SENIN, 19 MEI 2014 | Nomor 252 Tahun I
Hari ini 32 halaman | Rp 3.000,-
Menggurat Sejarah Setelah trofi La Liga, Atletico fokus final Liga Champions.
PETANI BELUM MENIKMATI B SUBSIDI PUPUK
»B17
»A7
A
TIGA PULAU CANTIK DI BALI & LOMBOK
»C25
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
Elektabilitas Poros Utama Menguat Golkar-Demokrat Dinilai dalam Posisi Dilematis JAKARTA (HN) Keputusan Partai Hanura merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memilih Partai Gerindra ditanggapi positif sejumlah pengamat politik. Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Adi Suryadi Culla mengatakan, langkah Hanura dan PKS diprediksi menambah elektabilitas poros PDI-P maupun poros Gerindra. Hal ini ditandai turut bergeraknya basis konstituen kedua partai tersebut yang juga patut diperhitungkan.“Bakal ada tambahan darah segar bagi kedua poros itu (PDI-P dan Gerindra),” katanya kepada HARIAN NASIONAL, Minggu (18/5). Menurut dia, mesin politik internal Hanura dan PKS dipastikan membantu meningkatkan kekuatan politik masing-masing poros dalam Pemilu Presiden. “Ini di luar figur yang dimiliki kedua parpol (Hanura dan PKS). Kalau mengandalkan figur, tak cukup. Jadi, kekuatan mesin politik kedua partai itu juga menentukan,” ujar Adi. Bagi pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens, keputusan Hanura dan PKS sebagai pilihan pada jalan yang tepat dalam peta politik saat ini. “Ini bukan lagi soal berapa besar kontribusi yang akan diberikan Hanura kepada PDIP atau PKS ke Gerindra,” katanya. Menurut Boni, dengan menjatuhkan pilihan ke PDI-P, Hanura berpeluang belajar banyak hal dalam lima tahun ke depan. “Hanura bisa belajar banyak dari Jokowi bagaimana mematangkan politik di internal mereka. Tak menutup kemungkinan ke depan Hanura menjadi partai papan tengah yang kuat,” ujarnya. Demikian pula, kata dia, keputusan PKS merapat ke Gerindra
FOTO-FOTO: ANTARA | FILES – HARIAN NASIONAL | JOKO SUTRISNO
JOKO WIDODO
18,95 PERSEN
6,72
PERSEN
9,04
PERSEN
14,75
5,26
PERSEN
PERSEN
yang mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Menurut Boni, PKS jelas tidak memilih PDI-P karena perbedaan ideologis. “PKS cocok dengan Gerindra, apalagi PAN sudah resmi bergabung. Keberadaan PAN dan PPP yang sudah lebih dulu bergabung turut menjadi angin segar bagi PKS. Perolehan suara PKS pada Pemilu Legislatif bisa menjadi sumbangsih signifikan bagi Gerindra,” ujarnya. Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, bergabungnya Hanura ke PDI-P dan PKS ke Gerindra mempermudah kedua poros tersebut mengusung capres masing-masing. Terkait Golkar dan Demokrat, Karyono menilai tiga opsi yaitu membangun poros alternatif, bergabung ke PDI-P atau Gerindra, dan langkah oposisi meski merupakan pilihan sulit. Kedua partai itu dalam posisi dilematis. “Opsi pertama tak mudah diwujudkan karena ada kalkulasi kedua elite yang realistis, koalisi itu sulit memenangkan pilpres. Kalaupun menang, lemah di parlemen karena kekuatan suara sangat kecil,” katanya. Opsi kedua, menurut dia, bisa diambil dengan catatan Golkar-Demokrat tak bersikeras meminta posisi cawapres. “Sedangkan opsi ketiga bagi Golkar sulit karena tak terbiasa menjadi oposisi. Berbeda dengan Demokrat. Ada kecenderungan kuat SBY lebih memilih netral,” ujar Karyono. Ia menilai, jika Demokrat memilih ke Gerindra, ada pertimbangan lain SBY yang menghitung risiko politik jika poros Gerindra kalah. Risiko itu, misalnya, terkait kondisi politik dan hukum setelah SBY lengser. Demokrat pun bakal bertepuk sebelah tangan jika merapat ke PDI-P karena belum ada respons positif Megawati Soekarnoputri.
PRABOWO SUBIANTO
11,81 PERSEN
O HERMAN SINA
7,59
10,19
PERSEN
PERSEN
6,79
PERSEN
6,53
PERSEN
Catatan: Persentase perolehan suara di Pemilu Legislatif 2014. Jakarta
24-33° C
Bandung
21-32° C
Semarang
24-33° C
Yogyakarta
23-32° C
Surabaya
24-34° C
Denpasar
25-34° C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah