RABU, 20 FEBRUARI 2019 | Nomor 1678 Tahun VI
A
Hari ini 24 halaman | Rp 3.000,-
TRAVEL & LIFESTYLE
INDONESIA U-22 vs MALAYSIA U-22
LIBURAN CERIA DI ALAM RAYA
TETAP WASPADA
» A11
» B17
DINAMIS DAN MENCERAHKAN Cost-sharing dengan menggandeng asuransi lain bisa diterapkan untuk mengatasi mahalnya obat kanker.
CITARUM, NASIBMU… Dua anak lelaki mengumpulkan barang-barang bekas di Sungai Citarum, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/2). Satu dasawarsa lalu, Bank Dunia memaklumatkan Citarum sebagai sungai paling tecemar di dunia. Stempel ini melecut media dan pegiat lingkungan menormalisasi Sungai Citarum agar ‘’bersih serta harum’’ kembali seperti di masa silam. >> Berita Terkait di A8
dinilai harus membuat rancangan khusus terkait pembiayaan obat kanker dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini dibutuhkan agar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lagi mencabut jaminan terhadap obat-obat penyakit kanker sebagaimana mengemuka dalam beberapa waktu terakhir. “Pemerintah dapat menggandeng beberapa pihak untuk menanggung beban bersama. Artinya, pembiayaan ditangani sistem cost-sharing dengan (pihak) asuransi lainnya,” kata Ketua Yayasan Kanker Indonesia Aru W Sudoyo kepada HARIAN NASIONAL, Selasa (19/2). Pernyataan Aru sekaligus menanggapi terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/ MENKES/707/2018 tentang Formularium Nasional (Fornas). Kebijakan ini menghentikan jaminan pembiayaan JKN terhadap obat kanker kolorektal (usus besar) Bevacizumab. Sedangkan obat lainnya Cetuximab tetap dijamin dengan restriksi atau pengaturan. Dia menjelaskan, sistem cost-sharing itu bisa dijalankan karena pembiayaan obat-obatan dalam JKN sejatinya tidak bisa lagi dibebankan sepenuhnya kepada pemerintah. Pasalnya, obatan-obatan antikanker terus diperbarui dan harganya semakin mahal. Aru memandang, permasalahan saat ini tidak terkait salah atau tidaknya kebijakan pemerintah menyetop jaminan pembiayaan obat kanker kolorektal itu bagi penderita yang berobat melalui JKN. Namun, kata dia melanjutkan, ada keterbatasan dana dari pemerintah karena pembiayaan
AFP | TIMUR MATAHARI
JAKARTA (HN) P e m e r i n t a h
Data Globocan atau Statistik KASUS Kanker Dunia KANKER pada 2018, DI INDONESIA jumlah kasus kanker baru di dunia diestimasi mencapai 18,1 juta. Kematian akibat kanker sebanyak 9,6 juta orang.
yang harus dijamin dalam JKN tidak hanya terkait kanker, tetapi juga penyakit lainnya. “Kita mencari jalan keluar yang realistis dan berkesinambungan. Semua pemangku kepentingan agar duduk bersama mencari solusi yang realistis,” ujarnya. Terkait pengobatan kanker kolorektal, Aru menilai, petunjuk pelaksana (juklak) terapi kanker internasional sudah memasukkan Bevacizumab dan Cetuximab sebagai standar. Kedua obat ini menjadi pendamping regimen kemoterapi utama. Fungsinya untuk menambah harapan hidup penderita kendati tidak signifikan. Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar tidak setuju
81 CALEG BERSTATUS KORUPTOR » Jakarta
24 - 31°C
Bandung
20 - 29°C
A2
Semarang
dengan kebijakan pemerintah yang mencabut Bevacizumab dari Fornas sehingga tidak lagi ditanggung JKN. Menurut dia, aturan yang dibuat selama ini tidak pernah melibatkan peserta JKN. “Pemerintah seharusnya melakukan komunikasi dengan peserta dan melakukan uji publik ketika mau mengeluarkan regulasi,” kata Timboel. Timboel menilai, pengaturan jaminan untuk obat Cetuximab pun merugikan peserta JKN. Mereka diyakini akan sulit mendapat pelayanan. Saat ini, Timboel melanjutkan, pihaknya masih mengonsolidasi masalah penerbitan Kepmenkes Nomor HK.01.07/
RI-KORSEL PANGKAS TARIF DAGANG » 24 - 33°C
Yogyakarta
23-32°C
Surabaya
26-35°C
MENKES/707/2018. Mereka sudah menyuarakan penolakan, tapi pemerintah belum mau bertemu. “Kemungkinan bisa ke arah gugatan,” katanya. Sebelumnya, Spesialis Hematologi Onkologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Andhika Rachman menilai, pemerintah harus mempertimbangkan efektivitas obat sebelum mengeluarkannya dari Fornas. Menurut dia, Bevacizumab dan Cetuximab dapat menambah harapan hidup penderita kanker kolorektal sekitar lima bulan. O ALVIN TAMBA
A5
Denpasar
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan ratarata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Selanjutnya, kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Selanjutnya, kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Terkait kanker kolorektal, kasus baru di Indonesia mencapai 30.017. Sumber: Kemenkes | berbagai sumber
BERITA TERKAIT DI
PAKISTAN SIAP NEGO ATAU PERANG » 26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
» A4
A10 Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG