SABTU-MINGGU, 1-2 AGUSTUS 2015 | Nomor 654 Tahun II
Hari ini 40 halaman | Rp 3.000,-
Utang Indonesia Dibahas
Bersama Menjaga dan Melestarikan Air
»A15
»C29
A
ARSENAL vs CHELSEA
RIVAL ABADI Rivalitas Chelsea dengan Arsenal diperbarui di Community Shield.
» B17
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
SEJUMLAH PELAJAR DALAM PAMERAN PENDIDIKAN DI JAKARTA BEBERAPA WAKTU LALU DAN ILUSTRASI SISWI MENGERJAKAN SOAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA – FOTO-FOTO: HARIAN NASIONAL | TEGUH INDRA
P
erolehan luar biasa dalam ilmu pengetahuan ternyata tak sebanding dengan penghargaan negara terhadap para juara. Hal tersebut dirasakan Ni Luh Putri Utari Cahyani (17), peraih medali perak di kompetensi bergengsi International Science Project Olympiad (ISPRO) pada Mei 2015. Lulusan SMAN 2 Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, itu masih harus mengikuti Ujian Mandiri di salah satu PTN di Bali. Jalan tersebut ditempuh Putri setelah ia tak lolos PMDK di Fakultas Farmasi salah PTN di Yogyakarta. Putri mengaku bisa memanfaatkan beasiswa dari pemerintah. Namun, hal tersebut bisa saja urung. “Saya dapat cerita dari teman, ngurusnya lama, belum lagi nunggunya. Biaya perjalanan Bali-Jakarta tidak murah. Selain itu, saya tidak mungkin pergi sendiri,” katanya kepada HARIAN NASIONAL belum lama ini. Karena tidak mendapat izin dari orangtuanya, Putri pun tak berencana melanjutkan pendidikan di luar negeri. Bercitacita jadi dosen, ia memutuskan melanjutkan pendidikan di Bali. Putri mengenang ketika memilih kegiatan ekstrakurikuler karya ilmiah di sekolahnya. Kerap kali ia baru pulang ke rumah pukul dua dini hari. Rangkaian riset, studi pustaka, dan mem-
buat laporan, membuatnya hanya tidur tiga jam sebelum kembali bersiap sekolah. Putri melaju ke kompetisi internasional berbekal kearifan lokal di tempat tinggalnya. Sebagai areal yang penuh pengrajin kain, ia tak asing dengan penggunaan daun buni (Antidesma bunius L). Herba tersebut menjaga warna kain alami tak luntur meski mengalami proses pencucian. Putri tergerak mengetahui kandungan daun buni yang menyebabkannya efektif membersihkan kain. Hasil akhir dari ri-
set yang berupa deterjen cair, sukses membawa namanya berjaya di kompetisi lokal, sebelum melaju ke ajang olimpiade. “Daun buni sudah seperti bagian dari hidup saya. Kearifan lokal ternyata sukses membawa nama Indonesia berjaya di dunia,” ujar Putri. Kini, hasil risetnya itu sudah mendapat hak paten yang terdaftar atas namanya, sekolah, dan pembina. Putri pun masih melanjutkan riset untuk memperoleh deterjen dalam bentuk bubuk. Sayangnya,
harapannya masuk perguruan tinggi tanpa tes tak terwujud. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Hamid Muhammad tak menyangkali masih minimnya perhatian kepada siswa berprestasi. Realitas ini berbeda dengan Malaysia yang sudah menyiapkan pendidikan dan tempat mengabdi bagi putera bangsanya yang berkualitas. Bahkan pemuda Malaysia yang berkesempatan belajar di luar negeri harus kembali untuk membangun bangsanya. Minimnya penghargaan dan perhatian pemerintah menyebabkan sebagian putera bangsa yang berkualitas atau belajar di luar negeri tak kembali ke tanah air. Aset besar bangsa ini justru “dibajak” negara lain untuk kemajuan mereka. Untuk menarik kembali hati siswa berprestasi, Pemerintah Indonesia harus menyediakan lapangan kerja. Dengan begitu, mereka yang berprestasi dan belajar di luar negeri tak perlu khawatir akan penghidupannya di Indonesia. “Saat ini kami sedang menggagas kerja sama dengan Kemeneg PAN dan RB serta Kementerian BUMN. Semoga bisa ada hasil terbaik sehingga kita tak perlu lagi kehilangan putera bangsa berkualitas,” ujar Hamid. O ROSMHA WIDIYANI | WAHYU NUGROHO
BERPRESTASI, PERHATIAN MINIM Menaklukkan Sains Lewat Riset dan Pelatihan | Anang, Jawara Olimpiade Sains Nasional »A2 Jakarta
26-33°C
Bandung
18-30°C
Semarang
25-34°C
Yogyakarta
22-32°C
Surabaya
23-34°C
Denpasar
22-32°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG