SABTU-MINGGU, 24-25 OKTOBER 2015 | Nomor 723 Tahun III
Hari ini 40 halaman | Rp 3.000,-
BENCANA KABUT ASAP
A
MAN UNITED vs MAN CITY
BAYI DAN ANAK PRIORITAS EVAKUASI »A14
MAJU TAK GENTAR
BONGGOL JAGUNG KREASI LIMBAH BERNILAI TINGGI
» C29 SOSOK
HARRIS ISKANDAR
BAHASA
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
» A8 A13
Jakarta
25-34°C
Bandung
SAPA KEDIRIAN BANGSA
K
ebangkitan bahasa nasional suatu negara, termasuk bahasa Indonesia, dalam beberapa waktu terakhir bukan bentuk tradisionalisme, tapi bagian integral gerak balik tatanan kehidupan modern –corak globalisasi. Kala gelombang globalisasi meratakan tatanan dunia, persis pada titik tersebut, gerak tunggang langgang suatu negara bangsa mengibarkan nasionalismenya. Salah satu titik sentralnya, bahasa. Bahasa menyapa kebebasan kedirian suatu bangsa. Pembebasan dari ketertindasan (penjajah Belanda) itulah salah satu argumen mengapa bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional
18-30°C
Semarang
25-34°C
Yogyakarta
per 28 Oktober 1928. Kondisi seabad silam tersebut rupanya terulang pada kekinian. Serbuan bahasa gaul yang menafikan struktur dasar bahasa Indonesia melalui tayangan televisi yang tak mendidik, menjadi tantangan keadaban budaya bangsa ini. Banyak anak muda, termasuk pelajar dan mahasiswa, merasa lebih bergengsi kala bertutur mencampuradukkan diksi yang menepikan keadaban budaya bangsa ini. Persis di titik itu pula, menjamur upaya-upaya membangkitkan kembali semangat nasionalisme melalui penggunaan bahasa Indonesia sesuai tata acara ejaan yang disempurnakan (EYD) serta struktur ba22-32°C
Surabaya
23-34°C
Denpasar
LAPORAN KHUSUS hasa dalam subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang cenderung diabaikan itu. Ironisnya, dalam hal ini, warga asing justru melonjak peminatnya. Kendati demikian, membangun optimisme internal warga bangsa ini, merupakan suatu keniscayaan. Langkah cerdasnya membidik jantung persoalan yaitu melestarikan budaya membaca dan bahasa tutur sejak dini. Semangat Ki Hadjar Dewantara seabad lalu bisa jadi bahan releksi kritis. Solusi yang ditawarkan Filsuf Pendidikan Paulo Freire mengatasi problema penindasan melalui model pendidikan yang 22-32°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
membebaskan yang dia sebut sebagai konsientisasi, layak pula jadi bahan perenungan. Konsientisasi mengacu pada proses di mana manusia bukan sebagai resipien, namun subjek yang mengetahui, menyadari secara mendalam kenyataan sosio-kultural yang membentuk kehidupan mereka, dan kemampuan mengubah kenyataan itu sendiri. Singkatnya proyek konsientisasi masuk melalui pemberantasan buta huruf, melalui metode pendidikan yang berangkat dari pengalaman sehari-hari subjek pembelajar. Proyek ini lebih dari sekadar pemberantasan buta huruf, namun sebuah gerakan budaya yang menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat.O Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG
PENGUNJUNG MEMBACA BUKU DI STAN PAMERAN KOMUNITAS LITERASI DALAM DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AKSARA INTERNASIONAL DI KARAWANG, JAWA BARAT, JUMAT (23/10) – HARIAN NASIONAL | AULIA RACHMAN
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
» B21