RABU, 25 MEI 2016 | Nomor 895 Tahun III
Hari ini 24 halaman | Rp p 3.000,,
HEALTH
TRANSPORTASI UDARA
MEMILIH KONTRASEPSI
KONEKTIVITAS TERGANGGU
»C17
»A3
A
» B9 DINAMIS DAN MENCERAHKAN
Jateng Paling Siap Hadapi Bencana Komponen penilaian berkutat pada perencanaan, penganggaran, dan kesiapan SDM.
PETA BENCANA INDONESIA
Jakarta
24-33°C
Bandung
ACEH Kejadian Meninggal SUMATERA UTARA Kejadian Meninggal RIAU Kejadian Meninggal SUMATERA BARAT Kejadian Meninggal JAMBI Kejadian Meninggal KEPULAUAN RIAU Kejadian Meninggal BANGKA BELITUNG Kejadian Meninggal SUMATERA SELATAN Kejadian Meninggal BENGKULU Kejadian Meninggal LAMPUNG Kejadian Meninggal BANTEN Kejadian Meninggal DKI JAKARTA Kejadian Meninggal
935 169.911 672 2.045 239 138 672 2.870 362 223 109 55 92 35 704 236 128 506 418 757 406 36.646 328 789
JAWA BARAT Kejadian Meninggal JAWA TENGAH Kejadian Meninggal DI YOGYAKARTA Kejadian Meninggal
2.982 6.332 3.970 4.372 284 9.524
pemerintah provinsi sangat tanggap. Karena SDM juga dibentuk dengan baik. Mereka transparan dan tanggap kalau ada masalah anggaran langsung ditanggulangi oleh APBD,” tuturnya.
21-29°C
Semarang
:25-32°C
Dua siswa berlari menghindari erupsi Gunung Sinabung di Desa Sukandebi, Karo, Sumatera Utara, Selasa (24/5). Aktivitas Gunung Sinabung yang berstatus awas level IV semakin meningkat, ditandai dengan erupsi dan luncuran awan panas menyebabkan sejumlah desa tertutup debu vulkanik.
Yogyakarta
ANTARA | IRSAN MULYADI
JAKARTA (HN) S e r a n g k a i a n bencana yang terjadi di Tanah Air sepanjang 2016 harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Sesuai data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 136 kabupaten dan kota di Indonesia masuk dalam risiko tinggi bencana. Namun, kesiapsiagaan belum dimiliki seluruh wilayah. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, baru Jawa Tengah yang telah memiliki kesiapan paling baik dalam menghadapi bencana. “Jawa Tengah selalu peringkat pertama dalam rangka mengantisipasi bencana,” kata Sutopo kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Selasa (24/5). Menyusul Jawa Tengah yakni Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Lima daerah tersebut diakui mampu mengatasi, termasuk mengantisipasi potensi bencana. Selain itu, kelima daerah itu juga memiliki perencanaan, penganggaran, kegiatan yang jelas sebelum dan sesudah bencana, serta transparansi anggaran. “Mulai dari skenario tanggap darurat, anggaran, dan penanggulangan pascabencana, (kelima daerah) selalu rapi,” kata Sutopo. Mengenai belum banyaknya daerah yang siap menghadapi bencana, menurut Sutopo ada banyak penyebab. Namun dari seluruh daerah, sambungnya, persoalan selalu berkutat pada persoalan anggaran dan situasi alam yang sulit dijangkau. Melalui perencanaan dan pemetaan, termasuk peran aktif kepala daerah, Sutopo optimistis kesiapsiagaan bencana dapat terbentuk. “Di Jawa Tengah,
JAWA TIMUR Kejadian Meninggal BALI Kejadian Meninggal KALIMANTAN BARAT Kejadian Meninggal KALIMANTAN TENGAH Kejadian Meninggal KALIMANTAN UTARA Kejadian Meninggal KALIMANTAN SELATAN Kejadian Meninggal KALIMANTAN TIMUR Kejadian Meninggal SULAWESI BARAT Kejadian Meninggal SULAWESI SELATAN Kejadian Meninggal SULAWESI TENGGARA Kejadian Meninggal
2.243 17.957
SULAWESI TENGAH Kejadian Meninggal
257 616
297 18.576
GORONTALO Kejadian Meninggal
137 34
204 261
SULAWESI UTARA Kejadian Meninggal
207 5.161
162 113
NTB Kejadian Meninggal NTT Kejadian Meninggal
15 17
111 249
MALUKU UTARA Kejadian Meninggal MALUKU Kejadian Meninggal PAPUA BARAT Kejadian Meninggal
796 794
PAPUA Kejadian Meninggal
707 210 764 351
628 195
Surabaya
26-35°C
689 6.283 77 81 170 3.452 23 186 132 1.940
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Ihwal anggaran, Sutopo melanjutkan, idealnya tiap daerah menganggarkan 1 persen dari APBD untuk penanggulangan bencana. Tapi rerata daerah baru mengalokasikan dana 0,02 24-33°C
373 10.340
Denpasar
persen sampai 0,07 persen. Ihwal tipologi bencana, jelasnya, seluruh wilayah di Indonesia acap mengalami tanah longsor, gempa bumi, banjir, kebakaran hutan, kekeringan, dan gunung meletus. 26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, potensi bencana di suatu daerah dapat memengaruhi pembangunan. Itu karena bencana akan berdampak pada tiga dimensi, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari 136 kabupaten dan kota yang masuk dalam risiko tinggi bencana, BNPB menarget untuk mengurangi indeks risiko sampai 30 persen. “Upaya mengurangi indeks bencana harus melalui kesadaran masyarakat,” katanya. Saat ini, BNPB tengah berupaya merekrut fasilitator bencana yang akan ditempatkan di desa atau kelurahan. Kegiatan tersebut diberi tajuk Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana). Sesuai pemetaan, para fasilitator akan memberikan pemahaman dan kesadaran tentang kebencanaan di 110 desa/kelurahan, meliputi 30 provinsi dan 50 kabupaten/kota. “Di tiap-tiap desa/kelurahan akan ditempatkan dua orang fasilitator,” jelas Willem. Dalam upaya lain mengurangi risiko bencana, kata Sekretaris Utama BNPB Dody Ruswandi, yaitu melalui berbagai perspektif pendekatan, seperti risk warning, risk communication, dan aglomerasi pengurangan risiko bencana (PRB). BNPB mendorong peneliti, praktisi, atau masyarakat untuk melakukan riset mengenai kebencanaan. “Pada masa mendatang, bencana tidak sekadar bencana, tetapi dapat memengaruhi sektor lain,” katanya. Meski sejumlah riset tentang kebencanaan telah dilakukan, Dody mengakui kendala masih berkutat pada perencanaan, pelaksanaan, dan dokumentasi hasil riset yang belum terkoordinasi dengan baik. Para pelaku penelitian masih belum terwadahi dalam suatu koordinasi yang baik, sehingga informasi sebaran peneliti sulit dijangkau. O TEGAR ALFIAN | BAYU ADJI | CHRISTINA AMBARRITA
>> Berita Terkait di A5 & A6 Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG