JUMAT, 20 MEI 2016 | Nomor 891 Tahun III
Hari ini 32 halaman | Rp p 3.000,,
LION AIR GROUP TUNTUT KEMENHUB
FENOMENA TAHU BULAT
»A7
»C25
A
LIFE
» B17 DINAMIS DAN MENCERAHKAN MANAJEMEN TRANSPORTASI DARAT
Jakarta
24-33°C
Bandung
Petugas mengevakuasi TransJakarta yang mengalami kecelakaan dengan kereta api Senja Utama Solo di Jakarta, Kamis (19/5).
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN PERKERETAAPIAN YANG DIINVESTIGASI KNKT TAHUN 2007-2013 6,5%
8,5%
Manusia/SDM
24%
Operasional 26%
Eksternal
35%
Sarana HARIAN NASIONAL | LUCAS ANGGRIAWAN
JAKARTA (HN) Peristiwa kecelakaan di sektor transportasi darat kembali terulang. Kemarin, kereta api Senja Utama Solo menabrak TransJakarta dan sebuah mobil pribadi di kawasan Gunung Sahari, Jakarta. Kecelakaan yang diduga terjadi imbas buruknya manajemen transportasi, terutama terkait sarana dan prasarana perkeretaapian, menyebabkan dua orang menjalani perawatan medis. Satu hari sebelum peristiwa tersebut, kejadian minor juga terjadi di transportasi kereta api. Rangkaian kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek anjlok di lintasan Manggarai-Sudirman. Sebelumnya, di lokasi yang sama, peristiwa serupa juga terjadi. Tanpa pembenahan, peristiwa tersebut dikhawatirkan terulang. Imbasnya, masyarakat sebagai pengguna transportasi menjadi dirugikan. Direktur Eksekutif Masyarakat Transportasi Indonesia Deddy Herlambang mengatakan, masyarakat berhak mengajukan gugatan, atau class action, imbas serangkaian peristiwa tersebut. Gugatan dilandasi kerugian yang dihasilkan dari buruknya pengelolaan transportasi. Gugatan, menurut Deddy, menjadi hak masyarakat sebagai pengguna layanan publik. “Kalau ada yang sering terlambat kerja, gaji sering dipotong, tidak masalah mengajukan gugatan,” katanya kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Kamis (19/5). Apalagi saat ini, ia mengingatkan, ketergantungan masyarakat terhadap moda kereta api sangat tinggi. Pada 2015, misalnya, sebanyak 253 juta lebih masyarakat mengandalkan KRL Jabodetabek. Alhasil, pengelolaan dan perbaikan harus terus dilakukan. Landasan jalan kereta, misalnya, perlu dilakukan peremajaan dan penggantian. Selain itu, sarana
ANTARA | RIVAN AWAL LINGGA
Masyarakat Disarankan Menggugat
Prasarana
JUMLAH FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN FAKTOR PENYEBAB SARANA PRASARANA OPERASIONAL MANUSIA/SDM EKSTERNAL
2007 7 4 0 2 1
2008 3 2 3 0 0
2009 1 2 0 3 2
2010 3 3 1 3 0
2011 0 0 0 1 0
2012 1 1 0 1 0
2013 1 0 0 1 0
JUMLAH 16 12 4 11 3
Sumber: Database KNKT 27 Desember 2013
dan prasarana perkeretapian juga menyangkut sumber daya manusia dan manajemen operasional. “Kereta api kan sudah dikasih dana oleh pemerintah, seharusnya sudah cukup,” ujarnya.
21-29°C
Semarang
25-32°C
Yogyakarta
Namun, kucuran dana tampaknya belum difungsikan secara optimal. Terkait infrastructure maintenance operation (IMO), misalnya, sudah dicairkan pada Mei 2015. Karena itu, persoalan 24-33°C
Surabaya
26-35°C
Denpasar
infrastruktur seharusnya tak menjadi persoalan. Ihwal serangkaian peristiwa minor yang melanda kereta api, menurut Deddy perlu diselidiki, termasuk dilakukan kajian khusus untuk menyelesaikan persoalan manajemen. Untuk pefungsian rel, sambungnya, seharusnya dipisahkan. Alhasil, satu kereta—kereta barang, jarak jauh, dan Jabodetabek—memiliki jalur tersendiri. Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Darmaningtyas mengatakan, pergantian direksi dalam manajemen kereta api perlu dipertimbangkan. Bahkan, ia menilai upaya tersebut menjadi langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan. “Mereka bertanggung jawab atas kejadian ini,” ujarnya. Hasil riset yang dilakukan Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung mengingatkan, kecelakaan yang menghantui perkeretapian harus 26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
ditangani secara serius. Sebab, menurut Hardianto Iridiastadi— salah satu ketua dalam penelitian tersebut, sepanjang 2002-2010, 1.048 kecelakaan kereta api terjadi. Kondisi itu turut menyematkan status pelanggaran luar biasa hebat (PLH). Mengenai jumlah korban, hasil pencatatan, tidak mengalami penurunan, setidaknya sebanyak 200-300 orang per tahun. “Penting untuk dikaji apa sesungguhnya akar masalah dari PLH, termasuk strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi peluang terjadinya PLH,” tuturnya. Dari hasil penelitian juga terungkap bahwa faktor yang mendominasi serangkaian kecelakaan berada di kondisi kerja yang buruk, mencakup teknologi yang kurang memadai serta lemahnya koordinasi dan komunikasi di antara personel perkeretaapian. O BAYU ADJI | EKO B HARSONO Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG