daring sukamart.com, dan Sojitz di Nippon Sari Corporation yang memproduksi Sari Roti serta PT Nissinmas Indonesia, produsen mie instan.


4

Juni 2013

LIPUTAN UTAMA

Jejak Sogo Shosha di Nusantara Oleh Nova Auliatun Nisa

P

erkembangan sogo sho­sha yang luar biasa tentunya tidak terlepas dari sejarah mereka yang panjang. Sebagian besar bahkan telah berdiri sebelum Perang Dunia (PD) II dimulai, seperti Mitsubi­shi, Mitsui, dan Sumitomo, yang kini menjadi tiga sogo shosha dengan aset terbesar di dunia. Setiap perusahaan ini awalnya bergerak hanya di satu bidang yang berbeda satu sama lain. Sumitomo yang berdiri di abad 17, misalnya, pertama kali membuka usaha penjualan buku dan obat, sementara Mitsubishi menjalankan bisnis pengiriman barang (shipping) sejak 1873, sedangkan Mitsui lebih memfokuskan diri pada bisnis ekspor-impor sejak 1876. Namun, beberapa tahun kemudian ketiganya mulai me­ rambah bidang lain, dengan berbagai informasi sebagai modal utama dan menjadikan mereka sogo shosha. “Kalau diartikan mudah, sogo shosha merupakan per-

usahaan perdagangan multi bidang. Sogo artinya kumpulan atau integrasi sedangkan shosha berarti perusahaan tra­ding (perdagangan). Mereka menguasai semua bidang, namun tidak menghasilkan suatu produk sendiri. Modal utamanya adalah berbagai informasi yang mereka dapat melalui penyelidikan sendiri,” ujar Kirishima Masaya, Director PT Japan Medical Health, yang sebelumnya be­kerja di Tonichi Boeki dan memiliki pengalaman bekerjasama dengan sogo shosha. Kirishima menambahkan, sogo shosha telah lama ada di Nusantara bahkan sebelum dirinya datang ke Indonesia pada 1960-an, saat ikut serta dalam proyek pembangunan Jakarta. Sejarah menunjukkan Mitsui adalah sogo shosha paling awal yang menginjakkan ka­kinya di Indonesia, yakni pada 1901, saat mengirim perwakilan ke Pulau Jawa untuk meninjau dan mengumpulkan informasi. Dalam waktu singkat, Mitsui menjadi sogo

Sejumlah koran lama yang mengangkat pemberitaan tentang sogo shosha di Indonesia.

shosha pertama yang meraih keberhasil­an dalam menjalankan bisnis di kepulauan amat luas yang saat itu masih menjadi wilayah jajahan Belanda. Menurut harian berbahasa Belanda ‘Het nieuws van den dag’ yang diterbitkan 25 Juni 1910, Mitsui bahkan kerap melakukan bisnis serta menjadi perantara jual-beli antara Pemerintah Belanda dan Jepang dan juga melaksanakan kegiatan impor, transaksi keuangan perbankan, hingga hasil tambang dari atau ke Jepang. Kemudian pada 1917 Mitsui mendirikan kantor pertama di Surabaya dengan fokus mengembangkan bisnis gula tebu. Disusul Mitsu-

bishi pada 1919. Melihat keberhasilan Mitsui, pada periode 1920-1930an sejumlah perusahaan Jepang, termasuk Sumitomo, kemudian mulai mengirim staf pula ke beberapa wilayah seperti Sumatera, Borneo (Kalimantan), Jawa dan Sulawesi untuk meninjau kemungkinan menjalankan bisnis di Indonesia. Pada masa PD II, ketiga sogo shosha besar ini juga turut membantu Pemerintah Jepang dalam memasok berbagai perlengkapan perang atau keperluan tentara di berbagai wilayah, termasuk di Indonesia. Setelah Jepang menyerah, sebagian besar perusahaan

Jepang di tanah air ditutup, dan semua staf dipulangkan. Perusahaan Jepang mulai kembali beroperasi di Indonesia atau mengirimkan stafnya pada 1951, ditandai dengan kehadiran kantor Itochu di Jakarta. Sementara Mitsui baru membuka cabang di ibukota negara pada 1955. Pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno, sejumlah perusahaan Jepang termasuk sogo shosha ikut serta dalam proyek pembangunan beberapa gedung terkenal, antara lain Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Gedung Sarinah, Stadion Senayan, Bendungan Jatiluhur, Hotel Samudra Beach, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Hotel Bali Beach dan Hotel Sanur Beach di Bali, meski dana yang digunakan berasal dari pampasan perang Jepang. Sejak hubungan diplomasi Indonesia dan Jepang dipulihkan pada 1958, semakin banyak saja perusahaan Jepang, termasuk yang berkategori sogo shosha, beroperasi di Indonesia, dan berkembang pesat hingga sekarang.

Serangkaian Langkah Bersejarah Sebagai konglomerasi kelas dunia, sogo shosha memiliki riwayat perjalanan yang cukup panjang, melampaui berbagai era dan tonggak perubahan. Bermula dari kegiatan bisnis umum yang relatif sederhana seperti perdagangan linen, pengelolaan toko buku dan obat serta pengiriman barang

1858 - Itoh Chubei mendirikan perusahaan dagang linen, cikal bakal Itochu 1914 – Reorganisasi perusahaan menjadi C. Itoh & Co. 1951 – Kantor perwakilan Jakarta dibuka 1992 – Penggunaan nama internasional, Itochu Corporation

1858 – Itoh Chubei mengawali bisnis perdagangan linen 1949 – Pendirian Marubeni Co Ltd 1972 - Penggantian nama menjadi Marubeni Corporation 1993 – Marubeni Indonesia didirikan

melalui ekspedisi laut kini merambah nyaris semua lini bisnis di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Kehadiran mereka di negara kepulauan terbesar di dunia ini, bahkan telah berlangsung sejak sebelum apa yang disebut sebagai Republik

1870 – Iwasaki Yataro, memulai bisnis pengiriman barang 1919 – Mulai beraktivitas di Indonesia 1968 – Mengerjakan proyek pengembangan LNG di Brunei 1971 – Berganti nama internasional menjadi Mitsubishi Corp

1876 – 1 Juli 1876, Kelahiran Mitsui & Co 1901 – Pertama kali mengirim staf ke Pulau Jawa untuk mencari informasi 1944 – Kantor cabang di Indonesia ditutup 1965 – Membuka kembali kantor di Jakarta

Indonesia terbentuk. Berikut tabel yang melukiskan titik-titik terpenting dalam kiprah panjang enam sogo shosha yakni Itochu, Mitsui, Marubeni, Sojitz, Mitsubishi dan Sumitomo di tingkat dunia maupun di Indonesia.

1892 – Japan Cotton Trading Co Ltd, cikal bakal Nichimen Corporation berdiri 1928 – Nissho Company, cikal bakal Nisshoiwai Corporation berdiri 2004 – Sojitz Holding Corporation terbentuk dari afiliasi Nichimen Corporation dan Nisshoiwai Corporation 2005 – Penggantian nama menjadi Sojitz Corporation

Abad 17 – Sumitomo Masatomo membuka toko buku dan obat 1919 – Osaka Hokko Kaisha Ltd perusahaan cikal bakal berdiri 1938 – Kerjasama dengan Belanda mengirim bauksit dari Sumatera ke Jepang 1945 – Pasca perang, bertransisi ke perusahaan perdagangan umum

Sejumlah anak Perusahaan & Perusahaan Terafiliasi ITOCHU

MARUBENI

MITSUBISHI

MITSUI

SOJITZ

SUMITOMO

PT Itochu Indonesia PT Aneka Tuna indonesia Karawang International Industrial City PT Suzuki Finance Indonesia PT Hexindo Adiperkasa Tbk PT Bhimasena Power Indonesia PT Wynncor Bali PT Aneka Coffee Industry

PT Tanjung Enim Lestari Pulp And Paper PT Musi Hutan Persada PT Matlamat Cakera Canggih PT Megalopolis Manunggal Industri/ MM2100 PT Surya Artha Nusantara Finance PT Astra Multi Truck Indonesia PT Fukusuke Kogyo Industry PT Iroha Sidat Indonesia

Tangguh LNG PT Indonesia Asahan Aluminium PT Smelting PT Asahimas Chemical PT Kansai Paint Indonesia PT Kramayudha Tiga Berlian PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk PT Fast Retailing Indonesia

PT Kaltim Pasifik Amoniak PT Amoco Mitsui PTA PT Yamaha Indonesia Motor Mfg PT Bussan Auto Finance PT Wisma Nusantara International PT Paiton Energy Company PT Misaja Mitra PT Agro Green Asia

PT Metal Ore & ITS Group JVs PT Kaltim Methanol Industri PT Takagi Sari Multi Utama PT Nippon Indosari Corporation Tbk PT Nissinmas PT Primatexco Indonesia PT Puradelta Lestari PT Berau Coal

PT Super Steel Karawang PT Summit Oto Finance PT Traktor Nusantara PT Sumisho E-Commerce Indonesia PT East Jakarta Industrial Park PT Central Java Power PT Newmont Nusa Tenggara PT Sumitronics Indonesia


Juni 2013

LIPUTAN UTAMA

5

Bermitra di Pasar Konsumen HaloJepang!/Arry Raymonds

Oleh Arry Raymonds

S

ejumlah perusahaan Indonesia yang memperlihatkan kinerja baik telah digandeng sogo shosha untuk menggarap pasar konsumen domestik, seperti PT ASA Foodnesia Abadi yang mendapat suntikan modal dari Mitsui untuk pengembangan bisnis bakery dan PT Global Mediacom Tbk (MNC Group) yang bekerja sama dengan Itochu di industri media. Andreas Sutanto, President and Chief Executive Officer (CEO) ASA Foodnesia Abadi menjelaskan, proses penjajakan sampai ada kesepakatan bekerjasama membutuhkan waktu sekitar setahun. Setelah dimulai dirinya belajar banyak mengenai tata kelola perusahaan dari Mitsui. “Setiap bulan ada pertemuan dewan direksi dengan delegasi dari kantor pusat, dengan topik bahasan yang terfokus pada pengembangan bisnis, aspek teknologi serta pengembangan jejaring. Bagi kami, itu semua kesempatan baik karena memungkin-

Andreas Sutanto CEO Asa Food targetkan penawaran saham perdana dalam 4 tahun.

kan kami belajar lebih jauh.” “Sebagai contoh, di Jepang ada anak perusahaan Mitsui yang mengelola pendistribusian produk segar harian untuk 7-Eleven. Buat kami itu menjadi kesempatan berbagi informasi yang penting karena kami harus memasok roti tanpa pengawet yang bakal kadaluwarsa dalam 2-3 hari saja,” ungkap Andreas. Lebih lanjut, ia menjelaskan perusahaannya berbeda de-

ngan perusahaan roti lain yang kebanyakan berbasis industri rumah tangga. ASA Foodnesia Abadi telah memiliki sertifikat ISO 22.000 (untuk standar keamanan makanan), yang setiap enam bulan diaudit. “Perusahaan kami berdiri sejak 2012, dan awalnya fokus ke segmen bisnis-ke-bisnis (B2B), dengan memasok frozen and fresh food products ke sejumlah hypermart. Mulai akhir tahun lalu kami juga masuk

ke pasar ritel dengan membuka gerai Pane del Giorno di kawasan perkantoran dan re­ sidensial. Tahun ini ditargetkan 60 gerai dibuka dan diharapkan dalam empat tahun akan ada 1.000 gerai dan setelah itu kami akan melakukan penawaran saham perdana (IPO),” kata Andreas. Berbeda dengan ASA Foodnesia Abadi yang bergerak di sektor makanan, kerjasama Itochu dan Global Mediacom mencakup bidang media. Untuk tahap awal dikembangkan tokoh superhero Indonesia yang akan ditayangkan di televisi dengan target pemirsa segmen anak-anak. Reino R Barack, Senior Vice President Business Development PT Global Mediacom Tbk menjelaskan, penjajakan dimulai sejak 2011, dan setelah mengkaji sejumlah kemungkinan, Itochu memperkenalkan produsen film Ishimori Productions, produsen film Tokusatsu, atau film dengan efek khusus,kepada MNC. Itochu adalah pemilik sejumlah saham di Ishimori Productions.

“Kerjasama MNC dengan Ishimori ditujukan untuk mengembangkan tokoh superhero khas Indonesia, yakni Bima Satria Garuda. Selanjutnya Itochu berperan sebagai pengelola master license, yang menangani semua penjualan lisensi produk, karena mereka memang yang memiliki keahlian di bidang itu. Staf Itochu yang ditempatkan di Ishimori juga turut membantu menjembatani komunikasi dengan MNC,” ungkap Reino. Bima Satria Garuda akan diproduksi MNC Pictures yang untuk tahap awal sebanyak 26 episode, akan ditayangkan di RCTI mulai akhir Juni. “Ini proyek pertama dengan Itochu di bidang media, tetapi juga terkait dengan ritel, karena kami juga menggandeng Bandai untuk menjual mainan. Belum ada target tertentu dalam kerjasama ke depan dengan Itochu karena sebelumnya tidak ada perusahaan media yang melakukannya. Ini baru proyek pertama, mudahmudahan akan ada proyek berikut,” ucap Reino.


6

Juni 2013

RINGKAS BISNIS


Juni 2013

RINGKAS BISNIS

7


8

Juni 2013

PERISTIWA

Siasat Pendiri NU Hadapi Tentara Jepang membuka luka lama dan memicu ketidaksenangan warga Indonesia terhadap Jepang, namun setelah melihat tanggapan penonton pada pemutaran perdana ‘Sang Kyai’, kekhawatiran itu sirna. “Masyarakat sudah dewasa dalam melihat sejarah, dan menilai itu sebagai pelajaran untuk mempererat kerjasama kedua negara di masa depan.”=

HaloJepang/Arry Raymonds

Yoshioka Akira dari Toyota Info Technology Centre dan Koshizen Takamasa dari Honda R&D Co Ltd Automobile R&D Centre saat tampil dalam workshop JICA di Hotel Le Meridien, Jakarta.

L HaloJepang!/Arry Raymonds

Melihat aksi-aksi demons­ trasi untuk membebaskan ayahnya dari penjara di markas Kempeitai (Korps Polisi Militer) tidak berhasil, bahkan memakan korban jiwa, akhirnya KH Wahid Hasyim, putera KH Hasyim Asy’ari berinisiatif melakukan aksi damai dengan bershalawat bersama para santri Pondok Pesantren Tebu Ireng di depan tempat penahanan. Khawatir melihat jumlah orang yang berkumpul semakin banyak, Komandan Tertinggi Tentara Jepang di Jakarta kemudian memutuskan pemindahann KH Wahid Hasyim ke penjara lain. Namun kerumunan serupa kembali terjadi. Akhirnya diputuskan untuk merangkul pendiri Nahdhatul Ulama itu, dan bahkan menunjuknya sebagai Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Demikian penggalan cerita film ‘Sang Kyai’ yang menggambarkan titik balik perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam menghadapi tentara Jepang pada periode 19421945. Awalnya menentang namun akhirnya bekerjasama dengan penguasa, sebagai siasat guna menyokong perjuangan kemerdekaan Indonesia. Film besutan sutradara Rako Prijanto, yang pertama kali tayang 30 Mei, dibintangi sejumlah aktor dan artis ternama seperti Ikranegara, Christine Hakim dan Agus Kuncoro dan lebih dari setengah du­ rasinya menampilkan adegan kekejaman tentara Jepang, termasuk situasi para jugun ianfu atau perempuan yang dipaksa menjadi budak nafsu di markas militer. Dimas Shimada, aktor pemeran komandan Kempeitai yang bengis, awalnya sempat khawatir adegan kekerasan, termasuk pemukulan terhadap KH Hasyim Asy’ari, akan

Perbaikan Kecil untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Dimas Shimada

ambatnya realisasi proyek besar untuk menangani kemacetan di Jakarta, mendorong Kementerian Pekerjaan Umum mencari alternatif berupa pelaksanaan proyek perbaikan skala kecil, untuk segera mengurangi volume lalu lintas ibukota. Untuk ini, produsen otomotif asal Jepang juga dilibatkan. Dalam pemaparan proyek pertengahan Mei, sejumlah pembicara dari konsultan teknik sipil dan perusahaan otomotif mengungkapkan berbagai kegiatan percontohan yang telah dilaksanakan, dan terbukti dapat mengurai kemacetan di beberapa titik kepadatan lalu lintas Jakarta. Watanabe Masato Project Development Department Katahira & Engineer International, perusahaan konsultan teknik sipil menyampaikan manfaat dari perbaikan dan modifikasi skala kecil, seperti mengubah bentuk persimpangan, dan secara ketat menegakkan aturan pengguna-

an jalur lalu lintas. Hal ini dipastikan berdampak pada penurunan kemacetan lalu lintas, seperti di perempatan Melawai. Perbaikan skala kecil sangat praktis dan lebih mudah diimplementasikan karena tidak membutuhkan akuisisi tanah, bisa cepat dilaksanakan dan berbiaya rendah, ucap Watanabe. Sementara Dr Yoshioka Akira Group Leader Technical Research Division Toyota Info Technology Centre Co Ltd yang sudah melaksanakan riset di Jl Rasuna Said dengan mengaplikasikan program matematika dalam simulasi lalu lintas, menyimpulkan pemilihan titik perubahan jalur dan putar balik dapat lebih dioptimalkan guna menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 15%. Proyek ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan mencakup dua prioritas: mengantisipasi kecelakaan dan mengatasi kemacetan. “Saat ini, kemacetan merupakan persoalan utama di

sejumlah negara Asia Tenggara, sehingga kami tergerak untuk ikut berupaya mencari solusi,” ujar Yoshioka. Selanjutnya Koshizen Takamasa Project Leader Honda R&D Co Ltd Automobile R&D Centre memperkenalkan aplikasi telepon seluler (ponsel) pintar yang dapat memperbaiki cara berkendara guna mengurangi kemacetan di jalan raya serta menekan konsumsi bahan bakar. Hal ini telah diuji coba awal Maret di ruas jalan tol Bintaro. Menurut Koshizen, awalnya proyek ini direncanakan di tiga negara: Jepang, Italia dan Indonesia. “Namun, di Italia kami menghadapi kendala berupa kurangnya respon pihak kepolisian, sementara di Jepang memang telah diberlakukan peraturan yang melarang pengemudi melihat ke arah lain saat berkendara,” katanya. Di Indonesia respon pihak kepolisian cukup baik, sehingga proyek ini bakal diterapkan di sini, ujarnya.=

Sistem Bursa Rusak, Gaji Pejabat Dipotong Kerusakan sistem di Bursa Efek Osaka awal Maret berbuntut panjang. Dua pejabat tinggi di perusahaan pengelola bursa efek kedua terbesar di Jepang itu mendapat sanksi pemotongan gaji satu bulan, yang besarannya bervariasi. Hal ini diharapkan memberi efek jera yang efektif dan bukan sekadar peringatan sebagaimana lazimnya diterapkan di Indonesia. Fujikura Motoharu, Presiden Direktur Bursa Efek Osaka (OSE) dike-

nai pemotongan gaji 30% dalam satu bulan akibat kerusakan sistem yang memaksa dihentikannya perdagangan derivatif seperti NIKKEI 225 Options dan NIKKEI 225 Futures pada 4 Maret. Menurut OSE masalah terjadi pada perangkat lunak (software) yang menerima pesanan perdagangan derivatif, dan ke depannya untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa telah dilakukan tindakan pencegahan dengan meningkatkan sistem peman-

tauan untuk server dan analisa data. "Kami memohon maaf kepada para investor dan seluruh masyarakat karena telah menyebabkan masalah besar," ungkap pernyataan resmi OSE, sambil menambahkan bahwa masalah pada perangkat lunak program telah diperbaiki. Lebih lanjut Managing Director Karino Yoshinori, yang bertanggungjawab menangani program perangkat lunak di OSE dan juga dikenai sanksi pemotongan gaji 20% untuk satu bu-

lan, menyatakan pihaknya telah memastikan tidak akan terjadi masalah serupa di masa mendatang. Kerusakan sistem juga pernah terjadi di Bursa Efek Indonesia pada 2009 dan 2012, namun usai kejadian itu pihak Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bape­ pam-LK) hanya memberikan sanksi berupa peringatan. Hal ini dinilai kurang memberi efek jera bagi pengelola bursa saham utama di Indonesia bila mengalami masalah teknis kembali.=



10

Juni 2013

OPINI

Editorial

M

UKM

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam suatu kesempatan pernah menyatakan keprihatian atas nasib usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia dengan menyitir masalah dana sebagai kendala utama. Bukan pernyataan baru memang, karena sebelumnya hal senada juga telah diungkap banyak pihak melalui banyak cara. Masalahnya, dengan demikian, bukan lagi identifikasi persoalan, namun apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi persoalan tersebut. Ironis memang, bahwa UKM—bukan perusahaan atau konglomerasi raksasa—yang kerap dipuja-puja dengan menyebutnya sebagai ‘soko guru’ perekonomian nasional bahkan ‘juru selamat’ di masa krisis itu hingga kini masih mengalami keterbatasan akses terhadap dana alias modal. Gita kemudian menawarkan sejumlah formula yang sesungguhnya tidak benar-benar anyar, tetapi tetap saja perlu diulang karena selama ini praktis tak nyata mewujud. Ia menyatakan UKM mesti memiliki lebih banyak akses ke berbagai bank mengingat saat ini hanya 20% dari total penduduk Indonesia telah tercakup layanan perbankan. Selain itu, suku bunga tinggi yang dibebankan pada UKM mesti direduksi. Di Indonesia suku bunga bisa mencapai rata-rata 20% sementara di Malaysia hanya 10%. Dari sisi perpajakan, UKM sejatinya juga bisa sangat terbantu perkembangannnya jika dibebaskan dari pajak selama, misalnya, 5-10 tahun pertama. Insentif pajak serupa sudah diterapkan di banyak negara lain seperti Malaysia, Korea dan Jepang. UKM, tak cuma di Indonesia, sesunggguhnya memang teramat penting perannya, antara lain, karena juga merupakan penyedia lapangan kerja. Mungkin itu sebabnya, belakangan sejumlah bank yang secara tradisional berfokus pada pasar korporat, juga mulai menggarap sektor ini BNI, misalnya, telah menggandeng bank yang sebagian sahamnya dimiliki Pemerintah Jepang dan bergerak dalam pembiayaan UKM seperti The Shoko Chukin Bank. Benar bahwa skala bisnis UKM Jepang berbeda dengan UKM Indonesia, sehingga mungkin tidak terlalu tepat untuk membandingkannya. Namun, ini setidaknya menunjukkan UKM selalu layak dibidik. Lagi pula, UKM Jepang itu nantinya juga diharapkan mencari mitra UKM Indonesia. Sementara itu , sejumlah bank swasta sejak lama memang cukup serius menyasar pasar yang diyakini bakal terus tumbuh itu termasuk Danamon dan PermataBank, sementara bank asing seperti Standard Chartered dan Commonwealth Bank belakangan tak kalah giat untuk mengambil langkah serupa. Semua itu membuktikan bahwa sektor ini terlalu penting untuk diabaikan, Badan Pusat Statistik (BPS) saja menyebutkan ada sekitar 4,5 juta UKM di Indonesia kini. Sayangnya, tak kurang dari 70% di antaranya, dinilai tidak bankable. Artinya, mereka selalu mendapatkan kesulitan untuk mendapat layanan perbankan karena prosedur mendapatkan fasilitas kredit yang rumit, tidak didukung sumber daya manusia (SDM) yang memadai, tidak memiliki keterampilan pemasaran yang dibutuhkan, dan tidak memiliki mitra usaha yang mampu mengembangkan bisnis lebih lanjut. Pemerintah bukannya tak berperan dalam pengembangan UKM. Tahun ini saja Kementerian Koperasi dan UKM menyediakan anggaran Rp54 miliar guna mendukung 2,160 UKM baru di berbagai penjuru tanah air. Namun, selama ini memang pemerintah cenderung menerapkan sistem ‘gebyah uyah’ alias one formula to fit all. Artinya pembinaan yang dilakukan tidak didasarkan kebutuhan spesifik para UKM. Dengan kata lain, diperlukan pemetaan kebutuhan mendasar, strategi pembinaan yang jitu dan rumus sekaligus pola pendampingan yang tepat untuk setiap jenis UKM. Modal memang penting, namun perhatian serta dukungan atas kebutuhan khusus mereka, juga tak kalah penting. •

Relasi Indonesia dan Jepang di Sektor Pertambangan Hubungan dagang Bangsa Indonesia dan Bangsa Jepang sudah berlangsung lama. Kita berharap hubungan dapat terus berlangsung, meningkat, seimbang dan saling menguntungkan. Prinsip kerjasama saling menguntungkan haruslah dipegang kedua belah pihak karena diyakini dapat membawa kelestarian relasi baik di masa kini maupun akan datang. Oleh Siraj El Munir Bustami

U

ntuk menjaganya diperlukan keterlibatan pemerintah kedua negara untuk saling memahami kondisi kekuatan dan kelemahan masing-masing. Dalam hal ini bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah dan banyak dibutuhkan bangsa Jepang. Sebaliknya bangsa Jepang memiliki kreativitas dan etos kerja yang tinggi sehingga dapat menciptakan berbagai produk yang banyak berguna bagi bangsa Indonesia. Namun dalam perjalanan kehidupannya, bangsa Indonesia telah mengevaluasi dirinya dan menyimpulkan bahwa ternyata hanya menjual sumber daya alam saja tidak menjadikan rakyat Indonesia semakin pintar apalagi menjadikan mereka sejahtera. Sementara kekayaan alam tersebut pasti habis suatu saat bahkan sudah ada yang habis sekarang. Apalagi penerimaan negara dari sumber daya alam tidaklah terlalu signifikan dibanding dampak buruknya. Hanya minyak dan gas bumi yang terlihat di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di mana penerimaan negara dari pajak dan non pajak diharapkan sekitar Rp 250 triliun pada 2013 ini, itupun masih dibilang belum optimal. Sementara peneriman negara yang berasal dari keka­ yaan alam lain seperti batubara dan sumber daya mineral masih minim.

Pasal 1 butir 20 UU No 4/2009 menyatakan pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Adapun Pasal 170 menyatakan Pemegang Kontrak Karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambatlambatnya 5 (lima) tahun sejak UU ini diundangkan. Kemudian diperjelas Pasal 102 yang menyatakan bahwa Pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara. Kemudian Pasal 103 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Hal ini sudah diatur secara jelas dan mesti dilaksanakan. Apalagi sudah diatur 4 tahun yang lalu.

Ternyata menjual kekayaan sumber daya alam saja tidak menjadikan rakyat Indonesia semakin pintar, apalagi menjadikan mereka sejahtera.

UU Minerba

Itulah salah satu yang menjadi latar belakang keluarnya aturan kewajiban pembangunan smelter dalam UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah disahkan pada 12 Januari 2009. Selain itu juga dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalkan nilai tambah dari produk, tersedianya bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja. UU No 4/2009 diharapkan dapat memperbaiki UU No 11/1967 yang telah berlaku selama 42 tahun dalam rangka memberi manfaat yang lebih bagi rakyat Indonesia.

