5 minute read

PN Surabaya Terapkan Pemeriksaan Berlapis bagi Para Pengunjung

Bikin Penumpukan Pengguna Layanan

PN Surabaya, Bhirawa

Advertisement

Peresmian ruang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pengadilan

Negeri (PN) Surabaya Kelas IA pada Senin (20/2) dengan pemeriksaan berlapis , menimbulkan pro dan kontra.

Selain mengoptimalkan jalur ruang Steril Hakim dan pegawai terhadap pengguna layanan. Di lain sisi pengunjung merasa terbatasi dan tidak nyaman masuk ke dalam lingkungan Pengadilan.

Ketidak nyamanan itu lantaran adanya aturan baru diterapkan kepada semua pengunjung berupa pemeriksan berlapis. Padahal para pengunjung ini tidak lain adalah pencari keadilan dan juga para Jaksa, pengacara maupun wartawan yang mempunyai kepentingan di lingkungan PN Surabaya.

Dari pantauan di lokasi, setiap masyarakat pencari keadilan (pengunjung) yang ingin melewati PTSP akan diminta kartu tanda pengenal

(KTP) dan ditanya kepentingannya. Padahal hal itu sudah dilakukan di Pos penjagaan pintu masuk Pengadilan Negeri Surabaya. Jhony, salah satu pengunjung PN Surabaya mengaku tidak nyaman dengan aturan baru yang diterapkan di PN Surabaya. Dirinya merasa terbatasi dan terhambat dengan adanya aturan baru bagi para pengunjung Pengadilan. “Pengadilan itu terbuka untuk umum. Kalau ada pemeriksaan ini itu, ditanya KTP apalagi setiap hari, itu terlalu berlebihan. Kita sudah dikasih keplek (ID Card) dari PN Surabaya, terus apa gunanya. Difoto dan ditanya bolak-balik setiap hari. Bagaimana dengan masyarakat umum yang mencari keadilan. Ini akan memper-

KELANA JATIM

Babinsa Koramil 0814/16 Bareng Jombang

Bantu Warga Bangun Jembatan Bambu

Jombang, Bhirawa

Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari Koramil 0814/16 Bareng, Jombang, Serda Ugeng Padmosari membantu warga membuat jembatan dari batang Bambu untuk akses menyeberang sungai warga di Desa Jenisgelaran, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Selasa (28/02).

Serda Ugeng Padmosari mengungkapkan, tidak adanya jembatan penyeberangan di sungai perbatasan antar dusun di Desa Jenisgelaran menjadi kendala bagi masyarakat di sana yang mayoritas hidupnya menggantungkan nasibnya sebagai petani dan beternak

“Sehingga untuk bisa melintasi sungai yang memisahkan dua kampung diperlukan jembatan untuk bisa mempermudah akses jalan saat mengangkut hasil tani maupun mengangkut pakan ternak warga,” bebernya.

Dikatakannya, setiap hari warga harus menyeberangi sungai dengan kondisi arus yang cukup deras saat musim penghujan.

“Sangat kesulitan karena tidak adanya jembatan penyeberangan. Oleh karena itu kami berinisiatif untuk membantu warga membuat jembatan untuk mempermudah akses warga yang melintas,” tambahnya.

“Kita buatkan jembatan dari batang Bambu sehingga masyarakat yang ingin melintas tidak kesulitan untuk menyeberangi sungai tersebut,” ungkapnya.

Sekadar diketahui, pada pembangunan jembatan tersebut, material murni berada dari swadaya masyarakat. [rif.gat] sulit mereka,” kata Jhony saat dijumpai di PN Surabaya, Selasa (28/2).

Saat disinggung apakah penerapan aturan baru tersebut diduga akibat pasca OTT Hakim Itong (PN Surabaya) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jhony menyampaikan bahwa hal tersebut seharusnya tidak dijadikan alasan oleh PN Surabaya.

“Kalau terkait hal itu ya perketat dong pengawasan Hakimnya. Jangan terus mempersulit dan menghambat masyarakat mencari keadilan. Contohnya, itu kalau hakim tidak sidang ya sudah di ruangan saja. Jangan keluar-keluar,” tegasnya.

Terpisah, menanggapi hal itu, Humas PN Surabaya, Suparno mengaku semua pengunjung yang datang harus diketahui identitasnya.

