RABU, 13 APRIL 2016 | Nomor 861 Tahun III
A
Hari ini 32 halaman | Rp 3.000,-
CULINARY
AWPLIKASI TANI DINILAI TAK COCOK
GURIH DAN MENGGODA
»A7
»C25
» B17
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
Bupati Ojang Abaikan Integritas JAKARTA (HN) Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo menyesalkan kasus dugaan suap yang menjerat Bupati Subang Ojang Sohandi. Ojang yang ditangkap KPK terkait dugaan kasus suap pengamanan perkara BPJS itu dinilai tak memetik pelajaran dari banyaknya kepala daerah terjerembab kasus korupsi serta menjalani hidup di penjara. “Banyak contoh dari berbagai kasus yang menjerat gubernur, bupati, wali kota, dan DPRD berikut istrinya. Mengapa tidak jera juga mengabaikan integritas? Kalau OTT harus ditanggung sendiri,” kata Menteri Tjahjo di Jakarta, Selasa (12/4). Menurut Menteri Tjahjo, kepala daerah termasuk Ojang seharusnya bisa menjaga diri dengan tak lagi coba bermain-main di kawasan rawan korupsi seperti perencanaan anggaran maupun pemanfaaatan kebijakan pemerintahan atau pembangunan. “Jika sudah terjerat seperti dialami Ojang, tidak saja merugikan diri sendiri, tapi juga daerah, masyarakat, dan partai pendukung,” ujarnya. Kapuspen Kemendagri Dodi Riyatmadji memastikan Ojang dilarang melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai Bupati Subang pascaditangkap KPK. Ojang segera diberhentikan sementara setelah berkas perkaranya dilimpahkan ke pengadilan atau ketika berstatus terdakwa. “Plt otomotis nanti dijabat Wakil Bupati Imas Aryumningsih,” katanya. Kemarin, KPK resmi menetapkan lima tersangka setelah OTT terhadap jaksa Deviyanti Rochaeni di sekitar Kejaksan
Tinggi Jawa Barat. Seorang di antara mereka adalah Ojang yang langsung ditahan usai diperiksa. “Saya mohon maaf dan mohon doa restu,” kata Ojang usai diperiksa KPK. Tiga tersangka lainnya mantan Kepala Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Jajang Abdul Kholik dan istrinya Lenih Marliani serta mantan Ketua Tim Kejati Jabar yang menangani kasus Jajang yaitu Fahri Nurmallo. Fahri dijemput ke Semarang oleh Jamwas Widyopramono lalu diperiksa di Kejagung selama hampir 12 jam. Setelah itu, Fahri diserahkan ke KPK. Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, Deviyanti dan Fahri terlibat praktik suap terkait kasus dugaan korupsi penyalahgunaan anggaran BPJS di Kabupaten Subang 2014. Dalam kasus itu, Jajang adalah terdakwa yang disidangkan di PN Tipikor Bandung. Lantaran tak ingin hukuman diperberat, istri Jajang, Lenih menyuap JPU Kejati Jabar Deviyanti. Sesuai kesepakatan, Lenih menyerahkan uang kepada Deviyanti di lantai empat Kantor Kejati Jabar, Senin (12/4) sekitar pukul 07.00. Saat menuju mobil dan hendak meninggalkan Kejati Jabar, Lenih ditangkap petugas KPK. Tak berapa lama Deviyanti ditangkap di sekitar kantornya dan ditemukan uang Rp 528 juta. Menurut Agus, uang suap itu diberikan Lenih diduga atas kesepakatan awal Lenih dan Fahri yang sudah dimutasi ke Kejati Jawa Tengah. “Jadi uang yang diberikan kepada kedua jaksa itu diduga berasal dari Bupati Subang,” katanya.
HARIAN NASIONAL | AULIA RACHMAN
KPK tetapkan lima tersangka setelah OTT di Kejati Jawa Barat.
Bupati Subang Ojang Suhandi (tengah) mengenakan rompi tahanan usai diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (12/4). Ojang ditetapkans sebagai tersangka bersama empat orang lainnya dan ditahan terkait kasus dugaan suap rencana penuntutan dalam kasus penggelapan dana BPJS.
KPK lalu menangkap Ojang bersama ajudannya di Subang. Tim satgas KPK menemukan barang bukti uang Rp 385 juta di mobil Ojang. Dalam kasus ini, KPK menyangka Lenih, Jajang , dan Ojang sebagai pemberi suap. Mereka dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau b dan atau Pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Ojang
juga disangka melanggar Pasal 12B (tentang Gratifikasi) UU No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor. Sedangkan Deviyanti dan Fahri disangka sebagai penerima suap. Mereka dijerat Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 UU No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. O ARIA T YUDHA | ANDRIAN PRATAMA | MELIA CHOLILAH
JAKSA-JAKSA PENERIMA RASUAH 2008: URIP TRI GUNAWAN – Menerima pemberian atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah itu diberikan sebagai akibat atau disebabkan telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. | 2011: 1. DWI SENO WIJANARKO – Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya dalam pengadaan outsourcing Pengelolaan Sistem Informasi Customer Information System berbasis Teknologi Informasi mencakup Sistem Informasi Pengelolaan Piutang Pelanggan pada PT PLN Wilayah Lampung, Periode 2002-2004 | 2. SISTOYO – Menerima sesuatu atau hadiah berupa uang dari tersangka Edward M Bunjamin bersama-sama Anton Bambang Hadyono terkait perubahan pembuatan rencana tuntutan perkara pemalsuan dan penggelapan. | 2013: SUBRI – Menerima pemberian atau janji padahal diketahui atau patut diduga hadiah itu diberikan sebagai akibat atau disebabkan telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya terkait pengurusan perkara tindak pidana menempatkan keterangan palsu di atas bukti autentik dan pemalsuan sertifikat tanah dengan terlapor Sugiharta alias Along. | 2016: DEVIYANTI ROCHAENI DAN FAHRI NURMALLO – Menerima hadiah atau janji terkait penanganan perkara tindak pidana korupsi penyalahgunaan anggaran dalam pengelolaan dana kapitasi pada program BPJS di Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Tahun Anggaran 2014. Sumber: KPK Jakarta
24-33°C
Bandung
21-29°C
Semarang
:25-32°C
Yogyakarta
24-33°C
Surabaya
26-35°C
Denpasar
26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG