RABU, 24 DESEMBER 2014 | Nomor 462 Tahun II
Hari ini 32 halaman | Rp 3.000,-
Membuat Kehidupan Kembali Normal
Premium akan Dipertahankan
» C25
» A7
A
DUA PEMBENTANG ASA B17
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
Waspadai Jalur Laut
HARIAN NASIONAL | AULIA RACHMAN
Lemahnya pengawasan dinilai menjadi penyebab mudahnya sindikat narkoba masuk ke Indonesia.
PERSIAPAN MISA NATAL Jemaat Katedral menyelesaikan pengerjaan ornamen rumah ranting dan pohon Natal di Gereja Katedral, Jakarta, (23/12). Dekorasi itu untuk memeriahkan Perayaan Misa Natal yang digelar hari ini.
Jakarta
23-33° C
Bandung
23-32° C
Semarang
24-32° C
Yogyakarta
23-30° C
Surabaya
25-34° C
Denpasar
kan efek jera. Menurut dia, bandar narkoba acap kali diberikan ‘keleluasaan’ oleh petugas lapas. Alasannya tak lain soal uang. Selain itu, bandar narkoba yang dijatuhi hukuman mati, kata Benny, perlu mengumpulkan uang untuk ‘membeli’ hukum sebelum akhirnya melenggang kangkung. Staf Ahli Kementerian Hukum dan HAM Bidang Pelanggaran HAM, Ma’mun mengatakan, guna menangkal praktik tersebut, sejumlah cara dapat dilakukan, semisal program rahasia. Program itu, kata dia, yakni dengan meniadakan alat-alat elektronik dalam lapas. Namun, cara ini tak dapat berlangsung kaku. Sebab, gerak-gerik bandar narkoba dalam lapas dinilai dinamis. Apalagi, lebih dari 40 persen penghuni lapas Indonesia merupakan kasus narkoba. Meski begitu, ia optimistis program tersebut dapat membuahkan hasil. “Memang harus rutin dilakukan,” katanya. Selain soal gerak dinamis bandar dalam lapas, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno juga mempersoalkan kewenangan peninjauan kembali (PK) yang dapat dilakukan berulang kali. Menurut dia, hal ini justru menghambat rencana eksekusi mati. Selain itu, proses hukum itu juga dimanfaatkan terpidana mati, terutama narkoba, untuk menghambat eksekusi. Padahal, ia meyakini eksekusi setidaknya dapat membangun efek jera. Karena itu, ia berharap pembatasan PK dapat dilakukan. Caranya, jelas Tedjo, “Yakni melalui Peraturan Mahkamah Agung (PERMA).” Pembatasan PK dinilainya mendesak. Apalagi, Indonesia 25-32° C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
397 583 552 SINDIKAT
TERSANGKA
WNI & 31 WNA
BARANG BUKTI
447.513 GRAM SABU 7.894 GRAM HEROIN 8.417.329 GRAM GANJA 60 BATANG POHON GANJA 102 GRAM BIJI GANJA 37.277 BUTIR 6.000 GRAM EKSTASI 2 BUTIR HAPPY FIVE 80.000 BUTIR DOUBLE L 19.253 MILILITER CAIRAN PREKUSOR HARIAN NASIONAL | SURYANDA
JAKARTA (HN) Indonesia tampaknya masih mudah disusupi sindikat narkoba internasional. Menurut Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Polisi Anang Iskandar, panjangnya garis pantai menjadi penyebab. Selain itu, lemahnya pengawasan di sektor maritim juga membuat sindikat narkoba mudah keluar masuk. Lemahnya pengawasan menjadikan sindikat berani menyelundupkan ratusan kilo narkoba ke Tanah Air. “Pengamanan di sektor maritim tak boleh dianggap remeh. Karena itu harus ditingkatkan. Apalagi pemerintahan sekarang fokus pada maritim,” ujarnya di Jakarta, Selasa (23/12). Anang menuturkan, sindikat dari China yang manfaatkan jalur laut. Pada Februari 2014, misalnya, ditemukan 40,1 kilogram sabu dari Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Selain China, kata dia, sindikat dari Iran juga memanfaatkan celah tersebut. Tapi, gerak-gerik sindikat sangatlah dinamis. Selain memanfaatkan jalur laut, tutur Anang, sindikat dari Iran bahkan menggunakan paket kiriman yang tak terdeteksi alat pelacak. Karena itu, upaya pemberantasan narkoba tak hanya dapat mengandalkan pengurangan kebutuhan. Tapi, kata dia, juga harus diimbangi dengan agresivitas penegak hukum dalam menekan perederan narkoba. Kelompok Ahli BNN Bidang Perundang-Undangan, Irjen Polisi Benny Mamoto mengatakan, efek jera pelaku, baik pengedar atau juga pengguna, belum berlaku maksimal. Sebab, peredaran narkoba bahkan masih terjadi di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas). Kondisi ini justru berlaku terbalik dengan niatan memberi-
PENANGKAPAN
1,9 GRAM EPHEDRINE PENYITAAN ASET
Rp 77 MILIAR
Rp 32 MILIAR MASIH DALAM TAHAP PENYIDIKAN
Sumber: Badan Narkotika Nasional
kini masuk dalam darurat narkoba. “Saat ini, setiap harinya, sekitar 40 orang mati karena narkoba. Ini bahaya serius,” ujarnya. Ia bersepakat bahwa pengguna narkoba harus direhabilitasi. Namun, cara ini tak berlaku bagi pengedar. Sementara terkait upaya pemberantasan, Tedjo mengakui bahwa untuk mendeteksi sindikat merupakan hal sulit. Meski begitu, ia berjanji akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk menangkap sindikat. “Ditargetkan pada 2015 menjadi tahun bebas narkoba. Semoga hal itu bisa terwujud,” katanya. Pada 2015, BNN menargetkan merehabilitasi sebanyak 98 ribu pengguna narkoba. O ARIF KUSUMA | AHMAD REZA
Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah
Berkaitan Hari Natal 2014, harian ini TIDAK TERBIT pada Kamis-Jumat, 25-26 Desember 2014. HARIAN NASIONAL akan terbit lagi Sabtu, 27 Desember 2014. Kepada pembaca dan relasi harap maklum.