Harapan

Kita berharap pelaku usaha yang berasal dari Jepang dapat memahami langkah kebijakan ini dan dapat mengimplementasikannya segera. Selain pelaku usaha di bidang pertambangan dapat melakukan eks­pansi ini juga, kesempatan juga bagi para investor Jepang untuk menanamkan modal dalam pembangunan smelter. Yang terpenting adalah bangsa Jepang tetap dapat menikmati dan mendapat pasokan dari hasil kekayaan mineral bangsa Indonesia untuk selanjutnya diolah menjadi barang jadi. Kita sangat optimistis bangsa Jepang dengan segala kreativitasnya dapat menyukseskan dan dapat menyesuaikan segala dampak yang berkaitan dengan kebijakan ini. •

Siraj El Munir Bustami adalah pakar hukum energi dan pertambangan serta founding partner di Siraj Bustami & Partners


Juni 2013

RISALAH

Musik

Seni Memimpin

Ozawa Seiji di Festival Saito Kinen, Matsumoto, Prefektur Nagano.

Oleh Riris I Silam

D

i dunia seni pertunjukan, sosok pemimpin paling mudah disimak pada diri para konduktor orkestra, karena mereka memang selalu tampil di depan, menjadi pusat perhatian dan ‘mewarnai’ keseluruhan pentas. Tak seperti performing arts lain yang pemimpinnya—bukan bintangnya—tak selalu kasat mata, orkestra memang nyaris hanya identik dengan sang konduktor. Itu sebabnya Berlin Philharmonic setiap kali pasti dikaitkan dengan mendiang Herbert von Karajan, New York Philharmonic de­ngan Zubin Mehta dan Boston Symphony Orchestra dengan Ozawa Seiji, walau di luar itu tentu masih banyak lagi lahan garapan me­reka. Ketiganya jelas bukan sekadar konduktor alias dirigen kelas dunia. Mereka pantas dikelompokkan ke dalam kategori ‘legenda’ dengan keistimewaan ma­sing-masing. Karajan, mi­ sal­­­nya, kondang de­ngan keinginan untuk selalu menghasilkan suara dalam presisi tinggi, sehingga lagaknya cen­derung bak tiran nan dingin. Itu pula sebabnya ia sering mengayun baton sambil memejamkan mata, karena untuknya, musik harus selalu bisa disuarakan dengan tepat secara teknis, baik ketika ia melihat segala sesuatunya maupun tidak. Sebaliknya Mehta. Ia senantiasa ingin terlibat langsung dengan para musisinya karena sebagai sosok flamboyan ia cenderung kian bersema­

ngat saat di tengah keramaian. Conducting style-nya selalu dinamis dan bertenaga. Dalam setiap penampilannya, sosok yang nama depannya berarti ‘pedang pendek’ itu jarang lepas dari nuansa kemegahan dan kemewahan. Ozawa adalah cerita lain. Ia benar-benar berbeda karena gayanya yang sangat ‘me­ngalir’ hampir seperti pe­ nari ditambah bahasa tubuh— serta wajah—yang luar biasa ekspresif. Ia tampaknya juga berjiwa revolusioner, karena sejak dasawarsa 1960-an sudah ‘rela’ mengenakan kaos turtleneck dan kalung manikmanik saat tampil, gaya yang menurut istilah waktu itu, lumayan groovy. Ia juga cukup kerap memimpin tanpa baton, hanya mengandalkan gerakan kedua lengannya. Ozawa yang terus setia de­ ngan tatanan r a m b u t g ondrong mekar­nya itu kini berusia 77 tahun. Tak seperti Mehta yang relatif masih terjaga fisiknya walau hanya beberapa bulan le­bih muda, Ozawa belakangan kerap diganggu masalah kesehatan serius, termasuk kanker esofagus pada 2010 dan hernia pada 2011. Ia juga pernah mesti berjuang sangat keras untuk menaklukkan pneu­monia. Meski demikian, ia telah mengumumkan kesiapan untuk kembali ke pentas Agustus nanti bersama Saito Kinen Orchestra di Matsumoto Performing Arts Center, di Kota Matsumoto, Prefektur Nagano.

Ozawa cukup kerap memimpin tanpa baton, hanya mengandalkan tangannya.

KYODO

Sebelumnya, Juni, bersama sejumlah murid, ia dijadwalkan hadir di International Academy Switzerland, Jenewa di mana string quartet dan ensemble-

nya bakal memainkan Serenade for Strings karya Pyotr Tchaikovsky, yang juga bakal di­ tampilkan pada bulan berikutnya bersama anggota Ozawa International Chamber Music Academy Okushiga Jepang. Meski sebagian orang sempat berpikir ia akan memasuki tahapan ralletando (dalam musik berarti tempo yang melambat) menyusul deraan problem kesehatan, Ozawa justru telah mengatur jadwal untuk tahun mendatang bersama sejumlah musisi muda berbakat Eropa antara lain demi Transfigured Night-nya Arnold Schoenberg, yang gladi ko­ tornya bahkan bakal dilakukan tahun ini juga. Mengingat rekam jejaknya selama ini, bisa dipastikan Ozawa yang juga pernah ber­ guru pada Karajan itu akan tetap memiliki sejumlah agenda pen­ting dan akan secara konsisten memimpin para musisinya

11

dengan cara yang ‘cair’ tanpa pernah kehilangan efektivitas. Pada akhirnya, memang para konduktor tidak harus memiliki langgam memimpin serupa agar berjaya. Justru me­reka yang disebut-sebut sebagai ikon dunia conducting menjadi sangat mengemuka karena mampu senantiasa membawa jatidiri masing-masing untuk kemudian menghadirkan karya brilian. Yang pasti, setiap konduktor—agar sukses dalam seni memimpin—harus mempunyai visi yang hebat. Ia juga wajib memiliki pemahaman penuh tentang kualitas serta bakat para musisi dengan siapa ia bekerjasama, kerelaan untuk membebaskan setiap musisi guna mengeluarkan kemampuan terdahsyat demi keterpaduan tim, serta membantu mereka untuk menentukan prio­ritas tentang apa yang harus mereka lakukan. Selebihnya, cuma soal gaya!




14

Juni 2013

ADVERTORIAL

Pesona Asli Alam Hokkaido H

okkaido, wilayah paling utara di kepulauan Jepang menawarkan pesona alam yang berbeda. Jika daerah lain berupa kawasan industri dan perkotaan yang padat, wilayah ini menawarkan alam yang ma-

Danau Akan

sih perawan dan indah. Kawasan in memiliki obyek wisata menarik yakni Taman Nasional Akan, wilayah pegunungan di sebelah timur Hokkaido. Lokasi ini menawarkan pemandangan alam indah dan sumber air panas. Wilayah ini

juga memiliki tiga danau vulkanik yakni Akan-ko, Kussharoko dan Mashu-ko. Danau Akan terkenal sebagai habitat bagi Marimo, sejenis alga hijau yang dapat tumbuh membulat laksana bola. Di danau ini, pengunjung

dapat mencoba naik kapal pesiar menjelajahi penjuru danau selama satu jam. Selain itu juga ditawarkan perahu motor dengan tarif disesuaikan dengan waktu tempuh, mulai 500 yen per 5 menit. Jika berkunjung ke sini, jangan lupa untuk mengunjungi kotan (desa) yang dihuni etnis Ainu, penduduk asli Hokkaido. Di sini bisa disaksikan pertunjukan, museum dan kerajinan khas Ainu. Wisatawan dapat mencapai lokasi ini dari Tokyo maupun Osaka. Jika dari Tokyo, melalui Bandara Haneda ke Bandara Kushiro, Hokkaido diperlukan waktu sekitar 1 jam 35 menit dan dilanjutkan dengan bus ke Danau Akan-ko selama 1 jam 10 menit. Sedangkan dari Osaka membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dari Bandara Internasional Kansai menuju Bandara Kushiro. Bergeser ke bagian utara Hokkaido, ada Semenanjung Shiretoko Hanto, menjorok langsung ke Laut Okhotsk. Ter-

Furano

diri dari pegunungan curam diselimuti hutan perawan menjadi habitat bagi burung Cormorant dan elang laut ekor putih. Sama seperti Danau Akan, area ini juga dijadikan sebagai Taman Nasional. Shiretoko telah menjadi situs warisan dunia badan pendidikan ilmu pengetahuan dan budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO sejak 2005. Pelabuhan Utoro di bagian timur semenanjung merupakan titik keberangkatan kapal wisatawan untuk menjelajahi sepanjang Shiretoko. Shiretoko terkenal sebagai ‘Kerajaan Air Terjun’ karena banyaknya air terjun yang bisa dijumpai sepanjang perjalanan di kapal wisata. Ada air terjun Kamuiwakkayu no taki, yang mengalirkan uap, lalu air terjun Furepe no taki yang saking indahnya dijuluki ‘Air Mata Gadis’. Patut dijelajahi pula Shiretoko-Goko (lima danau), kumpulan danau kecil, tenang dan dikelilingi hutan alam. Hanya dibutuhkan waktu sejam untuk mengelilingi kelima danau ini.


Juni 2013

INSPIRASI

15

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo

Konsistensi Mimpi Membuat Radar Sendiri

Semua foto: Dokumentasi Josephat Tetuko Sri Sumantyo

Tak banyak orang yang terus setia pada angan-angan masa kecil. Salah satunya adalah Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, PhD (42) yang berhasil mengubah mimpinya untuk membuat radar menjadi kenyataan. Oleh Beny Halfina

M

impi itu memang tak sekadar dipelihara namun juga dibangun sehingga bahkan membuat Josh—sebagaimana ia biasa dipanggil—kini dipercaya mengelola Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL) di dalam Center for Environmental Remote Sensing (CEReS), Chiba University, Jepang. HJ : Bagaimana awalnya tertarik akan radar? JT : Sebagai anak instruktur Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU, saya dibesarkan di kompleks Lanud Adisumarmo, Surakarta. Kami tinggal dekat Pusat Perbengkelan dan Pemeliharaan Radar, sehingga mengenal berbagai jenis radar dan pesawat terbang militer sejak dini. Sayang semua buatan luar negeri. Hal inilah yang kemudian memotivasi saya untuk membuat dan memajukan radar serta sistem kedirgantaraan Indonesia umumnya. HJ : Bagaimana Anda kemudian melanjutkan studi ke Jepang dan mengapa Jepang yang dipilih? JT : Lulus SMAN 1 Surakarta 1989, saya melanjutkan ke Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada. Di masa orientasi, ada penawaran beasiswa RISTEK atau beasiswa Habibie. Saya mendaftar dan diterima, serta juga diterima sebagai karyawan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT ) dan diminta belajar Teknik Elektro di Jepang. Saya menyelesaikan S1 di Kanazawa University dengan beasiswa Habibie. Setelah itu S2, dengan beasiswa Rotary International Scholarship Foundation. Tema penelitian yang diambil yak-

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo

ni pengembangan radar bawah tanah untuk pemetaan sumber daya alam. Setelah pulang dan bekerja di BPPT dan TNI-AD, saya melanjutkan S3 bidang spaceborne synthetic aperture radar (SAR) dengan beasiswa Okamoto International Scholarship Foundation, Satoh International Scholarship Foun­ dation dan Atsumi International Scholarship Foundation. Namun, pada 1999 saya dikeluarkan dari instansi di Indonesia, namun justru mendapat tawaran sebagai staf pengajar di Leicester University, Inggris, dan beberapa universitas di Amerika, Jepang dan Israel. Akhirnya saya dan keluarga memutuskan menjadi staf pengajar tetap dan pegawai negeri pemerintah Jepang di Chiba University yang dekat dengan Narita dan Haneda International Airport, sehingga mendukung karir dan aktivitas penelitian tentang space-

Foto bersama setelah berhasil terbang perdana.

Terbang perdana JX-1.

borne radar, pesawat tanpa awak dan satelit mikro. HJ : Apa saja manfaat radar yang Pak Josh buat? Mungkinkah dibuat di Indonesia?

permukaan bumi dengan akurasi beberapa milimeter dalam setahun. Penelitian pernah dilakukan di wilayah semburan lumpur Lapindo Sidoarjo, Bandung, Jakar-

JT : SAR bisa digunakan untuk memonitor penurunan tanah dengan teknik Differential Interferometric SAR (DInSAR ) dan beberapa teknik saya sendiri. Teknik ini mampu memetakan perubahan

ta, Semarang, Tokyo dan Kuala Lumpur. Beberapa proyek pemetaan penurunan tanah didanai pemerintah Jepang dan Malaysia. Fabrikasi sistem ini sebenarnya dapat dilakukan di Indonesia. Mudah-mudahan ada industri yang mendukung penyediaan komponennya. HJ : Selain radar, Pak Josh juga membuat pesawat tanpa awak (UAV). Bagaimana kemampuannya dan apakah akan bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang ini? JT : Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX-1) pertama mengudara 7 Juni 2012 di Fujikawa Airfield. JX-1 merupakan UAV terbesar di Asia. Kecepatan rata-ratanya 120 km/jam, ketinggian maksimum 4 km, durasi terbang kira-kira 6 jam

dengan daya jelajah 600km-700 km, payload 25 kg. Total beratnya 150 kg. Kini tengah dibangun JX-2 hingga JX-4, didukung Kementerian Pendidikan dan Teknologi (Monbukagakusho, MEXT). Kami berencana melakukan misi bersama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan BPPT. HJ : Apakah ada rencana kembali ke Indonesia? JT : Saya kira tinggal di mana saja sama, asal berusaha dan banyak teman tanpa mendiskriminasi, kita akan berhasil. Bagi saya di mana hasil pemikiran dan karya dihargai dan dihormati, di situlah tanah air. Saya masih sering ke Indonesia sebagai dosen tamu atau adjunct professor di UI, ITB, UGM, IPB, Unhas, ITS, Undip, Unpad, Unud dan lain-lain untuk memberi kuliah dan melakukan kerjasama riset dan pendidikan. HJ : Pak Josh tentu sibuk dengan penelitian. Bagaimana menyeimbangkan hidup? JT : Saya memiliki hobi mengumpulkan dokumen dan peta kuno, serta menulis buku. Di waktu luang saya suka naik sepeda onthel, membuat berbagai kue dan masakan, snorkeling, serta jalan-jalan bersama keluarga. HJ : Ada pesan bagi peneliti muda untuk mengatasi ketertinggalan teknologi? J : Kita mesti mengembangkan teknologi dan budaya yang asli lahir dari alam dan kepala manusia Indonesia. Kita harus menjaga alam, diiringi pengembangan teknologi dari pemikiran dan usaha sendiri. Tak perlu selalu mengatasi ketertinggalan teknologi. Lebih baik ikut mengarahkan tren teknologi dan budaya dunia.•


16

Juni 2013

FIGUR

Menggiring Kesuksesan Tokusatsu ke Indonesia Dunia hiburan di Jepang, khususnya tokusatsu (pertunjukan atau film yang sarat efek khusus) kini nyaris tak terpisahkan dengan Hayase Masato, sosok yang kerap dipandang sebagai pewaris sang maestro, Ishinomori Shotaro. Karya Hayase kini belakangan juga meluas ke Indonesia melalui superhero baru dengan ciri lokal yang kental. Oleh Bunge Sujika Hakiki HaloJepang!/Haishima Katsuhiko

Hayase Masato (kanan) dan stella JKT48 berpose saat peluncuran serial Bima Satria Garuda di Jakarta.

PROFIL 1965 Lahir di Nagoya, Prefektur Aichi 1989 Bergabung dengan Ishinomori Productions Ltd sebagai asisten Ishinomori Shotaro 1999 Menghasilkan novel Kikaider 00 1999 Membuat desain karakter Boys Ranger 2001 Membuat desain karakter Kamen Rider Agito dan berbagai seri Kamen Rider lain (hingga 2011) 2002 Menulis novel Hero Saga (hingga sekarang) 2004 Menulis novel Masked Rider Gaia (hingga 2006) 2010 Memproduksi film Cyborg 009 2010 Memproduksi film Sea Jetter Kaito (hingga sekarang) 2012 Memproduksi film Cyborg 009-Conclusion GOD’S WAR (hingga kini dalam proses distribusi)

Juni mendatang Hayase Masato dalam kerjasamanya dengan MNC Group bakal meluncurkan serial tokusatsu Indonesia, Bima Satria Garuda. Ini merupakan kerjasamanya yang pertama dengan pihak asing. Dalam kerjasama ini Hayase terutama menangani cerita dan desain kostum. Kostum Bima, sang jagoan, dirancang dengan mengedepankan simbol yang khas Indonesia yakni garuda.

H

ayase berkunjung ke Jakarta 8 Mei lalu untuk peluncuran serial tokusatsu Indonesia, ‘Bima Satria Garuda’. Lulusan seni desain Universitas Nagoya ini, menyatakan, “Saya pernah ke Hong Kong dan Perancis, tetapi Indonesia merupakan negara Asia Tenggara pertama yang saya kunjungi. Banyak orang dan mobil, sungguh suatu ne­geri dengan aktivitas luar biasa.” Ia juga menyatakan harapan, Bima Satria Garuda, yang merupakan program kerjasama MNC Group, Itochu, dan Bandai bakal meraih sukses besar. Sosok protagonis dalam serial yang terdiri dari 26 episode ini bernama Ray Bramasakti, alias Bima, warga bumi asal Indonesia yang teramat tangguh dan—sebagaimana sosok utama tokusatsu lainnya—juga selalu tampil heroik, siap membasmi kejahatan serta penuh keteladanan. “Sebagai komikus yang mewarisi Kamen Rider, saya ingin meninggalkan jejak kesuksesan di masa depan,” ungkap Hayase. Siapa tak mengenal Kamen Ri­der? Para pencinta jagoan super tentunya akrab dengan figur yang diciptakan Ishinomori, mangaka (komikus) yang dikenal lewat serial Kamen Rider, Cyborg 009 dan Himitsu Sentai Goranger, itu. Sedemikian kondangnya sang mangaka sehingga juga tercatat sebagai peraih rekor Guinness sebagai penghasil karya terbanyak. Ishinomori wafat pada 1998 namun karyanya terus dikenang melalui perusahaan manga dan animasi Ishimori Productions Ltd yang memungkinkan serial komiknya tetap langgeng melalui tangan para penerusnya, termasuk Hayase. Sang ilustrator sekaligus novelis profesional ini mengawali karirnya sebagai asisten Ishinomori pada 1989. Ia kemudian meneruskan serial Kamen Rider hingga yang terkini dengan karakter Agito. Mulai 2001, ia bertanggungjawab atas desain karakter dari berbagai serial Kamen Rider. Di antaranya Ryuki, 555, Hibiki, Kabuto, Den-O, Kiba, Decade, G,

Warna dan desainnya juga konon banyak disukai di negara ini karena sudah didasarkan pada survei yang didukung Reino R Barack, Senior Vice President PT Global Mediacom Tbk. Serial ini ditargetkan untuk anakanak usia 3-15 tahun. Karakter Bima sendiri digambarkan sebagai kuat,

W, dan 000. Selain itu ia juga menerbitkan novel dan manga Cyborg 009, se­perti Sea Jetter Kaito. Saat ini ia menjabat sebagai Manga Production Department Original Supervisor di Ishimori Productions Ltd. Sukses de­ ngan sejumlah karya selama lebih dari satu dasawarsa, tak enggan untuk ber­ bagi pengalaman dalam penggarapan tokusatsu. Ia menyatakan, pembuatan tokusatsu itu sulit sementara b i a y a ny a juga besar karena harus diwarnai ledakan dan adegan lain yang membutuhkan efek khusus. Selain itu ada pula biaya untuk kostum 3D de­ngan teknik komputer grafis (CG) untuk tokoh utama. Namun, Hayase juga mengungkapkan keprihatinan terhadap perkembangan tokusatsu di negaranya sendiri, yang mulai memudar, se­iring penurunan angka kelahiran di Jepang. “Saat saya SD, anak SMA pun menonton tokusatsu. Tetapi sekarang, anak SD me­nganggap tokusatsu itu konyol. Kini mereka lebih cenderung melirik game dan lainnya.” ujar Hayase Setelah tahun 2000, tokusatsu di Jepang memang mengalami pergeseran. Sasarannya kini lebih cenderung kepada konsumerisme, sejalan dengan kian gencarnya promosi melalui jalur game, permainan dan sebagai­nya.

fokus, dan gesit layaknya garuda serta selalu siap melindungi mereka di sekelilingnya. Hayase memang menyatakan keinginannya untuk menciptakan pahlawan baru, dan Bima adalah perwujudan hasratnya. Ia berharap sosok yang khusus diciptakan untuk Indonesia itu dapat

Bima Satria Garuda Anak-anak Jepang, kini lebih tertarik kepada fisik sang ka­ rakter semata dibanding dengan nilai-nilai keteladanan yang diusungnya, kata Hayase.•

menjadi panutan dalam kebaikan karena ia tak akan bertarung karena emosi dan benar-benar hanya berkeinginan menjaga keadilan dan perdamaian. Rencananya, Bima akan ditayangkan di RCTI mulai 30 Juni. Dengan promosi merchandise dari Bandai dan Itochu sebagai pemegang hak cipta, Bima diharapkan dapat mengulang kesuksesan ‘senior’-nya, Kamen Rider yang di Indonesia sudah dikenal sejak 1990-an. •


Juni 2013

PERGELARAN

17

Bangkit Lagi dengan Industri Kreatif HaloJepang!/Meiskhe Fratel

Gempa dan tsunami yang melanda Jepang bagian timur, terutama wilayah Tohoku, pada 2011, menyisakan kesulitan bagi mereka yang selamat. Mereka tak hanya kehilangan keluarga dan harta benda, namun juga mata pencaharian. Kelompok ini termasuk warga Kota Kesennuma, wilayah terparah yang terkena bencana. Oleh Meiskhe Fratel

K

juga kerap kali sa­ling memban­ tu,” tutur mantan dosen di Universitas Surugadai, Tokyo ini. Pria berusia 65 tahun ini, mengungkap bahwa ada 50 kelompok mandiri yang membuat produk kreatif, di Tohoku. Dua kelompok di antaranya datang dari Kota Kesennuma, yang kaitannya dengan Indonesia memang erat karena kapal nelayannya kerap mengisi bahan bakar di Benoa, Bali. Kedua kelompok ini mampu menghasilkan produk kerajinan tangan yang benar-benar mencerminkan jatidiri Kesennuma sebagai kota pelabuhan. Studio Coco Kara di Karakuwa, Kota Kesennuma misalnya, memproduksi kerajinan tangan berupa tas dan tempat pensil, dengan menggunakan kain yang memiliki citra seperti Tairyou-ki, bendera nelayan tradisional Jepang, yang dikibarkan di kapal-kapal sebagai harapan untuk mendapatkan tangkapan besar. Studio MAST Kesennuma, juga memproduksi kerajinan tangan seperti tas dan tempat pensil dengan motif kapal yang melambangkan Kesennuma sebagai kota pelabuhan. Support Tohoku, juga me­ negaskan kembali hubungan erat Indonesia-Jepang, khususnya dengan Kota Kesennuma, melalui penampilan potret Presiden Susilo Bambang Yudho­ yono bersama Ibu Ani Yudoyono, saat bertandang kota tersebut pasca bencana. Selain itu ada pula sejumlah potret tentang Indonesia yang turut berpartisipasi sejak 2003, dalam Indonesia Parade, yang diadakan setiap tahunnya di

esennuma yang dikenal sebagai kota pelabuhan, sebagian besar penduduknya hidup dari aktivitas melaut. Namun akibat bencana tersebut para suami tidak bisa berlayar. Keadaan itulah, yang mendorong ibu-ibu rumah tangga di wilayah itu, mulai melakukan upaya mandiri untuk membuat produk kerajinan tangan. “Tsunami mengakibatkan kapal-kapal tersapu gelombang dan hilang. Warga Kota Kesennuma tak lagi bisa berlayar dan sama sekali tak memiliki pekerjaan hingga nyaris putus asa,” ungkap Sakamoto Isamu, ahli konservasi dokumen yang giat membantu wilayah bencana. Pria yang lahir di Kobe ini, memiliki andil besar dalam membantu Aceh pasca tsunami Desember 2004. Ia juga menyelamatkan dokumendokumen pertanahan yang sangat penting bagi pemerintah daerah Aceh, be­berapa bulan setelah bencana. Berselang tujuh tahun kemudian ia pun berperan dalam menyelamatkan berbagai dokumen setelah gempa dan tsunami melanda Tohoku. Kepeduliannya yang besar pada daerah bencana, membuat ahli kertas ini, juga menjadi semacam perpanjangan tangan industri kreatif ibu-ibu di Kota Kesennuma. Mereka meminta bantuan Sakamoto agar karya­ nya diperkenalkan di Indonesia. Dengan bantuan berbagai pihak, Sakamoto akhirnya menyelenggarakan Dokumentasi Support Tohoku pameran Support Tohoku di Museum Teks­ til, Jakarta, awal Mei silam. “ B a n y a k yang memahami bahwa hubung­a n I n d o ­n e s i a Jepang telah lama terjalin. Namun, mungkin tak banyak yang menyadari bahwa kedua ne­gara Kelompok perajin dari Coco Kara, Kesennuma.

Sakamoto Isamu memperlihatkan tayangan tentang gempa dan tsunami Tohoku, Maret 2011.

Kota Kesennuma. “Tahun lalu masyarakat kembali menggelar festival setelah sempat vakum karena bencana. Perlengkapan

se­perti baju tradisional Indonesia, semua hilang dalam malapetaka besar itu. Tapi karena bantuan dari Indonesia, akhir tahun lalu festival bisa kem-

bali di­gelar,” kata Sakamoto. Untuk itu, masyarakat Kota Kesennuma sangat berterima­ kasih pada warga Indonesia, tambahnya.•


18

Juni 2013

PENDIDIKAN


lia

Juni 2013

PENDIDIKAN

19

Pengusung Link & Match dengan Dunia Kerja Dokumentasi STBA LIA

Oleh Beny Halfina

M

asalah yang kerap membayangi sektor pendidikan tinggi di Indonesia adalah kurang selarasnya kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Akibatnya banyak lulusan yang belum benar-benar ‘siap pakai’ ketika harus mulai bekerja. Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) LIA, Jakarta berusaha mengatasi masalah ini melalui perubahan kurikulum sehingga terjadi link & match dengan dunia kerja. “Kami mengubah kurikulum pada 2009, sesuai masukan dari Japan Foundation karena ilmu linguistik murni tidak terlalu aplikatif di lapangan. Kami dianjurkan untuk lebih banyak mengajarkan penerjemahan dan communicative approach. Akhirnya kurikulum dititikberatkan pada penerjemahan,” ungkap Wakil Dekan Akademik Tatat Haryati, MSi. Modifikasi itu kemudian me­ wujud pada mata kuliah Praktik Komunikasi Bahasa Jepang

www.stbalia.ac.id

(Praktikom). Tatat menambahkan, “Praktikom adalah gabungan dari empat kemahir­an berbahasa, yakni membaca, menulis, menyimak, berbicara. Porsinya juga cukup besar, mencapai 12 Satuan Kredit Semester (SKS). Meski hal ini menyebabkan stres di kalangan mahasiswa, namun manfaatnya amat terasa saat mereka lulus.” Sebagai simulasi dunia kerja, metode role play (bermain peran) diterapkan pula. Sementara itu, peminatan penerjemah­an mencakup penerjemahan atas dokumen legal, bisnis dan teknik dari Jepang ke Indonesia atau sebaliknya. Keahlian ini sangat dibutuhkan, terutama di tengah maraknya kehadiran perusahaan Jepang di Indonesia. Rahmat Adityo Pranoto (30), alumni STBA LIA menyebutkan, ”Ada materi yang sebaiknya ditambahkan, termasuk bahasa

Salah satu penutur asli, Shimazu Aki mengajar di kelas STBA LIA.

sangat halus (keigo) untuk di kantor dan sopan santun. Selain materi tata bahasa serta kanji, lulusan juga sebaiknya menguasai Bahasa Inggris supaya bisa bekerja dengan baik.” Kurikulum yang baik saja belum cukup, STBA LIA juga memiliki penutur asli (native speaker) sebagai pengajar sebanyak tiga orang. Kehadiran penutur asli ini terbukti menambah kefasihan mahasiswa berbahasa Jepang. Aria Wiji, mahasiswa angkatan 2010 menyatakan,”Para penutur asli ini, meski mahir berbahasa Indonesia tak mau menggunakannya di kelas. Aki-

batnya para mahasiswa harus berbahasa Jepang.” Guna meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa, diterapkan pula Satuan Kredit Partisipasi (SKP) sebagai syarat mengikuti ujian. Aria menambahkan, “Penutur asli juga mampu meningkatkan jumlah kosakata mahasiswa. Jika ada mahasiswa yang berpotensi, maka komunikasi di luar kelas akan dilakukan melalui kata-kata dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Dampaknya keterampilan mahasiswa pun akan selalu meningkat. Agar lebih efektif, kelas di STBA LIA dibuat kecil, hanya

ber­isi 15 mahasiswa, maksimal 25. Mahasiswa juga bisa mengasah keterampilan berbahasa lebih lanjut dengan menjadi pendamping mahasiswa asing. Salah satunya di program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Program di STBA LIA ini ditujukan untuk warga negara asing yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Mahasiswa akan mendampingi mereka selama sebulan sehingga bisa langsung praktik berkomunikasi dengan warga Jepang. Kegiatan serupa juga bisa dilakukan dengan mahasiswa asing penerima Darmasiswa dan mahasiswa asal Ritsumeikan Asia-Pacific University (APU) yang belajar intensif di Immersion Course Programme. Kurikulum baru ini telah mulai menampakkan hasil sebagaimana tercermin dalam prestasi yang ditorehkan sejumlah mahasiswa STBA LIA. Sejak 2011, mereka mulai memenangi lomba pidato (benrontaikai), misalnya yang diselenggarakan Japan Foundation dan Universitas Darma Persada.•


20

Juni 2013

BUDAYA

Meiskhe Fratel

Kerajinan Tangan Kamakura dalam Balutan Batik Produk kerajinan tangan kertas dan kain, kurumie, awalnya hanya ditemukan dalam balutan kertas washi maupun sisa potongan kain kimono. Namun, kini, kurumie yang lebih kreatif serta sarat nuansa Indonesia juga bisa ditemui. Oleh Meiskhe Fratel

K

urumi-e—pada dasarnya adalah gambar tiga dimensi­—berasal dari kata kurumu (membungkus) dan e (gambar).

Maeda Masako, pengrajin kurumi-e, di toko Tanaka Washi, Asakusa, Tokyo, menjelaskan jika produk kerajinan ta­ngan itu merupakan t u r u n a n d a r i o­shie (seni menekan kertas). Cara membuatnya juga mirip, bahkan bisa dikatakan sejarahnya pun serupa karena sama-sama berasal dari era Kamakura (11851193M). “Kurumi-e dibuat dengan membungkus lempengan busa tipis, sangat mirip dengan cara membuat oshie,” katanya. Kalaupun ada perbedaan antara kurumi-e dan oshie maka

Kurumi-e Batik

itu adalah pada bahan yang digunakan. “Oshie menggunakan kain katun, sementara kurumi-e juga memanfaatkan busa. O­shie ditempelkan di hagoita atau kayu berbentuk raket, sedang­

kan kurumi-e di atas shikishi atau bingkai papan,” ujarnya. Ada dua material yang menjadi dasar dalam pembuatan oshie maupun kurumi-e, yaitu kain kimono dan washi. Biasa­nya para pengrajin profesional mencari kain kimono dari zaman Jepang kuno. Hal itu tentu tak mudah dilakukan pada zaman sekarang, sehingga kemudian digunakan perca bercorak yang disebut chirimen. Material kedua adalah washi warna-­warni atau chiyogami.


21 Tanaka Washi

Toko Tanaka Washi di Tokyo.

Pa d a u m u m nya , j e n is gambar yang ditampilkan dalam kurumi-e adalah gambar anak-anak, tokoh kabuki, gadis Jepang serta sketsa bunga. “Kertas kurumi-e beragam, demikian juga shikishi, ada berbagai jenis,” kata Maeda. Kurumi-e tersebar di seluruh Jepang dan kerap ditampilkan dalam pameran handicraft tradisional. Namun, saat ini tak tampak perkembangan kurumi-e yang pesat dibanding kurumi-e dari masa lalu dan penggemarnya kebanyakan me­mang dari kalangan warga berumur. Hal ini terbukti dari para pengunjung toko Tanaka Washi yang kebanyakan ber­ usia lanjut.

Selain sebagai penghias ruangan, menurut Maeda, kurumi-e juga bisa menghadirkan suasana hati yang menyenangkan. Siapa pun yang melihatnya akan merasa nyaman. Karena itu, kurumi-e juga bisa menjadi sarana guna memperkenalkan keindahan Jepang ke kalangan lebih luas. “Siapa pun yang membuatnya juga akan merasakan keelokan di dalamnya,” katanya dan menambahkan kurumi-e tak sulit dibuat. Dengan ketekunan, siapapun bakal mampu menghasilkan produk kerajinan ta­ ngan ini. Kurumi-e, meskipun terlihat sederhana, namun harganya terbilang mahal. Toko Tanaka

Meiskhe Fratel

Tanaka Washi

Kurumie yang dijual di toko Tanaka Washi.

Washi misalnya, menjualnya dengan kisaran harga di atas 1.000 yen. Mereka sejauh ini telah menjual lebih dari 20.000 jenis kurumi-e dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran 12x13.5cm. Gambar tiga dimensi ini, sebenarnya juga telah mulai dikenal di Indonesia walaupun belum mencapai tingkat popularitas tinggi. Beberapa penggemar telah mencoba membawanya ke pentas lebih luas, termasuk Rohana Acing, yang kerap menggelar lokakarya tentang kurumi-e melalui rumah kerajinannya, Rohana Art. Rohana mulai tertarik membuat kurumi-e sejak 2011 “Waktu itu saya melihat kit

Rohana saat mengajarkan cara membuat kurumi-e di Japan Foundation Jakarta

kurumi-e di suatu pusat perbelanjaan. Kelihatannya menarik, sehingga saya mencoba membuatnya. Kini, saya bahkan sudah sampai pada taraf ketagih­ an,” ujarnya. Perempuan berambut panjang ini, mengatakan dirinya belajar secara otodidak, dan belum pernah menimba ke­ terampilan dari pengajar profesional di Jepang. Meski demikian, karya Rohana kerap diperkenalkan dalam berbagai pameran, di antaranya Pekan Raya Jakarta (PRJ). Awal tahun ini, Rohana pun mencoba untuk lebih kreatif dalam membuat kurumi-e de­ ngan memadukan budaya Jepang dan sentuhan Indonesia.

“Saya mulai agak bosan menggunakan washi. Kebetulan ada teman yang memiliki bisnis konveksi kain batik. Saya meminta kain batik sisa darinya dan lantas menghasilkan kurumi-e berbahan dasar batik. Hasilnya, produk yang cantik,” ungkapnya. Rohana membuat pola kurumi-e sendiri dan telah menghasilkan antara lain kurumi-e pasangan berbaju adat Betawi, ondel-ondel, perempuan Jepang dengan batik Pekalongan dan lain-lain. Rohana menjual hasil karyanya dengan kisaran harga Rp150.000-Rp400.000. “Harga pada dasarnya, tergantung tingkat kesulitan pembuat­annya,” ujarnya.•


22

Juni 2013

RESTO

MIKA Japanese Bistro

Tawarkan Kuliner Eropa Bercita Rasa Jepang Oleh Nova Auliatun Nisa

H

al-hal baru umumnya selalu menarik. Demikian pula di dunia kuliner. Ketika menu yang tersaji merupakan perpaduan bumbu atau bahan dari dua kawasan atau negara berbeda, maka rasa ingin tahu segera saja membuncah. Inilah yang terjadi di MIKA Japanese Bistro yang memfokuskan diri pada menu Eropa bercita rasa Jepang alias Youshoku. “Youshoku sudah sangat populer di Jepang. Awalnya memang hanya di kalangan anak muda, namun sekarang, berbagai kalangan, anak kecil, orangtua, pelajar hingga pekerja juga telah menjadi penikmat,” ujar Kato Takeshi, Executive Chef MIKA Japanese Bistro. “Kini, kami ingin menularkan antusiasme terhadap Youshoku ini kepada warga Indonesia.” Saat ditanya mengenai perbedaan Youshoku dengan hidangan Eropa umumnya, Kato yang telah berpengalaman le­bih dari 10 tahun sebagai chef spesialis Youshoku, menjelaskan hidangan ini sejatinya asli Jepang, namun terpengaruh unsur barat. Hidangan Youshoku konon pertama kali diperkenalkan pada era Meiji, saat Jepang mulai membuka diri terhadap pe­ ngaruh barat. Awalnya, Yousho­ ku merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut makanan dari luar Jepang. Namun, mulai 1980-an, arti kata itu bergeser menjadi makanan Jepang yang terpengaruh unsur barat dan sebaliknya. Artinya, rasa akan sedikit berubah, disesuaikan dengan ‘selera setempat.’

Kato Takeshi Namun, tidak perlu khawatir dengan hidangan You­ shoku yang ditawarkan MIKA Japanese Bistro, karena rasa­ nya telah disesuaikan juga dengan selera warga Indonesia umumnya. Semua menu yang tersedia merupakan hasil kreasi Chef Kato, Chef Nicholas Stanly dan pemilik MIKA Japanese Bistro, Sylvia Gunawan, yang juga pemilik Katsusei Group. “Kami yakin hidangan You­ shoku akan mendapatkan tempat tersendiri di kalangan pecinta kuliner tanah air karena perpaduan rasa yang unik antara barat dan Jepang,” ujar Kato. Salah satu hidangan unggulan di restoran yang mulai beroperasi sejak 17 Januari lalu itu adalah Demiglace Omurice, omelette a la Jepang dan nasi goreng tomat dengan saus coklat Demiglace a la Perancis. Rasa asli saus Demiglace sebena­rn ­ ya agak pahit, namun Kato menya-

markannya dengan rasa manis yang lebih banyak sehingga lebih cocok dengan lidah warga Indonesia. “Omurice sangat dikenal warga Jepang dan biasanya ditawarkan sebagai menu anak. Namun bukan berarti hanya anak-anak yang dapat menyantapnya,” ujar Kato. Selain itu ada juga Chicken Katsu in Curry Mayo Rice Burger yang unik, karena alihalih menggunakan roti, MIKA Japanese Bistro memilih nasi yang ‘dicetak’ seperti roti. Menyantap Chicken Katsu in Curry Mayo Rice Burger hampir sama dengan menyantap nasi de­ ngan lauk ayam goreng tepung, namun dengan tampilan dan sensasi berbeda. Untuk minuman, tersedia dua cocktail khas yang menjadi unggulan. Pertama Eclectic Ginger yang terbuat dari vodka, jahe, cantaloupe dan daun mint. Kedua Harajuku Pop yang terbuat dari sake, raspberry, cranberry dan permen Magic Pop. Meski ditujukan bagi para

kal menguras kantong, karena hanya berkisar mulai dari Rp12.000 hingga Rp110.000. Kunjungan ke MIKA Japanese Bistro yang berlokasi di Food Society Kota Kasablanka, tak cuma bakal disambut aneka hidangan penggoyang lidah, namun juga desain interior yang unik. Konsep bistro memang sengaja dipilih MIKA Japanese Bistro sebagai solusi segar di tengah maraknya kemunculan restoran dan bar Jepang di Jakarta. De­ngan kapasitas duduk untuk 70 orang, serta konsep open kitchen dan bar, MIKA Japanese Bistro memang telah berhasil mengungkit rasa penasaran para pengunjung. Interiornya sengaja dibuat menyerupai ruang keluarga di rumah-rumah Eropa. Perapian, lemari buku, tempat lilin, meja kayu dengan pot tanaman kecil serta tumpukan buku di meja, memberi kesan hangat, layaknya bersantap di rumah sendiri. “Kami memang ingin setiap pengunjung dapat merasakan kelezatan dan kehangatan suasana Eropa sekaligus Jepang,” ujar Kato.= MIKA JAPANESE BISTRO

pebisnis dan eksekutif muda yang aktif dan dinamis dari kalangan menengah ke atas, semua menu yang ada tak ba-

Food Society, Ground Floor #M-11 MALL KOTA KASABLANKA Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta Selatan 12870 Tel: (021) 2946 4975 Fax: (021) 2946 4976 www.mika.co.id Buka: 10:00-22:00 (Senin-Jumat), 10:00-24:00 (Sabtu-Minggu)


Juni 2013

TREN JEPANG

23

Sarana Penghalus Telapak Kaki Penampilan, bagi warga Jepang, konon teramat penting, bahkan jika itu ‘cuma’ menyangkut telapak kaki. Beruntung kini bagian tubuh bawah itu juga mendapat perhatian luas terbukti dengan kehadiran produk kecantikan yang diklaim bisa menjadikan kaki orang dewasa sehalus kaki bayi—dan tanpa repot. Oleh Bunge Sujika Hakiki

ini biasa dipakai menjelang musim panas di mana kaki kearu-baru ini, per- rap kali dibiarkan telanjang. Cara memakainya sangat usahaan kecantikan Liberta di Shibuya mudah. Aplikasikan gel searah meluncurkan produk lengkungan telapak kaki hingpembersih telapak kaki berna- ga merata. Kemudian tutup ma Baby Foot Easy Pack yang kaki dengan easy pack, lalu kini kabarnya menjadi produk rendam di air hangat atau yang lumayan tren di kalang- hangatkan kaki di kotatsu sean perempuan, dari yang ak- kitar dua jam. Terakhir, bilas tif berkarir hingga ibu rumah dengan air. Sel kulit mati akan terketangga. Tak tanggung-tanggung, produk ini telah terjual lupas secara alami. Waktunya hingga 40.000 set ke berbagai bervariasi, sekitar dua hingga negara di dunia dengan harga tiga pekan. Setelah semua sel 1.680 yen. kulit mati hilang, kaki akan Baby Foot mulai menuai menjadi sangat lembut dan ketenaran saat Liberta mem- halus, seperti kulit bayi. Bila perkenalkannya di acara TV perlu, lakukan terus perawatbelanja pada 2006. Beberapa an dengan seri produk Baby tahun kemudian diluncurkan- Foot lain. Cuaca di Jepang yang lah pula berbagai variannya. Produk ini juga mendapat berubah-ubah membuat kulit penghargaan Monde Selection di telapak kaki menjadi mudari Belgia, sebagai produk dah kasar dan kering. Selain kosmetik terbaik sebanyak itu, kehidupan Jepang yang tiga kali berturut-turut dari sangat modern membuat 2011 hingga kaki para warganya 2013. seolah ‘dipaksa’ untuk Menurut se­nantiasa bekerja kelaporan Asaras. Hal ini mendorong penciptaan Baby Foot hi Shimbun, yang menjadikan pepenjualan Baby Foot di rawatan kaki bagi Jepang mumereka dengan tinglai melonjak kat kesibukpada 2011 kean tinggi tak lagi merupatika tak kurang dari 80.000 kan kegiatan set ber­edar di merepotkan.. tangan konsuMenurut situs resmi men. PenjualBaby Foot, an kian mebahan baku ningkat pada www.babyfoot.co.jp Baby Foot 2012, mencapai adalah fruit 100.000 set. Mei lalu, Baby Foot acid atau almulai dieks­por juga untuk per- pha hydroxy acid (AHA), yang tama kali ke Israel, setelah se- sangat lembut dibanding jenis belumnya telah terjual ke 45 asam lainnya. AHA menembus negara lain di Asia, Eropa dan ke dalam lapisan sel-sel kulit Amerika. Di Hong Kong per- mati dan bekerja pada desmomintaan bahkan amat tinggi som (sambungan sel) antara sehingga pada 2015 ekspor lapisan kulit, sehingga membakal ditingkatkan menjadi buatnya lebih mudah menge100.000 set. Sales Manager lupas. Liberta Yamazaki Toyokazu Selain 17 ekstrak buah menyatakan Baby Foot sangat alami, kandungan pelembabmembanggakan karena asli nya juga sangat tinggi. Segala merupakan buatan Jepang. keunggulan dari komposisi iniSatu set Baby Foot ter- lah yang menjadikan hasilnya diri dari gel dan kain penutup menakjubkan. Sel kulit mati (easy pack). Gel-nya terbuat hilang, kesehatan kulit telapak dari ekstrak buah seperti je- kaki pun tetap terjaga. Dampak memuaskan terruk, apel dan lain-lain. Produk

B

www.babyfoot.co.jp

Cara menggunakan Baby Foot.

sebut telah dirasakan banyak pemakainya termasuk Kiyomi Todate, ibu rumah tangga asal Tokyo. Ia telah memakai Baby Foot sejak Desember tahun lalu. Setelah memakainya sesuai petunjuk, dalam waktu beberapa hari saja, ia merasakan kulit telapak kakinya yang kasar menjadi halus dan bersih. “Saya benar-benar takjub dan nyaris tak percaya. Sel kulit mati telapak kaki saya yang kasar meluruh dengan sendirinya.

Sebelumnya, saya kerap kesulitan karena harus menggunakan batu apung untuk menggosok hingga bersih,” ujarnya. Sementara itu, Yukiko Odaijima, di tengah kesibukannya sebagai guru SD di Tokyo tidak memiliki waktu banyak untuk merawat kaki. Namun dengan Baby Foot, semuanya menjadi mudah. “Dalam sekejap, telapak kaki saya menjadi sangat halus dan lembut. Rasanya seperti membuka kaus

kaki saja.” ujarnya senang. Indonesia beruntung juga telah dihampiri si pelembut kaki ini juga. Produk ini kini bisa ditemui di gerai Baby Foot Island, Plaza Indonesia Extension Lantai 5 sehar­ ga Rp285.000 per set, atau bisa juga dibeli secara daring di Lazada Indonesia dengan meng-klik www.lazada.co.id• www.babyfoot.co.jp babyfoot.co.jp/e/ l-beauty.net



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.