Pihaknya menampik jika aturan itu membatasi masyarakat pencari keadilan. Ditegaskannya bahwa pemeriksaan identitas ini bukanlah upaya membatasi, tapi untuk menanyakan keperluannya apa.

“Semua pengunjung yang datang harus diketahui identitasnya. Hal itu ditakutkan kalau ada penyelundup. Sehingga aturan ini dilakukan biar jelas keperluannya,” tegas Suparno.

Disinggung perihal beberapa waktu terjadi crowded atau penuh sesak di Ruang PTSP, Suparno mengaku hal itu karena pengunjung tidak sesuai dengan nomor antrean dan tidak benar-benar crowded.

“Mereka itu ingin saling mendahului. Dan budaya antre bagi orang Indonesia itu susah. Kalau tertib sesuai dengan nomor antrean, maka tidak akan sampai penuh sesak,” ucapnya.

Terkait masuk ruang sidang Candra dan Cakra harus meninggalkan KTP? lagi-lagi Suparno menegaskan hal itu diterapkan juga kepada semua penggunjung. Kalau memang dia sebagai saksi, pasti bukan KTP tapi identitas lain. “Aturan ini dari pimpinan dan diberlakukan sejak Ketua PN terdahulu aturan ini sudah ada. Setiap memasuki ruang sidang akan ada pemeriksaan. Dulu kan di pos penjagaan, sekarang dialihkan disini saja,” pungkasnya. [Bed.gat]

Koramil 0814/11 Sumobito Jombang Karya Bhakti Bantu Sekolah Terdampak Puting Beliung

Jombang, Bhirawa Anggota Koramil 0814/11 Sumobito, Jombang bersama warga melaksanakan kegiatan karya bhakti membantu sekolah terdampak bencana angin puting beliung. Kali ini karya bhakti berupa pemasangan atap tempat parkir yang terdampak angin put- ing beliung di SDN Segodorejo, Desa Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Selasa (28/02). Bencana angin puting beliung tersebut telah mengakibatkan hampir keseluruhan atap tempat parkir kendaraan di SDN Segodorejo terlepas. “Sudah sepatutnya kita sebagai anggota Koramil ikut serta membantu dalam pemasangan atap parkiran kembali,” kata Komandan Koramil (Danramil) 0814/11 Sumobito, Jombang, Letda Arm Mujianto.

Letda Arm Mujianto menambahkan, kegiatan karya bhakti adalah salah satu wujud pengabdian anggota TNI kepa- da masyarakat, terutama di satuan kewilayahan untuk menjaga kemanunggalan TNI dengan rakyat. “Saya sampaikan kepada anggota, laksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab, utamakan faktor keamanan dan keselamatan di dalam melaksanakan kegiatan,” tegasnya. [rif.gat]

Polres Bersama LPBI PCNU Dukung Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana

arif yulianto/bhirawa

Serda Ugeng Padmosari saat mengikuti karya bhakti membangun jembatan Bambu di Desa Jenisgelaran, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Selasa (28/02).

Dua Perwira Polres Raih Penghargaan Kenaikan Pangkat Pengabdian

Situbondo, Bhirawa

Jajaran Polres Situbondo Polda Jatim menggelar upacara kenaikan pangkat pengabdian kepada dua personel perwira yang dipimpin langsung Kapolres Situbondo AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto.

Kegiatan tersebut diikuti oleh Wakapolres Kompol Pujianto, Pejabat Utama, Kapolsek dan seluruh personil Polres serta perwakilan Polsek se Kabupaten Situbondo. Adapun personel yang naik pangkat adalah Kasiwas AKP Didik Sukamto, naik menjadi Komisaris Polisi (Kompol) dan Kasubbag Bekpal Baglog

Iptu Sugeng naik menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP)

Kapolres Situbondo AKBP Dwi Sumrahadi mengatakan kenaikan pangkat pengabdian ini merupakan wujud perhatian serta penghargaan dari Institusi Polri. Kenaikan pangkat Pengabdian, aku Kapolres Dwi, bukan suatu pemberian yang begitu saja didapatkan namun merupakan hasil ikhtiar dan prestasi serta kinerja personel itu sendiri.

“Tentunya telah dengan sungguh-sungguh mengabdikan dirinya kepada Insitusi Polri,” tutur Kapolres Dwi.

Proses kenaikan pangkat pengabdian pada dasarnya, imbuh Kapolres Dwi, merupakan kenaikan pangkat yang diberikan secara selektif. Ini, lanjutnya, sebagai wujud penghargaan karena jasa pengabdiannya secara maksimal dengan dedikasi tinggi dan kinerja optimal. [awi.gat]

Situbondo, Bhirawa

Jajaran Polres Situbondo Polda Jatim melakukan kerjasama dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PCNU dengan menggelar apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana kemarin. Apel tersebut diikuti personel gabungan TNI, POLRI, Pemerintah Kabupaten Situbondo, lintas agama dan sejumlah elemen masyarakat. Ikut hadir dalam apel yang dilaksanakan di halaman Mapolres Situbondo, Kapolres Situbondo AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto, S.H., S.I.K., M.H., Dandim 0823 Letkol Inf Bayu Anjas Asmoro, S.E., Sekda Wawan Setiawan, S.H., M.H., Ketua Pengadilan Negeri Achmad Rasjid, S.H., Kepala Rutan Rudi Kristiawan, A.Md.IP., S.Sos., S.H., M.Si., Ketua Senkom, dan Ketua PMI. Selain itu. Ketua Tanfidziyah PCNU DR. KH. Muhyiddin Khatib, M.H.I. dan Ketua MUI Drs. Habib Muhammad Bin Abubakar Al Muhdar, M.Pd. serta Jajaran OPD Kabupaten Situbondo juga hadir.

Sekda Wawan Setiawan mengatakan Kabupaten Situbondo berada di kawasan yang rawan terhadap bencana alam antara lain bencana alam, non alam dan bencana dari ulah manusia.

“Ya akhir-akhir ini Situbondo sering terjadi bencana seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, banjir rob dan pohon tumbang yang terjadi di Kecamatan Sumbermalang, Jatibanteng, Panarukan, Panji, Mangaran, Jangkar dan Banyuputih,” beber Sekda Wawan.

Adapun tujuan dilaksanakan apel ini adalah untuk memberikan gambaran akan dampak bencana, melaksanakan pengecekan unsur unsur yang ikut berpartisipasi dalam menanggulangi bencana serta meningkatkan kesiapsiagaan.

“Satu diantaranya itu tujuan dari kegiatan apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana,” papar Sekda Wawan.

Kapolres Situbondo AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto menimpali apel gabungan yang diikuti seluruh stake holder dan elemen masyarakat adalah untuk kesiapsiagaan antisipasi menghadapi bencana ekstrem. Kesiapan ini , tuturnya, meliputi kesiapan personel, kesiapan sarana atau kesiapan prasarana serta kesiapan dukungan logistik lainnya. [awi.gat]

Modal Hobi, Kepala Desa Pengarengan Sukses Ternak Perkutut

Berawal dari hobi, budidaya burung perkutut memang sudah menjadi bisnis yang menguntungkan sejak dahulu. Salah satunya dirasakan kepala Desa Pengarengan, Kecamatan Pengarengan, Kabupaten Sampang.

Burung jenis anggungan ini memiliki harga jual yang fantastis. Mulai dari ratusan ribu, hingga jutaan rupiah. Selain sebagai hobi dan usaha, burung perkutut konon juga memiliki mitos sebagai hewan keberuntungan. Usaha tersebut juga dilakukan oleh Mohamad Aksan, Kepala Desa Pengarengan, Kecamatan Pengarengan, Kabupaten Sampang.

Selasa (28/2)

Ia menuturkan jika dirinya sudah berbisnis budidaya perkutut sekitar 9 tahun, ternak perkutut diawali dengan iseng dan kemudian sukses dengan ratusan perkutut yang sudah diternak.

“Sejak itu tahun 2016 berawal dari iseng dan dilanjutkan sering-sering dengan peternak yang sudah sukses kami mulai dari itu mas,” katanya. Sudah mendapat dari ilmu tentang berternak perkutut, baru ia ini iniatif berternak sendiri.

“Alhamdulillah sampai sekarang ratusan trophy dari tingkat lokal nasional dan internasional yang kita dapat dari ternak perkutut selama 9 tahun,” jelasnya.

“Semoga bisa berbagi pengalaman sesama pencinta perkutut dan peternak se Jawa Timur, khususnya peternak di Sampang, intinya bisa menjadikan Sampang sentral perkutut kedepannya,” tutupnya. [lis.gat]

This article is from: